• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Jenis Ikan (Cypriniformes: Cyprinidae) di Sungai Batang Tembesi Kabupaten Merangin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keanekaragaman Jenis Ikan (Cypriniformes: Cyprinidae) di Sungai Batang Tembesi Kabupaten Merangin"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Keanekaragaman Jenis Ikan (Cypriniformes: Cyprinidae) di Sungai

Batang Tembesi Kabupaten Merangin

Papario Anggara, Pitri Handayani, Andriyanto Pendidikan Biologi STKIP YPM Bangko

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh belum adanya data mengenai keanekaragaman jenis ikan di Sungai Batang Tembesi Kabupaten Merangin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis ikan family cyprinidae dan bagaimanakah keanekaragaman jenis ikan famili cyprinidae di Sungai Batang Tembesi Kabupaten Merangin. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2019, yang dilakukan dalam tiga tahapan. Tahap pertama yaitu tahap pengoleksian sampel yang dilakukan di Sungai Batang Tembesi Kabupaten Merangin dengan membagi lokasi penelitian menjadi 3 stasiun. Penentuan stasiun dilakukan menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu, peneliti menyesuaikan lokasi dengan karakteristik tempat hidup ikan.Pengoleksian sampel ikan dilakukan dengan menggunakan 3 alat tangkap, yaitu alat tangkap jala, alat tangkap jaring (Gill nett), dan alat tangkap pancing. Tahap kedua yaitu tahap identifikasi ikan yang dilaksanakan di Laboratorium Biologi STKIP YPM mengunakan buku Ikan Air Tawar di Ekosistem Bukit Tiga Puluh (Sukmono dkk, 2017), Fishes of the world (Nelson, 2016)dan Fishes of The Cambodian Mekong (Rainboth, 1996) dan jurnal-jurnal terkait. Tahap ketiga adalah tahap analisis data.Sampel yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan rumus indeks keragaman Shannon-Wiener (H’), indeks kekayaan jenis (DMg), dan indeks kemerataan spesies (E). Hasil penelitian yaitu tercatat 173 individu ikan (Cyprinidae) yang termasuk ke dalam 2 subfamili, yaitu Cyprininnae dan Danioinae, serta terdiri dari 9 genus yaitu Barbodes, Epalzeorhynchos,Hampala, Mystacoleucus, Tor, Schismatorhynchus,

Labocheilos,Crossocheilus, dan Rasbora. Tergolong ke dalam 10 spesies ikan yaitu Barbades binotatus, Barbades lateristriga, Epalzeorhynches kalopterus, Hampala macrolepidota, Mystacoleucus marginatus, Tor sora, Schismatorhynchus heterorhynchus, Labocheilos falcifer, Crossocheilus cobitis, dan Rosbora elegans.,.

Hasil analisis data nilai indeks keragaman Shannon-Wiener (H’) adalah 1,9023 (kriteria sedang), indeks kekayaan jenis (DMg) adalah 1,7464 (kriteria rendah), dan indeks kemerataan spesies (E) adalah 0,6341(kriteria stabil).

(2)

PENDAHULUAN

Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai tingkat keanekaragaman jenis ikan yang sangat tinggi. Perairan yang berada di wilayah garis khatulistiwa serta beriklim tropis menjadikan Indonesia mempunyai beranekaragam biota air yang lebih banyak bila dibanding dengan daerah dingin ataupun daerah subtropis. Keanekaragaman ikan di Indonesia sangat tinggi, berdasarkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2010 tercatat 4000-6000 jenis ikan yang ada di semua perairan di Indonesia.

Ikan famili Cyprinidae adalah famili ikan air tawar dengan genus terbesar, yaitu sebanyak 220 genus dan 2.420 spesies (Karahan, 2010 dalam J Putri, 2014). Ikan ini memiliki distribusi yang sangat luas, yaitu hampir di seluruh dunia. Beberapa potensi yang menonjol dari famili Cyprinidae yaitu sebagai ikan hias, misalnya Barbichthys armafus (Valenciennes, 1842) dan Barbodes lateristriga (Valenciennes, 1842). Selain itu juga berpotensi sebagai konsumsi komersial yang bernilai tinggi, misalnya Hampala macrolepidota (Kuhl & Van Hasselt, 1823) (Sukmono dkk, 2017). Famili Cyprinidae umumnya ditemui di sungai yang berair jernih dan berbatu, dan dapat ditemui dibagian hulu sungai (Sukmono, 2017).

Sungai memiliki peranan yang penting dalam memenuhi kebutuhan dan kelangsungan bagi seluruh mahluk hidup, salah satunya adalah ikan. Sungai Batang Tembesi adalah salah satu sungai yang terletak di Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Sungai Batang Tembesi yaitu sungai yang memiliki air yang jernih dan berbatu, sungai ini berhulu di Desa Rantau Suli, Kecamatan Sungai Tenang (Jangkat Timur), Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi dan bermuara di Sungai Batang Hari.

Sungai Batang Tembesi digunakan oleh penduduk setempat untuk melakukan aktivitas hariannya, seperti mencuci, mandi, dan megaliri aliran sungai ke

sawah. Sebagian masyarakat juga menangkap ikan di sungai batang tembesi untuk dikonsumsi sendiri dan juga dijual untuk memenuhi kebutuhan lain. Terlebih di sungai batang tembesi terdapat sebagian masyarakat melakukan aktivitas Penambangan Emas Ilegal (PETI), tentu hal ini dapat mempengaruhi kualitas air sungai batang tembesi yang tentu akan menjadi ancaman terhadap kehidupan makhluk hidup didalamnya.

Penelitian mengenai keanekaragaman jenis ikan famili Cyprinidae di Sungai Batang Tembesi termasuk sebuah upaya agar dapat menunjang serta meningkatkan pelestarian jenis ikan karena belum adanya data tentang jenis ikan famili Cyprinidae yang ada di sungai Batang Tembesi. Mengingat terbatasnya informasi dari jenis ikan dari famili Cyprinidae dan pentingnya ikan bagi kehidupan masyarakat, maka penelitian mengenai keanekaragaman jenis ikan (Cypriniformes: Cyprinidae) di Sungai Batang Tembesi perlu dilakukan. Untuk itu peneliti telah melakukan penelitian mengenai “Keanekaragaman Jenis Ikan (Cypriniformes: Cyprinidae) di Sungai Batang Tembesi Kabupaten Merangin”.

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2019. Pengoleksian sampel ikan dilakukan di Sungai Batang Tembesi Kabupaten Merangin selama 6 hari yaitu dimulai dari tanggal 26 s/d 31 Agustus 2019, sedangkan identifikasi ikan dilakukan di Laboratorium Biologi STKIP YPM Bangko.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroskop stereo, mikroskop binokuler, kamera handphone, alat tulis, penggaris, gunting, jaring (Gill net), Jala, Serok, Pancing, kalkulator, dan botol sampel. Sedangkan bahan yang digunakan adalah alkohol 70%, kertas label, cacing, nasi, mie, dan roti.

(3)

Metode Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan

a. Pengumpulan sumber teori yang mengandungt informasi mengenai ikan famili Cyprinidae dan tempat hidupnya.

b. Identifikasi lokasi beserta survey lapangan.

c. Mempersiapkan atan dan bahan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan a. Pentuan Stasiun.

Stasiun penelitian di Sungai Batang Tembesi Kabupaten Merangin yang terdiri dari tiga stasiun.Stasiun pertama terletak di Desa Sekancing KecamatanTiang Pumpung, stasiun kedua terletak di Desa Teluk Sekumbang Kecamatan Muara Siau, dan stasiun ketiga terletak di Desa Rantau Jering Kecamatan Lembah Masurai. Masing-masing stasiun berjarak ±15 km. Penentuan stasiun dilakukan menggunakan teknik Purposive Sampling.

Gambar 1. Lokasi Stasiun, (Google map, 2019 )

b. Tahap Koleksi Ikan

Pengoleksian sampel dilakukan dengan menggunakan 3 teknik, yaitu teknik tangkap jala, teknik tangkap jaring (gill net),dan pancing.

1) Penangkapan menggunakan jala dilakukan sebanyak 6 kali dalam 2 hari perstasiun, jala ditebar mulai pukul 10:00 - 12:00, pukul 13:00 - pukul 15:00 - 17:00. Jaring (Gill net) dengn ukuran panjang kurang lebih

20m serta lebar 1m dengan mata jaring 0,5-2 inci, jaring dipasang disungai yang terletak di lokasi stasiun penelitian sebanyak 4 kali dalam 2 hari perstasiun yaitu mulai pukul 07:00 diangkat pukul 15:00, pada pukul 16:00 - 05:00, dan pukul 08:00 - 15:00. Pancing dan serok digunakan untuk pengoleksian sampel dengan cara sweaping. Alat pancing yang digunakan berjumlah 10 pancing serta mata kail yang berbeda-beda dalam jamgka waktu 3-5 jam.

2) Pengelompokan ikan. Maksudnya pemisahan antara famili Cyprinidae dengan famili yang lain dengan melihat ciri-ciri cyprinidae serta membandingkan dengan gambar buku pedoman.

3) Ikan-ikan famili cyprinidae yang ditemukan tersebut dimasukkan ke dalam wadah yang sudah di isi dengan larutan alkohol 70% dan ditutup rapat.

4) Kemudian ikan diletakkan di atas kertas atau daun, dengan kepala menghadap kekiri dan diukur menggunakan penggaris, serta ambil foto/gambar spesimen pada setiap ikan.

3. Tahap Identifikasi

Identifikasi ikan dilaksanakan di Laboratorium Biologi STKIP YPM Bangko, yaitu mengamati karakteristik morfometrik dan meristik terhadap ikan yang tertangkap saat penelitian. Berikut proses identifikasinya:

a) Identifikasi dilaksanakan dengan memakai buku-buku ilmiah. Tahap pengidentifikasian menggunakan buku Ikan Air Tawar di Ekosistem Bukit Tiga Puluh (Sukmono dkk, 2017), Fishes of the world (Nelson, 2016) dan Fishes of The Cambodian Mekong (Rainboth, 1996) dan jurnal-jurnal terkait.

(4)

b) Karakteristik yang diamati meliputi bentuk tubuh, panjang serta tinggi tubuh, tipe sisik, bentuk moncong, tipe sirip, jumlah sirip serta bentuk ekor.

c) Hasil dari pengamatan yang dilakukan yaitu disajikan dengan bentuk deskripsi. Pendeskripsian akan ditampilkan karakteristik morfometrik.

4. Identifikasi Pengawetan

Setelah data dianalisis, tahap akhir dari penelitian ini adalah tahap pembuatan awetan basah. Awetan basah dilakukan untuk mengawetkan ikan yang ditemukan di Sungai Batang Tembesi menggunakan alkohol 70%. Teknik Analisis Data

1. Indeks Keragaman Spesies (H’) Indeks keragaman spesies dapat dihitung dengan menggunakan Shannon-Wiener Index (Ludwig & Reynold, 1988dalam Haneda, 2015), yaitu:

Nilai Pi diperoleh dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

Indeks keanekaragaman Jumlah individu setiap spesies Jumlah individu seluruh spesies 2. Indeks Kekayaan Jenis (DMg)

Nilai kekayaan jenis digunakan untuk mengetahui keanekaragaman jenis berdasarkan jumlah jenis pada suatu ekosistem. Indeks yang digunakan adalah indeks kekayaan jenis Margalef (Haneda, 2015):

Keterangan:

DMg = Indeks kekayaan jenis Margalef S = Jumlah jenis yang ditemukan

N = Jumlah individu seluruh jenis 3. Indeks Kemerataan Spesies (E)

Derajat kemerataan kelimpahan individu antara setiap spesies dapat ditentukan dengan menggunakan Indeks Kemerataan Spesies (Magguran, 2004 dalam Haneda, 2015):

Keterangan:

E = Indeks kemerdataan

= Indeks keanekaragaman spesies S = Jumlah spesies

Kriteria komunitas lingkungan berdasarkan indeks kemerataan spesies menurut Hill (1973) dalam Ismawan, dkk (2015) yaitu: E < 0,20 menunjukkan kondisi penyebaran jenistidak stabil 0,21 ≤ E < 1 menunjukkan kondisi penyebaran jenis

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Temuan

1. Hasil Pengoleksian Ikan

Hasil koleksi jenis ikan famili cyprinidae di sungai batang tembesi Kabupan Merangin, didapatkan total jenis ikan famili cyprinidae yang tertangkap yaitu sebanyak 173 individu yang termasuk ke dalam 2 subfamili, yaitu Cyprininae dan Danioinae, serta terdiri dari 9 genus yaitu Barbodes, Hampala,

Epalzeorhynchos, Mystacoleucus,

Rasbora, Tor, Schismatorhynchus,

Labocheilos, dan Crossocheilus. Secara rinci disajikan dalam tabel 1 berikut :

(5)

Tabel 1.Sebaran ikan famili cyprinidae yang ditemukan di Sungai Batang Tembesi Kabupaten Merangin

Berdasarkan tabel, ikan yang dikoleksi mempunyai pola sebaran yang bervariasi. Pada stasiun 1 ikan yang di peroleh 5 spesies yang terdiri dari 5 genus dari 2 subfamili. Stasiun 2 di peroleh 8 spesies yang terdiri dari 7 genus dari 2 subfamili. Kemudian Stasiun 3 diperoleh 10 spesies yang terdiri 9 genus dari 2 subfamili. Pada stasiun 3 juga didapatkan spesies ikan famili cyprinidae yang tidak ditemukan pada stasiun lainnya. Spesies ikan tersebut adalah Hampala macrolepidota dan Tor soro. Berikut tabel jumlah ikan famili cyprinidae yang di temukan di Sungai Batang Tembesi. Tabel 2. Jumlah ikan famili cyprinidae yang ditemukan di Sungai Batang Tembesi Kabupaten Merangin

Dapat dilihat pada tabel 4 bahwa ikan yang dominan ditemui ialah Selimang

(Epalzeorhynches kalopterus), yaitu sebanyak 47 individu atau sekitar 27,2%, sedangkan ikan yang paling sedikit ditemukan adalah Sebarau (Hampala macrolepidota) dan Semah (Tor soro) yaitu hanya 1 individu atau sekitar 0,6% dari seluruh ikan yang ditemukan

2. KeanekaragamanJenis

Ikan yang Tertangkap di Sungai Batang Tembesi Kabupaten Merangin

Hasil analisis data menggunakan rumus, yaitu Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener, Indeks Kekayaan Jenis Margalef dan Indeks Kemerataan Magguran.Data disajikan dalam tabel 3 sebagai berikut.

Tabel 3. Keanekaragaman ikan famili cyprinidae di Sungai Batang Tembesi

No Indeks Nilai Indeks 1 Keragaman Spesies (H’) 1,9023 2 Kemerataan Spesies (E) 0,6341 3 Kekayaan Jenis (DMg) 1,7464

Dari hasil analisis data secara keseluruhan (Stasiun 1, 2, dan 3) Keanekaragaman Jenis Ikan (Cypriniformes: Cyprinidae) di Sungai Batang Tembesi Kabupaten Merangin yaitu nilai indeks keragaman spesies (H’) = 1,9023 kriteria sedang, indeks kekayaan jenis (DMg) = 1,7464 kriteria rendah, indeks kemerataan spesies (E) = 0,6341 kriteria stabil.

Tabel 4. Keanekaragaman ikan famili cyprinidae di Sungai Batang Tembesi Perstasiun

Berdasarkan hasil analisis data pada stasiun 1,2 dan 3 diperoleh keanekaragaman jenis ikan famili

No Indeks Stasiun 1 2 3 1 Keragaman Spesies (H’) 1,5373 1,8663 2,0186 2 Kemerataan Spesies (E) 0.9552 0,8975 0,8766 3 Kekayaan Jenis (DMg) 1,0027 1,6961 2,2260

(6)

cyprinidae yang ditemukan yaitu : Stasiun1, indeks keragaman spesies (H’) yaitu 1,5373 kriteria sedang, Stasiun 2 yaitu 1,8663 kriteria sedang, dan Stasiun 3 yaitu 2,0186 kriteria sedang. Kemerataan spesies (E) Stasiun 1 yaitu 0,9552 kriteria stabil, Stasiun 2 yaitu 0,8975 kriteria stabil, dan Stasiun 3 yaitu 0,8766 kriteria stabil. Kekayaan jenis (DMg) Stasiun 1 yaitu 1,0027 kriteria rendah, Stasiun 2 yaitu 1,6961 kriteria rendah, dan Stasiun 3 yaitu 2,2260 kriteria rendah.

B. Deskripsi Jenis-jenis Ikan yang ditemukan di Sungai Batang Tembesi

a) Ikan Tana(Barbodes binotatus) Karakter dari Barbodes binotatus (Lampam) yaitu badan berwarna keperakan dengan sirip berwarna kemerahan.Mata besar berwarna hitam dengan tepi kekuningan.Tepi sirip dorsal serta sirip ekor berwarna kehitaman.Pangkal sirip ekor berwarna keemasan. Deskripsi meristik Barbodes binotatus yaitu D I, 8; A 4; Pv I, 6; P I, 8; SMB 4; SMBt 3; Li 22 dan deskripsi morfometrik yaitu PT 14; PB 11. Barbodes binotatus ditemukan di tengah sungai.Menurut Sukmono (2017) ikan ini memiliki habitat hidup di berbagai kondisi lingkungan, dari hulu hingga hilir sungai.Biasanya ditemukan pada bagian tengah hingga dasar sungai yang dangkal.

Gambar 2. Ikan Tana (Dokumen Pribadi, 2019)

b) Kepyur (Barbodes lateristriga)

Memiliki dua pasang

barbell.Terdapat dua bar tegak tepat di atas sirip pectoral dan di antara sirip dorsal dengan sirip pelvic. Terdapat sebuah garis memanjang dari belakang sirip dorsal hingga pangkal ekor. Jari-jari kertas

(pertama) sirip dorsal bergerigi.Terdapat noktah di atas sirip anal. Deskripsi meristik Barbodes lateristriga yaitu D I, 8; A I, 6; Pv I, 7; P I, 9; SMB 4.5; SMBt; 4; Li 22. Deskripsi morfometrik yaitu PT 12, PB 9,5. Habitat Barbodes lateristriga hidup di sungai berdasar batu hingga lumpur.Biasanya ditemukan di sungai kecil hingga besar dengan arus lemah dan sedang.Berpotensi sebagai konsumsi lokal dan ikan hias (Sukmono, 2017).

Gambar 3. Ikan Kepyur (Dokumen Pribadi, 2019) c) Selimang (Epalzeorhynches

kalopterus)

Karakter dari Epalzeorhynches kalopterus atau yang memiliki nama local ikan Selimang ini terdapat 3 pita warna hitam-kuning-hitam pada bagian atas sampai tengah badan yang memanjang dari moncong sampai pangkal ekor. Epalzeorhynches kalopterus memiliki dua pasang barbell kecil dan memiliki organ penghisap pada bagian bawah badan. Menurut Sukmono (2017) organ ini berfungsi untuk menempel di batu. Deskripsi meristik Epalzeorhynches kalopterusyaitu D I, 7, A I, 6; Pv I,7; P I, 13; Li 35. Deskripsi morfometrik yaitu PT 12,5; PB 10.

Gambar 4. Ikan Selimang (Dokumen Pribadi, 2019) d) Sebarau(Hampala macrolepidota)

Ikan Sebarau atau yang memiliki nama ilmiah Hampala macrolepidota ini memiliki karakter sebuah bar tegak hitam antara sirip dorsal dan sirip pelvic, yang

(7)

semakin samar ketika dewasa. Sirip berwarna merah kekuningan, kecuali sirip dorsal yang berwarna gelap. Bagian tepi ekor berwarna hitam.Barbel lebih panjang daripada diameter mata. Pada ikan ini terdapat corak berbentuk seperti air mata di pipi. Deskripsi meristik Hampala macrolepidota yaitu D I,8; A I,6; Pv 9; P I, 12; SMB 4.5; SMBt 4; Li 27, sedangkan deskripsi morfometriknya yaitu PT 14,5 dan PB 11. Menurut Sukmono (2017) ikan ini memiliki habitat di sungai, danau, dan rawa gambut.Biasanya ditemukan di sungai besar dan berarus deras lemah dengan dasar pasir hingga lumpur, berpotensi sebagai konsumsi komersial yang bernilai tinggi.

Gambar 5. Ikan Sebarau (Dokumen Pribadi, 2019)

e) Masai (Mystacoleucus marginatus)

Karaker dari ikan Masai (Mystacoleucus marginatus) yaitu punggung berwarna gelap.Sirip dorsal dan ekor berwarna kekuningan dengan ujung hitam.Sedangkan ujung sirip pectoral, pelvic, dan anal transparan. Terdapat bercak-bercak hitam pada bagian depan sisik. Pada batang ekor terdapat noktah gelap. Memiliki dua pasang barbel: rostoral pada rahang atas dan maxillary barbell. Deskripsi meristik Hampala macrolepidota yaitu D I,8; A I,9; Pv I,9; P I, 11; SMB 4.5; SMBt 4; Li 27, sedangkan deskripsi morfometriknya yaitu PT 14,5 dan PB 10,5. Menurut Sukmono (2017) habitat ikan Masai yaitu hidup di sungai kecil dan besar dalam hutan.Biasanya ditemukan di sungai jernih berarus dengan dasar pasir atau batu kecil.

Gambar 6. Ikan Masai (Dokumen Pribadi. 2019) f) Semah (Tor soro)

Ikan yang memiliki tubuh berukuran besar, di desa Masurai sendiri disebut dengan ikan Semah atau yang memiliki nama latin Tor soro karakter memiliki dua pasang barbel; maxillary yang berada di sudut mulut dan rostral yang berada di rahang atas. Badan berwarna abu kekuningan.Pada bagian atas mulut ada tonjolan tulang.Perut berwarna putih. Semua sirip berwarna sama seperti badan tetapi cenderung transparan. Sisik besar dan badan lebar memanjang.Deskripsi meristik Tor soroyaitu D I,9; A I,8; Pv I,9; P I, 14; SMB 4.5; SMBt 4; Li 28, sedangkan deskripsi morfometriknya yaitu PT 36 dan PB 27. Menurut Sukmono (2017) habitat ikan Semah yaitu hidup di hulu sungai dalam hutan dengan kondisi jernih dan dasar berbatu.Biasanya ditemukan di sungai berarus deras.

Gambar 7. Ikan Masai (Dokumen Pribadi, 2019)

g) Simancung (Schismatorhynchus heterorhynchus)

Ikan Simancung atau

Schismatorhynchus heterorhynchus

memiliki karakter perlipatan hidung mendatar dan membungkus tulang rahang atas serta menutupi dasar bibir atas, mulutnya terletak di bawah tidak bertongkol, tulang bawah mata tidak lebar, perut membundar dan datar, hidung berbendang atau bercawang mendatar dan dalam. Deskripsi meristik Schismatorhynchus heterorhynchusyaitu D I,9; A I,7; Pv I,7; P I, 8; SMB 4.5; SMBt 4; Li 24, sedangkan deskripsi morfometriknya yaitu PT 15,5 dan PB 12,8.

(8)

Gambar 8. Ikan Simancung (Dokumen Pribadi, 2019) h) Klarii (Labocheilos falcifer)

Karakter dari ikan ini yaitu memiliki dua pasang barbel.Moncong bagian atas lebih panjang dan tebal dan terdapat gerigi.Punggung berwarna gelap dan perut berwarna putih.Bibir bagian bawah memiliki organ penghisap.Deskripsi meristik Labocheilos falciferyaitu D 10; A 7; Pv 9; P I, 12; SMB 5.5; Li 33, sedangkan deskripsi morfometriknya yaitu PT 20,5 dan PB 16,5.Habitat di sungai jernih berarus lemah dengan dasar batu hingga pasir dan memiliki potensi sebagai konsumsi lokal (Sukmono, 2017).

Gambar 9. Ikan Klarii (Dokumen Pribadi, 2019)

i) Nalis (Crossocheilus cobitis)

Crossocheilus cobitisatau yang memiliki nama local ikan Nalis memiliki karakter punggung gelap, perut putih, dan lateral line lurus. Terdapat garis-garis hitam pada hampir semua baris sisik.Sirip pectoral, dorsal, dan ekor berwarna kemerahan.Deskripsi meristik Crossocheilus cobitisyaitu D 26; A I,4; Pv I,7; P I, 13; SMB 6; Li 29, sedangkan deskripsi morfometriknya yaitu PT 14 dan PB 10,5.

Gambar 10. Ikan Nalis (Dokumen Pribadi, 2019)

j) Seluang (Rosbora elegans)

Karakter Rosbora elegans (ikan Seluang) yaitu badan berwarna kekuningan dengan dua noktah hitam di bagian tengah badan dan pangkal sirip ekor. Pada pangkal sirip anal ada warna kehitaman.Sirip pectoral, pelvic, dan anal berwarna kekuningan.Tapi sirip ekor berwarna kehitaman. Deskripsi meristik Rosbora elegans yaitu D 9; A 7; P 13; SMB 6.5; Li 29, sedangkan deskripsi morfometriknya yaitu PT 9 dan PB 7.Habitat hidup di sungai besar, dari hulu hingga hilir. Ditemukan juga di danau dan rawa gambut (Sukmono, 2017).

Gambar 11. Ikan Seluang (Dokumen Pribadi, 2019) C. Keanekaragaman Jenis Ikan

(Cypriniformes: Cyprinidae) yang ditemukan di Sungai Batang Tembesi

a. Indeks keragaman (H’) Indeks keanekaragaman jenis diukur dengan menggunakan rumus Indeks Shannon-Wiener. Indeks kenaekaragaman jenis merupakan gambaran tingkatan skor seberapa besar spesies-spesies yang ada dalam suatu tempat. Berdasarkan analisis data diperoleh nilai indeks keanekaragaman ikan famili cyprinidae yang terdapat di sungai batang tembesi yang telah disajikan dalam tabel 5, sebesar1,9023 dengan kriteria sedang. Nilai indeks keragaman ikan pada lokasi penelitian dikatakan sedang, yaitu bila angka nilai keragaman yang diperoleh lebih besar dari 1 dan lebih kecil dari 3 berarti menunjukkan bahwa

(9)

keragaman ikan pada lokasi penelitian tersebut kriteria sedang.

Hal kehadiran ikan di sebuah tempat berkaitan erat dengan kondisi habitat sebagai fasilitator sumberdaya bagi keperluan hidup ikan.Adanya variasi kondisi habitat mengakibatkan ikan harus mampu berinteraksi termasuk beradaptasi dengan tempat hidupnya. Bentuk adaptasi ikan terhadap habitat antara lain adaptasi morfologi pada tipe letak mulut, tipe gigi rahang bawah dan bentuk sirip ekor. Tipe letak mulut, tipe gigi rahang bawah dan bentuk sirip ekor menunjukan adaptasi ikan terkait dengan sumberdaya makanan dan cara memperolehnya (guild). Adanya banyak sumber daya terutama makanan serta jarang dijumpai aktivitas manusia merupakan faktor penting dalam kelangsungan kehidupan ikan. Selain itu, adapun jenis-jenis ikan yang dapat dijumpai di berbagai stasiun disungai Tembesi menunjukkan jenis-jenis ikan yang bersifat kosmopolitan. Hal ini dapat dilihat pada Epalzeorhynches

kalopterus, Mystacoleucus

marginatus, Labocheilos

falcifer,Crossocheilus cobitis, dan Rasbora elegans. Jenis ikan tersebut sanggup menyesuaikan dengan keadaan di habitat yang ditujunya sehingga hampir terdapat di semua stasiun.

b. Indeks Kemerataan Spesies (E)

Indeks kemerataan spesies merupakan ukuran keseimbangan antara suatu komunitas dengan komunitas lainnya (Dendang, 2008 dalam Rahmawaty, 2018).Nilai indeks kemerataan diukur dengan menggunakan rumus Indeks Magguran. Berdasarkan data analisis diketahui nilai indeks kemerataan spesies ikan di sungai batang tembesi, sebesar0,6341dengan kriteria kondisi penyebaran merata. Nilai indeks

kemerataan ikan pada lokasi penelitian menggambarkan stabilnya suatu komunitas, yaitu bila angka nilai kemerataan yang diperoleh lebih besar dari 0,20 dan lebih kecil dari 1 berarti menunjukkan bahwa kemerataan ikan pada lokasi penelitian tersebut kondisi penyebarannya merata.

Hal ini disebabkan ikan mempunyai kemelimpahan yang beraagam dalam waktu serta lokasi yang berbeda. Jenis ikan yang mempunyai kelimpahan yang tinggi serta dominansi dalam penelitian ini adalah Epalzeorhynches kalopterus yakni sebanyak 47 ekor.Ikan tersebut mempunyai kelimpahan yang tinggi sebab mereka mempunyai kemampuan beradaptasi yang baik serta mampu memanfaatkan potensi sumber daya yang terdapat disekitar lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kemampuan ikan dalam hal mencari makan juga dapat mempengaruhi kemelimpahan jenis ikan. Tipe mulut pada ikan dapat berpengaruh pada pereferansi tempat hidup dan pembagian relung ekologi serta perbedaan pada cara atau teknik dalam hal memperoleh makanan. Jenis ikan famili Cyprinidae sedikit cenderung ke tepi sungai untuk mendapatkan makanan. Tipe mulut terminal dan juga subterminal akan memungkinan ikan jenis famili Cyprinidae dapat memakan lumut atau alga yang tumbuh dibawah pepohonan di tepi sungai. Kebiasaan makanan ikan dipengaruhi oleh berbagai faktor penting yaitu kondisi habitat, kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, ukuran serta umur ikan. Perubahan kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi perubahan persedaiaan makanan dan akan merubah perilaku makan pada ikan (Zahid dalam Nurudin, 2013).

c. Indeks Kekayaan Jenis (DMg)

(10)

Kekayaan jenis merupakan ukuran nilai yang sebabkan oleh banyaknya jenis dan total individu di suatu tempat. Semakin banyak jenis dan individu pada suatu tempat maka nilai indeks kekayaan jenis akan semakin tinggi (Syaputra, 2015 dalam Rahmawaty, 2018). Berdasarkan analisis data penelitian diketahui nilai indeks kekayaan jenis ikan di sungai batang tembesi, sebesar1,7464 dengan kriteria rendah.Nilai indeks kekayaan jenis ikan pada lokasi penelitian dikatakan rendah, yaitubila angka nilai indeks kekayaan jenis yang diperoleh lebih kecil dari 2,5 berarti menunjukkan bahwa kekayaan jenis ikan pada lokasi penelitian tersebut kriteria rendah.

Kekayaan spesies ikan yang ditemukan di sungai batang tembesi berjumlah 173 individu dari 10spesies yang terdiri dari 9 genus yang termasuk dalam 2 subfamili. Rendahnya kekayaan jenis pada lokasi penelitian disebabkan oleh kondisi habitat ikan yang terganggu oleh aktifitas di sekitarnya.

Sungai batang tembesi mengaliri berbagai desa yang mana sangat banyak terdapat aktifitas-aktifitas dari masyarakat yang ada disekitarnya. Kondisi tersebut bukan kondisi optimum bagi ikan untuk beraktivitas, baik dalam kegiatan mencari makan, membuat sarang dan berkembang biak. Pendapat di atas didukung oleh Hasriyanti, (2015) dalam penelitiannya mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat gangguan habitat, maka kekayaan spesies semut yang ditemukan cenderung semakin sedikit. Habitat dengan intensitas gangguan tinggi, seperti perumahan, pantai, taman dan kebun hanya dapat memfasilitasi keberadaan spesies semut yang mampu beradaptasi terhadap gangguan manusia.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah disajikan dalam tabel 6, dapat dilihat bahwa pada stasiun III

indeks keanekaragaman memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan kedua stasiun lainnya, yaitu 2,0186 (kriteria sedang). Hal ini disebabkan kondisi habitat di stasiun III yang masih dikelilingi oleh hutan dan juga kurangnya aktifitas masyarakat disekitar sungai memungkinkan ikan untuk berkembang biak dengan baik. Sementara di stasiun II indeks keanekaragamannya juga masih tinggi yaitu 1,8663 (kriteria sedang), meskipun kondisi habitatnya terletak di area perkebunan tetapi hal ini tidak terlalu mempengaruhi keadaan atau kondisi sungai. Pendapat ini sejalan dengan pernyataan Ross dalam Jukri (2013:34), mengatakan bahwa indeks keanekaragaman dan kemelimpahan ikan juga ditentukan oleh karakter dari habitat sungai tersebut. Karakteristik sungai meliputi keberadaan hutan atau tumbuhan di sepanjang aliran sungai yang berasosiasi dengan kehadiran atau keberadaan hewan-hewan penghuninya.

Sementara indeks keanekaragaman yang paling rendah diperoleh di stasiun I, yaitu 1,5373 (kriteria sedang). Hal ini disebabkan lokasi stasiun I yang dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga terdapat banyak aktivitas-aktivitas masyarakat sperti mandi, mencuci, membuang sampah dan juga banyak masyarakat yang menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan, selain itu ada juga yang menangkap ikan sebagai mata pencarian. Selain juga terdapat aktivitas penambangan emas (PETI). Hal ini menyebabkan populasi dan keragaman ikan yang ditemukan memiliki indeks keragaman yang rendah. Sejalan dengan pendapat Andriyanto (2019:6), penambangan emas menyebabkan perubahan habitat secara drastis yang tidak sesuai lagi dengan kondisi alaminya. Kemudian erosi tanah juga menyebabkan kekeruhan pada air meningkat dan terjadinya sedimentasi

(11)

sungai yang menyebabkan pemijahan ikan menjadi terganggu sebab adanya perubahan dari kualitas air serta substrat bebatuan yang tertutup oleh sedimen sehingga mengakibatkan kematian terhadap telur ikan serta tetasann

KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan secara keseluruhan diperoleh 173 individu ikan (Cyprinidae) yang termasuk ke dalam 2 subfamili, yaitu Cyprininnae dan Danioinae yang terdiri dari 9 genus yaitu Barbodes, Epalzeorhynchos,

Hampala, Mystacoleucus, Tor,

Schismatorhynchus,Labocheilos,Crosso cheilus, dan Rasbora. Tergolong ke dalam 10 spesies ikan yaitu Barbades binotatus, Barbades lateristriga, Epalzeorhynches kalopterus, Hampala

macrolepidota, Mystacoleucus

marginatus, Tor sora,

Schismatorhynchus heterorhynchus, Labocheilos falcifer, Crossocheilus cobitis, dan Rosbora elegans.

2. Berdasarkan hasil analisis data secara keseluruhan (Stasiun 1,2,dan 3) Keanekaragaman Jenis Ikan (Cypriniformes: Cyprinidae) di Sungai Batang Tembesi Kabupaten Merangin diperoleh nilai indeks keragaman spesies (H’) sebesar 1,9023 menunjukkan keanekaragaman jenis sedang, indeks kekayaan jenis (DMg) sebesar 1,7464 menunjukkan tingkat kekayaan jenis rendah, indeks kemerataan spesies (E) sebesar 0,6341 menunujukkan kondisi penyebaran merata.

DAFTAR PUSTAKA

Andriyanto.2019. Studi Populasi dan Habitat Ikan Semah (Tor sp) di Sungai Napal Licin Kabupaten Merangin.2 (1): 6. ISSN: 2656-9582 Hasriyanti., Akhmad, R. dan Damayanti

Buchori. 2015. Keanekaragaman semut dan pola keberadaannya pada daerah urban di Palu, Sulawesi Tengah. Jurnal Entomologi Pertanian. 12 (1) : 39-47.

J Putri S.K dkk.2014.Studi Kekerabatan Ikan Familia Cyprinidae yang Tertangkap di Sungai Serayu Kbupaten Bayumas. 1(2): 129-135. Jukri, M., Emiyati dan Kamri, S. 2013.

Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai Lamunde Kecamatan Watubanga Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Mina Laut Indonesia. 01(01): 23-37. Rahmawaty, R. 2018. Keanekaragaman

dan Kelimpahan Spesies Lepidoptera (Subordo Rhopalocera) pada Daerah Penyangga di Kawasan Hutan Adat

Guguk Kabupaten

Merangin.Skripsi.Bangko:Prodi Pendidikan Biologi STKIP YPM. Sukmono, T dan Margaretha, M. 2017.

Ikan Air Tawar di Ekosistem Bukit Tiga Puluh.Yayasan Konservasi Ekosistem Hutan Sumatera dan Frankfurt Zoological Society. ISBN: 978-602-51102-0-7.

Sukmono, T dkk. 2013. Ikhtiofauna di Perairan Hutan Tropis Dataran Rendah, Hutan Harapan Jambi.Jurnal Iktiologi Indonesia. 13(2):161-174.

(12)
(13)
(14)

Gambar

Tabel  1.Sebaran  ikan  famili  cyprinidae  yang ditemukan di Sungai Batang Tembesi  Kabupaten Merangin

Referensi

Dokumen terkait

penting, penampilan fisik yang menarik dari selebriti menjadi salah satu bagian dari daya tarik, konsumen akan cenderung membentuk kesan positif dan lebih percaya

1. Pertama kali, baik anda maupun pasien seharusnya berdoa terlebih dahulu kepada Tuhan untuk memohon bantuan &amp; bimbingan Tuhan serta agar memperoleh hasil kesembuhan yang

Untuk proses sintesa Fe 3 O 4 digunakan bejana kaca berdimensi 12×10×15 cm berisi larutan elektrolit demin water dan sintesa dilakukan dengan mengalirkan arus DC pada

Peta sebaran cadangan karbon dapat diperoleh melalui tahapan perhitungan nilai NDVI pada citra, kemudian dibuat persamaan regresi linear untuk mengetahui korelasi

Adanya komorbiditas yang lain Penyakit sendi degeneratif, patah tulang panggul dan femur, stroke dengan gejala sisa, sarkopenia dan deconditioning,. neuropati perifer,

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Studi Pemetaan Kemiskian Menggunakan Model CIBEST: Kajian Sebab dan Dampak Ekonomi, Sosial, dan Agama (Studi

117 ID300244 Indonesia,Sumatera - Pantai Barat.Teluk Sambat hingga Tanjung Cuku Balimbing dan Pulau Enggano... 156 ID300374 Indonesia,Laut Flores.Pulau-Pulau Tengah dan

Peristiwa-peristiwa sejarah tersebut menggambarkan bahwa masalah K3 manusia pekerja menjadi perhatian para ahli waktu itu.Sejak revolusi industri di Inggris dimana