• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGANPELAKSANAAN KEGIATAN MENTORING DENGAN PEMAHAMAN KEBERAGAMAAN MAHASISWA IAIN BATUSANGKAR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGANPELAKSANAAN KEGIATAN MENTORING DENGAN PEMAHAMAN KEBERAGAMAAN MAHASISWA IAIN BATUSANGKAR SKRIPSI"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGANPELAKSANAAN KEGIATAN MENTORING DENGAN PEMAHAMAN KEBERAGAMAAN MAHASISWA IAIN BATUSANGKAR

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S-1) Jurusan Pendidikan Agama Islam

Oleh: JUSMANIDAR

14 101 065

JURUSANPENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Jusmanidar NIM.14 101 065 Judul Skripsi : “Hubungan Pelaksanaan Kegiatan Mentoring dengan Pemahaman Keberagamaan Mahasiswa IAIN Batusangkar”. Program Studi Pendidikan Agama Islam,Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar Tahun 2018.

Permasalah yang penulis bahas dalam skripsi ini dilarbelakangi oleh keterbukaan IAIN Batusangkar dalam menerima calon mahasiswa baru dari berbagai latar belakang sekolah, tuntutan sebagai mahasiswa Perguruan Tinggi Islam tidak hanya unggul dalam ilmu yang ditekuni tapi juga mampu memiliki pemahaman keberagamaan yang baik, mentoring salah satu faktor untuk meningkatkan pemahaman keberagamaan serta banyaknya kegiatan keagamaan dalam pelaksanaan kegiatan mentoring. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada hubungan yang signifikan anatara pelaksanaan kegiatan mentoring yang diadakan di kampus IAIN Batusangkar dengan pemahaman keberagamaan mahasiswa IAIN Batusangkar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dengan pendekatan kuantitatif, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket tertutup dengan memakai dua skala yaitu skala likert yang memakai empat alternatif jawaban untuk mengumpulkan data pemahaman keberagamaan sedangkan skala goodman memakai dua alternatif jawaban untuk mengumpulkan data pelaksanaan kegiatan mentoring. Dalam menganalisis data yang sudah didapatkan penulis menggunakan teknik analisis korelasi yang bertujuan untuk melihat dan menentukan hubungan antara variabel X dan variabel Y dengan mengunakan rumus product moment.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat korelasi yang signifikanantara pelaksanaan kegiatan mentoring dengan pemahaman keberagamaan mahasiwa IAIN Batusangkar dimanahasil hitungan statistiknya menunjukkan bahwa 9,55% dipengaruhi oleh pelaksanaan kegiatan mentoring sedangkan 90,45% dipengaruhi oleh faktorlain. Hasil rxy adalah 0,309 sedangkan hasil rt adalah 0,205, ini menunjukkan bahwa rxy(0,557) > rt.(0,205). Penelitian ini menggambarkan bahwa pemahaman keberagamaan mahasiswa IAIN Batusangkar hanya 9,55% dipengaruhi oleh faktor kegiatan mentoring, sedangkan 90,45% pemahaman keberagamaan mahasiswa IAIN Batusangkar dipengaruh oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KATA PERSEMBAHAN

BIODATA

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7 C. Batasan Masalah... 7 D. Rumusan Masalah ... 8 E. Tujuan Penelitian ... 8 F. Manfaat Penelitian ... 8 G. Defenisi Operasional ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Mentoring Pengertian Mentoring ... 10

(7)

a. Tujuan Mentoring ... 12

b. Waktu dan Tempat... 18

c. Bentuk Kegiatan Mentoring ... 18

d. Unsur-Unsur Mentoring ... 19

e. Metode Mentoring ... 22

f. Prinsip-Prinsip dalam Pelaksanaan Mentoring ... 24

g. Kurikulum/ Materi Mentoring ... 25

h. Aspek-Aspek dalam Mentoring ... 26

2. Pemahaman Keberagamaan a. Pengertian Paham Keberagamaan ... 29

b. Ciri-Ciri Sikap Keberagamaan ... 31

c. Faktor Penghambat Terbentuknya Sikap Keberagamaan ... 41

d. Faktor yang Mempengaruhi Keberagamaan ... 42

B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 46

C. Kerangka Berfikir... 49

D. Hipotesis Penelitian ... 50

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 51

B. Metode Penelitian... 51

C. Tempat dan Waktu Peneltian ... 51

D. Populasi dan Sampel ... 52

E. Pengembangan Instrumen ... 56

F. Teknik Pengumpulan Data ... 57

G. Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dataPenelitian 1. Deskripsi Data Pelaksanaan Kegiatan Mentoring ... 62

(8)

2. Deskripsi Data Pemahaman Keberagamaan Mahasiswa ... 66 B. Pengujian Persyaratan Analisis

1. Uji Validitas Intrumen... 71 2. Uji Reliabilitas Intrumen ... 72 3. Uji Persyaratan Analisis

a. Uji Normalitas Data ... 73 b. Uji Linearitas Data ... 76 C. Pengujian Hipotesis

1. Uji Korelasi ... 76 2. Uji koofesien Determinasi ... 78 D. Pembahasan ... 79 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 83 B. Saran ... 83 DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN vi

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Jumlah Populasi ... 52

Tabel 3.2 :Jumlah Sampel ... 55

Tabel 3.3 :Kisi-Kisi Instrumen Pelaksanaan Kegiatan Mentoring dan Pemahaman Keberagamaan ... 58

Tabel 3.4 :Interpretasi Koofesien Korelasi ... 61

Tabel 4.1:Deskripsi Data Pelaksanaan Kegiatan Mentoring ... 62

Tabel 4.2:Persentase Pelaksanaan Kegiatan Mentoring... 65

Tabel 4.3 :Deskripsi data pemahaman keberagamaan ... 66

Tabel 4.4 :Persentase Pemahaman Keberagamaan ... 70

Tabel 4.5 :Hasil Perhitungan Validasi Instrumen Angket ... 71

Tabel 4.6 :Hasil Tabulasi Data Instrumen Angket Pelaksanaan Kegiatan Mentoring dengan Pemahaman Keberagamaan ... 72

Tabel 4.7: Hasil Uji Normalitas Data Npar Test ... 74

Tabel 4.8: Hasil Uji Liniearitas ... 76

Tabel 4.9: Hasil Skor Hubungan pelaksanaan kegiatan mentoring dengan pemahaman keberagamaan ... 77

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Kerangka Berfikir... 49

Gambar 4.1: Pelaksanaan Kegiatan Mentoring ... 66

Gambar 4.2: Pemahaman Keberagamaan ... 70

Gambar 4.3: Normal P-P Plot Of Regression Standardized Residual ... 75

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1:Kisi-Kisi Angket Dan Angket Penelitian ... 88

Lampiran 2 :Lembar Validasi Instrumen ... 93

Lempiran 3 :Data Mentah Angket Pelaksanaan Kegiatan Mentoring ... 107

Lempiran 4:Data Mentah Angket Pemahaman Keberagamaan ... 110

Lempiran 5:Deskripsi Data Pelaksanaan Kegiatan Mentoring ... 112

Lempiran 6:Deskripsi Data Pemahaman Keberagamaan ... 114

Lempiran 7:Perhitungan Indeks Korelasi... 116

Lempiran 8:Hasil Pengolahan Data Program Spss16 ... 118 Lempiran 9:Surat Penelitian

Lempiran 10: Dokumentasi

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Institut Agama Islam Negeri Batusangkar (IAIN) merupakan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri yang akan melahirkan calon sarjana yang cerdas secara intelektual, spritual, emosional, sosial dan berdaya saing dalam dunia kerja. Melihat kondisi dan realita yang ada di Institut Agama Islam Negeri Batusangkar(IAIN) tentang keterbukaan dalam menerima calon mahasiswa baru dari berbagai latar belakang sekolah, seperti pesantren, MA, SMA dan bahkan dari SMK memberikan tantangan sendiri dalam pelaksanaan proses pendidikan di kampus Institut Agama Islam Negeri Batusangkar (IAIN)

Sebagai perguruan Tinggi Agama Islam, IAIN Batusangkar tidak hanya dituntut untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang unggul dalam ilmu yang mereka tekuni, tetapi juga dituntut untuk menciptakan mahasiswa yang mampu memiliki pemahaman keislaman yang baik atau cerdas dalam spiritual, mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dan mengajarkannya kepada masyarakat yang ada disekitarnya.

Melihat kondisi dari mahasiswa yang masuk ke Institut Agama Islam Negeri Batusangkar yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda menuntut Institut Agama Islam Negeri Batusangkar untuk menghasilkan lulusan atau mahasiswa yang mampu memiliki pemahaman dan pengalaman agama, sehingga mampu mempertanggung jawabkan identitas sebagai mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam.

Menurut Thouless dalam skripsi Siti Fatimah (2014:71-72) pemahaman keberagamaan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor

(13)

dari dalam diri seseorang seperti faktor hereditas, tingkat usia, kepribadian, kebutuhan manusia, adanya dorongan untuk bersyukur taat patuh atau mengabdi pada Allah dan kondisi kejiwaan, serta faktor dari luar diri seseorang itu seperti faktor dari lingkungan keluarga, lingkungan institusional dan faktor masyarakat. Sebagai lingkungan institusional IAIN Batusangkar memfasilitasi kebutuhan pemahaman keberagmaan mahasiswa, supaya mahasiswa IAIN Batusangkar yang berasal dari latar latar belakang sekolah yang berbeda-beda memilikipemahaman keagamaan yang baik sebagai mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam.

Untuk menjawab tantangan itu maka Institut Agama Islam Negeri Batusangkar (IAIN Batusangkar) mewadahinya melalui sebuah kegiatan yaitu mentoring, yang tujuannya adalah untuk menanamkan nilai-nilai Islam agar mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Batusangkar (IAIN) mampu memiliki pemahaman keberagamaan dan pengalaman keberagamaan (spiritual), mempunyai Iman dan ketakwaan yang berkualitas sehingga dapat beribadah dengan baik dan benar serta berakhlak mulia.

Kegiatan mentoring yang di prakarsai oleh Institut Agama Islam Negeri Batusangkar(IAIN) dibentuk dalam sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)yang bernama Lembaga Mentoring Agama Islam (LMAI), yang tujuannya adalahsebagai wadah pembinanaan, baik dalam bidang akhlak, ibadah, dan sosial kemasyarakatan, sehinggakegiatan mentoring ini memiliki tujuan yang jelas serta berjalan dengan maksimal dan terstruktur. Kegiatan mentoring IAIN Batusangkar sudah terlaksana selama 3 tahun yang dimulai dari tahun 2015.

Berdasarkan Surat Keputusan Rektor (SK) Nomor: Sti.02/I/PP.03.1/1177.C/2015 pada tanggal 3 Agustus 2015 menetapkan pelaksanaan mentoring bagi mahasiswa baru Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Batusangkar 2015 dan pedoman pelaksanaan mentoring bagi mahasiswa baru Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Batusangkar tahun 2015

(14)

adalah pedoman yang digunakan untuk pelaksanaannya di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Batusangkar.

Kegiatan mentoring yang ada di Institut Agama Islam NegeriBatusangkar (IAIN) dilaksanakan oleh tenaga mentor yang disiapkan oleh LMAI (Lembaga Mentoring Agama Islam), sebelum kegiatan mentoring dilakukan, pementor terlebih dahulu dipersiapkan dengan dilakukannya kegiatan pembekalan tenaga mentor (Training of Mentor), yang dilaksanakan oleh LMAI (Lembaga Mentoring Agama Islam), kegiatan tersebut berupa pelatihan penambahan wawasan keagamaan dan motivasi untuk menjadi seorang mentor yang professional, agar para pementor memiliki percaya diri untuk tampil di depan para mentee untuk memnyampaikan materi serta membina para mentee meskipun ada dari para mentee secara fisik lebih besar dari pementornya.

Kegiatan mentoring merupakan jenis kegiatan kajian serta diskusi tentang pengetahuan agama yang dalam prosesnya terjadi interaksi aktif antara pementor dan peserta mentor untuk mendiskusikan tentang kajian agama atau pengetahuan keagamaan yang bertujuan untuk menambah pemahaman keberagamaan dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kehidupan bermasyarakat.

Mentoring merupakan sebuah kegiatan pembinaan melalui teman sebaya, dimana sekelompok mahasiswa dibimbing dan dibina oleh seorang mentor dari mahasiswa senior untuk mengadakan pertemuan dalam rangka peningkatan pemahaman dan pengalaman nilai-nilai agama. Menurut Muhammad Ruswandi (2007: 5), Mentoring merupakan salah satu sarana tarbiyah islamiyah (pembinaan/pendidikan Islam) yang di dalamnya ada proses belajar dalam rangka pembentukan kepribadian muslim dan penanaman nilai-nilai ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Mentoring secara umum merupakan kegiatan pendidikan Islam dengan mengunakan pendekatan saling menasehati, sehingga kegiatan mentoring ini

(15)

tidak hanya fokus pada bagaimana orang memberi nasehat, tetapi bagaimana orang mau mendengarkan nasehat, dengan begitu akan tercipta suasana saling belajar yang menyenangkan sehingga dapat memberikan perubahan kearah yang lebih baik.

Kegiatan mentoring yang diadakan di kampus IAIN Batusangkar merupakan sebuah program yang diwajibkan untuk diikuti oleh seluruh mahasiswa baru. Yang mana dalam kegiatan tersebut seluruh mahasiswa wajib ikut dalam kegiatan mentoring yang di kelola oleh salah satu organisasi yang ada di IAIN Batusangkar yang bernama LMAI (Lembaga Mentoring Agama Islam), kemudian LMAI membagi seluruh mahasiswa baru dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari 3-12 anggota yang dibina oleh satu orang kakak mentor atau murabbi.

Kegiatan mentoring ini diadakan satu kali dalam satu minggu dengan acara yang telah ditentukan dalam kegiatan mentoring selama 90 menit dan dilaksankan sebanyak 16 kali pertemuan setiap semester, waktu pelaksanaan diatur dan ditetapkan bersamaan dengan jadwal perkuliahan. Pelaksanaan kegiatan mentoring dapat dilakukan di lokal perkuliahan, lapangan, tempat rekreasi, mesjid, mushallah di sekitar kampus atau tempat-tempat lainnya yang kondusif untuk melaksanakan sebuah pertemuan, dalam 1 kali pertemuan dapat digambarkan prosesnya sebagai berikut :

1. Pembukaan (Iftitah)

2. Tilawah Al-qur‟an/ Penyetoran Hafalan Al-qur‟an 3. Kultum/ Game

4. Materi (teori, penjelasan dan motivasi) 5. Diskusi

6. Evaluasi Amalan Yaumi Harian 7. Do‟a

(16)

8. Penutur (Tim Penyusun Kumpulan Modul/Materi Pelaksaan Mentoring Bagi Mahasiswa Baru IAIN Batusangkar IAIN Batusangkar, 2015)

Kegiatan mentoring ini diharapkan mampu untuk :

1. Meningkatkan pemahaman keagamaan mahasiswa, baik didalam bidang aqidah, ibadah, dan akhlak.

2. Kegiatan ini juga diharapkan menjadi sarana bagi mahasiswa untuk membangun budaya saling manasehati, berfastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan),

3. Berkompetisi dalam memperbaiki diri serta membangun nilai

ukhuwah islamiyah yang kuat antar mahasiswa

4. Meningkatkan kualitas pemahaman mahasiswa tentang nilai utama dan aplikatif dalam Islam, baik yang berubungan dengan aqidah, ibadah dan akhlak

5. Mendorong peningkatan pengamalan mahasiswa terhadap teori dan ilmu pengetahua agama yang telah dimiliki

6. Meningkatkan kualitas dan kuantitas bacaan dan hafalan Al-Qur‟an bagi setiap mahasiswa

7. Membangun sarana komunikasi, diskusi serta konsultasi dengan teman sebaya dalam menghadapi setiap persoalan kehidupan terutama yang menyangkut dengan masalah perkuliahan (Tim Penyusun Kumpulan Modul/Materi Pelaksaan Mentoring Bagi Mahasiswa Baru IAIN Batusangkar IAIN Batusangkar, 2015)

Disisi lain, kegiatan mentoring juga merupakan salah satu kegiatan yang didalamnya berisi pembinaan mental, dan ini dapat dijadikan momentum untuk mencapai tujuan pendidikan, yang mana tujuan utama mentoring iniadalah untuk meningkatkan pemahaman keberagamaan serta meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan selalu dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa.

(17)

Dari observasi yang telah penulis lakukan pada tanggal 20 Desember 2017 di IAIN Batusangkar, penulis temukan berbagai macam kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan mentoring yang bertujuan untuk menambah pemahaman keberagamaan, sehingga kegiatan mentoring ini menarik untuk diikuti oleh para anggota mentoring, selain tempat kegiatanya yang berbeda-beda atau yang banyak dilakukan diluar ruangan, penyampaian materinya juga tidak menoton dan dirangkai dalam sebuah permainan atau cerita.

Dalam hasil penelitian skripsi Ari Gusmen Ratif menyatakan bahwa tujuan pelaksanaan mentoring yaitu untuk menambah pemahaman Islam secara utuh, memberikan altenatif kegiatan positif di luar kegiatan belajar mengajar, sehingga diharapkan dapat mengurangi tindakan kenakalan remaja, mengembangkan potensi, meningkatkan prestasi dan daya kreativitas peserta, bekal kemampuan praktis yang dapat diaplikasikan dalam lingkungan serta memberi kontribusi dalam realisasi penerapan syari‟at Islam dalam bidang pendidikan, serta dalam pelaksanaan kegiatan mentoring pementor memberikan berbagai macam topik materi yang berbeda-beda untuk menambah pengetahuan agama.

Berdasarkan hasil wawancara penulis pada tanggal 29 desember 2017 dengan salah seorang mentor di IAIN Batusangkar diperoleh keterangan bahwa dengan adanya kegiatan mentoring bisa menambah wawasan agama mahasiswa baru yang masuk ke IAIN Batusangkar, karena tidak semua mahasiswa yang baru masuk ke IAIN Batusangkar berasal dari sekolah agama, bahkan banyak dari sekolah umum, seperti SMA, SMK bahkan tidak ada basicsama sekali yang latar belakang sekolahnya itu agama. Di dalam kegiatan mentoring terdapat beberapa materi yang sudah di tetapkan oleh tim mentoring untuk disampaikan kepada peserta mentoring, baik materi dalam segi aqidah, ibadah dan akhlak, yang bertujuan untuk menambah pemahaman keberagamaan yang akan disampaikan oleh para pementor yang professional.

(18)

Berdasarkan materi yang disampaikan dalam kegiatan mentoring seharusnya bisa menambah pemahaman keberagamaan para peserta mentoring dan juga peningkatan dalam beribadah peserta mentoring. Namun berdasarkan wawancara penulis dengan beberapa pementor mengatakan bahwa masih ada diantara peserta mentoring yang belum sepenuhnya mempraktekkan materi yang didapatkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti dari segi beribadah masih ada yang belum mencapai target yang sudah ditetapkan bahkan ada juga yang belum mempraktekkan. Sehingga tujuan dari kegiatan mentoring itu masih belum sepenuhnya bisa dicapai.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis tertarik melakukan sebuah penelitian yang berjudul :

“Hubungan Pelaksanaan Kegiatan Mentoring dengan Pemahaman Keberagamaan Mahasiswa IAIN Batusangkar”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Keterbukaan IAIN Batusangkar dalam menerima calon mahasiswa baru dari berbagai latar belakang sekolah

2. Tuntutan sebagai mahasiswa Perguruan Tinggi Islam tidak hanya unggul dalam ilmu yang ditekuni tapi juga mampu memiliki pemahaman keberagamaan yang baik.

3. Mentoring salah satu faktor untuk meningkatkan pemahaman keberagamaan

4. Banyaknya kegiatan keagamaan dalam pelaksanaan kegiatan mentoring C. Batasan Masalah

Agar tidak terjadi perluasan permasalahan dan untuk mempertajam serta mempermudah dalam menganalisa, maka batasan masalah penelitian ini adalah hubungan pelaksanaan kegiatan mentoring dengan pemahaman keberagamaan mahasiswa fakultas tarbiyah IAIN Batusangkar.

(19)

D. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan pelaksanaan kegiatan mentoring dengan pemahaman keberagamaan mahasiswa fakultas tarbiyah IAIN Batusangkar ? E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada terdapat hubungan pelaksanaan kegiatan mentoring dengan pemahaman keberagamaan mahasiswafakultas tarbiyah di IAIN Batusangkar.

F. Manfaat

1. Melalui penelitian ini, peneliti berharap dapat menambah ilmu dan wawasan khususnya tentang adanya hubungan pelaksanaan kegiatan mentoring dengan pemahaman keberagamaan

2. Untuk menambah ilmu dan wawasan peneliti tentang seberapa besar pengaruh kegiatan mentoring terhadap peningkatan pemahaman keberagamaan mahasiswa di IAIN Batusangkar

3. Sebagai tambahan sumber bacaan di perpustakaan IAIN Batusangkar. 4. Sebagai pedoman dalam pemberian materi dalam kegiatan mentoring G. Definisi Operasional

1. Pelaksanaan Kegiatan Mentoring

Pelaksanaan adalah proses, cara atau perbuatan melaksanakan kegiatan dan tindakan untuk memperoleh suatu hasil.Kegiatan mentoring merupakan jenis kegiatan kajian serta diskusi tentang pengetahuan agama yang dalam prosesnya terjadi interaksi aktif antara pementor dan peserta mentor untuk mendiskusikan tentang kajian agama atau pengetahuan keagamaan yang bertujuan untuk menambah pemahaman keberagamaan dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kehidupan bermasyarakat. Yang penulis maksud adalah cara atau proses yang dilakukan dalam kegiatan mentoring di IAIN Batusangkar.

Mentoring adalahsebagai salah satu pembinaan dalam membentuk

(20)

adalah kegiatan keagamaan yang dibuat oleh IAIN Batusangkar untuk menambah pemahaman keagamaan sertaberfastabiqul khairat serta saling mengingatkan antara anggota yang satu dengan anggota lainnya. 2. Pemahaman Keberagamaan

Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya mengerti benar dalam suatu hal. Pemahaman keagamaan adalah pengertian dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang setelah mereka mengikuti proses belajar mengajar dalam Islam, keberagamaan tidak hanya diwujudkan dalam bentuk ritualibadah saja namun juga aktifitas lainnya. Sebagai sistem yang menyeluruh,Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh pula.

Jadi pemahaman keberagamaan yang penulis maksud adalah mengetahui dan mengerti tentang seluruh yang berkaitan dengan seluk beluk keagamaan baik itu dari ilmu pengetahuannya maupun mampu memprakteknya dalam kehidupan sehari.

(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kegiatan Mentoring dan paham keberagamaan 1. Mentoring

a. Pengertian Mentoring

Menurut kamus besar Inggris-Indonesia (Wojowasito. 1991: 199) mentoring berasal dari Bahasa Inggris yaitu dari kata

“mentor” yang artinya bimbingan, mengarahkan, melatih atau

membina. Sedangkan secara istilah pengertian mentoring dapat merujuk kepada beberapa ahli yang penulis temukan diantaranya:

Menurut (Satria Hadi Lubis, 2003) mengatakan bahwa mentoringsama dengan istilah halaqoh yaitu metode-metode dengan posisi duduk melingkar dengan jumlah anggota terbatas (biasanya tidak lebih dari 12 orang) sebagai ajang pembinaan dalam bentuk syaksah islamiyah (pribadi Islami).

Menurut Rober Kitner dalam Hilyatil Jannah (2015: 11) mengatakan bahwa mentoring adalah metode dalam memperoleh pengetahuan yang kemudian mengakibatkan adanya perubahan pada pengetahuan, tingkah laku, maupun kemampuan dari peserta mentoring.

Selanjutnya menurut Satria Hadi Lubis dalam bukunya “rahasia kesuksesan halaqoh” mengatakan halaqoh (mentoring atau usro) adalah sebuah kelompok kecil muslim yang secara rutin mengkaji ajaran Islam, jumlah peserta dalam kelompok kecil berkisar 3-12 orang yang mengkaji Islam dengan cara pembinaan tertentu. Penggunaan istilah mentoring telah banyak dikembangkan. Mentoring dalam Islam lebih dikenal dengan liqo‟, tarbiyah, majelis dan mentoring halaqah (lingkungan).

(22)

Selanjutnya mentoring atau halaqah dari sisi bahasa, menurut Ibnu Faris bearti menyingkirkan rambut dari kepala, bundaran atau duduk melingkar dan ketinggian. Adapun dari sisi estimologi berarti mujalasah untuk membicarakan suatu masalah ilmiah, dalam dunia tarbiyah. Halaqah adalah mujalasah yang bertujuan pembinaan pribadi muslim dalam sisi keimanan, keilmuan, kejiwaan dan keterampilan.

Dikatakan mujalasah halaqah, karena posisi paling berkesan yang biasa dilakukan adalah duduk melingkar sehingga tidak ada yang paling depan dan paling belakang , karena saling berhadapan dan bertatap muka untuk saling memberkan perhatian. Dalam hadits, juga ada kisah kedatangan laki-laki kedalam majelis Rasulullah. Dia langsung berada didekat Rasulullah sehingga lututnya berdekatan dengan lutut Nabi SAW. (Solikhin Abu „Izzuddin, 2009: 137-138)

Mentoring memiliki makna pengajian Islam dengan peserta terbatas (tertentu), berbeda dengan taklim yang pesertanya umum dan banyak. Metode mentoring ini ternyata bukan metode baru dalam pembelajaran, tapi sudah ada di zaman nabi Muhammad dalam mendidik para sahabatnya. Konsep mentoring ini juga dipakai hingga saat ini, dan menjadi salah satu metode pembelajaran yang optimal. (Abdul Aziz. 2016: 40)

Dari uaraian di atas dapat dipahami bahwa mentoring itu sama dengan liqo‟, tarbiyah, majelis (pengajian) dan halaqah yang beranggotakan 3-12 orang yang dibimbing oleh kakak mentor atau

murabbi dan peserta mentoring (mentee). Mentoring yang

dilaksanakan di IAIN Batusangkar beranggotakan 12 orang yang dibimbing oleh kakak mentor atau murabbi, yang terdiri dari beberapa orang mahasiswa pilihan yang dibekali dengan training

(23)

of mentor (publik speaking)yang bagus supaya penyampaian

materi bisa di sampaikan dengan baik dan bisa dipahami oleh para

mentee (peserta mentoring).

b. Tujuan Mentoring

1) Tujuan mentoring IAIN Batusangkar

Kegiatan mentoring ini diharapkan mampu untuk :

a) Meningkatkan pemahaman keagamaan mahasiswa, baik di dalam bidang aqidah, ibadah, dan akhlak.

b) Kegiatan ini juga diharapkan menjadi sarana bagi mahasiswa untuk membangun budaya saling manasehati,

berfastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan),

c) Berkompetisi dalam memperbaiki diri serta membangun nilai ukhuwah islamiyah yang kuat antar mahasiswa

d) Meningkatkan kualitas pemahaman mahasiswa tentang nilai utama dan aplikatif dalam Islam, baik yang berubungan dengan aqidah, ibadah dan akhlak

e) Mendorong peningkatan pengamalan mahasiswa terhadap teori dan ilmu pengetahua agama yang telah dimiliki

f) Meningkatkan kualitas dan kuantitas bacaan dan hafalan Al-Qur‟an bagi setiap mahasiswa

g) Membangun sarana komunikasi, diskusi serta konsultasi dengan teman sebaya dalam menghadapi setiap persoalan kehidupan terutama yang menyangkut dengan masalah perkuliahan (Tim Penyusun Kumpulan Modul/Materi Pelaksaan Mentoring Bagi Mahasiswa Baru IAIN Batusangkar IAIN Batusangkar, 2015).

Kegiatan ini diharapkan mampu untuk meningkatkan pemahaman keagamaan mahasiswa, baik di bidang aqidah, ibadah, dan akhlak. Kegiatan ini juga diharapkan menjadi

(24)

sarana bagi mahasiswa untuk membangun budaya saling menasehati, berkompetisi dalam memperbaiki diri serta membangun nilai ukhuwah islamiyah yang kuat antar mahasiswa. (Tim Penyusun Kumpulan Modul/Materi Pelaksaan Mentoring Bagi Mahasiswa Baru IAIN Batusangkar IAIN Batusangkar, 2016)

2) Tujuan Umum Mentoring

a) Terbentuknya pemahaman aggota tentang dakwah dan kehidupan berjema‟ah

b) Terwujudnya syakhsiyah islamiyah mutakamilah c) Tercapainya peningkatan kualitas ukhuwah anggota d) Terbina dan tersalurkannya setiap potensi dengan baik e) Terbina dan terpeliharanya komitmen dengan syari‟ah dan

akhlak islamiyah

f) Tegaknya „izzah islamiyah dikalangan anggota g) Terwujudnya intima‟ terhadap Islam dan dakwah

h) Tercapainya kedewasaan dan kearifan setiap anggota terhadap gerakan yang bersimpati maupun yang menentang Islam.

i) Terbinanya kemampuan anggota dalam berinteraksi dengan masyarakat. (Solikhin Abu „Izzuddin, 2009: 151) 3) Tujuan Khusus Mentoring

1) Tercapainya peningkatan kepribadian muslim yang istiqomah, meliputi aspek aqidah, ibadah, pemikiran,

tsaqafah, akhlak, harakah, manajemen dan siyasah

2) Tercapainya peningkatan kualitas ukhuwah dengan menjalankan kewajiban, dan adab ukhuwah serta menjaukan hal-hal yang merusaknya

(25)

3) Terbina kebiasaan untuk mendengar pendapat orang lain, dan memberikan pendapatnya sendiri dengan benar, leluasa dan bertanggung jawab.

4) Termotivasinya semangat anggota mentarbiyah diri sendiri 5) Terbinanya amal jama‟i anggota sehingga dapat saling

mendayagunakan potensi yang ada

6) Terlaksananya musyawarah dengan anggota yang lainnya dalam menyelesaikan qadayah (permasalahan) yang muncul baik fitri, nafsi, ruhi, haraki (pergerakan) dan

tanzhimi (penataan). (Solikhin Abu „Izzuddin, 2009: 152)

Menurut Mahfudz Siddiq (2002: 98-99) Tujuan dari proses mentoring Islam ini adalah jelas untuk membentuk manusia untuk mau dan mampu menambah pemahaman keberagamaan kepada Allah SWT dan menjalankan fungsi kekhalifahannya di muka bumi, dan untuk lebih rincinya sebagai berikut:

1) Menanamkan keyakinan kuat kepada Allah, kebenaran Islam dan para Rasul-Nya.

2) Membangun yang benar tentang konsepsi ajaran Islam sebagai

minhajul hayah.

3) Membimbing kepada pengamalan ajaran Islam secara total dalam lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan ruang kehidupan yang lebih luas.

4) Mengarahkan perwujudan ruh ukhuwah islamiyah di dalam kehidupan sosialnya.

5) Mendorong kepada optimalisasi amal untuk menampilkan kebaikan dan keunggulan Islam.

(26)

6) Mengikat dan menghimpun umat ke dalam kehidupan berjamaah dan beramal jamaah dalam rangka menyebar luaskan dakwah Islam.

7) Mengarahkan dan mendayagunakan seluruh potensi kekuatan dalam rangka menegakkan panji-panji Islam.

8) Memelihara syahsiyah dan amal dari berbagai pengaruh yang bisa merusak atau melemahkannya.

9) Mengkoreksi dan memperbaiki berbagai bentuk kesalahan dan penyimpangan dalam aspek syahsiyah dan amal melalui tausiyah dan mau‟idzatil khasanah.

Setelah mengetahui tujuan dari mentoring atau tarbiyah di atas, maka ending dari hasil tarbiyah akan memiliki profil atau ciri-ciri yang biasa digambarkan dengan sebutan 10

muwashafattarbiyah.Muwashafattarbiyah adalah sifat-sifat

atau karakter individu yang jadi sasaran akhir sesuai tahapannya, mencakup sepuluh poin kepribadian Islami, dalam (Cahyadi Takariawan, 2011: 35-41) sebagai berikut: 1) Salimul Aqidah (akidah yang bersih)

Akidah harus bebas dari syirik, mempercayai ramalan nasib,dan hal-hal yang berbau kesyirikan karena dzat yang berhak disembah hanyalah Allah SWT, tidak ada yang sanggup menandingi-Nya.

2) Shahihul Ibadah (ibadah yang benar)

Seorang yang sudah tertarbiyah harus memiliki sifat shahih ibadah, tidak mengandung unsur bid‟ah dan harus sesuai dengan hukum-hukum Allah dan Sunnah Rasulullah. Begitu pula beribadah, idealnya kita merasa bahwa Allah melihat kita. Sehingga shalat kita khusyu‟,

(27)

rajin beramal, puasa sunnah, zakat dan melakukan ibadah-ibadah yang lainnya dengan sempurna.

3) Matinul Khuluq (akhlaq yang kokoh )

Akhlak yang mulia harus dimiliki oleh setiap muslim, baik akhlak kepada Allah maupun kepada sesama manusia. Begitu pentingnya akhlak bagi seorang muslim sampai Allah mengutus Rasulullah dengan salah satu tugasnya untuk memperbaiki akhlak manusia.

4) Qawiyyul Jism (tubuh yang kuat)

Kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim, dengan kekuatan ini seorang muslim akan memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisik kuat.

5) Harishun „Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu)

Setiap hari Allah memberi waktu 24 jam dan dengan waktu tersebut masih ada manusia yang rugi dan ada yang beruntung dalam menggunakannya, maka gunakan waktu untuk senantiasa berbuat kebaikan dan berfaedah.

6) Mutsaqofful Fikri (pemikiran yang luas)

Dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan kecuali harus dimulai dengan aktivitas berfikir, bisa dibayangkan bila suatu perbuatan tanpa disertai pertimbangan pemikiran secara matang. Untuk itu memiliki wawasan luas akan mampu melaksanakan amal secara tepat.

7) Munazhamun Fi Syu‟unihi (tertata segala urusannya) Shalat sebagai penata waktunya, teratur di dalam rumah dan kerjanya, merapikan ide-ide dan pikirannya, disiplin dalam bekerja.

(28)

8) Qadiirun „Alal Kasbi (mampu menghidupi dirinya)

Qodiirun „alal kasbi merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tadak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur‟an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah SWT.

9) Mujahidun Nafsihi (bersungguh-sungguh atas dirinya) Memerangi dorongan nafsu, selalu menyertakan niat ibadah, sabar, menyesuaikan perbuatan dan ucapannya. 10) Nafi‟un Ghairihi (bermanfaat bagi orang lain)

Komitmen dengan adab Islam di dalam rumah, memberikan pelayanan umum karena Allah, membantu orang yang membutuhkan, mendoakan orang lain, berusaha memenuhi hajat orang lain dan semangat berdakwah di keluarga, kerabat maupun masyarakatnya.

(29)

Secara umum tujuan dari mentoring itu adalah agar mampu meningkatkan pemahaman keagamaan, saling menasahati dalam kebaikan, diskusi tentang keagamaan serta saling berbagi ilmu dan pengalaman untuk dijadikan sebuah pelajaran.

c. Waktu dan tempat

Waktu pelaksanaan mentoring dilaksanakan satu kali seminggu dengan durasi waktu 90 menit dan dilaksankan sebanyak 16 kali pertemuan setiap semester, waktu pelaksanaan diatur dan ditetapkan bersamaan dengan jadwal perkuliahan. Pelaksanaan kegiatan mentoring dapat dilakukan di lokal perkuliahan, lapangan, tempat rekreasi, mesjid, mushallah di sekitar kampus atau tempat-tempat lainnya yang kondusif untuk melaksanakan sebuah pertemuan. (Tim Penyusun Kumpulan Modul/Materi Pelaksaan Mentoring Bagi Mahasiswa Baru IAIN Batusangkar IAIN Batusangkar, 2016: 2)

d. Bentuk Kegiatan Mentoring

Bentuk kegiatan dalam mentoring adalah tahsin, tahfiz dan mutaba‟ah yaumiah. Kegiatan mentoring dilakukan dalam penyampain materi dan diskusi kelompok dibawah bimbingan seorang mentor dengan kegiatan setiap pertemuan sebagai berikut:

a) Pembukaan

b) Tilawah Al-Qur‟an dan penyetoran hafalan Al-Qur‟an c) Penyampaian materi

d) Diskusi (sharing) e) Evaluasi kegiatan f) Evaluasi amalan harian g) Do‟a

(30)

h) Penutup. (Tim Penyusun Kumpulan Modul/Materi Pelaksaan Mentoring Bagi Mahasiswa Baru IAIN Batusangkar IAIN Batusangkar, 2016: 2)

Kegiatan mentoring juga dapat dimodifikasi agar lebih menarik dengan menambahkan latihan kultum bagi peserta atau

gime yang memiliki nilai-nilai kebaikan atau menyaksikan video

atau film-film tentang kisah-kisah inspiratif dan teladan, serta nonton bersama tentang film-film motivasi dan inspiratif. (Tim Penyusun Kumpulan Modul/Materi Pelaksaan Mentoring Bagi Mahasiswa Baru IAIN Batusangkar IAIN Batusangkar, 2016: 2) e. Unsur-Unsur Mentoring

Pelaksanaan mentoring ini terdiri dari dua pelaku utama yaitu

mentor dan mentee. Mentor adalah penasehat utama dalam

kelompok mentoring, sedangkan mentee adalah peserta mentoring. Di bawah ini adalah uraian tentang Mentor, karakteristik mentor dan mentee.

1) Mentor

Dalam American Heritage Dictionary Of The English

Language, mentor diartikan sebagai seorang yang bijak dan

seorang konselor/guru yang dapat dipercaya.

Bronfenbrenner mendefenisikan seorang mentor adalah seorang yang dewasa, yang lebih berpengalaman yang mengetahui lebih jauh perkembangan karakter dan kompetensi remaja dengan membimbing remaja untuk dapat menguasai bakat dan tugas dimana mentor sudah menguasainya terlebih dahulu.

Dari defenisi di atas kita dapat melihat gambaran bahwa seorang mentor tidak hanya berperan sebagai seorang pembimbing saja tetapi ia memiliki multi fungsi yaitu selain

(31)

sebagai seorang guru bagi mentee, juga seorang pendukung, pendorong, konselor, dan sahabat. Untuk itu seorang mentor harus memiliki criteria tertentu guna mencapai tujuan dari pelaksanaan mentoring. Sebagai seorang mentor yang baik setidaknya memiliki karakteristik sebagai berikut:

a) Memiliki akhlak yang baik

b) Senantiasa meningkatkan kapasitas keilmuan c) Memiliki mental yang kuat

d) Mampu merespon keadaan mentee e) Memiliki rasa menghargai yang tinggi f) Mempunyai kemauan untuk belajar g) Seorang pendengar yang baik

h) Mampu membangun kepercayaan terhadap mentee

i) Pendorong dan pemberi motivasi (Cahyadi Takariawan, 2011:138).

Selain itu mentor juga memiliki tugas dan tanggung jawab, utamanya, seorang mentorakan membantu mentee untuk selamat dunia akhirat. Sebagaimana Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 201:































Artinya: “dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka". Maka para

(32)

Seorang mentor itu sebagai “learning leader” seseorang yang memfasilitasi mentee menjalani proses belajar menjadi sesuatu yang lebih baik. Bukan sekedar pemberi materi ke

mentee. Mentor bukanlah sekedar seperti guru di kelas,

dibawah ini adalah tugas dan tanggung jawab seorang mentor secara umum:

a) Memimpin pertemuan

b) Menesehati dan mengupayakan pemecahan masalah c) Memahami dan menguasai kondisi mentee serta

meningkatkan potensi mereka

d) Membangun hubungan pertemanan yang baik dan iklim komunikasi yang sehat

e) Membantu mentee memahami persoalan hidup dan menemukan solusinya

f) Berbagi pengalaman dan cerita, termasuk kegagalan-kegagalan

g) Selalu mempersiapkan bahan ketika akan mementor. h) Berusaha menampilkan keteladan yang maksimal di depan

mentee dan masyarakat secara umum diberbagai bidang

kehidupan (Satria Hadi Lubis, 2002: 10) 2) Mentee

Mentee adalah sebutan untuk seorang yang mengikuti

kegiatan mentoring. Suksesnya pelaksanaan mentoring tidak hanya bergantung pada karakteristik mentor saja, tetapi juga karakteristik mentee. Sejauh mana mentee mampu memahami dan bisa mengikuti arahan yang diberikan oleh mentor.

Adapun karakteristik yang seharusnya dimiliki oleh seorang mentee adalah sebagai berikut:

(33)

b) Mempunyai keinginan untuk bekerja sebagai tim c) Sabar

d) Mampu mengambil resiko e) Bersikap positif.

f. Metode Mentoring

Menyampaikan pesan dakwah dalam sebuah kegiatan mentoring membutuhkan sebuah metode yang baik agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan jelas dan baik, karena kebaikan yang disampaikan dengan cara atau metode yang tidak baik maka akan memberikan yang tidak baik pula, bahkan hal yang luar biasa sekalipun jika disampaikan dengan metode yang biasa-biasa maka akan menghasilkan hal biasa saja, sementara hal yang biasa namun disampaikan dengan luar biasa maka akan memberikan hasil yang luar biasa.

Jadi mentoring itu membutuhkan suatu metode yang baik dalam menyampaikan pesan dakwah, sehingga peserta mentoring dapat menerima materi yang disampaikan oleh mentor. Sebagai mana yang disebutkan dalam Q.S. An-Nahl ayat 125.















































Artinya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk

(34)

Metode menyampaikan materi sangat banyak, akan tetapi pada dasarnya tidak ada metode yang dianggap paling baik, karena semua metode itu adalah baik, tergantung kita sebagai mentor dalam menyampaikannya harus disesuaikan dengan situasi dan kondisinya sehingga dalam situasi dan kondisi bagaimanapun kita dapat sukses dalam menyampaikan materi.

Dibawah ini beberapa metode yang dapat dipilih dan digunakan dalam menyampaikan materi mentoring, diantaranya: metode ceramah, diskusi kelompok, panel, panel forum, role play, kelompok studi kecil, simposium, simposium forum dan lain-lain. 1) Metode Ceramah

Ceramah ialah pidato yang disampaikan oleh seseorang pembicara didepan sekelompok peserta mentoring.

2) Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok adalah percakapan yang direncanakan atau dipersiapkan antara tiga orang atau lebih tentang topik tertentu dengan seorang pemimpin.

3) Metode Panel

Panel adalah pembicaraan yang sudah direncanakan didepan peserta tentang sebuah topik tertentu dengan seorang pemimpin.

4) Role Play

Role-play adalah pemeranan sebuah situasi dalam hidup manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan analisa kelompok.

5) Kelompok Studi Kecil

Kelompok studi kecil adalah pemecahan kelompok yang lebih besar, kelompok kecil ini membahas tugas yang

(35)

diberikan dan biasanya melaporkan hasilnya pada kelompok besar.

6) Simposium

Simposium adalah serangkaian pidato pendek didepan peserta dengan seorang pemimpin, pidato-pidato itu mengemukakan aspek-aspek yang beda topik tertentu.

7) Simposium Forum

Simposium forum adalah yang diikuti dengan partisipasi peserta.

Jadi dalam penyampaian materi dalam kegiatan mentoring menggunakan bermacam-macam metode sesuai dengan kondisi dan situasi, di IAIN Batusangkar juga menggunakan bermacam-macam metode selain metode di atas juga menggunakan metode beda buku, beda film serta beda tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam Islam, sehingga kegiatan mentoring memiliki warna yang berbeda-beda setiap kali pertemuan.

g. Prinsip-Prinsip yang Digunakan dalam Pelaksanaan Mentoring

Prinsip-prinsip yang digunakan dalam pelaksanaan mentoring agama Islam menurut (Az-Zahidda,2009: 52) adalah sebagai berikut:

1) Pelaksanaan mentoring harus menarik (fun)

Mentoring tidak boleh menakutkan dan terkesan horor, mengkaji Islam juga perlu menyenangkan. Agar mentoring tidak membosankan, sesekali sesekali mentoring diadakan di luar atau bisa berkeliling sesama anggota mentoring. Hal tersebut agar lebih akrab, lebih dekat satu sama lain. Dapat juga mengadakan lomba dari tiap kelompok mentoring

(36)

2) Pelaksanaan metoring harus selalu segar (fresh)

Mentoring harus selalu segar, dalam melaksanakan proses mentoring, senantiasa menyuguhkan materi-materi yang baru berdasarkan buku panduan yang ada, sehingga proses mentoring selalu segar dan tidak membosankan karena setiap pertemuan materi yang disampaikan berbeda-beda serta kegiatan yang dilakukan bervariasi.

3) Peserta mencurahkan perhatian sepenuhnya pada proses pelaksanaan mentoring serta ikhlas dalam mengikutinya (fokus)

4) Hubungan mentor dan peserta mentoring selayaknya teman sebaya (friendly)

h. Kurikulum/ Materi Mentoring

Kurikulum merupakan perangkat rencana dan pengaturan mengenai isi materi dan cara menyampaikan materi kepada

mentee atau mutarobbi. Mentor harus menguasai kurikulum

mentoring dangan baik.Berikut ini beberapa materi yang diambil dari buku panduan mentoring IAIN Batusangkar digunakan dalam proses mentoring:

a) Urgensi sholat

b) Bukti iman kepada Al-Qur‟an c) Makna dua kalimat syahadat

d) Istiqomah dalam tauhid (ashhabul ukdhdud) e) Syukur nikmat

f) Makna tauhid

g) Cinta kepada Allah (mahabbatullah) h) Keutamaan sholat berjema‟ah i) Keseimbangan (tawazun) j) Menutup aurat

(37)

k) Melakukan yang terbaik (ihsan)

l) Berbuat kepada kedua orang tua (birrul walidain) m) Peran pemuda Islam

n) Ghazul fikri

o) Konsisten dalam Islam (tsabat). (Tim Penyusun IAIN Batusangkar materi pelaksaan mentoring, 2016)

Jadi secara umum materi dari mentoring itu berkaitan dengan menambah kualitas pemahaman dan pengalaman tentang ajaran agama Islam serta nilai-nilai utama dan aplikatif dalam Islam, yang berhubungan dengan tiga aspek yaitu aqidah, ibadah dan akhlak

i. Aspek-Aspek dalam Mentoring a) Aqidah

Aqidah merupakan hal yang paling mendasar dari diri seseorang karena dengan aqidah seseorang memiliki pondasi atau sikap keberagamaan, aqidah juga merupakan alas an seseorang dapat berprilaku sebagai hamba yang percaya atas kekuasaan Tuhan. Ruang lingkup aqidah merupakan hal yang paling mendasar dalam diri seseorang dikarenakan dengan aqidahlah seseorang memiliki pondasi atau sikap keberagamaan, aqidah juga merupakan alasan utama seseorang dapat berprilaku sebagai hamba yang percaya atas kekuasaan Tuhan. Aqidah juga berkaitan dengan iman dan taqwa, hal inilah yang melahirkan keyakinan, keyakinan atas setiap yang ada pada dirinya merupakan pemberian dari tuhannya, dan ia mengetahui bahwa ia juga akan kembali pada Tuhannya pula. (Hilyatil Jannah, 2011: 23)

Jadi aqidah adalah pondasi dari keyakinan dari setiap orang yang memiliki kepercayaan atau suatu aqad untuk

(38)

masuk dalam agama Islam. Adapun materi-materi yang berkaitan dengan aqidah adalah makna dua kalimat, syahadat makna tauhid dan mahabbatullah.

b) Ibadah

Ibadah secara bahasa bearti taat, tunduk, menurut, mengikuti dan do‟a. sedangkan ibadah menurut ulama tauhid mengatakan bahwa ibadah adalah meng-Esakan Allah SWT. dengan sungguh-sungguh dan merendahkan diri serta menundukkan jiwa setunduk-tunduknya kepada-Nya. (Ahmad Thib. 2003: 137). Pengertian ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam Q.S. An-Nisa‟ ayat 36:



































































Artinya: sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (Departemen Agama. 2004: 84)

(39)

Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ibadah itu adalah hubungan manusia dengan Sang Kholiknya (hablum minallahi), ibadah juga merupakan mererialisasikan sikap keberagaman seseorang terhadap Allah SWT di dalam kehidupannya. Dalam aspek ibadah ini yang berkaitan mareti mentoring adalah shalat dan shalat berjema‟ah.

c) Akhlak

Akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa arab yaitu akhlak ,bentuk jamakdari kata khuluq atau

al-khuluk yang secara etimologi bearti budi pekerti, perangai,

tingkah laku, atau tabiat. Secara terminologi akhlak bearti sikap yang melahirkan perbuatan yang bisa berbentuk

akhlaqul mahmudah maupun akhlaqul mazmumah.

(Muhammad Daud Ali, 2006: 346)

Akhlak adalah salah satu cerminan kepribadian seseorang, apabila baik akhlaknya maka baik pula kepribadiannya, begitu juga sebaliknya apabila buruk akhlak seseorang maka buruk pula kepribadian orang tersebut. Akhlak juga dapat menentukan kualitas dari seseorang, karna akhlak tidak bisa dibuat-buat dan tidak juga bisa direkayasa, akhlak sudah muncul dari sendirinya tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran dari otak kita.

Adapun materi mentoring yang berkaitan dengan akhlak adalah keseimbangan (tawazun), melakukan yang terbaik (ihsan), berbuat baik kepada kedua orang tua (birrul

wa lidain). Secara umum aspek mentoring ini berfungsi

untuk menambah pemahaman keberagamaan baik dalam aspek aqidah, ibadah, dan akhlak, sehingga materi-materi

(40)

yang diberikan memang benar-benar menambah ilmu keagamaan.

2. Pemahaman Keberagamaan

a. Pengertian Pemahaman Keberagamaan

Kata keberagamaan berasal dari kata agama, yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bearti ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan pribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan lingkungannya. Agama dalam kamus besar bahasa arab bearti “diin” yang berarti tunduk, patuh. (Mahmud Yunus, 1989: 132)

Secara Etimologi, istilah keberagamaan itu berasal dari kata “Agama” yang mendapat awalan “ke,”ber” akhiran “an” sehingga menjadi keberagamaan. Kaitannya dengan hal ini, W.J.S. Poerwadarminta (1986: 18). Memberikan arti keagamaan sebagai berikut: keagamaan adalah sifat-sifat yang terdapat dalam agama atau segala sesuatu mengenai agama, misalnya perasaan keagamaan, atau yang berkaitan dengan soal keagamaan. Agama adalah ajaran-ajaran inti yang dibawa Rasulullah berisikan nilai-nilai kebajikan untuk dilakukan oleh manusia. (Hernia Aruani, File///E/Bahan Keberagamaan/Pengertian Keagamaan.htl:Rabu 27 Februari 2018).

Keberagamaan bentuk respon manusia terhadap yang sakral dan keanekaan agama yang bisa dilacak pada setiap zaman, tempat, budaya dan peradaban menunjukkan bahwa manusia memiliki kecenderungan alamiah untuk percaya pada

(41)

Tuhan. Dalam Al-Qur‟an, kecenderungan alamiah itu disebut fitrah. Karena fitrah inilah, manusia pada dasarnya memiliki kebutuhan instrinsik untuk beragama. Dalam Al Qur‟an surat Ar-Rum ayat 30 Allah SWT berfirman:

































Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.(Muhammad Fuad Abd Al Baqi: Mu‟jam Al-Mufahras li Al Fadz Al Qur‟an Al Karim, Al-Qahirah:Daar Al

Hadits, 199).

Keberagamaan dapat dilihat dari seberapa dalam keyakinan, seberapa jauh pengetahuan, seberapa konsisten pelaksanaan ibadah ritual keagamaan, seberapa dalam penghayatan atas agama Islam serta seberapa jauh implikasi agama tercermin dalam perilakunya. Dalam Islam, keberagamaan akan lebih luas dan mendalam jika dapat dirasakan seberapa dalam penghayatan keagamaan seseorang.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pemahaman keagamaan adalah pengertian dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang setelah mereka mengikuti proses belajar

(42)

mengajar dalam Islam, keberagamaan tidak hanya diwujudkan dalam bentuk ritualibadah saja namun juga aktifitas lainnya. Sebagai sistem yang menyeluruh,Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh pula.

b. Ciri-ciri sikap keberagamaan

Menurut Jamaludin dan Usman Said dalam Dewi Faridah (2008: 22-23) Untuk mengetahui apakah seseorang mempunyai sikap keberagamaan atau tidak, maka dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut:

1) Selalu menempuh jalan hidup yang didasari didirikan ketuhanan dengan melaksanakan ibadah dalam arti luas 2) Senantiasa berpedoman kepada petunjuk Allah SWT,

untuk memperoleh kemampuan membedakan yang baik dan yang buruk

3) Merasa memperoleh kekuatan untuk menyerukan dan berbuat benar setelah menyampaikan kebenaran kepada orang lain.

4) Memiliki keteguhan hati untuk berpegang kepada agamanya

5) Memiliki kemampuan yang kuat dan tegas dalam menghadapi kebatilan

6) Tetap tabah dalam kebenaran dalam segala kondisi

7) Memiliki kelapangan dan ketentraman hati serta kekuasaan batin, sehingga sabar menerima cobaan

8) Mengetahui tujuan hidup dan menjadikan akhirat sebagai tujuan akhir yang lebih baik

9) Kembali kepada kebenaran dengan melakukan taubat dari segala kesalahan yang pernah dibuat sebelumnya.

(43)

11) Menjaga tangannya sehingga tidak mengganggu orang lain

12) Dia juga menghormati tetangganya, saudara sesama muslim dan sangat mencintai Allah Dan Rasul nya.

Kriteria yang diberikan oleh Al-Qur'an bagi mereka yang memiliki pemahaman keagamaan yang baik cukup bervariasi. seperti pada sepuluh ayat pertama pada Surah Al-Mu'minun dan bagian akhir dari Surah Al-Furqan adalah sebagai berikut:

1) Mereka yang khusyu' shalatnya

2) Menjauhkan diri dari (perbuatan-perbuatan) tiada berguna 3) Menunaikan zakat

4) Menjaga kemaluannya kecuali kepada isteri-isteri yang sah

5) Jauh dari perbuatan melampaui batas (zina, homoseksual, dan lain-lain)

6) Memelihara amanat dan janji yang dipikulnya 7) Memelihara shalatnya (QS. Al-Mu'minun : 1 - 10)





























































































(44)





























Artinya:

(1).Sesungguhnya beruntunglah orang-orang

yang beriman , (2)(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,(3). dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,(4). dan orang-orang yang menunaikan zakat,(5). dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, (6). kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. (7). Barangsiapa mencari yang di balik itu Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas. (8). dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (9). dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. (10). mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi,

8) Merendahkan diri dan bertawadlu'

9) Menghidupkan malamnya dengan bersujud (Qiyamullail) 10) Selalu takut dan meminta ampunan agar terjauh dari

jahanam

11) Membelanjakan hartanya secara tidak berlebihan dan tidak pula kikir

12) Tidak menyekutukan allah, tidak membunuh, tidak berzina

13) Suka bertaubat, tidak memberi persaksian palsu dan jauh dari perbuatan sia-sia, memperhatikan Al-Qur'an, bersabar, dan mengharap keturunan yang bertaqwa (QS. Al-Furqan : 63 - 67)

(45)





























































































Artinya:

63. dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.(64). dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. (65). dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, jauhkan azab Jahannam dari Kami, Sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal".(66). Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.(67).dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.

Ciri orang yang memiliki keagamaan yang baik adalah apabila orang tersebut bertaqwa kepada Allah SWT. Dan inti taqwa itu ada empat, yaitu:

1) Mengamalkan isi Al-Qur'an

2) Mempunyai rasa takut kepada Allah sehingga berbuat sesuai dengan perintah-perintah Nya dan meninggalkan larangan-Nya

(46)

3) Merasa puas dengan pemberian atau karunia Allah SWT meskipun terasa sedikit

4) Persiapan untuk menjelang kematian dengan meningkatkan kualitas keimanan dan amal shaleh. Dedi ritonga (2012, 15 september) kriteria orang yang memiliki kematangan agama. (weblog post) retrived from http://stady insyaAllah blogspot. Com/ 2018/08 bahan kriteria orang yang matang beragama.html

Tingkah laku seseorang ada hubungannya dengan pengalaman keagamaan yang dimilikinya. Artinya, orang yang memiliki pengalaman keagamaan yang baik akan cendrung untuk berbuat baik, karena agama pada prinsipnya adalah tuntunan bagi seseorang untuk mengerjakan hal-hal yang baik, karena agama pada prinsipnya adalah tuntunan bagi seseorang untuk mengerjakan hal-hal yang baik dalam urusan dunia dan akhirat. Seiring dengan itu, dengan pengalaman keagamaan juga orang terhindar dari perilaku amoral yang tidak dikehendaki oleh suatu masyarakat, sehingga sering orang mengatakan bahwa kadar keagamaan itu terletak pada tanggung jawab orang tua, masyarakat dan guru.(Zainurni Zein. (2012). 80. Retrieved from http:// www.Aktifitas keagamaan universitas negeri padang. Indonesia.vol.IX. NO. 10 Th 2012

Agama yang berkaitan dengan sikap keberagamaan adalah keagamaan orang muslim (Islam), yang dapat tercemin dalam tiga inti ajaran pokoknya yaitu:

1) Aqidah

Setiap manusia yang hidup didunia pasti memiliki kepercayaan terhadap Tuhan yang menciptakannya,

(47)

walaupun bentuk dan pengungkapannya berbeda-beda namun semuanya bertujuan yang sama yaitu menyembah Tuhan yang maha pencipta. Naluri ini telah tumbuh dalam diri manusia sejak manusia masih berada dalam kandungan. Kebutuhan akan adanya Tuhan tidak serta merta karena kebutuhan sesaat saja namun terus menerus secara kontinuitas. Hal ini karena manusia memang membutuhkan kepercayaan. Kepercayaan itu akan membentuk sikap dan pandangan hidup seseorang.

Dalam proses manusia mencari kepercayaan akan dijumpai adanya bermacam-macam konsep diri yang masihsederhana sampai kepada yang sudah sempurna. Dan setiap agama pasti memilikikonsep kepercayaan yang oleh para pakar teologi disebut sebagai pengertian-pengertian dasar keagamaan.

2) Ibadah

Ibadah secara bahasa bearti taat, tunduk, menurut, mengikuti dan do‟a. sedangkan ibadah menurut ulama tauhid mengatakan bahwa ibadah adalah meng-Esakan Allah SWT. dengan sungguh-sungguh dan merendahkan diri serta menundukkan jiwa setunduk-tunduknya kepada-Nya. Ibadah menurut istilah adalah ketundukan hati secara sempurna dan mendalam diiringi dengan sikap lahiriyah berupa iabdah kepada allah, yaitu semua ibadah yang diperintahkan allah untuk dikerjakan dan menjauhi apa yang dilarangnya. Dalam arti umum ibadah meliputi segala kegiatan manusia yang didasarkan kepada kepatuhan, ketundukan dan keikhlasan kepada allah, sedangkan dalam arti khusus hanya mencakup tata cara serta rinciannya telah

(48)

diatur oleh Allah dan rasul-nya, seperti sholat, puasa, zakat dan haji. Ibadah terbagi menjadi enam macam yaitu sebagai berikut:

a) Ibadah yang berupa perkataan dan ucapan lidah dapat berupah tasbih, tahmid, tahlil, takbir, taslim, do‟a, mengucapkan salam, menjawab salam, khutbah, membaca al-qur‟an,

b) Ibadah yang berupa perbuatan yang seperti, menolong orang, berjihad, membela diri dari gangguan

c) Ibadah beruapa menahan diri dari mengerjakan sesuatu pekerjaan berupa puasa.

d) Ibadah yang melengkapi perbuatan dan menahan diri dari sesuatu pekerjaan dapat berupa I‟tikaf, serta menahan diri dari jima‟ dan mubasyarah dan seperti: haji serta hal yang berkaitan dengan haji

e) Ibadah yang bersifat menggugurkan hak berupa membebaskan orang yang berhutang dari hutangnya dan memaafkan kesalahan orang

f) Ibadah yang melengkapi perkataan, pekerjaan, khusyu‟, menahan diri dari berbicara dan berpaling dari lahir dan batin dan yang memerintahkan kita menghadapinya yang berupa sholat.

3) Akhlak

Secara etimologi, akhlak adalah jama‟ dari kata khuluq yang artinya perangai atau budi pekerti, gambaran batin atau tabiat karakter. Akhlak bertalian dengan factor rohani, sifat, atau sikap batin. Faktor lahir dan batin tidak dapat dipisahkan antara rohani dan jasmani. (zuhairini. 1995: 42)

(49)

Secara terminologis, pengertian akhlak telah banyak dikemukakan oleh para ulama yaitu sebagai berikut:

1) Mmenurut Ibnu Maskawaih, akhlak yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan

2) Menurut Ibrahim Anis, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik dan buruk tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan

3) Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak adalah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dan mudah dilakukan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lebih lama.

Jadi akhlak adalah sifat, tabiat dan perbuatan-perbuatan seseorang yang telah tertanam dan melembanga yang dilakukan secara berulang-ulang atas dasar kesadaran jiwanya sehingga menjadi sebuah prilaku kebiasaan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga, maupun di masyarakat. Secara garis besar akhlak terbagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut:

1) Akhlah Terpuji (Mahmudah)

Yaitu akhlak yang senantiasa dalam control ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi kemaslahatan ummat, seperti sikap jujur, sabar, ikhlas, bersyukur, tawadhu (rendah hati), husnudzon (berbaik sangka), suka menolong orang lain,

Gambar

Tabel 3.1  Jumlah Populasi
Tabel 3.2  Jumlah Sampel
Gambar 4.2  Pemahaman Keberagamaan  Pemahaman Keberagamaan   rendah sedang tinggi sangat tinggi

Referensi

Dokumen terkait

Semua entiti dan individu yang terlibat dalam pasaran modal serta rantaiannya yang diluluskan (“Entiti Pasaran Modal”) termasuk :.. • Bursa

Di antaranya telah memiliki izin operasional dari pemerintah kabupaten/kota, mampu merancang dan menggunakan kurikulum fleksibel, tersedia pendidik dan tenaga

Manual ini disusun untuk memberikan acuan dan panduan dalam permohonan, penerbitan, perpanjangan, penggantian, pembatalan, penerbitan dan pelaporan Dokumen V-Legal

Buat progam yang meminta kepada user untuk mengetikkan sebuah karakter dan mencetak kode ASCII karakter tersebut ke dalam hexadecimal pada baris berikutnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konfigurasi akuifer yang telah terintrusi air laut Wilayah Pesisir Tugu, Kota Semarang, sehingga dapat dihindari

berdiri menyamping terhadap papan ukur vertical jump. 3) Jangkauan tangan subjek diukur dengan menaikkan ujung jari setinggi-tingginya dan menandai dengan kapur tulis

Warna pigmen melanin dapat bervariasi dari terang ke gelap coklat atau hitam, tergantung pada jumlah dan distribusi melanin dalam jaringan (Ryan dkk, 2016;

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara paparan asap dengan kejadian pembesaran gingival, terdapat perbedaan