• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau. membaca, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau. membaca, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012)."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

2.1Perilaku

2.1.1 Definisi Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau resultant antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Perilaku manusia dibagi dalam tiga domain, yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan (Bloom 1908 dalam Notoatmodjo, 2012).

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi jika seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010).

(2)

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui atau kepandaian yang dimiliki seseorang yang diperoleh dari pengalaman, latihan, atau melalui proses belajar. Dalam proses belajar sesorang hanya ditentukan memiliki kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Seseorang dituntut memiliki kemampuan memecahkan masalah, mengambil keputusan, kemampuan beradaptasi, kreatif dan inovatif, dari kemampuan-kemampuan tersebut sangat diperlukan untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Pengetahuan merupakan kognitif yang paling rendah namun sangat penting karena dapat membentuk prilaku seseorang (Bloom 1956 dalam Notoatmodjo, 2007).

2.2.2 Jenis Pengetahuan

Riyanto dan Budiman (2013) menyatakan bahwa jenis pengetahuan diantaranya sebagai berikut:

a. Pengetahuan Implisit

pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip. Pengetahuan seseorang biasanya sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan. Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa tidak disadari.

(3)

b. Pengetahuan Eksplisit

pengetahun eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Riyanto dan Budiman (2013) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun nonformal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan memengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah untuk menerima informasi.

b. Informasi atau media massa.

Informasi adalah “that of which one is apprised or told: intelligence,

news” (Oxford English Dictionary). Kamus lain menyatakan bahwa informasi

adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Informasi adalah suatu teknik untuk

(4)

menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu (Undang-Undang Teknologi Informasi).

c. Sosial, Budaya, dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses

masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecaahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

(5)

pengetahuan dan keterampilan profesional, serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

f. Usia

Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

2.2.4 Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo (2010) mengemukakan bahwa Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu : tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (aplication), analisa (analysis), sintesis (syntesis) dan evaluasi (evaluation).

a. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall), terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat mengintrepetasikan materi tersebut secara benar.

(6)

c. Aplikasi (appilcation), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

d. Analisa (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi atau obyek ke dalam komponen-komponen tetapi di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthetis), menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation), adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek

2.2.5 Pengukuran Pengetahuan

Riyanto dan Budiman (2013) pengkuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden. Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan menurut tahapan pengetahuan.

Arikunto (2006 dalam Riyanto dan Budiman, 2013) membuat kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut.

a. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya ≥ 75%

(7)

c. Tingkat pengetahuan kategori kurang jika nilainya < 55%

Dalam membuat kategori tingkat pengetahuan bisa juga dikelompokkan menjadi dua kelompok jika yang diteliti masyarakat umum, yaitu sebagai berikut.

a. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya > 50%

b. Tingkat Pengetahuan kategori kurang baik jika nilainya ≤ 50%

2.3 Sikap

2.3.1 Definisi Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2010). Sikap merupakan pernyataan evaluatif terhadap objek, orang, atau peristiwa (Stepan 2007 dalam Riyanto dan Budiman, 2013)

2.3.2 Tingkat Sikap

Notoatmodjo (2010) Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan.

(8)

a. menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya) untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

d. bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

(9)

2.3.3 komponen Pokok Sikap

Komponen sikap menurut notoatmodjo (2010) ada tiga komponen :

a. kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

Merupakan keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap suatu objek.

b. kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

Merupakan penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.

c. kecenderungan untuk bertindak (tend of behave)

Sikap merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah merupakan ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude)

2.3.4 Pengukuran Sikap

Riyanto dan Budiman (2013) menjelaskan bahwa ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif kemampuan yang diukur adalah: menerima (memperhatikan), merespon, menghargai, mengorganisasi, dan menghayati. Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatu

(10)

objek di antaranya menggunakan skala sikap. Hasil pengukuran berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Salah satu skala sikap yang digunakan adalah skala likert. Dalam skala likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan-pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju.

2.4 Tindakan

2.4.1 Definisi Tindakan

Tindakan adalah seseorang yang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya melaksanankan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik) (Notoatmodjo, 2012).

2.4.2 Tingkat Tindakan

Notoatmodjo (2012) membagi tingkatan tindakan sebagai berikut:

a. Respon terpimpin

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan indicator tindakan tingkat pertama.

(11)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai tindakan tingkat kedua.

c. Adopsi

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.5 Rematik

2.5.1 Definisi Rematik

Junaidi (2012) menjelaskan bahwa rematik adalah penyakit yang menyerang sendi. Sekalipun kata rematik sudah akrab di telinga kita, faktanya adalah hingga kini belum ada pemahaman yang memadai tentang penyakit rematik. Penyebab rematik sepenuhnya bergantung pada jenis penyakit rematik itu sendiri.

Rubenstein, Wayne, dan Bradley (2007) mengemukakan bahwa penyakit rematik merupakan regangan muskuloskeletal yang sangat sering dijumpai dan merupakan sebab tersering seorang pasien dirujuk pada praktek umum (cedera olahraga dan nyeri punggung). Osteoartritis merupakan salah satu jenis penyakit rematik yang mengenai sebagian besar orang mulai usia paruh baya.

(12)

Arthritis atau biasa disebut rematik adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur disekitarnya. Masyarakat pada umumnya menganggap rematik adalah penyakit sepele karena tidak menimbulkan kematian. Padahal, jika tidak segera ditangani rematik bisa membuat anggota tubuh berfungsi tidak normal, mulai dari benjol-benjol, sendi kaku, sulit berjalan, bahkan kecacatan seumur hidup. Rasa yang timbul bisa sangat mengganggu dan membatasi aktivitas kegiatan sehari-hari (Nainggolan, 2009).

2.5.2 Etiologi

Penyebab penyakit rematik sepenuhnya bergantung pada jenis penyakit rematik itu sendiri. Beberapa jenis penyakit rematik yang telah diketahui penyebabnya adalah arthritis infeksi dan asam urat. Sementara itu, untuk jenis penyakit osteoarthritis para rematolog menduga bahwa penyakit itu disebabkan oleh tekanan berlebihan pada tulang, sendi yang cedera secara berulang, atau kelemahan tulang rawan (kartilago) bawaan. Untuk jenis penyakit rematik arthitis rematoid, penyebabnya yang dominan adalah faktor keturunan, hormon, dan lingkungan (Junaidi, 2012).

2.5.3 Gejala Penyakit Rematik

Junaidi (2012) mengemukakan secara garis besar, penyakit rematik terdiri dari:

a. Artralgia, yaitu gejala yang hanya ditemukan pada sendi, berupa pegal linu, tanpa gejala lainya. Gejala pegal-pegal ini biasanya ditemukan pada penyakit lupus atau rematik akibat autoimun.

(13)

b. Arthritis atau radang pada sendi. Gejala peradangan arthritis cenderung lengkap, yaitu: terjadi pembengkakan, muncul kemerahan di kulit, terasa nyeri dan panas pada sendi yang terserang dan biasanya sendi menjadi sulit untuk digerakkan.

c. Nyeri sendi dengan tanda radang yang tidak lengkap (artropik). Misalnya, terjadi pembengkakan pada tulang, bukan pada jaringan lunak. Atau, terjadi pembengkakan tulang yang diikuti dengan gangguan fungsi tulang, tetapi tidak mun cul kemerahan di kulit atau rasa panas. Nyeri sendi juga dialami oleh penderita kanker, terutama kanker darah.

d. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam dapat bersifat generalisasi terutama menyerang sendi (Brunner dan suddart 2002 dalam Afriyanti, 2009)

2.5.4 Jenis – Jenis Penyakit Rematik

Junaidi (2012) menyebutkan ragam penyakit rematik sebagai berikut :

a. Gout

Serangan gout muncul secara mendadak, biasanya di jempol kaki atau sendi- sendi lainnya. Gout disebabkan oleh gangguan metabolisme protein purin yang menyebabkan asam urat darah meningkat dan kristal asam urat terbentuk dalam sendi atau tempat lainnya.

(14)

Arthritis reumatoid terjadi karena sistem imun menyerang lapisan atau membran sinovial sendi. Umumnya proses ini melibatkan seluruh tubuh dan dapat menyebabkan kelelahan, kehilangan berat badan, kurang darah (anemia), serta menyerang paru-paru, jantung, dan mata.

c. Osteoarthritis

Osteoarthritis disebabkan oleh patahnya bantalan tulang rawan (kartilago) yang menjadi bantal tulang. Penyakit ini sering disebut sebagai arthritis degeneratif.

d. Lupus (systemic lupus erythematosus)

Penyakit ini menyerang kulit dan melibatkan sendi, otot, serta terkadang organ dalam atau tubuh lainnya.

2.6 Perawatan Diri Penderita Rematik

Perawatan diri yang menderita rematik diidentifikasikan sebagai tindakan-tindakan yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan untuk memperbaiki dan meningkatkan kesehatannya seperti perbaikan nutrisi dan olahraga teratur, istirahat cukup atau dengan diet, obat-obatan untuk meningkatkan dan memulihkan penyakitnya (Wahyuni, Tjekyan, dan Kartisari, 2008).

Junaidi (2012) menyatakan beberapa hal yang dapat dilakukan penderita rematik untuk meringankan penyakitnya antara lain:

a. Diet dan suplemen

Diet terutama ditekankan pada penderita gout dan osteoarthritis. Penderita gout harus menghindari minuman alkohol dan makanan yang

(15)

mengandung protein (purin) tinggi, seperti jeroan (hati, ginjal), makanan laut, dan kuah daging. Hindari makanan yang berpotensi memperburuk radang sendi, seperti daging merah, tomat, telur dan kafein.

Kebutuhan protein dapat diperoleh dengan mengonsumsi beras, cokelat, kacang-kacangan (almond, biji bunga matahari), polong, buncis, sayuran hijau, brokoli, bayam, dam biji-bijian. Penderita rematik atau radang sendi akan memperoleh banyak manfaat dengan melakukan diet sehat, yaitu diet seimbang yang mencakup sayur, buah, ikan salmon, dan daging putih.

b. Terapi Obat

Ada banyak obat yang digunakan untuk mengobati gejala penyakit rematik. Jenis obat yang digunakan bergantung pada jenis penyakit rematik dan kondisi pasien. Obat-obatan yang ada hanya mampu mengatasi gejala penyakit rematik, terutama gejala nyeri dan peradangannya. Beberapa obat yang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit rematik, antara lain acetaminophen, cortisone, solumedrol dan hidrokortison.

c. Terapi Herbal

Bahan herbal yang membantu melawan nyeri rematik antara lain :

1. Jahe dan kunyit. Keduanya adalah bahan anti-inflamasi yang sangat baik, serta dapat mengurangi nyeri dan bengkak pada sendi.

(16)

3. Lidah buaya adalah anti-inflamasi yang sangat kuat, dapat meningkatkan system kekebalan. Mengandung asam salisilat dan magnesium yang berfungsi melawan arthritis.

4. Rosemary berfungsi seperti aspirin, tetapi lebih aman. Bekerja sebagai anti-inflamasi untuk semua jenis arthritis.

5. Aroma terapi. Menggunakan minyak esensial sebagai losion yang diserap melalui kulit.

6. minyak Jupiter untuk menghilangkan bengkak pada sendi.

d. Terapi panas dan dingin

Terapi panas dan dingin dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dan peradangan pada rematik. Cara kerja terapi panas pada rematik adalah untuk meningkatkan aliran darah ke daerah sendi yang terserang dengan demikian proses radang dapat dikurangi dan sendi dapat berfungsi secara normal.

Terapi dingin bertujuan untuk membuat baal pada sendi yang terserang rematik sehingga mengurangi nyeri, peradangan, kaku dan kejang otot. Terapi dingin dapat dilakukan dengan menggunakan kantong berisi air dingin, semprotan dingin.

e. Olahraga dan Istirahat

Tidur sejenak disiang hari membantu tubuh memperbaiki kerusakan yang ada. Tidur diatas kasur yang cukup keras atau kasur yang hangat tanpa bantal

(17)

dalam posisi telentang. Pada penderita rematik pada sendi panggul atau lutut sebaiknya mempertahankan sendi dalam posisi lurus, badan telentang dan meletakkan bantal kecil di bawah sendi lutut untuk menghilangkan tegangan.

Aktivitas fisik atau olahraga dapat mengurangi nyeri dan kekakuan sendi, serta dapat meningkatkan kelenturan, otot yang kuat, dan ketahanan. Latihan dan olahraga yang dianjurkan adalah:

1. Range of motion exercises. Latihan fisik yang membantu menjaga pergerakan sendi secara normal, memelihara atau meningkatkan fleksibilitas, dan menghilangkan kekakuan sendi.

2. Strengthening exercise. Memelihara atau meningkatkan kekuatan otot. Otot yang kuat membantu dan menjaga sendi yang terserang penyakit rematik.

3. aerobic or edurance exercise.Meningkatkan kesehatan pembuluh darahjantung (kardiovaskuler), membantu menjaga berat badan ideal, dan memperbaiki kesehatan secara menyeluruh.

Anjurkan pasien arthritis untuk melakukan aerobic derajat sedang selama 30 menit etiap hari. Latihan yang terlalu berat, yang menyebabkan nyeri, harus dihindari. Hal itu berarti bahwa olah ranga berat, seprti sepak bola, basket, voli, dan sebagainya, harus dijauhi.

f. Fisipoterapi dan Relaksasi

(18)

dilakukan dengan hati-hati, seperti menarik secara lembut dan terus-menerus pada otot yang kakau, pemijatan, dan manipulasi dengan menggunakan kedua tangan untuk memperbaiki pergerakan sendi yang kaku.

Relaksasi progresif membantu mengurangi nyeri dengan menggunakan gerakan yang melemaskan otot yang tegang. Pada relaksasi progresif gerakan yang dilakukan adalah, pertama-tama mengencangkan kumpulan otot tertentu, lalu, secara perlahan, melemaskan atau merelaksasikannya.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan jika diberikan dalam bentuk HLS (diekstrak), tidak ada perbedaan pengaruh terhadap hasil biomassa di antara keempat bahan yang digunakan, meskipun demikian

Skripsi dengan judul “Pengaruh Cara Pengeringan dan Lama Waktu Pengeringan Beras Jagung Tergelatinisasi Terhadap Karakteristik Nasi Jagung Instan“ oleh Efrikas

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan umur, masa kerja, pengetahuan dan motivasi bidan dengan pelaksanaan program Inisiasi Menyusus Dini di

BAZ Kabupaten Gresik memiliki beberapa program yang tujuan dari semua program tersebut salah satunya adalah program mustahik menjadi muzakki. Salah satu instrument

Rahmadhanty dengan judul “Pengaruh Digital Marketing terhadap Minat Beli Album Musik Korean Pop, Studi pada Penggemar Musik Pop” yang lebih menitik beratkan pada minal

Sehingga kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah pencapaian perilaku hidup bersih dan sehat memerlukan strategi pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah

Dalam Muslich dan Priyono (2005) disebutkan bahwa menurut hasil survey yang dilakukan oleh TNK dan Zoological Society of San Diego (ZSSD) menunjukkan bahwa di seluruh pulau,