• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

14 A. Sibling Rivalry

1. Pengertian Sibling Rivalry

Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau cinta kasih orang tua (Kartono dan Gulo, 2000: 456). Sibling rivalry sebagai pertentangan saudara kandung, adik dan kakak laki-laki, adik dan kakak perempuan atau adik perempuan dan laki-laki, pertengkaran antara saudara ini dapat disebabkan karena iri hati atau adanya perbedaan minat. Sibling rivalry sebagai suatu kompetisi antar saudara kandung, misalnya adik perempuan dengan kakak laki-laki, adik laki-laki dengan kakak perempuan, adik perempuan dengan kakak perempuan, dan antara adik laki-laki dengan kakak laki-laki. Pada pengertian ini, hanya ada satu hal yang ditonjolkan dalam persaingan bersaudara yaitu unsur kompetisi, dalam unsur ini tercakup perasaan ingin bersaing, tidak mau kalah dengan saudaranya ingin mendapatkan apa yang didapat sudaranya dan perasaan cemburu.

Perasaan iri pada saudara kandung yang menetap hingga masa remaja akan mempersulit keadaan individu, karena pada saat yang sama pula seorang remaja dituntut untuk mampu melakukan penyesuaian dengan perubahan-perubahan pada dirinya dan lingkungan sosialnya. Hubungan antar saudara yang diwarnai dengan perselisihan akan membahayakan penyesuaian pribadi dan sosial seluruh anggota keluarga, orang dewasa maupun anak-anak (Hurlock:1996: 207).

(2)

Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat bertahan hingga dewasa. Hubungan dengan saudara dapat memengaruhi perkembangan individu, secara positif maupun negatif tergantung pola hubungan yang terjadi. Pada masa kanak-kanak pola hubungan dengan sibling dipengaruhi oleh beberapa karakteristik, yaitu jumlah saudara, urutan kelahiran, dan jenis kelamin.

Penelitian Powell dan Stelman menemukan bahwa kombinasi antara jumlah saudara dan jarak kelahiran yang dekat berpengaruh negatif terhadap prestasi akademik dibandingkan dengan memiliki jarak kelahiran yang jauh. Pola hubungan antara saudara kandung juga dipengaruhi oleh orangtua dalam memperlakukan mereka. Perlakuan orangtua yang berbeda terhadap anak dapat berpengaruh pada kecemburuan, gaya kelekatan, dan harga diri yang pada gilirannya bisa menimbulkan distres pada hubungan romantis dikemudian hari (Lestari, 2012: 20).

Sibling rivalry terjadi karena adanya perbedaan reaksi dari orang-orang yang berada di sekelilingnya, termasuk reaksi ayah dan ibunya. Hal tersebut karena adanya anggapan bahwa orangtua pilih kasih. Sikap demikian menumbuhkan rasa iri hati dan permusuhan yang akan mempengaruhi hubungan antara saudara kandung yang negatif yaitu dengan munculnya berbagai pertentangan antar saudara kandung. Perasaan iri yang diwarnai dengan perselisihan yang akan mengakibatkan munculnya sibling rivalry, selalu berjalan pada suatu alasan yaitu anak sedang melakukan pencarian tentang siapa diri mereka dan pada prosesnya mereka melakukan persaingan untuk mendapatkan

(3)

bakat dan aktivitasnya, yang kedua anak merasa mereka mendapatkan jumlah perhatian yang tidak adil, disiplin atau pertanggungjawaban dari orangtua mereka (Hariyanti, 2016: 18-19).

Walaupun hubungan saudara sekandung remaja menunjukkan tingkat konflik yang tinggi dibandingkan dengan hubungan remaja dengan agen sosial yang lain (contohnya, orangtua, teman sebaya, guru, dan pacar), ada bukti bahwa konflik saudara sekandung sebenarnya lebih ringan pada masa remaja daripada masa kanak-kanak. Dalam masa kanak-kanak ada ketidakseimbangan kekuatan dimana saudara sekandung yang lebih tua biasanya berperan sebagai bos atau perawat. Ketidakseimbangan kekuatan ini seringkali mengakibatkan konflik ketika salah seorang saudara kandung mencoba memaksa yang lain unuk memenuhi keinginannya (Santrock, 2003: 197).

Perselisihan paling awal, paling sering dan paling intens diantara saudara kandung berkaitan dengan hak kepemilikan, siapa yang memiliki mainan dan yang berhak memainkannya. Walaupun orang dewasa yang jengkel tidak selalu melihat tersebut dengan cara yang sama, pertengkaran antara saudara kandung dan penyelesaiannnya dapat dipandang sebagai peluang sosialisasi, dimana anak belajar untuk berbicara atas nama prinsip moral.

Dalam sebuah studi terhadap 40 pasangan saudara kandung berusia 2 dan 4 tahunan, rata-rata perebutan kepemilikan muncul setiap 15 menit sepanjang 9 jam periode observasi. Rivalitas saudara kandung bukanlah pola utama diawal kehidupan antara kakak dan adik. Pada saat rivalitas eksis, muncul pula afeksi, ketertarikan, persahabatan, dan pengaruh yang merupakan pola utama antara

(4)

kakak dan adik. Saudara yang lebih tua memulai lebih banyak perilaku, baik yang bersahabat maupun yang tidak bersahabat, saudara yang lebih muda cenderung meniru yang lebih tua. Pada saudara sekandung berdampingan dengan lebih baik ketika sang ibu tidak bersama mereka (Papalia, 2008: 410-411).

Menurut Dunn, pola hubungan antara saudara kandung dicirikan oleh tiga karakteristik, yaitu kekuatan emosi dan tidak terhambatnya pengungkapan dan emosi tersebut, keintiman yang membuat antar saudara kandung saling mengenal antar pribadi, dan adanya sifat pribadi yang mewarnai hubungan diantara saudara kandung. Sebagian memperlihatkan afeksi, kepedulian, kerja sama, dan dukungan. Sebagian yang lain menggambarkan adanya permusuhan, gangguan, dan perilaku agresif yang memperlihatkan adanya ketidaksukaan satu sama lain (Lestari, 2012 :20).

Meidia Sari (2012:4) mengatakan sibling rivalry merupakan pengalaman umum yang terjadi ketika seorang ibu memiliki lebih dari satu anak. Kehadiran sibling bagi anak berpengaruh terhadap hubungannya dengan diri sendiri, orangtua, dan interaksi antar anggota keluarga. Hak kepemilikan yang paling mendasar pada anak-anak adalah bahwa setiap anak merasa memiliki orangtuanya. Kepemilikan tersebut diartikan bahwa segala hal yang berhubungan dengan orangtua adalah hak mereka sendiri.

Selain itu sibling rivalry juga diartikan sebagai suatu bentuk dari persaingan antara saudara kandung, kakak, adik yang terjadi karena seseorang merasa takut kehilangan kasih sayang dan perhatian dari orang tua, sehingga

(5)

menimbulkan berbagai pertentangan dan akibat pertentangan tersebut dapat membahayakan bagi penyesuaian pribadi dan sosial seseorang (Chaplin, 2009: 463).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sibling rivalry adalah kecemburuan atau ketidaksukaan kakak kepada adiknya ataupun sebaliknya karena merasa kasih sayang orangtuanya berkurang karena adanya kakak ataupun adik.

2. Ciri-Ciri Sibling Rivalry

Munculnya sibling rivalry pada diri seseorang dikeluarganya dapat menimbulkan perilaku yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Berbagai kecemburuan dapat diekspresikan dengan berbagai macam cara. Terkadang dengan sebuah aduan kepada ibu atau ayah mengenai kesalahan adik atau kakak. Hal yang paling membahayakan ketika anak sudah bertindak agresif kepada adik nya, seperti mendorong, memukul, menendang. Ciri-ciri anak yang mengalami sibling rivalry yaitu sikap agresif pada saudara kandungnya, tidak mau berbagi dan membantu saudara, serta mudah marah.

Ciri-ciri tersebut diperkuat oleh pendapat Hurlock (1996: 211) yang menyebutkan ciri-ciri sibling rivalry diantaranya:

a. Tidak mau membantu saudara b. Tidak mau berbagi dengan saudara

c. Tidak mau bermain dengan saudara atau mengasuh adik kecuali jika dipaksa

(6)

Pada satu sisi saudara kandung dapat dianggap sebagai pesaing dalam memanfaatkan sumber daya dari orangtua. Dalam perspektif ini seorang anak dapat mengalami kemunduran perkembangan (regresi) yang disebabkan oleh kelahiran adiknya. Regresi tersebut menjadi taktik bagi anak untuk memperoleh bagian sumber daya yang lebih besar. Selain itu terdapat suatu kecenderungan bahwa orangtua akan menginvestasikan sumber dayanya secara lebih besar pada anak sulung daripada anak yang lahir kemudian.

Walaupun berbagai penelitian menunjukkan bahwa hal negatif dalam hubungan antar saudara yang dikenal dengan sebutan sibling rivalry, namun Lestari (2012, 20-21) menjelaskan bahwa keberadaan saudara kandung juga bermanfaat, antara lain:

1) Sebagai tempat uji coba (testing ground). Saat bereksperimen dengan perilaku baru anak akan mencobanya terhadap saudaranya sebelum menunjukkan pada orangtua atau teman sebayanya.

2) Sebagai guru. Biasanya anak yang lebih besar, karena memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih banyak, akan banyak mengajari adiknya.

3) Sebagai mitra untuk melatih keterampilan negosiasi. Saat melakukan tugas dari orangtua atau memanfaatkan alokasi sumber daya keluarga, kakak beradik biasanya akan melakukan negosiasi mengenai bagian masing-masing.

4) Sebagai sarana untuk belajar mengenai konsekuensi dari kerja sama dan konflik.

(7)

5) Sebagai sarana untuk mengetahui manfaat dari komitmen dan kesetiaan.

6) Sebagai pelindung bagi saudaranya.

7) Sebagai penerjemah dari maksud orangtua dan teman sebaya terhadap adiknya.

8) Sebagai pembuka jalan saat ide baru tentang suatu perilaku diperkenalkan pada keluarga.

3. Aspek Sibling Rivalry

Kehadiran seorang saudara akan memberikan kontribusi bagi

perkembangan sosio emosional anak, serta hampir tidak pernah bisa dihindari adanya persaingan antara saudara kandung (sibling rivalry). Dalam skripsi Putri (2013: 23) ia menjelaskan tentang aspek dari sibling rivalry yaitu:

a. Bukti adanya rasa persaingan atau rasa iri hati terhadap saudara. Hal ini ditandai dengan upaya bersaing yang nyata antar saudara untuk merebut perhatian atau cinta orang tuanya. Untuk dikategorikan sibling rivalry maka harus ada perasaan negatif yang berlebihan yaitu misalnya kurangnya pandangan positif, sikap jahat, upaya menjegal, keengganan untuk berbagi dan kurangnya interaksi yang ramah.

b. Sikap selama beberapa bulan setelah adik lahir

c. Gangguan emosional melampaui taraf normal atau berkelanjutan dan berhubungan dengan masalah psikososial.

(8)

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Sibling Rivalry

Kehadiran seorang saudara akan memberikan kontribusi bagi perkembangan sosio emosional anak, serta hampir tidak pernah bisa dihindari adanya persaingan antara saudara kandung (sibling rivalry). Sibling rivalry pada seseorang akan meningkat sejalan dengan meningkatnya usia tetapi pada setiap usia kualitas sibling rivalry akan berbeda-beda. Menurut Santrock (2012:181) faktor-faktor yang mempengaruhi dalam hubungan saudara kandung yaitu jumlah saudara, usia saudara, urutan kelahiran, rentang usia dan jenis kelamin saudara. Selain itu temperamen anak dan perlakuan orang tua yang berbeda pada setiap anak mempengaruhi hubungan saudara kandung.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kualitas sibling rivalry yang dapat menentukan apakah hubungan antar saudara kandung akan baik atau buruk (Hurlock, 1996: 207-210) yaitu ;

a. Sikap orang tua. Sikap orang tua pada anak dipengaruhi oleh sejauh mana anak dapat membanggakan orang tua dan memenuhi keinginan orang tua. Biasanya anak pertama yang memiliki waktu bersama orang tua lebih lama dimana asosiasi yang dibangun diantara mereka sangat erat cenderung akan memenuhi apa yang orang tua inginkan dibandingkan anak tengah atau anak bungsu. Dengan itu maka orang tua akan bersikap berbeda antara anak pertama, tangah ataupun terakhir dan hal itu menyebabkan rasa benci dan iri lalu terbentuklah permusuhan serta persaingan antara mereka.

b. Urutan posisi. Dalam sebuah keluarga yang memiliki lebih dari satu anak maka pada setiap anak akan memiliki beban dan tugasnya masing-masing.

(9)

Apabila anak dapat menjalankan tugasnya dan perannya dengan mudah maka hal itu tidak akan menjadi masalah, namun ketika mereka tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai anak itu yang dapat menyebabkan perselisihan yang besar. Peran pada setiap anak dalam keluarga bukan dipilih sendiri melainkan sudah merupakan kodrat. Sebagai contoh ketika anak perempuan pertama memiliki stereotype “pembantu ibu”, ketika anak perempuan tertua ini menolak perannya sebagai “pembantu ibu” dan merasa bahwa adik-adiknya juga harus membantu dirinya maka hal ini dapat memperburuk hubungan orang tua dan anak.

c. Jenis kelamin saudara kandung. Anak laki-laki dan perempuan bereaksi yang berbeda terhadap saudara kandung yang sama jenis kelaminnya atau berbeda jenis kelaminnya. Misalnya kakak perempuan akan lebih banyak mengatur adik perempuannya daripada adik laki-lakinya atau anak laki-laki lebih sering bertengkar dengan kakak atau adik nya yang juga berjenis kelamin laki-laki daripada dengan perempuan, biasanya mereka lebih cenderung melindungi kakak atau adik perempuannya. Ketika usia pada akhir masa anak-anak, antagonisme antar jenis kelamin akan semakin kuat dan menyebar dalam rumah lalu menjadikan konflik-konflik hebat antara mereka. Biasanya juga diperburuk apabila pada proses konflik tersebut orang tua ikut campur untuk mengakhiri konflik tersebut lalu orangtua biasanya akan dituduh membela salah satu, hal tersebut yang biasanya lebih merusak hubungan persaudaraan dan hubungan keluarga itu sendiri.

(10)

d. Perbedaan usia. Perbedaan usia antara saudara kandung mempengaruhi cara mereka dalam bereaksi satu terhadap lain dan cara orang tua memperlakukan mereka. Apabila usia mereka berdekatan biasanya hubungannya tidak kooperatif, tidak ramah dan saling bersaing mendapatkan kasih sayang. Ketika orang tua memiliki anak yang berdekatan usianya maka orang tua cenderung memperlakukan antara keduanya dengan sama. Anak yang lebih tua cenderung akan dipilih orang tua untuk menjadi contoh (model) untuk adiknya dan orang tua biasanya memaksakan hal tersebut. Sebaliknya, anak yang lebih muda harus meniru dan mematuhi anak yang lebih tua. Hubungan saudara kandung yang terbaik yaitu dimana tidak ada perbedaan usia diantara mereka yaitu anak kembar. Anak kembar biasanya lebih banyak mengungkapakan kasih sayang dan tidak seagresif hubungan saudara kandung yang memiliki perbedaan usia. e. Jumlah saudara. Ketika jumlah saudara dalam sebuah keluarga kecil maka

akan meminimalisasi pertengkaran antara saudara kandung. Hal tersebut diakibatkan ketika keluarga dengan jumlah saudara sedikit maka akan banyak kualitas waktu berkumpul dan dengan hal tersebut banyak terjadi komunikasi antar saudara dan interaksi antar saudara berjalan dengan baik. Sedangkan pada keluarga besar maka jenis disiplin yang diterapkan merupakan disiplin otoriter dimana jarang adanya interaksi yang berkualitas antara saudara kandung dan ekspresi antar saudara saling dibatasi oleh orang tua.

(11)

f. Jenis disiplin. Terdapat tiga jenis disiplin yang sering diterapkan orang tua yaitu permisif, demokratis dan otoriter. Kelihatannya keluarga dengan jenis disiplin otoriter lebih rukun ketimbang keluarga dengan jenis disiplin permisif, karena pada keluarga dengan jenis disiplin otoriter orang tua mengendalikan secara ketat hubungan antara saudara dan bersifat memaksa sehingga bukan merupakan keinginan anak. Sedangkan apabila memakai disiplin permisif, maka anak akan sesuka hatinya tanpa ada kontrol dari siapa pun. Sehingga yang menjadi jenis disiplin yang paling bagus untuk menghindari adanya konflik antara saudara adalah jenis disiplin demokratis. Dimana anak lebih dapat menjalankan disiplin tersebut dengan sehat karena aturan-aturan dibuat bersama serta mereka dapat belajar mengenai arti member dan menerima serta arti bekerja sama satu sama lain.

g. Pengaruh orang luar. Orang yang berada pada luar rumah juga dapat mempengaruhi hubungan antara saudara kandung. Terdapat tiga cara orang luar dapat mempengaruhi hubungan antar saudara kandung yaitu : kehadiran orang luar di rumah, tekanan orang luar pada anggota keluarga dan perbandingan anak dengan saudaranya oleh orang luar rumah. Orang lain diluar rumah tersebut dapat memperburuk suasana ketegangan di dalam rumah pada antara saudara kandung. Dimana ketika anak dibanding-bandingkan dengan saudaranya oleh orang lain (dalam Meitasari Tjandrasa).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sibling rivalry yaitu Sikap orang tua, karakter individu,

(12)

urutan posisi, jenis kelamin, perbedaan usia, jumlah saudara, jenis disiplin, dan pengaruh orang luar.

5. Penyelesaian Sibling Rivalry

Saudara-saudara yang dihadapkan satu sama lain ketika mereka berusia 2 sampai 4 tahun, rata-rata memiliki konflik setiap 10 menit sekali. Konflik turun ketika berusia 5 sampai 7 tahun. sebuah studi baru-baru ini mengungkapkan bahwa peningkatan konflik saudara dikaitkan dengan peningkatan gejala deprsi anak-anak, sedangkan peningkatan keintiman saudara berhubungan dengan peningkatan kompetensi teman sebaya anak.

Santrock (2012) dalam bukunya memaparkan hal yang biasanya dilakukan orangtua ketika terjadinya pertengkaran antara saudara kandung, yaitu:

a. Mengintervensi dan mencoba membantu menyelesaikan konflik tersebut

b. Menegur dan mengancam mereka c. Tidak melakukan apa-apa

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai sibling rivalry sudah pernah dilakukan sebelumnya. Di antaranya oleh Putri (2013), melakukan penelitian dengan judul “Dampak Sibling Rivalry Pada Anak Usia Dini”. Hasil penelitian yang diperoleh Putri adalah dampak sibling yang dirasakan setiap anak itu berbeda tergantung dari kepribadian masing-masing anak.

(13)

Penelitian Hariyanti (2016), yang berjudul “Sibling Rivalry Pada Anak yang Kesundulan”. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui sibling rivalry yang muncul pada saudara kandung yang kesundulan di masa kanak-kanak awal, bagaimana kondisi yang dimunculkan, dan bagaimana bentuk perilaku yang muncul, serta bagaimana respon orangtua dalam menghadapi sibling rivalry.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Setiawati (2007), yang berjudul “Sibling Rivalry Pada Anak Sulung yang Diasuh Oleh Single Father”. Hasil dari penelitian yang ia lakukan adalah bahwa kedua subjek melakukan agresi fisik seperti memukul, mencubit, dan membanting pintu ketika sedang marah kepada adiknya. Kedua subjek merasa perbedaan usia mereka yang lebih besar membuat mereka selalu diminta mengalah untuk adiknya. Kedua subjek juga merasa adanya sikap pilih kasih dari ayah mereka, terutama masalah perhatian dan pembelaan karena mereka selalu diminta mengalah untuk adiknya.

Studi yang peneliti lakukan ini yang berjudul “Gambaran Sibling Rivalry di Nagari Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat”. Penelitian sebelumnya mengkaji tentang dampak dari sibling rivalry dan juga sibling rivalry pada anak yang kesundulan. Penelitian ini lebih mengkaji kepada sibling rivalry di Nagari Ujung Gading, Pasaman Barat.

(14)

C. Kerangka Berfikir

Orangtua sangat berperan penting dalam sebuah keluarga, terutama terhadap perkembangan anak. Orangtua harus dapat mengarahkan anak tanpa ada yang membela satu pihak sehingga salah satu anak tidak ada yang merasa tersisih dan merasa iri.

Hubungan antar saudara kandung adalah hubungan paling dasar sebelum individu memasuki dunia masyarakat. Hubungan antar saudara dapat berdampak positif dan juga bermanfaat, diantaranya yaitu sebagai tempat uji coba, sebagai guru, sebagai mitra untuk melatih keterampilan negosiasi, sebagai sarana untuk belajar mengenai konsekuensi dari kerja sama dan konflik, sebagai sarana untuk mengetahui manfaat dari komitmen dan kesetiaan, sebagai pelindung bagi saudaranya, sebagai penerjemah dari maksud orangtua dan teman sebaya terhadap adiknya, serta sebagai pembuka jalan saat ide baru tentang suatu perilaku diperkenalkan pada keluarga.

Saudara kandung

Faktor yang menyebabkan munculnya sibling rivalry:

1. Sikap orangtua 2. Urutan pisisi

3. Jenis kelamin saudara kandung 4. Perbedaan usia

5. Jumlah saudara 6. Jenis disiplin

7. Pengaruh orang luar Mengalami persaingan

(15)

Selain itu, hubungan antar saudara kandung juga dapat bersifat negatif, yaitu hubungan antar saudara yang diwarnai dengan perselisihan akan membahayakan penyesuaian pribadi dan sosial seluruh anggota keluarga, orang dewasa, maupun anak-anak. Contohnya saja adanya dendam antar saudara kandung dikarenakan rasa iri yang berlanjut bahkan sampai remaja atau dewasa.

Sibling rivalry adalah suatu bentuk dari persaingan antara saudara kandung, kakak, adik yang terjadi karena seseorang merasa takut kehilangan kasih sayang dan perhatian dari orang tua, sehingga menimbulkan berbagai pertentangan dan akibat pertentangan tersebut dapat membahayakan bagi penyesuaian pribadi dan sosial seseorang (Chaplin, 2009: 463). Jadi adanya persaingan yang terjadi diantara saudara kandung dikenal dengan istilah sibling rivalry.

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas sibling rivalry yang menentukan apakah hubungan antar saudara kandung akan baik atau buruk (Hurlock, 1996: 207-210) yaitu ; Pertama yaitu sikap orangtua, dipengaruhi oleh sejauh mana anak dapat membanggakan orangtua dan memenuhi keinginan orangtua, Kedua urutan posisi, peran pada setiap anak dalam keluarga bukan dipilih sendiri melainkan sudah merupakan kodrat, Ketiga jenis kelamin saudara kandung, anak laki-laki dan perempuan bereaksi yang berbeda terhadap saudara kandung yang sama jenis kelaminnya atau berbeda jenis kelaminnya, Keempat perbedaan usia, perbedaan ini mempengaruhi cara mereka dalam bereaksi satu terhadap lain dan cara orangtua memperlakukan mereka, Kelima jumlah saudara, ketika jumlah saudara dalam sebuah keluarga kecil maka akan meminimalisir

(16)

pertengkaran antar saudara kandung, Keenam jenis disiplin, terdapat tiga jenis disiplin yang diterapkan orangtua yaitu permisif, demokratis dan otoriter, dan yang Ketujuh pengaruh orang luar, orang yang berada pada luar rumah juga dapat mempengaruhi hubungan antara saudara kandung.

Oleh karena itu, dari pemaparan diatas terlihat bahwa hubungan antara saudara kandung dapat bersifat positif dan juga dapat bersifat negatif. Persaingan antar saudara kandung terjadi karena adanya perbedaan reaksi dari orang-orang yang berada di sekelilingnya, termasuk reaksi ayah dan ibunya. Hal tersebut karena adanya anggapan bahwa orangtua pilih kasih. Sibling rivalry ini dapat juga terjadi karena beberapa faktor yang mendorong terjadinya rivalry.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token Arends berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem

Kata “terdapat” pada ayat 5 tidak ada dalam teks aslinya, karena yang ingin ditekankan tata hidup yang anggota – anggota jemaat harus taat, buka contoh yang diberikan

Dalam kasus ini, pegawai Bank yang melakukan penyalahgunaan deposito nasabah dan menimbulkan kerugian terhadap nasabahnya merupakan tanggung jawab dari Direksi karena

Untuk mengetahui pengaruh investasi dan upah riil terhadap penyerapan tenaga. kerja sektor industri pengolahan menggunakan analisis regresi

makanan yang dijajankan di lingkungan sekolah SD Inpres Bontomanai Makassar, maka ditemukan cara pengolahan yang kurang baik yaitu sebelum dilakukan pengelolahan pada

a. Satu koloni dihitung 1 koloni. Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni. Beberapa koloni yang berhubungan di hitung 1 koloni. Dua koloni yang berimpitan dan masih dapat