• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pelayanan Kesejahteraan Karyawan

Program pelayanan karyawan merupakan kompensasi tidak langsung yang diberikan kepada karyawan baik dapat dinilai dengan uang maupun tidak dapat dinilai dengan uang. Disebut kompensasi tidak langsung karena tidak berhubungan langsung dengan prestasi kerja, melainkan biasanya diselenggarakan sebagai upaya penciptaan kondisi dan lingkungan kerja yang menyenangkan. Program kesejahteraan karyawan (employee benefit) biasa juga disebut juga dengan kompensasi pelengkap, gaji tersembunyi (fringe benefit), pelayanan karyawan atau jaminan sosial (Hasibuan 2007, 193). Program pelayanan kesejahteraan merupakan balas jasa lengkap (materi non materi) yang diberikan oleh pihak perusahaan berdasarkan kebijaksanaan. Tujuannya adalah untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik serta mental karyawan agar produktivitasnya meningkat. Kesejahteraan dapat dipandang sebagai uang tambahan lebih lanjut kepada karyawan. Terutama pembayaran kepada mereka yang sakit, uang bantuan untuk tabungan karyawan, pembagian berupa saham, asuransi, perawatan dirumah sakit dan pensiun (Hasibuan 2007, 185).

Program pelayanan kesejahteraan selain berupa uang, dapat pula diberikan berupa tunjangan. Tunjangan ini dapat berupa tunjangan keluarga, tunjangan pembangunan dan sebagainya, dimana secara keseluruhan dapat menambah penghasilan karyawan.

Menurut UU Republik Indonesia No 13 Tahun 2011 mendifinisikan kesejahteraan karyawan perusahaan adalah suatu pemenuhan kebutuhan atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik didalam maupun diluar

(2)

7

hubungan kerja, secara langsung ataupun tidak langsung dapat meningkatkan produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang sehat dan aman.

2.2 Jenis- jenis Program Kesejahteraan

Program kesejahteraan yang diberikan kepada karyawan adalah dalam bentuk finansial dan non finansial yang bersifat ekonomis serta pemberian fasilitas dan pelayanan. Pemberian program kesejahteraan harus diberikan dengan sebaik baiknya agar bermanfaat dalam mendukung tujuan organisasi, karyawan, dan masyarakat. Program kesejahteraan harus berazaskan keadilan dan kelayakan, berpedoman pada peraturan legal pemerintah dan berdasarkan pada kemampuan organisasi. Hal ini penting agar kesejahteraan yang pernah diberikan organisasi tidak ditiadakan, karena akan mengakibatkan karyawan malas serta menyebabkan tingkat kedisiplinan yang merosot.

Jenis kesejahteraan yang akan diberikan harus selektif dan efektif mendorong terwujudnya tujuan organisasi, karyawan dan keluarganya (Hasibuan 2007, 188). Jenis program kesejahteraan dapat disajikan pada tabel 2.2 pada lampiran 2. Dapat disimpulkan bahwa program pelayanan kesejahteraan adalah suatu upaya perusahaan untuk meningkatkan semangat kerja, kinerja, displin, loyalitas karyawan terhadap perusahaan, dengan cara memenuhi kebutuhan karyawan itu sendiri seperti gaji, berbagai tunjangan, bonus, dan lain-lain sesuai dengan kemampuan perusahaan, sehingga dapat membuat karyawan merasa senang, aman dan nyaman bekerja di dalam perusahaan.

Tunjangan-tunjangan dan peningkatan kesejahteraan yang pemberiannya tidak berdasarkan pada kinerja pegawai tetapi didasarkan kepada keanggotaanya sebagai bagian dari organisasi serta pegawai sebagai seorang yang memiliki banyak kebutuhan agar dapat menjalankan kehidupannya secara normal dan bekerja lebih baik, merupakan suatu program pelayanan kesejahteraan karyawan.

(3)

8

2.3 Tujuan dan Manfaat Program Pelayanan Kesejahteraan

Program kesejahateraan yang diberikan oleh perusahaan atau organisasi pada pegawainya hendaknya bermanfaat, sehingga dapat mendorong tercapainya tujuan perusahaan yang efektif. Program kesejahteraan karyawan sebaiknya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan tidak melanggar peraturan pemerintah. Adapun tujuan program kesejahteraan pada pegawai menurut (Hasibuan 2007, 187):

1. Untuk meningkatkan kesetiaan dan ketertarikan pegawai dengan perusahaan

2. Memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi pegawai beserta keluarganya

3. Memotivasi gairah kerja, disiplin dan produktivitas pegawainya

4. Menurunkan tingkat absensi dan pergantian tenaga kerja (labour turn over)

5. Menciptakan lingkungan dan suasana kerja yang baik serta nyaman

6. Membantu lancarnya pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan

Sedangkan manfaat yang diperoleh dari diselenggarakannya program kesejahteraan bagi organisasi adalah:

1. Penarikan tenaga kerja lebih efektif

2. Peningkatan semangat kerja dalam kesetiaan

3. Penurunan tenaga kerja karyawan dan absensi

4. Pengurangan pengaruh serikat karyawan

5. Pemuasan kebutuhan-kebutuhan karyawan

(4)

9

7. Mengurangi kemungkinan intervensi pemerintah

Berbagai manfaat tersebut banyak yang sukar untuk dikuantifikasikan dan karenanya juga sering sukar untuk dinilai manfaatnya secara ekonomis atau dinyatakan dalam satuan moneter. Walaupun demikian organisasi tetap merasa bahwa program kesejaheraan karyawan bermanfaat bagi organisasi. Organisasi mengharapkan akan tercapainya kepuasan kerja karyawan yang akan berpengaruh kepada peningkatan produktivitas dan semangat kerja karyawan dengan dilaksanakannya program kesejahteraan karyawan.

2.4 Program Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat atau dalam hal ini karyawan. Pelayanan kesehatan juga diartikan sebagai upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Depkes RI 2009).

2.5 Pengertian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Badan penyelenggara jaminan sosial merupakan badan usaha milik negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk meyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia. Di era sistem jaminan sosial nasional (SJSN), badan penyelenggara jaminan sosial merepresentasikan Negara dalam mewujudkan hak konstitusional warga Negara atas jaminan sosial Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011, badan penyelenggara jaminan sosial atau BPJS yaitu lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia. Dalam pasal 5 ayat 1 dan pasal 52 tentang sistem jaminan sosial nasional UU No. 40 Th. 2004 menetapkan bahwa:

(5)

10

a. Badan penyelenggara jaminan sosial merupakan program jaminan sosial negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat.

b. Badan penyelenggara jaminan sosial merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

2.5.1. Visi BPJS Kesehatan :

Paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki jaminan kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya.

2.5.2. Misi BPJS Kesehatan :

a. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan mendorong partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

b. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan yang efektif, efisien dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang optimal dengan fasilitas kesehatan.

c. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana BPJS Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk mendukung kesinambungan program.

d. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip tata kelola organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai untuk mencapai kinerja unggul.

(6)

11

e. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan evaluasi, kajian, manajemen mutu dan manajemen risiko atas seluruh operasionalisasi BPJS Kesehatan.

f. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan.

2.6. Tujuan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)

Tujuan diberlakukannya program Jaminan Kesehatan Nasional ini adalah untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.

2.7. Norma BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)

a. BPJS dibentuk dengan undang-undang No.24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU No.24 tahun 2011 pasal 5)

b. BPJS berfungsi untuk menyelenggarakan kepentingan umum, yaitu Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang berdasarkan asas kemanusiaan, manfaat dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (UU No.24 tahun 2011 pasal 2)

c. BPJS diberi delegasi kewenangan untuk membuat aturan yang mengikat umum (UUNo.24 tahun 2011 pasal 48 ayat 3)

d. BPJS bertugas mengelola dana publik, yaitu dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta (UU No.24 tahun 2011 pasal 10 huruf d)

e. BPJS berwenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional (UU No.24 tahun 2011 pasal 11 huruf c)

(7)

12

f. BPJS bertindak mewakili Negara RI sebagai anggota organisasi atau lembaga internasional (UU No.24 tahun 2011 pasal 51 ayat 3)

g. BPJS berwenang mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi kewajibannya (UU No.24 tahun 2011 pasal 11 huruf f)

h. Pengangkatan anggota dewan pengawas dan anggota direksi oleh Presiden, setelah melalui proses seleksi publik (UU No.24 tahun 2011 pasal 28 s.d pasal 30)

2.8. Peserta BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)

Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah mebayar iuran, meliputi :

1. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) : fakir miskin dan orang tidak mampu, dengan penetapan peserta sesuai ketentuan perundang-undangan.

2. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI), terdiri dari:

i) Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya

a. Pegawai negeri sipil

b. Anggota TNI

c. Anggota Polri

d. Pejabat Negara

e. Pegawai pemerintah non pegawai negeri

f. Pegawai swasta, dan

g. Pekerja yang lain yang menerima upah, termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

(8)

13

ii) Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya

a. Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerjaan mandiri, dan

b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima upah, termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

iii) Bukan pekerja dan anggota keluarganya

a. Investor

b. Pemberi kerja

c. Penerima pension, terdiri dari :

- Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pension

- Anggota TNI dan anggota POLRI yang berhenti dengan hak pensiun

- Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun

- Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang mendapat hak pensiun

d. Veteran

e. Perintis kemerdekaan

f. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau perintis kemerdekaan

g. Bukan pekerja yang tidak termasuk diatas, yang mampu membayar iuran

(9)

14

3. Anggota keluarga yang ditanggung BPJS :

a. Pekerja penerima upah : Keluarga inti meliputi suami dan anak yang sah, sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang

b. Pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja : Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang diinginkan (tidak terbatas)

c. Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, meliputi anak ke-4 dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua.

d. Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yang meliputi kerabat lain seperti saudara kandung/ipar, asisten rumah tangga dan lain-lain.

2.9. Manfaat BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)

Manfaat jaminan sosial yang menjadi hak peserta dan atau anggota keluarga. Setiap peserta berhak untuk memperoleh Jaminan Kesehatan yang bersifat komprehensif (menyeluruh) yang terdiri dari:

a. Pelayanan kesehatan pertama, yaitu Rawat Jalan Tingkat Pertama (RTJP) dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP)

b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) dan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITJ)

c. Pelayanan persalinan

d. Pelayaan gawat darurat

e. Pelayanan ambulan bagi pasien rujukan dengan kondisi tertentu antar antar fasilitas kesehatan

f. Pemberian kompensasi khusus bagi peserta di wilayah tidak tersedia fasilitas kesehatan memenuhi syarat

(10)

15 2.10. Prosedur Pelaksanaan BPJS kesehatan

Dalam upaya menyempurnakan pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional, BPJS Kesehatan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat, tenaga kesehatan, dan fasilitas kesehatan. Salah satunya adalah dengan mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaannya, hingga pengaturan pemerintah terkait pelaksanaan BPJS Kesehatan dalam melayani masyarakat peserta BPJS Kesehatan. Prosedur pelaksanaan BPJS kesehatan ada beberapa macam yaitu prosedur pendaftaran, prosedur umum, prosedur rawat jalan, prosedur pelayanan obat, prosedur pelayanan alat kesehatan, prosedur fasilitas kesehatan, dan prosedur klaim.

2.10.1. Prosedur Pendaftaran

Dalam prosedur pendaftaran peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja atau disebut peserta mandiri, nantinya setelah menerima formulir daftar isian peserta (DIP) yang telah diisi lengkap beserta kelengkapannya, BPJS Kesehatan akan memberikan nomor virtual account kepada calon peserta untuk keperluan pembayaran iuran premi bulanan. Setelah itu BPJS Kesehatan akan melakukan proses administrasi kepesertaan yang dilaksanakan dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender. Setelah proses tersebut selesai dilaksanakan, di hari ke-14 peserta harus melakukan pembayaran iuran pertama dengan menggunakan nomor virtual account tersebut dan pembayaran dapat dilakukan melalui anjungan tunai mandiri (ATM), setor tunai, internet banking, electronic data capture (EDC) atau dengan mekanisme autodebet di Bank yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Setelah membayar, peserta dapat mengambil kartu peserta dan bisa mendapatkan jaminan pelayanan kesehatan dari BPJS Kesehatan. Peraturan waktu proses pendaftaran 14 hari ini dibuat karena proses teknis yang harus dilalui untuk memastikan administrasi

(11)

16

kepesertaan berjalan baik membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Proses administrasi kepesertaan yang harus dilakukan BPJS Kesehatan antara lain melakukan verifikasi data kependudukan peserta agar tidak terjadi kepesertaan ganda, penyiapan dan pendaftaran untuk peserta terdaftar di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) pilihan, serta penerbitan kartu peserta. Proses ini sangat penting dilakukan untuk memastikan agar pelayanan kesehatan yang diterima sesuai dengan hak peserta. Sementara BPJS Kesehatan juga harus memastikan bahwa jumlah peserta yang terdaftar di FKTP tersebut masih dalam tingkat wajar. Kebijakan proses pendaftaran selama 14 hari tersebut hanya berlaku pada peserta dari kelompok Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja yang mendaftar secara mandiri, dan memilih menjadi peserta kelas I dan II.

2.10.2 Prosedur Umum

Puskesmas Klinik

Praktek dokter umum/gigi RS Kelas Pertama

Klinik spesialis RS

Umum/Khusus

Gambar 2.10.2

Peserta yang telah mendaftar dan menggunakan BPJS Kesehatan mendapat fasilitas kesehatan Tingkat Pertama yaitu pelayanan dari puskesmas, klinik, praktek dokter umum/gigi, dan

Peserta Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Fasilitas Kesehatan Tingkat Kedua Membawa: -Kartu peserta BPJS Kesehatan -Rujukan dari Faskes Tingkat Pertama Membawa: -Kartu peserta BPJS Kesehatan

(12)

17

rumah sakit kelas pertama, sedangkan fasilitas kesehatan tingkat kedua terkhusus bagi pasien pada tingkat penyakit khusus yang memerlukan perawatan intensif.

2.10.3 Prosedur Rawat Jalan

Gambar 2.10.3

Pertama peserta membawa kartu BPJS Kesehatan, kemudian ke fase selanjutnya dilanjutkan dengan faskes memberikan pelayanan kesehatan, bersamaan dengan peserta/keluarga menandatangani surat bukti pelayanan, fase selanjutnya adalah apabila pasien yang mendapatkan rujukan, pasien akan mendapatkan surat rujukan ke faskes tingkat selanjutnya, tetapi apabila pasien tidak menerima surat rujukan pasien di harapkan untuk pulang.

2.10.4 Prosedur Pelayanan di Faskes Rujukan Tingkat Lanjut

Gambar 2.10.4

Peserta membawa kartu BPJS Kesehatan, dan membawa surat rujukan dari faskes tingkat pertama, kemudian BPJS BPJS Kesehatan Centre menerbitkan Surat Jaminan Pelayanan (SJP), Kemudian Peserta diberikan pelayanan di faskes tingkat kedua dan peserta menandatangani surat bukti pelayanan. Kemudian apabila

Peserta Klinik/Puskes mas Dokter Praktek Pulang Surat Rujukan ke Tingkat Lanjut Peserta BPJS Kesehatan Centre di Faskes Tingkat Lanjut Klinik Spesiali s/ Umum/ RS Khusus Pulang Rujuk Balik Ke Faskes Tingkat Pertama

(13)

18

tidak ada indikasi untuk penanganan faskes tingkat dua pasien di rujuk balik kembali ke faskes tingkat pertama.

2.10.5 Prosedur Pelayanan Obat

Gambar 2.10.5

Pada tahap pertama dokter akan memberikan resep kepada pasien, kemudian Apotik mengkaji resep dari dokter dan menyerahkanya kepada peserta, serta peserta menandatangani bukti penerimaan obat.

2.10.6 Prosedur Pelayanan Obat Tingkat Lanjut

Gambar 2.10.6

Dokter memberikan resep kepada pasien, kemudian pasien sebagai peserta BPJS memberikan resep dari dokter ke Apotik Klinik / rumah sakit dengan menyertakan kartu BPJS kesehatan, dan bukti pelayanan. Kemudian di tahap selnjutnya Apotik memverifikasi resep dan bukti pendukung, mengkaji resep dan memberikan obat kepada peserta selajutnya peserta diminta menandatangani bukti penerimaan obat.

2.10.7 Prosedur Pelayanan Alat Kesehatan

Pada prosedur pelayanan alat kesehatan, prosedurnya sama persis dengan prosedur pelayanan obat tingkat lanjut.

Puskesmas / Klinik Apotik Puskesmas/ Klinik / Jejaring Pulang Klinik Spesialis/R S

Peserta Apotik Klinik Spesialis/RS/

Jejaring

(14)

19

2.10.8 Prosedur Kerja Sama Fasilitas Kesehatan dengan BPJS Kesehatan

* Kredensialing adalah penilaian kelayakan.

Gambar 2.10.8

2.10.9 Prosedur Klaim

Gambar 2.10.9

Pada prosedur Klaim BPJS Kesehatan terdapat tiga tahap yang harus dilakukan yang pertama Faskes harus mengajukan klaim nya kepada BPJS Kesehatan, kemudian BPJS Kesehatan memverifikasi Klaim dari Faskes, barulah BPJS memberikan pembayaran Klaim kepada Faskes yang mengajukan Klaim.

Faskes mengajukan kerja sama Pemberitahuan kesepakatan tarif kepada Faskes Faskes setuju dengan tarif yang disepakati BPJS dan Asosiasi Faskes perwakilan provinsi membuat kesepakatan tarif mengacu Standar Tarif Jaminan Kesehatan BPJS Melakukan Kredensialing Diskusi kontrak kerjasama dan penandatangan an kontrak BPJS Mengumumkan hasil Kredensialing BPJS mengelompoka n Faskes berdasarkan jenis dan lokasi

Faskes melayani peserta BPJS Kesehatan Pengajuan Klaim oleh Faskes Verifikasi Klaim oleh BPJS Kesehatan Pembayaran Klaim oleh BPJS Kepada Faskes

Gambar

Gambar 2.10.8  2.10.9  Prosedur Klaim

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan terhadap tingkah laku estrus pada saat penelitian menunjukkan bahwa pada seiring dengan waktu terjadinya estrus, maka skor tingkah laku estrus juga semakin

menghimpun dan mengolah peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk teknis, data dan informasi serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan pembinaan

Berdasarkan latar belakang di atas, dalam makalah ini akan dibahas suatu alternatif valuasi pendanaan pensiun manfaat pasti pada jenis pensiun karena cacat,

3 Dilihat secara sektoral peranan yang sangat dominan dipegang oleh sektor perdagangan yaitu sebesar 31,91 persen pada tahun 2003 disusul sektor industri yang menyumbang

Spiner digunakan untuk proses pengeringan, dengan alat ini pengeringan abon jamur sangat singkat yaitu membutuhkan waktu hanya 3 menit dan hasilnya juga lebih

Evaluasi dan Pelaporan di Bidang Ideologi Wawasan Kebangsaan, Bela Negara, Karakter Bangsa, Pembauran Kebangsaan, Bineka Tunggal Ika dan Sejarah Kebangsaan Terlaksananya

Hal ini tentunya bertentangan dengan Pasal 9 ayat (1) huruf e UUJN yang menegaskan bahwa seorang Notaris diberhentikan sementara dari jabatannya apabila sedang menjalani

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa: a) hasil belajar mata pelajaran Fiqih materi pembe- lajaran Haji dan Umrah