• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Risiko Dalam Proses Pengadaan Pada Proyek EPC Yang Berpengaruh Kepada Kinerja Waktu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor-Faktor Risiko Dalam Proses Pengadaan Pada Proyek EPC Yang Berpengaruh Kepada Kinerja Waktu"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor-Faktor Risiko Dalam Proses Pengadaan Pada Proyek EPC Yang

Berpengaruh Kepada Kinerja Waktu

Kresna Wijaya Muladi Putra

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia E-mail: kresna.w.m@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini membahas faktor risiko dalam proses pengadaan pada proyek EPC yang berpengaruh pada kinerja waktu. Proses pengadaan menjadi penting karena biaya pada proses pengadaan mencapai 50-60% dari total biaya proyek. Bahkan kebanyakan kegiatan pada proses ini berada pada jalur kritis proyek. Oleh karena itu sangat penting untuk menemukan faktor risiko pada proses pengadaan yang mempengaruhi kinerja waktu proyek. Setelah faktor risiko utama tersebut ditemukan, maka dapat dilakukan strategi pengendalian risiko tersebut agar efek risiko yang ditimbulkan dapat diminimalisir agar proyek dapat berjalan dengan lancar dan selesai tepat pada waktu yang telah direncanakan.

Kata kunci:

EPC; Faktor risiko; Kinerja Waktu; Pengadaan; Procurement

Risk Factors In The Procurement Process On EPC Project That Influence On

The Time Performance

Abstract

This research discusses about risk factors in the procurement process on EPC project that influence on the time performance. The procurement process is important because the procurement cost of this process reach 50%-60% of the total project cost. Most of activities on this process are on the critical path of the project. Because of that, it’s important to find the risk factors that affect time performance of the project. After found the dominant risk factors, the risk control strategies can be made to minimize risk effect on the project, so the project can continue smoothly and can be finished on time.

Key words :

(2)

PENDAHULUAN

Kegiatan pengadaan (procurement) memegang peranan yang penting dalam proyek. Hal ini disebabkan karena biaya pengadaan baik barang maupun jasa pada kebanyakan proyek memerlukan lebih dari separuh biaya total proyek, yaitu sebesar 50–60% dari total biaya proyek (Soeharto, 1995). Kualitas barang dan jasa yang dihasilkan proyek juga merupakan hal yang penting, untuk memenuhi tujuan kualitas proyek secara keseluruhan. Bahkan pada kebanyakan aktifitas dalam proses pengadaan bersifat kritis dalam pencapaian jadwal proyek (Huston, 1996). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pengadaan merupakan hal utama dalam proyek.

Menurut Yeo & Ning (2002) Manajemen Procurement diperlukan karena berbagai faktor, antara lain, karena procurement menghubungkan antara fungsi engineering dan fungsi konstruksi, bergantung pada pihak eksternal (sub-kontraktor), membutuhkan komunikasi dan negosiasi dengan pihak eksternal, mengambil bagian besar dari total biaya proyek EPC, dan sulit untuk dikelola.

Pada kenyataannya, masalah keterlambatan dalam proses pengadaan sering terjadi pada proyek EPC. Gasification News pada tahun 2007 memberitakan bahwa proyek Gas to Liquid (GTL) di Qatar yang dikerjakan oleh ConocoPhilips, Marathon, dan SasolChevron mengalami keterlambatan akibat faktor logistik dan baru dapat dimulai kembali pada tahun 2013. Proyek Sonatrach GTL di Algeria tertunda selama 6 bulan akibat proses tender kontrak (Peckham, 2005). Proyek Integrated Gasification Combined Cycle (IGCC) di Illinois, Amerika Serikat mengalami keterlambatan akibat perijinan proyek (McElligott, 2007). Contoh kasus diatas menunjukkan bahwa masalah keterlambatan sering terjadi di proyek EPC.

Dalam pelaksanaan proses pengadaaan pada proyek EPC, selalu ada ketidakpastian dan risiko yang terjadi. Risiko tersebut akan berakibat menurunnya kinerja pelaksanaan proyek. Salah satu kinerja yang mengalami penurunan akibat risiko yang terjadi adalah kinerja waktu. Untuk menghindari terjadinya penurunan pada kinerja waktu, maka perlu dilakukan identifikasi pada risiko yang terjadi pada proyek EPC. Identifikasi risiko dilakukan agar risiko tersebut dapat direspon dan dicegah agar penurunan kinerja waktu dalam proyek dapat diminimalisir.

(3)

Perumusan masalah penelitian ini adalah mengetahui apa saja faktor risiko dominan pada proses pengadaan yang menyebabkan terjadinya keterlambatan jadwal pelelangan pada proyek EPC, apa penyebab faktor risiko keterlambatan tersebut terjadi, dan strategi apa yang dapat dilakukan untuk mencegah dan/atau merespon faktor-faktor risiko tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko dominan pada proses pengadaan yang dapat mempengaruhi kinerja waktu pada proyek EPC, mengetahui penyebab risiko tersebut terjadi, mengetahui tindakan preventif terhadap faktor risiko tersebut agar dampak risiko tersebut dapat diminimalisir.

TINJAUAN TEORITIS

Menurut Hui & Qin (2011) Engineering, Procurement, Construction (EPC) mengacu pada kontrak proyek yang seluruh aspek yang termasuk desain, pengadaan, dan konstruksi proyek dilakukan oleh satu kontraktor atau sebuah asosiasi yang terdiri dari beberapa kontraktor. Kontrak EPC dapat memecahkan masalah mengenai perbedaan dalam desain dan konstruksi, mempercepat waktu proyek, menghemat biaya dan membantu kontraktor dalam melakukan manajemen kontrak dan mengatur jalannya konstruksi proyek. karakteristik dari proyek EPC adalah sebagai berikut:

a. Owner hanya berfungsi untuk mengatur manajemen utama dan mengontrol tujuan dari proyek. Owner jarang turun langsung dalam proses dilapangan, sehingga kontraktor dapat berinisiatif untuk menciptakan keuntungan baik untuk owner maupun untuk kontraktor. b. Hampir semua risiko dalam proyek ditanggung oleh kontraktor.

c. Owner hanya memiliki satu buah kontrak utama dengan kontraktor.

d. Biaya transaksi untuk proyek EPC dapat dikurangi. Hal ini disebabkan karena proyek EPC hanya mempunyai satu kontrak utama sehingga biaya untuk mengadakan kontrak, dan negosiasi harga kontrak menjadi berkurang. Selain itu kemungkinan terjadinya perubahan dalam proyek dan perselisihan dalam proyek menjadi lebih kecil.

Proyek EPC mempunyai 3 elemen yaitu:

(4)

Engineering merupakan metodologi dalam merekayasa dengan teratur dan sistematis dalam

rangka memenuhi kebutuhan keperluan operasional yang timbul dalam suatu perwujudan fisik (fasilitas atau produk) dengan langkah-langkah yang efisien.

b. Procurement

Menurut Tahir (2004), Procurement merupakan proses pengadaan semua material dan peralatan yang berkaitan dengan proyek EPC tersebut. Procurement mencakup semua material sipil, pemipaan, mekanikal, elektrikal, dan instrumentasi. Sedangkan menurut Huston(1996),

procurement adalah semua aktivitas yang diperlukan untuk mendapatkan barang atau jasa yang

diperlukan untuk proyek.

c. Construction

Menurut Soeharto (2001), kegiatan konstruksi (Construction) merupakan pekerjaan mendirikan atau membangun instalasi dengan cara seefektif mungkin, berdasarkan segala sesuatu yang diputuskan pada tahap desain (engineering). Garis besar lingkup pekerjaan konstruksi adalah membangun fasilitas sementara, mempersiapkan lahan, menyiapkan infrastruktur, mendirikan fasilitas fabrikasi, mendirikan bangunan dan pekerjaan sipil lainnya, memasang berbagai peralatan, memasang perpipaan, memasang peralatan listrik dan instrumentasi, memasang perlengkapan keselamatan, memasang isolasi dan pengecatan, melakukan testing, uji coba dan start up.

Pembangunan dalam proyek EPC mulai dari permulaan hingga operasi merupakan proses yang kompleks dan dinamik, dimana setiap detail proyek bervariasi tergantung dari kebutuhan finansial, engineering, dan lingkungan. Menurut Likhitruangsilp (2010), proses pembangunan proyek EPC terdiri dari 6 tahap. Tahap pertama merupakan proses perencanaan dan analisis proyek. tahap ini mendefinisikan elemen penting yang ada dalam proyek seperti tujuan dan batasan proyek. Tahap ini memerlukan berbagai macam studi dan analisis yang harus dilakukan seperti perencanaan sistem, evaluasi lapangan, studi kelayakan lingkungan, studi kelayakan ekonomi dan finansial. Tahap kedua merupakan desain konseptual. Tahap ini mendefinisikan dan mengevaluasi kondisi dan batasan proyek. Tahap ketiga adalah fase detailed design. Pada tahap ini ditentukan kebutuhan teknis dari setiap komponen proyek seperti ukuran peralatan, ketentuan kinerja, kode dan standar. Informasi dalam tahap tersebut akan digunakan dalam proses pengadaan dan spesifikasi pembuatan dan kontrak. Setelah itu, konstruksi dapat dilaksanakan.

(5)

Menurut PMBOK Guide, manajemen pengadaan merupakan proses yang diperlukan untuk membeli atau memperoleh produk, jasa, atau hasil yang diinginkan melalui pihak luar. manajemen pengadaan proyek berisi tentang manajemen kontrak, proses penggantian kontrol yang diperlukan untuk mengembangkan dan mengelola kontrak, atau perintah pembelian yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang dalam proyek. Manajemen pengadaan juga mengatur mengenai bagaimana mengelola kontrak yang dikeluarkan oleh pihak luar, dan mengelola kewajiban kontrak yang sudah ditetapkan.

Yang (2011), membagi 2 tahap risiko pada pengadaan yaitu:

a. Tahap pelaksanaan Kontrak utama, dalam tahap ini, risiko yang mungkin terjadi adalah risiko perbedaan standar manufaktur, peningkatan harga peralatan dan material, sumber pembelian barang, hukum dan regulasi.

b. Tahap eksekusi dan manajemen pengadaan, dalam tahap ini risiko yang mungkin terjadi adalah risiko desain manajemen pengadaan, risiko suplai dari subkontraktor, risiko perbedaan nilai tukar, dan risiko dalam logistik dan transportasi.

PMBOK Guide mengklasifikasikan manajemen pengadaan menjadi 4 aspek yaitu, perencanaan pengadaan, pelaksanaan pengadaan, pengelolaan pengadaan dan penutupan pengadaan. Penelitian ini dibuat berdasarkan klasifikasi tersebut. Aspek tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Perencanaan pengadaan

Perencanaan pengadaan meliputi permasalahan terkait perencanaan kontrak, kebutuhan kontrak, persetujuan, persyaratan, ketentuan, estimasi, peraturan, perubahan, dan kondisi lingkungan.

b. Pelaksanaan Pengadaan

Pelaksanaan pengadaan mencakup hal-hal mengenai kriteria supplier, evaluasi proposal, negosiasi, penunjukan supplier, harga pengadaan, ketentuan pembayaran, insentif, penalti, , dan mekanisme perselisihan.

c. Pengelolaan Pengadaan

Pengelolaan pengadaan meliputi hal yang berkaitan dengan hubungan dengan mitra, pelaksanaan kontrak, pengawasan kontrak, penjadwalan, perubahan dan koreksi, aspek legal, inspeksi pelaksanaan, verifikasi, pelaporan, audit, dokumentasi, korespondensi, dan evaluasi kontrak.

(6)

d. Penutupan Pengadaan

Penutupan pengadaan mencakup masalah penutupan kontrak, prosedur klaim, penyelesaian negosiasi, prosedur formal penutupan pengadaan, penerimaan hasil pengadaan, dan pengarsipan

 

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey kepada responden. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Yang menjadi variabel terikat adalah kinerja waktu proyek yaitu penurunan kinerja waktu atau terjadinya keterlambatan pada proyek. keterlambatan tersebut dapat dilihat dari perbandingan jadwal rencana proyek dengan jadwal aktual. Sedangkan yang menjadi variabel bebas pada penelitian ini adalah faktor risiko pada proses pengadaan yang berpengaruh pada kinerja waktu proyek EPC. Variabel risiko yang berpengaruh pada kinerja waktu proyek EPC ditunjukkan pada tabel 1.

Tabel 1. Variabel Risiko Yang Berpengaruh Pada Kinerja Waktu Proyek EPC

No Variabel Indikator Sumber

1

Perencanaan Pengadaan

1.1 Nilai kontrak Likhitruangsilp (2010)

1.2 Scope of work tidak terdefinisi dengan jelas

Herno (2010)

1.3 Kesalahan estimasi biaya Sitorus (2008), Pourrostam (2011)

1.4 Arus kas dari owner/kontraktor Likhitruangsilp (2010)

1.5 Persyaratan spesifikasi dari owner

Likhitruangsilp (2010)

1.6 Desain yang dibuat dapat dibangun

Kaming (2010)

1.7 Engineering deliverables Sodikin (2013)

1.8 Pengalaman dengan kode dan standar yang diterapkan

Likhitruangsilp (2010)

1.9 Jenis material tidak didefinisikan dengan jelas di dalam kontrak

Haseeb (2011)

1.10 Keakuratan perkiraan tingkat produktivitas peralatan

Kaming (2010)

1.11 Klausul kontrak tidak lengkap Herno (2010)

1.12 Tidak adanya klausul keterlambatan dalam kontrak

Likhitruangsilp (2010) 1.13 Kesenjangan bahasa subkontrak Likhitruangsilp (2010)

1.14 Asuransi proyek dan pembuatan jaminan

(7)

Tabel 1. (Lanjutan)

No Variabel Indikator Sumber

1.15 Keakuratan perkiraaan jumlah material

Kaming (2010)

1.16 Kualitas material yang digunakan untuk konstruksi

Haseeb (2011)

1.17 Mata uang dan nilai tukar Yang (2011), Likhitruangsilp (2010)

1.18 Perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan

Sitorus (2008)

2

Pelaksanaan pengadaan

2.1 Pengalaman bekerja sama dengan anggota konsorsium

Likhitruangsilp (2010)

2.2 Pengalaman dengan tipe dan teknologi proyek

Likhitruangsilp (2010)

2.3 Pembagian tugas dan kewajiban dalam konsorsium

Likhitruangsilp (2010)

2.4 Kekuatan keuangan mitra Likhitruangsilp (2010)

2.5 Ketersediaan sdm mitra Likhitruangsilp (2010)

2.6 Proses tender dan tipe kontrak Pourrostam (2011)

2.7 Sumber pembelian barang Yang (2011)

2.8 Peningkatan harga peralatan dan material

Yang (2011), Sitorus (2008)

2.9 Kelemahan organisasi perusahaan vendor

Manavazhi (2002)

2.10 Kurangnya informasi mengenai perusahaan vendor

Sitorus (2008)

3

Pengelolaan Pengadaan

3.1 Ketersediaan material Sitorus (2008), Kaming (2010) 3.2 Ketersediaan main equipment Sitorus (2008), Kaming (2010)

3.3 Keterlambatan dalam forwarding bahan dan peralatan ke lapangan

Hasan (2005)

3.4 Keterlambatan kedatangan critical equipment yang menghambat pekerjaan lain

Sitorus (2008)

3.5 Adanya peralatan yang harus diimport

Likhitruangsilp (2010)

3.6 Transportasi dan masalah pengiriman (shipping)

Likhitruangsilp (2010), Yang (2011), Manavazhi (2002)

3.7 Tanggung jawab terhadap bahan berbahaya

Likhitruangsilp (2010) 3.8 Pekerjaan berisiko (at risk work) Likhitruangsilp (2010)

3.9 Kesalahan dari supplier Manavazhi (2002)

3.10 Jadwal pengadaan material dan peralatan yang sangat ketat

Sitorus (2008)

3.11 Kerusakan/kehilangan material/peralatan yang dibeli

Sitorus (2008)

4

Penutupan Pengadaan

4.1 Bea dan pajak-pajak Likhitruangsilp (2010)

4.2 Penyelesaian perselisihan dan hukum yang diterapkan

(8)

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert. Kinerja waktu dalam proyek ini diukur dengan persamaan berikut:

!"#$%&'  !"#$% = !"#$%  !"#$%#%!!"#$%  !"#$%&#&%!"#$%  !"#$%#% ×!""% (1) Skala kinerja waktu proyek yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Skala Kinerja Waktu Proyek Skala Penilaian Keterangan

1 Buruk Terlambat > -16%

2 Sedikit terlambat Terlambat antara -8% sampai -16% 3 Rata-rata Terlambat 0% sampai -8% 4 Agak baik Lebih cepat antara 0% - 4%

5 Baik Lebih cepat > 4%

Sumber: Kog, Y.C., Chua, D.K.H., Loh, P.K., Jaselskis, E.J., Key Determinants for Construction Schedule Performance, International Journal of Project Management Vol. 17, No.6, 1999, hal.353 (Juanto, 2008)

Untuk variabel bebas, penilian terhadap pengaruh risiko dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Skala Dampak/Pengaruh Risiko

Skala Penilaian Keterangan

1 Tidak ada pengaruh Tidak berdampak pada schedule

2 Rendah Terjadi keterlambatan schedule proyek < 5% 3 Sedang Terjadi keterlambatan schedule proyek 5% - 7% 4 Tinggi Terjadi keterlambatan schedule proyek antara 7% -10% 5 Sangat Tinggi Terjadi keterlambatan schedule proyek >10%

Sumber: Harold Kerzner, Project Management: A System to Planning, Scheduling and Controlling, Ninth Edition, John Wiley & Sons, 2006, hal 732

Penilaian frekuensi risiko dapat dilihat pada tabel

Tabel 4. Skala Output Frekuensi Risiko Skala Penilaian Keterangan

1 Sangat rendah Jarang terjadi, hanya pada kondisi tertentu 2 Rendah Kemungkinan kecil terjadi pada kondisi tertentu 3 Sedang Cukup mungkin terjadi pada kondisi tertentu 4 Tinggi Sangat mungkin terjadi pada setiap kondisi 5 Sangat tinggi Hampir pasti terjadi pada setiap kondisi

(9)

Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahap yaitu, a. Pengumpulan data tahap 1, Validasi Pakar

Pengumpulan data tahap pertama dilakukan dengan memberikan kuisioner pada 3-5 orang pakar untuk melakukan verifikasi, klarifikasi, dan validasi terhadap variabel yang diperoleh dari hasil literatur. Para pakar yang dipilih adalah orang yang telah berpengalaman dalam pekerjaan EPC minimal selama 10 tahun.

b. Pengumpulan data tahap 2, Pilot Survey

Pengumpulan data tahap dua dilakukan kepada 10-15 orang responden sebagai pilot survey. Responden terdiri dari project manager atau tim inti dari proyek EPC yang sudah berpengalaman minimal selama 1 tahun.

c. Pengumpulan data tahap 3, Survey pada responden

Pengumpulan data tahap ketiga dilakukan kepada minimal 30 orang responden. Responden terdiri dari project manager atau tim inti dari proyek EPC yang sudah berpengalaman minimal selama 1 tahun.

d. Pengumpulan data tahap 4

Pengumpulan data tahap keempat dilakukan kepada para ahli untuk validasi dan mengetahui rencana respon untuk risiko utama yang sudah diketahui.

Data yang diperoleh akan dilakukan uji validitas dan reabilitas dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Momen. Analisa data yang diperoleh menggunakan metode analisa non parametrik dan Analytic Hierarchy Process (AHP), dan analisa level risiko dengan menggunakan SNI. AHP dilakukan untuk mendapatkan nilai lokal frekuensi dan dampak dari setiap variabel. Setelah itu dilakukan analisa level risiko dengan menggunakan metode SNI untuk mendapatkan nilai faktor risiko. Persamaan faktor risiko didefinisikan sebagai perkalian antara besaran dampak dan probabilitas kejadian risiko, yang dihitung dari persamaan berikut.

FR = L + I – (L x I) (2)

Keterangan:

FR = Faktor Risiko, dengan skala 0 – 1 L = Probabilitas kejadian risiko

I = Besaran dampak (Impact) risiko

(10)

Tabel 5. Kategori Risiko Nilai FR Kategori Langkah Penanganan

>0,7 Risiko Tinggi Harus dilakukan penurunan risiko ke tingkat yang lebih rendah 0,4 – 0,7 Risiko Sedang Langkah perbaikan dibuuhkan dalam jangka waktu tertentu <0,4 Risiko Rendah Langkah perbaikan bilamana memungkinkan

Sumber : Risk Management Guidelines (1993)

HASIL PENELITIAN

Pada pengumpulan data tahap pertama, tidak ada variabel yang direduksi karena semua variabel memiliki jumlah pemilih lebih dari 2. Selain itu ada variabel yang mengalami penambahan berdasarkan saran dari pakar. Beberapa variabel juga mengalami perubahan kalimat karena dinilai dapat menimbulkan kerancuan pada responden. Variabel-variabel tersebut bisa dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Variabel yang mengalami Penambahan  

No Kode Variabel

2.11 X29 Terjadi hal yang tidak terduga (Force Majeure, bencana alam, stabilitas politik, ekonomi, dll) Sumber: hasil olahan.

Tabel 7. Variabel yang mengalami perubahan kalimat  

No Kode Variabel Lama Variabel Baru

1.6 X6 Desain yang dibuat dapat dibangun Desain yang dibuat tidak dapat dibangun

1.7 X7 Engineering deliverables Keterlambatan pembuatan desain engineering (Engineering deliverables) 1.8 X8 Pengalaman dengan kode dan standar

yang diterapkan

Belum berpengalaman dengan kode dan standar yang diterapkan

1.10 X10 Keakuratan perkiraan tingkat

produktivitas peralatan

Ketidakakuratan perkiraan tingkat produktivitas peralatan

1.14 X14 Asuransi proyek dan pembuatan jaminan Proses pengurusan asuransi proyek dan pembuatan jaminan 1.15 X15 Keakuratan perkiraaan jumlah material Ketidakakuratan perkiraaan jumlah material 1.16 X16 Kualitas material yang digunakan untuk

konstruksi

Kualitas material tidak sesuai dengan yang digunakan untuk konstruksi

(11)

Tabel 7. (Lanjutan)

 

No Kode Variabel Lama Variabel Baru

1.17 X17 Mata uang dan nilai tukar Perbedaan mata uang dan nilai tukar

2.3 X21 Pembagian tugas dan kewajiban dalam konsorsium Pembagian tugas dan kewajiban dalam konsorsium tidak merata

2.4 X22 Kekuatan keuangan mitra Kelemahan keuangan mitra

2.5 X23 Ketersediaan sdm mitra Ketersediaan SDM mitra kurang/tidak ada 2.6 X24 Proses tender dan tipe kontrak Proses tender bermasalah

2.7 X25 Sumber pembelian barang Sumber pembelian barang kurang berkualitas 3.7 X36 Tanggung berbahaya jawab terhadap bahan Kurangnya tanggung jawab terhadap bahan berbahaya 4.1 X41 Bea dan pajak-pajak Keterlambatan pengurusan bea dan pajak-pajak

Sumber: hasil olahan.

Kuisioner tahap kedua merupakan pilot survey yang disampaikan kepada 14 responden terpilih serta diharapkan dapat mewakili para pihak yang terlibat dalam proyek EPC. Setelah itu dilakukan uji validitas dan reabilitas pada data yang telah dikumpulkan. Dari hasil output uji validitas, terdapat 7 variabel yang memiliki nilai korelasi dibawah 0,30, variabel tersebut adalah variabel X1, X3, X5, X6, X17, X24, dan X38.

Walaupun variabel-variabel tersebut memiliki nilai korelasi kurang dari 0,3, penulis menganggap variabel tersebut merupakan variabel risiko yang penting dan terjadi dalam proyek EPC. Oleh karena itu variabel-variabel tersebut tetap dimasukkan dalam tahap penelitian selanjutnya.

Output pengolahan data SPSS diperoleh nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,942. Karena nilai Cronbach's Alpha lebih dari 0,8 maka alat ukur dalam penelitian ini dinyatakan reliabel.

Pengumpulan data tahap ketiga dilakukan pada responden lainnya dalam jumlah yang lebih banyak seperti terlihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 8. Tabel Profil Responden

No Jabatan Pengalaman Kerja Pendidikan

1 Senior Engineer 35 S1 2 Senior Engineer 30 S1 3 Senior Engineer 35 S1 4 Senior Engineer 36 S1 5 Manager 16 S2 6 Senior Engineer 25 S1 7 Senior Engineer 36 S1 8 Senior Engineer 30 S2

(12)

Tabel 8. Tabel Profil Responden

No Jabatan Pengalaman Kerja Pendidikan

9 Senior Engineer 31 S1 10 Senior Engineer 30 S1 11 Subcontract Engineer 3 S1 12 Procurement Engineer 3 S1 13 Procurement Engineer 3 S2 14 Procurement Engineer 3 S1

15 Project Control Engineer 1 S1

16 Project Control Engineer 1 S1

17 Planning and Scheduling Engineer 2 S1 18 Planning and Scheduling Engineer 2 S1

19 Project Control Engineer 1 S1

20 Project Control Engineer 2 S1

21 Planning and Scheduling Engineer 2 S1

22 Civil Engineer 1 S1

23 Structure Engineer 2 S1

24 Procurement Engineer 2 S1

25 Civil Engineer 2 S1

26 Project Control Engineer 2 S1

27 Civil Engineer 2 S1

28 Civil Engineer 2 S1

29 Structure Engineer 1 S1

30 Project Control Engineer 2 S1

Sumber: hasil olahan.

Pada pengumpulan data tahap ketiga, terdapat 16 responden tambahan untuk pengolahan data. Total responden yang terhimpun adalah 30 responden. Responden mengisi informasi tentang profile responden, serta dampak dan frekuensi terhadap variabel-variabel yang ditanyakan.

Setelah itu dilakukan Analisa Mann-Whitney U Test untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara latar belakang pendidikan responden dengan jawaban penelitian. Setelah dilakukan analisa dengan menggunakan SPSS 20, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi jawaban dari responden yang memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda, kecuali untuk variabel X26, X29, X33, dan X39 dimana terdapat perbedaan persepsi jawaban responden yang berbeda latar belakang pendidikan.

(13)

Analisa Kruskal-Wallis H juga digunakan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara pengalaman kerja dan jabatan responden dengan jawaban penelitian. Setelah dilakukan analisa dengan menggunakan SPSS 20, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi jawaban dari responden yang memiliki pengalaman kerja yang berbeda, kecuali untuk variabel X2, X5, X6, X8 dan X15 dimana terdapat perbedaan persepsi jawaban responden yang memiliki pengalaman kerja yang berbeda. Selain itu, tidak ada perbedaan persepsi jawaban dari responden yang memiliki jabatan yang berbeda, kecuali untuk variabel X2, dan X8 dimana terdapat perbedaan persepsi jawaban responden yang memiliki jabatan yang berbeda.

Setelah itu dilakukan perhitungan nilai faktor risiko menggunakan metode SNI. Hasil perhitungan nilai faktor risiko adalah sebagai berikut:

Tabel 9. Hasil Analisa Level Risiko

Variabel

Nilai Rata-rata Lokal Frekuensi

(L)

Nilai Rata-rata

Lokal Dampak (I) FR

Kategori Risiko X1 0.220 0.331 0.478 Sedang X2 0.260 0.423 0.573 Sedang X3 0.337 0.354 0.572 Sedang X4 0.250 0.316 0.487 Sedang X5 0.296 0.360 0.549 Sedang X6 0.191 0.496 0.593 Sedang X7 0.415 0.492 0.702 Tinggi X8 0.269 0.288 0.480 Sedang X9 0.171 0.239 0.370 Rendah X10 0.233 0.297 0.461 Sedang X11 0.178 0.197 0.340 Rendah X12 0.154 0.298 0.406 Sedang X13 0.163 0.185 0.318 Rendah X14 0.172 0.225 0.358 Rendah X15 0.263 0.323 0.501 Sedang X16 0.185 0.298 0.427 Sedang X17 0.220 0.154 0.340 Rendah X18 0.310 0.386 0.576 Sedang X19 0.240 0.279 0.452 Sedang X20 0.232 0.352 0.503 Sedang X21 0.283 0.294 0.494 Sedang X22 0.243 0.297 0.468 Sedang X23 0.323 0.383 0.583 Sedang X24 0.137 0.254 0.356 Rendah X25 0.169 0.193 0.330 Rendah X26 0.270 0.210 0.423 Sedang X27 0.309 0.322 0.532 Sedang

(14)

Tabel 9. (Lanjutan) Variabel Nilai Rata-rata Lokal Frekuensi (L) Nilai Rata-rata

Lokal Dampak (I) FR

Kategori Risiko X28 0.195 0.214 0.367 Rendah X29 0.139 0.509 0.577 Sedang X30 0.285 0.405 0.574 Sedang X31 0.241 0.378 0.528 Sedang X32 0.353 0.451 0.645 Sedang X33 0.311 0.490 0.649 Sedang X34 0.407 0.345 0.612 Sedang X35 0.359 0.447 0.645 Sedang X36 0.149 0.198 0.318 Rendah X37 0.257 0.197 0.404 Sedang X38 0.259 0.339 0.511 Sedang X39 0.415 0.381 0.638 Sedang X40 0.176 0.371 0.482 Sedang X41 0.196 0.299 0.436 Sedang X42 0.133 0.197 0.304 Rendah

Sumber: hasil olahan.

Berdasarkan hasil analisa level risiko, terdapat 13 faktor risiko yang memiliki nilai faktor risiko lebih dari 0,55. Faktor risiko tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 10. Tabel Faktor Risiko Utama

No Kode Variabel

1 X7 Keterlambatan pembuatan desain engineering (Engineering Deliverables) 2 X32 Keterlambatan dalam forwarding bahan dan peralatan ke lapangan

3 X33 Keterlambatan kedatangan critical equipment yang menghambat pekerjaan lain 4 X34 Adanya peralatan yang harus diimport

5 X35 Transportasi dan masalah pengiriman (shipping)

6 X39 Jadwal pengadaan material dan peralatan yang sangat ketat 7 X6 Desain yang dibuat tidak dapat dibangun

8 X23 Ketersediaan SDM mitra kurang/tidak ada

9 X29 Terjadi hal yang tidak terduga (Force Majeure, bencana alam, stabilitas politik, ekonomi, dll) 10 X18 Perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan

11 X30 Ketidaktersediaan material

12 X2 Scope of work tidak terdefinisi dengan jelas 13 X3 Kesalahan estimasi biaya

(15)

Sumber: hasil olahan.

Analisa korelasi dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel terikat (Y) yaitu kinerja waktu dengan variabel bebas (X) yaitu Faktor-faktor risiko pada tahap pengadaan yang memungkinkan terjadinya keterlambatan. Uji korelasi Spearman yang digunakan pada penelitian ini dilakukan pada variabel-variabel yang memiliki tingkat risiko lebih dari 0,55 berdasarkan analisa AHP dan analisa level risiko. Data yang digunakan merupakan hasil turus (tally) untuk masing-masing data.

Berdasarkan analisa korelasi Spearman terdapat variabel-variabel menunjukkan nilai korelasi negatif yang artinya mempunyai arah hubungan yang berlawanan dengan variabel Y (kinerja waktu) dan terdapat 3 variabel yang memiliki korelasi dominan yaitu variabel X23, X30, X32.

Setelah diketahui faktor risiko dominan, selanjutnya akan dicari penyebab terjadinya faktor risiko tersebut. Penyebab dari faktor risiko diperoleh dari hasil wawancara dengan pakar dan literatur. Penyebab dari faktor risiko utama adalah sebagai berikut:

a. Keterlambatan dalam forwarding bahan dan peralatan ke lapangan.

Penyebab terjadinya risiko ini adalah lokasi proyek terpencil mengakibatkan akses untuk pengiriman bahan dan peralatan kontruksi menjadi sulit. Selain itu, waktu pengiriman bahan dan peralatan terbatas (Sodikin, 2013). Penyebab lainnya adalah terjadi kemacetan di pelabuhan hingga lokasi proyek yang tidak diprediksi oleh kontraktor.

b. Ketersediaan SDM mitra kurang/tidak ada

Penyebab dari risiko ini adalah mitra tidak mempunyai sumber daya manusia yang memadai dalam menangani proyek. selain itu proyek EPC memerlukan sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan spesifikasi tertentu. Hal ini menyebabkan sumber daya manusia yang dibutuhkan menjadi terbatas. Dalam hal ini, Prakualifikasi yang dilakukan tidak mensyaratkan ketersediaan SDM yang ahli dan berpengalaman.

c. Ketidaktersediaan material

Penyebab terjadinya risiko ini adalah akibat kontraktor tidak mempunyai stok material yang cukup. Selain itu material yang dibutuhkan tidak tersedia di daerah sekitar proyek sehingga material sulit untuk didapatkan. Penyebab lainnya adalah Kontraktor tidak membuat perencanaan sumber daya sesuai dengan waktu pelaksanaan yang dibutuhkan.

(16)

Respon risiko dilakukan untuk mencegah dan mengurangi dampak dari faktor-faktor risiko yang terjadi. Respon risiko yang dilakukan terhadap setiap faktor risiko berupa tindakan preventif dan korektif.

a. Keterlambatan dalam forwarding bahan dan peralatan ke lapangan.

Respon terhadap risiko ini adalah dengan cara membuat perencanaan jadwal pengiriman ke lapangan secara menyeluruh dan mensinkronkan jadwal tersebut dengan jadwal konstruksi. Tindakan korektif yang dapat dilakukan adalah dengan mengusahakan secara optimal untuk menghindari kemacetan dalam transportasi.

b. Ketersediaan SDM mitra kurang/tidak ada

Untuk variabel ini, hal yang dapat dilakukan adalah dengan cara membuat pembagian lingkup pekerjaan dan penugasan SDM secara jelas ketika membuat kesepakatan dengan anggota konsorsium. Selain itu, anggota konsorsium yang memiliki SDM yang cukup dapat meminjamkan SDM-nya kepada anggota konsorsium yang kekurangan SDM. Perekrutan SDM juga dapat dilakukan untuk menanggulangi kurangnya SDM.

c. Ketidaktersediaan material

Membuat purchase order (PO) terhadap material yang sulit didapat kepada beberapa supplier. Dalam hal ini, kontraktor harus mengalokasikan waktu dan biaya yang cukup untuk menyediakan material yang dibutuhkan. Selain itu, material yang dibutuhkan sebisa mungkin didatangkan dari lokasi yang lebih dekat dengan proyek, sehingga waktu pengiriman menjadi lebih cepat. (Sodikin, 2013).

PEMBAHASAN PENELITIAN

Berdasarkan hasil survey penelitian, terdapat perbedaan persepsi responden terhadap beberapa variabel yang ditanyakan. Perbedaan persepsi tersebut dibagi menurut jabatan, pengalaman kerja, dan pendidikan. Berikut ini merupakan pembahasan mengenai perbedaan persepsi tersebut.

a. Perbedaan pengalaman kerja menyebabkan perbedaan persepsi pada variabel scope of work tidak terdefinisi dengan jelas, perubahan persyaratan spesifikasi dari owner, desain yang dibuat tidak dapat dibangun, belum berpengalaman dengan kode dan standar yang diterapkan, ketidakakuratan perkiraaan jumlah material. Berdasarkan hasil wawancara

(17)

dengan responden, responden yang berpengalaman kerja lebih dari 20 tahun mengganggap bahwa scope of work jarang sekali untuk tidak terdefinisi dengan jelas karena ruang lingkup pekerjaan sudah dijelaskan dalam kontrak. Perubahan spesifikasi dari owner akan berpengaruh terhadap kinerja waktu proyek, akan tetapi owner akan memberikan tambahan waktu akibat perubahan tersebut. Sehingga walaupun waktu proyek bertambah, proyek tidak mengalami keterlambatan. Pengalaman kerja juga membuat responden memiliki pengalaman terhadap kode dan standar yang diterapkan. Selain itu, owner tidak akan menunjuk kontraktor yang tidak berpengalaman dalam proyek EPC.

b. Perbedaan jabatan menyebabkan perbedaan persepsi pada variabel scope of work tidak terdefinisi dengan jelas, dan belum berpengalaman dengan kode dan standar yang diterapkan. Jabatan responden selaras dengan pengalaman kerja yang dimiliki responden. Responden yang memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun mempunyai jabatan manager dan senior

engineer. Oleh karena itu perbedaan persepsi pada variabel ini memiliki alasan yang sama

dengan perbedaan persepsi yang dipengaruhi oleh pengalaman kerja.

c. Latar belakang pendidikan menyebabkan perbedaan persepsi pada variabel peningkatan harga peralatan dan material, terjadi hal yang tidak terduga (force majeure, bencana alam, stabilitas politik, ekonomi, dll), keterlambatan kedatangan critical equipment yang menghambat pekerjaan lain, jadwal pengadaan material dan peralatan yang sangat ketat. Menurut responden yang memiliki latar belakang pendidikan S2, proyek EPC biasanya mempunyai lokasi yang jauh dari pusat kota, dan jarang terjadi bencana alam. Oleh karena itu bencana alam sangat jarang terjadi pada proyek EPC. Peningkatan harga material lebih berpengaruh pada kenaikan biaya daripada terjadinya keterlambatan.

Berdasarkan analisa korelasi Spearman untuk menguji hubungan antara variabel terikat (Y) yaitu kinerja waktu dengan variabel bebas (X), diperoleh faktor risiko dominan yang memiliki korelasi signifikan yaitu variabel X23, X30, dan X32. Variabel tersebut adalah ketersediaan SDM mitra kurang/tidak ada, ketidaktersediaan material, dan keterlambatan dalam forwarding bahan dan peralatan ke lapangan

Sesuai hasil pengolahan data, analisa data dan temuan yang telah dibahas sebelumnya, maka terbukti bahwa:

a. Berdasarkan analisa AHP dan analisa level risiko, terdapat faktor-faktor risiko dalam proses yang mempengaruhi kinerja waktu proyek.

(18)

b. Dengan mengetahui faktor-faktor risiko dominan yang dapat teridentifikasi berdasarkan penelitian ini, maka respon risiko yang tepat dapat diambil, sehingga dampak faktor risiko tersebut dapat diminimalisir dan akan kinerja waktu proyek.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan mengetahui faktor risiko utama dalam proses pengadaan yang terjadi pada proyek EPC, maka dampak faktor risiko tersebut dapat diminimalisir sehingga meningkatkan kinerja waktu dalam proyek EPC.

KESIMPULAN

Berdasarkan tahapan proses penelitian yang telah dikerjakan, maka dapat disimpulkan bahwa:

a. Faktor-faktor risiko utama dalam proses pengadaan yang menjadi penyebab terjadinya keterlambatan pada proyek EPC adalah sebagai berikut:

a) Scope of work tidak terdefinisi dengan jelas b) Kesalahan estimasi biaya

c) Desain yang dibuat tidak dapat dibangun

d) Keterlambatan pembuatan desain engineering (Engineering Deliverables) e) Perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan

f) Ketersediaan SDM mitra kurang/tidak ada

g) Terjadi hal yang tidak terduga (Force Majeure, bencana alam, stabilitas politik, ekonomi, dll)

h) Ketidaktersediaan material

i) Keterlambatan dalam forwarding bahan dan peralatan ke lapangan

j) Keterlambatan kedatangan critical equipment yang menghambat pekerjaan lain k) Adanya peralatan yang harus diimport

l) Transportasi dan masalah pengiriman (shipping)

m) Jadwal pengadaan material dan peralatan yang sangat ketat

b. Dari faktor risiko utama tersebut terdapat 3 faktor risiko dominan yang berpengaruh besar terhadap kinerja waktu proyek EPC. faktor risiko tersebut adalah sebagai berikut:

a) Ketersediaan SDM mitra kurang/tidak ada b) Ketidaktersediaan material

(19)

c. Penyebab dan respon risiko terjadinya keterlambatan pada proyek telah dijelaskan pada hasil penelitian.  

 

SARAN

Dari kesimpulan yang telah diuraikan di atas, saran yang perlu dipertimbangkan adalah melakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor risiko dalam proses konstruksi pada proyek EPC yang dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan.

KEPUSTAKAAN

Badan Litbang Departemen Pekerjaan Umum (2003), Pedoman Penilaian Investasi Jalan To1. Hasan, Ansori. (2005). Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan kinerja waktu pelaksanaan

pekerjaan konstruksi pada proyek pembangkit listrik tenaga diesel PT. PLN (Persero). Tesis FT UI

Haseeb, M., Xinhai-Lu, Bibi, A.. Maloof-ud-Dyian, Rabbani, W. (2011), Problems of project and effect of delays in the construction industry of Pakistan. Aus. J. of Business and Manage. Research, 1(5),41-50.

Herno. (2010). Analisa risiko penggunaan kontrak lump sum pada proyek pembagkit listrik undefinitive design. Tesis FT UI

Hui An., Qin Shuai. (2011). Analysis of Risk in EPC Project and the Countermeasures, IEEE. Huston, Charles L. (1996). Management of Project Procurement. The McGraw-Hill Companies,

Inc.

K.T. Yeo, J.H. Ning. (2002). Integrating supply chain and critical chain concepts in engineer-procure-construct (EPC) projects. International Journal of Project Management, 20, 253–262.

Suryadi, Kadarsah., Ramdhani , M. Ali., (2000). Sistem Pendukung Keputusan. PT. Remaja Rosda Karya Bandung.

Kaming, P. F., Olomolaiye, P. O., Holt G. D., and Haris C. F'. (1997). Factors influencing construction time and cost overruns on high-rise projects in Indonesia. Constr. Manage. Econom. 15, 83-94.

Kerzner, Harold. (2006). Project Management: A System to Planning, Scheduling and Controlling (9th Ed.). John Wiley & Sons

(20)

Kog, Y.C., Chua, D.K.H., Loh, P.K., Jaselskis, E.J. (1999). Key Determinants for Construction Schedule Performance, International Journal of Project Management Vol. 17, No.6. Likhitruangsilp, V., and Praphansiri. K. (2010). Identifying risk factors in equipment

procurement of power plant projects. The Cons., Builand Real Estate ResearchConf, of the Royal Inst. of Charter. Surv., Paris 2-3 Sept.

Manavazhi, Mohan R., Adhikari, Dinesh K. (2002). Material and equipment procurement delays in highway projects in Nepal, International Journal of Project Management, 20, 627– 632.

McElligott, Suzanne. (2007). Gasification News 11. ProQuest. Peckham, Jack. (2005). Gas - To - Liquids News 8, 12. ProQuest. Peckham, Jack. (2005). Gas - To - Liquids News 8, 6 . ProQuest.

Pourrostam, T., and Ismail, A. (2011). Significant Factors Causing and Effects of Delay in lranian Construction Projects. Austr. J. Bsc. Appl. Science. 5(7).450-456.

Project Management Institute. (2008). A Guide to the Project Management Body Of Knowledge (PMBOK Guide) (4th Ed.).

Robert K. Yin. (2009). Studi Kasus Desain & Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Saaty, Thomas L. (2008). Decision making with the analytic hierarchy process. Int. J. Services Sciences, Vol. 1, No. 1.

Sarwono, Jonathan (2012). Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif (Menggunakan Prosedur SPSS). Jakarta: Elex Media Komputindo

Sitorus, J. (2008). Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kinerja waktu proyek EPC gas di Indonesia. Tesis FT UI

Soeharto, I. (2001). Manajemen Proyek, dari konseptual sampai operasional. Jilid 2 Cetakan kedua. Erlangga.

Susila, W., Munadi, Ernawati. (2007). Penggunaan Analytic Hierarchy Process Untuk Penyusunan Prioritas Proposal Penelitian. Jurnal Informatika Pertanian Vol. 16, No. 2. Departemen Pertanian.

Yang, Zheng., Zhang, Shuibo. (2011). Analysis and solution of procurement risk in international EPC projects. IEEE.

Gambar

Tabel 1. Variabel Risiko Yang Berpengaruh Pada Kinerja Waktu Proyek EPC
Tabel 2. Skala Kinerja Waktu Proyek  Skala  Penilaian  Keterangan
Tabel 6. Variabel yang mengalami Penambahan  	
  
Tabel 8. Tabel Profil Responden
+4

Referensi

Dokumen terkait

2. Menunjukkan sikap sportif dalam bermain. Menunjukkan sikap tanggung jawab dalam keselamatan dan kemajuan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar, serta dalam

Penampang stratigrafi adalah suatu gambaran urutan vertical lapisan-lapisan batuan sedimen pada lintasan batuan yang dipilih, setiap titik dalam urutan stratigrafi mengikuti

Seandainya informasi yang tersedia pada pihak yang berwenang tidak mencukupi untuk menentukankeuntungan-keuntungan yang diperoleh bentuk usaha tetap atau perusahaan, Pasal ini

baik yang ditinggalkannya itu berupa harta bergerak dan tidak bergerak atau hak-hak menurut hukum syara’.15 Dari uraian di atas maka dapat ditegaskan pengertian hukum kewarisan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya layanan bimbingan konseling Islam yang dilakukan guru konselor untuk menyadarkan perilaku merokok pada siswa di SMP Negeri 5

Kepada semua dosen Politeknik Negeri Sriwijaya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dan penulis mengucapkan banyak terima kasih. Orang tua dan keluarga penulis

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi