• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan/ Teknik Metalurgi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan/ Teknik Metalurgi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Upaya Industri Pertambangan dalam Menghadapi

Pandemi Covid-19

Teknologi

Optimasi Sistem RKEF dan Bahan Bakar

Alternatif pada Produksi Ferronickel untuk

Meningkatkan Efektivitas Ekstraksi

Industri Berbasis Nikel di Indonesia

M. Edgar Bratasena

[1]

, Farchan Alfaraby 2

[1]

,

Rizky Danu Pramudita

[1]

[1] Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan/ Teknik Metalurgi

Abstrak

Pandemi Covid-19 mempengaruhi banyak sektor industri termasuk bisnis sektor Pertambangan Nikel di Indonesia. Pengaruh secara langsung yang dapat terlihat adalah fluktuasi harga Nickel Pig Iron (NPI) yang sampai bulan Juni akhir 2020 jatuh pada angka kisaran 14000 USD perton. Hal ini mengakibatkan industri berbasis nikel harus mengeluarkan strategi kebijakan secara cepat. Sebagian industri pengolah nikel relatif menurunkan jumlah produksi produk nikel intermediat seperti Nickel matte atau Ferronickel. Fluktuasi harga nikel mendorong industri untuk melakukan adaptasi krisis global, termasuk segi teknologi yang digunakan dalam proses ekstraksi. Dalam laporan ini akan ditinjau efektivitas penggunaan sistem teknologi RKEF (Rotary Kiln-Electric Furnace) pada produksi Ferronickel dan perbandingannya terhadap penggunaan teknologi Mini Blast Furnace. Jalur RKEF mempunyai beberapa keunggulan seperti persen ekstraksi pada angka 30 sampai 50 persen, lebih tinggi dibanding produk ferronickel produksi Mini Blast Furnace. Selain itu teknologi Mini Blast Furnace memerlukan batubara kokas dalam jumlah besar sehingga Operating Expenditure sangat bergantung harga kokas untuk produksi sedangkan untuk RKEF Sebagian besar tidak menggunakan kokas untuk bahan bakar pada proses di Rotary dryer dan Rotary kiln. Namun teknologi RKEF memiliki Invesment Cost relatif tinggi untuk membangun lini produksi. RKEF memerlukan kebutuhan listrik yang tinggi, terutama pada bagian hilir Electric Smelting Furnace. Dilakukan analisis penggunaan tiga bahan bakar alternatif berupa batubara blending antrasit-lignit, lignit-crude oil (COM, Coal Oil Mixture), dan hanya menggunakan lignit (low grade coal). Akan dilakukan perbandingan efektivitas penggunaan bahan bakar dari segi harga, kalori yang dihasilkan, dan volume total bahan bakar alternatif. Dengan data dari laporan ini diharapkan Industri pengolah nikel dapat mempertimbangan dan mempersiapkan penggunaan teknologi dan bahan bakar ekstraksi yang tepat pada masa fluktuasi harga nikel sehingga industri nikel di Indonesia dapat sustain.

Kata Kunci: Teknologi RKEF, Ferronickel, Mini Blast Furnace, Bahan bakar

1. Pendahuluan

Indonesia merupakan kawasan yang memiliki cadangan nikel di alam yang melimpah. Berdasarkan data Badan Geologi, tercatat bahwa Indonesia memiliki cadangan terkira sekitar 2,8 miliar ton bijih nikel. Oleh karena sumber daya logam termasuk nikel yang sangat potensial, Indonesia merupakan target strategis bagi pelaku industri pertambangan untuk berinvestasi jangka Panjang. Nikel merupakan komoditas logam yang memiliki potensi besar karena sebagai basis material konvensional termasuk ferronickel yang digunakan pada sektor teknologi, transportasi, kesehatan, maupun konstruksi.

Pandemi Covid-19 berdampak signifikan pada penurunan harga nikel dari yang sebelumnya berkisar 18.000 USD per ton pada bulan Oktober 2019 turun menjadi 13.232 USD per ton Nickel Pig Iron (NPI). Hal ini disebabkan banyak faktor, seperti turunnya demand/permintaan industri hilir akan bahan baku ferronickel karena konsumsi dan produksi produk berbasis material nikel menurun. Penurunan harga nikel pada harga standar internasional berdampak pada industri pengolah bijih nikel yang memproduksi Nickel matte dan ferronickel. Industri industri berbasis nikel perlu menyesuaikan kebijakan terutama mengenai produksi agar perusahaan dapat sustain seperti PT.Vale yang menekan produksi nickel matte sampai pada angka

(2)

tertentu dan produksi terlihat menurun relatif terhadap tahun sebelumnya. PT.Antam relatif stabil terhadap jumlah produksi ferronickel, tetapi beberapa tindakan signifikan telah dilakukan perusahaan seperti penambahan jumlah plan produksi nikel pada site Halmahera.

Industri nikel Indonesia merupakan sektor potensial di masa depan. Pada kuartal II Pandemi Covid-19, terlihat penurunan perkembangan industri sektor industri global, termasuk pabrik produksi basis stainless steel yang berdampak langsung pada industri hulu baja dan ferronickel. Pelaku industri nikel diharapkan dapat melakukan adaptasi pada saat krisis global. Langkah strategis termasuk mempersiapkan teknologi pabrik produksi dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti bijih yang diolah, produk yang dihasilkan, dan ketersediaan bahan bakar.

2. Teori Dasar

Nikel merupakan salah satu logam yang terletak dalam tabel periodik unsur, dengan nomor atom 28 dan simbol Ni. Terdapat dua sumber bijih yang dapat diekstrak kandungan nikelnya, yaitu bijih nikel sulfida dan nikel oksida (laterit). Kedua jenis bijih ini memiliki kadar nikel serta perlakuan yang berbeda dalam ekstraksinya. Bijih nikel sulfida mengandung sekitar 1-2% nikel, yang biasanya berasosiasi dengan sulfida-sulfida lain seperti Cu, Co dan Fe [1 Slide Kuliah Zulfiadi Zulhan Pirometalurgi Nikel]. Sedangkan bijih oksida, mengandung sekitar 1-3% nikel, yang banyak mengandung air/mositure di dalamnya. Terdapat perbedaan lain di antara kedua bijih ini, yaitu pada bijih nikel sulfida dapat dilakukan proses konsentrasi terlebih dahulu sehingga bisa diperoleh konsentrat dengan kadar nikel mencapai 6-20%, tetapi pada bijih nikel oksida, proses konsentrasi tidak dapat dilakukan karena kandungan air yang cukup banyak. Namun, kedua bijih ini dapat diekstraksi melalui jalur pirometalurgi atau menggunakan suhu tinggi. Berdasarkan data U.S. Geological Survey, Mineral Commodity Summaries, pada Februari 2019, Indonesia sendiri berada pada posisi pertama untuk cadangan nikel di dunia, seperti terlihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.1. Produksi Nikel dan Cadangannya di Tiap Dunia

Bijih nikel oksida dibagi menjadi tiga, yaitu saprolit, limonite dan smectite. Baik bijih nikel oksida maupun bijih nikel sulfida diolah dengan menggunakan jalur yang berbeda, sesuai dengan komposisi dan mineralogi dari masing-masing bijih. Oleh karena itu, produk yang dihasilkan juga akan memiliki perbedaan komposisi. Produk dari masing-masing bijih nikel dapat dilihat pada diagram di bawah ini :

Gambar 2.1. Jenis-jenis bijih nikel beserta produk akhir nikelnya

(3)

Nikel memiliki beberapa sifat yang sangat menguntungkan, diantaranya adalah :

a. Ketahanan Korosi b. Workability

c. Memiliki kekuatan pada suhu tinggi

d. Memiliki daya tarik karena warnanya yang mengkilap

Karena beberapa sifat tersebut, nikel banyak diaplikasikan sebagai pemadu(alloy). Pada tahun 2009, konsumsi nikel sebesar dua juta ton, paling banyak digunakan sebagai pemadu(alloy) untuk stainless steel (baja tahan karat), karena ketahanan korosi nikel yang tinggi. Pada aplikasi yang lain nikel digunakan sebagai superalloy, electroplatting dan lain-lain. Proporsi tersebut dapat dilihat pada data-data berikut :

Tabel 2.2. Proporsi Penggunaan Nikel di Dunia pada tahun 2009

Salah satu bahan bakar yang dapat digunakan untuk memproduksi produk nikel adalah batubara. Batubara merupakan hasil proses pembatubaraan dari endapan organik, seperti sisa-sisa tumbuhan. Bahan bakar ini adalah salah satu bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui. Kualitas batubara ditentukan oleh kandungan unsur yang terdapat pada batubara. Dengan melakukan ultimate analysis, kandungan-kandungan batubara tersebut diantaranya adalah karbon, hidrogen, oksigen, sulfur dan nitrogen. Berdasarkan ASTM, batubara diklasifikasikan menjadi beberapa jenis diantaranya :

1. Antrasit

Merupakan batubara dengan peringkat tertinggi. Disebut dengan peringkat tertinggi karena batubara ini memiliki nilai kalori yang tinggi jika dibandingkan dengan jenis batubara yang lainnya, yaitu sama dengan atau lebih dari 24.000 kJ/kg dengan basis basah dan bebas abu(ash) . Hal ini disebabkan karena sekitar 90% batubara ini terdiri dari fix carbon. Selain itu, batubara jenis ini juga memiliki volatile matter atau zat terbang yang rendah kadarnya, yaitu kurang dari 10%, sehingga jika dibakar akan menghasilkan abu yang sedikit. 2. Bituminus

Batubara jenis ini merupakan batubara dengan peringkat kedua setelah antrasit. Digolongkan ke dalam peringkat kedua karena meskipun memiliki nilai kalor yang hampir sama dengan antrasit, yaitu 24.000 kJ/kg, tetapi kandungan volatile matter atau zat terbang dari bituminus lebih besar daripada antrasit. Nama bituminus dari batubara peringkat ini diambil karena adanya kandungan bitumen/aspal yang terdapat dalam batubaranya sehingga menjadikan warna batubara jenis ini menjadi hitam.

3. Sub-bituminus

Batubara peringkat selanjutnya adalah sub-bituminus. Batubara jenis ini memiliki nilai kalor yang lebih rendah dari kedua batubara sebelumnya, yaitu antara 20.000 kJ/kg-24.000 kJ/kg. Selain itu, batubara jenis ini memiliki kandungan volatile matter yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua batubara sebelumnya, yaitu 31%. Sama seperti, batubara jenis bituminus, batubara jenis ini memiliki kandungan bitumen/aspal di dalamnya sehingga menyebabkan warnanya menjadi hitam.

4. Lignit

Batubara dengan peringkat yang paling rendah adalah lignite. Biasanya lignit ditemukan dekat dengan permukaan tanah jika dibandingkan dengan ketiga jenis batubara sebelumnya. Nilai kalor lignit yang rendah, yaitu di bawah 20.000 kJ/kg, dan volatile matter yang tinggi, yaitu di atas 31%, menyebabkan lignit jarang digunakan dalam industri. Hal ini disebabkan oleh proses pembakaran lignit yang menghasilkan abu sangat tinggi sehingga menyebabkan polusi udara. Selain itu, karena nilai kalornya yang rendah penggunaan lignit ini akan menjadi kurang efisien sehingga perlu dilakukan upgrading batubara agar nilai kalornya menjadi tinggi.

(4)

Upgrading batubara adalah suatu jalan untuk meningkatkan nilai kalor suatu batubara yang sebelumnya nilai kalor batubara tersebut rendah. Terdapat banyak jenis upgrading, salah satunya adalah COM(Coal Oil Mixture). COM ini merupakan proses pencampuran antara batubara dengan nilai kalor yang rendah dengan minyak. Pencampuran antara batubara peringkat rendah dengan minyak dilakukan dengan perbandingan 1 : 1. Terdapat suatu bahan aditif yang ditambahkan pada proses pembuatan COM, yaitu surfaktan dan surface active agent (SAA). COM ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pengganti bahan bakar heavy fuel oil dan marine diesel oil , yang merupakan bahan bakar untuk bahan bakar kapal dan industri.

3. Pembahasan 3.1. Mini Blast Furnace

Pengolahan ferronickel menggunakan mini blast furnace dilakukan melalui beberapa tahap. Skema proses diperlihatkan pada diagram alir gambar 3.1. Ore masuk pada Rotary Dryer (RD) untuk mengurangi kandungan H2O sampai pada rentang 15-20%. Produk yang keluar berupa dried ore dan debu proses yang akan ditangkap dedusting system, kemudian akan masuk proses sintering. Proses sintering akan menghasilkan sintered ore yang masuk pada blast burnace (BF). Proses BF akan menghasilkan debu dan gas panas disirkulasikan kembali menuju RD agar panas dapat terpakai secara efektif. Nickel Pig Iron (NPI) dan slag dihasilkan dari tanur dan diproses kembali untuk mengurangi kandungan S, P, O, C, dan Si.

3.2. Teknologi RKEF

Produksi ferronickel dapat dilakukan menggunakan jalur RKEF (Rotary-Kiln Electric Furnace) dapat dilihat pada gambar 3.2. Ore pertama akan masuk Rotary Dryer (RD) untuk mengatur kadar air sekitar 15-20% pada temperatur sekitar 250°C. Terdapat juga sistem pengolahan debu berupa multicyclone, menangkap dan memisahkan debu dengan gas panas. Debu yang terkumpul akan dibuat bentuk seperti pellet dan masuk Rotary Kiln (RK) untuk dilakukan proses kalsinasi. Proses kalsinasi dilakukan agar terjadi disosiasi kristal H2O yang tidak terpisah selama proses pengeringan, reduksi parsial nikel oksida, dan besi oksida pada temperatur kisaran 800°C. RK menghasilkan produk

berupa kalsin yang kemudian masuk Electric Furnace, dibuat suasana reduktif pada temperatur 1500-1600oC agar nickel tereduksi. Crude metal yang dihasilkan proses ini mengandung sulfur relatif lebih tinggi sehingga diperlukan proses desulfurisasi setelah crude metal keluar. Proses lain seperti desulfurisasi, dekarburasi, dan pengurangan silika dapat dipertimbangkan untuk mengatur komposisi produk akhir.

3.3. Produk yang Dihasilkan

Terdapat preferensi ore yang berbeda pada kedua proses. Mini blast furnace menggunakan ore nikel limonit dan RKEF dengan nikel pada lapisan saprolit. Nikel limonit yang diolah memiliki kandungan nikel 0,8-1,6%, sementara nikel saprolit dengan angka kandungan nikel 1,8-2,5%. Perbedaan preferensi jenis bijih yang diproses menghasilkan crude metal dengan komposisi yang berbeda. Produk ferronickel jalur RKEF memiliki angka ekstraksi lebih tinggi dibanding mini blast furnace. Produk RKEF memiliki angka persen Ni 20-30%. Produk mini blast furnace memiliki persen Ni 2,2-6%. Produk Fe-Ni alloy intermediat memiliki harga jual berbeda bergantung pada kadar Ni. Penggunaan Nickel-Alloy dapat berbeda bergantung pada nilai persen nikel. Ferronickel diproses lebih lanjut untuk menghasilkan produk material dasar antikarat (stainless steel). Komposisi Ni dan unsur lainnya disesuaikan dengan tipe stainless steel.

3.4. Harga Bahan Bakar

Harga bahan bakar proses RKEF tinggi akibat penggunaan energi listrik untuk mengoperasikan electric furnace. Bahan bakar RKEF menggunakan batubara hasil blending untuk Rotary Dryer dan Rotary Kiln. Batubara hasil blending merupakan campuran antara High Grade Coal (Anthracite) dan Low Grade Coal (Lignite). Batubara low grade juga dapat dicampur dengan crude oil untuk meningkatkan nilai kalori total. Terdapat beberapa faktor yang dipertimbangkan, yaitu :

 Nilai kalori total

 Volume bahan bakar

Gas buang (flue gas) yang dihasilkan

Crude oil memiliki harga tertinggi dibanding batubara antrasit dan lignit, tetapi memiliki nilai kalori tertinggi. Campuran antara batubara dengan crude oil dikenal dengan COM (Coal Oil Mixture).

(5)

Volume bahan bakar dipertimbangkan untuk menyesuaikan volume kerja efektif alat. Volume bahan bakar dengan bijih yang masuk disesuaikan dengan volume kerja efektif (Inner Work Volume) Blast Furnace. Volume bahan bakar menjadi masalah pada rotary dryer dan rotary kiln. Volume yang terlalu besar dapat menutupi rongga dalam alat, menyebabkan aliran gas panas tidak efektif.

Dilakukan perbandingan bahan bakar pada proses RKEF untuk mengolah bijih Nikel laterit 11.686 ton dengan energi yang dihasilkan sama. Pada perhitungan digunakan bahan bakar batubara campuran antrasit-lignit. Hasil dibandingkan dengan bahan bakar campuran lignit-crude oil dan dengan hanya menggunakan lignit.

Dapat terlihat harga total bahan bakar terendah terdapat pada batubara peringkat rendah (low grade coal) dengan angka 35.86297 USD namun memiliki

volume bahan bakar tertinggi mencapai 2.191041667 m3. Volume bahan bakar terendah pada campuran bahan bakar antrasit-lignit dengan nilai 1.168320053 m3 sehingga memakan lebih sedikit ruang pada alat operasi.

3.5. Perkembangan Teknologi Ekstrasi Nikel Berdasarkan data referensi dan tabulasi perhitungan pada bagian lampiran 2, terlihat harga total bahan bakar terendah terdapat pada batubara peringkat rendah (low grade coal) dengan angka 35.86297 USD namun memiliki volume bahan bakar tertinggi mencapai 2.191041667 m3. Volume bahan bakar terendah pada campuran bahan bakar antrasit-lignit dengan nilai 1.168320053 m3 sehingga memakan lebih sedikit ruang pada alat operasi. Campuran bahan bakar lignit-crude oil ditunjukkan memiliki volume bahan bakar relatif rendah dibanding bahan bakar hanya lignit.

Gambar 3.1. Diagram Alir Proses Pengolahan Ferronickel dengan Jalur Mini Blast Furnace

(6)

Tabel 3.1. Perbandingan antara Jalur Mini Blast Furnace dan RKEF

Mini Blast Furnace RKEF

Preferensi bijih Limonit Saprolit

Persen nikel crude metal 2,2-6% 20-30%

Unit operasi Sintering plant, Blast furnace, Coking plant

Rotary dryer, Rotary kiln, Electric furnace

Kebutuhan Kokas Tinggi Rendah

Kebutuhan energi listrik Rendah Tinggi (pada electric furnace)

Investment cost Rendah Tinggi

Operational Cost Rendah Tinggi

4. Kesimpulan

Teknologi RKEF efektif diterapkan untuk ekstraksi ferronickel kadar nikel tinggi pada bijih nikel saprolit sementara teknologi mini blast furnace efektif untuk ekstraksi bijih nikel limonit. Harga kebutuhan energi yang tinggi dapat ditekan melalui optimasi penggunaan batubara blending dengan batubara peringkat rendah. Opsi lain dapat digunakan campuran batubara peringkat rendah dengan crude oil yang menghasilkan COM.

5. Daftar Pustaka

Crundwell, Frank 2011, Extractive Metallurgy of Nickel, Cobalt, and Platinum – Group Metals, Elsevier, Amsterdam.

Norre, Bart De 2008, Solid Fossil Fuels and Manufactured Gases, dilihat pada tanggal 23 juli 2020

https://ec.europa.eu/eurostat/documents/38154/4

956296/AQ2013-COAL- instructions.pdf/8363eee1-aeaa-4b29-919b-2e27768c4c92

PLN Batubara 2020, Macam-macam Batubara sesuai Kualitasnya, dlihat pada tanggal 21 Juli 2020

https://plnbatubara.co.id/2020/01/21/macam-macam-batubara-sesuai-kualitasnya/

 Setiawan, Iwan 2016, ‘Pengolahan nikel laterit secara pirometalurgi: kini dan penelitian kedepan’, Seminar Nasional Sains Teknologi Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta, Pusat Penelitian Metalurgi LIPI, Tangerang Selatan, 4.

 Syahputra, Deni 2018, ‘Analisis Karakteristik Coal Oil Mixture sebagai bahan bakar diesel alternatif dari batubara peringkat rendah di PT NUSA ALAM LESTARI site sinamar dharmasraya, Jurnal Teknik Pertambangan, Padang, 10.

Zulhan, Zulfiadi 2012, ‘Permodelan proses pembuatan nickel pig iron (NPI) dengan blast furnace untuk menentukan kebutuhan kokas, komposisi produk dan terak serta kapasitas pabrik sebagai fungsi dari kandungan nikel di bijih dan volume blast furnace', The third Indonesian Process Metalurgy Conference, Pusat Penelitian Metalurgi LIPI, Serpong, 7

(7)

PANNING PAPER COMPETITION

Pangkep , 11 Juli 2020

Yang Menyatakan

Farchan Alfaraby

12517009

Formulir Pendaftaran

PANNING Paper Competition

Judul Karya Tulis

: Optimasi Sistem RKEF pada Produksi Ferronickel untuk

Meningkatkan Efektivitas Ekstraksi Industri Pengolah Nikel di Indonesia

Sub Tema

:

Teknologi

Perguruan Tinggi

:

ITB

I.

Biodata Ketua Tim

A. Identitas Diri

Nama Lengkap

:

Farchan Alfaraby

NIM

:

12517009

Jenis Kelamin

:

Laki-laki

Program Studi

:

Teknik Metalurgi

Tempat, Tanggal Lahir

:

Pangkep,16 Maret 1999

Alamat Domisili

:

Pangkep

E-Mail

:

farchan.alfaraby@gmail.com

Nomor HP/WA

:

082393332147

B. Kartu Tanda Mahasiswa

Semua data yang telah saya tuliskan dan cantumkan dalam biodata ini adalah benar dan dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari dijumpai ketidaksesuaian dengan

kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

(8)

PANNING PAPER COMPETITION

Subang, 11 Juli 2020

Yang Menyatakan

Muhammad Edgar Bratasena

12517002

II.

Biodata Anggota Tim 1

A. Identitas Diri

Nama Lengkap

:

Muhammad Edgar Bratasena

NIM

:

12517002

Jenis Kelamin

:

Laki-laki

Program Studi

:

Teknik Metalurgi

Tempat, Tanggal Lahir

:

Subang,2 Desember 1998

Alamat Domisili

:

Subang

E-Mail

:

edgar.bratasena@students.itb.ac.id

Nomor HP/WA

:

08987839265

B. Kartu Tanda Mahasiswa

Semua data yang telah saya tuliskan dan cantumkan dalam biodata ini adalah benar dan dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari dijumpai ketidaksesuaian dengan

kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

(9)

PANNING PAPER COMPETITION

Malang, 11 Juli 2020

Yang Menyatakan

Rizky Danu Pramudita

12517009

III.

Biodata Anggota Tim 2

A. Identitas Diri

Nama Lengkap

:

Rizky Danu Pramudita

NIM

:

12517044

Jenis Kelamin

:

Laki-laki

Program Studi

:

Teknik Metalurgi

Tempat, Tanggal Lahir

:

Malang, 23 November 1998

Alamat Domisili

:

Malang

E-Mail

:

riskidanu24@yahoo.com

Nomor HP/WA

:

085330518236

B. Kartu Tanda Mahasiswa

Semua data yang telah saya tuliskan dan cantumkan dalam biodata ini adalah benar dan dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari dijumpai ketidaksesuaian dengan

kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

(10)

Lampiran 2

Proses RKEF

Ore (ton) 11.686

Berat (ton) USD/ton Harga Energi (Kcal) Batubara low grade 0.398 13.64 5.42872 1910400

Batubara antrasit 1.26 99.97 125.9622 10710000

Total Harga Bahan Bakar 131.39092 USD Total Energi Bahan Bakar 12620400 Kcal

Total Berat 1.658 ton

Total Volume Bahan Bakar 1.168320053 m3

Ore (ton) 11.686

Berat (ton) USD/ton Harga Energi (Kcal) Batubara low grade 0.398 13.64 5.42872 1910400

Crude oil 0.9736 286.76 279.189536 10709600

Total Harga Bahan Bakar 284.618256 USD Total Energi Bahan Bakar 12620000 Kcal

Total Berat 1.3716 ton

Total Volume Bahan Bakar 1.389927536 m3

Ore (ton) 11.686

Berat (ton) USD/ton Harga Energi (Kcal) Batubara low grade 2.62925 13.64 35.86297 12620400

Total Harga Bahan Bakar 35.86297 USD Total Energi Bahan Bakar 12620400 Kcal

Total Berat 2.62925 ton

Total Volume Bahan Bakar 2.191041667 m3

Data Referensi

Nilai kalor Kcal/Kg Harga (USD/ton)

Batubara low grade 4800 13.64

Batubara antrasit 8500 99.97

(11)

Densitas (ton/m3) Batubara low grade 1.2

Batubara antrasit 1.506 Minyak (Crude oil) 0.92

Referensi

Dokumen terkait