• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017 Sanur - Bali, 8 Juli 2017 DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR.. i. SAMBUTAN...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017 Sanur - Bali, 8 Juli 2017 DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR.. i. SAMBUTAN..."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017 Sanur - Bali, 8 Juli 2017

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………..

i

SAMBUTAN………...

iii

KOMITE ILMIAH ………...

v

DAFTAR ISI ………...

vii

KEYNOTE SPEAKER

SUSTAINABLE BUILDING MATERIALS ADALAH KEBUTUHAN……… KS-1

PERAN ENERGI TERBARUKAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI

INDONESIA……….. KS-11

BIDANG STRUKTUR DAN MATERIAL

PEMANFAATAN STEEL SLAG SEBAGAI SUBSTITUSI SEMEN PADA CAMPURAN BETON

NORMAL ………. SM-1

PERENCANAAN BETON MUTU TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN

SUPERPLASTICIZER SULPHONAT DAN PENAMBAHAN FLY ASH ……… SM-9 ANALISIS STRUKTUR BETON BERTULANG SRPMK TERHADAP BEBAN GEMPA

STATIK DAN DINAMIK DENGAN PERATURAN SNI 1726 2012 ……….. SM-19

EVALUASI SIMPANGAN STRUKTUR AKIBAT PENAMBAHAN LANTAI DENGAN METODE ANALISIS STATIK DAN DINAMIK RESPONSE SPECTRUM (STUDI KASUS :

PEMBANGUNAN GEDUNG DEKANAT FAKULTAS TEKNIK UNTIRTA) ………... SM-27 PENGARUH PENGURANGAN PENAMPANG TERHADAP KERUSAKAN RANGKA

BAJA………. SM-35 STUDI PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MOMENT RESISTING FRAME

DAN ECCENTRICALLY BRACED FRAME PADA GEDUNG CDAST ……… SM-43 PENGARUH PENAMBAHAN SERAT DRAMIX DAN PERAWATAN TERHADAP KUAT

TEKAN, KUAT TARIK DAN BIAYA BETON ………. SM-49 PENINGKATAN KINERJA BETON HIGH VOLUME FLY ASH DENGAN VARIASI UKURAN

BUTIR MAKSIMUM AGREGAT KASAR ……… SM-55 KEKUATAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MENGGUNAKAN SERBUK BATU

BATA SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN ………. SM-63 STUDI PEMASANGAN PANEL BETON PRACETAK CORRUGATED SEBAGAI BADAN

REL-KERETA API: KASUS JALUR PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG …………. SM-71 ANALISIS PEMBEBANAN SEISMIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG

DENGAN DAN TANPA INTERAKSI TANAH-STRUKTUR (KASUS GEDUNG 5 LANTAI

DENGAN PONDASI TIANG)………. SM-87 STUDI PERBANDINGAN PERILAKU SEISMIK STRUKTUR RANGKA BETON

(3)

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017 Sanur - Bali, 8 Juli 2017

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana

viii

STUDI PERBANDINGAN PERILAKU DAN KINERJA STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN KOLOM KOMPOSIT CONCRETE ENCASED DAN CONCRETE FILLED TUBE, SERTA NON

KOMPOSIT………... SM-113 EVALUASI POTENSI ABU TERBANG SISA PEMBAKARAN ASPALT MIXING PLAN

(AMP) PT.HARAPAN JAYA BETON BALI SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN

PORTLAND ………. SM-125 STUDI PEMASANGAN PANEL BETON PRACETAK CORRUGATED SEBAGAI BADAN

REL-KERETA API: KASUS JALUR PELABUHAN TANJUNG EMAS

SEMARANG…………...……….. SM-135

ANALISIS PERILAKU HUBUNGAN PELAT-KOLOM TEPI STRUKTUR PELAT DATAR

DENGAN CONCRETE DAMAGE PLASTICITY (CDP) DARI ABAQUS……….. SM-151 PENGARUH VARIASI CAMPURAN DAN FAKTOR AIR SEMEN TERHADAP KUAT

TEKAN BETON NON PASIR DENGAN AGREGAT GRANIT PULAU BANGKA ……….. SM-161 ANALISIS PERILAKU STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN

DENGAN PENAMBAHAN TINGKAT MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA……… SM-169 PERBANDINGAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BREISING KONSENTRIK (SRBK) TIPE

X-2 LANTAI DENGAN STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN BIASA (SRPMB)……….. SM-179 PENGUJIAN LABORATORIUM BETON SERAT DENGAN AGREGAT RINGAN…………... SM-189

BIDANG GEOTEKNIK

ANALISIS KONSOLIDASI PDA TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN METODE

PREFABRICATED VERTICAL DRAIN (PVD) ……… GT-1

ANALISIS WAKTU PENURUNAN KONSOLIDASI PADA KASUS PERBAIKAN TANAH

MENGGUNAKAN STONE COLUMN……….……….. GT-11

ANALISIS PENGARUH PEMERAMAN TERHADAP TANAH LEMPUNG YANG

DICAMPUR DENGAN ASPAL EMULSI……….………... GT-25 PEMANFAATAN LIMBAH BATUBARA SEBAGAI BAHAN STABILISASI TANAH

LEMPUNG LUNAK………... GT-41 PERBANDINGAN DAYA DUKUNG PONDASI AKIBAT PERBEDAAN METODE

KONSTRUKSI PONDASI DALAM... GT-57 KAJIAN EFEK PNGEMBANGAN TERHADAP KUAT GESER DAN PERUBAHAN VOLUME

TANAH LEMPUNG BOBONARO... GT-65 PENGARUH KONSOLIDASI TERHADAP DEFORMASI DAN FAKTOR KEAMANAN

DENGAN MODEL MATERIAL TANAH LUNAK... GT-77 DAYA LAYAN PILE SLAB BETON BERTULAN SEBAGAI STRUKTUR PERKERASAN

JALAN PADA TANAH LUNAK………...……….. GT-85

BIDANG MANAJEMEN PROYEK DAN REKAYASA KONSTRUKSI

KENDALA DALAM PENERAPAN METODE TERINTEGRASI PADA PROYEK

(4)

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017 Sanur - Bali, 8 Juli 2017

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana

ix

STUDI KECUKUPAN INFRASTRUKTUR PENUNJANG SOSIAL EKONOMI DAN

LINGKUNGAN DI BALI ……… MK-9 STANDAR GREEN BUILDING INDONESIA: STUDI KOMPARASI ……… MK-17 ANALISIS PENGARUH PENERAPAN TQM (TOTAL QUALITY MANAGEMENT) DAN

KOMPENSASI TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA KONSTRUKSI (STUDI

KASUS: PROYEK KONSTRUKSI DI PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA) ………. MK-23 PERAN TEKNOLOGI INFORMASI (TI) TERHADAP TOTAL QUALITY MANAGEMENT

(TQM) DAN SUPPLY CHAINT MANAGEMENT (SCM) PADA INDUSTRI KONSTRUKSI

(STUDI KASUS PADA KONTRAKTOR DI DAERAH DKI JAKARTA) ………... MK-31 IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR COST OVERRUN DALAM MENINGKATKAN

KINERJA BIAYA KONSTRUKSI DI PERUSAHAAN ”X” ……… MK-39

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR PENYEBAB REWORK PROYEK KONSTRUKSI

BANGUNAN GEDUNG APARTEMEN DI PERUSAHAAN X……… MK-47 IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR RISIKO PENTING PERUSAHAAN KONSTRUKSI ”X”

DALAM PROYEK KERJA SAMA OPERASI DENGAN PERUSAHAAN ASING DI

INDONESIA ………. MK-57 PENGARUH TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN

REHABILITASI REKONSTRUKSI DALAM RANGKA PERBAIKAN RUMAH TINGGAL DI KOTA PADANG PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER 2009 (STUDI KASUS: KOTO TANGAH

DAN KURANJI) ……… MK-65

EVALUASI TEKNIS DAN SISTEM PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PELAYANAN

PUBLIK “GRAHA SEWAKA DHARMA” PEMERINTAH KOTA DENPASAR……… MK-77 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESUKSESAN PELAYANAN IZIN MENDIRIKAN

BANGUNAN DI KOTA DENPASAR……… MK-89

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI REGULASI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DALAM

PENATAAN PEMBANGUNAN DI KOTA DENPASAR……… MK-95

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KLAIM KONTRAK DAN PENYELESAIANNYA PADA

PROYEK KONSTRUKSI……… MK-105

PERSPEKTIF PEMILIK PROYEK TERHADAP PERMASALAHAN DALAM MANAJEMEN

KLAIM KONSTRUKSI……… MK-113 PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3)

MENGGUNAKAN OHSAS PADA PROYEK PEMBANGUNAN FAVE HOTEL KARTIKA

PLAZA KUTA……….. MK-121 FAKTOR PENUNJANG MANAJEMEN MUTU TERPADU UNTUK MENINGKATKAN

KINERJA KONTRAKTOR KECIL DI KOTA DENPASAR……….. MK-129

BIDANG TRANSPORTASI

JALAN LAYANG SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PRASARANA TRANSPORTASI

RAMAH LINGKUNGAN……… TRANS-1 SKENARIO PENGEMBANGAN SISTEM ANGKUTAN UMUM DI KOTA PALANGKA TRANS-9

(5)

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017 Sanur - Bali, 8 Juli 2017

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana

x

RAYA BERBASIS SISTEM TRANSPORTASI BERKELANJUTAN………...

POLA PERGERAKAN PEJALAN KAKI ANAK SEKOLAH PADA JALUR PEDESTRIAN……. TRANS-19

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN BIAYA KECELAKAAN DI JALAN TOL TANGERANG –

MERAK (KM 31 – KM 72)……….. TRANS-29

EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM DI KOTA SALATIGA ……… TRANS-45

MODEL PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP NILAI KAPASITAS JALAN DAN BIAYA OPERASI KENDARAAN PADA RUAS JALAN JAWA KABUPATEN

JEMBER……….……….……….. TRANS-57 KARAKTERISTIK BANGKITAN PERJALANAN BERBAGAI ODTW DI BALI……….. TRANS-65 ANALISIS KORBAN DAN KECELAKAAN LALU LINTAS FATAL DI KABUPATEN

TABANAN……….……….………. TRANS-73

KARAKTERISTIK VISCO ELASTIC ASPAL AKIBAT PENUAAN DITINJAU DARI NILAI

SUDUT PHASE……….………... TRANS-81 DESAIN JALAN REL UNTUK TRANSPORTASI BATU BARA RANGKAIAN PANJANG

(STUDI KASUS: SUMATERA SELATAN)………... TRANS-89 KARAKTERISTIK CAMPURAN AC-WC MODIFIKASI JENIS BNA BLEND PADA NILAI

ABRASI AGREGAT KASAR YANG BERBEDA YANG TERSEDIA DI BALI………. TRANS-97 EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN JALAN DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION

INDEX (PCI) UNTUK MENUNJANG PRIORITAS PENANGANAN PERBAIKAN JALAN DI

BEBERAPA RUAS JALAN KOTA SAMARINDA……… TRANS-107 KAJIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN SIMPANG DENGAN UNDERPASS (STUDI

KASUS SIMPANG TUGU NGURAH RAI DI PROVINSI BALI)………. TRANS-113

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN PARKIR DI BANDARA

INTERNASIONALI GUSTI NGURAH RAI-BALI………... TRANS-121

ANALISIS PERILAKU PEMILIHAN RUTE BERDASARKAN SISTEM INFORMASI LALU

LINTAS REAL TIME (STUDI KASUS: PENGARUH PENGGUNAAN APLIKASI WAZE)…….. TRANS-131 ANALISIS MANAJEMEN PENGANGKUTAN SAMPAH KABUPATEN TABANAN (STUDI

KASUS : KECAMATAN TABANAN DAN KECAMATAN KEDIRI)………. TRANS-141

KAPASITAS LINGKUNGAN JALAN SEBAGAI PENDUKUNG REKOMENDASI

ANDALALIN PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT METRO MEDIKA MATARAM………. TRANS-149 PENANGANAN JALANDAN PEMASANGAN UTILITASDI WILAYAH KOTA DENPASAR:

KONDISI DAN KENDALA………. TRANS-159 ANALISIS FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEMILIHAN RUTE JALAN TOL

BALI MANDARA……… TRANS-167 KAJIAN EMISI GAS RUMAH KACA AKIBAT SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA

CILEGON………... TRANS-179 ANALISIS KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN (CAED) DENGAN

(6)

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017 Sanur - Bali, 8 Juli 2017

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana

xi

BIDANG SUMBER DAYA AIR

KURVA IDF DESAIN KOLAM RETENSI DAN DETENSI SEBAGAI UPAYA KONSERVASI

AIR TANAH………. SDA-1 ANALISA INDEKS DAN SEBARAN KEKERINGAN MENGGUNAKAN METODE

STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX (SPI) DAN GEOGRAPHICAL INFORMATION

SYSTEM (GIS) UNTUK PULAU LOMBOK……… SDA-9 WATER ALLOCATION AND DISTRIBUTION IN JATILUHUR IRRIGATION AREA

INDONESIA : EVALUATION AND CHALLENGES……… SDA-17 IMPLEMENTASI TRI HITA KARANA PADA SUBAK PULAGAN SEBAGAI WARISAN

BUDAYA DUNIA DI KECAMATAN TAMPAKSIRING, KABUPATEN GIANYAR……… SDA-29

SIMULASI OKSIGEN TERLARUT (DO) AKIBAT POLUSI DI ANAK SUNGAI CITARUM

MENGGUNAKAN HEC-RAS………. SDA-41 PEMODELAN BAK PENGENDAP (SETTLING BASIN) UNTUK MEREDUKSI PENGARUH

SEDIMENTASI SALURAN IRIGASI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA

MIKROHIDRO (STUDI KASUS PADA SALURAN IRIGASI PROVINSI GORONTALO)……... SDA-49 EFEKTIVITAS LUBANG RESAPAN BIOPORI DALAM PENGENDALIAN BANJIR DI

KOTA DENPASAR.………. SDA-57 ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA BENDUNGAN PANDANDURI KABUPATEN

LOMBOK TIMUR UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BAGIAN SELATAN……….. SDA-69 UNJUK KERJA BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG AMBANG RENDAH BLOK BETON

BERKAIT……….. SDA-79 MANAJEMEN RISIKO PELAKSANAAN UJI MODEL FISIK DI LABORATORIUM PANTAI

BALAI LITBANG TEKNOLOGI PANTAI………. SDA-89 PERAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN KAWASAN PANTAI DI PANTAI

SANUR……….. SDA-95

BIDANG LINGKUNGAN

PERANAN BAMBU DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN WILAYAH YANG

BERKELANJUTAN....……...……….. LK-1

PENGARUH TANAMAN RAMBAT TERHADAP SUHU RUANG BAWAH ATAP

TRANSPARAN POLIKARBONAT...……….. LK-9

ANALISIS TIMBULAN DAN KOMPOSISI LIMBAH PADAT BAHAN BERBAHAYA DAN

BERACUN (B3) DARI SUMBER KOMERSIL DI KOTA PADANG………... LK-15 PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR HIJAU DALAM MENGURANGI GENANGAN DI

KOTA GORONTALO………... LK-23 BUCKET SYSTEM AS ALTERNATIVE OF URBAN GROWTH SIMULATION USING

(7)

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017 Sanur - Bali, 08 Juli 2017

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana SM-101

STUDI PERBANDINGAN PERILAKU SEISMIK

STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN

PEMODELAN PONDASI KAKU DAN FLEKSIBEL

Cok Agung Aswindya B.P1, Made Sukrawa2dan Made Dodiek W. Ardana3.

Abstrak

Analisis struktur rangka beton bertulang dengan model pondasi kaku tanpa interaksi tanah-struktur dan model fleksibel dengan interaksi tanah-struktur telah dilakukan untuk mendapat metode pemodelan yang efisien untuk keperluan praktis perencanaan struktur. Dua buah model untuk masing-masing metode pemodelan dengan struktur atas tipikal dibuat dan dianalisis dalam SAP2000 v19 dengan beban gempa statik dan dinamik sesuai ketentuan SNI 1726:2012. Model pondasi kaku menggunakan asumsi jepit dan sendi, sedangkan model pondasi fleksibel menggunakan elemen spring dan solid yang merepresentasikan sifat tanah. Perbandingan model pada metode pemodelan pondasi yang sama memberikan hasil yang tipikal satu sama lain. Dari hasil analisis didapat bahwa model dengan pondasi kaku memberikan nilai simpangan dan gaya-gaya dalam yang lebih besar dibanding model dengan pondasi fleksibel untuk kedua jenis beban gempa. Simpangan yang terjadi pada model pondasi kaku 3,64% dan 5,34% lebih besar dibanding model pondasi fleksibel akibat beban gempa statik dan dinamik. Waktu getar alami struktur pada model pondasi fleksibel mencapai 10% lebih besar dibanding model pondasi kaku akibat terjadinya perpindahan pada puncak pondasi. Gaya-gaya dalam yang terjadi pada model pondasi fleksibel untuk kedua jenis beban gempa berkisar 20% lebih kecil dibanding model pondasi kaku. Kata kunci: Interaksi tanah-struktur, model kaku, model fleksibel

Abstract

Analysis of reinforced concrete frame structure with rigid foundation model without soil-structure interaction and flexible model with soil-structure interaction has been done to obtain an efficient modeling method for practical needs of structural planning. Two models for each modeling method with a typical top structure were prepared and analyzed in SAP2000 v19 with static and dynamic earthquake loads according to Indonesian Codes for Seismic Load (SNI 1726: 2012). The rigid foundation model uses the assumption of fixed and hinge base, while the flexible foundation model uses spring and solid elements that represent the soil properties. Comparison of models on the same foundation modeling method gives typical results to each other. From the analysis result it can be seen that displacement and inner force that occur on model with rigid foundation are bigger than model with flexible foundation for both types of earthquake load. Displacement in rigid foundation model are 3.64% and 5.34% bigger than the flexible foundation model due to the static and dynamic earthquake load. The natural vibration time of the structure in flexible foundation model is 10% bigger than the rigid foundation model due to the displacement at the top of the foundation. The internal forces that occur in flexible foundation models for both types of earthquake loads are 20% smaller than rigid foundation models.

Keywords: Soil-structure interaction, rigid base, flexible base

1Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar

(8)

Cok Agung Aswindya B.P

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana SM-102

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Interaksi tanah struktur (soil structure interaction) merupakan proses pergerakan struktur akibat respon dari tanah ataupun sebaliknya yang saling mempengaruhi satu sama lain. Interaksi tanah struktur menggunakan metode analisis seismik yang lebih lengkap dibanding dengan metode analisis statik ekivalen. Pada metode statik pondasi dimodel sebagai pondasi kaku (model kaku) dengan perletakan jepit ataupun perletakan sendi. Sedangkan dalam interaksi tanah struktur, pondasi dimodel sebagai suatu sistem struktur utuh yang fleksibel (model fleksibel).

Perencanaan struktur maupun pemodelan struktur suatu gedung beton bertulang menggunakan software, perletakan dasar dari kolom diasumsikan terjepit kaku (fixed base). Hal tersebut menunjukkan bahwa struktur atas (superstructure) dianggap terpisah dengan struktur bawah (substructure) dalam hal ini pondasi dan tanah dasarnya, meskipun kenyataan di lapangan, dua komponen tersebut merupakan sebuah sistem struktur utuh yang bekerja sama dalam menahan beban yang bekerja.

Referensi ataupun pustaka tentang metode pemodelan yang memperhitungkan interaksi tanah-struktur untuk perencanaan masih terbilang terbatas sehingga belum ada alasan pasti dalam memilih metode pemodelan untuk interaksi tanah-struktur.

Pada penelitian ini akan dibandingkan perilaku struktur atas bangunan yang dimodel menggunakan pondasi kaku dan pondasi fleksibel akibat kombinasi beban gempa statik dan dinamik riwayat waktu. Dari hasil analisis ini diharapkan diperoleh model struktur yang efisien untuk kebutuhan praktis perencanaan struktur.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Interaksi Tanah Struktur

Respon struktur akibat beban gempa disebabkan oleh interaksi antara 3 sistem yang terhubung yaitu: struktur, pondasi, dan tanah yang berada disekitar dan dibawah pondasi (FEMA, 2009). Perilaku struktur pada tanah yang fleksibel dan dikerjakan beban dinamik bergantung dari sifat tanah dan pondasi. Deformasi dan tegangan yang terjadi di tanah pendukung diakibatkan oleh gaya geser dasar dan momen yang dihasilkan dari struktur yang bergetar. Deformasi yang terjadi pada tanah selanjutnya menyebabkan terjadinya perubahan respon struktur. Analisis interaksi tanah-struktur mengevaluasi respon dari sistem-sistem ini pada kondisi pergerakan tanah yang spesifik.

Metode pendekatan yang digunakan untuk mengevaluasi efek interaksi tanah-struktur dikategorikan menjadi analisis langsung (direct analysis) dan pendekatan substruktur (substructure approaches). Dalam metode pendekatan langsung, tanah dan struktur dimasukan ke dalam model yang sama dan dianalisis sebagai sistem yang lengkap. Tanah dalam metode analisis langsung interaksi tanah-struktur dimodelkan dengan metode elemen hingga dan kondisi batas diimplementasikan di sekitar tanah. Rumitnya penggunaan analisis langsung interaksi tanah-struktur dari sudut pandang komputasi terutama pada struktur dengan geometri yang kompleks dan memiliki sifat non linear untuk tanah dan material struktur lainnya mengakibatkan metode ini jarang digunakan dalam praktik. Sedangkan pada pendekatan substuktur, efek interaksi tanah-struktur dipartisi menjadi bagian yang berbeda yang kemudian digabungkan untuk merumuskan hasil yang lengkap

(9)

STUDI PERBANDINGAN PERILAKU SEISMIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PEMODELAN PONDASI KAKU DAN FLEKSIBEL

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana SM-103

Diadaptasi dari: NEHRP (2012)

Pengamatan dari gempa bumi baru-baru ini telah menunjukkan bahwa respon dari pondasi dan tanah dapat mempengaruhi respon struktur secara keseluruhan. Terdapat beberapa kasus kerusakan parah pada struktur karena interaksi tanah-struktur dalam gempa bumi terdahulu. Yashinsky (1998) mengutip kerusakan di sejumlah struktur kolom jembatan karena efek interaksi tanah-struktur dalam gempa Loma Prieta di San Francisco pada tahun 1989. Analisis numerik yang dilakukan oleh Mylonakis dan Gazetas (2000) telah dikaitkan dengan interaksi tanah-struktur sebagai salah satu alasan di balik kejatuhan dramatis Hanshin Expressway saat gempa Kobe pada tahun 1995.

2.2 Sifat Elastis Pada Tanah

Sifat-sifat elastis pada tanah antara lain modulus tegangan-regangan tanah atau modulus deformasi tanah (Es), modulus reaksi tanah dasar (ks), dan poisson’s ratio ().. Modulus reaksi tanah dasar dan modulus

deformasi tanah yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari hasil penyelidikan

tanah berupa nilai N dari Uji Penetrasi Standar (SPT). Nilai N ini dikorelasikan untuk mendapatkan nilai modulus reaksi tanah dasar dan modulus deformasi tanah. Modulus deformasi tanah dengan menggunakan persamaan yang diberikan Sosrodarsono dan Nakazawa

Es= 28 N (1)

Esadalah modulus deformasi tanah (kg/cm2), N adalah jumlah pukulan pada pengujian SPT.

Naeni (2014) dalam penelitian terkait nilai modulus deformasi pada tanah lempung memberikan rumus nilai E sebagai berikut

ܧ = 0,264 ܰ (2)

E adalah modulus deformasi tanah (MPa)

Modulus reaksi tanah dasar didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan dasar dan deformasi atau lendutan tanah akibat beban yang bekerja. Winkler (1867) mengusulkan sebuah model yang mengasumsikan kekakuan tanah yang dianggap sebagai rasio antara tekanan pada bidang pondasi (Δσ) dan terkait perpindahan vertikal pada tanah atau dalam hal ini penurunan tanah (settlement) (Δδ) adalah linear, dan dapat diberikan oleh koefisien reaksi tanah dasar, ks. Besaran nilai ks adalah satuan gaya per satuan volume.

݇ݏ=∆ఙ∆ఋ (3)

ks adalah koefisien reaksi tanah dasar, adalah luas bidang kontak,  adalah deformasi atau penurunan tanah.

Nilai koefisien reaksi tanah dasar (ks) dikorelasikan dalam pemodelan sebagai daya dukung tanah lateral yang dibuat sebagai elemen spring. Dasar teori pemodelan ini adalah pondasi berada di atas medium elastis, dimana pondasi dipengaruhi oleh kekakuan tanah yang berada dibawahnya. Gazetas (1991) memberikan persamaan untuk menghitung besarnya kekakuan spring arah x, y, dan z pada pondasi dangkal diatas permukaan tanah sebagai berikut:

Tabel 1. Kekakuan Spring oleh Gazetas (1991) Derajat

Kebebasan Spring Soil Stiffness

Vertikal (z) [2GL/(1 – v)](0.73 + 1.540.75) Horizontal (arah lateral y) [2GL/(2 – v)](2 + 2.500.85) Horizontal (arah longitudinal x) Ky– [0.2/(0.75 v)]GL[1 -(B/L)]

Untuk pondasi yang tertanam didalam tanah sebesar kedalaman tertentu, nilai Kz, Ky, Kx dikalikan dengan faktor koreksi seperti yang diberikan dalam Tabel 2.

(10)

Cok Agung Aswindya B.P

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana SM-104 Tabel 2. Faktor koreksi nilai spring untuk embedment footing

Faktor

Koreksi Spring Soil Stiffness

Vertikal (z) ൤1 + ܦ 21ܤ ൬1 + 1.3 ܤ ܮ൰൨ቈ1 + 0.2 ൬ ܣݓ 4ܤܮ൰ ଶ/ଷ ቉ Horizontal (arah lateral y) ቌ1 + 0.15ඨܦܤቍ ቈ1 + 0.52 ൬ ݖݓܣݓ ܤܮଶ൰ ଴.ସ ቉ Horizontal (arah longitudinal x) ቌ1 + 0.15ඨܦܤቍ ቈ1 + 0.52 ൬ݖݓܣݓܤܮଶ൰ ଴.ସ ቉

G adalah modulus geser, B adalah = ½ ukuran lebar pondasi (cm), L adalah ½ ukuran panjang pondasi (cm), V adalah poisson’s ratio, D adalah kedalaman pondasi dari muka tanah dasar (cm), zw adalah jarak titik pusat pondasi dari muka tanah (cm), Aw adalah sidewall-solid contact area (cm2)

Poisson Ratio

Poisson’s ratio adalah konstanta elastisitas yang dimiliki oleh setiap material. Poisson’s ratio digunakan dalam studi tekanan dan penurunan pada tanah yang didefinisikan sebagai rasio regangan lateral terhadap tekanan aksial atau perbandingan antara perpanjangan arah lateral terhadap arah longitudinal.. Nilai v secara umum untuk jenis tanah lempung (clay) adalah 0,45 dan untuk pasir (sands) adalah 0,3 (NEHRP 2012)

Beban Gempa Statik dan Dinamik

Gempa statik menggunakan metode auto lateral load, dipilih peraturan (codes) yang menjadi acuan SNI 1726-2012 yaitu IBC2009 (International Building Codes 2009). Adapun parameter yang harus diubah dalam mendefinisikan beban gempa statik menggunakan auto lateral load pattern disesuaikan dengan SNI 1726:2012 antara lain koefisien modifikasi respon (R), faktor pembesaran defleksi (Cd), faktor kuat-lebih sistem (), kelas situs, faktor keutamaan gempa (Ie), parameter percepatan respon spektral periode pendek (Ss),

dan percepatan respon spektral periode 1 detik (S1)

Metode riwayat waktu merupakan analisis respon dinamik yang diambil dari data akselerogram gempa dan dikerjakan pada struktur per satuan waktu. Fungsi riwayat waktu dapat didefinisikan untuk setiap rentang waktu yang diinginkan, dari toke tn. Untuk semua waktu sebelum t0, nilai fungsi diasumsikan nol. Pada saat t0, fungsi

langsung melonjak cepat hingga nilai fungsi yang pertama (CSI, 2013).

Dalam aplikasi analisis riwayat waktu pada SAP2000, perlu juga diperhatikan besarnya rentang waktu (output time step size) dan jumlah hasil langkah waktu (number of output time step). Output time step size adalah jarak e periode antar data percepatan gempa yang diunggah pada SAP2000. Number of output time step adalah banyaknya hasil analisis selama periode data percepatan yang diunggah dari tohingga tn

n =௧೙

௧ೞೞ (3)

n adalah banyaknya hasil analisis (number of output time step), tn adalah periode akhir rekaman gempa, tss

adalah periode per data percepatan (output time step size)

Aplikasi analisis riwayat waktu pada SAP2000 juga memerlukan pengskalaan gempa yang disesuaikan dengan gempa rencana. Percepatan muka tanah asli dari gempa masukan harus diskalakan ke taraf pembebanan gempa nominal, sehingga nilai percepatan puncak (A) menjadi:

A =஺బ௟೐

ோ (4)

f = A/ Amax (5)

A adalah nilai percepatan puncak, Ao adalah percepatan puncak muka tanah saat oleh pengaruh gempa rencana, Amaxadalah nilai percepatan puncak dari rekaman gempa, le adalah faktor keutamaan gempa, R adalah faktor

modifikasi respon, f adalah faktor skala

3. METODE PENELITIAN

3.1 Data Struktur

Direncanakan denah fiktif struktur bangunan gedung kantor 5 tingkat terdiri dari tiga bentang dengan panjang bentang 6 m dan tinggi tiap tingkat 3,5 m dengan denah seperti pada Gambar 2. Untuk struktur utama digunakan beton dengan kuat tekan puncak (f’c) 30 MPa dan modulus elastisitas (Ec) 25742 MPa. Digunakan tulangan dengan tegangan leleh (fy) 240 MPa dan tegangan putus (fu) 310 MPa. Dibuat 4 model dengan struktur atas yang serupa namun untuk struktur bawah terdapat perbedaan dengan ketentuan sebagai berikut

(11)

STUDI PERBANDINGAN PERILAKU SEISMIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PEMODELAN PONDASI KAKU DAN FLEKSIBEL

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana SM-105

(a) Denah Struktur

(b) Potongan Struktur

Gambar 2. Dimensi struktur yang digunakan 1. Model Jepit (MJ): model dengan perletakan jepit

2. Model Sendi (MS): model dengan perletakan sendi menggunakan sloof

3. Model Spring (MSp): Struktur dimodel lengkap dengan pondasi telapak dan tanah dimodel sebagai elemen spring

4. Model Solid (MSo): Struktur dimodel lengkap dengan pondasi telapak dan tanah dimodel sebagai elemen solid.

Beban-beban yang bekerja pada struktur antara lain beban mati, hidup dan gempa. Beban mati terdiri dari berat sendiri struktur yang dihitung secara otomatis oleh software SAP2000 dan beban mati tambahan sebesar 109 kg/m2. Beban hidup terdiri dari beban hidup lantai sebesar 250 kg/m2dan atap sebesar 100 kg/m2. Beban

gempa yang digunakan adalah gempa statik dan gempa dinamik. Untuk gempa statik menggunakan metode statik ekivalen dengan pengaturan auto lateral load pada software SAP2000 berdasarkan IBC 2009 untuk peraturan gempa SNI 1726:2012 dengan kombinasi beban layanan (service) tanpa faktor D+L+E Untuk gempa dinamik menggunakan metode riwayat waktu (time history) dengan memakai rekaman gempa El Centro dimana percepatan puncak yang terjadi sebesar 0,319 g. Dilakukan pengskalaan rekaman gempa El Centro ke lokasi dibangunnya struktur, menggunakan Persamaan 4 dan 5. Kombinasi beban yang digunakan adalah kombinasi beban tanpa faktor D+L+Eth

(12)

Cok Agung Aswindya B.P

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana SM-106 (a) Model Jepit (MJ)

(13)

STUDI PERBANDINGAN PERILAKU SEISMIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PEMODELAN PONDASI KAKU DAN FLEKSIBEL

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana SM-107 (c) Model Spring (MSp)

(d) Model Solid (MSo)

Gambar 3. Model Dengan Variasi Tipe Struktur Bawah

3.2 Pemodelan Struktur

Pemodelan struktur dalam penelitian ini menggunakan software SAP2000. Komponen struktur antara lain balok, kolom dan tiang pondasi dimodel sebagai elemen frame, pelat lantai, pelat atap dan pondasi telapak dimodel sebagai elemen shell, tanah dasar pada model interaksi tanah-struktur dimodel menggunakan spring dan solid elemen.

Pada model spring (MSp) untuk menahan gaya vertikal dan horizontal diperlukan nilai kekakuan spring arah vertikal (Kz), arah lateral dan longitudinal (Kx dan Ky) berdasarkan rumus yang diberikan oleh Gazetas.

Nilai K yang didapat kemudian dikali dengan luas tributary area bidang pondasi. Spring ini ditempatkan pada nodal dalam arah x, y dan z. Kondisi spring yang ditempatkan dalam arah x dan y pada bidang pondasi tersebut tidak dapat menahan gaya tarik dan hanya dapat menahan gaya tekan.

Untuk model solid (MSo) diperlukan nilai modulus deformasi tanah Es yang diambil setiap 2.0 m

mengikuti nilai N hasil penyelidikan tanah. Panjang tanah arah x dan y yang diperhitungkan dalam pemodelan ini adalah tanah dengan tegangan yang boleh terjadi  5% dari sisi terluar pondasi. Kondisi batas (boundary condition) tanah hingga tegangan tanah yang terjadi mendekati <5% adalah sendi, dimana tidak diijinkan terjadi penurunan kearah z. (Tabatabaiefar and Massumi, 2010). Saat terjadi gempa tanah bergerak bersama-sama pondasi, sehingga pada MSo, tanah dibuat tidak memiliki berat dan massa (massless)

Pondasi yang digunakan untuk MSp dan MSo adalah pondasi telapak ukuran 2,0 x 2,0 x 0,4 dengan mutu beton (f’c) 30 MPa. Pada aplikasi SAP2000, kolom pondasi dimodel dengan elemen frame dan footing dimodel

(14)

Cok Agung Aswindya B.P

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana SM-108 Gambar 4. Ukuran Pondasi yang Digunakan Dalam Analisis

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Simpangan

Perbandingan simpangan menggunakan kombinasi beban mati, hidup, dan gempa tanpa faktor. Kombinasi beban yang menggunakan beban gempa statik dinotasikan sebagai D+L+E sedangkan beban gempa dinamik riwayat waktu dinotasikan D+ L+ Eth. Simpangan ditinjau pada titik yang sama pada arah x dan y.

Gambar 5. Grafik Simpangan Tiap Tingkat

Simpangan pada struktur baik dalam arah x maupun arah y adalah identik. Simpangan yang digunakan sebagai perbandingan adalah simpangan dalam arah x. Dari keempat model yang berbeda didapat simpangan total pada tiap lantai seperti pada Gambar 5. Berdasarkan perbandingan simpangan untuk kombinasi beban D+L+E untuk keempat model yang ditinjau, terlihat bahwa model tanpa SSI (MJ dan MS) menghasilkan simpangan yang lebih besar dibanding model dengan SSI (MSp dan MSo).

Rasio perbandingan simpangan antara MJ dengan MS untuk model tanpa SSI <1%, sementara untuk model dengan SSI antara MSp dengan MSo didapat rasio <2%. Digunakan MS untuk mewakili model tanpa SSI dan MSp untuk model dengan SSI sebagai pembanding.

Untuk beban gempa statik, simpangan arah x MS lebih besar 3,64% dibanding MSp, sedangkan untuk

(15)

STUDI PERBANDINGAN PERILAKU SEISMIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PEMODELAN PONDASI KAKU DAN FLEKSIBEL

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana SM-109 Simpangan total yang terjadi pada tiap tingkat juga dikontrol terhadap simpangan ijin sesuai persyaratan SNI 1726:2012 yaitu sebesar 0,02 hsxdengan hsxadalah tinggi tingkat. Keempat model yang dibuat

merupakan struktur yang identik dengan tinggi tingkat yang sama sebesar 17.500 mm. Didapat nilai simpangan ijin sebesar 350 mm. Simpangan total untuk keempat model sudah memenuhi simpangan ijin yang diberikan.

1. Drift Ratio

Disamping simpangan total dari setiap model, akan dibandingkan drift ratio (%) yaitu perbandingan simpangan tiap tingkat dengan tinggi tingkat seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2

Tabel 2. Drift ratio akibat kombinasi beban D+L+E

Tabel 3. Drift ratio akibat kombinasi beban D+L+Eth

SNI 1726:2012 tentang gempa untuk bangunan gedung mensyaratkan simpangan antar tingkat () yang diperoleh dari hasil analisis struktur harus tidak melebihi 0,02 hsxdimana hsxadalah tinggi tingkat. Berdasarkan

Tabel 1 dan Tabel 2, drift ratio tiap tingkat dari keempat model tersebut sudah memenuhi ketentuan. Berdasarkan SNI 1726:2012 soft storey terjadi jika perbedaan kekakuan suatu tingkat terhadap tingkat diatasnya lebih besar dari 30%. Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2, soft storey terjadi pada MJ lantai 1 dengan tingkat diatasnya untuk kedua kombinasi beban dengan perbedaan kekakuan masing-masing sebesar 33% dan 32%. Pada model SSI soft storey terjadi pada MSp lantai 4 dengan tingkat dibawahnya dengan perbedaan kekakuan sebesar 38,4%.

2. Gaya-gaya Dalam

Gaya-gaya dalam akan ditinjau dan dibandingkan pada keseluruhan balok dan kolom pada model tanpa SSI (MJ dan MS) dan model dengan SSI (MSp, dan MSo) akibat beban gempa statik kombinasi beban D+L+E dan beban gempa dinamik kombinasi D+L+Eth.

JEPIT SENDI SPRING SOLID

- - 0 0 0 0 0 0 0.00 0.00 0.07 0.03 1 3.5 0.10 0.11 0.12 0.12 2 7 0.15 0.15 0.14 0.16 3 10.5 0.13 0.13 0.12 0.14 4 14 0.10 0.09 0.09 0.10 5 17.5 0.06 0.06 0.05 0.06 Tingkat Elevasi (m) Drift Ratio (%)

JEPIT SENDI SPRING SOLID

-1 -3 0 0 0 0 0 0 0.00 0.00 0.08 0.02 1 3.5 0.12 0.13 0.15 0.12 2 7 0.18 0.16 0.16 0.16 3 10.5 0.16 0.14 0.13 0.14 4 14 0.11 0.09 0.08 0.10 5 17.5 0.06 0.05 0.05 0.05 Elevasi (m) Drift Ratio (%) Tingkat

(16)

Cok Agung Aswindya B.P

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana SM-110

Gaya Dalam Pada Balok

Gambar 6. Perbandingan momen balok ke-empat model kombinasi beban D+L+E dan D+L+Eth

Dari keempat model yang berbeda didapat momen balok pada tiap lantainya seperti pada Gambar 6. Momen yang ditinjau adalah adalah momen negatif. Dapat dilihat bahwa model dengan SSI (MSp dan MSo) menghasilkan momen balok yang lebih kecil dibanding model tanpa SSI (MJ dan MS) pada kedua beban gempa statik dan dinamik. Namun demikian, beban gempa dinamik riwayat waktu menghasilkan momen balok yang lebih besar dibanding akibat beban gempa statik. Rasio perbandingan antara MJ dengan MS untuk model tanpa SSI <1%, sementara untuk model dengan SSI antara MSp dengan MSo didapat rasio <5%. Digunakan MS untuk model tanpa SSI dan MSp untuk model dengan SSI sebagai pembanding kedua metode pemodelan. Pada gempa statik, momen balok MSp menghasilkan rasio 18,85% lebih kecil dibanding MS, sedangkan untuk gempa dinamik riwayat waktu momen balok MSp 12,3% lebih kecil dibanding MS.

Gambar 7. Perbandingan gaya geser balok ke-empat model kombinasi beban D+L+E dan D+L+Eth

Gaya geser balok memberikan tren yang serupa dengan momen balok dimana model dengan SSI menghasilkan gaya geser yang lebih kecil dibanding model tanpa SSI, dan metode gempa statik menghasilkan gaya geser yang lebih kecil dibanding gempa dinamik riwayat waktu. Perbandingan antara MSp dengan MS untuk gempa statik memberikan rasio 17,4% lebih kecil, sedangkan untuk gempa dinamik 16,5% lebih kecil.

Gaya Dalam Pada Kolom

(17)

STUDI PERBANDINGAN PERILAKU SEISMIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PEMODELAN PONDASI KAKU DAN FLEKSIBEL

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana SM-111 Berdasarkan grafik yang diberikan pada Gambar 8, terlihat bahwa gaya aksial kolom antar metode pemodelan yang sama, memberikan hasil yang identik. Begitu juga akibat beban gempa statik dan dinamik memberikan gaya aksial yang sama. Serupa dengan tren pada gaya-gaya dalam balok, model dengan SSI menghasilkan gaya aksial yang lebih kecil dibanding model tanpa SSI. Perbandingan antara MSp dengan MS untuk gempa statik memberikan rasio 15,8% lebih kecil sedangkan pada gempa dinamik 14,8% lebih kecil.

Momen dan gaya geser kolom juga memberikan tren yang serupa dengan momen dan geser balok untuk kedua jenis pemodelan dan beban gempa. Perbandingan momen kolom antara MSp dengan MS untuk beban gempa statik memberikan rasio 9,2% lebih kecil, sedangkan pada beban gempa dinamik 7,40% lebih kecil. Untuk gaya geser kolom, MSp menghasilkan gaya geser 9,4% lebih kecil dibandingkan MS, pada beban gempa dinamik riwayat waktu, rasio gaya geser kolom MSp 8,3% lebih kecil dibanding MS.

3. Waktu Getar Alami Struktur

Waktu getar alami struktur adalah salah satu parameter yang dapat menunjukan kekakuan suatu struktur. Semakin besar waktu struktur, maka struktur tersebut akan makin fleksibel. Waktu getar alami masing-masing model diambil nilai terbesar dari semua mode yang diperhitungkan. Nilai dan persentase perbandingan waktu getar alami masing-masing model tercantum pada Tabel 3

Tabel 3. Waktu getar alami struktur

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa model dengan SSI memiliki waktu getar alami struktur yang lebih besar dibanding dengan model tanpa SSI. Perletakan jepit pada struktur digunakan sebagai perbandingan pada ketiga model lainnya. Model dengan SSI memiliki waktu getar alami struktur 10,7% dan 3,1% lebih besar dibanding Model Jepit. Hal ini menunjukkan bahwa struktur dengan memperhitungkan interaksi tanah lebih fleksibel dibanding model dengan perletakan pada puncak pondasi. Struktur yang lebih fleksibel ini disebabkan adanya pergerakan pondasi pada model spring (MSp) dan solid (MSo) ketika terjadi gempa arah x maupun arah y.

5.

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pada penelitian ini telah dilakukan pemodelan struktur rangka beton bertulang 5 lantai dengan struktur atas yang identik, namun berbeda pada struktur bawahnya, yaitu model tanpa SSI dengan asumsi jepit dan sendi (MJ dan MS) dan model dengan SSI menggunakan elemen spring dan solid sebagai tanah dasar (MSp dan MSo). Keempat model dianalisis terhadap kombinasi beban vertikal dan beban lateral akibat gempa statik dan dinamik riwayat waktu. Dari hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Perbandingan simpangan pada struktur ditinjau dalam arah x. Antara model kaku yaitu MJ dan MS dibandingkan simpangannya, dimana MS memberikan simpangan puncak 0,9% lebih besar pada gempa statik, namun pada gempa dinamik riwayat waktu 4,7% lebih kecil dibanding MJ. Antara model fleksibel yaitu MSp dengan MSo untuk beban statik, simpangan puncak MSp 2,32% lebih kecil dibanding MSo, sementara untuk beban gempa dinamik, rasio MSp terhadap MSo sebesar 4,6% lebih besar. Model pondasi kaku tanpa SSI diwakilkan dengan model sendi (MS) model pondasi fleksibel dengan SSI diwakilkan model spring (MSp). Simpangan puncak yang terjadi akibat beban gempa statik pada MS 3,64% lebih besar dibanding MSp, pada beban gempa dinamik MS 5,34% lebih besar dibanding MSp. Sementara untuk waktu getar struktur, model kaku tanpa SSI memberikan nilai yang lebih kecil dibanding model fleksibel dengan SSI.

Gaya-gaya dalam yang diperoleh dari hasil analisis pemodelan pondasi kaku dan fleksibel adalah sebagai berikut: gaya-gaya dalam balok pada pondasi fleksibel akibat beban gempa statik dan dinamik sama-sama memberikan hasil yang lebih kecil dibanding model pondasi kaku dengan rasio <20%. Demikian pula halnya pada gaya-gaya dalam kolom didapat hasil yang serupa dengan gaya-gaya dalam balok.

Pemodelan interaksi tanah-struktur dapat disederhanakan dengan menggunakan model jepit atau sendi, dengan pertimbangan efisiensi waktu dalam pemodelan, serta tidak memerlukan running-time yang besar saat melakukan analisis. Jepit (MJ) 1 Sendi (MS) 1.6 Spring (MSp) 10.7 Solid (Mso) 3.1 Rasio (%) Waktu Getar Alami

(detik) Model 0.918 1.016 0.946 0.933

(18)

Cok Agung Aswindya B.P

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana SM-112

5.2 Saran

Perlu dilakukan studi lebih lanjut terkait nilai kekakuan spring dengan memvariasikan jenis tanah dan ukuran pondasi, serta kedalamannya.

DAFTAR PUSTAKA

Bowles J.E. (1997). Foundation Analysis and Design, 5thed. McGraw Hill Int.Ed., Singapore.

BSN. (2012). Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI

1726:2012. Badan Standarisasi Negara, Jakarta.

Computers and Structures Inc. (2013). CSI Analysis Preferences Manual. Computers and Structures, Berkeley. Departemen Pekerjaan Umum. (1983). Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Bangunan Gedung, Yayasan

Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.

Gazetas, G. (1991). Formulas And Charts For Impedance Of Surface And Embedded Foundations. Journal of Geotechnical Engineering Vol. 117, No. 9, September, 1991.

Gottala, A., Kishore, K. S. N., Yajdhani, S. (2015). Comprative Study of Static and Dynamic Seismic Analysis of

a Multistoried Building. International Journal of Science Technology & Engineering. Vol 2, 173-183.

Mylonakis, G. and Gazetas, G. (2000). Seismic soil structure interaction: Beneficial or Detrimental? Journal of Earthquake Engineering, Vol. 4(3), pp. 277-301.

Naeini S.A., Ziaie Moayed R., Allahyari F. (2014). Subgrade Reaction Modulus (Ks) of Clayey Soils Based on

Field Tests. Journal of Engineering Geology. Vol 8 (1), 2021-2046.

NEHRP (1997). Recommended provisions for seismic regulations for new buildings and other structures, Part 1

and 2. Washington DC: Building Seismic Safety Council.

NEHRP (2012). Soil-Structure Interaction for Building Structures. Washington DC: NEHRP Consultants Joint Venture

Putra. 2017. Pemodelan Pondasi Telapak Pada Struktur Gedung Dengan dan Tanpa Interaksi Tanah Struktur. Tugas Akhir, Program Studi Teknik Sipil Universitas Udayana, Bukit, Jimbaran.

Sosrodarsono, S. dan Nakazawa, K. 2000. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, Pradnya Paramita, Jakarta. Tabatabaiefar, H. R. and Massumi, A., 2010, A Simplified Method to Determine Seismic Responses of

Reinforced Concrete Moment Resisting Building Frames Under Influence of Soil – Structure Interaction, Soil Dynamics and Earthquake Engineering 30, 2010, Page 1259-1267.

Gambar

Gambar 1. Ilustrasi skema analisis langsung pada interaksi tanah-struktur menggunakan elemen hingga
Tabel 1. Kekakuan Spring oleh Gazetas (1991) Derajat
Gambar 2. Dimensi struktur yang digunakan 1. Model Jepit (MJ): model dengan perletakan jepit
Gambar 3. Model Dengan Variasi Tipe Struktur Bawah 3.2 Pemodelan Struktur
+5

Referensi

Dokumen terkait

Yang terpenting dan harus dilindungi dalam pengelasan adalah keselamatan indera/mata, alat pernapasan/paru-paru dan kulit. Karena apabila tidak dilindungi dengan baik

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di SD Islam Al Fauzien. Kegiatan ini melibatkan peserta didik kelas V pada pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi “Menulis Surat

Sementara itu SMP Negeri 8 Yogyakarta merupakan sampel dari populasi tak berhingga yang karakteristiknya seperti karakteristik SMP Negeri 8 Yogyakarta antara lain

Evaluasi pelaksanaan Standar Sarana Penilaian Pembelajaran dilakukan oleh tim auditor melalui kegiatan audit mutu internal di bawah pengawasan dan pengendalian

Penetapan lembaga yang terlibat langsung dan peranannya dalam sistem pengelolaan benih sumber (benih penjenis) dengan tugas dan wewenang yang jelas serta berkonsentrasi hukum

Algoritma OneR memiliki tingkat accuracy, sensitivity, precision dan spesificity yang konstan mulai pada dataset dengan jumlah atribut 8 sampai dataset dengan jumlah atribut 11..

Energy Drink merupakan jenis minuman yang dapat memberikan sensasi segar setelah dikonsumsi, umumnya banyak mengandung kafein dan gula dengan bahan tambahan

Jenis model eksperimen semu (quasi experiment) yang digunakan adalah jenis rancangan Pretest-Posttest Control Group Design. Rancangan Pretest-Posttest Control Group