ii TESIS TESIS
Disusun untuk melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Disusun untuk melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Dera
Mencapai Derajat Magister Sains jat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi FakultasProgram Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Su
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Su rakarrakartata
Disusun oleh : Disusun oleh :
Glovita Brelian Anggraini Glovita Brelian Anggraini
NIM: S 4308010 NIM: S 4308010
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS M UNIVERSITAS SEBELAS M ARETARET
SURAKARTA SURAKARTA
2010 2010
v
melimpahkan karunianya, sehingga tesis yang berjudul “ Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Leverage, dan Growth Terhadap Kualitas Laba Perusahaan” dapat terselesaikan dengan baik. Tesis ini disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi pada Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar- besarnya kepada:
1. Prof. Dr. dr. Syamsul Hadi, Sp.Kj selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta atas kesempatan yang diberikan untuk menempuh studi di institusi ini;
2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D selaku Direktur Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta;
3. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com. Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta;
4. Dr. Bandi, M Si. Ak selaku Ketua Program Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta atas arahan dan bimbinganny a;
5. Prof. Dr.Rahmawati, M.Si., Ak selaku Dosen Pembimbing I dan Dra. Hj. Falikhatun, M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan waktu, segala informasi, segala kemudahan, bimbingan, motivasi, saran dan pengarahan dalam penyusunan tesis ini;
vi
7. Suamiku tercinta, Mas Agung, pribadi yang telah dijanjikanNya untuk menjadi pendamping seumur hidupku, terima kasih atas cinta dan kesetiaanya. Terima kasih atas segala waktu dan pemikiran untuk membantu penyelesaian tesis ini;
8. Adriel Erlan Hernando, si ganteng junior buah cinta kami. Terima kasih atas dukungan, inspirasi, dan waktu untuk membantu mama menyelesaikan tesis ini;
9. Anakku yang telah tiada, buah cinta kami. Terima kasih sudah memberi kesempatan buat mama untuk menjaga kamu walau sesaat, terima kasih pula atas dukungan doanya seh ingga mama bisa menyelesaikan tesis ini;
10. Bapak dan Ibu Makmur Riyanto dan FX. Saenu, yang saya hormati dan sangat saya sayangi. Terima kasih untuk doa dan dorongan yang sudah diberikan. Tuhan Allah sungguh sangat baik telah memberikan orang tua yang terbaik untuk mengasuh saya;
11. Hanung, Vana, Nana, Wawan, adik- adikku yang sangat saya sayangi. Untuk keponakan-keponakanku yang imut fanni, ata, dan angel;
12. Pak Edy, Pak Djoko, Pak sugeng, Bu Ely, Pak Yusuf, Pak Banindro, Pak Yamto, Pak Sulis, pak Bowo, Pak Erwin, Mbak Giyati, Mbak Murti, dan Mbak Lis Semua rekan-rekan di Kelurahan Nusukan, terima kasih atas bantuan, dukungan, motivasi dan dorongannya dalam menyelesaikan tesis ini
vii
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangatlah penulis nantikan sebagai dasar perbaikan penelitian di masa yang akan datang
Surakarta, 2010
viii viii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
KATA PENGANTAR... v
KATA PENGANTAR... v
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAK ... xiii ABSTRAK ... xiii ABSTRACT... xiv ABSTRACT... xiv BAB I PENDAHULUAN ... 1 BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. A. Latar Latar Belakang Belakang ... ... 11 B. B. PerumusPerumus an an Masalah Masalah ... ... 77 C. C. Tujuan Tujuan Penelitian...Penelitian... ... 77 D. D. Manfaat Manfaat Penelitian Penelitian ... ... 88 BAB II BAB II TITINJAUAN PUSTAKA DAN NJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ...PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... 9... 9
A. A. Kualitas Kualitas Laba...Laba... ... 99 B. Kepemilikan B. Kepemilikan Manajerial dan Manajerial dan Kualitas Laba ...Kualitas Laba ...13...13
C. C. Kepemilikan Institusional Kepemilikan Institusional dan dan KualitaKualitas s Laba...Laba...17..17
D. D. Leverage Leveragedan dan KualitaKualitas s Laba Laba ...21...21
E. E. GrowthGrowth dan Kualitas Laba ...24 dan Kualitas Laba ...24
ix ix B. Po
B. Po pulasi, pulasi, Sampel dSampel d an an Data Penelitian Data Penelitian ...2727 C.
C. Definisi Definisi Operasional Operasional Variabel ...Variabel ...28...28
D. D. Uji Uji Statistik Statistik Penelitian Penelitian ...29....29
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN...34
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN...34
A. A. Hasil Hasil PengumpuPengumpu lan lan Data ...Data ...34...34
B. B. Statistik Statistik Deskriptif Deskriptif ...3...355 C. C. Uji Uji Normalitas Normalitas Data Data ...36...36
D. D. Uji Uji Asumsi Asumsi Klasik ...Klasik ...37...37
E. Uji Hipotesis ...40
E. Uji Hipotesis ...40
BAB V BAB V KESIMPULANKESIMPULAN, , IMPLIKASIIMPLIKASI, , KETERBATKETERBATASAN, DAN ASAN, DAN SARAN ...47SARAN ...47
A. Kesimpulan ...47
A. Kesimpulan ...47
B. B. Implikasi Implikasi Penelitian...Penelitian...48...48
C. C. Keterbatasan Keterbatasan ...4...499 D. Saran ...50 D. Saran ...50 DAFTAR PUSTAKA ...51 DAFTAR PUSTAKA ...51 LAMPIRAN LAMPIRAN
x x IV.1
IV.1 Hasil Hasil Pengumpulan Pengumpulan Sampel...Sampel... .. 3434 IV.2
IV.2 Statistik Statistik Deskriptif Deskriptif ... .... 3535 IV.3
IV.3 Uji Uji Normalitas Normalitas Data ...Data ... .. 3737 IV.4
IV.4 Uji Uji MultikoMultiko linieritas ...linieritas ... ... ... ... 3737 IV.5
IV.5 Uji Uji Autokorelasi Autokorelasi ... ... 3838 IV.6
IV.6 Nilai Nilai F F Regresi Regresi ... ... 4040 IV.7
xi
II.1 Kerangka Hipotesis ... 26 IV.1 Uji Heteroskedastisitas ... 39
xii
Lampiran 1 Data Penelitian ... 54
Lampiran 2 Statistik Deskriptif ... 94
Lampiran 3 Uji No rmalitas Data ... 95
iii
PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, LEVERAGE, DANGROWTH TERHADAP
KUALITAS LABA PERUSAHAAN
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, leverage, dan growth terhadap kualitas laba perusahaan.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan dengan jenis industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perioda penelitian tahun 2005-2008.Sampel diambil dengan metode purposive sampling. Analisis data menggunakan regresi linier berganda dengan sebelumnya melakukan uji asumsi klasik dan uji normalitas data.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1). Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Semakin besar kepemilikan manajerial akan semakin rendah kualitas laba perusahaan. 2). Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kualitas laba. 3). Leverage berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Semakin besar leverage akan semakin rendah ku alitas laba. 4). Growth berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Semakin besar tingkat pertumbuhan perusahaan akan semakin rendah kualitas laba.
`
Kata kunci : kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, leverage, growth, kualitas laba
iv
OWNERSHIP, LEVERAGE, AND GROWTH ON QUALITY OF EARNING
This study aims to examine the effect of managerial ownership, institutional ownership, leverage, and growth on earnings quality.
Population in this research is the type of manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange. Research period 2005 until 2008. Sample taken by purposive sampling method. Analysis of data using mu ltiple regression with classical
assumption test and test of normality.
The results of this study indicate that: 1). Managerial ownership negatively affect on quality of earnings. Higher managerial ownership will make lower quality of earnings. 2). Institutional ownership has no effect on earnings quality. 3). leverage negatively affect on quality of earnings. Higher leverage will make lower quality of earnings. 4). growth negatively affect on quality of earnings. Higher growth will make lower quality of earnings.
Keywords: managerial ownership, institutional ownership, leverage, growth, quality of earnings
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu fungsi pasar modal adalah sebagai sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi. Syarat utama yang diinginkan oleh para investor untuk bersedia menyalurkan dananya melalui pasar modal adalah perasaan aman akan investasi dan tingkat return yang akan diperoleh dari investasi tersebut. Perasaan aman ini diantaranya diperoleh karena para investor memperoleh informasi yang jelas, wajar, dan tepat waktu sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasinya. Return memungkinkan investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai investasi pada tingkat pengembalian yang diinginkan (Reilly dan Brown, 2006).
Sulistio (2005) menyebutkan bahwa dalam pengelolaan perusahaan, manajemen memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
merealisasikan keinginan pemilik. Salah satu bentuk sinyal tersebut adalah dengan menerbitkan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban manajemen dalam pengelolaan sumber daya perusahaan terhadap berbagai pihak yang terkait dengan perusahaan selama periode tertentu. Menurut SFAC No.1, ada dua tujuan dari pelaporan keuangan yaitu pertama, memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, investor
potensial, kreditor dan pemakai lainnya untuk membuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan serupa lainnya. Kedua, memberikan informasi tentang prospek arus kas untuk membantu investor d an kreditor dalam menilai prospek
arus kas bersih perusahaan.
Menurut Febrianto dan Widiastuty (2005), laba merupakan hal yang menjadi fokus utama dari para pengguna laporan keuangan. Laba merupakan indikator kinerja yang dapat berpengaruh terhadap keputusan ekonomi yang di ambil para pengguna laporan keuangan. Siallagan dan Machfoedz (2006) berpendapat bahwa laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang ditetapkan. Baik kreditur maupun investor, menggunakan laba untuk mengevaluasi kinerja manajemen serta untuk memprediksi laba di masa yang akan datang. Beberapa penelitian mendukung bahwa manipulasi terhadap laba yang dilakukan manajemen dapat menurunkan kualitas laba. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang mendalam bagi para pengguna laporan keuangan tentang kualitas laba yang dilaporkan perusahaan.
Bellovary et al. (2005) berpendapat bahwa kualitas laba merupakan aspek penting u ntuk men ilai kesehatan keuangan perusahaan. Pihak y ang berhubungan dengan perusahaan seperti kreditor, investor dan pengguna informasi keuangan lainnya selalu memperhatikan laporan keuangan. Kualitas laba perusahaan dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam melaporkan laba perusahaan yang menujukkan laba perusahaan yang sebenarnya, dengan sebaik mungkin
melaporkan laba yang akan digunakan untuk memprediksi laba masa depan perusahaan. Kualitas laba ju ga dapat diartikan sebagai stabilitas, persistensi d an
variabilitydalam melaporkan laba perusahaan.
Givoly et al. (2010) menyebutkan bahwa salah salah satu indikator dari kualitas laporan keuangan adalah kualitas laba perusahaan. Hal ini terkait dengan adanya metode pencatatan akuntansi akrual yang memungkinkan manajemen perusahaan menggunakan akrual untu k melakukan m anipulasi laba. Ch an et al. (2001) menyatakan akrual sebagai proksi dari kualitas laba perusahaan akan direaksi secara negatif oleh pasar. Perusahaan dengan akrual positif yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mengakui laba perusahaan lebih besar dari arus kas op erasi yang ada. Hal in i berdampak pada menurunnya return
saham karena reaksi negatif pasar yang dapat berpengaruh terhadap menurunnya nilai perusahaan. Menurut Givoly et al. (2010), perusahaan publik akan memiliki kualitas laba yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan privat. Hal ini disebabkan karena perusahaan publik dapat melakukan optimalisasi terhadap akuntansi dan kebijakan pengungkapan perusahaan, tujuannya adalah untuk menghindari adanya tuntutan hukum terhadap perusahaan dan mengurangi cost of equity capital perusahaan.
Teruel et al. (2008) kualitas laba dapat mengurangi asimetri informasi antara manajer dengan investor sehingga dapat mengurangi jumlah cost of equity capital yang dibayarkan perusahaan. Tingkat asimetri informasi yang berkurang dapat mengurangi konflik keagenan dalam perusahaan. Rachmawati dan Triatmoko (2007) mengungkapkan bahwa dalam konflik keagenan terdapat
pemikiran bahwa pihak manajemen dapat melakukan tindakan yang hanya memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri didasarkan pada suatu asumsi yang menyatakan setiap orang mempunyai perilaku yang mementingkan diri sendiri atau self- interested behaviour . Keinginan, motivasi, dan utilitas yang tidak sama antara manajemen dan pemegang saham menimbulkan kemungkinan manajemen bertindak merugikan pemegang saham, antara lain berperilaku tidak etis dan cenderung melakukan kecurangan akuntansi. Oleh karena itu, pengguna laporan keuangan perusahaan harus melakukan evaluasi terhadap kualitas laba perusahaan sebelum melakukan pengambilan keputusan. (Siallagan dan
Machfoedz, 2006).
Givoly et al. (2010) menyebutkan bahwa kualitas dari informasi akuntansi yang dihasilkan perusahaan dipengaruhi oleh bebeberapa faktor, antara lain permintaan akan informasi, penggunaan informasi seperti untuk keputusan kontrak manajemen dan seberapa besar dorongan dan kesempatan manajemen untuk melakukan pengelolaan laporan tersebut. Hal yang mempengaruhi kualitas informasi dalam laporan keuangan baik tujuan kontraktual atapun insentif manajemen, dipengaruhi oleh faktor kepemilikan saham perusahaan apakah dimiliki oleh publik atau dimiliki oleh pihak tertentu secara privat. Hasil penelitian ini menunju kkan bahwa adanya kepemilikan saham oleh publik,
meningkatkan kualitas laporan keuangan yang dalam penelitian ini diukur dengan kualitas laba.
Teruel et al. (2008) kualitas laba perusahaan menunjukkan kualitas informasi akuntansi yang akan digunakan berbagai pihak dalam melakukan
pengambilan keputusan. Beberapa penelitian menghubun gkan antara kualitas laba perusahaan dengan adanya informasi asimetri dan pengaruhnya terhadap biaya mo dal ekuitas. Pene litian sebelumny a telah menemukan adanya h ubungan
antara kualitas laba dengan asimetri informasi baik antara antara perusahaan dengan investor maupun antara manajer dan investor. Kualitas laba perusahaan juga berkaitan dengan kemampuan untuk memprediksi arus kas masa depan perusahaan. Peningkatan akrual sebagai proksi dari kualitas laba akan meningkatkan kemampuan prediksi terhadap arus kas masa depan, namun disisi kreditor, kualitas akrual yang rendah akan mempersulit kreditor dalam memprediksi arus kas masa depan dengan m enggunakan informasi keuangan.
Givoly et al. (2010) memasukkan aspek tingkat pertumbuhan perusahaan sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi kualitas laba. Hal ini diperkuat dengan pendapat Wah (2002) dalam Rachmawati dan Triatmoko (2007) yang menyebutkan bahwa perusahaan dengan investment opportunity yang tinggi lebih mungkin untuk mempunyai discretionary accrual (akrual kelolaan) yang tinggi, tetapi jika mereka mempunyai auditor dari Big 5 discretionary accrual akan menurun.
Guay et al. (1996) melakukan penelitian tentang hubungan antara kepemilikan manajerial kaitannya dengan motivasi manajer untuk mendapatkan bonus. Pembahasan penelitian in i menyebutkan b ahwa manajer memiliki insentif
untuk menggunakan akrual sebagai motivasi upaya mendapatkan bonus. Apabila laba tahun ini belum mencapai target bonus maka manajer akan menggunakan akrual untuk meningkatkan laba, namun apabila batas atas bonus masih terlalu
tinggi untuk dicapai maka manajer akan menggunakan akrual untuk menunda pengakuannya dan kemudian akrual tersebut digunakan un tuk menambah kinerja
tahun selanjutnya agar pada tahun selanjutnya bisa mendapatkan bonus. Adanya tindakan manajer perusahaan yang menggunakan akrual meningkat untuk memperoleh laba akan menjadikan kualitas laba rendah. Hal ini dikarenakan manajer menyatakan laba secara overstate sehingga dapat menimbulkan harapan yang berlebih bagi pemakai laporan keuangan yang bisa berdampak pada keputusan bisnis yang tidak tepat.
Herawati dan Baridwan (2007) berpendapat bahwa kualitas laba juga dipengaruhi oleh aspek perjanjian hutang perusahaan. Perjanjian utang dapat dikelompokkan ke dalam dua bentuk, kadang mengacu sebagai perjanjian negatif dan positif. Perjanjian negatif umumnya menunjukkan aktivitas tertentu yang mengakibatkan substitusi aset atau masalah pembayaran kembali. Perjanjian utang baik bentuk negatif maupun positif dapat digunakan untuk membatasi konflik kepentingan yang potensial terjadi antara kreditur dan shareholders perusahaan. Perusahaan yang memenuhi p erjanjian utangnya akan men dapatkan penilaian kinerja yang baik dari kreditur sehingga perusahaan yang memiliki perjanjian hutang akan cenderung melakukan manajemen laba yang akan
mempengaruhi kualitas laba yang dihasilkan.
Penelitian ini mencoba melakukan pengembangan terhadap penelitian Givoly et al. (2010) dengan beberapa perbedaan antara lain:
1. Penelitian Givoly et al. (2010) melakukan perbandingan antara kualitas laba pada perusahaan privat dan perusahaan publik, sedangkan penelitian ini
hanya melakukan penelitian pada perusahaan publik,
2. Penelitian ini melakukan pengembangan dengan menguji dua jenis kepemilikan perusahaan publik yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional dengan mengacu pada penelitian Boediono (2005), 3. Penelitian ini menambahkan variabel leverage mengacu pada Herawati dan
Baridwan (2007) dan growth mengacu pada penelitian Givoly et al. (2010).
B. Perumusan Masalah
Berdasar latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian yang diwujudkan dalam kalimat tanya sebagai berikut:
1. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kualitas laba? 2. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kualitas laba? 3. Apakah leverage berpengaruh terhadap kualitas laba?
4. Apakah growth berpengaruh terhadap kualitas laba?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan bukti empiris pengaruh kepemilikan institusional terhadap kualitas laba.
2. Memberikan bukti empiris pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kualitas laba
3. Memberikan bukti empiris pengaruh leverage terhadap kualitas laba 4. Memberikan bukti empiris pengaruh growth terhadap kualitas laba
D. Manfaaat Penelitian 1. Bagi Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada praktisi terutama investor tentang beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas laba. Pemahaman tentang kualitas laba perusahaan diharapkan dapat menambah kemampuan investor dalam melakukan prediksi sehingga keputusan ekonomi yang diambil menjadi lebih tepat.
2. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian berkaitan dengan kualitas laba.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Kualitas Laba
Utami (2005) mengungkapkan laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada para investor dan kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana mereka. Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kond isi keuangan perusahaan secara riil, namun di sisi lain penggunaan dasar akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku.
Boediono (2005) menyatakan bahwa laba merupakan salah satu ukuran untuk melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan. Laba dalam akuntansi didefinisikan sebagai kenaikan aktiva bersih perusahaan yang berasal dari aktivitas operasional perusahaan di luar investasi oleh pemilik perusahaan. Karena akuntansi secara umum menganut kos historis, asas akrual, dan konsep matching principle, laba akuntansi yang sekarang dianut dimaknai sebagai selisih antara pendapatan dan biaya. Investor dan kreditor adalah pihak yang dituju dalam pelaporan keuangan, mereka berkepentingan dengan informasi masa lalu yang digunakan untuk mengevaluasi prospek perusahaan di masa yang akan datang (Suwardjono, 2005).
Nuryaman (2009) berpendapat informasi laba sebagai ba gian dari laporan keuangan, sering menjadi target rekayasa melalui tindakan oportun is manajemen untuk memaksimumkan kepuasannya, tetapi dapat merugikan pemegang saham atau investor. Tindakan oportun is tersebut dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu, s ehingga laba perusahaan dapat diatur, dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan keinginannya. Perilaku manajemen untuk mengatur laba sesuai dengan keinginannya tersebut dikenal dengan istilah manajemen laba (earnings management ).
Menurut Bellovary et al. (2005), otoritas pengawas pasar modal menghendaki adanya permintaan yang besar terhadap laba yang berkualitas, hal ini terkait dengan kebutuhan akan estimasi laba yang dapat meningkatkan nilai sekuritas perusahaan. Kualitas laba dapat d iartikan sebagai kemampuan informasi akan laba yang menyampaikan fenomena yang sebenarnya terjadi, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kualitas laba adalah kemampuan perusahaan dalam melaporkan laba yang tidak berbeda dari laba yang sesungguhny a.
Givoly et al. (2010) menyatakan bahwa konsep kualitas laba adalah konsep yang sulit diungkapkan. Hal ini berkaitan dengan pengertian kualitas yang memiliki sifat relatif dalam penilaiannya. Tidak ada definisi yang pasti tentang kualitas laba. Dari beberapa sumber penelitian sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa ada beberapa hal yang berkaitan dengan laba yang berkualitas, seperti akrual yang cenderung persisten, estimasi eror dari proses akrual, keberadaan manajemen laba dan pengakuan laba yang cenderung konservatif.
Bellovary et al. (2005) berpendapat bahwa kualitas laba merupakan aspek penting u ntuk men ilai kesehatan keuangan perusahaan. Pihak y ang berhubungan dengan perusahaan seperti kreditor, investor dan pengguna informasi keuangan lainnya selalu memperhatikan laporan keuangan. Kualitas laba perusahaan dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam melaporkan laba perusahaan yang menujukkan laba perusahaan yang sebenarnya, dengan sebaik mungkin melaporkan laba yang akan digunakan untuk memprediksi laba masa depan perusahaan. Kualitas laba ju ga dapat diartikan sebagai stabilitas, persistensi d an
variabilitydalam melaporkan laba perusahaan.
Rahayu (2008) mengungkapkan bahwa laba akuntansi yang berkualitas adalah laba akuntansi yang mempunyai sedikit atau tidak mengandung gangguan persepsi ( perceived noise), dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya, sedangkan Ayres (1994) d alam R ahayu (2008)
menyatakan bahwa laba akuntansi dikatakan berkualitas apabila elemen-elemen yang membentuk laba tersebut dapat diinterprestasikan dan dipahami secara memuaskan oleh pihak yang berkepentingan.
Beberapa penelitian memaknai kualitas laba sebagai kualitas laporan keuangan. Fanani et al. (2009) menyebu tkan bahwa pengertian kualitas pelaporan keuangan hingga saat ini masih beragam namun pada prinsipnya pengertian kualitas pelaporan keuangan dapat dipandang dalam dua sudut pandang. Pandangan pertama menyatakan bahwa kualitas pelaporan keuangan berhubungan dengan kinerja keseluruh an perusahaan yang tergambarkan dalam laba perusahaan. Informasi pelaporan keuangan dikatakan tinggi (berkualitas)
jika laba tahun b erjalan dapat men jadi indikator yang baik untuk laba p erusahaan di masa yang akan datang atau berasosiasi secara kuat dengan arus kas operasi di masa yang akan datang. Implikasi dari pandangan tersebut, menunjukkan bahwa fokus pengukuran kualitas pelaporan keuangan perusahaan tersebut berkaitan dengan sifat-sifat pelaporan keuangan. Pandangan kedua menyatakan bahwa kualitas pelaporan keuangan berkaitan dengan kinerja saham perusahaan di pasar modal. Hubungan yang semakin kuat antara laba dengan imbalan pasar menunjukkan informasi pelaporan keuangan tersebut semakin tinggi.
Menurut Givoly et al. (2010) kualitas laba dalam perusahaan d apat diukur dengan beberapa metode. Metode yang pertama adalah pendekatan persistensi akrual. Metode ini merupakan persamaan yang meregresikan antara akrual dan arus kas saat ini dengan laba operasi masa depan perusah aan. Metode yang kedua adalah model estimasi error akrual. Model ini dikembangkan dengan cara mencari variabel residual sebagai hasil dari p ersamaan regresi antara akrual tahun ini dengan arus kas masa lalu, arus kas saat ini dan arus kas masa depan perusahaan. Perusahaan dengan residual positif menunjukan kualitas laba yang buruk karena cenderun g membesar-besarkan laba dan sebaliknya. Metode yang ketiga adalah dengan mendeteksi keberadaan manajemen laba. Metode yang digunakan adalah modified Jones yang menggunakan akrual kelolaan untuk meneliti adanya manajemen laba. Metode yang keempat adalah dengan melihat tingkat konservatisme akuntansi. Banyak metode untuk menghitung konservatisme akuntansi, misalnya dengan membentuk persamaan regresi antara akrual, dummy arus kas, dan arus kas perusahaan. Asumsi yang mendasar adalah
perusahaan yang konservatif menghindarkan perusahaan dari tindakan yang menyatakan laba secara overstate sehingga perusahaan yang lebih konservatif dianggap memiliki laba yang lebih berkualitas.
B. Kepemilikan Manajerial dan Kualitas Laba
Fanani (2006) mengungkapkan bahwa laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan untuk menilai posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan rugi laba, dan laporan ekuitas yang disusun berdasarkan akrual serta laporan arus kas yang berdasarkan dasar kas. Oleh karena itu, dasar akrual dalam laporan keuangan memberikan kesempatan kepada manajer memodifikasi laporan keuangan untuk menghasilkan jumlah laba yang diinginkan. Generally accepted accounting principle (GAAP) atau Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) juga memberikan keleluasaan bagi manajer untuk memilih metode akuntansi yang akan digunakan dalam menyusun laporan keuangan (Veronica, (2003) dalam Fanani (2006)). Pilihan manajerial tersebut dapat memicu manajer untuk melakukan perilaku manajemen laba informatif (informative earning management) atau manajemen laba oportunistik (opportunistic earning management).
Struktur kepemilikan ini merupakan proporsi kepemilikan saham oleh manajerial, publik ataupun institusional. Di dalam penelitian ini digunakan kepemilikan manajerial dan institutional. Masalah yang sering ditimbulkan dari struktur kepemilikan ini adalah agency conflict , dimana terdapat kepentingan
antara manajemen perusahaan sebagai pengambil decision maker dan para pemegang saham sebagai owner dari perusahaan. Pemegang saham sebagai pemilik perusahaan berada di luar perusah aan sehingga tidak dapat mengawasi perusahaan secara penuh. Sedangkan manajer sebagai pengelolaan perusahaan berada di dalam perusahaan dan sepenuhnya mengetahui kondisi perusahaan
(Jensen, 1986).
Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan. Kepemilikan saham manajerial dapat mensejajarkan antara kepentingan pemegang saham dengan manajer, karena manajer ikut merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan manajer yang menanggung risiko apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Hal tersebut menyatakan bahwa semakin besar propo rsi kepemilikan manajemen p ada perusahaan akan d apat menyatukan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham, sehingga kinerja perusahaan semakin bagus (Jensen, 1986).
Teruel et al. (2008) menyatakan bahwa kualitas laba merupakan hal yang dapat mengurangi masalah keagenan antara pemegang saham dan perusahaan tertutama berkaitan dengan masalah asimetri informasi. Siallagan dan Machfoedz (2006) mengungkapkan bahwa Konflik keagenan yang mengakibatkan adanya sifat opportunistic manajemen akan mengakibatkan rendahnya kualitas laba. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan kepada para pemakainya seperti para investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang. Warfield et al. (1995) dalam Siallagan dan
Machfoedz (2006) menguji hubungan kepemilikan manajerial dengan discretionary accrual dan kandungan informasi laba menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial berhubungan secara negatif dengan discretionary accrual.
Boediono (2005) mengungkapkan pemahaman terhadap kepemilikan perusahaan sangat penting karena berkaitan dengan pengendalian operasional perusahaan. Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Hal ini sesuai dengan sistem pengelolaan perusahaan dalam
dua kriteria: (a) perusahaan dipimpin oleh manajer dan pemilik (owner-manager ); dan (b) perusahaan yang dipimpin oleh manajer dan non pemilik (non owners-manager ). Dua kriteria ini akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola. Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba.
Lebih lanjut Boediono (2005) menyampaikan bahwa kualitas laba dapat diindikasikan sebagai kemampuan informasi laba memberikan respon kepada pasar. Dengan kata lain, laba yang dilaporkan memiliki kekuatan respon ( power of response). Kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba yang tercermin dari tingginya earnings response coefficients (ERC), menunjukkan laba yang
dilaporkan berkualitas. Pandangan teori keagenan dimana terdapat pemisahan antara pihak agen dan prinsipal yang mengakibatkan munculnya potensi konflik dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Pihak manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun laporan laba yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi untuk kepentingan prinsipal. Kualitas laba yang dilaporkan dapat dipengaruhi oleh kepemilikan saham manajerial. Tekanan dari pasar modal menyebabkan perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang rendah akan memilih metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan, yang sebenarnya tidak mencerminkan keadaan ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan.
Hashim dan Devi (2007) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dalam sebuah perusahaan akan berpengaruh terhadap kualitas laba yang dihasilkan. Jensen and Meckling (1976) menyebutkan bahwa semakin besar kepemilikan saham oleh manajer maka akan semakin sejalan hubungan antara manajer dan pemilik perusahaan karena manajer juga memiliki porsi kepemilikan yang besar dalam perusahaan. Hal ini akan menghindarkan perilaku manajer dari perilaku yang membodohi publik dengan memberikan informasi sesungguhnya tentang kinerja perusahaan sehingga kualitas laba akan meningkat. Namun pengaruh kepemilikan m anajerial terhadap kualitas laba dari beberapa penelitian sebelumnya memberikan arah yang berbeda-beda. Peasnell et al. (2005) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan manajerial akan rawan tindakan manajer untuk melakukan manajemen laba yang menyebabkan kualitas laba menjadi rendah.
Mengacu pada hasil penelitian Peasnell et al. (2005), maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah seb agai berikut.
H1: Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kualitas laba
C. Kepemilikan Institusional dan Kualitas Laba
Kepemilikan institusional berarti kepemilikan saham oleh pihak institusi lain yaitu kepemilikan oleh perusahaan atau lembaga lain. Kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang terbentuk institusi seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lain. Menurut Jensen (1986),
kepemilikan institusional merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengurangi agency conflict . Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional maka semakin kuat tingkat pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap perusahaan sehingga agency cost yang terjadi di dalam perusahaan semakin berkurang dan nilai perusahaan juga dapat semakin meningkat. Selain itu, dengan semakin kuatnya tingkat pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal tersebut maka diharapkan tingkat pengendalian internal perusahaan juga semakin baik.
Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan manajemen melakukan manajemen laba. Melalui kepemilikan institusional, efektivitas pengelolaan sumber daya perusahaan oleh manajemen dapat diketahui dari informasi yang dihasilkan melalui reaksi pasar atas pengumuman laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat
mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Boediono, 2005).
Rachmawati dan Triatmoko (2007) menyatakan bahwa dalam hubungannya dengan fungsi monitor, investor institusional diyakini memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen lebih baik dibandingkan investor individual. Ada dua perbedaan pendapat mengenai investor institusional. Pendapat pertama didasarkan pada pandangan bahwa investor institusional adalah pemilik sementara (transfer owner ) sehingga hanya terfokus pada laba sekarang (current earnings). Perubahan pada laba sekarang dapat mempengaruhi keputusan investor institusional. Jika perubahan ini tidak dirasakan menguntungkan oleh investor, maka investor dapat melikuidasi sahamnya. Investor institusional biasanya memiliki saham dengan jumlah besar, sehingga jika mereka melikuidasi sahamnya akan mempengaruhi nilai saham secara keseluruhan. Untuk menghindari tindakan likuidasi dari investor, manajer akan melakukan earnings management . Pendapat kedua memandang investor institusional sebagai investor yang berpengalaman (sophisticated ). Menurut pendapat ini, investor lebih terfokus pada laba masa datang ( future earnings) yang lebih besar relatif dari laba sekarang. Investor institusional menghabiskan lebih banyak waktu untuk melakukan analisis investasi dan mereka memiliki akses atas informasi yang terlalu mahal perolehannya bagi investor lain. Investor institusional akan melakukan monitoring secara efektif dan tidak akan mudah diperdaya dengan tindakan manipulasi yang dilakukan manajer.
Bushee (1998) dalam Boediono (2005) menyebutkan bahwa kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengurangi insentif para manajer yang mementingkan diri sendiri melalui tingkat pengawasan yang intensif. Kepemilikan institusional dapat menekan kencederungan manajemen untuk memanfaatkan discretionary dalam laporan keuangan sehingga memberikan kualitas laba yang dilaporkan. Hasil penelitian ini memberikan simpulan bahwa kepemilikan institusional di perusahaan dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan institusional adalah persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh jumlah modal saham perusahaan yang dikelola.
Hasil penelitian Boediono (2005) menunjukan bukti bahwa mekanisme kepemilikan institusional memberikan tingkat pengaruh terhadap manajemen laba yang cukup kuat. Ini mengindikasikan bahwa penerapan mekanisme kepemilikan institusional dapat memberikan kontribusi terhadap tindakan manajemen laba. Namun hasil penelitian ini juga menemukan bahwa kepemilikan institusional memberikan pengaruh terhadap kualitas laba yang lemah. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa tingkat kepemilikan saham institusional sebagai mekanisme pengendali dalam penyusunan laporan laba, kurang memberikan pengaruh kepada p asar melalui informasi laba.
Givoly et al. (2010) melakukan penelitian tentang struktur kepemilikan saham oleh publik dan pengaruhnya terhadap kualitas laba perusahaan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan perbandingan antara kualitas laba pada perusahaan y ang sahamny a d imiliki oleh p ublik dan perusahaan yang sahamnya
dimiliki oleh privat. Dengan mempertimbangkan aspek leverage dan pertumbuhan perusahaan perusahaan, penelitian ini menemukan bahwa
kepemilikan saham oleh publik akan meningkatkan kualitas laba perusahaan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa perusahaan publik memiliki kualitas laba yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan p erusahaan privat.
Hashim dan Devi (2007) menyebutkan bahwa dengan semakin besarnya peranan corporate governance dalam perusahaan maka peran dari investor institusional akan menjadi sangat penting. Hal ini terkait dengan peran investor institusional dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja perusahaan. Selain berperan dalam membuat sejalan kepentingan investor dan manajer, investor
institusional juga berperan untuk mencegah terjadinya konflik kepentingan dengan pihak pemegang saham minoritas perusahaan. Semakin besar kepemilikan oleh institusional maka akan semakin besar peran kepemilikan institusional tersebut dalam mekanisme corporate governance sehingga aspek pengawasan terhadap kinerja perusahaan akan semakin meningkat. Kepemilikan institusional yang tinggi akan menekan manajemen untuk meningkatkan kinerjanya, mengurangi tindakan manajemen laba dan menghasilkan laporan laba yang b erkualitas.
Mengacu pada hasil penelitian Givoly et al. (2010) dan Hashim dan Devi (2007), maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H2: Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kualitas laba
D. Leverage dan Kualitas Laba
Menurut Herawati dan Baridwan (2007), teori keagenan mengatakan bahwa agen biasanya bersikap opo rtunis dan tidak menyukai risiko (risk averse). Karena itu, perusahaan khusu snya manajer perusahaan yang mendekati atau telah melanggar perjanjian utang akan berusaha untuk mementingkan kepentingannya sendiri dan menghindari risiko yang ada. Debt-covenant hypoth esis menyatakan bahwa jika semua hal lain tetap sama, semakin dekat perusahaan dengan pelanggaran perjanjian utang yang berbasis akuntansi, lebih mungkin manajer perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang memindahkan laba yang dilaporkan dari perioda masa datang ke perioda saat ini. Alasannya bahwa laba bersih yang dilaporkan naik akan mengurangi probabilitas kegagalan teknis.
Herawaty (2009) menyatakan bahwa para manajer memiliki fleksibilitas untuk memilih beberapa alternatif dalam mencatat transaksi sekaligus memilih opsi-opsi yang ada dalam perlakuan akuntansi. Fleksibilitas ini digunakan oleh manajemen perusahaan untuk mengelola laba. Perilaku manajemen yang mendasari lahirnya manajemen laba adalah perilaku opportunistic manajer dan efficient contracting. Sebagai perilaku opportunistic manajer memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi dan hutang.
Watts dan Zimmerman (1986) menyatakan bahwa angka-angka akuntansi dapat digunakan mengendalikan pelaksanaan perjanjian utang, dengan tujuan dibatasinya keputusan investasi dan pendanaan yang akan menurunkan nilai perusahaan. Oleh karena itu, kontrak utang sering kali memasukkan perjanjian yang bersifat membatasi tindakan peminjam dan menentukan pengawasan untuk
memastikan bahwa syarat-syarat kontrak utang dipenuhi. Perusahaan yang memenuhi perjanjian utangnya akan mendapatkan penilaian kinerja yang baik dari kreditur. Ketika suatu perjanjian dilanggar maka sebaliknya, perusahaan akan mendapatkan penilaian kinerja yang buruk dari kreditur. Pelanggaran terhadap batasan-batasan yang termuat dalam perjanjian utang merupakan hal yang menakutkan bagi manajemen. Hal ini dikarenakan pelanggaran perjanjian utang amat merugikan. Pelanggaran perjanjian cenderung dapat memberikan beban yang berat bagi perusahaan. Hal ini disebabkan perusahaan pelanggar perjanjian utang secara po tensial menghad api berbagai pinalti keuangan, seperti kemungkinan percepatan jatuh tempo utang, peningkatan dalam tingkat bunga, negosiasi ulang masa utang (Watts dan Zimmerman,1986).
Siallagan dan Machfoed (2006) yang menguji pengaruh kualitas laba terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang listing di BEJ pada periode 2000-2004 menyimpulkan bahwa kualitas laba secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini menun jukkan bahwa kualitas laba dapat menjadi salah satu pertimbangan investor dalam melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan yang b erpengaruh terhadap nilai pasar perusahaan.
Fanani et al. (2009) menyebutkan bahwa semakin besar leverage perusahaan akan menyebabkan perusahaan meningkatkan kualitas pelaporan keuangan dengan tujuan untuk mempertahankan kinerja yang baik di mata investor dan auditor. Dengan kinerja yang baik tersebut maka diharapkan kreditor tetap memiliki kepercayaan terhadap perusahaan, tetap mudah mengucurkan dana, dan perusahaan akan memperoleh kemudahan dalam proses pembayaran.
Astuti (2004) menyatakan perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi, berarti proporsi hutangnya lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi aktivanya akan cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba. Perusahaan dengan leverage tinggi akan menerapkan standar akuntansi yang menurunkan atau menaikkan laba yang dilaporkan. Hasil penelitian konsisten dengan hipotesis bahwa perusahaan dengan leverage yang tinggi cenderung mengatur laba yang dilaporkan. Dengan demikian, disimpulkan bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung mengatur labanya dibandingkan dengan perusahaan dengan tingkat leverage yang rendah.
Givoly et al. (2010) menyebutkan bahwa leverage merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas laba perusahaan. Penelitian ini menjelaskan bahwa perusahaan yang masih muda dan belum menjadi perusahaan publik
memiliki sumber pendanaan yang terbatas dari sumber internal sehingga perusahaan akan memiliki leverage yang besar. Perusahaan yang besar akan diikuti dengan upay a manajer untuk meningkatkan kinerja dan m enghasilkan laba yang tinggi. Hal tersebut dilakukan agar manajer tetap mendapatkan kepercayaan ketika akan mencari sumber pendapatan dari pasar hutang. Perusahaan dengan leverageyang tinggi akan memiliki kecenderungan melakukan manajemen laba dengan menggunakan akrual untuk melaporkan laba lebih tinggi yang menyebabkan kualitas laba menjadi lebih rendah.
Mengacu kepada hasil penelitian Astuti (2004) dan Givoly et al. (2010), maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
E. Growth dan Kualitas Laba
Julianto dan Jogiyanto (2002) berpendapat bahwa pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh pihak eksternal maupun internal perusahaan. Pertumbuhan ini diharapkan dapat memberikan aspek yang positif bagi perusahaan seperti adanya suatu kesempatan berinvestasi di perusahaan tersebut. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan, maka semakin besar kebutuhan-kebutuhan perusahaan tersebut atas dana untuk melakukan ekspansi finansial. Semakin besar kebutuhan dana di masa yang akan datang, maka perusahaan akan cenderung mempertahankan keuntungan dibandingkan dengan membayarkannya dalam bentuk dividen. Perusahaan yang sedang mengalami tingkat pertumbuhan yang tinggi, maka dibutuhkan dana yang lebih besar untuk mendanai pertumbuhan tersebut. Hal ini mendorong perusahaan untuk mencari sumber pendanaan di luar perusahaan yang besar. Givoly et al. (2010) menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan pada perusahaan yang telah d ewasa akan menyebabkan meningkatnya leverage karena pemenuhan kebutuhan dana. Sehingga tingkat pertumbuhan dan leverage merupakan faktor yang berkaitan bila dihubungkan dengan kualitas laba perusahaan.
Gul et al. (2000) melakukan penelitian hubungan antara tingkat pertumbuhan perusahaan kaitannya dengan tingkat hutang dan pengaruhya
terhadap manajemen laba yang diproksikan dengan discretionary accruals. Hasil penelitian ini menunjukan adanya discretionary accruals yang lebih tinggi pada perusahaan dengan tingkat pertumbuh an tinggi jika dibandingkan dengan
perusahaan d engan tingkat pertumbuh an rendah. Discretionary accruals tersebut akan menjadi semakin tinggi ketika perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi juga. Discretionary accruals yang tinggi akan menurunkan nilai informasi dari laba perusahaan yang berarti kualitas laba akan menjadi rendah. Menurut Givoly et al. (2010) tingkat pertumbuhan perusahaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kualitas laba perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi diharapkan akan menghasilkan
laba yang tinggi juga di masa depan.
Yudianti (2003) mengungkapkan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi dihadapkan pada situasi dimana arus kas bebas perusahaan menjadi rendah. Arus kas bebas perusahaan yang rendah biasanya disebabkan oleh laba yang rendah juga. Pada situasi seperti ini, manajemen perusahaan melakukan tindakan manajemen laba untuk menghindari dampak negatif hubungan antara arus kas bebas dengan nilai pemegang saham perusahaan.
Rahmawati dan Triatmoko (2007) menyebutkan bahwa perusahaan dengan kesempatan tumbuh yang tinggi akan memiliki akrual kelolaan yang tinggi, namun penelitian ini mengindikasikan bahwa meskipun manajer dari perusahaan yang mempunyai pertumbuhan yang tinggi cenderung untuk
memanipulasi discretionary accrual, kecenderungan ini akan menurun jika perusahaan mereka mempunyai pengawasan audit yang lebih baik.
Mengacu pada hasil penelitian Yudianti (2003) dan Rahmawati dan Triatmoko (2007), maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
H4 : Growth berpengaruh negatif terhadap kualitas laba.
F. Kerangka Hipotesis
Gambar II.1 Kerangka Hipotesis
Variabel independen : Kepemilikan Insitusional, kepemilikan manajerial, leverage dan growth
Variabel dependen : Kualitas Laba Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Insitusional Leverage Growth Kualitas Laba H1(-) H2 (+) H3 (-) H4 (-)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penelitian ini termasuk dalam kategori hypothesis testing. Melalui penelitian ini penulis akan menguji pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, leverage, dan growth terhadap kualitas laba perusahaan.
B. Populasi, Sampel dan Data Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan d ata sekunder dari laporan keuangan perusahaan manufaktur tahun 2005-2008. Data dalam penelitian ini diambil dengan metode purposive sampling, dengan kriteria:
1. Perusahaan manufaktur
2. Menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang rupiah serta menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit dengan tanggal 31 Desember
3. Tidak de-listing selama tahun 2005-2008
4. Memiliki data yang lengkap sesuai dengan kebutuhan penulis.
Data dalam penelitian ini di analisis dengan menggunakan regresi linier berganda dengan bantuan software SPSS for Windows versi 16.0.
C. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel independen
Variabel independen merupakan variabel bebas atau variabel yeng mempengaruhi variabel dependen. Ada empat variabel independen dalam penelitian ini, antara lain.
a. Kepemilikan institusional merupakan persentase jumlah kepemilikan lembar saham oleh lembaga atau institusi lain di luar perusahaan Rachmawati dan Triatmoko (2007)
b. Kepemilikan manajerial diproksikan dengan persentase kepemilikan saham oleh direksi perusahaan mengacu pada penelitian Siallagan dan Machfoedz (2006).
c. Leverage merupakan rasio keuangan perusahaan yang membandingkan antara total hutang dengan total aktiva perusahaan. Mengacu pada panelitian Givoly et al. (2010)
Leverage =
d. Growth merupakan rasio yang mengukur pertumbuhan aktiva perusahaan mengacu pada penelitian Rachmawati dan Triatmoko (2007).
Asset Growth =
Total hutang Total Aktiva
Total Assett – Total Assett-1
2. Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas laba. Kualitas laba dalam penelitian ini diukur dengan pendekatan akrual cash flow mengacu pad a penelitian Teruel et al. (2008).
WCA = working current accrual
= ∆ aktiva lancar - ∆ utang lancar - ∆ kas dan setara kas CFOt-1 = arus kas operasi tahun t-1
CFOt = arus kas oeprasi tahun t CFOt+1 = arus kas operasi tahun t+1 Avg Assets = Rata-rata total aktiva
Seluruh komponen persaman regresi di atas dibagi dengan rata-rata total aktiva perusahaan. Dari persamaan regresi tersebut diambil variabel residual. Hasil residual dikalikan dengan -1, sehingga semakin positif residual atau residual yang tinggi menunjukan kualitas laba yang baik, sedangkan residual yang negatif menunjukan kualitas laba yang rendah (Teruel et al., 2008).
D. Uji Statistik Penelitian 1. Analisis Deskriptif WCA =+ β1 CFOt-1 + β2 CFOt + β3 CFOt+1 + e Avg Assets Avg Assets Avg Assets Avg Assets
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang distribusi data dalam penelitian ini. Statistik deskriptif meliputi mean, minimum, maximum serta standar deviasi yang bertujuan mengetahui distribusi data yang menjadi sampel penelitian.
2. Uji Normalitas Data
Menurut Ghozali (2005), uji normalitas data dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil telah memenuhi kriteria sebaran atau distribusi normal. Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan terdistribusi dengan normal apabila hasil pengujian menunjukan nilai residual memiliki signifikansi di atas 5%.
3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas
Ghozali (2005) menyatakan multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi antara variabel independen. Uji multikolinieritas dilakukan dengan meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antara variabel independen dengan menggunakan Tolerance Value dan Varians Inflating Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Apabila nilai Tolerance di atas 0,10 dan VIF dibawah 10 menunjukkan tidak terjadi multikolinieritas.
b. Uji Autokorelasi
Ghozali (2005) menyatakan bahwa uji autokorelasi adalah sebuah pengujian yang bertujuan u ntuk menguji apakah di dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi nama dinamakan problem autokorelasi. Autokorelasi terjadi karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Autokorelasi diuji dengan menggunakan Durbin-Watson. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
1.) Jika 0 < d < d 1, maka terjadi autokorelasi positif
2.) Jika d 1 < d < d u, maka tidak ada kepastian apakah terjadi autokorelasi
atau tidak (ragu-ragu)
3.) Jika 4-d 1 < d < 4, maka terjadi autokorelasi negatif
4.) Jika 4-d u < d < 4-d 1, maka tidak ada kepastian apakah terjadi
autokorelasi atau tidak (ragu-ragu)
5.) Jika d u < d < 4-d u, maka tidak terjadi autokorelasi baik positif atau
negatif.
c. Uji Heteroskedastisitas
Ghozali (2005) menyatakan bahwa uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak heteroskedastisitas.
Heteroskedastisitas dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan uji Scatterplot. Ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yan g teratur (bergelomban g, melebar kemudian m enyempit)
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang telah dan titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 maka
tidak terjadi heteroskedastisitas. 4. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan regresi linier berganda dengan persamaan regresi:
KL = + β1 INT+ β2 MANJ+β3 LEV +β4 GROWTH + e
Keterangan :
KL = kualitas laba
INT = kepemilikan institusional MANJ = kepemilikan manajerial
LEV = leverage
GROWTH = tingkat pertumbuhan perusahaan β1 – β4 = Koefisien Regeresi
e = error
(a) Koefisien Determinasi (R 2)
Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya (Ghozali,
2005). Nilai koefisien determinasi (R 2) dilihat pada hasil pengujian regresi linier berganda un tuk variabel independen kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, leverage, dan growth terhadap variabel dependen kualitas laba. Koefisien determinasi yang dilihat adalah nilai dari adjusted R2(Ghozali, 2005).
(b) Nilai F
Nilai F regresi merupakan alat yang digunakan untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependennya (Ghozali, 2005). Nilai F dalam penelitian ini dihitung dengan tingkat signifikansi 5%. Dengan nilai F ini penulis akan menguji pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, leverage, dan growth secara simultan terhadap variabel dependen kualitas laba.
(c) Nilai t
Nilai t regresi merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Nilai dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5%. Variabel independen dikatakan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen apabila nilai sig ( p-value) di bawah 5% (Ghozali, 2005). Melalui nilai t ini penulis akan menguji pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, leverage, dan growth secara parsial terhadap variabel dependen ku alitas laba.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengumpulan Data
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, leverage, dan growth terhadap kualitas laba perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006-2008.
Rincian sampel penelitian ini tersaji pada tabel sebagai berikut:
Tabel IV. 1
Hasil Pengumpulan Sampel
Kriteria Sampel Jumlah
Perusahaan Manufaktur terdaftar 2007 151
Data tidak tersedia 39
Perusahaan yang menjadi sampel penelitian 112
Jumlah observasi selama tahun 2006-2007 (112 X2) 224
Data outlier 44
Jumlah Observasi Setelah Outlier 180
Sumber : Hasil Pemilihan Sampel
Perioda penelitian dalam penelitian ini meliputi tahun 2006-2007 sebagai tahun dasar, 2005-2006 sebagai tahun t-1 dan data tahun 2007-2008 sebagai data tahun t+1. Penentuan perioda ini digunakan sebagai dasar untuk menghitung kualitas laba perusahaan. Dari tabel di atas diketahui b ahwa jumlah sampel tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 masing-masing 112 perusahaan per tahun sehingga jumlah observasi selama tahun 2006-2007 sebanyak 224 perusahaan.
Peneliti melakukan pengujian terhadap data outlier dengan tujuan untuk memperoleh data dengan distribusi normal. Langkah pertama adalah mencari Z-score dari masing-masing data. Nilai Z-score mendekati 3 dianggap sebagai data outlier dan harus dikeluarkan dari analisis (Ghozali,2005). Dari 224 perusahaan sampel terdapat 44 data yang outlier sehingga jumlah observasi selama perioda penelitian menjadi 180 perusahaan.
B. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif bertujuan untuk melihat distribusi data dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut ini statistik deskriptif dari masing-masing variabel penelitian:
Tabel IV.2 Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maksimum Mean Std.Deviasi
MANJ 180 .00 27.00 2.3556 5.65648
INT 180 13.00 98.00 72.5944 17.04765
LEV 180 .07 1.07 .5158 .22171
GROWTH 180 -.98 36.67 1.0740 4.29375
KL 180 -1.6530 1.1570 -.434512 .4907987
Sumber : Hasil Pengolahan Data Keterangan :
MANJ = kepemilikan manajerial, INT = kepemilikan institusional, LEV = leverage,
GROWTH = tingkat pertumbuhan perusahaan, KL = kualitas laba.
Jumlah observasi dalam penelitian ini sebanyak 180 perusahaan. Variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai minimum sebesar 0.00% dengan nilai
maksimum 27%. Nilai rata-rata kepemilikan manajerial sebesar 2.3% dengan standar deviasi sebesar 5.6%. Variabel kepemilikan institusional memiliki nilai minimum sebesar 13% dengan nilai maksimum 98%. Nilai rata-rata kepemilikan institusional sebesar 72.59% dengan standar deviasi sebesar 17.04%.
Variabel leverage memiliki nilai minimum sebesar 0.07 dengan nilai maksimum 1.07. Nilai rata-rata leverage sebesar 0.51 dengan standar deviasi 0.22. Variabel growth memiliki nilai minimum sebesar -0.98 dengan nilai maksimum 36.67. Nilai rata-rata growth sebesar 1.07 dengan standar deviasi sebesar 4.29. Variabel kualitas laba yang diproksikan dengan akrual memiliki nilai minimum sebesar -1.65 dengan nilai maksimum 1.15. Nilai rata-rata kualitas laba sebesar -0.43 dengan standar deviasi sebesar 0.49.
C. Uji Normalitas Data
Uji Normalitas bertujuan mengetahui apakah data yang digunakan dalam penelitian telah terdistribusi dengan normal. Ghozali (2005) data terdistribusi dengan normal jika residual terdistribusi dengan normal, yaitu hasil pengujian dengan One-Sample Kolmogorov Smirnov test memberikan hasil signifikansi di atas 0.05. Hasil uji normalitas data tersaji pada tabel berikut ini.
Tabel IV.3 Uji Normalitas Data
Variabel P-value Keterangan
Unstandardized Residual 0.823 Normal
Hasil uji normalitas data dengan One-Sample Kolmogorov Smirnov test menunjukkan nilai signifikansi residual sebesar 0.823. Nilai tersebut berada di atas 0.05 sehingga penulis menyimpulkan bahwa data dalam penelitian ini telah berdistribusi dengan normal.
D. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terdapat korelasi antara variabel independen atau korelasi antar variabel independennya rendah. Keberadaan multikolinieritas di deteksi dengan Varians Inflating Factor (VIF) dan Tolerance (Ghozali, 2005). Hasil uji multikolinieritas tersaji pada tabel berikut ini :
Tabel IV.4 Uji Multikolinieritas
Variabel Tolerance VIF Keterangan
MANJ 0.849 1.177 Tidak terdapat multikolinieritas INT 0.842 1.188 Tidak terdapat multikolinieritas LEV 0.995 1.005 Tidak terdapat multikolinieritas GROWTH 0.978 1.023 Tidak terdapat multikolinieritas Sumber : Hasil Pengolahan Data
Hasil uji VIF dan Tolerance menunjukan bahwa semua variabel dalam penelitian in i m enunjukan bahwa s emua nilai tolerance di atas 10% dan semua nilai VIF dibawah 10, sehingga dapat kita simpulkan bahwa dalam model regresi
yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2005).
2. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2005), uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah didalam model regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Autokorelasi dalam penelitian ini dideteksi dengan menggunakan uji Durbin Watson yaitu dengan membandingkan nilai Durbin Watson hitung (d) dengan nilai Durbin Watson tabel yaitu batas lebih tinggi (upper bond atau d u) dan batas lebih rendah
(lower bond atau d 1). Hasil uji autokorelasi dengan Durbin Watson dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel IV.5 Uji Autokorelasi
D-W Hitung Kriteria Keterangan
1.816 Mendekati + 2 Tidak terdapat autokorelasi Sumber : Hasil Pengolahan Data
Hasil uji autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin Watson menunjukan nilai DW hitung sebesar 1.816. Hasil tersebut mendekati nilai +2 sehingga dapat disimpulkan bah wa dalam model regresi tidak terjadi autokorelasi.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homo kedastisitas
Regression Standardized Predicted Value 2 0 -2 -4 R e g r e s s i o n S t u d e n t i z e d R e s i d u a l 4 2 0 -2 Scatterplot Dependent Variable: KL
atau tidak heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini diuji dengan scaterplots. Hasil uji heteroskedastisitas persamaan
regresi disajikan pada gambar berikut ini : Gambar IV.1 Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Hasil uji heteroskedastisitas menunjukan bahwa titik-titik tersebar di atas dan dibawah angka nol. Titik-titik menyebar dan tidak membentuk pola tertentu yang teratur sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.
E. Uji Hipotesis
1. Koefisien Determinasi ( Adjusted R2)
Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Hasil uji regresi menunjukan nilai adjusted R2sebesar 0.107 atau 10.7 %. Hal ini menunjukan 10.7 % perubahan kualitas laba perusahaan dipengaruhi oleh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, leverage, dan growth, sedangkan 89.3% lainnya dijelaskan oleh variabel lain di luar mod el penelitian.
2. Nilai F Regresi
Nilai F regresi merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara simultan variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil nilai F dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel IV.6 Nilai F Regresi
Nilai F P-value Keterangan
6.382 0.000 * Signifikan
Sumber : Hasil Pengolahan Data Keterangan:
* Signifikan padaα = 1%
Hasil pengujian terhadap nilai F regresi menunjukan nilai F sebesar 6.382 dengan nilai probabilitas value sebesar 0.000. Nilai F memberikan hasil yang signifikan, sehingga dapat penulis simpulkan bahwa kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, leverage, dan growth berpengaruh secara simultan terhadap kualitas laba perusahaan.
3. Nilai t
Nilai t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Hasil nilai t dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel IV.7 Hasil Uji Hipotesis
Variabel Koefisien Regresi Nilai t P-value
MANJ -0.026 -3.937 0.000*
INT -0.003 -1.391 0.166
LEV -0.378 -2.411 0.017**
GROWTH -0.018 -2.192 0.030**
Sumber : Hasil Pengolahan Data Keterangan:
* Signifikan padaα = 1%
** Signifikan padaα = 5%
Pengujian Hipotesis ke-1
Hipotesis ke-1 menguji pengaruh kepemilikan manajerial terhadap laba perusahaan. Hasil nilai t regresi menunju kkan koefisien regresi sebesar -0.026 dengan signifikansi sebesar 0.000. Pengujian memberikan hasil yang signifikan sehingga dapat disimpu lkan semakin besar kepemilikan manajerial, akan semakin rendah kualitas laba. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Hal ini menununjukkan bahwa semakin besar kepemilikan manajerial perusahaan akan semakin rendah kualitas laba. Hipotesis ke-1 di
dukung. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Peasnell et al. (2005) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan manajerial akan rawan tindakan manajer untuk melakukan manajemen laba yang menyebabkan kualitas laba menjadi rendah. Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Warfield et al. (1995) dalam Siallagan dan Machfoedz (2006) yang menemukan bahwa hubungan kepemilikan manajerial dengan discretionary accrual sebagai proksi kualitas laba adalah negatif. Hal tersebut menunjukkan tindakan manajer yang cenderung menggunakan akrual perusahaan untuk melaporkan laba perusahaan secara lebih tinggi.
Pengujian Hipotesis ke-2
Hipotesis ke-2 bertujuan untuk menguji pengaruh kepemilikan institusional terhadap kualitas laba perusahaan. Hasil nilai t regresi menunjukkan koefisien regresi sebesar -0.003 dengan signifikansi sebesar 0.166. Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kualitas laba perusahaan. Koefisien regresi juga memberikan arah yang berbeda dimana penulis menduga hubungan antara kepemilikan institusional dan kualitas laba adalah positif. Hipotesis ke-2 tidak didukung. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Hashim dan Devi (2007) menyebutkan bahwa Kepemilikan institusional yang tinggi akan menekan manajemen untuk meningkatkan kinerjanya, mengurangi tindakan manajemen laba dan menghasilkan laporan laba yang berkualitas. Hasil penelitian ini juga tidak mendukung hasil penelitian Givoly et al. (2010) yang menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh publik
akan meningkatkan kualitas laba perusahaan. Namun hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Rachmawati dan Triatmoko (2007) yang menemukan bahwa kepemilikan institusional tidak b erpengaruh terhadap kualitas laba perusahaan. Pernyataan akuntansi yang ada dalam laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen terhadap pengelolaan sumber daya perusahaan. Kepemilikan institusional akan menggunakan laporan keuangan
tersebut sebagai dasar dalam mengambil keputusan tanpa memiliki power untuk mempengaruhi apa yang dilaporkan manajemen dalam laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan produk dari pihak manajemen sehingga kepemilikan institusional yang ada diluar perusahaan tidak dapat mempengaruhi apa yang dilaporkan manajemen dalam laporan keuangan termasuk juga kualitas laba.
Dalam Rachmawati dan Triatmoko (2007) menguji pengaruh kepemilikan institusional terhadap kualitas laba, tetapi penelitiannya tidak menunjukkan arah pengujian secara spesifik. Penelitiannya menduga dua hal, yaitu ; pertama, bahwa kepemilikan institusional adalah pemilik sementara (transfer owner ) sehingga hanya berfokus pada laba sekarang (current earning). Perubahan pada laba sekarang dapat mempengaruhi keputusan investor institusional. Jika perubahan ini tidak dirasakan menguntungkan oleh investor, maka investor dapat melikuidasi sahamnya. Sehingga manajemen akan berusaha melakukan manajemen laba untuk memperlihatkan laba yang bagus. Dugaan yang kedua, investor institusional sebagai investor yang berpengalaman serta canggih (sophisticated ), sehingga investor institusional akan melakukan