PERANAN DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DALAM PELAKSANAAN PENGAWASAN PARKIR DI KOTA BANDA ACEH
Dina Nurrahmah Siregar
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh - 23111
Yanis Rinaldi
Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh - 23111
Abstrak - Penulisan ini bertujuan untuk menjelaskan pelaksanaan pengawasan parkir yang dilakukan oleh
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh, kendala yang dihadapi oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh dalam menjalankan tugas pengawasan parkir, dan upaya untuk mengatasi kendala pelaksanaan parkir di Kota Banda Aceh.Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pelaksanaan pengawasan parkir di Kota Banda Aceh belum berjalan secara efektif. Hal ini disebabkan oleh lemahnya pengawasan yang mengakibatkan sistem parkir belum berjalan dengan baik dan tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Faktor kendala dalam pelaksanaan pengawasan parker yaitu dari sisi faktor internal, belum adanya pedoman teknis yang tersusun secara rinci dan dana serta personal yang terbatas. Dari sisi eksternal banyaknya juru parkir yang memarkirkan kendaraan motor di luar batas garis jalan, sehingga membahayakan pengguna jalan lain. Adapun upaya yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh dalam mengatasi kendala yang dihadapi di lapangan adalah memberikan arahan kepada para petugas terkait belum adanya pedoman teknis yang tersusun secara terperinci, mengevaluasi sistem perparkiran yang adap ada saat ini serta memberikan pembinaan kepada juru parkir agar mematuhi peraturan perparkiran yang ada saat ini. Diharapkan kepada Kepala Seksi Bidang Pengawasan dan pengendalian Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh, dapat mengefektifkan peraturan mengenai perparkiran khususnya dalam bidang pengawasan parkir di tepi jalan umum, sebagai tolak ukur untuk meningkatkan efisiensi kinerja perangkat daerah, membuat pedoman teknis secara rinci serta mengevaluasi ulang mengenai system perparkiran, sebab melaksanakan tugas pengawasan tidak cukup hanya berpatroli atau turun kelapangan saja.
Kata Kunci : Peran, Pengawasan, Pelaksanaanpengawasan, Parkir
Abstract - The purpose of this thesis is to aims and to explain the implementation of parking supervision
conducted by the Department of Transportation, Communications and Informatics Banda Aceh, the matter of problem faced by the Department of Transportation, Communications and Informatics Banda Aceh in carrying out the task of parking supervison, and efforts to overcome the constraints of implementationof parking in Banda Aceh. The data in this study were obtained through the research libraries to acquire secondary data by way of studying the legislation, books, the internet and other scholarly works related to the problems of the research and fieldwork conducted for obtaining primary data by interviewing respondents and informants. The results showed that, the implementation of parking supervision in Banda Aceh have not run effectively. This is caused by weak oversight that resulted in the parking system have not gone well and not in accordance with the legislation. The factor of constraints in the implementation of supervision from the parking lot it came from the internal side of the departement it self, not from the existence of technical guidelines which composed in detail and personal as well as funds are limited. From the external side of the large number of interpreters who parked their vehicles outside the line of the road, thus endangering other road users. As for the efforts made by the Department of Transportation, Communications and Informatics Banda Aceh in overcoming obstacles faced on the field is provide referrals to the authorities of the existence of the technical guidelines have not been arranged in detail, evaluating the parking system that exists at this moment as well as provide coaching to parker in order to obey the parking regulation. The expectation to Head field of monitoring and control of Department of Transport, Communications and Informatics Banda Aceh, could streamline the regulation on parking especially in the field of supervision parking at the edge of public roads, as a benchmark to improve the efficiency of the device area perfomance, create a detailed technical guidelines and re-evaluate on parking system, for carrying out the task of supervision is not enough to just patrolling or just going to the field.
PENDAHULUAN
Parkir merupakan salah satu prasarana jalan yang ada di suatu wilayah. Menurut Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, parkir adalah keadaan kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk beberapa saat dan ditinggalkan oleh pengemudinya. Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor baik kendaraan roda dua maupun roda empat, mengakibatkan kebutuhan terhadap lahan parkir yang ada di tepi jalan umum juga meningkat. Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap lahan parkir di tepi jalan umum juga harus disesuaikan dengan kondisi jalan yang ada di suatu wilayah.
Pengaturan tentang parkir di tepi jalan umum diatur di beberapa peraturan perundang-undangan.Dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan dinyatakan bahwa, setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan dalam memanfaatkan jalan serta dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan di dalam ruang milik jalan yang mengganggu aktivitas jalan raya dalam berlalu lintas. Penyediaan fasilitas parkir diatur dalam Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 dinyatakan bahwa, penyediaan fasilitas parkir di tepi jalan umum, hanya dapat diselenggarakan di luar ruang milik jalan sesuai dengan izin yang diberikan. Sesuai dengan Pasal 44 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas parkir untuk umum dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dengan memperhatikan rencana umum tata ruang, analisis dampak lalu lintasdan kemudahan bagi pengguna jasa.
Kota Banda Aceh telah mengatur tentang rencana jaringan jalan serta rencana penataan parkir yang diatur dalam Qanun Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2009-2029. Salah saturencana penataan parkir di Kota Banda Aceh adalah membuat sarana fasilitas umum yaitu tempat parkir di tepi jalan umum. Pembangunan sarana dan prasarana di bidang lalu lintas khususnya di bidang perparkiran merupakan kewenangan, tugas pokok dan fungsi dari Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh yang diatur dalam Pasal 14 Peraturan Walikota Nomor 25 Tahun 2009.
Pada saat ini tempat parkir sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat pengguna jalan raya yang ada di Kota Banda Aceh. Tahun 2015, kendaraan roda dua berjumlah 101.769 unit dan kendaraan roda empat berjumlah 31.634 unit. Terdapat 42 nama jalan dan 348 titik yang sudah ditetapkan oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh
sebagai lokasi tempat parkir di tepi jalan Umum.1
Pada hari pekan seperti hari Sabtu dan hari Minggu, masyarakat Kota Banda Aceh yang berkunjung ke warung kopi (Warkop) meningkat dari pada hari biasanya. Meningkatnya jumlah pengunjung di warung kopi mengakibatkan jumlah kendaraan juga meningkat. Tempat parkir yang ada di tepi jalan umum juga akan terisi penuh seiring dengan meningkatnya jumlah kendaraan pengunjung warung kopi. Lahan parkir di tepi jalan umum yang terbatas mengakibatkan terjadinya pelanggaran terhadap sistem parkir di tepi jalan umum.Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan pengawasan untuk menertibkan parkir yang ada di tepi jalan umum. Pelaksanaan pengawasan parkir di tepi jalan umum diatur dalam pasal 16 ayat (3) Peraturan Walikota Nomor 25 Tahun 2009. Pengawasan yang dilakukan saat ini belum berjalan secara maksimal. Hal ini disebabkan masih banyak ditemukan kendaraan yang terparkir diluar batas garis jalan yang sudah ditetapkan sebagai lokasi parkir di tepi jalan umum. Pengawasan yang selama ini dilakukan oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh sifatnya represif. Tercatat Tahun 2015 ada 107 kasus penggembokan kendaraan roda empat yang disebabkan oleh parkir di luar lokasi parkir di tepi jalan umum.
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika terhadap parkir di Kota Banda Aceh?
2. Apakah faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pengawasan parkir di Kota Banda Aceh?
3. Apakah upaya yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika dalam mengatasi kendala pelaksanaan pengawasan parkir di Kota Banda Aceh?
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan terhadap “Peranan Dinas Perhubungan Komunikasi, dan Informatika dalam Pelaksanaan Pengawasan Parkir di Kota Banda Aceh”. Data dalam penelitian ini dibatasi dari tahun 2015-2016. Data tersebut diperoleh melalui penelitian kepustakaan untuk memperoleh data sekunder dengan cara mempelajari peraturan perundang-undangan, buku-buku, bahan internet dan hasil karya ilmiah lain yang berkaitan
1
dengan permasalahan penelitian ini serta penelitian lapangan yang dilakukan untuk memperoleh data primer dengan mewawancarai responden dan informan.
1. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data teoritis dengan cara mempelajari buku-buku, pendapat-pendapat para sarjana, makalah, surat kabar, jurnal-jurnal hukum dan peraturan perundang-undangan, sertabahan-bahan lain yang ada hubungannya dengan permasalahan yang akan dibahas, sehingga hasil dari penelitian ini akan diperoleh dari teori dan konsep yang diperlukan dalam penulisan skripsi.
b. Penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian lapangan yang dimaksudkan untuk memperoleh data primer dengan cara mewawancarai para responden dan informan yang berhubungan dengan masalah yang ingin diteliti dengan menggunakan pernyataan terbuka (openenden question).
2. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan maupun dari penelitian lapangan diolah dan dipadukan untuk kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menghasilkan data deskriptif analisis terhadap data yang diperoleh dari responden dan informan baik secara lisan maupun tulisan dan dipelajari serta diteliti sebagai suatu kesatuan yang utuh. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan analisis yang mampu menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Pelaksanaan Pengawasan Parkir di Kota Banda Aceh
Sistem parkir yang digunakan pada parkir di tepi jalan umum yaitu dengan menggunakan sistem manual yaitu dengan menetapkan lokasi-lokasi yang diperuntukkan sebagai lokasi parkir di tepi jalan umum yang dikelola oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh. Setiap titik lokasi akan ditugaskan seorang atau beberapa orang juru parkir sebagai penjaga kendaraan sekaligus menertibkan kendaraan yang parkir di tepi jalan umum. Setelah itu, pengguna jasa parkir memberikan uang retribusi sebagai
kewajiban setelah memakai jasa juru parkir.2Juru parkir yang ditugaskan di titik lokasi parkir di tepi jalan umum harus juru parkir yang resmi atau juru parkir yang mempunyai kontrak kerja dengan Dinas perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh. Pada Saat ini terdapat 348 juru parkir yang terdaftar di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh. Untuk menempatkan juru parkir di lokasi parkir di tepi jalan umum harus disesuaikan dengan potensi lokasi parkirdi tepi jalan umum, sebab potensi lokasi parkir satu dengan lokasi yang lainnya berbeda-beda dan disesuaikan dengan jam kerja juru parkir.
Sesuai dengan Pasal 44 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 menjelaskan bahwa, penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas parkir untuk umum dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dengan memperhatikan rencana umum tata ruang, analisis dampak lalu lintas dan kemudahan bagi pengguna jasa. Apabila kedua belah pihak sepakat bahwa suatu titik lokasi parkir memungkinkan untuk dipungut biaya retribusi, maka kontrak kerja antar kedua belah pihak akan dibuat dan ditandatangani menggunakan materai.Jangka waktu kontrak kerja adalah 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang. Meskipun juru parkir yang bertugas dititik lokasi parkir tepi jalan umum harus legal, namun pada kenyataannya masih banyak juru parkir yang ilegal menjadi petugas parkir.
Salah satu tugas juru parkir adalah menertibkan kendaraan motor baik roda dua maupun roda empat harus sesuai dengan rambu lalu lintas atau marka jalan yang terpasang sepanjang titik lokasi parkir di tepi jalan umum. Pengguna jasa parkir juga harus memarkirkan kendaraannya satu jalur sejajar dengan batas garis jalan bagi jalan yang mempunyai pembatas jalan (sisi kiri) seperti jalan Teuku Umar atau dua jalur bagi jalan yang tidak memiliki pembatas jalan (sisi kiri dan kanan) seperti jalan Diponegoro.
Hasil pengamatan di lapangan, hampir seluruh titik lokasi parkir tepi jalan umum, memarkirkan kendaraannya di luar jalur atau batas garis jalan, bahkan sudah memakan badan jalan raya. Hal ini melanggar Pasal 6 huruf f Peraturan Walikota Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Perparkiran yang mana “juru parkir berkewajiban untuk menata dengan tertib kendaraan yang diparkir, baik pada saat waktu datang maupun pada saat waktu pergi, dan tidak boleh lebih dari pada satu baris”. Penggunaan badan jalan sebagai tempat parkir di tepi jalan umum, melanggar Pasal 12 Undang-Undang 38 Tahun 2004 yang dinyatakan bahwa setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan
2
Teuku Nazaruddin, Kepala Bidang Perparkiran Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh, Wawancara, tanggal 16 Mei 2016.
terganggunya fungsi jalan dalam memanfaatkan jalan serta dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan di dalam ruang milik jalan yang mengganggu aktivitas jalan raya dalam berlalu lintas.
Pelanggaran terhadap parkir di tepi jalan umum juga tidak terlepas dari peran juru parkir yang ada di lokasi parkir tersebut, juru parkir yang merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh seharusnya menjalankan tugasnya sesuai dengan izin yang diberikan oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh.
Dalam Pasal 14 Peraturan Walikota Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh disebutkan Kepala Bidang Perparkiran mempunyai tugas salah satunya di bidang pengendalian dan pengawasan perparkiran.Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh yaitu dengan cara berpatroli atau melakukan pengawasan dengan cara turun menyusuri lokasi-lokasi yang sudah ditetapkan sebagai kawasan parkir di tepi jalan umum.
Banyaknya lokasi parkir di Kota Banda Aceh seharusnya dapat memberikan pelayanan yang maksimal terhadap pengguna jasa parkir, namun pada kenyataannya pelayanan yang diberikan masih belum maksimal. Dari hasil wawancara dengan 20 orang pengguna jasa parkir sebagai sample dari penelitian ini, 20 orang menyatakan bahwa sistem parkir saat ini belum berjalan dengan baik, sebab masih banyak yang beranggapan baik sistem parkir maupun juru parkir belum melaksanakan tugasnya dengan maksimal, seperti yang diamanatkan oleh Peraturan Walikota Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Perparkiran dalam Pasal 6 huruf c dinyatakan bahwa, “juru parkir wajib untuk menyerahkan karcis parkir sebagai tanda bukti untuk setiap kali parkir pada saat memasuki lokasi parkir dan memungut retribusi sesuai dengan qanun“.
Berdasarkan keterangan dari para juru parkir, juru parkir harus memberikan karcis parkir kepada pengguna jasa parkir untuk setiap satu kali kendaraan bermotor parkir di lokasi parkir di tepi jalan umum. Namun pada kenyataannya hampir setiap titik lokasi parkir di tepi jalan umum, juru parkir tidak memberikan karcis parkir. Hasil wawancara dengan pengguna jasa parkir dapat disimpulkan bahwa para pengguna jasa parkir belum mendapatkan pelayanan yang maksimal dari juru parkir. Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika tidak cukup hanya berpatroli atau turun ke titik-titik lokasi parkir di tepi jalan umum. Lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh Petugas
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika juga menjadi salah satu penyebab banyaknya pelanggaran terhadap sistem parkir yang ada di lapangan. Seharusnya para petugas Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika lebih aktif lagi dalam menjalankan tugas pengawasan terhadap juru parkir.
2. Faktor Kendala dalam Pelaksanaan Pengawasan Parkir di Kota Banda Aceh
Tugas dan fungsi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh dalam melaksanakan pengawasan di bidang perparkiran memang belum berjalan dengan baik dan maksimal. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pengawasan parkir yang ada di tepi jalan umum. Adapun faktor-faktor kendala yang dihadapi oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika antara lain;
a. Faktor Internal
1) Pedoman Teknis Yang Belum Tersusun Secara Rinci
Pedoman teknis yang selama ini dilaksanakan oleh para petugas dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika belum disusun secara rinci,di mana kinerja dari pada petugas belum berjalan dengan baik dan maksimal. Belum bekerjanya secara sistematis berdasarkan tugas dan fungsi yang selama ini belum dibuat dengan konkrit mengakibatkan banyaknya keluhan dari masyarakat terkait tentang pengawasan parkir terhadap kinerja dari juru parkir yang ada di lokasi parkir tepi jalan umum. Amru Siregar menegaskan bahwa selama ini kendala yang dihadapi pada saat melakukan tugas pengawasan terhadap parkir adalah belum dibuat pedoman teknis secara rinci mengenai teknis pelaksanaan pengawasan parkir di lapangan, yang dilakukan selama ini hanya berpatroli dan turun ke titik lokasi parkir di tepi jalan umum dan menerima laporan baik dari masyarakat maupun dari juru parkir itu sendiri.3
2) Kurangnya Jumlah Petugas yang ada di kantor Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika.
Dalam pelaksanaan pengawasan dan pengendalian parkir di tepi jalan umum, membutuhkan petugas yang cukup untuk menjalankan tugas dan fungsi dari pada pengendalian dan pengawasan parkir di Kota Banda Aceh. Kurangnya petugas atau karyawan di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika juga menjadi salah satu faktor kendala. Hal ini juga mempengaruhi pengawasan terhadap titik lokasi parkir di tepi jalan umum yang ada di Kota Banda Aceh. Dalam menjalankan tugas dan fungsi
3
AmruSiregar, Kepala Seksi Bidang Pengendalian dan pengawasan Parkir Kota Banda Aceh, Wawancara, tanggal 23 Maret 2016.
pengawasan terhadap parkir di tepi jalan umum, dikoordinir oleh 1 (satu) orang kepala seksi dan 7 (tujuh) orang anggota. Tetapi, kekurangan dalam pelaksanaan pengawasan parkir tetap ada, seperti petugas yang turun ke lapangan untuk melakukan pengawasan hanya 2 orang saja. Jumlah petugas tersebut tidak sebanding dengan jumlah lokasi parkir yang ada di tepi jalan umum yang berjumlah 348 titik yang tersebar di 42 nama jalan yang ada di Kota Banda Aceh. Selain itu, petugas yang turun ke lapangan hanya sebatas mengontrol dan mengawasi masalah-masalah yang ada di lapangan, seperti juru parkir yang tidak menyetor uang retribusi per hari, juru parkir yang tidak memakai rompi parkir dan lain sebagainya.
b. Faktor eksternal
Adapun beberapa faktor eksternal yang menjadi Hambatan dalam menjalankan tugas pengawasan antara lain:
1). Banyaknya Juru Parkir yang Ilegal.
Juru parkir merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika. Tugas juru parkir diatur di dalam Pasal 6 Peraturan Walikota Banda Aceh Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Perparkiran menyebutkan bahwa juru parkir berkewajiban untuk:
a) Menggunakan pakaian seragam, tanda pengenal serta perlengkapan lainnya yang ditetapkan oleh Walikota atau Pejabat yang ditunjuk.
b) Menjaga kebersihan, keindahan dan kenyamanan lingkungan parkir;
c) Menyerahkan karcis parkir sebagai tanda bukti untuk setiap kali parkir pada saat memasuki lokasi parkir dan memungut retribusi sesuai dengan qanun. d) Menggunakan karcis resmi yang diterbitkan Pemerintah Kota Banda Aceh yang
disediakan untuk satu kali parkir dan tidak boleh digunakan lebih dari satu kali. e) Menyetor hasil retribusi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
f) Menata dengan tertib kendaraan yang di parkir, baik pada waktu datang maupun waktu pergi dan tidak lebih dari pada satu baris.
g) Melakukan pembinaan terhadap pembantu juru parkir.
h) Berdasarkan Pasal 6 huruf a diatas, juru parkir yang ditempatkan di titik-titik lokasi parkir di tepi jalan umum haruslah juru parkir yang terdaftar yang memiliki izin atau kontrak kerja yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh. Tetapi meski demikian yang terjadi di lapangan masih banyak ditemukan juru parkir yang ilegal. Hal ini
sering terjadi di hari pekan seperti hari Sabtu dan Minggu, di beberapa titik lokasi parkir di tepi jalan umum yang menjadi juru parkir dadakan, bahkan lokasi parkir yang dijadikan sebagai tempat parkir dadakan adalah tempat parkir yang tidak termasuk dalam lokasi parkir yang sudah ditetapkan oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika.
2). Kurangnya Kesadaran Masyarakat
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk patuh dalam tata cara perparkiran menjadi faktor kendala lain dalam menjalankan tugas dan fungsi pengawasan khususnya parkir di tepi jalan umum. Hal ini dapat disimpulkan bahwa masih banyak masyarakat yang kurang paham akan tata cara perparkiran di tepi jalan umum. Menurut Amru Siregar, terkadang masalah yang timbuldi lapangan tidak selalu menjadi kesalahan juru parkir. Terkadang terdapat kesalahan dari masyarakat karena tidak mau mendengar arahan dari juru parkir. Seperti halnya parkir di jalan Teuku Umar yang harusnya parkir harus lurus dan sejajar dengan batas garis jalan, tetapi pada kenyataannya pengguna jasa parkir memarkirkan kendaraannya dengan keadaan miring, sehingga mengganggu pengguna jalan yang lain. Tidak hanya itu, kasus yang paling sering terjadi di lapangan adalah masih banyak masyarakat yang enggan untuk membayar retribusi parkir, hal ini juga berpengaruh pada pendapatan sehari-hari juru parkir dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) karena tidak mencapai target pendapatan yang sudah dibuat oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh.
3. Upaya Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika dalam Mengawasi Parkir di Kota Banda Aceh
Dalam menghadapi kendala yang terjadi di lapangan, para petugas Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika memiliki beberapa upaya untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di lapangan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh para petugas Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika adalah menyelesaikan masalah dengan musyawarah ataupun dengan teguran baik secara lisan maupun tulisan.Dalam hal belum adanya pedoman teknis pengawasan yang disusun secara rinci di lapangan, biasanya para petugas akan menjalankan tugasnya sesuai dengan arahan kepala seksi terkait hal-hal apa saja yang akan dilakukan oleh para petugas pada saat menjalankan tugas patroli ataupun turun ke lapangan.
Terkait dengan juru parkir ilegal, Amru Siregar menjelaskan bahwa kendala yang dihadapi oleh petugas pada saat di lapangan salah satunya adalah menertibkan juru parkir ilegal. Juru parkir ilegal yang sering muncul pada saat hari pekan seperti hari Sabtu dan hari Minggu membuat para petugas harus lebih ketat dalam menjalankan tugas pengawasan. Amru Siregar menambahkan bahwa juru parkir ilegal yang mengutip iuran retribusi dari masyarakat akan dipekerjakan menjadi juru parkir yang resmi yang bekerja di bawah naungan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh. Juru parkir yang mencapai 348 orang hampir setengah dari jumlah tersebut berawal dari juru parkir yang ilegal tetapi ada juga yang mendaftarkan diri untuk bekerja menjadi juru parkir resmi.
Upaya untuk menyadarkan masyarakat tertib dalam perparkiran juga dilakukan oleh para petugas Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika. Dalam hal ini biasanya para petugas melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk taat dan patuh pada peraturan perparkiran yang berlaku. Mengenai ketentuan biaya selain dibuat di dalam Peraturan Walikota Nomor 6 Tahun 2013, biasanya juga dibuat ke dalam papan atau pamphlet yang diletakkan di titik lokasi parkirdi tepi jalan umum sebagai salah satu bentuk sosialisasi kepada masyarakat.
Terkait mengenai lahan sulit untuk menemukan jalan keluar terkait lahan parkir di tepi jalan umum, meskipun demikian ada 348 titik lokasi parkir yang tersebar di 42 nama jalan di Kota Banda Aceh yang sudah ditetapkan sebagai lokasi parkir di tepi jalan umum.Upaya lain yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika adalah mengenai kurangnya petugas di bidang perparkiran, selama ini belum ada upaya yang dilakukan terkait penambahan jumlah petugas khususnya di bidang perparkiran.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian serta penjelasan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan pokok pembahasan serta sekaligus merupakan jawaban dari permasalahan yang dibuat, yaitu:
1. Pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh dalam bidang pengawasan terhadap parkir di tepi jalan umum masih sangat lemah, pelaksanaan teknis di lapangan yang belum maksimal mengakibatkan banyaknya terjadi pelanggaran terhadap sistem perparkiran. Pelanggaran tersebut dapat terlihat seperti, sistem perparkiran yang kurang baik, masih banyaknya masyarakat yang menggunakan badan jalan sebagai lokasi parkir di tepi
jalan umum dan juru parkir yang tidak melaksanakan tugasnya seperti tidak memberikan karcis parkir kepada pengguna jasa parkir sebagaimana yang telah diamanatkan, menjadi faktor lemahnya pengawasan parkir di tepi jalan umum. Lemahnya pengawasan juga mengakibatkan banyaknya juru parkir yang ilegal, parkir kendaraan di luar batas garis jalan atau sudah memakan badan jalan sehingga mengganggu orang lain.
2. Kendala dalam pelaksanaan pengawasan parkir dapat dilihat dari dua sisi yaitu faktor kendala internal dan faktor kendala eksternal faktor kendala internal yang dihadapi oleh para petugas Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, adalah belum adanya pedoman teknis yang dibuat secara rinci pada saat melaksanakan pengawasan di lapangan, dana yang terbatas, dan kurangnya jumlah petugas.
3. Meskipun banyaknya kendala yang dihadapi oleh para petugas Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh, ada beberapa upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut salah satunya dalam hal belum adanya pedoman teknis yang dibuat secara rinci dalam pelaksanaan pengawasan di lapangan, para petugas menjalankan tugasnya sesuai dengan arahan kepala seksi terkait hal-hal apa saja yang akan dilakukan oleh para petugas pada saat menjalankan tugas patroli ataupun turun ke lapangan. Dana yang terbatas dan jumlah personal yang terbatas belum ada dilakukan upaya untuk menyelesaikan kendala tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ade Saptomo, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian Hukum Empiris Murni, Universitas Trisakti, Jakarta, 2009.
Anggraini Jum, Hukum Administrasi Negara Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012. Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Administrasi Negara Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2001.
Diana Halim Koentjoro, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Ciawi Bogor Selatan, 2004.
http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-teknik-purposive-sampling-menurut-para-ahli/, diakses 18 Maret 2016, pukul 11;15 WIB.
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jilid II, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006
Peraturan Walikota Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh.
Peraturan Walikota Banda Aceh Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Perparkiran. Qanun Kota Banda Aceh Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kota Banda Aceh.
Qanun Kota Banda Aceh Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2009-2029.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan.