• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENENTUAN ARAH KIBLAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PENENTUAN ARAH KIBLAT"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PENENTUAN ARAH KIBLAT

A. Pengertian Kiblat

Secara etimologis, kata kiblat berasal dari bahasa Arab berarti menghadap atau berarti arah dan yang dimaksud arah di sini adalah arah ke ka‟bah, Syekh Abu Bakar M. Syatho menjelaskan : “Kiblat menurut bahasa berarti arah, yang dimaksud disini adalah ka‟bah”. 1

Kata kiblat, jihah dan syathrah identik dengan kata azimuth yang berarti suatu arah yang posisinya diukur dari titik utara (0 derajat) sepanjang lingkaran horizon se arah jarum jam. Azimuth terukur sepanjang lingkaran horizon 360 derajat.

Dalam al-Qur‟an al-Karim, kata kiblat digunakan dalam dua pengertian, yaitu arah dan tempat sholat. Kiblat yang berarti arah terdapat pada QS. al-Baqarah (2) ayat 142) :

ِساَّنلا َنِم ُءاَهَفُّسلا ُلوُقٌََس

ْلُق اَهٌَْلَع اوُناَك ًِتَّلا ُمِهِتَلْبِق ْنَع ْمُهلا َو اَم

ٍمٌِقَتْسُم ٍطاَر ِص ىَلِإ ُءاَشٌَ ْنَم يِدْهٌَ ُب ِرْغَمْلا َو ُق ِرْشَمْلا ِ َّ ِلِلّ

“Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?” Katakanlah: “Kepunyaan Allah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”. (QS. Al-Baqarah :142).

Sedangkan kata kiblat yang berarti tempat shalat sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.Yunus (10) ayat 87.:

ًةَلْبِق ْمُكَتوٌُُب اوُلَع ْجا َو اًتوٌُُب َر ْصِمِب اَمُكِم ْوَقِل آ َّوَبَت ْنَأ ِهٌِخَأ َو ىَسوُم ىَلِإ اَنٌَْح ْوَأ َو

َنٌِنِم ْؤُمْلا ِرِّشَب َو َةلاَّصلا اوُمٌِقَأ َو

”Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya : “Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat bersembahyang dan dirikanlah olehmu sembahyang serta gembirakanlah orang-orang yang beriman” (QS. Yunus : 87).

Para ahli falak mengkaitkan pengertian arah kiblat dengan paradigma bumi sebagai planet yang bulat sehingga seseorang yang menghadap kiblat hendaknya mengambil arah yang paling dekat. Jadi arah kiblat adalah arah atau jarak terdekat sepanjang lingkaran besar yang melewati ke Ka‟bah (Makkah) dengan tempat kota yang bersangkutan. 2 Dengan demikian tidak selalu berlaku paradigma umat Islam yang berada di sebelah utara ka‟bah

1

Abu Bakar Al Dimyathi, I‟anah al-Thalibin, Juz II, Mesir : Musthafa al-Bab al-Halabi.

1342 H. Hlm. 123

2

(2)

menghadap ke selatan, yang di selatan menghadap ke utara, yang di barat menghadap ke timur dan yang di timur ka‟bah menghadap ke barat. Seperti halnya arah kiblat untuk kota San Fransisco yang berlintang tempat ( ) 37º 45‟ LU dan bujur tempat ( λ ) -122 º 30 ‟ BB adalah sebesar 18º 45„ 38.11” (U-T). Hal ini berarti orang San Fransisco ketika melaksanakan shalat menghadap Ka'bah pada arah ke Utara agak serong ke Timur sebesar 18º 45„ 38.11” (U-T). Padahal San Fransisco berada di sebelah barat kota Makkah. Hal ini bisa terjadi karena pengaruh dari bentuk bumi yang bulat. 3

B. Hukum dan Cara Menghadap Kiblat

Para ulama telah membuat sebuah konsesus (Ijma') yang menetapkan ka'bah sebagai arah atau kiblat bagi seluruh umat Islam, dengan berdasarkan beberapa firman Allah swt dan sabda Rasulullah saw. Misalnya QS. al-Baqarah (2) ayat 144.

َر ْطَش َكَه ْج َو ِّل َوَف اَهاَض ْرَت ًةَلْبِق َكَّنٌَِّل َوُنَلَف ِءاَمَّسلا ًِف َكِه ْج َو َبُّلَقَت ىَرَن ْدَق

َباَتِكْلا اوُتوُأ َنٌِذَّلا َّنِإ َو ُهَرْطَش ْمُكَهوُج ُو اوُّل َوَف ْمُتْنُك اَمُثٌَْح َو ِماَرَحْلا ِدِجْسَمْلا

ْنِم ُّق َحْلا ُهَّنَأ َنوُمَل ْعٌََل

َنوُلَم ْعٌَ اَّمَع ٍلِفاَغِب ُ َّاللَّ اَم َو ْمِهِّبَر

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke Kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang di beri al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan (QS. Al-Baqarah :144).

Juga dalam QS. al-Baqarah (2) ayat 150.:

اوُّل َوَف ْمُتْنُك اَمُثٌْ َح َو ِماَرَحْلا ِدِجْسَمْلا َرْطَش َكَه ْج َو ِّل َوَف َت ْجَرَخ ُثٌَْح ْنِم َو

لاَف ْمُهْنِم اوُمَلَظ َنٌِذَّلا لاِإ ٌةَّجُح ْمُكٌَْلَع ِساَّنلِل َنوُكٌَ لاَئِل ُهَرْطَش ْمُكَهوُج ُو

ٌَْلَع ًِتَم ْعِن َّمِتلأ َو ًِن ْوَش ْخا َو ْمُه ْوَش ْخَت

َنوُدَتْهَت ْمُكَّلَعَل َو ْمُك

“Dan darimana saja kamu keluar (datang) maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram, dan dimana saja kamu semua berada maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka, dan takutlah kepada Ku. Dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atas kamu, dan supaya kamu dapat petunjuk” (QS. Al-Baqarah: 50).

Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Tsabit bin Anas, beliau berkata :

3

(3)

ْدَق " تلزنف سدقملا تٌب وحن ًّلصٌ ناك مّلسو هٌلع اللَّ ىّلص اللَّ لوسر نأ

َكَه ْج َو ّل َوَف اَهض ْرَت ًةَلْبِق َكَّنٌَِل َوُنَلَف ِءاَمَّسلا ًِف َكِه ْج َو َبُّلَقَت ىرَن

ِدِجْسَمْلا َرْطَش

اولص دقو رجفلا ةلاص ىف عوكر مهو ةملس ًنب نم لجر رمف "ِماَرَحْلا

ىدانف ةعكر

.ةلبقلا وحن مهامك اولامف تلوح دق ةلبقلا نا لاأ

)ملسم هاور(

“Bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW (pada suatu hari) sedang Shalat dengan menghadap Baitul Maqdis, kemudian turunlah ayat “Sesungguhnya Aku melihat mukamu sering menengadah ke langit, maka sungguh Kami palingkan mukamu ke Kiblat yang kamu kehendaki. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram”. Kemudian ada seseorang dari bani Salamah bepergian, menjumpai sekelompok sahabat sedang ruku‟ pada Shalat fajar. Lalu ia menyeru “Sesungguhnya Kiblat telah berubah”. Lalu mereka berpaling seperti kelompok Nabi, yakni ke arah Kiblat” (HR. Muslim).

Demikian sahabat Jabir ra menjelaskan bahwa :

اذإف .تهّجوت ثٌح هتلحار ىلع ًّلصٌ مّلسو هٌلع اللَّ ىّلص اللَّ لوسر ناك

)ىراخبلا هاور( .ةلبقلا لبقتساف لزن ةضٌرفلا دارأ

"Ketika Rasulullah SAW Shalat di atas kendaraan (tunggangannya) beliau menghadap ke arah sekehendak tunggangannya, dan ketika beliau hendak melakukan Shalat fardlu beliau turun kemudian menghadap Kiblat." (HR. Bukhari).

Secara teknis menghadap kiblat terdapat perbedaan pendapat, terutama pada toritorial daerah yang jauh dari ka'bah. Paling tidak terdapat dua versi perbedaan pendapat, menurut pendapat pertama bahwa di manapun berada umat Islam, baik yang dekat maupun jauh dari ka'bah wajib menghadap bentuk fisik ka'bah (ain al-ka'bah), pendapat ini didukung oleh Imam Syafi'i dan Imam Ahmad ibn Hambal. Sedangkan pendapat kedua merekomendasikan cukup menghadap arah ka'bah saja (Jihat al-ka'bah), dan pendapat kedua ini didukung oleh Imam Abu Hanifah dan Imam Malik ibn Anas. 4

Titik temu dari kedua pendapat tersebut pada konteks bahwa bagi umat Islam pada teritorial daerah yang mampu melihat fisik ka'bah maka cara menghadapnya adalah menghadap bentuk fisik ka'bah (ain al-ka'bah), sedangkan bagi bagi yang jauh dan tidak dapat melihat bentuk fisik ka'bah maka diperkenankan untuk tidak persis menghadap ain al-ka'bah secara yakinan tetapi paling tidak secara dhannan. Hal ini diperkuat dengan berdasarkan dalil hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqiy, Rasulullah SAW bersabda :

)ًقهٌبلا هاور( تٌبلا وحن هجوت اذا ةلبق برغملا و قرشملا نٌب ام

“Di antara timur dan barat terdapat kiblat, jika seseorang menghadap-nya ke arah baitullah”. (HR. Baihaqi)

4

Abdurrahman Al Jaziriy. Al-Fiqh 'ala Madzahib al-Arba'ah, Juz I, Baerut: Dar al-Fikr. tt. hlm. 203.

(4)

لهلا ةلبق مرحلا و مرحلا لهلا ةلبق دجسملا و دجسملا لهلا ةلبق تٌبلا

ضرلاا

)ًقهٌبلا هاور( ًتّما نم اهبراغم و اهقراشم ًف

“Baitullah kiblat bagi penghuni Masjidil Haram, Masjidil Haram kiblat bagi penghuni tanah Haram, Tanah Haram kiblat bagi penduduk bumi di penjuru timur dan barat dari ummatku”. (HR. Baihaqi)

Di sisi yang lain, para ulama juga sepakat tentang diperbolehkannya membuat barisan yang panjang di luar ka'bah. Hal ini memberikan petunjuk bahwa yang diwajibkan bukan menghadap fisik ka'bah (ain ka'bah), apabila berada pada daerah yang jauh yang tidak terlihat ka'bah. 5

Meski demikian, terdapat peluang untuk tidak menghadap kiblat, yaitu apabila seseorang hendak melakukan shalat ketika di atas kendaraan, maka diwajibkan baginya untuk menghadap kiblat sepenuhnya (mulai takbiratul ihram sampai dengan salam) ketika melaksanakan shalat fardlu, akan tetapi dalam melaksanakan shalat sunnah hanya diwajibkan ketika melakukan takbiratul ihram saja. Dengan kata lain, para fuqoha‟ sepakat bahwa dalam situasi normal, menghadap kiblat itu wajib sebagai salah satu syarat sahnya shalat. 6

C. Menentukan Arah Kiblat

Perkembangan metode dan alat menentukan arah kiblat dari waktu ke waktu mengalami peningkatan yang cukup signifikan, baik dari segi teknologi maupun dari aspek kualitas akurasinya. Dulu Imam Nawawi al-Bantani pernah merekomendasikan penduduk pulau Jawa dalam menentukan arah kiblat dengan cara mengamati posisi matahari terbenam saat busur siang yang paling panjang waktu musim kemarau (sekitar 21 Juni) dan posisi matahari terbenam di waktu hari di mana busur siangnya paling pendek pada musim penghujan (21 Desember), kemudian jarak kedua posisi (yang membentang dari utara ke selatan) tersebut dibagi tiga, dan dibuang 2/3 dari posisi yang utara, maka 1/3 dari posisi selatan tersebut adalah arah kiblat 7

Sekarang ini cara dan metode yang sering dipergunakan untuk menentukan arah kiblat adalah (1) dengan menggunakan teori Azimuth Kiblat dan (2) menggunakan teori Bayang-bayang Kiblat, yang sebagian ahli falak menyebutnya teori Rashdul Kiblat 8.

5

Team FKI (Forum Kajian Ilmiah), 2003. Esensi Pemikiran Mujtahid, Kediri : Purna Siswa III Aliyah 2003 PP. Lirboyo. hlm. 57

6

Loc. cit. Abu Bakar Syatho, hlm. 124

7

Al Nawawi, tt. al-Majmu‟ Syarh Muhadzdzab, Madinah : Al-Maktabah al-Salafiyah., hlm. 45

8

TIM, Depag RI, 1995, Pedoman Penentuan Arah Kiblat, Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam. dapat juga dilihat pada Izzuddin, Ahmad. 2002. "Hisab Praktis Arah Kiblat" Makalah

disampaikan dalam Materi Pelatihan Hisab Rukyah Tingkat Dasar Jawa Tengah Pimpinan Wilayah Lajnah Falakiyyah NU Jawa Tengah, LF PWNU Jawa Tengah, Semarang :

(5)

1. Teori Azimuth Kiblat

Azimuth Kiblat adalah arah atau garis lurus yang menunjuk pada ka'bah yang menjadi kiblat umat Islam. Menentukan azimuth (arah) kiblat membutuhkan data (1) Lintang dan Bujur Tempat, dan (2) Lintang dan Bujur Tempat Ka'bah

a. Menentukan Lintang dan Bujur Tempat

Lintang tempat (urdh al-balad) dan bujur tempat (thul al-balad) dapat diketahui dengan beberapa cara :

a. Berpedoman daftar lintang dan bujur tempat di buku-buku falak. b. Berpedoman pada peta

c. Berpedoman pada alat GPS ( Globe Positioning System ). 1) Menggunakan Daftar Lintang dan Bujur Tempat

Menentukan lintang dan bujur tempat dengan cara melihat atau mencari lintang dan bujur tempat kota pada daftar yang tersedia dalam buku, atlas atau almanak. misalnya :

a) Buku-buku falak biasanya memiliki daftar lintang dan bujur tempat. b) Atlas Der Gehele Aarde oleh PR Bos Jf Meyer JB, Wolter

Groningen, Jakarta, 1951.

c) Almanak Jamiliyah yang disusun oleh Sa'adoeddin Djambek 2) Menggunakan Peta

Lintang dan bujur tempat di bumi ini dapat dicari dengan menggunakan peta. Adapun caranya antara lain :

a) Melihat posisi kota yang dicari koordinatnya pada peta bumi, misalnya kota A (kota yang dicari) yang terletak di antara :

1) dua garis lintang ( 5 º LS dan 10 º LS). 2) dua garis bujur ( 105 º BT dan 120 º BT).

b) Mengukur jarak antara dua garis lintang dan posisi kota A tersebut dengan satuan centimeter (cm), misalnya :

1) Jarak 5 º LS dan 10 º LS adalah 10 cm 2) Jarak 105 º BT dan 120 º BT adalah 30 cm

3) Jarak kota A dengan garis lintang 5 º LS adalah 2 cm atau 8 cm dari garis lintang 10 º LS.

4) Jarak kota A dengan garis bujur 105 º BT adalah 9 cm atau 21 cm dari garis bujur 120 º BT.

c) Perhatikan gambar berikut :

(6)

d) Menghitung lintang tempat kota A = 5 º + (( 2 / 10 ) x ( 10 º - 5 º )) = 5 º + ( 0.20 x 5 º) = 5 º + 1 º = 6 º e) Menghitung bujur tempat kota A = 120º - (( 21 / 30) x (120º -105 º))

= 120º - (0,7 x15 º) = 120º - 10.5 º = 109,5 º = 109 º 30 '

3) Menggunakan GPS (Global Positioning System)

GPS adalah sebuah peralatan elektronik yang bekerja dan berfungsi memantau sinyal dari satelit untuk menentukan posisi tempat (koordinat geografis/lintang dan bujur tempat) di bumi. Adapun cara untuk mengoperasikan GPS adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Pasanglah GPS di tempat terbuka agar cepat mendapat sinyal dari

satelit. Gunakanlah selalu “Chart Table Mount” (kaki GPS) untuk menjamin agar antenna GPS menghadap persis ke atas.

2. Di sudut kanan atas akan muncul kata “searching”, kemudian akan berubah menjadi “Get Data”, lalu akhirnya menjadi “Locked”.

3. Setelah muncul kata-kata “Locked” tekan tombol “POS”, dan layar akan menampilkan lintang dan bujur tempat yang bersangkutan. Misalnya pada layar GPS menampilkan data :

Data ini menunjukkan bahwa tempat yang bersangkutan terletak pada 7º 58‟ 54” Lintang Selatan dan 112º 35‟ 48” Bujur Timur. 9

Suatu tempat juga dapat diketahui dengan menggunakan perbandingan (rujukan) data lintang dan bujur kota terdekat yang telah diketahui lintang dan bujur tempatnya, sebagaimana tercantum dalam buku-buku falak, dengan rumus :

9

Nabhan Maspoetra, "Koordinat Geografis dan Arah Kiblat (Perhitungan dan

Pengukurannya)", Makalah disampaikan dalam Pelatihan Tenaga Teknis Hisab Rukyah Tingkat

Dasar dan Menengah, Depag RI. Ciawi-Bogor : Juni 2003, h 2-15 dan juga lihat Loc cit Izzudin, 36-37.

S 07º 58' 54” E 112º 35’ 48”

φ N = …..km : 111 + φ M

(7)

Keterangan : M = tempat yang sudah diketahui N = tempat yang ditanyakan Contoh :

1. Diketahui posisi kota M ; φ = - 7 59‟ dan λ = 112 36‟ Jarak kota N dari kota M = 30 km (sebelah utara kota M)

= - 55 km (sebelah barat kota M) φ N = 30 : 111 + - 7 59‟ = - 7 42’ 47.03’

λ N = ( -55 : 111) x cos - 7 42‟ 47.03‟ + 112 36‟ = 112 6’ 32.35” 2. Diketahui posisi kota A ; φ = - 7 59‟ dan λ = 112 36‟

Jarak kota B dari kota M = - 30 km (sebelah selatan kota A) = 55 km (sebelah timur kota A) φ N = - 30 : 111 + - 7 59‟ = - 8 15’ 12.97’

λ N = ( 55 : 111) x cos - 8 15‟ 12.97‟ + 112 36‟ = 113 5’ 25.31” b. Lintang dan Bujur Ka'bah

Berdasarkan Hasil Penelitian Drs. H. Nabhan Maspoetra pada tahun 1994 dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) data Lintang Makkah adalah 21º 25‟ 14.7" LU dan Bujur Makkah 39º 49‟ 40” BT. Sedangkan Hasil Penelitian Sa‟adoeddin Djambek tahun 1972 menyebutkan bahwa Lintang Makkah adalah 21º 25‟ LU dan Bujur Makkah sebesar 39º 50‟ BT. 10

2. Menghitung Azimuth Kiblat

Arah/azimuth kiblat suatu tempat dapat dicari dengan menggunakan beberapa teori, antara lain (1) Teori Imam Nawawi al-Bantani, (2) Teori Cosinus Cinus, dan (3) Teori Cosinus dan Sudut Pembantu

a. Teori Imam Nawawi al-Bantani :

Teori Imam Nawawi Bantani ini dapat dilihat pada kitab Muraqy al-„Ubudiyah syarah Matan Bidayatul Hidayah lil-Ghazali 11

. Menerut teori ini, untuk mencari Ain ka'bah bagi penduduk pulau Jawa, dapat diaplikasikan menggunakan data bujur dan lintang tempat dengan cara sbb :

a) Mencari lintang dan bujur tempat kota yang dimaksud. b) Mencari lintang dan bujur tempat ka‟bah

c) Mencari selisih bujur tempat ka‟bah dengan kota yang dimaksud.

d) Menkonversi data (a, b, c) ke satuan ukur jarak (misalnya cm, atau dm). e) Membuat garis arah timur dan barat (arah mata angin).

f) Membuat garis-garis sesuai dengan data tersebut (a, b, c) dan garis

10

Loc. cit. Susiknan Azhari, hlm. 38

11

Al Bantani, M. Nawawi, tt. Syarah Muraqy al-„Ubudiyah, 'ala Matn Bidayah

(8)

yang menghubungkan titik ujung timur selatan dan titik ujung barat utara inilah garis arah kiblat kota yang dicari.

Contoh Perhitungan untuk kiblat kota Malang :

1) Lintang dan Bujur Ka‟bah = 21 25‟ LU dan 39 50‟ BT 2) Lintang dan Bujur Malang = - 7 59‟ LS dan 112 36‟ BT 3) Selisih bujur Ka‟bah dan Malang = 112 36‟ - 39 50‟ = 72 46‟ Langkah berikutnya:

1) Data lintang Ka‟bah = 21 25‟ dikonversi ke centimeter = 21.42 cm 2) Data lintang Malang = 07 59‟ dikonversi ke centimeter = 7.98 cm 3) Selisih bujur Malang dan Ka'bah = 72 46‟, dikonversi = 72,77 cm 4) Menentukan arah mata angin dengan kompas maupun tongkat istiwa‟

dan menggambar arah kiblat, sebagai berikut :

Gambar 7 Arah Kiblat

b. Teori Cosinus Sinus Arah Kiblat :

Dalam Almanak Hisab Rukyat Depag RI (1981), menentukan arah kiblat dapat menggunakan rumus cosinus sinus, sebagai berikut : 12

Cotan Q = cotan b x sin a - cos a x cotan c sin c

Keterangan :

Q = Arah kiblat suatu tempat a = 90º - Lintang tempat b = 90º - Lintang Mekah

c = Bujur tempat - Bujur Mekah ( selisih bujur ka‟bah dengan bujur tempat yang akan dicari arah kiblatnya ).

Contoh Hisab Arah Kiblat Kota Malang.

12

(9)

Lintang tempat Malang (φ A) = - 7º 59‟ LS. Bujur tempat Malang (λ A) = 112º 36‟ BT. Lintang Mekah / Ka‟bah (φ m ) = 21º 25‟ LU. Bujur Mekah / Ka'bah ( λ m ) = 39º 50‟ BT. Dari data tersebut di atas diketahui :

a = 90º - φ A = 90º - (- 7º 59‟) = 97º 59‟ b = 90º - φ m = 90º - 21º 25‟ = 68º 35‟ c = λ A - λ m = 112º 36‟ - 39º 50‟ = 72º 46‟ Ketentuan untuk nilai c :

Jika λ (Bujur tempat) = 00 º 00' s.d. 39 º 50' BT, maka c = 39 º 50' – λ Jika λ (Bujur tempat) = 39 º 50' s.d. 180 º 00' BT, maka c = λ - 39 º 50' Jika λ (Bujur tempat) = 00 º 00' s.d. 140 º 10' BB, maka c = λ + 39 º 50' Jika λ (Bujur tempat) = 140 º10' s.d. 180 º 00' BB, maka c = 39 º 50' + λ

Rumus :

Cotan Q = cotan b x sin a - cos a x cotan c sin c Aplikasi Rumus : Cotan Q = 0.392231316 x 0.99030851 - (-0.138885037 x 0.310189348) 0.955106164 = 0.38843001 _ (-0.043080659) 0.955106164 = 0.406687784 - (-0.043080659) = 0.449768443 Q = tan -¹ ( 1 / ( 0.449768443))

= 65º 46‟ 59.84” dari titik Utara ke titik Barat (U-B)

= 90 - 65º 46‟ 59.84” = 24º 13‟ 0.16” (B-U)

Secara praktis menggunakan kalkulator untuk penghitungan arah kiblat kota Malang dengan rumus aplikasi sebagai berikut :

Cotan Q = cotan b . sin a - cos a . cotan c sin c

Masukkan data astronominya dan tekan kalkulator secara berurutan : Untuk tipe : Casio Fx 3600 atau sejenisnya

68º 35‟ tan Inv 1/x x 97º 59‟ Sin

= / 72º 48‟ sin = - 97º 59‟

cos X 72º 48‟ tan Inv 1/x = Inv

1/x Inv tan Inv º ‟” Tampil di layar 24º 13’ 0.16” Q = 24º 13’ 0.16” (B-U) atau 65º 46’ 59.84” (U – B)

(10)

Untuk tipe : Casio 4500 atau sejenisnya

Shift tan ( 1 / 1/tan 68º 35‟ x

sin 97º 59‟ / sin 72º 46‟ cos

97º 59‟ x 1 / tan 72º 46‟ )

Exe Shift º ‟” Tampil di layar 24º 13’ 0.16” Q = 24º 13’ 0.16” (B-U) atau 65º 46’ 59.84” (U – B)

c. Teori Cosinus Sinus Arah Kiblat dengan Sudut Pembantu (p) : Tan p = tan b x cos C

Cotan Q = cotan C x sin ( a – p ) sin p

Contoh hisab kiblat kota Malang

Lintang tempat Malang (φ A) = - 7º 59‟ LS. Bujur tempat Malang (λ A) = 112º 36‟ BT. Lintang Mekah (φ m ) = 21º 25‟ LU. Bujur Mekah ( λ m ) = 39º 50‟ BT. Dari data tersebut di atas diketahui :

a = 90º - φ A = 90º - (- 7º 59‟) = 97º 59‟ b = 90º - φ m = 90º - 21º 25 = 68º 35‟ c = λ A - λ m = 112º 36‟ - 39º 50‟ = 72º 46‟ Rumus :

Tan p = tan b x cos C

Cotan Q = cotan C x sin ( a – p ) sin p

Aplikasi Rumus :

Tan p = tan ( 68º 35‟ ) x cos ( 72º 46‟ ) = 2,549515957 x 0,296263758 = 0,755329178

p = tan -¹ ( 0,755329178 ) = 37,06481557 = 37 º 3 ‟ 53.34 ”

Cotan Q = cotan ( 72º 46‟ ) x sin ( 97º 59‟ - 37 º 3 ‟ 53.34 ” ) sin 37 º 3 ‟ 53.34 ”

= 0.271083575 / 0.602718105 = 0.449768428 Q = tan -¹ ( 1 / ( 0.449768428))

Q = 65º 46‟ 59.84” (U-B)

= 90 - 65º 46‟ 59.84” = 24º 13‟ 0.16” (B-U) Cara mengunakan Calkulator :

(11)

Untuk tipe I : Casio Fx 3600 atau sejenisnya

68º 35‟ tan x 72º 46‟ cos = Inv 1/x Inv 1/x Inv º ‟” p = 37 º 3 ’ 53.34 ”

68º 35‟ tan Inv 1/x X 72º 46‟ Sin = / 72º 46‟ Sin = - 97º 59‟ cos x 72º 46‟ tan Inv 1/x = Inv 1/x Inv

tan Inv º ‟” Q = 65º 46’ 59.84” (U – B) Untuk tipe II : Casio 4500 atau sejenisnya

Shift tan ( tan 68º 35‟ x cos 72º 46‟ Exe Shift º ‟” p = 37 º 3 ’ 53.34 ”

Shift tan ( 1 / ( 1 / tan 72º 46‟ x sin ( 97º 59‟ 37 º 3 ‟ 53.34 ” )

/ sin 37 º 3 ‟ 53.34 ” ) Exe Shift º ‟”

Q = 65º 46’ 59.84” U – B

D. Praktik Pengukuran Arah Kiblat 1. Alat dan data yang diperlukan

a. Data arah kiblat suatu tempat yang ditentukan, misalnya 24º 13‟ 0.16” (B-U) untuk Kota Malang.

b. Kompas dan Tongkat Istiwa‟ (Sinar Matahari), atau Theodolit. c. Meteran (mistar), Busur, Rubu‟, Benang, paku, palu, spidol dll. 2. Menggunakan Kompas Magnetic

Kompas Magnetik adalah alat penunjuk arah mata angin, alat ini paling mudah digunakan, tetapi dengan koreksi :

(1) Kompas magnit peka terhadap benda-benda logam yang berada disekitarnya

(2) Tiap daerah memiliki koreksi arah utara-selatan sejati, hal ini disebut deklinasi kompas. Wilayah Indonesia dari barat sampai timur sebesar –1º s.d. + 5º. Kota Malang sebesar + 1º 10‟ artinya titik utara sejati berada di timur titik utara kompas sebesar 1º 10‟.

(3) Memerlukan ekstra hati-hati dan kecermatan, mengingat jarum kompas itu kecil dan peka terhadap daya magnit.

3. Menggunakan Tongkat Istiwa’

Tongkat Istiwa‟ dengan bantuan Sinar Matahari merupakan cara lebih akurat menentukan Timur dan Barat, dengan prosedur sbb :

(1) Pilih tempat yang datar, rata, terbuka dan sinar matahari tidak terhalang. Kemudian buatlah lingkaran diameter 1 meter, dan

(12)

tancapkan sebuah tongkat sepanjang 150 cm (kayu, bambu atau besi) secara tegak lurus di titik pusat lingkaran tersebut.

(2) Perhatikan saat bayang-bayang ujung tongkat menyentuh lingkaran pada pagi hari (sebelum zawal) dan beri tanda titik B, pada siang hari (sesudah zawal) beri tanda titik T.

(3) Hubungkan kedua titik BT tersebut dengan sebuah garis lurus dan inilah garis arah Barat (B) dan arah Timur (T) sesungguhnya.

(4) Selanjutnya buat garis tegak lurus dengan garis arah timur-barat tersebut, dan garis yang berpotongan tegak lurus (90º) inilah garis arah Utara (U) dan arah Selatan (S). Lihat gambar 8 aplikasi tongkat Istiwa‟berikut :

1 = Posisi matahari sebelum zawal 2 = Posisi matahari sesudah zawal = Arah gerak bayangan ujung tongkat B = Titik perpotongan bayangan ujung tongkat (Barat)

T = Titik perpotongan bayangan ujung tongkat (Timur)

U = Utara S = Selatan

Gambar 8 Aplikasi Tongkat Istiwa’

(5) Keempat titik utara, timur, selatan dan barat diberi tanda (misalnya titik U, T, S dan B). masing-masing titik dihubungkan dengan benang (tulisan spidol) dan titik perpotongannya diberi tanda P.

(6) Dari titik P ke titik B diperpanjang 2 meter (misalnya), kemudian membuat titik pada garis PB yang diukur sepannjang 1.5 meter dari titik P. yang diberi tanda B‟.

(7) Pada titik B‟ dibuat garis yang tegak lurus dengan garis PB ke arat Utara sepanjang tangens arah kiblatnya (misalnya untuk kota Malang 24º 13‟ 0.16” = 0.45 m) dan diberi tanda K.

(8) Antara titik K dan titik P dibuat garis lurus sehingga terjadi garis PK. Garis PK menunjukkan arah kiblat kota Malang.

(9) Kemudian membuat garis shaf shalat tegak lurus pada garis PK. Lebih lanjut lihat gambar 9 arah kiblat dan shaf shalat, berikut :

(13)

Gambar 9 Arah Kiblat dan Shof Sholat 4. Pengukuran Arah Kiblat dengan Theodolit

a. Persiapan Pengukuran

Pengukuran arah kiblat suatu tempat dengan theodolit dan data astronomis “Ephemeris Hisab Rukyat” dilakukan dengan persiapan sebagai berikut : 13

1) Menentukan tempat yang akan diukur arah kiblatnya.

2) Menyiapkan data Lintang Tempat ( φ ) dan Bujur Tempatnya ( λ ) 3) Melakukan perhitungan arah kiblat untuk tempat ybs. Data arah kiblat

hendaklah diukur dari titik Utara ke Barat (U-B).

4) Menyiapkan data astronomis “Ephemeris Hisab Rukyat” pada hari atau tanggal pengukuran.

5) Menyiapkan jam penunjuk waktu yang akurat. 6) Menyiapkan alat Theodolit.

b. Pelaksanaan Pengukuran

Pengukuran dengan theodolit dilakukan dengan prosedur sbb : a. Pasang theodolit pada penyangganya.

b. Periksa waterpas agar theodolit benar-benar datar.

c. Berilah tanda pada tempat berdirinya theodolit (misalnya T)

d. Bidiklah Matahari dengan theodolit, pasanglah filter pada lensa theodolit sebelum digunakan untuk membidik matahari.

e. Kuncilah theodolit (dengan skrup horizontal clamp dikencangkan) agar tidak bergerak.

f. Tekan tombol “0-Set” pada theodolit, agar angka pada layar (HA = Horizontal Angle) menunjukkan 0 (nol)

g. Mencatat waktu ketika membidik matahari; jam berapa (W). akan tetapi lebih baik dan memudahkan perhitungan selanjutnya apabila pembidikan matahari dilakukan tepat jam.(misalnya 10.00 WIB tepat). h. Mengkonversi waktu GMT, (WIB dikurangi 7 jam).

i. Melacak nilai Diklinasi Matahari ( δ ) pada waktu hasil konversi

13

(14)

tersebut (GMT) dan nilai Equation of Time (e) saat Matahari kulminasi (misalnya pada jam 5 GMT) dari data Ephemeris Hisab Rukyat. j. Menghitung waktu Meridian Pass (MP), dengan rumus :

k. Menghitung Sudut Waktu ( t ) dengan rumus :

l. Menghitung Azimut Matahari (Az) dengan rumus :

m. [ Az = …….] = harga mutlak

n. Arah kiblat (AK) dengan theodolit adalah :

1) Jika Deklinasi Matahari (δ) positif (+) dan pembidikan dilakukan sebelum matahari berkulminasi maka AK = 360 – Az – Q

2) Jika Deklinasi Matahari (δ) positif (+) dan pembidikan dilakukan sesudah matahari berkulminasi maka AK = Az – Q

3) Jika Deklinasi Matahari (δ) positif (-) dan pembidikan dilakukan sebelum matahari kulminasi maka AK = 360 – (180 - Az ) – Q 4) Jika Deklinasi Matahari ( δ ) positif ( - ) dan pembidikan dilakukan

sesudah matahari kulminasi maka AK = 180 - Az – Q

o. Bukalah kunci harizontal tadi (kendurkan skrup horizontal clamp) p. Putar theodolit ke kanan dan atau ke kiri hingga layar theodolit

menampilkan angka senilai hasil perhitungan AK tsb.

q. Turunkan sasaran theodolit sampai menyentuh tanah pada jarak sekitar 5 meter dari theodolit. Kemudian berilah tanda atau titik pada sasaran itu, misalnya titik Q.

r. Hubungkan antara titik sasaran (Q) tersebut dengan tepat berdirinya theodolit (T) dengan garis lurus atau benang. Garis / benang itulah arah kiblat untuk tempat atau daerah yang dicari arah kiblatnya. Contoh untuk Lokasi yang diukur Kota Malang, data sbb : Lintang Tempat ( φ ) = - 07 ° 59‟ (LS)

Bujur Tempatnya ( λ ) = 112 ° 36‟ (BT)

Arah Kiblat (Q) = 65º 46‟ 59.84” (U-B) Tanggal Pengukuran = 21 Pebruari 2006

Pembidikan pada jam = 10.00 WIB atau 03.00 GMT Diklinasi Matahari (  ) = - 10º 38‟ 40” Equation of Time ( e ) = - 00 : 13 : 41 MP = ((105- λ) /15) +12– e = (( 105-112 ° 36‟ ) / 15 ) +12 - - 00: 13: 41 = 11 : 43 : 17 Sudut Waktu (t) = (MP-W) x 15 = (11: 43:17 – 10.00) x 15 = 18 º 35‟ 15”

Mencari Azimuth (Az) =

Cotan Az = [((cos φ . tan δ ) : sin t ) – ( sin φ : tan t )]

MP = ((105 - λ ) : 15) + 12 - e

t = (MP – W) x 15

Cotan Az = [((cos φ . tan δ ) : sin t ) – ( sin φ : tan t )]

(15)

Az = shif tan (cos - 07 ° 59‟ x tan - 10º 38‟ 40” / sin 18 º 35‟ 15” – sin - 07 ° 59‟ / tan 18 º 35‟ 15”)

= 9 º 42 ‟ 0.33 ” (B-U) (harga mutlak) = 80 º 17‟ 59.67 ” (U-B) (harga mutlak) Arah Kiblat pada Theodolit (AK)

1) Karena pada waktu pengukuran Deklinasi Matahari (  ) positif ( - ) dan pembidikan dilakukan sebelum matahari berkulminasi maka :

AK = 360 – (180 - Az ) – Q

360 – (180 - 80 º 17‟ 59.67 ”) - 65º 46‟ 59.84” AK = 194 º 30‟ 59.8 ”

2) Kemudian theodolit diputar sedemikian rupa hingga layar theodolit (HA) menampilkan angka 194 º 30’ 59.8 ”

3) Turunkan sasaran theodolit sampai menyentuh tanah pada jarak sekitar 5 meter dari theodolit. Kemudian berilah tanda atau titik pada sasaran itu, misalnya titik Q.

4) Hubungkan antara titik sasaran (Q) tersebut dengan tepat berdirinya theodolit (T) dengan garis lurus atau benang.

5) Garis atau benang itulah arah kiblat untuk tempat atau daerah yang dicari arah kiblatnya.

E. Bayang-Bayang / Rushdul Kiblat

Rashdul kiblat adalah saat bayang-bayang semua benda di bumi menuju arah kiblat karena matahari berada persis di atas ka‟bah. Bayang-bayang kiblat tersebut terjadi tanggal 28 / 27 Mei dan tanggal 15 / 16 Juli. Matahari berada pada titik zenith ka‟bah (21° 25' LU dan 39° 50' BT) terjadi dua kali setiap tahun yaitu setiap tanggal 28 Mei (tahun bashitoh) atau 27 Mei (tahun kabisat) pada pukul 16. 17. 58.16 WIB, dan juga pada tanggal 15 Juli (tahun bashitoh) atau 16 Juli (tahun kabisat) pukul 16:26:12.11 WIB.

Pada dasarnya "bayang-bayang kiblat" suatu benda dapat dicari setiap hari dengan menghitung kapan terjadi berpotongan lingkaran azimut kiblat dengan lingkaran edaran harian matahari.

1. Rumus Bayang-Bayang Kiblat

Untuk mengetahui terjadi bayang-bayang kiblat, dapat dilakukan dengan menghitung bayang-bayang kiblat berdasarkan rumus Sbb :

Cotan p = Cos b x tan Q

Cos ( t - p ) = Cotan a x tan b x cos p Keterangan :

p = Sudut pembantu

t = Sudut Waktu Matahari yang sedang membuat bayang-bayang menunjuk ke arah kiblat

(16)

Q = Arah kiblat ( Dihitung dari titik utara ke arah barat / timur ).

a = 90° - Deklinasi Matahari, yaitu jarak antara kutub utara dengan matahari diukur sepanjang lingkaran deklinasi / lingkaran waktu. b = 90° - Lintang Tempat, yaitu jarak titik kutub utara dengan titik zenith 2. Keadaan Yang Tidak Terjadi Bayang-Bayang Kiblat

a. Jika harga mutlak deklinasi lebih besar dari harga mutlak ( 90° - Q ), sebab antara lingkaran azimut kiblat dengan lingkaran edaran harian matahari tidak berpotongan.

b. Jika harga deklinasi matahari sama dengan harga p (lintang tempat ), sebab pada titik zenitlah lingkaran azimut kiblat berpotongan dengan lingkaran edaran harian matahari.

3. Penghitungan Bayang-Bayang Kiblat.

Menghitung bayang-bayang kiblat, perlu ditentukan lebih dahulu daerah dan tanggal perhitungan beserta datanya. Misalnya kota Jakarta pada tanggal 5 Januari 2003, maka data yang diperlukan sebagai berikut :

Lintang Tempat Jakarta = - 6° 10‟ LS. Bujur Tempat Jakarta = 107° 37‟ BT. Lintang Mekah ( pm ) = 21° 25‟ LU. Bujur Mekah ( Bm ) = 39° 50‟ BT. Deklinasi matahari = - 22° 41‟ 49.77” Eq. Of Time ( e ) = - 0° 5‟ 2.33”

Koreksi Waktu Daerah (KWD) = (Bujur Standar - Bujur Tempat /15) = (105° - 107° 37‟ / 15°)

= - 0° 10‟ 28” Rumus : Cotan p = Cos b x Tan Q

Cos ( t - p ) = Cotan a x tan b x Cos p Keterangan :

a = 90 - d ٭ = 90 – (- 22° 41‟ 49.77”) = 112° 41‟ 49.7” b = 90° - p = 90 – (- 6° 10‟) = 96° 10‟

Q = 65° 3‟ 23.35” (U – B) Proses Penghitungan :

1) Cotan p = Cos b x Tan Q

Cotan p = cos 96° 10‟ x tan 65° 3‟ 23.35” = - 0° 13‟ 51.45” p = shift tan (1/ - 0° 13‟ 51.45”) = -76 ° 59‟ 42.35”

2) Cos (t-p) = Cotan a x Tan b x Cos p

Cos (t-p) = 1/tan 112°41‟49.7” x tan 96°10‟ x cos-76°59‟ 42.35” Cos (t-p) = 0 ° 52‟ 16.02”

(t-p) = Shift cos 0 ° 52‟ 16.02” = 29° 24‟ 40.81”

t = 29° 24‟ 41.09” + (-76° 59‟ 42.35” ) = - 47° 35‟ 1.26” Langkah berikutnya adalah :

(17)

t / 15 = - 47° 35‟ 1.26” / 15 = -3 10 20.01 MP = 12 - ( - 0° 5‟ 2.33” ) = 12 5 2.33 KWD = ((105 - 107° 37‟) / 15) = -0 10 28 + Bayang-Bayang Kiblat (WIB) = 8 : 44 : 14.23

Cara mengunakan Calkulator ; Tekan tombol kalculator untuk Casio Fx 3600 secara berurutan :

68º 35‟ Tan x 72º 46‟ cos = Inv 1/x

Inv 1/x Inv º ‟” p = 37 º 3 ’ 53.34 ”

68º 35‟ Tan Inv 1/x x 72º 46‟ Sin =

/ 72º 46‟ sin = - 97º 59‟ cos X

72º 46‟ Tan Inv 1/x = Inv 1/x Inv

tan Inv º ‟” Q = 65º 46’ 59.84” (U – B) Untuk tipe Casio 4500 atau sejenisnya tekan secara berurutan :

Shift tan ( 1 / ( cos 96º 10‟ x

tan 65° 3‟ 23.35” ) ) Exe Shift °‟” p = - 76° 59‟42.18”

Shift cos ( 1 / tan 112° 41‟ 49.7” x

tan 96° 10‟ x cos - 76 ° 59‟ 42.35” ) Exe Shift °‟” 29° 24‟ 41,09” + - 76° 59‟42.18” Exe Shift °‟” -47° 35‟ 1,26” / 15° Exe Shift °‟” -3° 10‟ 20,08” +

( 12 - 0° 5‟ 2.33” ) Exe Shift °‟”

8° 54‟ 42.25” + - 0° 10‟ 28” Exe Shift °‟” 8 : 44 : 14.25 WIB. Jadi Bayang-Bayang arah kiblat pada tanggal 5 Januari 2003 untuk kota Jakarta terjadi pada 8 : 44 : 14.25 WIB.

Gambar

Gambar 6 Pengukuran Jarak dalam Peta
Gambar 8 Aplikasi Tongkat Istiwa’

Referensi

Dokumen terkait

Pungukuran arah kiblat untuk masjid-masjid di desa Padamara dengan menggunakan alat bantu GPS, qibla locator dan menggunakan alat ukur theodolit diketahui bahwa hasil

Untuk itu, keyakinan terhadap arah kiblat masjid yang didirikan oleh wali dan meyakini sampai sekarang tentang kebenaran arah tersebut tanpa melihat disiplin

Oleh karena itu wajarlah jika penyimpangan atau selisih 4 52’ terhadap penggunaan kompas Mekkah, dalam menentukan arah kiblat untuk lokasi Banjarmasin, setelah ditarik

Berdasarkan data dan hasil analisa dua masjid dan sembilan musholla yang ada di Desa Blendung, enam bangunan masjid dan musholla sejajar dengah garis lurus arah kiblat, tiga

Dalam kaitannya dengan pembuatan jadwal tetap saat sinar matahari tepat mengarah ke arah kiblat untuk wilayah belahan Tengah Indonesia yang berada di Selatan

Slamet Hambali, Ilmu Falak 1, Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2011, hlm.167.. sesuai posisi Matahari saat pembidikan maka akan diketahui arah

ini bahwa tidak ada perhitungan khusus yang dilakukan yaitu langsung diaplikasikan meskipun dalam kitabnya dijelaskan untuk mengetahui arah kiblat adalah dengan

Maka titik sudut yang besarnya sama dengan bujur Ka’bah ini adalah arah kiblat dari titik kutub Utara.. Selanjutnya jika kita telah mengetahui sudut azimuth kiblat,