• Tidak ada hasil yang ditemukan

"KAJIAN KEBUTUHAN MASYARAKAT AKAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI SEBAGAI DASAR PERTIMBANGAN REVISI STANDAR PENDIDIKAN-STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI" Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan ""KAJIAN KEBUTUHAN MASYARAKAT AKAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI SEBAGAI DASAR PERTIMBANGAN REVISI STANDAR PENDIDIKAN-STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI" Oleh"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Surabaya, 14-15 Oktober 2010, Kajian Kebutuhana Pelayanan Kesehatan Gigi 1 "KAJIAN KEBUTUHAN MASYARAKAT AKAN

PELAYANAN KESEHATAN GIGI SEBAGAI DASAR PERTIMBANGAN REVISI STANDAR PENDIDIKAN-STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI"

Oleh

Burhanuddin Pasiga (FKG Unhas) Sarasati (FKG Trisakti) Peter Andreas (FKG UI) Sri Widiawati (FKG UGM

Wiwiek (PDGI) Vonny (PS FK Unsrat)

PENDAHULUAN

Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, UU 36 – 2009 tentang Kesehatan, Sistem Kesehatan Nasional serta Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010 – 2014. Standar pendidikan dan kompetensi dokter gigi telah disahkan oleh Konsil Kedokteran pada tahun 2006 dan telah diimplementasikan di seluruh institusi pendidikan kedokteran gigi. Dalam pelaksanaannya standar kompetensi ditafsirkan berbeda-beda. Banyaknya fakultas kedokteran gigi mengakibatkan variasi yang lebar dalam hal kualitas, metode atau strategi pembelajaran yang digunakan, jumlah SDM, fasilitas, ketersediaan dana dan lain-lain. STANDAR KOMPETENSI lulusan profesi dan STANDAR PENDIDIKAN profesi dokter gigi, yang akan menjadi acuan bagi institusi penyelenggara pendidikan. Standar Kompetensi sebaiknya direvisi setiap 5 tahun, agar senantiasa sesuai dengan perkembangan kebutuhan peningkatan MUTU PELAYANAN KESEHATAN dan iptek kedokteran gigi. Untuk revisi standar tersebut, diperlukan masukan dari stakeholder, salah satunya dari profesi kedokteran gigi, tentang kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan gigi. Oleh karena itu kurikulum pendidikan kedokteran gigi harus didasarkan pada kebutuhan masyarakat.

(2)

Surabaya, 14-15 Oktober 2010, Kajian Kebutuhana Pelayanan Kesehatan Gigi 2 Kajian tentang kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan gigi seringkali diartikan sebagai normative needs saja padahal seharusnya mempunyai arti yang lebih luas yaitu ttg adanya perceive needs dan expressive needs (demand).Misal:

1. Dalam mencari pengobatan dan perawatan kesehatan gigi dan mulut, masyarakat cenderung memilih ke perawat gigi, dan atau tukang gigi dibanding ke dokter gigi? 2. Selain itu dalam mencari pengobatan dan perawatan kesehatan gigi dan mulut,

masyarakat cenderung memilih berobat ke LN dibanding di DN.

Tujuan Umum

Diperolehnya masukan untuk penyempurnaan revisi standar kompetensi dokter gigi tentang penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan gigi di Indonesia.

Tujuan khusus

1. Memperoleh data tentang jenis penyakit gigi dan mulut yang paling banyak dijumpai dalam masyarakat Indonesia

2. Memperoleh data tentang kebutuhan masyarakat Indonesia akan pelayanan kesehatan gigi dan mulut

3. Masukan untuk penyempurnaan revisi standar pendidikan dan standar kompetensi dokter gigi

METODE PENGUMPULAN DATA

Data yang dilaporkan adalah data yang diperoleh dari hasil Survei dan dari pengumpulan data yang dilakukan oleh Bagian Kesehatan Gigi Masyarakat Institusi Pendidikan Kesehatan Gigi di beberapa wilayah se Indonesia.

Berdasarkan hasil kesepakatan antara seluruh Bagian IKGM se Indonesia pada Acara Temu Ilmiah oleh Ikatan Profesi Kesehatan Gigi Masyarakat (IPKESGIMI) tahun 2007 di Makassar , formulir survey yang digunakan adalah formulir survey yang berlaku internasional yaitu form WHO 2004 dan WHO Steps survey 2007).

(3)

Surabaya, 14-15 Oktober 2010, Kajian Kebutuhana Pelayanan Kesehatan Gigi 3 HASIL SURVEI

Laporan Hasil Survei dari beberapa Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat di Indonesia yaitu dari FKG Usu, FKG UI, FKG UPDM, FKG UGM, FKG Unair, FKG Univ.Jember, FKG UHT, FKG Unmas dan FKG Unhas, dan data yang dilaporkan dari beberapa kegiatan yang dilakukan di pusat2 pelayanan kesehatan gigi.

Laporan Survei tentang kesehatan gigi mencakup beberapa hal yaitu  Prevalensi dari hasil survei

 Kuat tidaknya menimbulkan dampak terhadap dimensi2 kualitas kehidupan manusia ( contoh cleft palate  menyebabkan tekanan psikologis dan sosial bagi penderitanya)

 Beberapa faktor yang angka prevalensinya kecil tapi merupakan pencerminan dari suatu masalah yang terkait dengan program pembangunan kesehatan nasional (Pemerintah) atau internasional (WHO) (Contoh: Cleft palate disebabkan oleh kekurangan gizi, lesi oral akibat HIV Aids).

 Life style masyarakat yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan gigi akibat kemajuan informasi dan IPTEK (contoh adanya kecenderungan kebutuhan perawatan fixed appliance orthodontics, implant denture, bleaching, dll--  esthetic dentistry)

Hasil dari laporan Prevalensi penduduk masalah gigi dan mulut 23,4%, dan terdapat 1,6% penduduk yang telah kehilangan seluruh gigi aslinya.

_ Menerima perawatan pengobatan dari nakes gigi 29,6%

_ Indeks DMF - T = 4,85 gigi perorang, rata-rata kerusakan gigi, gigi yang dicabut, gigi yang ditambal sebesar 5 gigi perorang.

1. Prevalensi Karies

Hasil survey dari beberapa Bagian IKGM FKG diperoleh prevalensi karies berkisar anatara 74,4 sampai 93.4 %.

(4)

Surabaya, 14-15 Oktober 2010, Kajian Kebutuhana Pelayanan Kesehatan Gigi 4 2. Keadaan DMFT berdasarkan letak Geografis

Sumber data : Hasil survey FKG Usu dan FKG Unhas.

Nilai DMFT berdasarkan letak geografis yaitu antara daerah pantai dan daerah dataran tinggi secara deskriptif tidak ada perbedaan, kisarannya antara 5,6 sampai 6,22.

3. Keadaan DMFT masyarakat yang telah berkunjung ke PKM dan RS 93,4

74,4 81,4

Prevalensi Karies

Hasil FKG UPDM Hasil FKG Mahasaraswati Hasil FKG Unhas

Medan Sulsel (n=1204) Rata2 3,26 8,05 5,655 4,09 8,35 6,22

Rata2 nilai DMFT berdasarkan Letak Geografis

Pantai Dataran Tinggi

(5)

Surabaya, 14-15 Oktober 2010, Kajian Kebutuhana Pelayanan Kesehatan Gigi 5 Sumber : Hasil Survei FKG Unhas, 2009

Hasil Survei dari 300 pasien yang telah berkunjung di PKM dan RS Kab Buol Prov. Sulawesi Tengah diperoleh rata2 nilai DMFT= 8,07, angka DMFT ini didominasi angka pencabutan rata2 5,74 gigi, sedangkan rata2 gigi yang ditambal tidak sampai 1 gigi per orang.Berdasarkan hasil ini tergambar bahwa masyarakat yang datang berobat di PKM atau RS datang denga keluhan giginya minta dicabut.

4. Keadaan Decay pada kelompok yang mempunyai nilai Decay 30 % tertinggi.

D M F DMFT 2 6,36 0,05 8,42 2,5 5,21 0,08 7,78 2,27 5,74 0,067 8,07

Rata-rata nilai D,M, F dan DMFT pengunjung

PKM dan RS di Kab Buol

LAKI-LAKI PEREMPUAN Rata-rata

2,67 3,72

4,84 4,3

8,03 8,3

9,84

17,32

Kelompok umur anak2 Kelompokumur remaja

Kelompok Umur dewasa

Kelompok Lansia

Umum SIC

(6)

Surabaya, 14-15 Oktober 2010, Kajian Kebutuhana Pelayanan Kesehatan Gigi 6 Rata-rata Decay (Karies) yang dihitung dengan DMFT terlihat untuk kelompok anak=anak = 2,67, emaja 3,72. Sedangkan kalau dinilai berdasarkan kelompok yang mempunyai nilai 30% yang tertinggi maka nilai rata-data Decay untuk kelompok anak2 = 8.03 dan remaja 8,3 . Oleh karena itu sebagai sasaran perencanaan program sebaiknya menggunakan SIC (Signifance Index Caries).

5. Keadaan Karies berdasarkan tingkat keparahan

Tingkat keparahan karies yang terbanyak adalah karies email 62,8%, karies dentin 42,1% dan karies pulpa 28,9%.

6. Kebutuhan perawatan karies

Anak2 Remaja Dewasa Lansia RATA-RATA

56,6 73,7 75,7 46,7 62,8 27,8 43,3 49,7 49,1 42,1 13,6 43,2 38,5 26,9 28,9

Tingkat Keparahan Karies C1 % Tingkat Keparahan Karies C2 % Tingkat Keparahan Karies C3 %

Anak2 Remaja Dewasa Lansia RATA-RATA

42,9 47,4 68,1 68,9 67,8 61,9 23,6 39 45,2 40,2 32,4 40,4 59,6 63,2 57,2 3,5 36,9 61,8 37,2 Kons % Endo % Exo % Pros %

(7)

Surabaya, 14-15 Oktober 2010, Kajian Kebutuhana Pelayanan Kesehatan Gigi 7 Kebutuhan perawatan untuk karies dgn keparahan C1 (karies email), C2 ( karies dentin) dan C3 (karies pulpa) dan karies akar menunjukkan rata2 untuk semua kelompok umur prosentase terbesar secara berurutan adalah kebutuhan untuk perawatan konservasi 67,8%, kebutuhan utk pencabutan 57,2 %, kebutuhan perawatan endodontic 40,2% dan kebutuhan perawatan akan GT sebesar 37,2 %. 7. Insidens karies Molar satu

Hasil survey secara kohor dilakukan terhadap prevalensi karies gigi molar satu. Survei ini dilakukan pada tahun 2007 di Kecamatan Mamajang Kodya Makassar anak2 SD kls satu dan kemudian dilakukan pemeriksaan tahun 2010 pada anak yang sama diperoleh terjadi kenaikan yang sangat signifikan yaitu dari 5,8% tahun 2007 menjadi 63,6% tahun 2010 atau dengan kata lain dari 4 gigi molar satu terjadi penambahan karies menjadi lebih dari 2 gigi molar. Berdasarkan hasil ini maka kebutuhan masyarakat untuk perawatan preventif terjadinya karies sangat diperlukan, missal dengan fissure sealant.

8. Kebersihan Mulut

Rata2 nilai Debris untuk semua kelompok umur kisarannya antara 1.08 – 1.21. Artinya rata2 1/3 permukaan gigi tertimbun dengan kotoran.

Rata DMFT 16 26 36 46 Molar Satu 0,131,82 014,5 0,9 3 2,1 5,8 17,9 43,9 51,1 63,6 Tahun 2007 (n = 330) Tahun 2010 (n = 330)

(8)

Surabaya, 14-15 Oktober 2010, Kajian Kebutuhana Pelayanan Kesehatan Gigi 8 Prosentase Oral Hygiene yang baik untuk semua kelompok umur 12%. Status OH sedang 35,5% dan status OH yang buruk 52.5%.

Sumber : Hasil Survei FKG UI

9. Keadaan Penyakit Periodontal

Hasil survey kebutuhan perawatan penyakit periodontal yang diukur dengan indeks CPITN sebedar 83,8%. Keadaan yang skor CPITN dari hasil survey di 4 daerah yang berbeda yaitu di Sumatera Utara, Surabaya, Sulawesi Selatan,dan Sulawesi Tengah diperoleh 63 % karang gigi. Maka kebutuhan perawatan penyakit periodontal yang terbesar adalah skeling.

Anak2 Remaja Dewasa Lansia Rata2

1,2 1,08 1,27 1,21 1,21 0,57 0,68 1,02 1,1 0,8 1,8 1,79 2,27 2,19 2

Rata-rata nilai Debris, kalkulus dan OHIS

berdasarkan kelompok Umur (n=4318)

Debris Kalukus OHIS

DMFT OHIS Baik

2,3

2,6

5

18

Keadaan DMFT dan OHIS umur 12 tahun di Serpong

(9)

Surabaya, 14-15 Oktober 2010, Kajian Kebutuhana Pelayanan Kesehatan Gigi 9 10. Jumlah gigi yang ada dalam mulut

Jumlah gigi sama dengan atau lebih dari 20 gigi sebesar 71,7 %. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah > 80%.

Sumber. Hasil Survei Bag. IKGM FKG Unhas

Samosir Surabaya Sulsel Sulteng Rata2

74,5 19,2 6,5 25,05 73,75 47 61,1 69,7 62,8875 19,7 14,6 27 15,325 5,2 2 3,2 2,6

Perdarahan Karang Gigi Poket 3-4 Poket > 4

Full Odontolous

Ada gigi 1-9 Ada gigi 10-20

Ada gigi >-= 20

7,1 6,5 14,8

(10)

Surabaya, 14-15 Oktober 2010, Kajian Kebutuhana Pelayanan Kesehatan Gigi 10 11. Fluorosis

Hasil survey yang dilakukan di daerah endemic Fluorosis yaitu Kabupaten Majene Sulawesi Barat diperoleh bahwa prevalensi fluorosis rata 38,7 % untuk umur 6 – 15 tahun dan umumnya dengan skor 2

Sumber data : Hasil Survei Bag. IKGM FKG Unhas di Kab. Mejene, Prov. Sulbar

12. Faktor kesehatan gigi yang mempengaruhi kepuasan hidup

Variabel Prediktor Korelasi (%) Besar nya pengaruh (%) Signifikansi

DMF 64.5 41.5 S M 54.8 30 S D 20.5 4.2 S Kalkulus 19.8 3.9 S Debris 4.2 0.2 NS OHIS 7.1 0.5 NS CPITN 1.9 NS

Faktor nilai DMF merupakan factor yang besar pengaruhnya terhadap kepuasan hidup, diikuti factor kehilangan gigi , decay dan adanya karang gigidalam mulut, masing-masing sebesar 41,5. 30, 42 dan 3,9 %.

Umur 6 th Umur 9 th Umur 15 thn

Rata-rata

25,7

47,1

(11)

Surabaya, 14-15 Oktober 2010, Kajian Kebutuhana Pelayanan Kesehatan Gigi 11 13. Keadaan Maloklusi

14. Prevalensi ulkus di DIY

Hasil survey FKG UGM di DIY bahwa prevalensi ulkus terbanyak adalah traumatic ulcer sebesar 60% diikuti 35% apthous ulcer minor dan 5% Apthous mayor

Sumber Data : Hasil Survei FKG UGM

Umur 6 thn Umur 9 thn

46,81

53,19

Prevalensi maloklusi berdasarkan umur 6

dan 9 thn (n=524)

35%

5%

60%

Distribusi Ulkus di Daerah DIY (n=365)

(12)

Surabaya, 14-15 Oktober 2010, Kajian Kebutuhana Pelayanan Kesehatan Gigi 12 15. Keadaan Lesi mulut

Prevalensi lesi oral pada ketiga kelompok risiko (mengunyah sirih, peminum tuak dan perokok) adalah terbesar pada perokok sebesar 81,25%

Sumber : hasil Survei di Kabupaten Tanatoraja Sulsel

16. Kanker Rongga Mulut

• Hasil penelitian di bagian Bedah MulutFKG UNPAD bahwa Kanker Rongga Mulut terjadi 5-10 kali lebih sering pada perokok dan 17 kali pada perokok berat

• Insidensi Kanker Rongga Mulut di Bagian Bedah Mulut FKG Unpad sekitar 1,6 % dari seluruh kasus

Pengunyah

Sirih Peminum

Tuak Perokok

52

63,64

81,25

Prevalensi Lesi oral pada kelompok kebiasaan

Mengunyah sirih, peminum Tuak dan Perokok

Smoker melanosis Chewer mukosistis Oral sub mukoas fibrosis Stomatitis nikotina palatini 52,27 0 2,27 4,54 0 19,40 0 0 15,91 0 13,64 2,27

Prevalensi Jenis-Jenis Lesi pada Perokok, Mengunyah

Sirih dan Peminum Tuak

(13)

Surabaya, 14-15 Oktober 2010, Kajian Kebutuhana Pelayanan Kesehatan Gigi 13 Kelompok Umur (Th) Nama Penyakit Jumlah Kasus Baru (%)

Kasus Baru 0-28 hr Bibir celah dan

langit-langit celah

38 0,55

29 hari- < 1 th

Bibir celah dan langit-langit celah

177 3,79

1-4 th Bibir celah dan langit-langit celah

176 2,09

Sumber data : Bagian Bedah Mulut FKG UNPAD

17. Kelainan TMJ

Kelainan TMJ terbanyak terjadi pada kehilanagn gigi posterior sebesar 88,24%. Jumlah kehilangan > dari 5 gigi terjadi kelainan TMJ sebesar 93,33 %.

Tanpa

Kehilang

an Gigi

Posteri…

Kehilang

an Gigi

Posterior

; 88,24

(14)

Surabaya, 14-15 Oktober 2010, Kajian Kebutuhana Pelayanan Kesehatan Gigi 14 Sumber data : Hasil penelitian di Bagian Prosthodonsi FKG Unhas

18. Kebutuhan Pemakaian GTS dan GTP

Kebutuhan akan pemakaian gigi tiruan lepasan terbanyak untuk rahang atas 23,64%, diikuti RB 9,09% sedangkan untuk RA dan RB sebanyak 16,36%.

Sumber data : HasilSurvei Bag. IKGM FKG Unhas di

Kehilangan < 5 gigi; 86,11 Kehilanagn > 5 gigi; 93,33

RA

RB

RA+RB

23,64 9,09 16,36 7,27 1,82 40

Kebutuhan Pemakaian GTS dan GTP

(15)

Surabaya, 14-15 Oktober 2010, Kajian Kebutuhana Pelayanan Kesehatan Gigi 15 19. Hasil Sepuluh besar penyakit gigi dan mulut di wilayah PKM Depok

Yogyakarta, Agustus 2010

No. Jenis Penyakit Presentase

1. Penyakit pulpa &Jaringan Periapikal 54,65%

2. Karies gigi 20,65%

3. Gangguan perkembangan & erupsi gigi 11,89% 4. Gingivitis & Penyakit Periodontal 5,40% 5. Stomatitis & lesi yang berhubungan 2,91% 6. Gangguan Gigi & Penyangga Lainnya 2,35% 7. Maloklusi dan anomali dentofasial 1,20% 8. Gangguan gusi dan hubungan tak bergigi lainnya 0,56%

9. Kista 0,11%

10. Penyakit rahang 0,11%

Laporan dari FKG Univ.Brawijaya bahwa Urutan Jenis Penyakit di Puskesmas Lawang Malang (terdeteksi 6 penyakit)

1. peny. gingiva & jar. Periodontal 2. maloklusi (persistensi)

3. peny. jaringan pulpa

4. iritasi pulpa,hiperemi pulpa

5. peny. mulut lainnya (abses,stomatitis dll) 6. edentulous

(16)

Surabaya, 14-15 Oktober 2010, Kajian Kebutuhana Pelayanan Kesehatan Gigi 16 DATA MORBIDITAS PENYAKIT GIGI DAN MULUT SE-KOTA KEDIRI 2009

( 9 PKM di Wilayah Kota Kediri )

No. Jenis Penyakit Jumlah Penderita

1. Karies gigi 2.514

2. Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal 5.083 3. Penyakit Gusi dan Jaringan Periodontal 4.926 4. Kelainan Dentofasial termasuk Maloklusi 2.353

5. Penyakit Gigi lainnya 1.615

Sumber dari : PSKG Bakti Wiyata Kediri

Kesimpulan

Penutup

1. Berhubungan adanya variasi laporan dari beberapa instisusi pendidikan kedokteran gigi maka Perlu ada pemetaan tentang status Kesehatan Gigi dan mulut dan kebutuhan pelayanan secara nasional terpadu dan komprehensif dengan menggunakan metode dan format yang sama karena belum ada data yang secara periodik dilakukan secara nasional

2. Peranan organisasi profesi (PDGI) melalui organisasi IPKESGIMI, afdokgi , Kemnkes secara bersama2 membantu program survei nasional tersebut

Referensi

Dokumen terkait

          Dan dalam kondisi yang sangat terpaksa, yang mendorong seseorang mengulurkan tangannya untuk meminta, syarat meminta adalah tidak mendapatkan kemampuan, karena Allah

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Agraria dan

Dari hasil analisis ini dapat diketahui bahwa dengan adanya objek wisata Taman Nasional Bukit Tiga Puluh ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan

Sebagai sumber informasi dan referensi bagi setiap pembaca untuk menambah wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja sektor pertanian dan sektor

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kami haturkan, karena atas segala rahmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyusun proposal untuk melakukan Studi ekskursi menuju

identifikasi melalui suara echolokai juga dapat membedakan jenis kelamin dari jenis yang sama pada empat jenis yang diamati yaitu R..

Pada proses tersebut senyawa yang tidak larut, dalam hal ini resin menerima ion positif atau negatif tertentu dari larutan dan melepaskan ion lain kedalam

Energi yang berasal dari tumbuhan atau lemak binatang ini dapat digunakan, baik secara murni atau dicampur dengan bahan bakar lain.. Sifatnya yang ramah lingkungan,