• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA OPERASIONAL PENGKAJIAN PERTANIAN (ROPP) PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI KABUPATEN KEPAHIANG BENGKULU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA OPERASIONAL PENGKAJIAN PERTANIAN (ROPP) PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI KABUPATEN KEPAHIANG BENGKULU"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA OPERASIONAL PENGKAJIAN PERTANIAN

(ROPP)

PENGKAJIAN TEKNOLOGI

PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK)

DI KABUPATEN KEPAHIANG BENGKULU

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2012

(2)

RENCANA OPERASIONAL PENGKAJIAN PERTANIAN

(ROPP)

PENGKAJIAN TEKNOLOGI

PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK)

DI KABUPATEN KEPAHIANG BENGKULU

Oleh:

Afrizon

Joko Pitono

Siti Rosmanah

Kusmea Dinata

Herlena Bidi Astuti

Yoyo

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2012

(3)

RENCANA OPERASIONAL PENGKAJIAN PERTANIAN NOMOR : 26/1801.013/011/F/ropp/2012

1. JUDUL ROPP : Pengkajian Teknologi Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di

Kabupaten Kepahiang Bengkulu 2. SUMBER DANA : DIPA BPTP Bengkulu T.A 2012 3. PROGRAM : Peningkatan Ketahanan Pangan

a. Komoditas : Kakao

b. Bidang Riset : Teknologi Terapan c. Jenis Penelitian : Pengkajian

d. Status ROPP : Baru

4. JUDUL KEGIATAN : Pengkajian Teknologi Pengendalian Hama Penggerek Buah Kaka0 (PBK) di

Kabupaten Kepahiang Bengkulu

5. LOKASI PENELITIAN : Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu KATA KUNCI : Kakao, PBK, Kepahiang

6. PENELITI YANG TERLIBAT

- Peneliti : 5 orang - Teknisi : 1 orang 7. TUJUAN

1. Mengkaji efektifitas implementasi paket teknologi pengendalian hama penggerek buah kakao (PBK) pada perkebunan kakao rakyat.

2. Mengevaluasi respon petani terhadap paket teknologi pengendalian PBK. 8. LATAR BELAKANG

Sektor perkebunan di Propinsi Bengkulu menyumbang devisa negara cukup tinggi setelah tanaman pangan. Kakao merupakan salah satu komoditas andalan yang cukup prospektif di Propinsi Bengkulu karena didukung oleh kesesuaian agroekosistim dan kondisi sosial masyarakat petani yang mengusahakannya. Data Dinas Perkebunan menyebutkan luas

(4)

areal perkebunan Kakao di Bengkulu mencapai 14.363 hektar dengan produksi 1.822,60 ton dengan penyebaran perkebunan terletak di Kabupaten Bengkulu Selatan 1.437 hektar, Bengkulu Utara 2.424 ha, Kepahiang 6.040 ha dan Kaur 1.454 hektar. Pada tahun 2005 Pemerintah daerah Kabupaten Kepahiang sudah mengembangkan tanaman Kakao sebanyak 4 juta batang untuk petani dengan luas mencapai 2000 ha. Walaupun penanaman kakao dengan skala besar baru dilakukan pada tahun 2006, bukan berarti tanaman kakao baru bagi petani di Kabupaten Kepahiang. Hal ini dikarenakan kakao telah ditanam oleh petani walaupun penanganannya tidak secara intensif dan bibit yang digunakan belum jelas asal usulnya.

Penanaman kakao di Kabupaten Kepahiang dilakukan secara diversifikasi antara tanaman kopi dengan kakao. Sehingga dengan adanya tanaman kakao petani tidak hanya mengandalkan hasil dari tanaman kopi yang produksinya cenderung menurun dari tahun ke tahun. Selain itu, harga biji kakao kering cenderung lebih stabil jika dibandingkan dengan kopi. Berdasarkan data statistik, produksi kakao di Kabupaten Kepahi

ang pada

tahun 2010 adalah 650 kg/ha

dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Akan tetapi masih rendah jika dibandingkan dengan produksi kakao nasional yang mencapai 1500 kg /ha. Sehingga berbagai upaya harus dilakukan untuk meningkatkan mutu maupun kuantitas produksi kakao terutama produksi kakao di Kabupaten Kepahiang. Penggerek buah kakao atau yang lebih dikenal sebagai PBK merupakan salah satu masalah yang dihadapi para petani kakao tidak hanya di Kabupaten Kepahiang akan tetapi di seluruh Indonesia.

Berdasarkan catatan sejarah Indonesia PBK telah menghancurkan perkebunan kakao sebanyak tiga kali yaitu pada tahun 1845 di daerah Minahasa, tahun 1886 di sepanjang pantai utara Jawa Tengah hingga Malang, Kediri serta Banyuwangi dan tahun 1958 di beberapa perkebunan di pulau Jawa (Roesmanto, 1991). Selain telah menghancurkan perkebunan kakao, akibat adanya serangan PBK juga telah mengakibatkan rendahnya harga kakao Indonesia di dunia sehingga berpengaruh terhadap pendapatan dan kesejahteraan petani (Anonymous, 2004).

(5)

Serangan hama PBK telah meluas meliputi beberapa sentra wilayah produksi kakao di Indonesia seperti . Sumut, Sumbar, Jambi, Bengkulu, Riau, Lampung, Jateng, Jatim, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra, Kaltim, Kalbar, Kalteng, Maluku, Bali, NTB, NTT dan Papua (Widodo, 2010). Serangan hama PBK pada tahun 2000 seluas 60.007 ha dan tahun 2004 meningkat menjadi 348.000 ha (Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan, 2004).

Beratnya serangan yang disebabkan oleh PBK serta peningkatan luas areal terserang memerlukan pengendalian yang harus segara dilakukan. Kabupaten Kepahiang sebagai Kabupaten yang baru melakukan penanaman kakao dalam skala yang cukup besar diharapkan terbebas dari hama PBK. Sehingga pengkajian mengenai pengendalian spesifik lokasi perlu dilakukan agar serangan PBK dapat ditekan sekecil mungkin

.

9. DASAR PERTIMBANGAN

Penggerek buah kakao (PBK) merupakan hama penting kakao yang dapat menurunkan produksi lebih dari 80 %, sehingga pendapatan petani kakao turun drastis. Serangan PBK ini dianggap ancaman bagi kelangsungan produksi kakao secara Nasional. Badan Litbang pertanian sudah menghasilkan beberapa teknologi alternatif untuk meminimalisir tingkat serangan PBK. Secara umum teknologi ini masih belum banyak diketahui oleh petani kakao. Mengingat dampak negatif serangan PBK ini terhadap peningkatan produksi, maka teknologi ini perlu diimplementasikan ditingkat petani pada sentra-sentra produksi dan pengembangan kakao seperti di Kabupaten Kepahiang.

10. PERKIRAAN KELUARAN

1. Rekomendasi teknologi penge ndalian hama PBK spesifik lokasi. 2. Tingkat pemahaman petani terhadap paket pengendalian hama PBK. 11. HIPOTESA

(6)

12. METODOLOGI a. Lokasi dan Waktu

Kegiatan pengkajian ini direncanakan akan dilaksanakan di Kabupaten Kepahiang pada bulan Februari sampai Desember 2012.

b. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan adalah cangkul, parang, sabit, tali rapia, plastik, kertas koran, pupuk kimia, Pestisida dan lain-lain.

c. Ruang Lingkup

Pengkajian dilaksanakan pada lahan perkebunan kakao rakyat di Kabupaten Kepahiang. Lokasi pengkajian ditentukan berdasarkan potensi yang sesuai dengan arahan kebijakan pemerintah daerah setempat. Pengkajian dilaksanakan pada hamparan perkebunan kakao seluas ± 5 ha dalam satu kelompok tani. Umur tanaman yang digunakan untuk pengkajian 5 tahun dan dibuat dalam 2 tahapan kegiatan yaitu Pengkajian implementasi paket pengendalian hama PBK dan Pengkajian respon petani terhadap paket teknologi pengendalian hama PBK.

d. Metode Pengkajian

1). Pengkajian implemantasi paket pengendalian hama PBK

Pengkajian implementasi paket teknologi pengendalian hama PBK dilakukan dengan pendekatan participatory on farm research pada lahan milik petani seluas 5 ha. Secara umum saat ini sudah tersedia 6 (enam) komponen teknologi pengendalian hama penggerek buah kakao (Lampiran 1). Dari komponen teknologi pengendalian PBK tersebut disusun dalam bentuk 4 perlakuan dengan 5 ulangan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Adapun perlakuannya adalah :

1. Pemangkasan, panen sering, sanitasi dan pengendalian hayati. 2. Pemangkasan, panen sering, sanitasi dan pengendalian kimiawi. 3. Pemangkasan, panen sering, sanitasi dan sarungisasi buah kakao. 4. Kontrol (kebiasaan petani).

Jumlah tanaman sanpel yang akan diamati setiap perlakuan sebanyak 10 % dari populasi tanaman yang diambil secara diagonal atau zigzag.

(7)

Pengamatan dilakukan setiap kali panen dengan parameter yang diamati adalah :

 Persentase buah terserang (%)

Persentase buah terserang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

PS (%) = Jumlah buah terserang X 100% Jumlah buah yang diamati

 Intensitas kerusakan biji (%)

Intensitas kerusakan biji (%) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

IK (%) = Jumlah biji rusak X 100% Jumlah biji yang diamati

 produksi biji basah dan kering (kg/perlakuan)

2). Pengkajian respon petani terhadap paket teknologi pengendalian hama PBK

Pengkajian respon petani terhadap penerapan paket teknologi pengendalian hama PBK dilakukan dengan cara :

Dilakukan setelah aplikasi paket teknologi.

Mengukur data tentang jenis dan komposisi komponen paket teknologi pengendalian hama PBK yang diterapkan oleh masing-masing petani.

Tanggapan petani terhadap paket yang diintroduksi dengan menggunakan kuesioner.

Data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis secara deskriptif.

e. Metode Analisis

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dan perbedaan antar perlakuan dianalisis dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

(8)

13. ANGGARAN YANG DIALOKASIKAN

No. Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan Jumlah (Rp) 1. Gaji Upah - UHL petani - Entry data 300 HOK 10 kali 100.000 25.000 8.500.000 7.500.000 1000.000 2. Belanja Bahan

- Bahan pengkajian dan pendukung lainnya - ATK dan computer

suplai - Bahan Pembuatan Informasi Teknologi 1 tahun 1 tahun 1 tahun 28.300.000 2.000.000 5000.000 35.300.000 28.300.000 2.000.000 5.000.000 3 Belanja Barang non

operasional lainnya - Temu lapang/Kemitraan/Sosial isasi - Konsinyasi - Pelaporan 2 kali 2 kali 2 kali 10.000.000 2.500.000 750.000 26.500.000 20.000.000 5.000.000 1.500.000 4. Belanja Lainnya

- Sewa kenderaan roda empat

- Nara sumber dan jasa profesi 3 kali 3 orang 400.000 500.000 2.700.000 1.200.000 1.500.000 5. Perjalanan

- Perjalanan Luar provinsi - Perjalanan daerah 4 OP 190 OH 5.000.000 300.000 77.000.000 20.000.000 57.000.000 Total 150.000.000

(9)

Tahapan Pembiayaan per triwulan

No Jenis Pengeluaran Triwulan Jumlah

(Rp) I II III IV 1 Gaji Upah - UHL petani - Entry data 1.500.000 - 2.500.000 200.000 2000.000 400.000 1.500.000 400.000 7.500.000 1.000.000 2 Belanja Bahan

- Bahan pengkajian dan pendukung lainnya - ATK dan computer

suplai - Bahan Pembuatan Informasi Teknologi 10.100.000 1.000.000 - 8.000.000 - 2.500.000 5.300.000 1.000.000 - 4.900.000 2.500.000 28.300.000 2.000.000 5.000.000

3 Belanja Barang non operasional lainnya - Temu lapang/Kemitraan/Sosial isasi - Konsinyasi - Pelaporan - - - - - 7.500.000 10.000.000 2.500.000 - 10.000.000 2.500.000 7.500.000 20.000.000 5.000.000 1.500.000 4 Belanja Lainnya

- Sewa kenderaan roda empat

- Nara sumber dan jasa profesi 400.000 - 400.000 500.000 400.000 500.000 - 500.000 1.200.000 1.500.000 5 Perjalanan

- Perjalanan Luar provinsi

- Perjalanan daerah 12.000.000 5.000.000 15.000.0005.000.000 18.000.0005.000.000 12.000.0005.000.000 20.000.000 57.000.000 Jumlah 30.000.000 41.600.000 45.100.000 46.800.000 150.000.000 14. RENCANA OPERASIONAL

No. Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Persiapan:

- Desk study dan pengumpulan data sekunder - Pembuatan Proposal - Seminar ROPP X X x 2 Penyempurnaan proposal x 3. Pelaksanaan: Hunting dan pemantapan lokasi x Sosialisasi x Penentuan kooperator x Penerapan teknologi X x X x x x x Pengamatan x X x x x x x x 4. Pengolahan data x x 5. pelaporan x x

(10)

15. DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2004. Kakao Indonesia di Kancah Perkakaoan Dunia.

http://www.ipard.com/art_perkebun/nov5-04_her-I.asp. Diakses terakhir tanggal 10 September 2011.

BPS Provinsi Bengkulu. Provinsi Bengkulu dalam Angka, 2010. Badan Pusat Statistik Propinsi Bengkulu

Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu. 2012. Statistik Perkebunan Angka Tetap Tahun 2009 dan Angka Sementara Tahun 2010. Pemerintah Provinsi Bengkulu.

Dishutbun Kepahiang, 2009. Laporan Tahunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kepahiang.

Roesmanto, J., 1991. Kakao: Kajian Sosial Ekonomi. Aditya Media. Yogyakarta , 165p.

(11)

16. LEMBAR PENGESAHAN

Penanggung Jawab ROPP,

Drs. Afrizon, M.Si NIP. 19620415 199303 1 001 MENYETUJUI : Penanggung Jawab RPTP Drs. Afrizon, M.Si NIP. 19620415 199303 1 001

Ketua Kelji Budidaya

Ir. Eddy Makruf NIP 19561005 198803 1001 MENGETAHUI :

Kepala BPTP Bengkulu,

Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002

(12)

1. Komponen teknologi Pengendalian PBK yang tersedia

No Komponen Teknologi Uraian Prosedural

1 Pemangkasan Pelaksanaan kegiatan pemangkasan

dilaksanakan pada awal perlakuan. Jenis pemangkasan yang dilakukan adalah pangkasan produksi yang bertujuan untuk memacu pertumbuhan bunga dan buah. Pemangkasan ini dilakukan dua kali setahun yaitu pada akhir musim kemarau-awal musim hujan serta pada akhir musim kemarau. Selain itu juga dilakukan pemangkasan terhadap tunas-tunas air yang dilakukan setiap 1 minggu sekali atau sesuai dengan kondisi tanaman. 2 Panen sering Metode panen sering dilakukan dengan cara panen

awal ketika buah masak. Rotasi panen dilakukan setiap satu minggu sekali.

3 Sanitasi Sanitasi dilakukan dengan cara membuat lubang di dekat tempat pemungutan hasil (TPH). Tujuan pembuatan TPH ini adalah untuk memasukkan kulit buah, plasenta, busuk buah, dan semua sisa panen ke dalam lubang pada hari itu juga.

4 Pengendalian hayati Pengendalian hayati yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan semut hitam (Dolichoderus thoracicus). Untuk meningkatkan populasi semut hitam per pohon dilakukan dengan cara menyediakan sarang yang terbuat dari lipatan daun kelapa atau daun kakao.

5 Penyemprotan dengan insektisida

Penyemprotan insektisida dilakukan dengan menggunakan insektisida dengan bahan aktif dari golongan sintetik piretroid seperti deltametrin, fipronil, sihalotrin, betasiflutrin, alfa sipermetrin dan esfenvalerat dengan konsentrasi 0,06% - 0,12% atau sesuai dengan anjuran. Waktu penyemprotan yang dianjurkan adalah pada saat buah berukuran 8 – 10 cm. Penyemprotan hanya dilakukan pada buah-buah kakao dan cabang-cabang horizontal.

6 Sarungisasi buah

kakao

Penyarungan buah kakao mulai dilakukan pada saat buah berukuran 8 – 10 cm. Alat yang digunakan untuk penyarungan adalah kantong plastik dengan ukuran 30x15 cm dengan ketebalan 0,02 mm dan ujungnya terbuka. Cara penyarungan dilakukan dengan mengikat bagian atas plastik ke tangkai buah. Buah dibiarkan terselubungi hingga saat panen.

(13)

2. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN

No Kegiatan Tujuan Keterangan

1. Koordinasi dan mengumpulkan

data sekunder Untuk mencari data awal yang terdiri luas lahan,produksi, tingkat serangan, dll 2. Survei lokasi Mencari lokasi yang sesuai dengan kriteria (terdapat gejala serangan PBK, hamparan 5 ha)

3. Identifikasi calon petani - Untuk menentukan petani kooperator - Mencari data awal produksi masing-masing

petani kooperator 4 Pemantapan lokasi dan petani

koperator - Memastikan lokasi pengkajian petani koperator yang terlibat pada kegiatan PBK 5. Pengisian kuesioner awal Untuk mengetahui tingkat pemahaman

petani kooperator dan non kooperator terhadap komponen pengendalian hama PBK 6. Sosialisasi kegiatan Untuk menginformasikan kegiatan yang akan

dilaksanakan kepada petani koperator dan non kooperator terutama anggota

kelompoktani kakao yang ada di Desa lokasi 7. Membuat petak-petak

perlakuan (Lay out lapangan) Membuat petak-petak perlakuan pada masing-masing petani 8. Pengamatan awal

masing-masing perlakuan

Untuk mengetahui tingkat serangan pada masing-masing petak perlakuan

9. Aplikasi komponen teknologi pengendalian PBK

Menerapkan aplikasi sesuai metodologi yang disusun

10. Pengamatan setelah aplikasi Untuk mengetahui pengaruh aplikasi teknologi pengendalian hama PBK

11. Pengisian kuesioner terakhir Untuk mengevaluasi respon petani terhadap teknologi pengendalian hama PBK

Referensi

Dokumen terkait

jumlah perjalanan minimum dan armada bus optimum yang dibutuhkan sehingga dapat memperbaiki sistem penjadwalan bus existing.Selanjutnya, penelitian ini fokus

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan media modul yang dapat menarik dan meningkatkan

Dari hasil simulasi dilakukan untuk kondisi tanpa kontrol dimana sprung mass (Mm) yang diberikan adalah sebesar 353 kg atau dengan kata lain hanya terdiri

Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah adanya sistem refrigerasi unit kecil yang dilengkapi dengan secondary refrigerant yang hemat energi dan memiliki

Oleh sebab itu, untuk menghindari kesalahan hasil evaluasi dosis karena terjadinya pemudaran pada TLD, maka pembacaan intensitas TL pada TLD untuk kalibrasi perlu penundaan

Karena waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki pompa hanya sebentar + 15 menit, Masinis jaga dan Juru Minyak jaga yang pada saat itu berada dalam kamar mesin

satu beban truk rencana pada jumlah siklus pembebanan yang dianggap jumlah siklus pembebanan yang dianggap dapat terjadi selama umur rencana jembatan. dapat terjadi selama umur

Sedangkan menurut Hardjana (2004), Pelatihan merupakan kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja karyawan dalam pekerjaan yang diserahkan kepada mereka.. Tujuan