• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PADA PROSES PENGADAAN MATERIAL PADA PROYEK EPC YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA WAKTU DAN BIAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PADA PROSES PENGADAAN MATERIAL PADA PROYEK EPC YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA WAKTU DAN BIAYA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PADA PROSES PENGADAAN

MATERIAL PADA PROYEK EPC YANG BERPENGARUH TERHADAP

KINERJA WAKTU DAN BIAYA

Andriani Karunia *, Yusuf Latief2, Jade Petroceany 3

1. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

2. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Depok 16424, Indonesia

3. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Depok 16424, Indonesia

*E-mail: andrianikp@gmail.com

Abstrak

Proyek EPC memiliki tingkat risiko yang cukup tinggi. Permasalahan yang sering terjadi dalam proyek EPC adalah keterlambatan dan cost overrun. Pada proyek konstruksi, pengadaan material memiliki 50-60% dari total biaya. Angka tersebut cukuplah besar sehingga pengadaan material ini memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap risiko yang mungkin saja terjadi dalam proyek EPC. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor risiko yang berpengaruh, penyebab risiko dominan dan rekomendasi risiko.Data yang didapatkan akan dilakukan analisa risiko, analisa korelasi,analisa faktor dan analisa regresi. Hasil penelitian berupa faktor risiko dominan yang berpengaruh terhadap kinerja waktu yaitu “Perubahan Spesifikasi yang Mempengaruhi Pembuatan” dan “Ketidaktersediaan Material” sedangkan untuk kinerja biaya “ Perubahan Spesifikasi Material” dan “Perencanaan dan estimasi biaya tidak dilakukan dengan tepat”.

Identification Risk Factor Material Procurement That Affect Time And Cost Performance On EPC Project

Abstract

EPC project has high risk level. Problems that usually happen in EPC project are delay and cost overrun. On the construction project, 50-60 % of project work to be performed by material procurement. The percentage is large enough so that provision of material has a considerable influence on the risk that may occur in the EPC Project.fy factor influencing risk, the risk causes dominant and recommendation of risk. Data analyzed by risk analysis, correlation, factor analysis and regression analysis.The result is the dominant risk factor that

(2)

affect the time performance are “Change specification that affect production” and “Not availability Material” while factor that affect cost performance are “Change specification that affect production” and “Planning and cost estimation not precisely”.

Keywords : Risk Factor, Procurement, Material, Time and Cost Performance, EPC Project. 1. Pendahuluan

Industri konstruksi di Indonesia telah tumbuh rata – rata 7,6 persen pertahun antara 2003-2010. Menurut Business Monitor International pada tahun 2012 industri konstruksi Indonesia mencapai 7,1 persen dan akan terus meningkat menjadi 7,7 persen pertahun pada tahun 2013 – 2016.Faktor yang menyebabkan pertumbuhan antara lain pengembangan 96 lokasi pembangkit listrik oleh PLN, peluncuran lelang proyek pembangunan listrik tegangan tinggi Sumatra – Jawa senilai 20 triliun rupiah dan penindaklanjutan feasibility study jembatan selat sunda. Proyek yang memiliki kompleksitas tinggi seperti pembangunan kilang minyak, proyek petrokimia dan proyek Chemical Process Industries dalam pelaksanaannya membutuhkan kerjasama yang erat antara bagian engineering, fabrication dan konstruksi (Halvorsen,2009, hal 3). Untuk itu pada proyek – proyek tersebut banyak menggunakan kontrak EPC dalam pelaksanaannya.

Pada proyek EPC kegiatan pengadaan (procurement) memiliki porsi yang cukup besar yaitu sekitar 50- 60 % dari total biaya proyek (Soeharto,1995, hal 83). Kegiatan pengadaan merupakan hal yang penting karena menghubungkan antara fungsi engineering dan fungsi konstruksi, bergantung pada pihak eksternal (sub-kontraktor), membutuhkan komunikasi dan negosiasi dengan pihak eksternal, mengambil bagian besar dari total biaya proyek EPC, sulit untuk dikelola dan manajemen pengadaan yang baik dapat membuat performa proyek yang baik secara biaya dan waktu (Kimigari, 2010, hal 207).

50-60% total biaya digunakan untuk peralatan dan material sehingga menentukan bagaimana konstruksi diselesaikan menjadi hal krusial pada tujuan manajemen material di setiap proyek EPC (Kini, 199, hal.5). Menurut Ritz (1994, hal. 81), pengadaan material pada proyek konstruksi merupakan fungsi utama dari kegiatanan konstruksi yang nilainya antara 25-40% dari anggaran proyek, sehingga penambahan waktu dari pemesanan, pengiriman serta penanganan material seringkali mengakibatkan kegiatan pengadaan material menjadi kritis dalam menentukan keberhasilan proyek (Ritz, 1994, hal 81). Kurangnya manajemen material

(3)

merupakan faktor utama penurunan produktivitas dan kerugian financial.(Thomas dan Homan, 2005, hal 88).

Kinerja proyek pada pelaksanaan konstruksi berpengaruh pada tujuan proyek. Jadwal dan biaya proyek merupakan kunci keberhasilan dari suatu proyek,tetapi pada kenyataannya banyak proyek yang mengalami keterlambatan maupun overbudget.Gasification News memberitakan bahwa proyek Gas to Liquid di Qatar mengalami keterlambatan yang diakibatkan oleh faktor logistic dan baru dapat dimulai kembali pada tahun 2013.Dow Jones Newswires pada tahun 2011 mengatakan bahwa Proyek Gas di Australia mengalami keterlambatan dan overbudget hingga 2 juta US.Kurangnya manajemen risiko yang tepat terhadap pengadaan bisa merugikan kesuksesan kontraktor EPC hingga 31% (Datamonitor,2002). Meningkatkan pemahaman risiko pada pengadaan dapat membuat keputusan yang lebih baik dan mengurangi resiko baik pada satu perusahaan atau seluruh jaringan (Hallikas et al 2004).

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi faktor – faktor risiko dominan pada proses pengadaan material yang dapat mempengaruhi kinerja waktu dan biaya pada proyek EPC, mengetahui penyebab dan dampak risiko tersebut terjadi dan mengetahui tindakan preventif dan korektif terhadap faktor risiko dominan tersebut.

2. Tinjauan Teoritis

Menurut Hui & Qin (2011, hal 101) Engineering, Procurement, Construction (EPC) mengacu pada kontrak proyek yang seluruh aspek yang termasuk desain, pengadaan, dan konstruksi proyek dilakukan oleh satu kontraktor atau sebuah asosiasi yang terdiri dari beberapa kontraktor. Proyek EPC adalah suatu sistem proyek berbasis proses dengan lingkup tanggung jawab kegiatan Engineering, Procurement dan Construction yang dilakukan oleh satu perusahaan kontraktor. Tanggung jawab kontraktor menyelesaikan proyek sesuai dengan spesifikasi teknis dan performansi yang ditetapkan oleh pemilik proyek (Hosen,2007,hal 83). Proyek EPC adalah suatu proyek dimana kontraktor mengerjakan proyek dengan ruang lingkup dan tanggung jawab penyelesaian pekerjaan meliputi studi dan detail desain, pengadaan equipment & bulk material konstruksi, tahapan konstruksi termasuk testing & commisioning serta perencanaan dari ketiga aktifitas tersebut (Sudarsono,1997, hal 98). Procurement merupakan proses pengadaan baik barang maupun jasa yang berkaitan dengan proyek EPC tersebut. Procurement mencakup semua material sipil, perpipaan, mekanikal,

(4)

elektrikal, dan instrumentasi. Sedangkan menurut Huston(1996,hal. 82), procurement adalah semua aktivitas yang diperlukan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diperlukan untuk proyek. Proses didalam pengadaan barang dan jasa adalah perencanaan pembelian, perencanaan kontrak, penerimaan penawaran dari vendor , evaluasi penawaran dan penetuan pemenang, pengelolaan kontrak dan penutupan kontrak (PMBOK). Kegiatan pengadaan barang meliputi kegiatan – kegiatan pembelian, ekspedisi, pengapalan dan transportasi serta inspeksi dan pengendalian mutu untuk seluruh peralatan dan material pabrik. Peralatan dan material yang dibeli bisa berasal dari dalam maupun luar negeri. Setelah barang yang dibeli tiba di lokasi proyek kegiatan selanjutnya adalah penyimpanan dan mengeluarkan untuk keperluan konstruksi.

Menurut PMBOK Guide, Manajemen Pengadaan dibagi pada empat tahap yaitu :

1. Perencanaan Pengadaan, proses dokumentasi keputusan pembelian dalam proyek, menentukan pendekatan yang dilakukan, dan menentukan penjual yang potensial. Perencanaan pengadaan juga mempertimbangkan risiko yang mungkin terjadi pada keputusan make-or-buy dan juga perlu dipertimbangkan tipe kontrak yang direncanakan dengan melakukan mitigasi risiko, terkadang transfer risiko kepada penjual.

2. Pelaksanaan Pengadaan, proses mendapatkan respon penjual, memilih penjual, dan memberikan kontrak. Dalam proses ini tim proyek akan mendapatkan penawaran atau proposal dan akan menyeleksi satu atau lebih penjual yang mampu mengerjakan kegiatan yang akan dilakukan.

3. Pengelolaan Pengadaan, Pengelolaan pengadaan adalah proses mengelola hubungan antara penjual dan pembeli, monitor kontrak, dan membuat perubahan dan koreksi yang diperlukan. Pengelolaan kontrak memastikan performa penjual memenuhi persyaratan pengadaan, dan pembeli melaksanakan kewajibannya sesuai kontrak. 4. Penutupan Pengadaan, proses penyelesaian setiap pengadaan dalam proyek meliputi

pekerjaan administrasi seperti proses penyelesaian klaim, dan pembaruan arsip untuk informasi perusahaan di masa depan.

Pada tahapan pengadaan material pada proyek EPC ini hal yang dilakukan pertama adalah dilakukannya tahapan proses dimana engineering akan melakukan perhitungan mengenai material dan pekerjaan apa saja yang dilakukan bersamaan dengan volume pekerjaannya, dihasilkan bill of quantity (BOQ). Setelah itu akan dilanjutkan pada tahapan engineering,

(5)

untuk memperhitungkan desain. Dari hal tersebut akan dilanjutkan dengan tahapan procurement, dimana hasil dari engineering akan dibawa ke pihak procurement. Dari hal ini akan dilakukan dua jenis tender yaitu untuk jasa oleh subkontraktor dan material oleh vendor.Setelah melakukan tender dan menemukan vendor maka pihak procurement akan mengeluarkan Material Balance List yang akan terus diupdate ke pihak engineering. Setelah itu akan menyiapkan Purchase Order yaitu berisi jenis material, cara pembayaran hingga syarat dan ketentuan yang berlaku. Dalam pelaksanaan pengadaan berikutnya adalah Project Control yang bertugas untuk mengontrol material, waktu dan biaya agar tidak melebihi batasan yang ditentukan.Pihak Logistic akan memastikan bahwa pengiriman material sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga tidak merusak material tersebut, ketika material sudah tiba di lapangan akan di terima oleh Field Material Control yang akan bertangggung jawab terhadap penyimpanan material hingga material tersebut dapat digunakan oleh pihak Construction.

3. Metode Penelitian

Strategi penelitian yang digunakan adalah metode survei. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang memiliki skala pengukuran nominal dan ordinal, dengan pendapat pakar sebagai validasi. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis statistik dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 20, dimana faktor-faktor yang dicari diperoleh melalui analisis korelasi, analisis faktor, dan analisis regresi, sehingga dapat diidentifikasi faktor – faktor risiko pada proses pengadaan material pada proyek EPC yang berpengaruh terhadap kinerja waktu dan biaya. Berikut uraian penggunaan variabel dalam penelitian ini :

 Variabel bebas (X) : faktor – faktor risiko pada proses pengadaan material pada proyek EPC

 Variabel terikat (Y) : Kinerja Waktu dan Kinerja Biaya

Variabel bebas (X) kemudian dibagi menjadi 4 tahap dengan 33 variabel pada kinerja waktu (Y1) dan 30 pada kinerja biaya (Y2). Berikut tabel variabel penelitian :

Tabel 1. Variabel Penelitian Pada Kinerja Waktu

Variabel Penyebab Keterlambatan Referensi

Tahap Perencanaan

X1 Scope Pekerjaan tidak terdefinisi jelas Likhitruangsilp (2010) X2 Persyaratan Spesifikasi dari Owner Likhitruangsilp (2010) X3 Perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan Sitorus (2008)

(6)

Variabel Penyebab Keterlambatan Referensi

X4

Perubahan pada jumlah peralatan dan material oleh

engineering Likhitruangsilp (2010)

X5 Klausul Kontrak tidak lengkap Kaming (2010) X6 Tidak Adanya Klausul Keterlambatan Likhitruangsilp (2010) X7 Keterbatasan Anggaran untuk pembelian material Mulholland

X8 Material tidak didefinisakn dengan jelas Haseeb (2011) X9 Keakuratan jumlah material Kaming (2010)

X10 Kualitas material Haseeb (2011)

X11 Material Kritis susah diperoleh Mulholland X12 Sangat banyaknya vendor/ supplier yang ingin masuk Radian (2010)

Tahap Pelaksanaan

X13 Klausul Kontrak tidak lengkap Kaming (2010) X14 Proses tender dan tipe kontrak Likhitruangsilp (2010) X15 Proses pengendalian dokumen pengadaan Pourrostam (2011) X16 Pengalaman Berkerja sama Likhitruangsilp (2010) X17 Ketersediaan SDM mitra Likhitruangsilp (2010) X18 Sumber pembelian barang Yang (2011)

X19 Kurangnya informasi mngenai vendor Sitorus (2008) X20 Nilai tender vendor lebih besar dari anggaran Mulholland

Tahap Pengelolaan

X20 Perubahan pada spesifikasi peralatan dan material Mulholland X21 Perubahan pada jumlahperalatan dan material Mulholland X22 Ketersediaan material Sitorus (2008) X23 Keterlambatan dalam forwarding material Hasan (20105

X24 Material yang harus diimport Likhitruangsilp (2010)

X25 Jadwal Pengiriman Arisman (2005)

X26 Transportasi dan Shipping Yang (2005)

X27 Perubahan kondisi material selama pengiriman Ahuja (1976), Alin (2002)

X28 Kesalahan Supplier Manavashi (2002)

X29 Kinerja supplier kurang baik Arisman (2005)

X30 Material yang dipesan tidak sesuai spesifikasi

Alwi, Sugiharto, Hompson, Keith (2003)

X31 Tidak Adanya Klausul Keterlambatan Likhitruangsilp (2010) Tahap Penutupan

X32 Bea dan Pajak Likhitruangsilp (2010)

X33 Penyelisihan dan Perselisihan Likhitruangsilp (2010) Sumber : Hasil Olahan

Tabel 2. Variabel Risiko Terhadap Kinerja Biaya

Variabel Penyebab Kerugian/ Cost Overrun Referensi

Tahap Perencanaan

X1 Scope Pekerjaan tidak terdefinisi jelas Likhitruangsilp (2010) X2 Persyaratan Spesifikasi dari Owner Likhitruangsilp (2010)

(7)

Variabel Penyebab Kerugian/ Cost Overrun Referensi

X3 Perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan Sitorus (2008)

X4

Perubahan pada jumlah peralatan dan material oleh

engineering Likhitruangsilp (2010)

X5 Klausul Kontrak tidak lengkap Kaming (2010)

X6 Kesalahan estimasi biaya Herno (2010), Herzner (1995) X7 Keterbatasan Anggaran untuk pembelian material Mulholland

X8 Material tidak didefinisikan dengan jelas Haseeb (2011) X9 Keakuratan jumlah material Kaming (2010)

X10 Kualitas material Haseeb (2011)

X11 Mata uang dan nilai tukar

Yang (2011) ,Likhitruangsilp (2010)

Tahap Pelaksanaan

X12 Klausul Kontrak tidak lengkap Kaming (2010) X13 Proses tender dan tipe kontrak Likhitruangsilp(2010) X14 Proses pengendalian dokumen pengadaan Pourrostam (2011) X15 Pengalaman Berkerja sama Likhitruangsilp(2010) X16 Kurangnya informasi mngenai vendor Sitorus (2008) X17 Nilai tender vendor lebih besar dari anggaran Mulholland X18 Peningkatan harga material Yang (2011)

Tahap Pengelolaan

X19 Perubahan pada spesifikasi peralatan dan material Mulholland X20 Perubahan pada jumlahperalatan dan material Mulholland

X21 Ketersediaan material Sitorus (2008)

X22 Kerusakan dan kehilangan material Yang (2011)

X23 Material yang harus diimport Likhitruangsilp (2010) X24 Transportasi dan Shipping Yang (2011)

X25 Perubahan kondisi material selama pengiriman Ahuja (1976), Alin (2002)

X26 Kesalahan Supplier Manavashi (2002)

X27 Kinerja supplier kurang baik Arisman (2005)

X28 Material yang dipesan tidak sesuai spesifikasi

Alwi, Sugiharto, Hompson, Keith (2003)

Tahap Penutupan

X29 Bea dan Pajak Likhitruangsilp (2010)

X30 Penyelisihan dan Perselisihan Likhitruangsilp (2010)

Adapun tahapan yang akan dilakukan dalam penyebaran kuesioner dalam penelitan ini ada 4 (empat) tahap, yaitu: 1. Kuesioner Tahap Pertama (Validasi Pakar Awal); 2. Kuesioner Tahap Kedua (Pilot Survey); 3. Kuesioner Tahap Ketiga (Kuesioner Responden); dan 4. Kuesioner Tahap Keempat (Validasi Pakar Akhir).

Sumber : Hasil Olahan

(8)

Skala pengukuran nominal digunakan untuk kuesioner validasi pakar, dimana pilihan jawaban yang diberikan adalah ya atau tidak. Sedangkan skala ordinal digunakan untuk kuesioner responden, dimana digunakan skala likert yang membantu penyusunan variabel berdasarkan peringkatnya. Adapun skala penilaian untuk variabel X pada pengaruh yaitu: 1 = Tidak Ada Pengaruh; 2 = Kurang Berpengaruh; 3 = Cukup Berpengaruh; 4 = Berpengaruh; dan 5 = Sangat Berpengaruh. Sedangkan skala penilaian untuk variabel X pada frekuensi yaitu: 1 = Sangat Rendah ; 2 = Rendah ; 3 = Sedang; 4 = Tinggi; dan 5 = Sangat Tinggi. skala penilaian untuk variabel Y adalah: 1 = Buruk, 2 = Sedikit Terlambat; 3 = Rata – rata ; 4 = Agak Baik; dan 5 = Baik.

4. Hasil Penelitian

Penelitian dimulai dengan pengumpulan data tahap 1 (validasi pakar). Pakar dalam penelitian ini berjumlah 5 orang dan berasal dari berbagai instansi dengan pengalaman minimal 10 tahun dalam menangani proyek EPC terutama pada bidang pengadaan . Validasi awal pakar dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada pakar yang berisi variabel-variabel dari hasil studi literatur. Variabel-variabel tersebut harus divalidasi terlebih dahulu oleh pakar sebelum dituangkan ke dalam kuesioner responden agar variabel-variabel yang dikeluarkan dalam kuesioner responden tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang diharapkan. Pakar dalam tahap ini juga membantu untuk menambahi atau mengurangi variabel yang akan digunakan dalam penelitian serta mengoreksi tata bahasa agar bahasa yang digunakan dalam kuesioner responden nanti menjadi mudah dipahami oleh responden. Berdasarkan hasil data yang diperoleh, terdapat 2 variabel faktor risiko proses pengadaan material pada proyek EPC yang tidak berpengaruh terhadap kinerja waktu , yaitu X6 dan X12,dan terdapat 1 variabel faktor risiko proses pengadaan material pada proyek EPC terhadap kinerja waktu , yaitu X23.Variabel tersebut tidak diikutsertakan pada pengolahan berikutnya.

Tahapan inti pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengumpulan data tahap ketiga (kuesioner responden). Jumlah kuesioner yang terkumpul yaitu sebanyak dari 30 responden. Responden yang berhasil dikumpulkan memiliki latar belakang jabatan Manager, Project Control Engineer, Subcontract Engineer, Procurement dan Civil Engineer dengan pendidikan terakhir sarjana maupun pascasarjana, dan memiliki pengalaman kerja di atas 1 tahun.

Dari data-data yang didapatkan dari para responden, dilakukan analisis statistik dengan bantuan software SPSS v.20. Pada uji validitas, dinyatakan 10 variabel sebagai variabel tidak

(9)

valid pada kinerja waktu (Y1) , yaitu X1, X2, X3, X5, X6, X7, X11, X18, X19 dan X20.Pada variabel terhadap kinerja biaya (Y2) terdapat 2 variabel yang tidak valid yaitu X1 dan X2, sehingga variabel tersebut tidak lagi diikutsertakan dalam tahap analisis selanjutnya. variabel tersisa untuk kinerja waktu (Y1) didapat nilai Cronbach Alpha sebesar 0.865 dan pada kinerja biaya (Y2) didapat nilai Cronbach Alpha sebesar 0.937 atau lebih besar (>) dari 0,6 yang menunjukkan bahwa kuesioner penelitian reliabel dan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.

Pada Uji Analisa Risiko untuk kinerja waktu (Y1) terdapat 5 variabel dengan peringkat risiko rendah yaitu X12, X13, X28, X32 dan X33. Pada kinerja biaya (Y2) terdapat 4 variabel dengan peringkat risiko rendah yaitu X14,X18, X30 dan X31. Variabel dengan peringkat rendah tidak diikutsertakan pada pengolahan berikutnya. Uji korelasi dilakukan terhadap Y1 dan Y2, dan didapat 8 variabel X yang berkorelasi dengan Y1 serta 13 variabel X yang berkorelasi dengan Y2. Variabel-variabel X yang berkorelasi tersebut yang selanjutnya dianalisis dengan analisis faktor untuk melihat apakah seluruh variabel hasil analisa korelasi saling berhubungan (inter-dependent antar variabel) sehingga akan menghasilkan pengelompokkan dari banyak variabel menjadi hanya beberapa variabel baru atau faktor agar mudah untuk dikelola. Pada analisis faktor, didapat pula nilai KMO yang menggambarkan kecukupan data atau sampel (>0.5), yaitu 0.564 untuk Y1 dan 0.584 untuk Y2. Dari analisis faktor didapat 2 komponen untuk Y1 dan 2 komponen untuk Y2.

Pada variabel laten dibagi menjadi 4 kelompok variabel yaitu X1 : Pelaksanaan Pengadaan, X2 : Perencanaan Pengadaan, X3 : Pengelolaan Pengadaan dan X4 : Penutupan Pengadaan. Variabel laten tersebut kemudian di uji regresi dan didapatkan hasil analisis regresi . Berikut hasil analisis regresi untuk kedua variabel :

Y1 = 3,885 – 0,030X1 – 0,091X2 – 0,029X3 – 0,026X4 Dimana :

Y1 : Kinerja waktu

X1 : Tahap Perencanaan Pengadaan X2 : Tahap Pelaksanaan Pengadaan X3 : Tahap Pengelolaan Pengadaan X4 : Tahap Penutupan Pengadaan

Y2 = 4,121 – 0,133X1 – 0,115X2 – 0,142X3 – 0,113X4 Dimana :

(10)

X1 : Tahap Perencanaan Pengadaan X2 : Tahap Pelaksanaan Pengadaan X3 : Tahap Pengelolaan Pengadaan X4 : Tahap Penutupan Pengadaan

Dari persamaan didapatkan bahwa nilai pengaruh yang paling besar untuk kinerja waktu adalah pada tahap pelaksanaan pengadaan dengan nilai -0,091. Dari persamaan didapatkan bahwa nilai pengaruh regresi yang paling besar untuk kinerja biaya adalah pada tahap pengelolaan pengadaan dengan nilai -0,142.

Setelah itu dilakukan analisis regresi untuk mempelajari bagaimana eratnya hubungan antara satu atau beberapa variabel independen (X) dengan satu variabel dependen (Y). Variabel-variabel yang telah melalui analisa faktor menjadi input analisis regresi. Analisis dilakukan berkali-kali (iterasi) hingga muncul jumlah variabel pada modelnya yang sesuai dengan jumlah komponen analisis faktor. Berikut hasil analisis regresi untuk kedua variabel Y1 dan Y2:

Y1 = 2,627 - 0,88 X10 – 0,78 X23

Dimana : Y1 : Besaran peningkatan kinerja waktu proyek

X10 : Perubahan Spesifikasi yang Mempengaruhi Pembuatan X.23 : Ketidaktersediaan Material

Y2 = 4,817 - 0,93 X21 – 0,60 X4

Dimana : Y1 : Besaran peningkatan kinerja biaya proyek X21 : Perubahan pada spesifikasi material

X.4 : Perencanaan dan Estimasi Biaya tidak dilakukan dengan tepat

Dari persamaan didapatkan bahwa Nilai 2,627 merupakan nilai konstanta apabila tidak ada risiko yang terjadi, 0,88 merupakan nilai risiko perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan dan 0,78 merupakan nilai risiko ketidaktersediaan material. Dari hasil regresi tersebut ditunjukkan bahwa variabel tersebut berpengaruh negatif terhadap fungsi Y1. Batasan pada persamaan tersebut adalah nilai minimum adalah 1,57 dan nilai maksimum adalah 3,818. Sehingga apabila risiko tersebut terjadi semua maka kinerja waktu proyek adalah buruk dan jika tidak ada risiko yang terjadi maka nilai kinerja waktu proyek adalah baik..Untuk Kinerja biaya (Y2) Nilai 4,817 merupakan nilai konstanta apabila tidak ada risiko yang terjadi, 0,93 merupakan nilai risiko perubahan spesifikasi material dan 0,6 merupakan nilai risiko Perencaan dan estimasi biaya tidak dilakukan dengan tepat.. Dari hasil regresi

(11)

tersebut ditunjukkan bahwa variabel tersebut berpengaruh negatif terhadap fungsi Y2. Batasan pada persamaan diatas adalah bahwa nilai minimum adalah 1,459 dan nilai maksimum adalah 4,4181. Sehingga apabila risiko tersebut terjadi semua maka kinerja waktu proyek adalah buruk dan jika tidak ada risiko yang terjadi maka nilai kinerja waktu proyek adalah baik.

5. Pembahasan

Dari hasil persamaan regresi pada variabel laten untuk kinerja waktu didapatkan pada tahap pelaksanaan pengadaan merupakan tahap yang paling berpengaruh dengan nilai -0,091 , hal tersebut sesuai dengan persamaan regresi untuk kinerja waktu dari faktor yang berkorelasi. Pada analisa regresi dari faktor yang berkorelasi didapatkan bahwa yang paling berpengaruh adalah pada variabel X10 yang merupakan perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan material dengan nilai -0,88. Faktor risiko tersebut berada pada tahap pelaksanaan pengadaan. . Variabel X10 memilik mean frekuensi 3,1 dan mean dampak adalah 3,7. Oleh karena itu untuk faktor risiko perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan material memiliki frekuensi kejadian cukup mungkin terjadi di proyek, dan apabila terjadi dapat memiliki dampak yang cukup tinggi dimana menurut rata-rata responden dapat mengarah pada keterlambatan schedule proyek 5-7%.

Dari hasil persamaan regresi pada variabel laten untuk kinerja biaya didapatkan pada tahap pengelolaan pengadaan merupakan tahap yang paling berpengaruh dengan nilai -0,142 , hal tersebut sesuai dengan persamaan regresi untuk kinerja biaya dari faktor yang berkorelasi. Pada analisa regresi dari faktor yang berkorelasi didapatkan bahwa yang paling berpengaruh adalah pada variabel X21 yang merupakan perubahan spesifikasi yang material dengan nilai -0,93. Faktor risiko tersebut berada pada tahap pengelolaan pengadaan.. Variabel X21 memilik mean frekuensi 2,7 dan mean dampak adalah 3,2. Oleh karena itu untuk faktor risiko perubahan spesifikasi yang material memiliki frekuensi kejadian cukup mungkin terjadi di proyek, dan apabila terjadi dapat memiliki dampak yang cukup tinggi dimana menurut rata-rata responden dapat mengarah pada cost overruns proyek sebesar 2,5% hingga 3,5 %

Perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan. Dalam pelaksanaan proyek perubahan spesifikasi untuk item pekerjaan maupun desain sangat berpengaruh untuk pelaksanaan sehingga akan menghambat waktu penyelesaian proyek. Pada proyek EPC banyak terjadi paralel atau overlap aktivitas di tiap bidangnya yang terkadang hal tersebut

(12)

tidak berjalan sesuai.Menurut Mulholland dan Christian (1999, hal 14-15), Risiko risiko yang mengakibatkan keterlambatan pada proyek konstruksi pada tahap procurement salah satunya adalah adanya perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan material yang terjadi pada tahap expediting dan pembelian. Hal ini dikuatkan pakar karena dalam pelaksanaannya dengan adanya overlap aktivitas maka bagian procurement harus sudah mulai berjalan sebelum pekerjaan desain pada bagian engineering selesei, hal itulah yang menyebabkan adanya perubahan spesifikasi.Dampak dari perubahan spesifikasi ini maka perubahan spesifikasi peralatan yang harus dikomunikasikan pada vendor untuk mendapat revisi penawaran dimana ada penambahan waktu untuk penyesuaian sehingga mengakibatkan keterlambatan pembelian. Keterlambatan pembelian akan mengakibatkan keterlambatan pengiriman sehingga material akan terlambat sampai di proyek yang menyebabkan pekerjaan di proyek tidak dapat dilakukan sehingga mengalami keterlambatan proyek.

Ketidaktersediaan Material. Menurut Mulholland dan Christian (1999, hal 14-15), Risiko risiko yang mengakibatkan keterlambatan pada proyek konstruksi adalah ketidaktersediaan material dimana ketidaktersediaan material ini akan sangat berpengaruh pada saat tahap konstruksi. Jadwal penggunaan material harus sesuai antara kebutuhan proyek dengan waktu pengiriman material dari pemasok. Penggunaan sub schedule material untuk setiap item pekerjaan mutlak dilakukan agar tidak mempengaruhi ketersediaan material dalam proyek. Selain itu lokasi proyek juga mempengaruhi dalam ketersediaan material ini, karena pada umumnya proyek EPC terletak di daerah yang agak sulit untuk dijangkau sehingga dalam pengirimannya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk material agar tiba di lokasi proyek.Dampak tidak adanya material di lapangan akan mengakibatkan pekerjan selanjutnya bisa terhanggu dan waktu penyelesaian mengalami kemunduran. Oleh karena itu sebaiklanya risiko ini dikurangi karena dampaknya dapat menghambat pekerjaan lainnya.

Perencanaan dan Estimasi Biaya Tidak Dilakukan Dengan Tepat. Menurut Radian (2006, hal 7-8), mengidentifikasi bahwa ada beberapa risiko yang termasuk dalam faktor procurement yaiitu salah satunya adalah kesalahan estimasi anggaran pengadaan pada tahap pembelian.Herzner (2005) juga mengatakan bahwa perencaan estimasi biaya merupakan hal yang sangat penting dalam manajemen proyek sehingga jika tidak dilakukan dengan tepat dapat berdampak besar pada kinerja proyek.Perencanaan dan estimasi biaya yang tidak tepat mengakibatkan tidak tepatnya melakukan estimasi mengenai besar biaya yag dibutuhkan dalam pengadaan material.Hal ini dapat disebabkan karena detail gambar kerja dan spesifikasi yang kurang jelas atau belum tercapture oleh kontraktor ketika melakukan dokumen tender.

(13)

Pada eksekusi kontraktor melakukan detail desain yang menyebabkan adanya tambahan material yang sebelumnya tidak terlihat tersebut.Dampak dari risiko ini adalah arus kas mengalami perubahan/ penyimpangan untuk penyebab kesalahan dalam mengestimasi dan merencanakan angaran biaya material sehingga biaya realisasi lebih besar dari estimasi dan menyebabkan kinerja biaya proyek menurun.

Perubahan Pada Spesifikasi Peralatan dan Material. Dalam pelaksanaan proyek perubahan spesifikasi untuk item pekerjaan maupun desainsangat berpengaruh untuk pelaksanaan sehingga dengan adanya perubahan spesifikasi dapat terjadi adanya penambahan biaya yang tidak terduga dari kontraktor. Pada proyek EPC banyak terjadi paralel atau overlap aktivitas di tiap bidangnya yang terkadang hal tersebut tidak berjalan sesuai.Menurut Mulholland dan Christian (1999, hal 14-15), Risiko risiko yang mengakibatkan keterlambatan pada proyek konstruksi pada tahap procurement salah satunya adalah adanya perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan material yang terjadi pada tahap expediting dan pembelian. Hal ini dikuatkan pakar karena dalam pelaksanaannya dengan adanya overlap aktivitas maka bagian procurement harus sudah mulai berjalan sebelum pekerjaan desain pada bagian engineering selesei, hal itulah yang menyebabkan adanya perubahan spesifikasi.Sehingga karena adanya perubahan tersebut maka cost tidak mencukupi atautidak sesuai margin.Dampak dari perubahan spesifikasi ini maka perubahan spesifikasi peralatan yang harus dikomunikasikan pada vendor untuk mendapat revisi penawaran dimana ada penambahan biaya untuk penyesuaian sehingga mengakibatkan kenaikan biaya yang tidak sesuai anggaran. Kenaikan biaya tersebut dapat meningkatkan biaya yang digunakan di proyek.

6. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 8 indikator X yang mempengaruhi Y1 dan 13 indikator X yang mempengaruhi Y2 .Risiko dominan pada proses pengadaan material yang berkorelasi terhadap kinerja waktu proyek adalah Material kritis susah diperoleh (X8), Scope pekerjaan tidak terdefinisi dengan jelas (X9), Perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan (X10), Ketersediaan SDM mitra (X16), Sumber pembelian barang yang sulit/ jauh (X17), Ketidaktersediaan material (X23), Pengaturan jadwal pengiriman yang tidak sesuai (X26) dan Transportasi dan Shipping (X27).

(14)

Risiko dominan pada proses pengadaan material yang berkorelasi terhadap kinerja biaya proyek adalah Perencanaan dan Estimasi biaya tidak dilakukan dengan tepat (X4), Material tidak didefinisikan dengan jelas (X6), Ketidakakuratan jumlah material (X7), Scope pekerjaan tidak terdefinisi dengan jelas (X11), Perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan (X12), Perubahan pada spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan (X21), Perubahan pada jumlah peralatan dan material (X22), Kerusakan dan kehilangan material (X24), Transportasi dan Shipping (X25), Perubahan kondisi material selama pengiriman (X26), Kesalahan Supplier (X27), Kinerja supplier kurang baik (X28) dan Material yang dipesan tidak sesuai spesifikasi (X29)

Dari hasil analisa regresi terdapat dua variabel risiko pada proses pengadan material yang berpengaruh kinerja waktu (Y1) yaitu “ Perubahan Spesifikasi Yang mempengaruhi Pembuatan Material” dan “ Ketidaktersediaan Material” sedangkan pada kinerja biaya (Y2) juga terdapat dua faktor risiko yaitu “Perencanaan dan Estimasi Biaya Tidak Dilakukan dengan Tepat” dan “ Perubahan Spesifikasi Peralatan dan Material”.

Pada setiap variabel risiko yang mempengaruh kinerja waktu maupun kinerja biaya, kemudian dicari penyebab dan dampaknya untuk meminimalisir risiko terjadinya. Berikut adalah penyebab dan dampak terhadap kinerja waktu :

a. Penyebab Perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan material adalah desain yang kurang matang, overlap aktivitas dan distribusi informasi. Hal tersebut akan memberi dampak terhadap persiapan produksi material ulang dan mengkomunikasikan perubahan spesifikasi pada vendor sehingga dapat mengakibatkan keterlambatan.

b. Penyebab Ketidaktersediaan material adalah material dengan spesifikasi awal tidak terdapat di pasaran sehingga akan memberi dampak persiapan produksi material ulang dan mengakibatkan pekerjaan selanjutnya terganggu sehingga waktu penyelesaian proyek mengalami kemunduran.

Sedangkan penyebab dan dampak terhadap kinerja biaya adalah sebagai berikut :

a. Penyebab perencanaan dan estimasi biaya tidak dilakukan dengan tepat adalah Kesalahan feasibility study proyek, detil gambar kerja dan spesifikasi yang kurang jelas dan kurangnya pengalaman estimator. Hal tersebut dapat memberikan dampak yaitu biaya realisasi lebih besar dan arus kas mengalami penyimpangan untuk anggaran biaya.

(15)

b. Penyebab perubahan spesifikasi material adalah desain yang kurang matang, overlap aktivitas dan distribusi informasi. Hal tersebut akan memberi dampak terhadap persiapan produksi material ulang sehingga cost tidak mencukupi.

Penanganan respon risiko diharap dapat meminimalisir risiko yang terjadi atau mungkin dapat menghilangkan risiko tersebut. Berikut adalah respon risiko terhadap kinerja waktu:

a. Perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan material adalah desain yang matang, diskusi dengan owner oleh perencana yang komprehensif, memperkuat

engineering capability, mempercanggih sistem IT urgency mengenai pertukaran

informasi, strategi procurement dan pengawasan maupun follow up yang ketat terhadap vendor.

b. Ketidaktersediaan material adalah desain yang matang dengan personil perencana, diskusi keinginan owner berikut percepatannya oleh perencana yang dalam dan komprehensif.

Sedangkan respon risiko terhadap kinerja biaya adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan dan estimasi biaya tidak dilakukan dengan tepat adalah pembuatan Feasibility Study yang sempurna, menggunakan analisa historis, membuat beberapa estimasi desain untuk biaya, melakukan pengurangan lingkup proyek, memperhitungkan biaya contingency dan memastikan bahwa komponen biaya yang dikeluarkan diperuntukkan untuk hal yang secara kontrak jelas masuk dalam lingkup pekerjaan.

b. Perubahan spesifikasi material adalah desain yang matang, diskusi dengan owner oleh perencana yang komprehensif, memperkuat engineering capability, mempercanggih sistem IT urgency mengenai pertukaran informasi, strategi procurement dan pengawasan maupun follow up yang ketat terhadap vendor.

7. Saran

Saran yang diberikan untuk penelitian ini antara lain :

a. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor risiko pengadaan material pada proyek EPC yang mempengaruhi kinerja biaya dan waktu dengan melakukan simulasi model dari persamaan yang telah didapat diatas.

b. Melakukan penelitian lanjutan untuk menentukan tindakan – tindakan lebih lanjut terhadap faktor – faktor risiko yang terjadi

(16)

DAFTAR REFERENSI

Arista, Andre. 2008. Pengaruh Faktor Risiko Dalam Aspek Manajemen Pengadaan Terhadap

Kinerja Waktu Proyek. Skripsi Universitas Indonesia

Asiyanto, MBA, IPM. Manajemen Risiko untuk Kontraktor. Pradnya Paramita: Jakarta. 2008 Caron, F., & Marchet, G. (1998). Project logistics : integrating the procurement and

construction processes, 16(5), 311–319.

Duffield, Dr Colin. International Project Management. UI. 2003.

Flanagan, Roger, and George Norman. Risk Management And Construction. Blackwell

Scientific Publications. 1993.

Indrawan,M.Arisman. 2005. Identifikasi Sumber Risiko Proyek EPC. Tesis Universitas Indonesia

Kerzner, Harold 2005, Project Management, A system Approach to Planning, Scheduling, and Controlling. Ninth Edition. John Wiley & Sons, Inc

Lotfian, F., Kimiagari, A. M., Pejmannia, S., & Keivanloo, M. (2010). Pricing Policy in EPC

Oil & Gas Projects, 1(2), 207–210.

Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta : Yudhistira. 1983.

Pancawhardana,Erdi Permadia Novian. 2003. Pengaruh Kualitas Manajemen Material

Konstruksi Pada Kinerja Proyek Fast Track EPC.Tesis Universitas Indonesia

Rozi,TM Fachrur.2012. Analisa Faktor Risiko yang Meneyebabkan Terjadinya Cost Overrun

Pada Biaya Material Besi Beton di PT.X. Skripsi Universitas Indonesia

Said,Hisham and Khaled El-Rayes. Optimizing Material Procurement and Storage on

Construction Sites.Journal of Construction Eng. 2011

Sitorus, Juanto. Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Waktu Proyek

Epc Gas Di Indonesia.Tesis.Fakultas Teknik Universitas Indonesia. 2008

Soeharto, Iman. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional. Jakarta : Erlangga.2001

Sugiarto.Rekto. 2011. Identifikasi Permasalahan Internal Kontraktor yang Berpengaruh

Terhadap Kinerja Waktu Proyek Pada Proyek EPC. Skripsi Universitas Indonesia

Sugiyono, Prof, Dr, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Alfabeta Bandung. 2008.

Sundar, S. B. (2012). ISSN : 2249-1058 Efficient Procurement Management In Uk

(17)

Wijaya,Kresna. 2013. Faktor Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Waktu di

Proyek EPC Gas di Indonesia. Skripsi Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Yandri,Heru. 2008. Strategi Pengadaan Untuk Posisi Leverage dan Critical dalam Usaha

Meningkatkan Kinerja Biiaya Proyek EPC. Tesis Universitas Indonesia

Yeo, K. T., & Ning, J. H. (2002). Integrating supply chain and critical chain concepts in

engineer-procure-construct ( EPC ) projects, 20, 253–262.

Yeo, K. T., & Ning, J. H. (2006). Managing uncertainty in major equipment procurement in

engineering projects, 171, 123–134

Yin, R. K. (1994). Case Study Research: Design and Methods, p.36. London: SAGE Publication.

Gambar

Tabel 1. Variabel Penelitian  Pada Kinerja Waktu
Tabel  2 . Variabel Risiko Terhadap Kinerja Biaya
Tabel 2. Variabel Risiko Terhadap Kinerja Biaya (Sambungan)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan penelitian uji kualitatif ekstrak biji hijau kopi arabika Aceh Gayo didapatkan kesimpulan bahwa hasil uji fitokimia ekstrak biji hijau

baik yang ditinggalkannya itu berupa harta bergerak dan tidak bergerak atau hak-hak menurut hukum syara’.15 Dari uraian di atas maka dapat ditegaskan pengertian hukum kewarisan

2) Calon Peserta Pengadaan dinyatakan lolos/diterima sebagai peserta pengadaan apabila dokumen kualifikasi yang dimasukkan/diserahkan kepada Tim Pengadaan memenuhi batas

Penerapan media wayang tematik untuk membantu siswa mudah memahami tema dalam pembelajaran tematik dapat dilihat pada antusias siswa terhadap media wayang tematik,

 Kedalaman air yang baik minimum 5 m atau berjarak 2 m dari dasar jaring, hal ini akan memberikan kesempatan terjadinya pergantian masa air utamanya dibagian dasar jaring

Empat belas (14) rancangan form yaitu: form login, form utama, form data user, form grup barang, form supplier, form barang, form pembelian barang, form

hamparan lahan yang berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan (UU RI

2. Menunjukkan sikap sportif dalam bermain. Menunjukkan sikap tanggung jawab dalam keselamatan dan kemajuan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar, serta dalam