• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYISIPAN KATA BERBAHASA INDONESIA DALAM DRAMA PAK BHABIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYISIPAN KATA BERBAHASA INDONESIA DALAM DRAMA PAK BHABIN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

87 Oleh/by

Herlina Setyowati, Zuly Qurniawati, Dwi Anjani W. Universitas Muhammadiyah Purworejo

Jalan KHA Dahlan 3 Purworejo 54111 herlina@umpwr.ac.id

*) Diterima: 9 Februari 2021; Disetujui: 1 April 2021

ABSTRAK

Fenomena kedwibahasaan dapat ditemukan dalam drama ―Pak Bhabin‖ produksi Polisi Motret. Drama ―Pak Bhabin‖ tersebut merupakan drama berbahasa Jawa, tetapi terkadang terdapat sisipan kata berbahasa Indonesia. Hal ini merupakan gejala campur kode. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji wujud campur kode kata berbahasa Indonesia dalam drama ―Pak Bhabin‖. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak dan catat. Adapun metode analisis data menggunakan metode agih dengan teknik lesap dan teknik ganti. Peneliti menyimak tayangan drama ―Pak Bhabin‖ di kanal YouTube Polisi Motret yang tayang pada tahun 2019. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan penyisipan kata berbahasa Indonesia dengan jenis 1) kata benda yang utuh, misalnya: jalan, pakaian, dan sangkar; serta penyisipan campuran, misalnya: uange, cita-citane, dan cobaane; 2) kata kerja yang utuh, misalnya: ulangi, mengkhianati, dan percaya; serta penyisipan campuran, misalnya: nglempar-lempar; 3) kata keadaan, antara lain: bawel, rajin, dan cengeng.

Kata kunci: penyisipan, kedwibahasaan, campur kode ABSTRACT

Bilingual phenomenon can be found in the drama "Pak Bhabin" produced by the Motret Police. Pak Bhabin is a drama spoken in Javanese, but sometimes inserted by Indonesian words. This is a symptom of code mixing. The purpose of this research is to examine the code mixing used in Pak Bhabin drama. The data collection technique used was the observation and note-taking technique. The data analysis method used was the agih method with delesion techniques and substitution techniques. The researcher watched the "Pak Bhabin" program on the Motret Police YouTube channel which aired in 2019. Based on the results of the study, there are insertion of Indonesian words with type 1) complete nouns, for example: jalan, pakaian, and sangkar; as well as the insertion of mixtures, for example: uange, cita-citane, and cobaane; 2) complete verbs, for example: ulangi, mengkhianati, and percaya; as well as the insertion of mixtures, for example: nglempar-lempar; 3) adjective, among others: bawel, rajin, and cengeng.

(2)
(3)

87 memperoleh kemudahan untuk

menyebarluaskan hasil karya mereka. Salah satunya ialah drama ―Pak Bhabin‖ produksi Polisi Motret. Akun Polisi Motret sampai tanggal 5 April 2021 ini telah memperoleh 882 ribu

subscriber dan telah mengunggah 187

video ke kanal Youtube. Drama ―Pak Bhabin‖ merupakan salah satu dari sekian drama pendek berbahasa Jawa yang disebarluaskan di kanal Youtube. Para pemain menggunakan bahasa Jawa dalam setiap tuturannya. Namun, ada kalanya pemain dalam drama Pak Bhabin ini menyisipkan kata berbahasa Indonesia.

Masyarakat Jawa menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa ibu dalam komunikasi sehari-hari. Dalam berkomunikasi tersebut masyarakat Jawa tidak hanya menggunakan bahasa Jawa, melainkan juga mencampurkan bahasa kedua pada kondisi tertentu. Hal tersebut merupakan gejala campur kode. Dalam campur kode, penutur menyelipkan unsur-unsur bahasa lain ketika sedang memakai bahasa tertentu saat berkomunikasi. Pencampuran kode terjadi ketika fasih menggunakan kedua bahasa secara bersama, berubah dari satu bahasa ke bahasa yang lain dalam satu ucapan. Penutur biasanya memilih kode tertentu setiap kali berbicara. Penutur juga dapat memutuskan untuk beralih dari satu kode ke kode lainnya atau untuk mencampur kode bahkan dalam ucapan yang terkadang sangat pendek. Dengan demikian, penutur menciptakan kode baru dalam proses

terjadinya pencampuran bahasa dalam tuturannya.

Bilingual cenderung mencampur bahasa yang mereka gunakan dalam percakapan atau bahkan dalam bentuk ucapan; dari perspektif monolingual.

Hal itu menunjukkan

ketidakmampuannya untuk memisahkan antara bahasa yang satu dengan yang lainnya (Strazny, 2005: 137). Studi tentang mengapa dan bagaimana orang-orang beralih kode memberikan wawasan kepada banyak orang aspek bahasa serta ucapan. Ini berlaku juga tentang bagaimana bahasa diatur di otak. Pada tingkat fungsional, bilingual sering beralih variasi untuk mengkomunikasikan sesuatu. Hal ini juga terjadi pada orang monolingual. Mereka juga dapat melakukan ini, yaitu dengan beralih antardialek, register, tingkat formalitas, intonasi, dan lain-lain (Penelope Gardner-Chloros, 2009: 4). Bilingualisme muncul dari berbagai kekuatan sosial dan peristiwa sejarah, termasuk kolonisasi, invasi dan aneksasi, migrasi dan deportasi (Bullock et al., 2009: 13).

Campur kode sebenarnya adalah pencampuran ragam bahasa yang berbeda (Ramadhaniarti et al., 2018: 3). Gejala campur kode muncul dalam dialog drama ―Pak Bhabin‖ yang tayang di kanal Youtube produksi Polisi Motret. Pak Bhabin diperankan oleh Bripka Herman, seorang polisi yang bertugas di Purworejo. Tokoh pendukung lainnya yakni Weni (istri Pak Bhabin), Dul Kemit, Selamet, Pak Kulo, dan Sri. Para tokoh

(4)

88

berdialog menggunakan bahasa Jawa. Akan tetapi, kadang muncul gejala campur kode dengan adanya sisipan kata berbahasa Indonesia atau unsur bahasa Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kompetensi komunikatif penutur. Kompetensi komunikatif merupakan kemampuan seseorang dalam berkomunikasi, baik secara kebahasaan maupun cara bertutur (Marmanto, 2014: 7). Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji wujud penyisipan kata berbahasa Indonesia dalam dialog drama ―Pak Bhabin‖. Peneliti akan mengkaji kutipan kalimat yang mengalami gejala campur kode, kemudian mengelompokkan penyisipan kata berbahasa Indonesia ke dalam kelas kata benda, kata kerja, dan kata keadaan. Sejalan dengan hal itu, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kutipan kalimat yang mengalami gejala campur kode, kemudian melakukan perbaikan kalimat dengan mengganti kosakata bahasa Indonesia dalam kalimat yang mengalami gejala campur kode ke dalam kosakata bahasa Jawa. Penelitian ini penting dilakukan karena drama ―Pak Bhabin‖ digemari oleh masyarakat. Masyarakat perlu mengetahui bahwa tuturan dalam drama ―Pak Bhabin‖ tidak murni berbahasa Jawa, melainkan mengalami gejala campur kode.

Chaer dan Agustina (2010: 114) mengemukakan bahwa jika seorang penutur dalam berbahasa Indonesia banyak menyelipkan serpihan-serpihan bahasa daerah berarti telah melakukan campur kode. Senada dengan pendapat di atas, Sumarsono (2010: 202) mengemukakan bahwa campur kode (code mixing) ini serupa dengan yang disebut interferensi dari

bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dalam campur kode penutur menyelipkan unsur-unsur bahasa lain ketika sedang memakai bahasa tertentu saat berkomunikasi.

Ansar (2017: 7) menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat mencampur bahasa mereka dengan meminjam bahasa lain atau menggunakan bahasa asing, bahkan kadang-kadang masih terpengaruh bahasa pertama (bahasa ibu). Suwito (1985: 92) membagi campur kode dalam beberapa jenis, meliputi: penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata, penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa, penyisipan unsur-unsur berwujud baster, penyisipan unsur- unsur yang berwujud perulangan kata, penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom dan penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa.

Kajian dalam penelitian ini difokuskan pada penyisipan berwujud kata berbahasa Indonesia pada drama ―Pak Bhabin‖. Kata merupakan morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas (Kridalaksana, 2008: 110). Menurut bentuknya, kata dapat dibagi menjadi 4, yakni kata dasar, kata berimbuhan, kata berulang, dan kata majemuk (Pateda, 2011: 91). Adapun dalam bahasa Jawa, kelas kata dapat dipilah menjadi 10 macam, meliputi: 1)

tembung aran/benda/nomina; 2)

tembung kriya/kerja/verb; 3) tembung katrangan/keterangan/adverbial; 4) tembung kaanan/keadaan/adjektiva; 5) tembung wilangan/bilangan/numeralia; 7) tembung panggandheng/sambung/konjungsi,

(5)

89 8) tembung

ancer-ancer/depan/preposisi; 9) tembung panyilah/sandang; 10) tembung panguwuh/penyeru (Mulyana, 2011:

41). Lebih lanjut penelitian ini fokus pada penyisipan kata kerja, kata benda, dan kata keadaan.

Pengkajian terhadap gejala campur kode sudah banyak dilakukan oleh peneliti lain. Dua contoh penelitian yang relevan, yakni penelitian dengan judul “Code

Mixing in Writing Opinion on Media Indonesia Newspaper” oleh Firima

(2018: 100) dan penelitian dengan judul “Campur Kode dan Alih Kode

dalam Percakapan di Lingkup Perpustakaan Universitas Bengkulu”

oleh Laiman Akhii, dkk. (2018: 45). Berdasarkan hasil penelitian, Firima (2018: 110) menemukan bahwa bentuk dominan dari campur kode dalam koran Media Indonesia adalah campur kode dalam bentuk frase. Fungsi campur kode dalam penulisan opini di koran Media Indonesia, yaitu meyakinkan atau memastikan ide,

untuk menjelaskan dan

mendemonstrasikan kecerdasan dalam menggunakan campur kode. Selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian Laiman Akhii, dkk. (2018: 54) ditemukan wujud campur kode dalam percakapan di lingkup perpustakaan Universitas Bengkulu meliputi (a) unsur yang berwujud kata, (b) unsur yang berwujud frasa, (c) unsur yang berwujud klausa, dan (d) unsur yang berwujud baster. Campur kode tersebut meliputi penyisipan bahasa Inggris ke dalam tuturan bahasa Bengkulu, bahasa Inggris ke dalam tuturan bahasa Indonesia, bahasa Arab ke dalam tuturan bahasa Bengkulu, bahasa Jawa ke dalam tuturan bahasa

Bengkulu, bahasa Korea ke dalam tuturan bahasa Bengkulu, bahasa Palembang ke dalam tuturan bahasa Bengkulu, bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Bengkulu, bahasa Selatan ke dalam tuturan bahasa Bengkulu, dan bahasa Rejang ke dalam tuturan bahasa Bengkulu.

Jenis alih kode yang terjadi dalam percakapan di lingkup perpustakaan Universitas Bengkulu meliputi alih kode intern dan alih kode ekstern. Alih kode tersebut meliputi: (a) alih kode dari bahasa Selatan ke bahasa Bengkulu, (b) alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Bengkulu, (c) alih kode dari bahasa Bengkulu ke bahasa Kaur, (d) alih kode dari bahasa Muko-muko ke bahasa Bengkulu, (e) alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa, (f) alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Batak, (g) alih kode dari bahasa Bengkulu ke bahasa Arab, (h) alih kode dari bahasa Bengkulu ke bahasa Inggris, dan (i) alih kode dari bahasa Kaur ke bahasa Inggris. Faktor-faktor penyebab terjadinya campur kode di lingkup perpustakaan Universitas Bengkulu meliputi (a) faktor kebahasaan, (b) faktor kebiasaan, (c) faktor tidak ada ungkapan yang tepat dalam bahasa yang sedang dipakai, (d) faktor latar belakang sikap penutur, dan (e) faktor topik pembicaraan. Faktor yang paling sering terjadi adalah faktor kebahasaan. Faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode intern meliputi: (a) menyesuaikan kode yang dipakai lawan bicara, (b) kehadiran orang ketiga, (c) penutur, (d) sekadar bergengsi, (e) tujuan untuk mengungkapkan sesuatu, (f) lawan tutur, dan (g) menunjukkan bahasa pertama.

(6)

90

Pengkajian gejala campur kode pada drama ―Pak Bhabin‖ belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian ini tergolong baru. Terlebih lagi fokus kajiannya pada jenis kata benda, kata kerja, dan kata keadaan. Hal ini membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu.

Sumber data dalam penelitian ini ialah drama ―Pak Bhabin‖ yang tayang di kanal Youtube Polisi Motret. Data dalam penelitian ini adalah transkripsi dialog hasil mengunduh drama ―Pak Bhabin‖. Transkripsi dialog dianalisis kata-kata dan baris-baris kalimatnya untuk dicari wujud gejala campur kodenya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak dan catat. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode agih. Metode agih adalah metode analisis data yang alat penentunya adalah bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto, 2015: 18). Peneliti mengolah data berupa gejala campur kode penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata dalam bahasa Indonesia. Metode agih yang dilakukan sebagai teknik analisis data tersebut terjabar dalam teknik lesap dan teknik ganti. Sudaryanto (2015: 43) mengemukakan teknik lesap adalah teknik yang dilakukan dengan melesapkan unsur-unsur tertentu satuan lingual yang bersangkutan. Adapun teknik ganti adalah teknik analisis yang berupa penggantian unsur tertentu satuan lingual yang bersangkutan dengan unsur tertentu yang lain di luar satuan lingual yang bersangkutan. Peneliti menyajikan kutipan kalimat yang mengalami gejala campur kode. Wujud kata

bahasa Indonesia dalam kalimat yang mengalami gejala campur kode tersebut kemudian peneliti ganti dalam bahasa Jawa.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data penelitian ditemukan bahwa ada 31 kalimat yang mengandung penyisipan kata berbahasa Indonesia. Kalimat-kalimat tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis kata, yakni kata benda, kata kerja, dan kata keadaan. Berikut kalimat yang mengandung penyisipan kata bahasa Indonesia dalam drama ―Pak Bhabin‖.

Penyisipan Kata Benda

Kata benda (tembung aran) ialah kata yang menerangkan nama barang-barang secara konkrit dan abstrak (Mulyana, 2011: 43). Wujud sisipan dengan jenis kata benda dipaparkan di bawah ini.

(1) a. “Kok nggawa tikêr barang sih?” (Aji Mumpung, detik 28) Kalimat ini diujarkan oleh Pak Bhabin ditujukan kepada Bu Bhabin. Pak Bhabin melihat Bu Bhabin kerepotan membawa tikar. Kata tikêr tidak ada dalam kamus bahasa Indonesia atau bahasa Jawa. Akan tetapi, tikêr merujuk pada tikar. Dalam KBBI, tikar berarti ‗anyaman daun pandan, mendong, dan sebagainya untuk lapik duduk (tidur, salat, dan sebagainya). Kata tikar dalam bahasa Jawa, yaitu klasa yang artinya ‗nam-naman saka méndhong,

pandhan, dianggo lèmèk lungguh (turu)‟ (Tim Penyusun, 2001). Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(7)

91 (1) b. Kok nggawa klasa barang

sih?” (Aji Mumpung, detik 28) (2) a.“Engko nek nang tengah jalan

awake dhewe kesel, iki digelar!” (Aji Mumpung, detik 33)

Kalimat ini diujarkan oleh Bu Bhabin ditujukan kepada Pak Bhabin. Bu Bhabin menjelaskan alasannya membawa tikar. Kata jalan dalam KBBI berarti ‗yang dilalui atau dipakai untuk keluar masuk‘. Kata

jalan dalam bahasa Jawa, yaitu dalan

yang artinya ‗papan sing dipijèkaké

kanggo liwat utawa diambah, sing diliwati, sing diambah, kang kanggo metu‟ (Tim Penyusun, 2001). Kalimat

tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(2) b. Engko nek nang tengah dalan awake dhewe kesel, iki

digelar!” (Aji Mumpung, detik 33)

(3) a. “Kabeh uwong diduduhi, iki cincinku anyar.” (Diperbudak Harta, detik 39)

Kalimat ini diujarkan oleh Pak Bhabin. Pak Bhabin sedang menasihati istrinya karena telah memamerkan cincin barunya kepada tetangga. Kata cincin dalam KBBI berarti ‗perhiasan berupa lingkaran kecil yang dipakai di jari, ada yang berpermata, ada yang tidak‘. Kata

cincin‟ dalam bahasa Jawa, yaitu ali-ali yang artinya ‗gelangan cilik rerenggan driji‟ (Tim Penyusun,

2001). Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(3) b. “Kabeh uwong diduduhi, iki ali-aliku anyar.” (Diperbudak Harta, detik 39)

(4) a. “Aku wis (nganggo) pakaian dhines kok.” (Diperbudak Harta, menit 01, detik 13) Kalimat ini diujarkan oleh Pak Bhabin. Pak Bhabin sudah siap berangkat dinas tetapi istrinya

menyuruh untuk memetik nangka. Kata pakaian dalam KBBI berarti ‗barang yang dipakai (baju, celana, dan sebagainya)‘. Kata pakaian

dalam bahasa Jawa, yaitu klambi yang artinya ‗araning sandhangan sing

minangka tutuping awak‟ (Tim Penyusun, 2001). Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(4) b. “Aku wis (nganggo) klambi dhines kok.” (Diperbudak Harta, menit 01:13)

(5) a. ―Gaya temen sih ora seneng rebung.‖ (Duit Lanang, menit 03, detik 59)

Kalimat ini diujarkan oleh Bu Bhabin. Bu Bhabin menawari Pak Bhabin makan siang dengan menu rebung, tetapi Pak Bhabin menolak karena ingin segera beristirahat. Kata

rebung dalam KBBI berarti ‗anak

(bakal batang) buluh yang masih kecil dan masih muda, biasa dibuat sayur‘. Kata rebung dalam bahasa Jawa, yaitu bung yang artinya ‗thukulane

pring‟ (Tim Penyusun, 2001). Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(5) b. ―Gaya temen sih ora seneng (jangan) bung‖ (Duit Lanang, menit 03, detik 59)

(6) a. “Uange kurang jatahku.” (Duit Lanang, menit 05, detik 50) Kalimat ini diujarkan oleh Bu Bhabin. Bu Bhabin meminta tambahan uang jatah bulanan karena terlalu banyak pengeluaran. Kata

uange berasal dari kata uang (Bahasa

Indonesia) dan akhiran -e (Bahasa Jawa). Kata uang dalam KBBI berarti ‗alat tukar atau standar pengukur nilai yang sah, dikeluarkan oleh pemerintah suatu negara berupa kertas, emas, perak, atau logam lain yang dicetak dengan bentuk dan gambar tertentu‘. Kata uang dalam bahasa Jawa, yaitu dhuwit yang

(8)

92

artinya ‗saranane urup-urupan kang

diwujudi ing cithakan tembaga, slaka, dluwang, lan sapanunggalane‟ (Tim

Penyusun, 2001). Adapun kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(6) b. “Dhuwite kurang jatahku.” (Duit Lanang, menit 05, detik 50)

(7) a. “Dadi kuncine wong rumah tangga kuwi….” (Duit Lanang, menit 05, detik 56) Kalimat ini diujarkan oleh Pak Bhabin. Pak Bhabin menasihati istrinya tentang kunci kebahagiaan berumah tangga yakni saling jujur, saling terbuka, dan saling menerima kekurangan masing-masing. Kata

rumah tangga dalam KBBI berarti

‗berkenaan dengan keluarga‘. Kata

rumah tangga dalam bahasa Jawa,

yaitu omah-omah yang artinya ‗rabi;

wis kulawarga‟ (Tim Penyusun,

2001).Oleh karena itu, kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(7) b. “Dadi kuncine wong omah-omah kuwi,….” (Duit Lanang, menit 05, detik 56) (8) a. “Mbak e, aku arep nggolek

perhiasan, nang kene emas paling abot pirang gram?” (Duit Lanang, menit 11, detik 40)

Kalimat ini diujarkan oleh Bu Bhabin kepada pelayan di toko emas Ismoyo. Bu Bhabin hendak membeli emas bersama Pak Bhabin. Kata

perhiasan dalam KBBI berarti ‗barang yang dipakai untuk berhias‘. Kata perhiasan dalam bahasa Jawa, yaitu pelikan yang artinya ‗barang

sing dijupuk saka sajerone lemah (emas, inten)‟ (Tim Penyusun, 2001).

Dengan demikian kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(8) b. “Mbak e, aku arep nggolek pelikan, nang kene emas paling abot pirang gram?” (Duit Lanang, menit 11, detik 40)

(9) a. “Alah, Pak e mesti ki, lho, berantakan sembrono. Mosok sangkar nang kene rak tertib.” (Gara-gara Denok, detik 20)

Kalimat ini diujarkan oleh Bu Bhabin. Bu Bhabin melihat sangkar burung tergeletak bukan pada tempatnya. Bu Bhabin menuduh suaminya yang meletakkan sangkar bungkur tersebut sembarangan. Kata

sangkar dalam KBBI berarti ‗kurungan‘. Kata sangkar dalam bahasa Jawa, yaitu kurungan yang artinya ‗piranti kanggo ngurung‟ (Tim Penyusun, 2001). Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(9) b. “Alah, Pak e mesti ki, lho, morat-marit sembrono. Mosok kurungan nang kene rak tertib.” (Gara-gara Denok, detik 20)

(10) a. “Nek gedhe cita-citane pengin dadi apa, Selamet?” (Anak Titipan, menit 15, detik 02)

Kalimat ini diujarkan oleh Pak Bhabin kepada Selamet. Pak Bhabin menghibur Selamet dengan memainkan wayang dari ranting daun singkong. Kata cita-citane berasal dari kata cita-cita (Bahasa Indonesia) dan akhiran -e (Bahasa Jawa). Kata

cita-cita dalam KBBI berarti ‗keinginan (kehendak) yang selalu ada di dalam pikiran‘. Kata

cita-citane dalam bahasa Jawa, yaitu gegayuhane yang artinya ‗apa-apa sing dijangka, idham-idhaman, pepénginan, panjangka‘ (Tim Penyusun, 2001). Dengan demikian

(9)

93 kalimat tersebut dapat diperbaiki

sebagai berikut.

(10) b. “Nek gedhe gegayuhane pengin dadi apa, Selamet?” (Anak Titipan, menit 15, detik 02)

(11) a. “Perbuatan ki nek sing akeh mudhorote daripada manfaate….” (Buat Apa Datang Jakarta, menit 03, detik 19)

Kalimat ini diujarkan oleh Pak Bhabin. Pak Bhabin menasihati Dul Kemit agar tidak terlibat dalam kegiatan yang tidak bermanfaat. Kata

perbuatan dalam KBBI berarti ‗sesuatu yang diperbuat (dilakukan), tindakan‘. Kata perbuatan dalam bahasa Jawa, yaitu tindak tanduk yang artinya ‗patrap; solah tingkah‘ (Tim Penyusun, 2001). Selanjutnya, kata „daripada‟ merupakan kata depan untuk menandai perbandingan (KBBI). Kata daripada dalam bahasa Jawa, yaitu tinimbang yang artinya ‗dipandhing karo‟ (Tim Penyusun, 2001). Dengan demikian kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(11) b. “Tindak tanduk ki nek sing akeh mudhorote tinimbang manfaate….” (Buat Apa Datang Jakarta, menit 03, detik 19)

(12) a. “Huuuu, Pak eeee…, tapi iku anting pemberianmu, Pak eee…, saiki wis ilang.” (Golek Sangu, menit 02, detik 09)

Bu Bhabin merasa sedih karena kehilangan anting kesayangannya. Diketahui bahwa anting yang hilang ini merupakan anting pemberian Pak Bhabin. Kata pemberian dalam KKBI berarti ‗sesuatu yang didapat dari orang lain‘. Kata pemberian dalam bahasa Jawa, yaitu pawèh yang artinya ‗wènèhan‘ (Tim Penyusun,

2001). Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(12) b. “Huuuu, Pak eeee…, tapi iku anting pawèhmu, Pak eee…, saiki wis ilang.” (Golek Sangu, menit 02, detik 09)

(13) a. “Urip kuwi pancen akeh cobaane, Bune….” (Golek Sangu, menit 03, detik 59) Pak Bhabin sedang menasihati istrinya agar sabar dan bersyukur karena hidup penuh dengan cobaan. Pak Bhabin meminta istrinya untuk selalu bersabar dan bersyukur. Kata

cobaan dalam KBBI berarti ‗sesuatu

yang dipakai untuk menguji‘ (ketabahan, iman, dan sebagainya). Kata cobaan berasal dari kata cobaan (Bahasa Indonesia) dan akhiran -e (Bahasa Jawa). Kata cobaan dalam bahasa Jawa, yaitu pacoban yang artinya ‗panjajal, pandadaran, alangan, kasusahan‟ (Tim Penyusun,

2001). Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(13) b. “Urip kuwi pancen akeh pacobane, Bune….” (Golek Sangu, menit 03, detik 59) (14) a. “Iki, lho, kebiasaan!”

(Dokter Syantikku, menit 06, detik 22)

Kata ini diujarkan oleh Bu Bhabin. Saat itu Pak Bhabin memarkir motornya dengan merobohkan begitu saja. Kata

kebiasaan dalam KBBI berarti ‗sesuatu yang biasa dikerjakan‘. Kata

kebiasaan dalam bahasa Jawa,yaitu kulina yang berarti „wis wanuh banget‟ (Tim Penyusun, 2001).

Berikut diperbaiki kalimat tersebut. (14) b. “Iki lho kulina!” (Dokter

Syantikku, menit 06, detik 22)

Sisipan kata berbahasa Indonesia dengan jenis kata benda meliputi kata

(10)

94

dalan), cincinku (Jawa: ali-aliku),

pakaian (Jawa: klambi), rebung

(Jawa: bung), uange (Jawa: dhuwite),

rumah tangga (Jawa: omah-omah), perhiasan (Jawa: pelikan), sangkar

(Jawa: kurungan), cita-citane (Jawa:

gegayuhane), perbuatan (Jawa:

tindak tanduk), pemberian (Jawa: pawèh), cobaane (Jawa: pacobane),

dan kebiasaan (Jawa: kulina). Ciri sintaksis kata benda yaitu: 1) dapat didahului penanda kata negasi ‗dudu‘ (bukan), misalnya: dudu klasa; 2) dapat didahului preposisi, misalnya:

ing kurungan; dan 3) dapat menduduki fungsi subjek, predikat, atau objek (Mulyana, 2011: 43). Penyisipan kata berbahasa Indonesia dengan jenis kata benda yang utuh, meliputi: tiker, jalan, cincinku, pakaian, rebung, rumah tangga, perhiasan, sangkar, perbuatan, pemberianmu, dan kebiasaan; serta

penyisipan campuran, meliputi:

uange, cita-citane, dan cobaane.

Penyisipan Kata Kerja

Kata kerja (tembung kriya) ialah kata yang menerangkan suatu pekerjaan atau aktivitas (Mulyana, 2011: 45). Wujud sisipan dengan jenis kata kerja dipaparkan di bawah ini.

(15) a. “Awan kuwi terbuat saka banyu laut sing menguap, bune!” (Aji Mumpung, menit 06, detik 22)

Kalimat ini diujarkan oleh Pak Bhabin ditujukan kepada Bu Bhabin. Pak Bhabin menjawab pertanyaan Bu Bhabin tentang terjadinya awan di langit. Kata terbuat dalam KBBI berarti ‗dibuat dari‘. Kata terbuat dalam bahasa Jawa, yaitu digawe

saka. Namun, kata digawe saka

kurang tepat bila digunakan ketika

membahas tentang asal-usul awan. Kata yang lebih tepat digunakan, yaitu asal dalam bahasa Jawa artinya ‗mula buka‟ (Tim Penyusun, 2001). Selanjutnya, kata menguap dalam KBBI berarti ‗menjadi uap‘. Kata

menguap dalam bahasa Jawa, yaitu nguwab. Uwab artinya kukus ing banyu kapanasan (Tim Penyusun,

2001). Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(15) b. Awan kuwi asale saka banyu laut sing nguwab, bune!” (Aji Mumpung, menit 06, detik 22)

(16) a. “Kowe ki pancen angel dikandhani dadi cah cilik, nakal! Ah…, ah…, nglempar-lempar batu barang!” (Anak Titipan, menit 12, detik 50)

Kalimat di atas diujarkan oleh Bu Bhabin. Bu Bhabin memarahi Selamet karena Selamet melempar-lemparkan batu. Bu Bhabin merasa kewalahan menjaga Selamet. Kata

nglempar berasal dari kata lempar

(Bahasa Indonesia) dan mendapat prefiks ng- (Bahasa Jawa). Kata

lempar dalam KBBI berarti ‗dorong

sesuatu dengan tenaga ke depan melalui udara menggunakan gerakan tangan dan lengan‘. Kata melempar dalam bahasa Jawa yaitu nguncali yang artinya „nibani sarana

nyawatake watu‟. Kalimat tersebut

dapat diperbaiki sebagai berikut. (16) b. “Kowe ki pancen angel

dikandhani dadi cah cilik, nakal! Ah…ah… nguncali watu barang!” (Anak Titipan, menit 12, detik 50)

(17) a. “Nek simbah dhahar, Selamet maem utawa madhang. Ulangi!” (Anak Titipan, menit 16, detik 20)

(11)

95 Pak Bhabin sedang menasihati

Selamet agar mejadi anak yang baik dan sopan pada orang tua. Pak Bhabin memberi contoh kata yang sopan untuk diri sendiri dan untuk orang lain. Kata ulang dalam KBBI berarti ‗lakukan lagi‘. Kata ulangi dalam bahasa Jawa. yaitu baleni yang artinya „nindakake maneh‟ (Tim Penyusun, 2001). Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(17) b. “Nek simbah dhahar, Selamet maem utawa madhang. Baleni!” (Anak Titipan, menit 16, detik 20)

(18) a. “Godhong garing kae nek dilumpukke gampang, diiket angel!” (Buat Apa Datang Jakarta, menit 03, detik 42)

Kalimat ini diujarkan oleh Pak Bhabin. Pak Bhabin mengibaratkan pendemo yang datang ke Jakarta pada tanggal 21 Maret 2019 seperti daun kering yang mudah dikumpulkan, tetapi sulit diikat. Kata diiket merujuk pada kata diikat. Dalam KBBI, ikat berarti ‗tali (benang, kain, dan sebagianya) untuk mengebat (menyatukan, memberkas, menggabungkan)‘. Kata ikat dalam bahasa Jawa, yaitu tali yang artinya ‗tampar lan sapanunggalane sing

dianggo ningseti‟ (Tim Penyusun,

2001). Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(18) b. “Godhong garing kae nek dilumpukke gampang, ditaleni angel!” (Buat Apa Datang Jakarta, menit 03, detik 42)

(19) a. “Guru olahraga naksir Bu Eka….” (Cinta vs Dukun, detik 45)

Kalimat ini diujarkan oleh Sri kepada rekan-rekan satu kelasnya. Sri bergosip bahwa seorang guru

olahraga sedang menaksir Bu Eka. Kata menaksir dalam KBBI berarti ‗ada keinginan hendak (perasaan tertarik hati)‘. Kata taksir dalam bahasa Jawa, yaitu sir yang artinya ‗karep, niyat, pangarah, melik‟ (Tim Penyusun, 2001). Dengan demikian kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(19) b. “Guru olahraga ngesir Bu Eka….” (Cinta vs Dukun, detik 45)

(20) a. “Ora papa sedhela, dilepas sepatune.” (Diperbudak Harta, menit 01, detik 42) Kalimat ini diujarkan oleh Bu Bhabin. Bu Bhabin menyuruh Pak Bhabin supaya memetik nangka. Kata

dilepas dalam KBBI berarti ‗dicopot,

tidak pada tempatnya‘. Kata dilepas dalam bahasa Jawa, yaitu diuculi yang artinya ‗diudhari sarta diuwali

(tumrap tali, bebandan, buntelan)‟

(Tim Penyusun, 2001). Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(20) b. “Ora papa sedhela, diuculi sepatune.” (Diperbudak Harta, menit 01, detik 42) (21) a. “Apa iya Pak e arep

menghianati aku?” (Diperbudak Harta, menit 11, detik 05)

Kalimat ini diujarkan oleh Bu Bhabin. Bu Bhabin hendak ke dapur membuatkan kopi untuk Dul Kemit. Kata menghianati dalam KBBI berarti ‗berbuat khianat kepada, tidak setia kepada, menyalahi janji‘. Kata

menghianati dalam bahasa Jawa,

yaitu nyidrani yang artinya ‗mblénjani (tumrap janji); ngapusi‘ (Tim Penyusun, 2001). Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(21) b. “Apa iya Pak e arep

(12)

96

(Diperbudak Harta, menit 11, detik 05)

(22) a. “Aja bunuh diri Bu Bhabin.” (Diperbudak Harta, menit 12)

Kalimat ini diujarkan oleh Dul Kemit. Dul Kemit melihat Bu Bhabin berdiri di atas bibir sumur kemudian mengira hendak bunuh diri. Kata

bunuh dalam KBBI berarti ‗habisi

nyawa secara sengaja‘. Kata bunuh

diri dalam bahasa Jawa yaitu nglalu

yang artinya ‗njarag mati, maténi

awaké dhéwé‘ (Tim Penyusun, 2001).

Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(22) b. “Aja nglalu Bu Bhabin.” (Diperbudak Harta, menit 12)

(23) a. “Mosok ra percaya karo aku, gosip tepercaya iki, Sri.” (Cinta vs Dukun, detik 50)

Kalimat ini diujarkan oleh Sri ketika masuk ke kelas. Sri menyebarkan gosip kepada teman-temannya. Kata percaya dalam KBBI berarti ‗menganggap atau yakin bahwa seseorang itu jujur‘. Kata

percaya dalam bahasa Jawa, yaitu ngandel yang artinya ‗mitaya,

ngakoni yen pancèn nyata‘ (Tim

Penyusun, 2001). Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(23) b. “Mosok ra ngandel karo aku, gosip (bisa) diandel iki, Sri.” (Cinta vs Dukun, detik 50)

(24) a. “Pak eeee…. Adhuh, tobat, tobat tenan! Kae lho putune Mbah Kulo, aku ora sanggup.‖ (Anak Titipan, menit 12, detik 50)

Bu Bhabin mengujarkan kalimat ini di depan Pak Bhabin. Bu Bhabin mengeluh karena perilaku Selamet yang tidak bisa diam. Kata sanggup dalam KBBI berati ‗bersedia, mau‘

Kata sanggup dalam bahasa Jawa, yaitu saguh yang artinya ‗sanggem

arep nindakake‘. Kalimat tersebut

dapat diperbaiki sebagai berikut. (24) b. “Pak eeee…. Adhuh, tobat,

tobat tenan! Kae lho putune Mbah Kulo, aku ora saguh.‖ (Anak Titipan, menit 12, detik 50)

Sisipan kata berbahasa Indonesia dengan jenis kata kerja meliputi kata

terbuat (Jawa: asale), menguap

(Jawa: nguwab), nglempar-lempar (Jawa: nguncali), ulangi (Jawa:

baleni), diiket (Jawa: ditaleni), naksir

(Jawa: ngesir), dilepas (Jawa:

diuculi), menghianati (Jawa:

nyidrani), bunuh diri (Jawa: nglalu), percaya (Jawa: ngandel), dan

sanggup (Jawa: saguh). Ciri sintaksis

kata kerja yaitu: 1) dapat didahului oleh penanda negatif ‗tidak‘ (ora), misalnya: ora ngandel; 2) tidak dapat didahului oleh kata ‗agak‘ (rada); dan tidak dapat diikuti oleh kata „paling‟,

„luwih‟, dan „banget‟ (Mulyana,

2011: 46). Penyisipan kata berbahasa Indonesia dengan jenis kata kerja yang utuh, meliputi: terbuat, menguap, ulangi, diiket, dilepas, menghianati, bunuh diri, percaya,

dan sanggup; serta penyisipan campuran, meliputi: nglempar-lempar.

Penyisipan Kata Keadaan

Kata keadaan ialah kata yang menerangkan suatu benda, barang, atau yang dibendakan. Kata keadaan biasanya terletak di belakang kata yang diterangkan (Mulyana, 2011: 49). Wujud sisipan dengan jenis kata keadaan dipaparkan di bawah ini.

(25) a. “Ah, bawèl, ah, sabar, ora ngerti wong wedok repot!” (Aji Mumpung, detik 20)

(13)

97 Kalimat ini diujarkan oleh Bu

Bhabin ditujukan kepada Pak Bhabin. Bu Bhabin sedang merasa repot karena membawa tikar, karton, dan rantang. Kata bawèl dalam KBBI berarti ‗suka mencela, cerewet‘. Kata

bawèl dalam bahasa Jawa, yaitu criwis yang artinya „tansah guneman, tansah omong, crigis‟ (Tim Penyusun, 2001). Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(25) b. “Ah, criwis, ah, sabar, ora ngerti wong wedok repot!” (Aji Mumpung, detik 20) (26) a. “Kowe kudu rajin sinau!”

(Anak Titipan, menit 15, detik 12)

Pak Bhabin mengujarkan kalimat ini saat menasihati Selamet dengan memainkan wayang dari ranting daun singkong. Kata rajin dalam KBBI berarti ‗suka bekerja (belajar dan sebagainya), getol, sungguh-sungguh bekerja, selalu berusaha giat‘. Kata

rajin‟ dalam bahasa Jawa, yaitu sregep yang artinya ‗taberi; kanthi mempeng sarta tlatèn; seneng tumandang gawé‘ (Tim Penyusun,

2001). Dengan demikian kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(26) b. “Kowe kudu sregep sinau!” (Anak Titipan, menit 15, detik 12)

(27) a. “Mosok ra percaya karo aku, gosip tepercaya iki, Sri.” (Cinta vs Dukun, detik 50)

Kutipan data ini pernah digunakan dalam kelompok kata kerja, data 9. Adapun yang membedakan, kata percaya masuk dalam kelompok kata kerja, sedangkan kata tepercaya masuk dalam kelompok kata keadaan.

Perbaikan:

(27) b. “Mosok ra ngandel karo aku, gosip (bisa) diandel iki, Sri.” (Cinta vs Dukun, detik 50)

(28) a. “Alah, nangis-nangis barang, cengeng kowe!” (Dokter Syantikku, menit 5, detik 54)

Kalimat ini diujarkan oleh Bu Bhabin. Bu Bhabin dan Pak Bhabin sedang mengunjungi Dul Kemit di Puskesmas. Dul Kemit mengeluh sakit saat seorang dokter menyuntiknya dan Bu Bhabin mengejek Dul Kemit. Kata cengeng dalam KBBI berarti ‗mudah menangis; suka menangis‘. Kata

cengeng dalam bahasa Jawa, yaitu cingèng yang artinya ‗gampang

nangise‟ (Tim Penyusun, 2001).

Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(28) b. “Alah, nangis-nangis barang, cingèng kowe!” (Dokter Syantikku, menit 5, detik 54)

(29) a. “Kan alate ora lengkap, opname ki nang Rumah Sakit.” (Dokter Syantikku, detik 7)

Kalimat ini diujarkan oleh Bu Bhabin. Pak Bhabin mengajak Bu Bhabin untuk menjenguk Dul Kemit di Puskesmas. Bu Bhabin berpendapat bahwa alat-alat kesehatan yang ada di Puskesmas tidak lengkap. Kata lengkap dalam KBBI artinya ‗sedia segala-galanya‘. Kata lengkap dalam Bahasa Jawa, yaitu komplit yang artinya ‗ganêp,

pêpak‘ (Tim Penyusun, 2001). Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(29) b. “Kan alate ora komplit, opname ki nang Rumah Sakit” (Dokter Syantikku, detik 7)

(14)

98

(30) a. “Loh, rem-e wis patah, tebenge pecah, adhuh melas temen iki motor.” (Duit Lanang, menit 4, detik 50) Kalimat ini diujarkan oleh Bu Bhabin. Bu Bhabin sedang membersihkan Denok, motor kesayangan Pak Bhabin. Kata patah dalam KBBI berarti ‗putus tentang barang yang keras atau kaku‘. Kata patah dalam bahasa Jawa, yaitu

pedhot yang artinya ‗putung (tumrap tali)‘ (Tim Penyusun, 2001). Kalimat

tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(30) b. “Loh, rem-e wis pedhot, tebenge pecah, adhuh melas temen iki motor.” (Duit Lanang, menit 4, detik 50) (31) a. “Alah, Pak e mesti ki, lho,

berantakan sembrono. Mosok sangkar nang kene rak tertib.” (Gara-gara Denok, detik 20)

Kutipan data ini pernah digunakan dalam kelompok kata benda data 9. Kata berantakan dalam KBBI berarti ‗cerai-berai (berserak-serak); tidak keruan letaknya‘. Kata

berantakan dalam bahasa Jawa yaitu morat marit yang artinya ‗padha pating slebar ora karuwan‟ (Tim

Penyusun, 2001). Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.

(31) b. “Alah, Pak e mesti ki, lho, morat-marit sembrono. Mosok kurungan nang kene rak tertib.” (Gara-gara Denok, detik 20)

Sisipan kata keadaan berbahasa Indonesia meliputi kata bawèl (Jawa:

criwis), rajin (Jawa: sregep),

terpercaya (Jawa: diandel), cengeng (Jawa: cingeng), lengkap (Jawa:

komplit), patah (Jawa: pedhot), dan

berantakan (Jawa: morat-marit). Ciri sintaksis jenis kata keadaan yaitu: 1) dapat bervalensi dengan penanda

negasi ‗ora‘, misalnya: ora sregep; 2) dapat bervalensi dengan kata ‗rada‘ dan ‗luwih‘, misalnya: rada criwis; 3) dapat bervalensi dengan ‗banget‘ dan ‗dhewe‘, misalnya: komplit banget; 4) dapat bervalensi dengan kata ‗sing‘ di depannya, misalnya: sing morat-marit (Mulyana, 2011: 50).Penyisipan kata berbahasa Indonesia dengan jenis kata keadaan, meliputi: bawel, rajin,

tepercaya, cengeng, lengkap, patah,

dan berantakan. SIMPULAN

Berdasarkan penyajian dan pembahasan data di atas, telah terjadi gejala campur kode kata berbahasa Indonesia pada tayangan drama ―Pak Bhabin‖. Jenis kata yang ditemukan meliputi kata benda, kata kerja, dan kata keadaan. Penyisipan kata berbahasa Indonesia dengan jenis kata benda yang utuh, meliputi: tiker,

jalan, cincinku, pakaian, rebung, rumah tangga, perhiasan, sangkar, perbuatan, pemberianmu, dan

kebiasaan; serta penyisipan campuran, meliputi: uange,

cita-citane, dan cobaane. Penyisipan kata

berbahasa Indonesia dengan jenis kata kerja yang utuh, meliputi: terbuat,

menguap, ulangi, diiket, dilepas, menghianati, bunuh diri, percaya,

dan sanggup; serta penyisipan campuran, meliputi: nglempar-lempar. Penyisipan kata berbahasa

Indonesia dengan jenis kata keadaan, meliputi: bawel, rajin, tepercaya,

cengeng, lengkap, patah, dan

berantakan.

DAFTAR PUSTAKA

Aitchison, J., & Wardaugh, R. (1987). An Introduction to

(15)

99 Sociolinguistics. The British

Journal of Sociology, 38(3),

436.

https://doi.org/10.2307/59070 2

Ansar, F. A. (2017). Code Switching and Code Mixing in Teaching-Learning Process.

Tadris Bahasa Inggris, 10(1),

29–45.

https://doi.org/10.21831/lt.v5i 1.14438

Bullock, B. E., and, & Toribio, A. J. (2009). Linguistic Code-Switching (B. E. Bullock,

and, & A. J. Toribio (eds.)). Cambridge University Press. http://dx.doi.org/10.1016/j.cir p.2016.06.001%0Ahttp://dx.d oi.org/10.1016/j.powtec.2016. 12.055%0Ahttps://doi.org/10. 1016/j.ijfatigue.2019.02.006 %0Ahttps://doi.org/10.1016/j. matlet.2019.04.024%0Ahttps: //doi.org/10.1016/j.matlet.201 9.127252%0Ahttp://dx.doi.o Chaer, A. ; L. Agustina. (2010).

Sosiolinguistik. Rineka Cipta.

Firima, L. (2018). Code Mixing in Writing Opinion on Media Indonesia Newspaper. Jurnal

Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 17, 100–110.

Kridalaksana, H. (2008). Kamus

Linguistik (4th ed.). Gramedia

Pustaka Utama.

Laiman Akhii, Ngudining Rahayu, dan C. W. (2018). Campur Kode dan Alih Kode dalam Percakapan di Lingkup Perpustakaan Universitas Bengkulu. Jurnal Ilmiah

Korpus, II.

https://ejournal.unib.ac.id/ind ex.php/korpus/article/downlo ad/5556/2729

Marmanto, S. (2014). Potret Bahasa

Jawa Krama di Era Globalisasi. UPT. Penerbitan

dan Percetakan UNS.

Mulyana. (2011). Morfologi Bahasa

Jawa. Kanwa Publisher.

Pateda, M. (2011). Linguistik Sebuah

Pengantar. Angkasa.

Penelope Gardner-Chloros. (2009).

Code-switching. Cambridge

University Press.

Ramadhaniarti, T., Arsyad, S., & Arono, A. (2018). Code – Mixing in English Classes of Smpn 14 Kota Bengkulu: Views From the Teachers.

JOALL (Journal of Applied Linguistics & Literature), 2(1), 22–33. https://doi.org/10.33369/joall. v2i1.5866 Strazny, P. (2005). Encyclopedia of Linguistics. In Linguistics (Vol. 1, p. 1274). Fitzroy Dearborn. http://dx.doi.org/10.1016/j.cir p.2016.06.001%0Ahttp://dx.d oi.org/10.1016/j.powtec.2016. 12.055%0Ahttps://doi.org/10. 1016/j.ijfatigue.2019.02.006 %0Ahttps://doi.org/10.1016/j. matlet.2019.04.024%0Ahttps: //doi.org/10.1016/j.matlet.201 9.127252%0Ahttp://dx.doi.o Sudaryanto. (2015). Metode dan

Aneka Teknik Analisis Bahasa. Sanata Dharma

(16)

100

University Press.

Sumarsono. (2010). Sosiolinguistik (J. Irianto (ed.)). SABDA bekerja sama dengan Pustaka Pelajar.

Suwito. (1985). Sosiolinguistik: Pengantar Awal. Henary Offset Solo.

Tim Penyusun. (2001). Kamus Bahasa Jawa (Bausastra Jawa). Kanisius.

Referensi

Dokumen terkait

Sample B dapat kita lihat dengan pembesaran 100 kali permukaan terlihat lebih kotor dari Sample A dan banyak sekali bercak-bercak hitam yang ada, dan ini menandakan bahwa material

Oleh yang demikian, pendokong kepada konsep pembelajaran ini menekankan bahawa kesan pembelajaran penerokaan adalah jauh lebih baik daripada menghafal kandungan

pendidikan di tengah masyarakat Pondok pesantren tidak akan dapat mengelak.. dari kenyataan perubahan global yang

UMUM BAPPEDA, LITBANG Berkas yang dikirim kurang atau salah dari persyaratan : Tidak Mengirimkan Berkas Sesuai Pengumuman PADA SELEKSI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL LINGKUP

Secara umum prinsip kerja alat uji seperti yang terlihat pada gambar, sistem sirkulasi yang digunakan pada perangkat alat uji ialah sistem sirkulasi tertutup.

Epidermis dilengkapi dengan stomata dan bulu-bulu. /i bawah epidermis terdapat korteks. 0atas korteks dan stele biasanya tidak kelihatan jelas. Stele terisi oleh ikatan pembuluh

Prosocial and Impression management motives as interactive predictors of affinitive citizenship Behavior.” Journal of applied Psychology , 94 (4): 900-912.. Climate Profile and

Hasil yang diperoleh ini sejalan dengan hasil penelitian Bestari dan Siregar (2012) yang menyatakan bahwa agency cost tidak berpengaruh terhadap pengungkapan