• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN.doc"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN LIPOMA

A. DEFINISI

Lipoma merupakan tumor mesenkim jinak (benign mesenchymal tumors) yang berada dibawah kulit yang berasal dari jaringan lemak (adipocytes). Biasanya lipoma dijumpai pada usia lanjut (40-60 tahun). Karena lipoma merupakan lemak, maka dapat muncul dimanapun pada tubuh. Jenis yang paling sering adalah yang berada lebih ke permukaan kulit (superficial). Biasanya lipoma berlokasi di kepala, leher, bahu, badan, punggung, atau lengan. Jenis yang lain adalah yang letaknya lebih dalam dari kulit seperti dalam otot, saraf, sendi, ataupun tendon. Tumor ini merupakan masa lunak tak nyeri yang timbul tunggal dan jarang majemuk serta biasanya dieksisi untuk alasan kosmetik. Kadang-kadang menimbulkan gejala ketaknyamanan lokal, mungkin tekanan pada syaraf kulit.

Adeyi A Adoga (2008) dan Amit Gothwal (2010), lipoma adalah suatu neoplasma jinak yang terdiri dari mesenkim jaringan lemak matang, biasanya dikelilingi oleh kapsul yang tipis dan merupakan neoplasma yang paling umum pada jaringan lunak dan sekitar 20% kasusnya terjadi di daerah kepala dan leher, tetapi hanya 1 % - 4 % kasusnya terjadi pada rongga mulut

B. ETIOLOGI

Penyebab lipoma masih belum diketahui. Banyak orang menghubungkan penyebab dari lipoma adalah konsumsi lemak yang berlebihan dan obesitas, tetapi tak ada satupun yang terbukti secara ilmiah. Lipoma terkadang bisa diturunkan dalam satu keluarga. Namun ada suatu sidrom yang disebut hereditary multiple lipomatosis, yaitu seseorang yang mempunyai lebih dari 1 lipoma pada tubuhnya.

Ada beberapa kemungkinan etiologi dari lipoma menurut MS Tan, dan B Singh (2004), yaitu:

(2)

1. Degenerasi lemak 2. Hereditar

3. Hormonal

Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang fungsinya adalah mengatur kegiatan alat-alat tubuh dan selaput tertentu. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa pemberian hormon tertentu secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan terjadinya beberapa jenis lipoma seperti payudara, rahim, indung telur dan prostat (kelenjar kelamin pria).

4. Trauma 5. Infeksi 6. Iritasi kronis 7. Metafase sel otot

8. Lipoblastic embryonic cell nest in origin

9. Bahan karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi)

Zat yang terdapat pada asap rokok dapat menyebabkan lipoma paru pada perokok dan perokok pasif (orang bukan perokok yang tidak sengaja menghirup asap rokok orang lain) dalam jangka waktu yang lama.Bahan kimia untuk industri serta asap yang mengandung senyawa karbon dapat meningkatkan kemungkinan seorang pekerja industri menderita lipoma.

Beberapa virus berhubungan erat dengan perubahan sel normal menjadi sel lipoma. Jenis virus ini disebut virus penyebab lipoma atau virus onkogenik.

Sinar ultra-violet yang berasal dari matahari dapat menimbulkan lipoma kulit. Sinar radio aktif sinar X yang berlebihan atau sinar radiasi dapat menimbulkan lipoma kulit dan leukemia.

C. KLASIFIKASI

Empat jenis lain lipoma mungkin dicatat di atas suatu spesimen biopsi: 1. Angiolipoma

(3)

Angiolipoma varian membentuk dengan co-existing perkembangbiakan vaskuler. Angiolipoma mungkin menyakitkan dan pada umumnya muncul tidak lama sesudah pubertas.

2. Pleomorphiclipoma

Pleomorphiclipoma adalah varian lain di mana bizarre, sel raksasa multinucleated adalah admixed dengan adipocytes. Normal Pleomorphic presentasi lipoma adalah serupa untuk bahwa dari yang lain lipoma, tetapi mereka terjadi sebagian besar di dalam manusia laki-laki usia 50 – 70 tahun.

3. Adipocytes

Sepertiga varian, sel gelendong lipoma, mempunyai gelendong langsing sel yang admixed di dalam suatu bagian yang dilokalisir muncul adipocytes. Adalah suatu yang baru saja varian yang diuraikan lipoma dangkal,

4. Adenolipoma

Adenolipoma ditandai oleh kehadiran eccrine kelenjar peluh di dalam tumor yang gemuk, jenis ini sering ditempatkan terletak di atas proximial bagian-bagian dari empedu.

D. PATOFISIOLOGI

Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak (soft tissue tumors [STTs]) adalah proliferasi masenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh, tidak termasuk visera, selaput otak, dan sistem limforetikuler. Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan dan retroperitoneum.

Terjadinya suatu lipoma dapat juga disebabkan oleh karena adanya gangguan metabolisme lemak. Pada lipoma terjadi proliferasi baik histologi dan kimiawi, termasuk komposisi asam lemak dari jaringan lemak normal. Metabolisme lemak pada lipoma berbeda dengan metabolisme lemak normal, walaupun secara histologi gambaran sel lemaknya sama.

Pada lipoma dijumpai aktivitas lipoprotein lipase menurun. Lipoprotein lipasepenting untuk transformasi lemak di dalam darah. Oleh karena itu asam lemak pada lipoma lebih banyak dibandingkan dengan lemak normal. Hal ini dapat terjadi bila seseorang melakukan diet, maka secara normal depot lemak menjadi berkurang, tetapi lemak pada lipoma tidak akan berkurang bahkan bertambah besar. Ini menunjukkan bahwa lemak pada lipoma bukan merupakan lemak yang dibutuhkan oleh tubuh.

Sel tumor adalah sel tubuh yang mengalami transparmasi dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari sel

(4)

normal dalam bentuk dan strukturnya. Pada umumnya tumor mulai tumbuh dari satu sel di suatu tempat (unisentrik) atau dari beberapa sentral (multilokuler) pada waktu yang sama. Selama pertumbuhan tumor masih terbatas pada organ dasarnya maka tumor disebut masih dalam fase lokal. Tetapi kalau sudah terjadi infiltrasi ke organ sekitarnya, maka tumor telah mencapai fase lokal infasif atau lokal infiltratif. Penyebaran lokal ini disebut penyebaran perkontinuitatum, karena masih berhubungan dengan sel induknya.

Sel tumor ini bertambah terus tanpa batas, sehingga tumor makin lama makin besar dan mendesak jaringan sekitarnya sehingga dapat menyumbat saluran tubuh dan menimbulkan obstruksi. Apabila lipoma membesar akan tampak sebagai suatu penonjolan yang dapat menekan jaringan di sekitarnya. Pada dasar mulut, pembesaran lipoma dapat mengganggu fungsi pengunyahan dan fungsi bicara, sedangkan pertumbuhannya menekan gigi geligi maka dapat menyebabkan tanggalnya gigi di sekitar lipoma tersebut. Bila tumor ini ganas dapat menyebar ke bagian tubuh lain dan umumnya fatal bila dibiarkan karena merusak organ yang bersangkutan dan menyebabkan kematian.

E. MANIFESTASI KLINIS

Lipoma seringkali tidak memberikan gejala (asymptomatic). Gejala yang muncul tergantung dari lokasi, misalnya:

1. Pasien dengan lipoma kerongkongan (esophageal lipoma) dapat disertai obstruction, nyeri saat menelan (dysphagia), regurgitation, muntah (vomiting), dan reflux. Esophageal lipomas dapat berhubungan dengan aspiration dan infeksi saluran pernapasan yang berturutan (consecutive respiratory infections).

2. Lipoma di saluran napas utama (major airways) dapat menyebabkan gagal napas (respiratory distress) yang berhubungan dengan gangguan bronkus (bronchial obstruction). Pasien datang dengan lesi parenkim (parenchymal lesions) atau endobronchial.

3. Lipoma juga sering terjadi pada payudara, namun tak sesering yang diharapkan mengingat luasnya jaringan lemak.

4. Lipoma di usus (intestines), misalnya: duodenum, jejunum, colon dapat menyebabkan nyeri perut (abdominal pain) dari obstruksi atau intussusception, atau dapat menjadi jelas melalui perdarahan (hemorrhage).

(5)

5. Lipoma jantung (cardiac lipomas) terutama berlokasi di subendocardial, jarang intramural, dan normalnya tidak berkapsul (unencapsulated). Terlihat sebagai suatu massa kuning di kamar/bilik jantung (cardiac chamber).

6. Lipoma juga dapat muncul di jaringan subkutan vulva. Biasanya pedunculated dan dependent Lipoma berbentuk seperti benjolan dengan diameter 2-10 cm, terasa kenyal dan lembut. Serta bergerak bebas di kulit, namun overlying skin ini secara khas normal. Sering terdapat pada leher, lengan dan dada. Tetapi bisa muncul di bagian tubuh manapun. Pada umumnya orang orang tidak menyadari jika mereka mengidap lipoma sampai benjolannya tumbuh besar dan terlihat.

Secara umum lipoma bersifat lunak pada perabaan, dapat digerakkan, dan tidak nyeri. Tanda dan gejala yang muncul meliputi: pertumbuhannya sangat lambat dan jarang sekali menjadi ganas. Lipoma kebanyakan berukuran kecil, namun dapat tumbuh hingga mencapai lebih dari diameter 6 cm. memiliki batas dengan jaringan yang tidak nyata, kulit kering, bersisik kemerahan, palpasi teraba benjolan, andeng-andeng (tahi lalat) yang berubah sifatnya, menjadi makin besar dan gatal.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang biasanya dilakukan, meliputi: 1. Skrining

2. Laboratorium

3. Teknik Pencitraan (Imaging)

4. Pemeriksaan Rontgen Konvensional 5. Radiografi Digital

6. Tomografi Komputer (CT Scan) 7. Ekhografi

8. Resonansi magnetik nuklear 9. Skintigrafi

10. Patologi anatomi G. PENATALAKSANAAN

Indikasi pembuangan lipoma adalah sebagai berikut: 1. Alasan kosmetik.

2. Untuk mengevaluasi gambaran histologinya, secara khusus ketika kemungkinan liposarcoma harus disingkirkan.

3. Ketika menyebabkan gejala-gejala. 4. Ukuran lebih dari 5cm.

(6)

Pembuangan lipoma pada pasien ini dapat dengan dua teknik yaitu teknik non eksisi dan teknik eksisi.

1. Teknik Non-Eksisi a. Injeksi steroid

Injeksi steroid akan mengakibatkan atrofi lemak lokal, dengan demikian terjadi penyusutan dari lipoma. Terapi ini terbaik dilakukan pada lipoma yang berdiameter kurang dari 2,5cm. Bahan yang digunakan adalah campuran 1:1 dari 1% lidokain dan triamcinolone acetonide, dalam dosis 10mg/mL. Prosedur ini dapat diulang beberapa kali dengan interval 1 bulan.

b. Liposuction

Liposuction dapat digunakan untuk menghilangkan lipoma kecil maupun besar, khususnya pada lokasi-lokasi dimana jaringan parut yang besar harus dihindari. Eliminasi total dari lipoma masih sulit dicapai dengan teknik ini.

2. Teknik Eksisi

Bedah eksisi lipoma seringkali menghasilkan kesembuhan total. Sebelum pembedahan, perlu dilakukan pemberian garis outline dari lipoma, dan perencanaan eksisi kulit dengan tanda pada permukaan kulit. Outline dari tumor sering membantu menggambarkan batas, yang seringkali menjadi tidak jelas setelah pemberian anestesi. Eksisi dari sebagian kulit dapat membantu mengeliminasi kelebihan kulit pada saat penutupan.

a. Enukleasi

Lipoma yang kecil dapat dihilangkan dengan enukleasi. Insisi 3-4mm dibuat diatas lipoma, curette ditempatkan di dalam luka dan digunakan untuk membebaskan lipoma dari jaringan sekitar. Setelah dibebaskan, tumor dienukleasi melalui luka insisi. Secara umum, penjahitan tidak diperlukan, pressure dressing diaplikasikan untuk mencegah pembentukan hematom.

b. Eksisi

Lipoma yang lebih besar paling baik dihilangkan melalui insisi-insisi dari kulit di atas lipoma, yang dibuat seperti eksisi fusiformis mengikuti garis tegangan kulit dan lebih kecil dari ukuran tumor. Area sentral kulit yang akan dieksisi, dipegang dengan sebuat hemostat atau Allis clamp, yang bertujuan menciptakan traksi untuk pembuangan tumor. Diseksi kemudian dilakukan untuk memisahkan lipoma dengan jaringan sekitar dengan menggunakan gunting atau scalpel.

Sewaktu sebagian jaringan lipoma telah dibebaskan dari jaringan sekitarnya, hemostat atau clamp dapat dipasangkan pada tumor sebagai traksi untuk

(7)

pembuangan sisa dari tumor tersebut. Ketika semuanya telah terbebaskan, lipoma dikeluarkan secara utuh.

Setelah pengangkatan lipoma, hemostasis yang adekuat dapat tercapai dengan menggunakan hemostat atau suture ligation. Area yang kosong di bawah kulit kemudian ditutup dengan menggunakan burried, interrupted 3-0 atau 4-0 Vicryl sutures. Kadang-kadang perlu penempatan drain untuk mencegah akumulasi cairan, namun sebisa mungkin harus dihindari. Kemudian, kulit ditutup dengan interrupted 4-0 atau 5-0 nylon sutures. Pressure dressing ditempatkan untuk mengurangi insidensi pembentukan hematom. Pasien kemudian diberikan edukasi mengenai perawatan luka, lalu luka di cek kembali dalam waktu 2-7 hari. Jahitan dilepas setelah 7-21 hari.

H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Anamnesis

a. Identitas

Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang tua atau suami atau isteri atau penanggung jawab, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan agama. Identitas perlu ditanyakan untuk memastikan bahwa pasien yang dihadapi adalah memang benar pasien yang dimaksud. Selain itu identitas ini juga perlu untuk data penelitian, asuransi dan lain sebagainya. b. Riwayat Penyakit Dahulu

Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang. Tanyakan pula apakah pasien pernah mengalami kecelakaan, menderita penyakit yang berat dan menjalani operasi tertentu, riwayat alergi obat dan makanan, lama perawatan, apakah sembuh sempurna atau tidak.

Obat-obat yang pernah diminum oleh pasien juga harus ditanyakan termasuk penggunaan obat-obatan steroid, kontrasepsi, transfusi, kemoterapi, dan riwayat imunisasi. Bila pasien pernah melakukan berbagai pemeriksaan, maka harus dicatat dengan seksama, termasuk hasilnya, misalnya gastroskopi, Papanicolau’s smear, mamografi, foto paru-paru dan sebagainya.

c. Riwayat sosial

Mencangkup keterangan mengenai pendidikan, pekerjaan dan segala aktivitas di luar pekerjaan, lingkungan tempat tinggal, perkawinan, tanggungan keluarga, dal lain-lain. Perlu ditanyakan pula tentang kesulitan yang dihadapi pasien.

(8)

Pemeriksaan tanda-tanda vital: TD,N,RR, dan T e. Status lokalis

Inspeksi

Setelah anamnesis, tindakan yang dilakukan adalah melakukan inpeksi. Bantuan permeriksaan dengan kaca pembesar dapat dilakukan. Pemeriksaan ini mutlak dilakukan dalam ruangan yang terang. Anamnesis terarah biasanya ditanyakan pada penderita bersamaan dilakukan inpeksi untuk melengkapi data diagnosis. Pada inpeksi diperhatikan lokalisasi, warna, bentuk, ukuran, penyebaran, batas dan efleresensi yang khusus. Bila terdapat kemerahan pada kulit ada tiga kemungkinan: eritema, purpura, dan telangiektasis. Cara membedakannya yakni ditekan dengan jari dan digeser. Pada eritema warna kemerahan akan hilang dan warna tersebut akan kembali setelah jari dilepaskan karena terjadi vasodilatsi kapiler. Sebaliknya pada purpura tidak menghilang sebab terjadi pendarahan dikulit, demikian pula telangekstasis akibat pelebaran kapiler yang menetap. Cara lain ialah yang disebut diakopi yang berarti menekan dengan benda tranparan (diaskop) pada tempat kemerahan tersebut, diakopi disebut positif, jika warna merah menghilang (eritema), disebut negatif bila warna merah tidak menghilang (purpura atau telangiektasis). Pada telangiektasis akan tampak kapiler yang berbentuk seperti tali yang berkelok-kelok dapat berwarna merah atau biru.

Palpasi

Setelah inpeksi selesai, dilakukan palpasi. Pada pemeriksaan ini diperhatikan adanya tanda-tanda radang akut atau tidak, misalnya dolor, kalor, fungsiolesa (rubor dan tumor dapat pula dilihat), ada tidaknya indurasi, fluktuasi, dan pemebesaran kelenjar regional maupun generalisata.

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan pula saat melakukan pengkajian pada pasien dengan lipoma meliputi:

a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan: Riwayat anggota keluarga yang terkena tumor, terpapar sinar radiasi atau bahan kimia.

b. Pola nutrisi metabolik: kebiasaan makan makanan yang mengandung zat kimia atau bahan pengawet dan makanan yang berlemak tinggi, riwayat minum alkohol, mual, muntah, berkeringat banyak, suhu tinggi, kerusakan atau kemerahan kulit, adanya benjolan pada kulit, hipopigmentasi, hiperpigmentasi, nafsu makan menurun, berat badan turun.

(9)

c. Pola eliminasi: menurunnya jumlah urine output, anuri saat fase akut, diuresis, penurunan peristaltik usus.

d. Pola aktivitas dan latiha: riwayat pekerjaan, obesitas, sesak napas.

e. Pola persepsi sensori dan kognitif: mati rasa, kaku, gatal-gatal, perubahan reflektendon, keluhan nyeri, perubahan orientasi, sikap dan tingkah laku.

f. Pola persepsi dan konsep diri: kecemasan, penampilan diri, gangguan terhadap perkerjaan atau keuangan.

g. Pola mekanisme coping dan toleransi terhadap stres: sikap menghadapi penyakit, penerimaan terhadap diagnosis.

I. ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan lipoma, meliputi:. 1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan adanya lukas eksterpasi. 2. Nyeri yang berhubungan dengan penekanan oleh jaringan lipoma

3. Gangguan gambaran diri yang berhubungan dengan penampilan kulit yang jelek. 4. Kurang pengetahuan tantang pengetahuan tentang perawatan kulit yang

berhubungan dengan kurang informasi.

5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, kulit yang rusak, stasis jaringan tubuh

6. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilaksanakan dan hasil akhir pascaoprasi

Rencana Asuhan Keperawatan

1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan adanya luka eksterpasi Kriteria Hasil: Kulit utuh, tidak infeksi.

Rencana Tindakan.

a. Kaji keadaan luka (kering, bawah, kemerahan). b. Rawat luka dengan teknik steril.

c. Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk kulit.

d. Anjurkan pasien untuk menjaga tubuh dengan cara mandi dua kali sehari. e. Observasi suhu.

f. Beri terapi antibiotik sesuai pesanan medik. 2. Nyeri yang berhubungan dengan luka operasi.

Kriteria Hasil: Pasien bebas dari rasa nyeri, pasien tampak rileks, bisa tidur dan istirahat.

Rencana tindakan:

a. Kaji karakteristik nyeri (lokasi, lama, intensitas). b. Observasi tanda-tanda vital.

c. Eksplorasi penyebab rasa nyeri. d. Ciptakan lingkungan yang aman. e. Ajarkan latihan napas dalam

f. Beri terapi analgetik sesuai pesanan medik.

(10)

Kriteria Hasil

a. Menerima perubahan tubuh dan mengintegrasikannya ke dalam self konsep sehingga dapat mempertahankan body image yang positif.

b. Mengekspresikan penerimaan tentang perubahan body image. Rencana tindakan:

a. Kaji perasaan dan persepsi pasien tentang penampilan kulit yang jelek. b. Melibatkan pasien dalam perawatan.

c. Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang telah diberikan. d. Hargai pemecahan masalah yang konstruktif untuk meningkatkan penampilan.

e. Membantu pasien dalam menguatkan keterampilan koping dan ikut terlibat dalam tindakan untuk memenuhi tujuan.

4. Kurang pengetahuan tentang penyakit kulit yang berhubungan dengan kurang informasi

Kriteria Hasil:

a. Dapat mengungkapkan proses penyakit.

b. Mengenali tanda dan gejala serta faktor penyebab penyakit. c. Pasien dapat berpartisipasi dalam perawatan.

Rencana Tindakan:

a. Kaji pengetahuan klien/ tanyakan proses penyakit dan harapan klien.

b. Jelaskan faktor penyebab, tanda dan gejala penyakit dengan bahasa yang mudah dipahami.

c. Beri penyuluhan tentang pentingnya perawatan kulit yang baik. d. Libatkan keluarga dalam rencana pengobatan

e. Beri penjelasan pasien untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan kulit. f. Jelaskan prosedur pengobatan dan perubahan gaya hidup.

5. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilaksanakan dan hasil akhir pascaoperatif.

Kriteria Hasil :

a. Pasien menyatakan kecemasan berkurang b. Pasien kooperatif terhadap tindakan c. Wajah pasien tampak rileks

Rencana Keperawatan

a. Bantu pasien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan, dan takut.

b. Kaji tanda ansietas verbal dan nonverbal. Damping pasien dan lakukan tindakan bila pasien mulai menunjukkan perilaku merusak.

c. Jelaskan tentang prosedur pembedahan sesuai jenis operasi d. Beri dukungan prabedah

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Jonathan G. At a glance : anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta : Erlangga; 2007 Manning, Delp. Major diagnosis fisik : kulit. Edisi ke-9. Jakarta: EGC; 2006.72-7.4.

Darmstadt GL, Lane A. Nelson ilmu kesehatan anak : tumur tumor kulit. Edisi ke-15. Jakarta : EKG;2000

Price, Anderson Silvia. Patofisiologi. Ed. 5. Jakarta: EGC; 2004.

Robbin, Cotran. Buku saku dasar patologis penyakit. Edisi ke-7. Jakarta: EGC; 2006. Borley NR, Grace PA. At a glance ilmu bedah. Edisi ke-3. Jakarta : Erlangga; 2006. Sabiston DC. Buku ajar bedah : Tumor jinak yang lazim. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2004. Sularsito SA, Djuanda Suria. Dermatitis. In: Djuanda Adhi, Hamza Mochtar, Aisah Siti, Editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta: FK UI; 2010.

Referensi

Dokumen terkait