• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) a. Pengertian

MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak yang berumur 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. (Depkes, 2006) Semakin meningkat umur bayi atau anak, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah karena proses tumbuh kembang, sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan gizi.(Soekirman, 2006)

Menurut IDAI 2011 MP-ASI adalah makanan atau minuman selain ASI yang mengandung nutrient yang diberikan kepada bayi selama peroide pemberian makanan peralihan yaitu pada saat makanan/minuman lain diberikan bersama pemberian ASI

b. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dini adalah makanan/minuman yang diberikan kepada bayi sebelum berusia 6 bulan. WHO mendefinisikan Asi eksklusif bila bayi hanya mendapat ASI tanpa tambahan makanan dan atau minuman lain, kecuali vitamin, mineral dan obat-obatan.(Gibney, MJ et al.2009) c. Menurut IDAI 2011, persyaratan pemberian MP-ASI adalah

(2)

commit to user

6

1) Tepat waktu (Timely) : MP-ASI mulai diberikan saat kebutuhan energi dan nutrien melebihi yang didapat dari ASI.

2) Adekuat (Adequate) : MP-ASI harus mengandung cukup energi, protein dan mikronutrien.

3) Aman (Safety) : Penyimpanan, penyiapan dan sewaktu diberikan, MP-ASI harus higienis

4) Tepat cara pemberian (Properly) : MP-ASI diberikan sejalan dengan tanda lapar dan nafsu makan yang ditunjukkan bayi serta frekuensi dan cara pemberiannya sesuai dengan usia bayi. d. Alasan yang kurang tepat sehingga bayi mulai diberikan MP- ASI :

1) Ibu atau pengasuh melihat tanda bayi merasa lapar, seperti memasukkan tangan ke dalam mulut merupakan perkembangan normal dan ini bukan tanda bayi lapar.

2) Ibu dan pengasuh percaya bahwa bayi sudah berkurang minum ASI, sehingga ibu mulai memberi MP-ASI.

3) Ibu atau pengasuh merasa kenaikan berat badan bayi tidak sesuai dengan yang diharapkan.

4) Pengaruh Orang lain, seperti tetangga, ibunya, petugas kesehatan dan bahkan iklan makanan bayi.

e. Akibat bayi mendapatkan MP-ASI dini

1) Bayi lebih rentan terkena berbagai penyakit.

Saat bayi menerima asupan lain selain ASI, maka imunitas atau kekebalan yang diterima bayi akan berkurang. Pemberian

(3)

MP-commit to user

7

ASI dini berisiko membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman, belum lagi jika MP-ASI tidak disajikan secara higienis (Soenardi, 2006)

2) Berbagai reaksi akibat sistem pencernaan bayi belum siap Bila MP-ASI diberikan sebelum sistem pencernaan bayi siap untuk menerimanya, maka makanan tersebut tidak dapat dicerna dengan baik dan bisa menimbulkan berbagai reaksi seperti diare, konstipasi, timbulnya gas, dll.

3) Bayi beresiko menderita alergi makanan

Pada usia 4-6 bulan kondisi usus bayi masih terbuka. Antibodi (sIgA) dari ASI bertugas melapisi organ pencernaan bayi dan memberikan kekebalan pasif, mengurangi terjadinya penyakit dan reaksi alergi sebelum penutupan usus terjadi. Bayi mulai memproduksi antibodi sendiri dan penutupan usus terjadi saat berusia 6 bulan.

4) Bayi beresiko mengalami obesitas (kegemukan)

Pemberian MP-ASI dini sering dihubungkan dengan meningkatnya kandungan lemak dan berat badan pada anak-anak (Budiyanto, 2009)

5) Produksi ASI menurun.

Karena bayi sudah kenyang dengan MP-ASI, maka frekuensi menyusu menjadi lebih jarang, akibatnya dapat menurunkan produksi ASI (Moersintowati B, 2008)

(4)

commit to user

8

6) Bayi beresiko tidak mendapatkan nutrisi optimal seperti ASI Umumnya MP-ASI dini yang diberikan bentuknya bubur encer/cair yang mudah ditelan bayi. MP-ASI seperti ini mengenyangkan bayi tapi dengan nutrisi yang tidak memadai (Soekirman, 2006)

2. Konstipasi a. Pengertian

Konstipasi berasal dari bahasa Latin, yaitu “constipare” yang berarti berkerumun. Konstipasi adalah ketidakmampuan melakukan evakuasi tinja secara sempurna yang tercermin dalam 3 aspek yaitu: berkurangnya frekuensi berhajat dari biasanya, tinja yang keras dan pada palpasi abdomen teraba massa tinja dengan atau tidak disertai enkopresis (kecepirit).Untuk praktisnya, seorang anak dikatakan menderita konstipasi apabila ia tidak berhasil melakukan defekasi dengan kekuatan sendiri, sakit saat defekasi atau telah terjadi penumpukan feses. (Jurnalis, dkk. 2013)

Menurut Jury (2008) bahwa konstipasi tidak dapat diartikan satu definisi saja. Pasien sering mendefinisikan sendiri konstipasi dari gejala-gejala yang dideritanya seperti tinja yang keras, buang air besar yang tidak teratur (< 3 kali seminggu), membutuhkan tenaga yang keras untuk mengeluarkan tinja, rasa tidak tuntas setelah buang air besar dan membutuhkan waktu yang lama dalam toilet saat defekasi atau proses defekasi gagal terlaksana.

(5)

commit to user

9 b. Etiologi Konstipasi

Secara umum penyebab konstipasi yaitu: 1) Diet

Kejadian konstipasi dipengaruhi dari pola makan khususnya serat dalam makanan dan asupan cairan yang kurang. Asupan serat yang tinggi dapat meningkatkan frekuensi buang air besar sehingga berpengaruh terhadap kejadian konstipasi. Dehidrasi atau kekurangan cairan dan masalah motilitas usus adalah penyebab utama konstipasi pada bayi. (Castiglia, 2001).

Perubahan pola makan pada bayi meliputi pergantian dari ASI ke susu formula dan pengenalan makanan padat yang pertama kali diberikan. Hal ini mengakibatkan dampak yaitu perubahan pergerakan usus. Pemberian makanan padat yang terlalu dini dapat mengakibatkan terjadinya konstipasi. Contoh dari makanan padat meliputi bubur, pisang, biskuit, nasi dan roti ( Indiarti, 2008)

2) Hambatan pada usus besar

Gangguan motilitas usus dimana gerakan peristaltik melemah, juga sering menyebabkan konstipasi. Hal ini bisa ditemukan pada bayi yang kurang aktif.

Menurut Firmansyah (dalam Jurnalis, 2013) penyebab konstipasi pada neonatus atau bayi adalah meconium plug,

(6)

commit to user

10

penyakit hirschsprung, fibrosis kistik, malformasi anorektal bawaan, termasuk anus imperforata, stenosis ani, anal ban, chronic idiopathic intestinal pseudo obstruction, endokrin yaitu hipotiroid, alergi susu sapi, metabolik yaitu diabetes insipidus, dan renal tubular acidosis, retensi tinja dan perubahan diet. c. Tanda dan gejala klinis konstipasi pada bayi/balita

1) Frekuensi BAB kurang dari 3 kali per minggu 2) Tinja seperti batu kerikil atau keras

3) Teraba masa disekitar abdominal 4) Evakuasi feses dibantu secara manual 5) Mengejan berlebihan saat defekasi

6) Nyeri dan menangis saat defekasi, walaupun lebih dari 3 kali per minggu

7) Penurunan nafsu makan sebagai konsekuensi adanya rasa penuh di perut (Lindberg dkk, 2010).

3. Hubungan pemberian makanan pendamping ASI dini dengan kejadian konstipasi

Pemberian makanan setelah bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan system imun bayi berumur kurang dari 6 bulan belum sempurna. Pemberian makanan pendamping asi (MP-ASI) dini sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman. Hasil riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yang

(7)

commit to user

11

mendapatkan MP-ASI sebelum bayi berumur 6 bulan lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk pilek dan panas dibandingkan bayi yang hanya mendapat ASI eksklusif (Depkes, 2006).

Lembo menyebutkan faktor diet berkaitan dengan kejadian konstipasi fungsional pada bayi. Faktor-faktor diet ini meliputi kebiasaan makan bayi yang terdiri dari rendahnya asupan serat dalam makanan, asupan cairan rendah (dehidrasi), perubahan pola makan, pemberian makanan padat terlalu dini, dan awal pergantian susu ASI ke formula (Castiglia, 2001; Lembo, 2005).

Perubahan pola makan mengakibatkan dampak yaitu perubahan pergerakan usus. Pemberian makanan padat harus sesuai dengan umur dan kemampuan dari bayi. Pemberian makanan padat yang terlalu dini dapat mengakibatkan terjadinya konstipasi. Contoh dari makanan padat meliputi bubur, pisang, biskuit, nasi dan roti (Indiarti, 2008)

(8)

commit to user

12

B. Kerangka konsep

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti Gambar 2.1 Kerangka Konsep

C. Hipotesis

Ada hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini dengan kejadian konstipasi pada bayi umur 4-6 bulan.

Variabel Pengganggu: a) Meconium plug

b) Hirschsprung deseases c) Fibrosis kistik

d) Malformasi anorektal bawaan (anus imperforata, stenosis ani, anal band)

e) Chronic idiopathic intestinal pseudo obstruction

f) Endokrin yaitu hipotiroid g) Alergi susu sapi

h) Metabolik yaitu diabetes insipidus, dan renal tubular acidosis i) Retensi tinja Faktor yang mempengaruhi kejadian konstipasi:  Hambatan pada usus besar Variabel Terikat Pemberian MP-ASI dini Konstipasi Variabel Bebas

Referensi

Dokumen terkait

Merupakan kegiatan hibah yang bersumber dari Bank Dunia ditujukan untuk mendukung keselamatan navigasi serta untuk menghindari bahaya tabrakan atau kandas yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan dengan menggunakan rasio Non Performing Loan Ratio (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital

Pada tanggal tersebut, kurs Jika Tuan B.Jr (anak) menerima bantuan atau sumbangan atau harta hibahan dari Tuan B (ayah) maka bantuan atau sumbangan atau harta hibahan

1) Melakukan asesmen dalam rangka rekrutmen internal atau pencarian kandidat-kandidat untuk ditempatkan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemanan.

Pencemaran udara oleh debu yang timbul pada proses pengolahan atau hasil industry mebel tersebut mencemari udara dan lingkungannya sehingga pekerja industri mebel

Menguji kewajaran suatu jumlah dalam populasi berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap sampel, digunakan jika auditor dalam auditnya mau menerima saldo suatu

Pengujian tingkat kesukaan petani terhadap padi VUB Hasil Litbang Pertanian, dilakukan dengan uji preferensi (tingkat kesukaan) terhadap beras dan

Oleh karena itu, informasi mengenai lalat buah yang menyerang pertanaman pepaya di Kabupaten Jember penting untuk diketahui melalui metode surveilensi lalat buah sebagai