• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMANFAATKAN LINGKUNGAN DI SEKITAR SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR. Nandang Najmulmunir *)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MEMANFAATKAN LINGKUNGAN DI SEKITAR SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR. Nandang Najmulmunir *)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MEMANFAATKAN LINGKUNGAN DI SEKITAR SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR

Nandang Najmulmunir *)

ABSTRAK

Lingkungan sekolah, terutama kebun sekolah dapat berperan sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization) untuk keperluan pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman dan kompetensi dalam berbagai pelajaran, terutama IPA biologi, fisika, kimia dan Geografi lingkungan. Sehingga sumber belajar tersebut efektif dan efisien dalam kegiatan belajar mengajar siswa.

Kata kunci : Lingkungan sekolah, sumber belajar

PENDAHULUAN

ekolah baik tingkat SD, SMP maupun SMA umumnya dilengkapi dengan fasilitas taman sekolah, kebun sekolah dan fasilitas umum lainnya Mushola, WC dsb. Atau sekolah berada di lingkungan tertentu misalnya dekat pendopo, lapangan sepak bola, dekat kebun dan sawah, bahkan di pinggir hutan. Fasilitas sekolah atau fenomena yang berada di sekitar sekolah dapat menjadi sumber belajar siswa untuk lebih memahami berbagai mata ajar yang relevan baik dengan kurikulum maupun dengan kecakapan hidup (life skill).

PENGERTIAN SUMBER BELAJAR 1. Definisi

Sumber belajar (learning resources)

adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam

belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Sumber belajar memiliki fungsi :

Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.

a. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk

S

(2)

berkembang sesuai dengan kemampuannnya.

b. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.

c. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.

d. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.

e. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.

Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil pembelajaran siswa

2. Jenis Sumber Belajar

Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:

a. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.

b. Sumber belajar yang

dimanfaatkan(learning resources by

utilization), yaitu sumber belajar yang

tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran

Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1) pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2) orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis,

(3)

generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya; (5)

pendekatan/metode/teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.

3. Kriteria Sumber Belajar

Dalam memilih sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai berikut: (1) ekonomis: tidak harus terpatok pada harga yang mahal; (2) praktis: tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit dan langka; (3) mudah: dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita; (4)

fleksibel: dapat dimanfaatkan untuk

berbagai tujuan instruksional dan; (5) sesuai dengan tujuan: mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa.

KEBUN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Kebun sekolah dapat dijadikan sebagai sumber belajar bagi siswa baik tingkat SD, SMP sampai SMA. Pelajaran yang terkait dengan Lingkungan kebun sekolah adalah Mata Pelajaran IPA, baik Biologi, Fisika, Kimia dan IPA terpadu.

Kebun sekolah merupakan salah satu satuan ekosistem kebun. Sehingga keberadaan kebun akan terkait dengan pemahaman ilmu ekologi atau ilmu lingkungan. Disamping itu kebun pekarangan dapat dijadikan budidaya lebah madu, diaman lebahnya sering terbang ke taman sekolah. Fenomena ini dapat diambil dijadikan sebagai sumber belajar.

Gambar 1. Talun Kebun dapat dijadikan Budidaya Lebah

1. Kebun Sebagai Satuan Ekosistem Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi organisme dengan lingkungannya. Sedangkan Lingkungan hidup adalah Ilmu yang mempelajari hubungan mahluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungannya. Sedangkan Ekologi manusia memfokuskan pengkajian pada kedudukan dan peranan manusia dalam lingkungannya. sehingga ekologi manusia pada dasarnya adalah mengkaji lingkungan hidup manusia (The Human

(4)

lingkungan hidup saja. Sehingga pada dasarnya ekologi manusia sering disebut dengan Ilmu Lingkungan (Soerjani, 1991). Komponen lingkungan terdiri dari a. Lingkungan biofisik, misalnya

keadaan tanah, tumbuhan, keadaan udara, air sungai, danau, sawah, hutan, jalan raya, kebun.

b. Lingkungan sosialbudaya, masyarakat sekitar sekolah, seni budaya, lingkungan perekonomian, dsb.

Ekologi bekerja dalam satu kesatuan sistem, yang dikenal dengan ekosistem. Sistem adalah terdiri minimal dari dua komponen yang saling berinteraksi dan membentuk satu kesatuan kerja, misalnya adalah sistem peredaran darah, sistem tata surya. Dengan demikian ekosistem merupakan keseluruhan benda baik tumbuhan, hewan, organisme mikro, udara, air, mineral yang terdapat dalam suatu batasan ruang (Marten, 1984).

Selanjutnya menurut Odum (1971) menyatakan bahwa semua unit-unit organisme (komunitas) di dalam suatu wilayah tertentu berinteraksi dengan lingkungan fisik sehingga terdapat arus energi yang mengendalikan secara jelas batasaan struktur trofik, diversitas, biotik dan siklus materi dengan membentuk sistem ekologis atau ekosistem.

Ekosistem memiliki 6 ciri-ciri yakni sebagai berikut:

1) Adanya Struktur. Ekosistem dibentuk dari sub komponen hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik). Secara skematis interaksi komponen ekosistem dapat dilihat pada Gambar 2.

2) Memiliki adanya Fungsi.Ekosistem memiliki beberapa fungsi yaitu (1) Aliran energi (2) Rantai makanan (3) Siklus materi (4) Pola keanekaragaman dalam waktu dan ruang, (5) Perkembangan dan evolusi (6) Pengendalian (cybernetics). Secara skematis aliran energi dan siklus materi adalah sebagai berikut:

3) Mempunyai ciri adanya Kompleksitas. Kompleksitas merupakan hasil dari integrasi biologis tingkat tinggi dimana merupakan sifat waris tak terpisahkan dari ekosistem.

4) Adanya Interaksi dan Saling Ketergantungan. Secara sempurna adanya saling ketergantungaan dari sub komponen hidup yang beragam dan benda tidak hidup dalam ekosistem, jika terjadi perubahan pada salah satu komponen, maka pada giliran berikutnya akan menghasilkan perubahan pada seluruh komponen. Perubahan pada jenis tumbuhan akan memberikan perubahan pada jenis hewan yang bergantung padanya.

(5)

5) Mempunyai ciri tidak adanya batasan dimensi ruang.Ekosistem memusatkan perhatian pada struktur, kompleksitas dari organisasi, interaksi saling ketergantungan dan fungsi dari sistem dan tidak hanya batasan geografis dari sistem.

6) Memiliki dimensi perubahan. Ekosistem mengalami perubahan baik pada fungsi-fungsinya maupun pada strukturnya.

Unsur-unsur yang terkait dengan kebun sekolah sebagai sumber belajar paling sedikit terdiri dari a) tanah, b) Tumbuhan, c) Air, d) binatang dan e) sinar matahari.

2. Aliran Energi dalam Ekosistem Kebun Energi memasuki ekosistem berada dalam bentuk energi radiasi matahari, sebagian kecil ditangkap oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis dan sebagian besar lainnya dikembalikan kembali. Proses fotosintesis yang dimasksud adalah sebagai berikut:

6CO2 + 12 H2O + Energi radiasi

C6H12O6 (gula) + 6H2O + 6O2

Fotosintesis merupakan proses biologis yang mana energi sinar matahari ditangkap dan diserap oleh klorofil daun dan dirubahnya menjadi energi kimia dalam makanan, seperti pada

persamaan sebelah kanan, energi disimpan dalam bentuk ikatan kimia C-H-O dalam bentuk molekul glukosa.

Fotosintesis merupakan proses yang sangat penting bagi organisme hidup di muka bumi ini, terutama bagi tumbuhan, alga dan sebagaian bakteri. Tumbuhan tersebut membentuk energi yang tersedia dalam bentuk molekul glukosa, selanjutnya energi tersebut dapat ditransfer ke organisme lain, misalnya pada hewan pemakan tumbuhan.

Energi kimia yang tersimpan dalam makanan akan dilepaskan kembali melalui proses respirasi sel. Dalam proses ini eneri seperti glukosa akan diuraikan menjadi Karbon dioksida, air dan Energi seperti dapat dilihat pada persamaan di bawah ini.

C6H12O6 + 6O2 (Gula)

6CO2 + 6 H2O + Energi

Melalui proses respirasi di atas maka energi menjadi tersedia untuk kerja dalam sel secara biologis, sehingga semua organisme mendapatkan energi melalui proses respirasi ini.

Jika molekul tersebut dipecahkan melalui proses respirasi, maka energi kembali menjadi tersedia untuk melakukan kerja, seperti perbaikan jaringan, berreproduksi, berjalan, berlari

(6)

dan pekerjaan lainnya. Salah satu binatang yang memanfaatkan energi hasil fotosintesis adalah lebah madu. Peristiwa ini sering dilihat dalam taman dan kebun sekolah. Lebah mengambil sari-sari bunga hasil fotosintesis, kemudian diambil oleh lebah dan disimpan dalam sarangnya.

Sebagaimana kita ketahui, sumber makanan lebah adalah nektar, yang tidak dijumpai pada musim dingin. Oleh karena itulah, lebah men-campur nektar yang mereka kumpulkan pada musim panas dengan cairan khusus yang dikeluarkan tubuh mereka. Campuran ini menghasilkan zat bergizi yang baru - yaitu madu - dan menyimpannya untuk musim dingin mendatang.

3. Pelajaran Geometri dari Sarang Lebah Madu

Sungguh menarik untuk dicermati bahwa lebah menyimpan madu jauh lebih banyak dari yang sebenarnya mereka butuhkan. Pertanyaan pertama yang muncul pada benak kita adalah: mengapa lebah tidak menghentikan produksi berlebih ini, yang tampaknya hanya membuang-buang waktu dan energi? Jawaban untuk pertanyaan ini tersembunyi dalam kata “wahyu” yang

telah diberikan kepada lebah, seperti yang tertuang dalam Surah Annahlu

Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia". (Annahlu/QS 16:68)

Lebah memproduksi madu bukan untuk diri mereka sendiri, melain-kan juga untuk manusia. Sebagaimana makhluk lain di alam, lebah juga mengabdikan diri untuk melayani manusia; sama seperti ayam yang bertelur setidaknya sebutir setiap hari kendatipun tidak membutuhkan-nya dan sapi yang memproduksi susu jauh melebihi kebutuhan anak-anaknya.

Sarang yang dibangun lebah dapat menampung 80 ribu lebah yang hidup dan bekerja bersama-sama, dengan menggunakan sedikit bagian dari lilin lebah. Sarang tersebut tersusun atas sarang madu berdinding lilin lebah, dengan ratusan sel-sel kecil pada kedua permukaannya. Semua sel sarang madu berukuran sama persis. Keajaiban teknik ini dicapai melalui kerja kolektif ribuan lebah. Lebah menggunakan sel-sel ini untuk menyimpan makanan dan memelihara lebah muda.

Selama jutaan tahun, lebah telah menggunakan struktur segi enam untuk membangun sarangnya. (Sebuah fosil

(7)

lebah yang berusia 100 juta tahun telah ditemukan). Sungguh menakjubkan bahwa mereka memilih struktur segi enam, bukan segi delapan atau segi lima. Ahli matematika memberikan alasannya: “struktur segi enam adalah bentuk geometris yang paling cocok untuk memanfaatkan setiap area unit secara maksi-mal”. Jika sel-sel sarang madu dibangun dengan bentuk lain, akan terdapat area yang tidak terpakai, sehingga lebih sedikit madu yang bisa disimpan dan lebih sedikit lebah yang mendapatkan manfaatnya.

Pada kedalaman yang sama, bentuk sel segi tiga atau segi empat dapat menampung jumlah madu yang sama dengan sel segi enam. Akan tetapi, dari semua bentuk geometris tersebut, segi enam memiliki keliling yang paling pendek. Kendatipun memiliki volume yang sama, jumlah lilin yang diperlukan untuk membangun sel segi enam lebih sedikit daripada untuk membangun sel segi tiga atau segi empat.

Kesimpulannya: sel berbentuk segi enam memerlukan jumlah lilin paling sedikit dalam pembangunannya, dan menyimpan madu paling banyak. Lebah tentu tidak akan mampu menghitung ini, yang hanya dapat dilakukan manusia dengan perhitungan

geometris yang rumit. Hewan kecil ini menggunakan bentuk segi enam secara fitrah, hanya karena mereka diajari atau “diilhami” oleh Tuhan mereka.

Desain sel segi enam ini sangat praktis dalam banyak hal. Sel-sel ter-sebut pas saat disusun dan menggunakan satu dinding bersama-sama. Sekali lagi, hal ini menjamin penyimpanan maksimal dengan lilin mini-mal. Kendatipun agak tipis, dinding sel ini cukup kuat untuk menahan berat beberapa kali lebih besar dari beratnya sendiri.

Selain pada dinding sisi sel, lebah juga menggunakan prinsip peng-hematan maksimal ini ketika membangun ujung-ujung bagian bawah. Sarang dibuat seperti sebuah potongan pipih dengan dua baris sel yang saling membelakangi. Dalam hal ini, terjadi masalah pada titik per-temuan dua sel. Masalah ini diselesaikan dengan cara membangun per-mukaan bawah sel dengan menggabungkan tiga bujur sangkar. Ketika tiga sel dibangun pada satu sisi sarang, permukaan bawah sel pada sisi lain pun otomatis terbentuk.

Karena permukaan bawah tersusun dari plat-plat lilin bujur sangkar, bagian bawah sel-sel yang dibuat dengan cara

(8)

ini jadi bertambah dalam. Ini berarti volume sel bertambah, dan berarti bertambah pula jumlah ma-du yang dapat disimpan.

PENUTUP

Dengan demikian sudah jelas, bahwa kebun sekolah dengan aneka tanaman dapat menjadi sumber belajar, antara lain biologi, kimia, geografi dan masalah lingkungan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2004. Pedoman Merancang

Sumber Belajar. Jakarta

Kormondy, E.J. 1976. Concept of Ecology. Second edition. Precentice-Hall, INC., Englewood Cliffs, New Jersey.

Pearce, D.W and Jeremy J. W. 1993. World without End, Economics, Environment and Sustainable Development. Oxford University Press.

Rambo. T.A. 1991. Human ecology Research by social scientists on tropical agroecosystems. In An Introduction to Human ecology Research on Agricultural Systems in Southeast Asia. University of The Philippines at Los Banos, Philippines. Randal, Alan. 1981. Resource Economics.

An Introduction Approach to Natural Resource and Environmental Policy. Grid Publishing, Inc. Ohio.

Salim, E. 1982. Pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup. Dalam Membangun Tanpa Merusak Lingkungan. Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia. p: 13-16.

Soemarwoto, O. 1987. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit Djambatan.

Soemarwoto, O. 1991. Analisis Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Soerjani, M. 1991. Ekologi, Ekologi Manusia, Ekologi Terapan dan Ilmu Lingkungan. Lingkungan dan Pembangunan 11 (4) 255-261.

httt//www. fakultasluarkampus http//www//. profauna.or.id

(9)

Gambar

Gambar  1.    Talun  Kebun  dapat  dijadikan  Budidaya  Lebah

Referensi

Dokumen terkait

Batik Danar Hadi Surakarta dan perbedaan tingkat kepuasan kerja berdasarkan jenis kelamin ( gender ) pada staf kantor PT. Batik Danar

Permasalahan yang dihadapi dari sektor lingkungan hidup, antara lain (1) terbatasnya SDM aparatur yang berkualifikasi lingkungan hidup; (2) adanya instrumen kebijakan

dr, Sp.F, MM, selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Pendidikan Profesi Kesehatan Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2001), hlm.. pembantu saja dalam menggarap dan memelihara harta pusaka itu. Ia hanya memperoleh sebagian

Dari model regresi kuadratik tersebut diperoleh bahwa tingkat penggunaan tepung daun turi hasil fermentasi yang optimal terhadap laju pertumbuhan harian benih

Pada saat terjadinya deformasi plastis, akan melibatkan pergerakan dislokasi dengan nilai yang besar, sebuah dislokasi sisi bergerak sebagai respons

Adeyi A Adoga (2008) dan Amit Gothwal (2010), lipoma adalah suatu neoplasma jinak yang terdiri dari mesenkim jaringan lemak matang, biasanya dikelilingi oleh kapsul yang tipis

Segala puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas segala berkat, kasih dan kemurahan-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja