• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MENGUNJUNGI TEMPAT HIBURAN MALAM TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MENGUNJUNGI TEMPAT HIBURAN MALAM TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat)"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MENGUNJUNGI TEMPAT HIBURAN MALAM

TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA

(Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat)

HADIJAH NASUTION A14203038

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

RINGKASAN

HADIJAH NASUTION. Pengaruh Mengunjungi Tempat Hiburan Malam Terhadap Gaya Hidup Remaja (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat). (Di bawah bimbingan EKAWATI SRI WAHYUNI)

Kehadiran diskotik pada saat ini berpotensi untuk menstimulasi gaya hidup remaja yang mengunjungi tempat-tempat tersebut. Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa melalui interaksi sosial yang berlangsung pada akhirnya seseorang mampu untuk mengenal, menghayati nilai, dan norma kelompok/kelompok temannya sehingga dapat menetapkan peran yang dijalaninya atau sebaliknya dapat berdampak buruk pada kehidupan pribadi dan sehari-hari remaja tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk : 1). Menggambarkan keterdedahan remaja terhadap diskotik, dan 2). Menganalisis pengaruh diskotik terhadap gaya hidup (kegiatan, minat, dan opini,) remaja dilihat dari keterdedahannya pada diskotik. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penerapan metode kualitatif ini menggunakan strategi studi kasus. Terdapat 11 remaja yang menjadi subjek penelitian ini yang terdiri dari empat orang remaja perempuan dan tujuh orang remaja laki-laki, dan kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok remaja berdasarkan frekuensi mengunjungi diskotik.

Vertigo merupakan salah satu diskotik yang menjadi favorit remaja saat ini di Jakarta. Vertigo terletak di lantai 17 dari Gedung Veteran , Plaza Semanggi, JL. Jendral Sudirman Kav. 50, Jakarta 12930 dan dapat mengakomodasi tamu sampai 1800 orang. Diskotik ini mulai buka yaitu pada pukul 22.00 WIB – 04.00 WIB. Pengunjung diskotik ini pada umumnya berasal dari kalangan ekonomi menengah ke atas, dan target utama adalah pengunjung yang berjiwa modern.

Remaja mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menghabiskan waktu luang mereka. Apabila bosan dengan kegiatan-kegiatan yang itu-itu saja, misalnya mendengarkan musik dan membaca komik atau sekedar nongkrong-nongkrong di tempat favorit, maka kini mereka mempunyai alternatif lain yaitu pergi ke diskotik. Hal inilah yang kemudian dapat menstimulasi remaja dalam memilih

(3)

kegiatan yang akan dilakukan, minat, dan opini mereka mengenai topik-topik yang berlangsung disekitarnya.

Pengaruh diskotik terhadap gaya hidup remaja dipengaruhi oleh keterdedahannya terhadap diskotik itu sendiri. Keterdedahan remaja terhadap diskotik ini terdiri dari cara memperoleh informasi tentang diskotik, diskotik yang sering dikunjungi berdasarkan jenis musik dan acara yang paling disukai di diskotik, dan frekuensi mengunjungi diskotik. Keterdedahan tersebut dapat dipengaruhi oleh karakteristik personal (karakter teman dekat, kegiatan dalam menghabiskan waktu luang, pola asuh keluarga, status ekonomi, dan jenis kelamin).

Profil kelompok remaja I menyukai kegiatan yang pada umumnya sama dengan kelompok remaja II dan III yaitu nongkrong di tempat-tempat favorit remaja dan browsing atau chatting di internet. Minat mereka cukup bervariasi dalam hal kesehatan, lingkungan, dan media informasi, namun memiliki kesamaan dalam hal pakaian dan rekreasi. Sedangkan opini remaja yang suka mengunjugi diskotik juga bervariasi yaitu mengenai produk, isu sosial, politik, bisnis, ekonomi, pendidikan, dan juga masa depan. Kegemaran pergi ke diskotik ini bagi sebagian subjek penelitian berpengaruh buruk terhadap akademiknya, namun bagi sebagian subjek lain yang masih dapat mengontrol kegemarannya pergi ke diskotik dengan belajar, hal ini tidak memberikan pengaruh buruk bagi akademik dan dirinya sendiri.

(4)

PENGARUH MENGUNJUNGI TEMPAT HIBURAN MALAM

TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA

(Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat)

HADIJAH NASUTION A14203038

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL”PENGARUH MENGUNJUNGI TEMPAT HIBURAN MALAM TERHADAP PERILAKU GAYA HIDUP REMAJA” ADALAH BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN. SEMUA SUMBER DATA DAN INFORMASI YANG DIGUNAKAN TELAH DINYATAKAN DENGAN JELAS DAN DAPAT DIPERIKSA KEBENARANNYA.

Bogor, Februari 2008

Hadijah Nasution NRP. A14203038

(6)

RIWAYAT PENULIS

Penulis dilahirkan di Tebing Tinggi, Sumatera Utara pada tanggal 20 Agustus 1985 dari ayah bernama Syaiful B. Nasution dan ibu bernama Aisyah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, yang memiliki adik bernama Ahmad Fauzi Nasution dan Ivani Lestari Nasution.

Pada tahun 1991 penulis menyelesaikan pendidikan formal di TK. R.A. Kartini Tebing Tinggi Sumatera Utara. Pada tahun 1997 penulis menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Dasar R.A. Kartini Tebing Tinggi Sumatera Utara, kemudian pada tahun 2000 penulis telah menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tebing Tinggi. Pada tahun 2003 penulis telah menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Tebing Tinggi. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB, dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat., Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif menjadi anggota beberapa organisasi di kampus yaitu Himpunan Profesi Mahasiswa Pecinta Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi (MISETA) pada Departemen Minat dan Bakat, Manager General Affair di UKM MAX!!, Anggota UKM ASPECT dan Himpunan Mahasiswa Islam. Selain itu penulis sering menjadi panitia dalam berbagai acara di kampus.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahnya skripsi yang berjudul “Pengaruh Mengunjungi Tempat Hiburan Malam Terhadap Gaya Hidup Remaja (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat)” ini dapat penulis selesaikan dengan baik.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung, sejak awal penulisan sampai skripsi ini selesai. Penghargaan dan ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Ir. Murdianto, MSi sebagai pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dalam menjalani proses akademik hingga penulisan skripsi ini dan Dr. Ir. Ekawati Sri Wahyuni,MS sebagai pembimbing studi pustaka dan pembimbing skripsi.

Skripsi ini menguraikan hal-hal yang dapat mempengaruhi keterdedahan remaja terhadap diskotik yang kemudian dapat mempengaruhi gaya hidup remaja yang suka mengunjungi diskotik tersebut.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Namun, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat sebagai referensi skripsi selanjutnya, khususnya yang mengangkat topik serupa.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan terhadap pengembangan ilmu dan penerapan pembelajaran khususnya bagi Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.

Bogor, Februari 2008

Hadijah Nasution NRP A14203038

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesabaran, dan pengetahuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Selama penulisan skripsi ini penulis telah memperoleh bantuan, dorongan, semangat dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung atau tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Mama dan Papa tercinta, Poji, Vani, yang senantiasa memberikan kasih sayang, cinta, dan dukungan semangat serta doa terbesar kepada penulis. “Karya kecilku ini kupersembahkan untuk kalian.” Tak lupa keluarga besar di Tebing Tinggi khususnya Keluarga Mama Papa Anda dan Keluarga Om Pendi yang juga selalu mendoakan.

2. Dra. Ir. Ekawati Sri Wahyuni, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, perhatian dan masukan serta meluangkan waktunya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. “Terima banyak, Bu.”

3. Ir. Murdianto, Msi yang telah bersedia menjadi dosen penguji utama dan sebagai pembimbing akademik selama penulis menjalani studi hingga penyusunan skripsi ini.

4. Martua Sihaloho, SP. Msi yang telah bersedia menjadi dosen penguji wakil departemen.

5. M. Kamarul Tursina Jihan, AbiE yang selalu ada dalam memberikan dukungan, doa, dan waktunya yang tak terbatas dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ika dan Tika yang tak pernah bosan “cerewet” dalam mengingatkan dan memberi semangat dan doa., Andina, Grace, Tiwi, Dian, Nay, Dwi, Devi, Hendra, Nurdin “Joko” , dan semua teman-teman KPM 40 yang telah memberikan dukungan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

7. Keluarga besar MAX!! khususnya Ryan, Achy, dan Kura, “Thanx for our first time at Vertigo, it was so fun.”

8. Teman-teman di Icarus I1, terutama Ame, Galuh, Mbak Erni, dan Mbak Yuli.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penghargaan dan ucapan terima kasih ini juga saya ucapkan kepada yang belum tercantumkan namanya. Meski tidak tercantum, tetapi nama dan keberadaannya sangat berarti bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Namun penulis berharap, skripsi ini dapat bermanfaat sebagai referensi selanjutnya khususnya yang mengangkat topik serupa.

Bogor, Februari 2008

Hadijah Nasution A14203038

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Diskotik ... 6

2.2 Motivasi Mendatangi Hiburan Malam ... 7

2.3 Gaya Hidup ... 9

2.4 Konsep Remaja ... 10

2.5 Perilaku Remaja ... 13

2.6 Kebutuhan-kebutuhan Khas Remaja ... 17

2.7 Pentingnya Pemenuhan Kebutuhan... 20

2.8 Kerangka Pemikiran ... 21

2.9 Hipotesis Pengarah ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 26

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.3 Penentuan Subyek Penelitian dan Informan ... 28

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.5 Metode Analisis Data ... 30

(11)

BAB IV GAMBARAN UMUM DISKOTIK DAN REMAJA

4.1 Gambaran Umum Vertigo ... 32

4.2 Gambaran Umum Remaja ... 34

4.2.1 Karakteristik Personal Remaja ... 34

4.2.2 Keterdedahan Remaja terhadap Diskotik ... 41

BAB V PENGARUH MENGUNJUNGI DISKOTIK TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA 5.1 Gaya Hidup Remaja yang Mengunjungi Diskotik ... 44

5.1.1 Profil Gaya Hidup Remaja Kelompok I ... 46

5.1.2 Profil Gaya Hidup Remaja Kelompok II ... 51

5.1.3 Profil Gaya Hidup Remaja Kelompok III ... 54

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 61

6.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Suasana di Dalam Vertigo ... 34

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.Karakterisitik Personal Remaja berdasarkan Frekuensi

Mengunjungi Diskotik tiap bulan ... 35 Tabel 2. Keterdedahan Remaja terhadap Diskotik berdasarkan Frekuensi

Mengunjungi Diskotik tiap bulan ... 41 Tabel 3. Gaya Hidup Remaja yang Suka Mengunjungi Diskotik berdasarkan

Frekuensi Mengunjungi Diskotik tiap bulan ... 45

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Suasana di Dalam Vertigo ... 34

(13)

Halaman Tabel 1.Karakterisitik Personal Remaja berdasarkan Frekuensi

Mengunjungi Diskotik tiap bulan ... 35 Tabel 2. Keterdedahan Remaja terhadap Diskotik berdasarkan Frekuensi

Mengunjungi Diskotik tiap bulan ... 41 Tabel 3. Gaya Hidup Remaja yang Suka Mengunjungi Diskotik berdasarkan

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini kita dihadapkan globalisasi yang didukung kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ditandai dengan persaingan bebas serta kemudahan mendapatkan informasi dari berbagai penjuru dunia. Setiap orang ingin bertahan hidup dalam persaingan global yang dituntut mempunyai wawasan yang luas, mengetahui perkembangan informasi dan teknologi terkini, serta menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan dalam berbagai bidang yang terjadi di sekitarnya. Globalisasi memungkinkan masuknya nilai-nilai budaya dan tren gaya hidup dari berbagai pelosok dunia, yang kemudian diadopsi oleh masyarakat lewat perantara media massa. Gaya hidup global, meliputi cara-cara untuk menghabiskan waktu dan uang dari mancanegara telah menyentuh masyarakat Indonesia terutama masyarakat yang hidup di kota besar.

Manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, memiliki dorongan ingin tahu, ingin maju dan berkembang. Melalui komunikasi manusia dapat memperoleh informasi yang baru. Menurut Sarwono (2002) komunikasi

(15)

adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antar satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam. Kemudian dinyatakan komunikasi sebenarnya bukan hanya ilmu pengetahuan, tapi juga seni bergaul.Selain itu dapat dikatakan bahwa melalui komunikasi dan kontak sosial maka terjadi proses sosial, sehingga manusia dapat mengikuti perkembangan yang terjadi melalui proses ini.

Pergaulan yang paling mencolok pada saat ini yaitu pada lingkungan anak muda/remaja, khususnya pada kehidupan malamnya. Keadaan ini juga didukung oleh munculnya tempat hiburan malam (diskotik) dan kafe di daerah perkotaan. Hal ini menjadi perhatian untuk mengetahui lebih jauh lagi kehidupan malam kawula muda, khususnya yang hidup di daerah perkotaan. Dengan adanya faktor hubungan sosial atau pergaulan, kemudian mempengaruhi mereka untuk mengadopsi gaya pergaulan untuk mengunjungi diskotik. Menurut Sarwono (2002) dapat dikatakan bahwa perubahan sosial dan pengaruh lingkunganlah yang dapat memotivasi para anak muda ini untuk menikmati hiburan dunia malam. Maraknya kehadiran tempat hiburan dunia malam (diskotik) di Indonesia, membuat banyak orang menyoroti dampak sosial yang ditimbulkan oleh pelayanannya atau hiburan yang disuguhkan.

Masa remaja merupakan suatu bagian dari kehidupan manusia. Masa tersebut merupakan dimana seseorang sedang mencari jati dirinya, sehingga seseorang yang sedang berada dalam masa remaja akan sangat mudah terpengaruh oleh berbagai hal di sekelilingnya, baik itu positif maupun negatif. Hal itu terjadi karena kondisi emosi remaja yang tidak stabil dan cenderung sensitif terhadap

(16)

semua hal yang berkaitan dengan pribadinya dan permasalahan-permasalahan dirinya.

Remaja zaman sekarang berbeda dengan remaja zaman dahulu misalnya dalam gaya hidupnya. Gaya hidup remaja saat ini ikut berkembang sesuai kemajuan zaman dan didukung oleh fasilitas-fasilitas yang ada. Gaya hidup adalah pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang.

Potensi peniruan dalam diri remaja sangat besar. Perubahan penting lainnya dari remaja adalah kebutuhannya terhadap uang, karena beberapa hal seperti pertumbuhan fisik yang cepat, berarti membutuhkan sejumlah pakaian baru yang perlu dibeli dan juga barang-barang baru yang disesuaikan dengan kebutuhannya.

Kehadiran tempat-tempat hiburan malam khususnya diskotik dapat berperan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan remaja dalam masa perkembangannya, seperti kebutuhan informasi mengenai gaya hidup yang sesuai dengan kemajuan zaman. Blackwell, James dan Paul (1994) dalam Aprianti (2005) menyatakan bahwa gaya hidup terdiri dari kegiatan (activities), minat (interest), dan opini (opinion), atau biasa disebut AIO. Diskotik sebagai salah satu tempat hiburan malam dapat mempengaruhi gaya hidup (kegiatan, minat, dan opini) remaja melalui hiburan yang disajikan oleh diskotik tersebut.

Pengertian ”diskotik” pada mulanya adalah tempat koleksi piringan hitam. Pemutar piringan hitam disebut sebagai ”disc jockey”. Di dalam diskotik, pendengar meminta pada ”disc jockey” untuk memutarkan lagu yang dikehendaki. Pada perkembangan selanjutnya, akhirnya pengertian diskotik amat bergeser dari fungsi awalnya, yaitu memutarkan lagu yang dikehendaki para pendengarnya (Poerwoto, 2003).

(17)

Diskotik berganti arti menjadi tempat-tempat melantai tanpa pramuria, yang dilengkapi oleh lampu-lampu yang berpijar-pijar mengikuti irama lagu. Lagu-lagu yang diputar adalah lagu-lagu yang berirama keras, mempunyai ritme yang seragam, didominir oleh suara bass – drum , yang kadang-kadang diselingi dengan lagu-lagu berirama lembut. Lagu-lagu tersebut diputar dari piringan hitam atau pita rekaman, dan pemutarannya tidak lagi tergantung pada pendengar, melainkan tergantung dari ”disc jockey”.

Tempat hiburan malam semakin menjamur di kota-kota besar khususnya Jakarta. Di berbagai sudut ibukota bisa ditemukan bermacam-macam tempat hiburan yang dibuka pada malam hari, mulai dari kafe-kafe sampai tempat diskotik. Banyaknya tempat hiburan malam yang bermunculan tak lepas dari tren yaitu suatu kecenderungan perilaku atau kegiatan yang diikuti oleh orang banyak pada suatu masa tertentu yang sedang berlaku di masyarakat modern di Jakarta yang menjadikan diskotik dan tempat hiburan malam lainnya sebagai tempat alternatif berkumpul. Bagi para pengunjungnya, tempat hiburan malam dapat menjadi ajang bersosialisasi dalam rangka memperluas pergaulan dan wawasan mereka (Hertika, 2003).

Kehadiran diskotik pada saat ini berpotensi untuk menstimulasi gaya hidup remaja khususnya yang mengunjungi tempat-tempat tersebut. Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa melalui interaksi sosial yang berlangsung pada akhirnya seseorang mampu untuk mengenal, menghayati nilai, dan norma kelompok/kelompok temannya sehingga dapat menetapkan peran yang dijalaninya atau sebaliknya dapat berdampak buruk pada kehidupan pribadi dan sehari-hari

(18)

remaja tersebut. Kehadirannya juga tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi tetapi juga dipengaruhi oleh modernisasi komunikasi di masyarakat.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana keterdedahan remaja terhadap diskotik?

2. Bagaimana gaya hidup (opini, minat, dan kegiatan) remaja yang suka mengunjungi diskotik dilihat dari keterdedahan terhadap diskotik?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan ide-ide baru untuk bahan penelitian mengenai remaja yang mengunjungi tempat hiburan malam (diskotik). Adapun rumusan yang menjadi tujuan penelitian tersebut adalah :

1. Menggambarkan keterdedahan remaja terhadap diskotik.

2. Menganalisis gaya hidup (opini, minat, dan kegiatan) remaja yang suka mengunjungi diskotik dilihat dari keterdedahan terhadap diskotik?

1.4. Kegunaan Penelitian

Secara akademis, penelitian ini mencoba untuk mengkaji perilaku remaja yaitu yang kaitannya dengan gaya hidup, khususnya yang mengunjungi diskotik, sehingga dapat dikaji lebih mendalam bagaimana pengaruh diskotik terhadap gaya

(19)

hidup remaja tersebut. Kemudian penelitian ini mencoba memberi masukan bagi penelitian sejenis yang akan dilaksanakan di kemudian hari. Diharapkan untuk IPB agar dapat menyediakan sarana hiburan atau memberikan izin dalam pengadaan acara sesuai minat mahasiswa sebagai seorang remaja yang dapat lebih terkontrol apabila nantinya terbukti bahwa dampak dari mengunjungi diskotik lebih banyak kerugiannya.

(20)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Diskotik

Tempat hiburan malam adalah tempat atau suatu kegiatan yang ditujukan untuk memberikan kesenangan bagi orang-orang agar dapat menghilangkan kejenuhan dari berbagai ativitasnya dan dari berbagai perasaan tidak enak atau susah yang sedang dirasakan orang-orang tersebut, yang ada pada malam hari (Hertika, 2003). Dahulu tempat hiburan malam bukan hanya berada dalam gedung seperti sekarang, dan hiburan malam seperti ini identik dengan hiburan di daerah-daerah kecil. Hiburan malam tersebut kental dengan adat tradisional seperti panggung wayang (di daerah Jawa), layar tancap, panggung tari-tarian daerah, dan lain-lain.

Seiring perkembangan zaman terdapat beberapa jenis tempat hiburan malam yang berkesan lebih modern, khususnya yang ada di kota-kota besar yaitu, kafe, bar, diskotik/klab malam, dan pub. Namun pada penelitian ini peneliti membatasi tempat hiburan malam tersebut pada diskotik/klab malam. Diskotik adalah sebuah klab dimana seseorang dapat berjoged/berdansa mengikuti musik-musik rekaman dari plat-plat/compact disc musik disko atau musik-musik yang memiliki ketukan cepat, dimana di tempat ini juga disediakan minuman-minuman baik yang beralkohol atau pun tidak dengan harga yang dapat dikatakan mahal. Harga yang ditawarkan berkisar Rp. 25.000,00 sampai Rp. 200.000,00 untuk per gelas, sedangkan untuk per botol berkisar Rp. 250.000,00 sampai Rp. 3.000.000,00 dan ini untuk berbagai jenis/merk minuman yang ada.

(21)

Setiap harinya diskotik-diskotik memberikan tema yang berbeda untuk hari yang berbeda. Harga tiket masuk juga tidak sama. Dapat diambil contoh untuk hari Rabu yang bertema Lady`s Night dan Kamis bertema Campus Night. Sesuai dengan namanya pada malam Lady`s Night di salah satu diskotik di Jakarta khusus untuk pengunjung perempuan dibebaskan membayar atau gratis untuk masuk tempat tersebut sedangkan untuk pengunjung lak-laki tetap bayar dengan tarif yang sudah ditetapkan yaitu Rp. 60.0000,00 sedangkan untuk Campus Night, malam yang khusus dibuat untuk para mahasiswa, tarif normal masuknya adalah Rp. 50.000,00 tetapi apabila pengunjung yang datang menunjukkan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) maka mendapat potongan harga yaitu Rp. 30.000,00 dan gratis minuman-minuman khusus yang ditawarkan tempat tersebut , baik yang beralkohol atau tidak, dan harga ini berlaku untuk pengunjung perempuan maupun laki-laki.

2.2 Motivasi Mendatangi Hiburan Malam

Motivasi adalah dorongan dalam diri manusia untuk melakukan suatu tindakan. Menurut Handoko (1992), motivasi suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Motivasi dapat diukur dengan dua cara, yaitu:

1. Mengukur faktor-faktor luar tertentu yang diduga menimbulkan dorongan dalam diri seseorang

2. Mengukur aspek tingkah laku tertentu yang manjadi ungkapan dari motif tertentu.

(22)

Berdasarkan Teori Penyebab Personal (Personal Causation) menjelaskan bahwa setiap individu selalu termotivasi untuk menjadi agen penyebab dari perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Pada teori ini ditekankan pada dua kategori, yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari diri sendiri (internal) sehingga menimbulkan kepuasan, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi akibat kekuatan-kekuatan dari luar (eksternal) untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Lichtenstein dan Rosenfeld dalam Handoko (1992) menyimpulkan bahwa keputusan menikmati suatu sarana hiburan merupakan proses yang dibagi dua, yaitu dapat mengajari motivasi apa yang dapat dipuaskan setiap tempat hiburan. Sebuah tempat hiburan yang menawarkan sarana untuk bersenang-senang dapat memuaskan motivasi tertentu pada setiap khalayak salah satunya remaja secara berbeda-beda. Kedua adalah dengan adanya motivasi yang memuaskan khalayak dengan telah diperolehnya kepuasan, maka dapat digunakan untuk membuat suatu pilihan.

Motivasi remaja dalam menikmati hiburan malam didasarkan pada motif akan kepuasan dan kebutuhan akan kontak sosial. Hal tersebut tercermin pada adanya keinginan remaja yang secara sengaja datang ke suatu tempat hiburan malam dengan selera masing-masing remaja, sehingga remaja mau mengeluarkan biaya untuk membayar biaya masuk ke tempat hiburan tersebut. Hal lain yang menjadi motif remaja untuk menikmati hiburan malam dikarenakan sarana yang disediakan memuaskan seperti full of sound/sound efect, musik-musik yang asyik sesuai selera para remaja saat ini. Kebutuhan akan kontak sosial tercermin dari adanya keinginan remaja untuk bertemu dengan rekan-rekannya atau untuk

(23)

mendapatkan identitas diri (motif harga diri). Menurut Teori Behaviorisme ”Law of Effects” dalam Handoko (1992) perilaku yang tidak mendatangkan kesenangan tidak akan diulangi.

Jadi, seseorang tidak akan menikmati atau menggunakan sarana tempat hiburan malam, bila hal tersebut dianggap tidak memberikan kepuasan pada kebutuhannya. Motivasi mendorong remaja untuk menikmati hiburan malam merupakan suatu pemuasan akan kebutuhannya (Rakhmat, 2000).

2.3 Gaya Hidup

Blackwell, James dan Paul (1994) dalam Aprianti (2005) menyatakan bahwa gaya hidup didefenisikan sebagai pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup adalah fungsi motivasi konsumen dan pembelajaran sebelumnya, kelas sosial, demografi dan variable lain. Blackwell, James dan Paul (1994) dalam Aprianti (2005) juga menyatakan bahwa gaya hidup terdiri dari kegiatan (activities), minat (interest), dan opini (opinion). Kegiatan adalah tindakan nyata seperti menonton media, berbelanja di toko atau menceritakan pada orang lain mengenai hal yang baru. Walaupun tindakan ini biasanya dapat diamati, alas an untuk tindakan tersebut jarang diukur secara langsung. Minat akan semacam objek, peristiwa atau topik adalah tingkat kegairahan yang menyertai perhatian khusus maupun terus menerus kepadanya. Opini adalah “jawaban” lisan atau tertulis yang orang berikan sebagai respon terhadap situasi stimulus dimana semacam “pertanyaan” diajukan. Opini digunakan untuk mendeskripsikan penafsiran, harapan dan evaluasi, seperti kepercayaan mengenai maksud orang lain, antisipasi sehubungan dengan peristiwa masa datang dan

(24)

penimbangan konsekuensi memberi ganjaran atau menghukum dari jalannya tindakan alternatif. Gaya hidup tersebut akan menentukan perilaku seseorang terhadap kehidupan. Gaya hidup menggambarkan orang seutuhnya, yang berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi dengan lingkungan yang terjalin terus menerus akan membentuk gaya manusia yang seutuhnya.

Berge dan Arthur Asa (1998) mengatakan bahwa gaya hidup adalah istilah menyeluruh yang meliputi cita rasa seseorang di dalam fashion, mobil, hiburan dan hal-hal lain. Gaya hidup mempengaruhi gaya hidup seseorang. Gaya hidup remaja dapat diukur melalui kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan bersama teman-temannya, minat-minat apa saja yang mereka miliki, dan bagaimana opini mereka tentang hal yang berlangsung.

2.4 Konsep Remaja

Mengutip Muss (1968), Sarwono (2002) mendefinisikan remaja dalam arti adolescence (Inggris) berasal dari kata latin adolescere yang artinya tumbuh ke arah kematangan. Kematangan di sini tidak berarti hanya kematangan fisik, tetapi terutama kematangan sosial psikologis. Remaja dalam artian psikologis sangat berkaitan dengan kehidupan dan keadaan masyarakat dimana masa remajanya sangat panjang dan ada yang hampir-hampir tidak ada sama sekali.

Remaja digambarkan sebagai usia masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Menurut Konopka (Pikunas, 1976) sebagaimana dikutip oleh Apriyanti (2005), masa remaja dimulai sekitar umur 12 sampai 22 tahun, dengan klasifikasi : (12 – 15 tahun) masa remaja awal, masa remaja pertengahan (16 – 18 tahun), dan masa remaja terakhir (19 – 22 tahun). Kepribadian remaja masih sangat labil dan

(25)

rentan terhadap berbagai pengaruh luar (stimulus) yang akan membentuk sikap dan pola hidupnya, terutama pada remaja dengan batasan usia 12 – 18 tahun. Gejolak emosi, pikiran, dan keyakinan remaja sewaktu-waktu berubah secara drastis dengan tidak terduga sebelumnya. Budaya dan karakteristiknya ditandai dengan sifat-sifat seperti eklusif, solidaritas tinggi, dan serba tidak menentu. Berkelompok dengan penuh dinamika dan romantika serta ikut-ikutan adalah ciri kegiatannya. Pada diri remaja amat besar potensi peniruannya.

Turner dan Helms (1995) sebagaimana dikutip oleh Ardiyanti, Erna, dan Mukhtar (2003) menyatakan masa remaja sebagai suatu masa dimana terjadi perubahan besar yang memberikan suatu tantangan pada individu remaja untuk dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya, dan mampu mengatasi perubahan fisik dan seksual yang sedang dialaminya.

Pertumbuhan remaja menuju ke arah kematangan tidak hanya kematangan fisik, tetapi kematangan sosial psikologis. Remaja dalam artian psikologis sangat berkaitan dengan kehidupan dan keadaan masyarakat. Perkembangan yang dialami remaja secara psikologis dapat dilihat dari pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa atau pencarian identitas diri. Dalam perkembangannya terdapat usaha penyesuaian diri menuju kedewasan. Hal ini dapat berupa kondisi dimana remaja aktif mengatasi masalah yang dihadapi hingga menjadi stress dan aktif mencari jalan keluar dari masalah tersebut.

Proses penyesuaian diri terhadap tahapan-tahapan, yang salah satunya yaitu tahap remaja akhir (late adolescence) yang merupakan masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapain ego dalam mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam mencari

(26)

pengalaman-pengalaman baru. Kondisi terlihat dari remaja yang sangat membutuhkan teman-teman. Remaja senang jika memiliki banyak teman, apalagi teman yang menyukainya dan memiliki sifat-sifat yang sama dengan dirinya.

Proses pencarian identitas diri remaja cenderung untuk mempelajari atau ingin tahu mengenai hal/persoalan dalam kehidupan bermasyarakat dalam rangka mencari pengalaman. Terutama dalam mencari pengalaman, maka remaja biasanya melakukannya secara bersama dengan teman-temannya, khususnya dengan teman yang sebaya. Teman sebaya memiliki ikatan satu sama lain yang lebih kokoh dan rasa solidaritas yang kuat. Biasanya remaja selalu memiliki kelompok-kelompok dalam pertemanan. Terbentuknya kelompok teman sebaya (Peer Group) karena adanya motivasi dari anggotanya supaya dapat diterima sebagai diri sendiri, memperoleh pengakuan dan penghargaan dan dapat melakukan kegiatan bersama yang menyenangkan. Selain itu, adanya persamaan diantara mereka bersatu dalam satu kelompok yaitu persamaan masuk jurusan di kampus, persamaan minat, persamaan tingkah laku, dan juga agama. Individu secara berkelanjutan akan melewati tahap proses sosialisasi dan pembentukan persepsi, serta apresiasi.

Remaja berusaha untuk melepaskan diri dari pengaruh orang tua dengan maksud untuk menemukan identitas dirinya sendiri selama di dalam masa remaja. Menurut Yusuf (2000), proses perkembangan mencari identitas diri ini dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya :

1) Keluarga, yaitu yang berkaitan dengan interaksi sosio emosional antar anggota keluarga, sikap dan perlakuan orang tua terhadap anak

(27)

2) Tokoh idola, yaitu orang-orang yang dipersepsikan oleh remaja sebagi figur yang memiliki posisi di masyarakat. Pada umumnya, tokoh-tokoh yang menjadi idola dan pujaan remaja berasal dari kalangan selebritis seperti penyanyi, bintang film dan olahragawan.

3) Peluang pengembangan diri, yaitu kesempatan untuk melihat ke depan dan menguji dirinya dalam setting (adegan) kehidupan yang beragam.

2.5 Perilaku Remaja

Perilaku merupakan segala sesuatu yang mencakup tiga komponen, yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan (Hickerson & Middleton, 1975). Selanjutnya menurut Hamalik (2001), pengertian perilaku mencakup tiga aspek yang terdiri dari :

1. Aspek pengetahuan, yaitu informasi yang tersimpan dan tersrtuktur. 2. Aspek sikap, mengandung nilai-nilai, sikap perilaku dan perasaan

sebagai dasar perilaku.

3. Aspek tindakan, merupakan serangkaian tindakan dengan tujuan untuk mengamati, mengungkapkan kembali, merencanakan dan melakukan, baik yang bersifat reproduktif maupun bersifat produktif.

Menurut Goldsmith (1989), sebagaimana dikutip oleh Sarwono (1999), perilaku manusia sebagai makhluk sosial dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dalam diri (organismic forces). Perilaku bukanlah karakteristik yang kekal sifatnya tetapi dapat berubah, diubah dan berkembang sebagai hasil interaksi individu yang bersangkutan dengan lingkungannya.

(28)

Perilaku manusia adalah untuk mencapai tujuan tertentu atau dipengaruhi oleh dorongan yang ada dalam diri individu itu sendiri atau dari luar individu. Dorongan yang menggerakkan manusia untuk bertingkah (behaviour) ini disebut motif. Berawal dari kata motif terebut, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Sehubungan dengan hal tersebut, tentunya perilaku seseorang tidak terlepas dari dari motif atau dorongan yang datang dari dalam dirinya atau dari luar individu untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakannya. Motivasi dari luar dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan tempat bersosialisasi di luar keluarga (Ahmadi, 1991).

Menurut Thibaut dan Kelley (1979), yang merupakan pakar dalam teori interaksi mendefenisikan interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Chaplin (1983) mendefenisikan bahwa interaksi merupakan hubungan sosial antara beberapa individu yang bersifat alami yang individu-individu itu saling mempengaruhi satu sama lain secara serempak.

Perilaku remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan, di satu pihak remaja memiliki keinginan kuat untuk mengadakan interaksi sosial dalam upaya mendapatkan kepercayaan dari lingkungan, di lain pihak ia mulai memikirkan kehidupan secara mandiri, terlepas dari pengawasan orang tua dan sekolah. Salah satu bagian perkembangan masa remaja yang tersulit adalah penyesuaian terhadap lingkungan sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan interpersonal yang sebelumnya belum pernah ada, juga harus

(29)

menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Maka untuk mencapai tujuan sosialisasi pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat pola penyesuaian baru.

Masa remaja merupakan fase yang sangat potensial bagi tumbuh dan berkembangnya aspek fisik maupun psikis baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Mereka menganggap dirinya bukan anak-anak lagi tetapi orang-orang disekelilingnya masih menganggap mereka belum dewasa. Disebabkan dorongan yang kuat ingin menemukan dan menunjukkan jati dirinya itulah remaja seringkali ingin melepaskan diri dari orang tuanya dan mengarahkan perhatian kepada lingkungan di luar keluarganya dengan cara bergabung dengan sebayanya (Soekanto,1989).

Menurut Rifai (1984) kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan remaja. Remaja sangat ingin diterima dan dipandang sebagai anggota kelompok teman sebaya baik di sekolah maupun di luar sekolah. oleh karenanya mereka cenderung bertingkah laku seperti tingkah laku teman sebayanya. Remaja akan sangat menderita apabila suatu saat tidak diterima atau bahkan diasingkan oleh kelompok teman sebayanya. Penderitaannya akan lebih mendalam daripada tidak diterima oleh keluarga sendiri. Kohesivitas kelompok sangat kuat dan toleransi antar anggota kelompok sangat tinggi. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila suatu saat salah seorang anggota kelompoknya terluka oleh anggota kelompok lain maka demi solidaritas dan kohesivitas mereka akan segera membelanya.

Ali dan Asori (2004) mengungkapkan bahwa remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk

(30)

melakukan aktivitas bersama dengan membentuk semacam geng. Interaksi antar anggota dalam kelompok geng biasanya sangat intens seperti memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi.

Remaja lebih banyak berada di luar rumah dengan teman sebaya. Jadi dapat dimengerti bahwa perilaku, pembicaraan, minat, dan penampilan teman sebaya menjadi lebih besar pengaruhnya daripada keluarga. Di dalam kelompok teman sebaya, remaja berusaha menemukan dirinya. Disini ia dinilai oleh teman sebayanya tanpa mempedulikan sanksi-sanksidunia dewasa. Kelompok teman sebaya memberikan lingkungan yaitu dunia tempat remaja dapat melakukan sosialisasi dimana nilai yang berlaku bukannlah nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa melainkan teman seusianya. Disinilah letak berbahayanya bagi perkembangan jiwa remaja, apabila nilai yang dikembangkan dalam kelompok sebaya adalah nilai yang negatif.

Remaja akan lebih terbuka pada teman-temannya daripada ke orang tua, karena mereka merasa lebih saling mengerti. Remaja lebih banyak dalam menghabiskan waktunya dengan teman sesama remaja daripada dengan orang tua atau anggota keluarga lain seperti di sekolah dari pagi sampai siang, kegiatan ekstra kulikuler, kegiatan les tambahan, nonton bioskop atau ke pusat perbelanjaan, bahkan ke tempat-tempat hiburan, serta acara rekreasi bersama. Interaksi yang intensif ini juga disertai fenomena yang disebut peer pressure atau tekana teman sebaya. Remaja merasakan betapa besar pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka sehari-hari, mulai cara berbicara, berpakaian, sampai tingakah laku. Mereka tidak hanya mengikuti apa yang diajarkan dan diarahkan oleh orang tua di rumah, tetapi juga memperhatikan dan mengikuti apa yang

(31)

dilakukan oleh teman-teman sebaya. Dengan intensitas hubungan seperti ini tidak mengherankan jika teman sebaya sebagai sumber informasi dianggap penting oleh remaja sendiri. Lebih lanjut, informasi yang beredar di kalangan remaja tidak hanya berupa hal-hal yang tidak krusial seperti masalah mode, bintang film atau grup musik pujaan, tempat-tempat hiburan yang baru, tetapi dapat berupa informasi penting seperti maslah seksualitas dan kesehatan reproduksi (Ali dan Asori, 2004).

Berdasarkan berbagai teori dan pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan masa perlaihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa dimana emosi, pikiran, dan keyakinan remaja masih bersifat labil dan rentan terhadap berbagai pengaruh dari luar (stimulus) yang akan membentuk sikap dan pola hidupnya. Pada masa remaja tersebut terjadi proses identifikasi diri untuk memperoleh penerimaan social dari lingkungannya. Untuk dapat memperoleh penerimaan tersebut, maka remaja sangat mencurahkan perhatiannya pada penampilan dan daya tarik.

2.6 Kebutuhan-kebutuhan Khas Remaja

Kebutuhan remaja secara umum, sama saja dengan kebutuhan yang dimiliki oleh kelompok orang dalam masa manapun dia berada. Remaja juga memiliki kebutuhan primer, yang dalam bentuk fisik misalnya : makan, minum, tidur, dan lain-lain; atau yang umum misalnya kebutuhan akan keaktifan, kebutuhan menyelidiki, dan mengetahui sesuatu. Remaja juga memiliki kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan akan dihargai, kebutuhan akan pujian, kebutuhan akan kedudukan, kebutuhan menghasilkan sesuatu, dan semacamnya. Demikian pula

(32)

sehubungan dengan pembagian kebutuhan atas tinjauan dari segi-segi lain; segi fisik; psikis; sosial dan religius.

Kebutuhan ini bersangkutan dengan psikologis-sosiologis yang mendorong remaja untuk bertingkah laku yang juga khas. Akan tetapi, apa bentuk-bentuk kebutuhan kahas itu, dan diantaranya kebutuhan mana yang terkuata bagi remaja. Untuk hal ini belum ada kesepakatan para ahli. Sesuai dengan penekanannya masing-masing. Kalau dititikberatkan pada kebutuhan yang bersangkutan dengan hal pribadi, agaknya perangkat kebutuhan yang pernah dicatat, relevan untuk dijadikan pencerminan. Terdapat tujuh kebutuhan khas remaja menurut Garrison (1958) yang dikutip oleh Mappiare (1982) sebagai berikut :

1. Kebutuhan akan kasih sayang, terlihat sejak adanya masa yang lebih muda dan menunjukkan berbagai cara perwujudan selama masa remaja.

2. Kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima dalam kelompok merupakan hal yang sangat penting, sejak remaja ”melepaskan diri” dari keterikatan keluarga dan berusaha memantapkan hubungan-hubungan dengan teman lawan jenis.

3. Kebutuhan untuk berdiri sendiri yang dimulai sejak usia lebih muda (remaja awal), menjadi sangat penting selama masa remaja. Manakala remaja dituntut membuat berbagai pilihan dan mengambil keputusan 4. Kebutuhan untuk berprestasi menjadi sangat penting dan pasti seirama

dengan pertumbuhannya secara individual mengarah pada kematangan atau kedewasaan.

5. Kebutuhan pengakuan dari orang lain sangat penting, sejak mereka bergantung dalam hubungan teman sebaya dan penerimaan teman sebaya

(33)

6. Kebutuhan untuk dihargai dirasakannya berdasarkan pandangan atau ukurannya sendiri yang menurutnya pantas bagi dirinya (sesuai dengan kenyataan), dan menjadi bertambah penting seirama dengan pertambahan kematangan

7. Kebutuhan memperoleh falsafah hidup yang utuh tertutama nampak dengan bertambahnya kematangan (kedewasaan).

Kebutuhan-kebutuhan di atas tidak berlaku bagi seluruh remaja, karena kebutuhan khususnya terdiri dari berbagai tingkat intensitas. Intensitas masing-masing kebutuhan dibatasi oleh berbagai faktor, antara lain faktor individual, faktor sosial, kulturasi dan faktor religius (termasuk nilai-nilai). Bagi remaja Indonesia, agaknya terdiri dari dua kelompok kebutuhan pribadi, kalau ditinjau dari segi kepada siapa tuntutan pemenuhan kebutuhan tersebut. Kelompok kebutuhan tersebut adalah; pertama, kebutuhan-kebutuhan yang menuntut pemenuhannya dari kelompok teman sebaya (peer group); kedua, kebutuhan-kebutuhan yang menuntut pemenuhannya dari orang tua remaja itu sendiri. Kelompok kebutuhan yang menuntut pemenuhannya dari peer group sebagai berikut :

1. Kebutuhan untuk diterima oleh peer group 2. Kebutuhan menghindari penolakan peer group

Kedua kebutuhan yang simultan ini dalam proses kerjanya, bekerja pula di dalamnya kebutuhan kasih sayang, kebutuhan keikutsertaan, kebutuhan untuk berdiri sendiri, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan pengakuan, dan kebutuhan untuk dihargai. Sedangkan falsafah, nilai-nilai lebih merupakan sesuatu tugas

(34)

perkembangan remaja. Remaja haruslah memilki falsalah hidup, nilai-nilai yang dapat dijadikannya pedoman dalam gerak dan arah perbuatannya.

Kelompok kebutuhan yang menuntut pemenuhannya dari orang tua remaja, lebih menonjol kepada kebutuhan-kebutuhan :

1. Pengakuan sebagai orang yang mampu menjadi dewasa 2. Perhatian

3. Kasih sayang

Kedua kelompok kebutuhan tersebut, secara bersama-sama menuntut pemenuhannya dengan mewujudkan diri dalam berbagai perilaku remaja yang unik itu. Wujud-wujud tingkah laku sebagai pernyataan kebutuhan yang menonjol kiranya yaitu :

1. Banyak-banyak kebutuhan-kebutuhan yang dapat melahirkan wujud-wujud perbuatan yang sama

2. Banyak wujud-wujud perbuatan yang dilahirkan oleh kebutuhan-kebutuhan yang sama

3. Kebutuhan-kebutuhan itu saling berkaitan satu sama lain

2.7 Pentingnya Pemenuhan Kebutuhan

Pemenuhan kebutuhan pribadi sama pentingnya dengan pemenuhan kebutuhan biologis. Pernyataan ini dapat diterima dengan asumsi manusia merupakan satu kesatuan psikis yang tidak dapat dipisah-pisahkan, walaupun dapat dibedakan. Pemenuhan kebutuhan psikologis tidak menyebabkan kematian seperti kebutuhan biologis apabila tidak terpenuhi. Akan tetapi dapat menyebabkan hilangnya

(35)

keinginan untuk hidup, kemudian akan mempercepat kematian. Jika kebutuhan-kebutuhan psikologis dapat dipenuhi secara memadai, maka mendatangkan keseimbangan dan keutuhan integrasi pribadi; individu yang besangkutan akan merasa bahagia, harmonis, dan menjadi orang yang produktif. Apabila kondisi tersebut tercapai maka seseorang akan dapat bekerja dengan gembira dalam kepentingan masyarakat dan kepentingan diri sendiri. Sebaliknya, apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka tidak ada kepuasan dalam hidup seseorang, dia dapat frustasi, serta terhalang dan terhambatnya pertumbuhan serta perkembangan sikap positif terhadap lingkungan masyarakat dan dirinya, sehingga menjadi orang yang tidak berarti dalam hidupnya.

2.8 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan hasil penelusuran pustaka dan memperhatikan situasi di lapangan penelitian, maka studi ini menyajikan mengenai gaya hidup remaja khususnya mahasiswa yang mengunjungi diskotik.

Masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa, diawali dengan masa puber, yaitu proses perubahan fisik yang ditandai dengan kematangan seksusal kognisi dan psikososial yang saling berkaitan satu dengan lainnya (Ardiyanti, Erna, dan Mukhtar, 2003). Gejolak emosi, pikiran, dan keyakinan remaja bisa sewaktu-waktu berubah secara drastis dengan tidak terduga sebelumnya. Budaya dan karakteristiknya ditandai dengan sifat-sifat seperti eksklusif, solidaritas tinggi, dan serba tidak menentu. Berkelompok dengan penuh dinamika dan romantika serta ikut-ikutan” adalah ciri kegiatan remaja, dimana pada diri remaja amat besar potensi peniruannya.

(36)

Kepribadian remaja masih sangat labil dan rentan terhadap pengaruh luar (stimulus) yang akan membentuk sikap dan pola hidupnya. Salah satu pengaruh dari luar (stimulus) yang diduga mempengaruhi gaya hidup remaja adalah diskotik. Diskotik seharusnya berfungsi sebagai sarana hiburan yang dapat mempengaruhi khalayak pengunjungnya dalam hal ini remaja dalam menentukan gaya hidupnya. Diskotik dapat mempengaruhi remaja dalam memilih kegiatan yang akan dilakukan, minat, dan opini mereka mengenai topik-topik yang berlangsung di sekitarnya.

Pengaruh diskotik terhadap gaya hidup remaja dipengaruhi oleh keterdedahannya terhadap diskotik itu sendiri. Keterdedahan remaja terhadap diskotik terdiri dari cara memperoleh informasi tentang diskotik, diskotik yang sering dikunjungi, jenis musik dan acara yang paling disukai di diskotik, dan frekuensi mengunjungi diskotik. Keterdedahan tersebut dapat dipengaruhi oleh karakteristik personal.

Karakteristik personal terdiri dari karakter teman dekat, kegiatan dalam menghabiskan waktu luang, pola asuh keluarga, status ekonomi, dan jenis kelamin. Dalam masa remaja, kehadiran teman dekat menjadi sangat berarti dan hal ini ditandai dengan solidaritas yang tinggi diantara teman. Hal ini menyebabkan teman dekat ikut mempengaruhi remaja dalam keterdedahannya terhadap diskotik misalnya dalam memilih tempat “clubbing” (diskotik) yang akan didatangi.

Solidaritas yang dimaksud dapat berupa keinginan untuk memperkenalkan kepada teman diskotik dan berbagi kesenangan dengan gaya yang dianggap lebih modern. Remaja yang sebelumnya termasuk kategori tidak gaul akan terpengaruh

(37)

dengan temannya yang gaul yaitu yang lebih mengetahui tentang diskotik yang menarik untuk diditangi. Hal ini terjadi karena adanya rasa saling berbagi dan bertukar informasi mengenai diskotik-diskotik favorit remaja. Sehingga apabila jenis diskotik yang direkomendasikan temannya sesuai dengan keinginan temannya yang tidak gaul maka akses pergi ke diskotik, diasumsikan akan lebih sering (kualitatif) daripada diskotik-diskotik lainnya. Selain itu, keterdedahan remaja pada diskotik diasumsikan karena remaja dapat gratis masuk ke diskotik karena adanya undangan (invitation atau guest list). Hal ini biasanya diperoleh dari orang lain yang dikenal oleh remaja (gaul) yang sudah sering ke diskotik sehingga pengelola diskotik tersebut memberikan undangan (invitation atau guest list) untuk lebih dari satu orang. Oleh karena itu remaja yang gaul ini akan dengan mudah mengajak teman-temannya.

Kegiatan dalam menghabiskan waktu luang juga mempengaruhi keterdedahan remaja terhadap diskotik. Misalnya, seorang remaja yang lebih suka menghabiskan waktu luang dengan bersenang-senang dan pada malam harinya lebih memilih pergi ke diskotik karena ia beranggapan pergi ke diskotik merupakan kegiatan menghabiskan waktu luang yang modern (tidak keinggalan zaman). Diasumsikan bahwa hal ini mempengaruhi keterdedahan remaja terhadap diskotik.

Pola asuh keluarga dapat mempengaruhi keterdedahan remaja terhadap diskotik yaitu. Seorang remaja yang diasuh dengan pola asuh keluarga yang demokratis atau laissez-faire, diasumsikan dapat mempengaruhi keterdedahannya terhadap diskotik. Remaja tersebut akan dengan bebasnya menentukan kapan ia

(38)

harus pergi ke diskotik atau tidak dibandingkan remaja yang diasuh secara otoriter.

Status ekonomi diketahui dari penghasilan orang tua dan uang saku. Seorang remaja yang berasal dari keluarga golongan ekonomi menengah ke atas, dengan tanpa ragu akan pergi ke diskotik walaupun harus membayar mahal untuk dapat mengakses tempat tersebut dibandingkan dengan seorang remaja yang berasal dari golongan ekonomi bawah. Hal ini kemudian diasumsikan dapat menyebabkan remaja semakin tertarik untuk mengunjungi diskotik. Jenis kelamin juga dapat mempengaruhi keterdedahan remaja dalam mengunjungi diskotik, diasumsikan remaja laki-laki akan lebih mudah dan sering mengunjungi diskotik diabndingkan remaja perempuan, karena remaja perempuan lebih sulit memperoleh izin keluar rumah apabila tidak tinggal di kosan, remaja perempuan tidak akan pergi ke diskotik apabila tidak beramai-ramai dengan teman perempuan juga atau tidak akan pergi ke diskotik apabila tidak ada teman laki-laki yang menemaninya. Hal ini terjadi karena remaja perempuan masih memiliki rasa takut/was-was terhadap keamanan dirinya sendiri.

Kehadiran diskotik sudah semakin banyak pilihan. Kegiatan mengunjungi diskotik yang mempengaruhi gaya hidup remaja meliputi : kegiatan yang akan dilakukan, minat, dan opini mengenai suatu topik/objek. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Blackwell, James,dan Paul (1994) dalam Aprianti (2005) yang menyatakan bahwa gaya hidup terdiri dari kegiatan (activities), minat (interest), dan opini (opinion). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat lebih jelas pada gambar berikut.

(39)

Keterangan : = mempengaruhi Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

2.9 Hipotesis Pengarah

Penelitian ini menggunakan hipotesis pengarah yang bertujuan untuk membantu peneliti dalam mengarahkan dan memudahkan pencarian data. Hipotesis pengarah pada penelitian ini adalah hadirnya diskotik di kota-kota besar memberikan pengaruh tidak baik terhadap gaya hidup remaja (kegiatan, minat, dan opini) dilihat dari keterdedahan remaja terhadap diskotik.

Keterdedahan remaja terhadap diskotik:

- Cara memperoleh informasi tentang diskotik

- Diskotik yang sering

dikunjungi (musik dan acara) - Frekuensi mengunjungi

diskotik

Gaya hidup remaja : - Opini (opinion) - Minat (interest) - Kegiatan (activities) Karakteristik personal :

- Karakter teman dekat - Kegiatan dalam

menghabiskan waktu luang

- Pola asuh keluarga - Status ekonomi - Jenis kelamin

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus, yang berusaha menggambarkan perilaku remaja-remaja yang sering mengunjungi tempat hiburan malam (diskotik). Selain pendekatan kualitatif, penelitian ini juga menggunakan metode kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam dan rinci tentang motivasi, karakteristik remaja, apa yang diperoleh remaja, dan perbedaan perubahan perilaku yang terjadi pada perilaku remaja perempuan dan laki-laki yang sering mengunjungi tempat hiburan malam.

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini menggunakan strategi studi kasus, yaitu suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, menginterpretasikan suatu kasus dalam konteks secara natural tanpa adanya intervensi dari pihak luar (Baedhowi, 2001). Menurut Stake dalam Miles dan Haberman (1992), tipe studi kasus digunakan untuk memilih suatu kejadian atau gejala untuk diteliti dengan menetapkan beberapa metode. Metode yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu wawancara , pengamatan, analisis dokumen, diskusi kelompok, observasi, riwayat hidup, dan lain-lain. Akan tetapi metode yang digunakan pada penelitian kali ini adalah wawancara mendalam, pengamatan, dan kajian literatur.

Tipe studi kasus yang dipakai adalah tipe studi kasus instrumental karena peneliti ingin mendapatkan pemahaman lebih baik tentang suatu kasus khusus

(41)

yaitu kasus mengenai remaja yang suka mengunjungi diskotik yang saat ini sudah banyak keberadaannya khususnya di kota-kota besar, sehingga mempengaruhi gaya hidup remaja yang terkait dengan kegiatan, minat, dan opini mereka.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat dan beberapa diskotik di Bogor dan Jakarta. Target penelitian adalah mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang suka mengunjungi diskotik.

Pemilihan responden berdasarkan informasi dari informan yang mengetahui tentang mahasiswa IPB yang suka mengunjungi diskotik dan masih dalam usia remaja. Pada umumnya yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah berusia antara 19 tahun – 22 tahun, dimana usia ini termasuk ke dalam kategori usia remaja tahap akhir. Kemudian mahasiswa IPB belum secara keseluruhan pernah ke diskotik atau dikategorikan sebagai remaja yang tidak gaul yang pada umumnya berasal dari kota-kota kecil di luar Bogor (Garut dan Siantar) sehingga mudah bagi peneliti untuk menjumpai subjek penelitian yang sesuai dengan tema penelitian, dan sebaliknya tidak sedikit remaja gaul yang kemudian mempengaruhi remaja tidak gaul untuk terlibat bergaul ke diskotik karena rasa ingin tahu yang dimiliki tiap remaja akan hal yang baru bagi dirinya. Selain itu peneliti juga merupakan mahasiswi dari Institut Pertanian Bogor, sehingga memudahkan peneliti dalam memperoleh data yang diperlukan.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2007. Penelitian yang dimaksud mencakup waktu semenjak peneliti intensif berada di lokasi penelitian, sehingga penjajagan tidak termasuk dalam kurun waktu tersebut.

(42)

Penjajagan awal telah dilakukan pada bulan Maret 2007 yaitu dengan mengunjungi beberapa diskotik di Bogor dan Jakarta untuk mengetahui aktivitas yang terjadi di dalam diskotik pada umumnya. Pemilihan waktu tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan perencanaan penelitian, sehingga peneliti pada saat di lapangan dapat bekerja optimal.

3.3 Penentuan Subyek Penelitian dan Informan

Subyek tineliti dibedakan menjadi informan dan subyek penelitian. Informan dan subyek penelitian dipilih secara purposive. Hal ini terjadi karena peneliti melakukan pembicaraan tentang penelitiannya kepada informan yang kemudian ternyata informan adalah orang yang dapat memberi keterangan tentang substansi penelitian ini. Informan merupakan pihak yang akan memberikan keterangan tentang pihak lain dan lingkungannya, dalam hal ini yaitu orang yang sudah sering sekali mengunjungi diskotik. Subyek penelitian merupakan pihak yang memberikan keterangan tentang diri, dalam hal ini gaya hidupnya yang berkaitan dengan mengunjungi diskotik. Namun, informan menjadi informan kunci karena ia juga memberikan keterangan tentang dirinya yang suka mengunjungi diskotik melalui wawncara mendalam dengan peneliti.

Orang yang pertama dikenal peneliti dijadikan sebagai subyek tineliti awal yaitu dalam hal ini adalah informan kunci dan orang yang tahu tentang tempat hiburan malam/diskotik. Selanjutnya, subyek tineliti lain ditentukan berdasarkan informasi dari informan kunci. Pemilihan subyek tineliti tersebut dikenal dengan teknik snowballing. Subjek yang pertama diwawancara oleh peneliti adalah teman

(43)

dekat informan yang berasal dari daerah. Walaupun pada awal wawancara subjek tidak banyak memberi keterangan tentang dirinya, maka peneliti melakukan pertemuan-pertemuan selanjutnya untuk melakukan wawancara yang lebih mendalam. Hal ini juga berlaku terhadap subjek-subjek penelitian selanjutnya. Pada tahap ini peneliti tidak begitu banyak mendapat kesulitan sebab sebelum bertemu dengan subjek selanjutnya, terlebih dahulu informan memperkenalkan peneliti dengan remaja (subjek) yang akan di wawancara. Peneliti pada hari pertama wawancara melakukan pendekatan terlebih dahulu agar subjek nyaman untuk melakukan wawancara selanjutnya. Setelah itu, pertemuan-pertemuan selanjutnya dilakukan sendiri oleh peneliti.

Hanya saja pada awalnya sedikit sulit bagi peneliti untuk mengetahui latar belakang mereka mendatangi diskotik, namun setelah beberapa kali melakukan pertemuan, subjek tersebut tidak canggung lagi untuk menceritakan tentang dirinya. Tetapi hal ini tidak terjadi pada semua subjek. Ada beberapa orang yang dengan percaya diri menceritakan tentang dirinya yang suka datang ke diskotik. Maka diperoleh subjek penelitian yang berjumlah 11 orang yang terdiri dari tujuh orang remaja laki-laki dan empat orang remaja perempuan. Diskotik yang dikunjungi peneliti untuk mengetahui aktivitas remaja di dalamnya yaitu empat diskotik yang terdiri dari tiga diskotik yang berada di Jakarta (Vertigo, Bliss, dan Beyond), dan satu diskotik yang berada di Bogor (Lips Pool and Bar).

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan metode triangulasi data (kombinasi dengan

(44)

berbagai sumber data) yaitu pengamatan, wawancara, dan analisis dokumen agar saling melengkapi. Teknik pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengamatan berperan serta, yaitu peneliti ingin membina hubungan baik dengan tineliti, pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dilakukan dengan cara wawancara informal dan formal, dan dengan berperan sertanya dalam beberapa kegiatan tineliti dalam hal ini adalah mengunjungi diskotik bersama, dimana peneliti tidak merahasiakan identitasnya.

Teknik pengumpulan data selanjutnya adalah wawancara mendalam juga dilakukan berdasarkan substansinya ,maka wawancara mendalam untuk mempelajari kejadian dan kegiatan yang tidak dapat diamati secara langsung digunakan dalam penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari penelusuran pustaka (buku, artikel, laporan penelitian, dan dokumen lainnya) yang relevan dengan kajian penelitian.

3.5 Metode Analisis Data

Pengolahan dan analisis data ditujukan untuk menjelaskan pandangan tentang gaya hidup remaja yang suka mengunjungi diskotik. Analisa data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang, dan terus menerus. Penelitian bergerak di antara empat hal yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Miles dan Haberman, 1992). Pada waktu yang bersamaan dengan proses pengumpulan data , peneliti sudah mulai untuk menganalisis data. Data-data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam, pengamatan berperan serta, dan analisis dokumen serta literatur-literatur direduksi melalui proses pemilihan, pengkategorian dan pengelompokan data-data yang

(45)

sesuai. Pereduksian data berguna untuk membantu peneliti dalam menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sehingga kesimpulan akan diperoleh di akhir tahapan.

Maka untuk memahami gaya hidup remaja yang mengunjungi diskotik dilakukan dengan cara yang lebih sistematis yaitu dengan mengelompokkan sunjek-subjek penelitian menjadi tiga kelompok. Profil ketiga kelompok remaja ini dikelompokkan berdasarkan frekuensi mengunjungi diskotik karena diasumsikan frekuensi mengunjungi diskotik dapat mempengaruhi kegiatan, minat, dan opini remaja dalam kehidupannya. Seperti, semakin sering (kualitatif) remaja mengunjungi diskotik maka semakin jarang (kualitatif) ia melakukan kegiatan yang positif (olahraga, kegiatan sosial masyarakat, dan lain-lain), dan sebaliknya. Setelah mereduksi data, kemudian data disajikan dalam bentuk kutipan-kutipan (langsung maupun tidak langsung) dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan.

Proses penarikan/verifikasi kesimpulan data dilakukan setelah penyajian data. Penarikan kesimpulan terhadap sejumlah informasi dilakukan perlahan-lahan bersamaan dengan penyajian data. Selama proses ini berlangsung pengujian keabsahan data dengan memverifikasi keberadaan data-data tersebut.

(46)

BAB IV

GAMBARAN UMUM DISKOTIK DAN REMAJA

4.1 Gambaran Umum Vertigo

Vertigo merupakan satu dari begitu banyak diskotik di Jakarta dan merupakan salah satu diskotik favorit remaja saat ini.. Diskotik ini merupakan salah satu outlet dari tiga outlet unik dan dinamis (X-Lounge dan Charcoal Japanese Grill) yang dirancang sesuai dengan tren makan malam dan kehidupan malam Jakarta. Vertigo terletak di lantai 17 dari Gedung Veteran , Plaza Semanggi, JL. Jendral Sudirman Kav. 50, Jakarta 12930 dan dapat mengakomodasi tamu sampai 1800 orang. Diskotik ini mulai buka yaitu pada jam 22.00 WIB – 04.00 WIB. Pengunjung diskotik ini pada umumnya berasal dari B+ sampai A, dengan arti lain berasal dari kalangan ekonomi mengenah ke atas, dan target utama adalah pengunjung yang berjiwa modern. Hal ini dapat diketahui melalui pendapatan orang tua per bulan dan uang saku dari subyek penelitian.

Vertigo memiliki “hosts” tetap atau pemandu acara yang berkualitas dunia, yang mana dapat memberikan rasa nyaman sehingga pengunjung sangat menikmati musik dan acara yang disuguhkan oleh diskotik ini. Hal ini mendapat respon yang sangat besar dari para pengunjung Vertigo. Vertigo sebagai sebuah diskotik sudah selayaknya memiliki DJ (disc jockey) untuk memainkan musik dan memeriahkan suasana. DJ tamu dunia yang sangat terkenal pernah diundang dan datang ke Vertigo di antaranya adalah DJ Hernan Cataneo (berdasarkan voting majalah DJ Magazine), DJ Jonathan Ulysses, DJ Mary Sol, DJ Jo Mills, DJ Danny Howells, DJ Dave Piccioni, DJ Micky Guy, DJ Jim Shaft Ryan, DJ Redanka, dan

(47)

DJ Marco V. Para DJ ini pernah datang yaitu pada September 2006. Setiap Jumat pertama pada tiap bulan, Vertigo mengundang model-model dan selebritis yang biasa disebut “models and celebrities night”. Pada malam ini biasanya diadakan fashion show dan launching suatu produk. Diskotik ini dilengkapi dengan kapasitas sound yang berkekuatan 45.000 watt, yang berasal dari seri Allen & Heath XONE V6 dengan seri pengeras suara dari EAW`s Avalon. Desain ruangan Vertigo dapat digambarkan sebagai mode industri modern, dengan balutan dinding yang terbuat dari kaca dan kayu, cermin-cermin, logam, dan lantai yang terbuat dari bahan batu. Fasilitas lain yaitu 10 sofa VIP yang dikelilingi lantai dansa. Kemudian dilengkapi dengan ruangan untuk DJ yang dirancang sedemikian rupa yang menghadap ke lantai dansa.

Sejak pembukaannya pada Desember 2004, Vertigo sudah menjadi tujuan hiburan malam nomor satu di Jakarta. Hal ini terbukti dari terpilihnya Vertigo sebagai “Jakarta`s Best Club” oleh Paranoia (Hard Rock FM Jakarta) dan DJ Reynald, yaitu seorag finalis DJ Indonesia oleh DJ Magazine.

(48)

Gambar 1. Suasana di Dalam Vertigo

4.2 Gambaran Umum Remaja

4.2.1 Karakterisitik Personal Remaja

Remaja yang menjadi subjek penelitian ini adalah dari kalangan mahasiswa

yaitu mahasiswa Institut Pertanian Bogor, dimana umurnya antara 19 tahun – 22 tahun. Di samping itu, tidak keseluruhan dari mereka tinggal

bersama orang tua, melainkan tinggal di rumah kos-kosan karena berasal dari luar daerah Bogor. Mereka adalah Ahmad, Ucok, Why, Pita, Sungkar dan Nandra, sedangkan yang berasal dari Bogor dan tidak tinggal di kos-kosan adalah Ajeng, Kura, Gian, Andin, dan Tari. Seluruh remaja ini kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok, dimana Kelompok I yaitu Ahmad, Gian, Kura, dan Ucok, Kelompok II yaitu Why, Sungkar, dan Nandra, lalu Kelompok III yaitu Andin,

(49)

Tari, Pita, dan Ajeng. Pengkategorian kelompok ini dilakukan berdasarkan frekuensi mengunjungi diskotik setiap bulan oleh remaja-remaja tersebut. Pada Tabel 1 akan menunjukkan karakteristik personal remaja-remaja tersebut.

Tabel 1. Karakterisitik Personal Remaja berdasarkan Frekuensi Mengunjungi Diskotik tiap bulan

Karakteristik Personal

Remaja

Kelompok I Kelompok II Kelompok III

Frekuensi mengunjungi diskotik

5 -6 kali 3 – 4 kali 1 – 2 kali Karakter teman

dekat (gaul dan tidak gaul)

Gaul dan tidak gaul Gaul dan tidak gaul Gaul

Kegiatan dalam menghabiskan waktu luang Nongkrong di kampus, main bilyar, jalan-jalan ke mal, dan nonton di bioskop

Jalan-jalan kemal atau luar kota dan nongkrong di kampus Jalan-jalan ke mal, browsing internet, nonton di bioskop/rumah, dan membersihkan kamar/rumah. Pola asuh keluarga (demokratis dan otoriter)

Demokratis Demokratis Demokratis

Status ekonomi (jumlah uang saku tiap bulan)

Rp. 600.000,00 sampai Rp. 3.000.000,00 tiap bulan. Rp. 600.000,00 sampai Rp. 900.000,00 tiap bulan. Rp. 1.000.000,00 sampai Rp. 1.200.000,00.

Jenis kelamin Remaja laki-laki dapat lebih sering ke diskotik karena tidak khawatir akan keamanan dirinya.

Remaja laki-laki dapat lebih sering ke diskotik karena tidak khawatir akan keamanan dirinya. Remaja perempuan menjadi jarang pergi ke diskotik karena mereka masih memikirkan akan keamanan dirinya

(50)

Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa Kelompok I merupakan remaja yang sangat suka pergi ke diskotik selama lima sampai enam kali sebulan, Kelompok II frekuensi mengunjungi diskotiknya yaitu tiga sampai empat kali dalam satu bulan, dan Kelompok III merupakan kelompok yang frekuensi mengunjungi diskotiknya antara satu sampai dua kali dalam satu bulan. Semua subjek penelitian mempunyai teman dekat. Teman di kampus masuk ke dalam kategori teman dekat, karena hampir setiap hari berinteraksi dengan subjek penelitian. Bahkan teman dekat mereka tidak hanya teman di kampus namun juga teman di kosan.

Teman dekat mempunyai arti yang cukup besar di mata subjek karena selain teman untuk bermain, teman dekat juga merupakan tempat berbagi suka dan duka, tempat curhat (curahan hati), dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi mereka dalam berbagai hal misalnya saja gaya hidup subjek penelitian. Karakter teman dekat yang dapat saling mempengaruhi remaja dalam mengunjungi diskotik adalah teman yang gaul dan tidak gaul. Teman yang gaul yaitu yang lebih mengetahui tentang diskotik dan sudah sering mengunjungi diskotik akan mempengaruhi temannya yang tidak gaul yaitu yang belum pernah atau jarang mengunjungi diskotik sehingga ia tertarik dan menyukai kegiatan tersebut. Sebagai contoh adalah Ahmad merupakan anak yang gaul kemudian berteman dengan Ucok dan Why yang sebelumnya tidak pernah dan jarang ke diskotik menjadi lebih sering ke diskotik setelah berteman dekat dengan Ahmad.

Hal tersebut dikarenakan pada usia (19 tahun – 22 tahun) masih berada pada tahap pencaharian jati diri sehingga mudah sekali terpengaruh oleh lingkungan di sekitarnya. Menurut Konapka (Pinukas, 1976) sebagaimana dikutip oleh Diana

(51)

2004 mengungkapkan bahwa kepribadian remaja masih sangat rentan terhadap berbagai pengaruh luar (stimulus) yang akan membentuk sikap dan pola hidupnya.

“…iya, teman deket gue di kampus juga sekosan am gue. Dia juga yang suka ngedengerin cerita-cerita gue kalo gue seneng dan sedih, yah ga cuma maennya doang lah..”(Ahmad, 22th).

Karakter teman dekat subjek pada umumnya termasuk kategori gaul, karena mereka beranggapan bahwa mereka merupakan remaja-remaja yang modern dan tidak ketinggalan zaman. Hal ini mereka indikasikan dari pilihan mereka terhadap diskotik sebagai tempat hiburan dalam mengisi waktu luang. Namun dua orang dari subjek merupakan anak yang dapat dikatakan biasa saja karena sebelum berteman dengan teman dekatnya di kampus, ia belum pernah dan jarang ke diskotik, kemudian setelah kuliah ia menjadi suka pergi ke diskotik. Dengan kata lain, mereka peka terhadap gaya hidup masa kini.

Teman dekat yang gaul dapat mempengaruhi subjek, salah satunya melalui tempat hiburan malam mana yang akan mereka kunjungi. Teman dekat remaja ini bahkan subjek sendiri lebih senang pergi ke diskotik daripada harus berdiam diri di rumah/kosan dan memikirkan kuliah untuk keesokan harinya. Dengan pergi ke diskotik mereka dapat menghilangkan penat setelah menerima banyak mata kuliah di kampus maupun masalah yang ada. Hal ini juga yang mengakibatkan nilai-nilai mata kuliah mereka menjadi buruk di kampus, karena keesokan harinya mereka harus kuliah dengan kondisi tubuh letih dan tidak fit juga mengantuk bahkan sampai tidak masuk kuliah dan praktikum.

(52)

“…pulang kuliah aku lebih suka maen dulu ama temanku, yah itu nongkrong di kantin atau main “game”. Malamnya aku suka tuh pergi ngedugem ama teman kosan,,,yang pasti aku kalau capek abis ngedugem yah besoknya aku jarang kuliah....”(Ucok, 22th).

Remaja ini menggunakan waktu luang mereka biasanya untuk mendengarkan musik, membaca majalah dan komik, atau hanya sekedar nongkrong-nongkrong di kampus/kantin apabila siang hari. Bahkan tidak jarang diantara remaja ini mengakses internet (browsing), dimana mereka lebih suka membuka situs-situs ysng berkaitan dengan musik untuk men-download lagu atau lirik lagu dan situs friendster, daripada mencari bahan untuk tugas kuliah. Namun mereka mempunyai kegiatan menghabiskan waktu luang yang berbeda pada malam hari seperti main bilyar, ke rumah/kosan teman untuk ngobrol, dan pergi ke diskotik apabila bosan dengan kegiatan yang itu-itu saja. Hal ini menunjukkan bahwa mereka lebih memilih untuk menghabiskan waktu luangnya dengan hal-hal yang bersifat bersenang-senang/menyenangkan dirinya sendiri. Menurut mereka menghabiskan waktu dengan hal-hal tersebut lebih menyenangkan dan tanpa beban apapun walaupun harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.

“…kalau nggak ada kuliah dan gw lagi males kuliah sih gw lebih suka nongkrong di sapta aja atau di stevia. Trus kalau malem ada temen yang ngajakin clubbing, gw suka ikut, n kadang-kadang gw suka main bilyar sendiri..”(Why, 20th).

Pola asuh keluarga remaja-remaja ini adalah cara orang tua dalam mengasuh, membesarkan, dan mendidik anak-anaknya. Dalam penelitian ini, subjek dibesarkan dalam lingkungan keluarga dengan pola asuh yang demokratis. Keputusan yang harus diambil tetap berada di tangan remaja itu sendiri. Orang

Gambar

Gambar 1. Suasana di Dalam Vertigo
Tabel 1. Karakterisitik Personal Remaja berdasarkan Frekuensi Mengunjungi  Diskotik tiap bulan
Tabel 2. Keterdedahan Remaja terhadap Diskotik berdasarkan Frekuensi  Mengunjungi Diskotik tiap bulan
Tabel 3. Gaya Hidup Remaja yang Suka Mengunjungi Diskotik berdasarkan  Frekuensi Mengunjungi Diskotik tiap bulan

Referensi

Dokumen terkait

Data server dapat berupa program OPC (OLE for Process Control) atau program Direct Driver khusus yang dibuat khusus untuk satu controller/PLC tertentu. OPC merupakan standar

dengan tarif jasa sewa kamar yang ditentukan oleh Hotel Pousada

Namun demikian ada juga orang tua yang memberikan motivasi secara lengkap seperti menitipkan anak dalam lembaga belajar privat, memberikan fasilitas-fasilitas

dengan kata lain dalam tingkat signifikasi 95% faktor penutupan tanaman yang berbeda memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kadar bahan organik pada media

diperoleh pada musim hujan maupun kemarau menunjukkan bahwa lima jenis gulma/tumbuhan air yang tergolong dominan dan sangat penting di Rawa Taliwang antara lain adalah

Baik ayah dan ibu di SD dan SMP, serta kota dan luar kota termasuk ke dalam kategori puas, namun ayah dan ibu yang lebih banyak merasa puas terhadap pelayanan pendidikan

Pada halaman Penjadwalan Ulang yang muncul (dapat dilihat pada gambar 5.12), akan dilakukan proses seleksi terhadap data order yang dimiliki perusahaan dengan kriteria tanggal

Menurut Lestari dan Sugiharto ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi