apabila dipakai sebagai obat anti nya-muk elektrik. Insektisida nabati diharap-kan mampu mengurangi penggunaan insektisida dari bahan kimia yang ber-bahaya bagi kesehatan. Kandungan ba-han aktif dari biji Pala seperti saponin dan tanin merupakan salah satu bahan aktif yang dapat digunakan menjadi in-sektisida. Bahan-bahan seperti tanin, sa-ponin, serta eugenol dapat membunuh nyamuk dengan cara masuk ke dalam tubuh serangga tersebut 11).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa variasi kon-sentrasi ekstrak biji pala sebagai bahan tambahan limbah mat berpengaruh ter-hadap kematian nyamuk Aedes sp. Kon-sentrasi yang paling efektif adalah 25 % yang mengakibatkan kematian nyamuk sebesar 19 ekor atau 92,5 %.
SARAN
Masyarakat disarankan untuk dapat menggunakan biji pala sebagai insektisi-da nabati yang aman insektisi-dan ramah. Selain itu, disarankan juga untuk memanfaat-kan limbah mat yang sudah tidak ter-pakai sebagai obat anti nyamuk yang baru sehingga mengurangi sampah dan dampak bagi kesehatan.
Bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian serupa, dapat me-nguji kandungan bahan aktif seperti eu-genol, tanin, dan saponin sebagai bahan insektisida nabati/alami.
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang Republik Indonesia
No 36 tahun 2009 tentang Kesehat-an, Upaya PencegahKesehat-an,
Pengendali-an dPengendali-an PemberPengendali-antasPengendali-an Penyakit Me-nular
2. Wulandari, F. 2014. Pemanfaatan
Campuran Ekstrak Buah dan Biji Ke-cubung (Datura metel) sebagai Re-aktivator Limbah Mat Elektrik terha-dap Kematian Nyamuk Aedes aegyp-ti, Karya Tulis Ilmiah Jurusan
hatan Lingkungan Politeknik Kese-hatan, Yogyakarta.
3. Depkes R. I., 2014. Pencegahan dan
Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia, Dirjen PP dan
PL, Jakarta.
4. Wahyuningsih, Y., 2011. Bahaya Anti
Nyamuk dan Cara Penanggulangan-nya,
(http://www.gitapertiwi.org/me- dia-pubikasi/artikel/168-bahan-anti- nyamuk-dan-cara-penanggulangan-nya.html, diakses 2 Februari 2016). 5. Vera, S., 2013. Pengaruh Mat
Ser-buk Bunga Sukun (Artocarpus altilis L.) sebagai Isi Ulang Anti Nyamuk Elektrik terhadap Kematian Nyamuk Aedes sp., Fakultas Pendidikan
Bio-logi, Samarinda.
6. Satuhu, S, dan Yulianti, S., 2007.
Panduan Lengkap Minyak Asiri.
Pe-nebar Swadaya, Jakarta.
7. Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta,
Jakarta.
8. Nurmanto, A., 2014. Sejarah Obat
Nyamuk “Obat Nyamuk Adalah Te-man” (bagian IV): Obat Nyamuk E-lektrik, (http://www.bglconline.com/
2014/02/sejarah-obat-nyamuk-bagi-aniv/, diakses 2 Februari 2016). 9. Sembel, D. T., 2010. Pengendalian
Hayati, Penerbit Andi, Yogyakarta.
10. Djojosumarto, P, 2008. Pestisida dan
Aplikasinya, Argo Media Pustaka,
Ja-karta,
11. Robinson, T., 1991. Kandungan
Or-ganik Tumbuhan Tingkat Tinggi,
ITB-Bandung.
PENGARUH AKTIVASI FISIK ZEOLIT ALAM
SEBAGAI ADSORBEN DALAM PROSES ADSORPSI MINYAK JELANTAH
Paramita Dewi Sukmawati** Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Sains Terapan, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Bima Sakti No.3 Pengok Yogyakarta 55222
email: mita.tekling@gmail.com Abstract
Used cooking oil when consumed will cause some diseases to humans. However, if it is dis-charged into the environment, it will pollute the surrounding environment. In order that the used cooking oil can be reused, purification process is needed by means of adsorption technique. One of the factors that influencing the effectiveness of adsorption is the surface area of an adsorbent. To do so, adsorbent activation is needed to be applied, as well. This research was aimed to find condition of optimum temperature and time in the activation process of natural zeolite physically. The physical activation process of natural zeolite includes grinding natural zeolite using porcelain mill and sifting it, so that it is similar in size to 100 mesh. And then heating it in a furnace with a variable heating temperature of ± 200, 300, 400, 500 and 600 °C, meanwhile the variable of heating time was set to 90, 135, 180, 225 and 270 minutes and then cooling it in the desiccator. After that, the adsorption test on used cooking oil was held using the activated natural zeolite to know the condition of optimal heating activation of temperature and time. The optimum condi-tions obtained in this study was ± 400 °C for the heating temperature and 225 minutes for the heating time with a numeric value of free fatty acids amounting to 0,8138 % and saponification value of the number amounting to 180.589 mg KOH/g.
Keywords : used cooking oil, adsorption, natural zeolite, physical activation
Intisari
Minyak jelantah jika dikonsumsi akan menimbulkan penyakit bagi manusia, sedangkan apabila dibuang ke lingkungan akan dapat mencemari lingkungan sekitar. Supaya minyak jelantah bisa digunakan kembali, perlu dilakukan proses penjernihan dengan cara adsorpsi Salah satu faktor yang mempengaruhi besar kecilnya adsorpsi adalah luas pemukaan adsorben, sehingga perlu dilakukan aktivasi terhadap adsorben untuk meningkatkan luas permukaan. Penelitian ini ber-tujuan untuk mencari kondisi suhu dan waktu optimum dalam proses aktivasi zeolit alam secara fisik. Proses aktivasi fisik meliputi penggerusan zeolit alam menggunakan gilingan porselin dan mengayaknya supaya berukuran sama 100 mesh. Kemudian dipanaskan di dalam furnace de-ngan variabel suhu pemanasan ± 200, 300, 400, 500 dan 600 oC; sedangkan variabel waktu
pe-manasan adalah 90,135,180,225 dan 270 menit, kemudian didinginkan di dalam desikator. Se-telah itu, dilakukan uji adsorpsi pada minyak jelantah dengan menggunakan zeolit alam yang su-dah diaktivasi untuk mengetahui kondisi suhu dan waktu pemanasan aktivasi fisik yang optimal. Kondisi optimum yang diperoleh dalam penelitian ini adalah pada suhu pemanasan ± 400 oC dan
waktu pemanasan 225 menit dengan nilai angka asam lemak bebas sebesar 0,8138 % dan nilai angka penyabunan sebesar 180,589 mg KOH/gr.
Kata Kunci : minyak goreng bekas, adsorpsi, zeolit alam, aktivasi fisik
PENDAHULUAN
Minyak jelantah atau sering disebut dengan minyak goreng bekas, merupa-kan minyak yang berasal dari sisa mi-nyak penggorengan bahan makanan. Perbedaan minyak goreng bekas de-ngan minyak nabati yang baru, terletak pada komposisi asam lemak jenuh dan tak jenuhnya. Minyak goreng bekas me-miliki kandungan asam lemak jenuh
le-bih besar dari minyak nabati yang baru. Hal ini disebabkan pada proses peng-gorengan terjadi perubahan rantai tak jenuh menjadi rantai jenuh pada se-nyawanya 1).
Sebagai akibatnya, minyak jelantah adalah limbah yang sangat berbahaya bila dikonsumsi. Penggunaan kembali minyak jelantah secara berulang-ulang akan menyebabkan minyak mengalami perubahan sifat fisik dan kimia, seperti
warna, bau, meningkatnya bilangan per-oksida dan asam lemak bebas. Per-ubahan sifat ini menjadikan minyak je-lantah tidak layak lagi digunakan untuk menggoreng bahan makanan karena akan menimbulkan beberapa penyakit bagi manusia seperti diare, pengendap-an lemak dalam pembuluh darah, kpengendap-anker dan menurunkan nilai cerna. Sedangkan apabila dibuang ke lingkungan akan da-pat mencemari lingkungan sekitar.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pe-nanganan yang tepat agar limbah mi-nyak jelantah ini dapat digunakan kem-bali supaya tidak menimbulkan kerugian baik dari aspek kesehatan manusia dan lingkungan.
Salah satu upaya untuk menangani limbah minyak jelantah adalah dengan melakukan proses adsorpsi, yaitu peris-tiwa fisik atau kimia pada permukaan yang dipengaruhi oleh suatu reaksi kimia antara adsorben dan adsorbat, dimana adsorben adalah padatan atau cairan yang mengadsorpsi dan adsorbat adalah padatan, cairan atau gas yang diadsorp-si 2).
Pada proses adsorpsi diperlukan bahan penyerap atau biasa disebut ad-sorben. Beberapa bahan dapat diguna-kan sebagai adsorben antara lain kaolin, zeolit alam, bentonit, alumina silikat dan magnesium silikat. Berdasarkan interaksi molekuler antara permukaan adsorben dengan adsorbat, adsorpsi dibagi men-jadi dua yaitu adsorpsi fisika dan ad-sorpsi kimia 3).
Pada adsorpsi fisika, proses pema-nasan zeolit dilakukan pada suhu seki-tar 300-400 oC, baik secara kontak
lang-sung (dengan udara panas) maupun se-cara kontak tidak langsung (sistem va-kum exhauster). Pemanasan ini bertuju-an untuk menguapkbertuju-an air ybertuju-ang terpe-rangkap di dalam pori-pori kristal zeolit sehingga jumlah pori-pori dan luas per-mukaan spesifiknya menjadi bertambah.
Aktivasi pemanasan ini dapat di-lakukan dalam oven atau tungku. Waktu pemanasan dengan sistem vakum ha-nya 3 jam sementara tanpa vakum di-perlukan waktu antara 5-6 jam. Aktivasi fisik terjadi bila gaya intermolekuler lebih besar dari gaya tarik antar molekul atau
gaya tarik menarik yang relatif lemah an-tara adsorbat dengan permukaan adsor-ben, sehingga adsorbat dapat bergerak dari satu bagian ke bagian permukaan lain dari adsorben dan gaya ini disebut gaya Van der Waals.
Adsorpsi kimia, merupakan proses penyerapan yang melibatkan proses ki-mia, yaitu pemutusan dan pembentukan ikatan baru pada permukaan adsorben. Adsorpsi ini banyak terjadi pada fasa antar muka padatan dengan cairan dan antar padatan dengan gaya yang ber-sifat tidak reversibel dan hanya mem-bentuk lapisan tunggal. Tujuan aktivasi kimia adalah membersihkan dan mem-perluas permukaan pori, membuang se-nyawa pengotor, dan mengatur kembali letak atom yang dapat dipertukarkan.
Salah satu faktor yang mempe-ngaruhi kecepatan atau besar kecilnya adsorbsi adalah luas pemukaan suatu adsorben. Adsorben dengan luas per-mukaan yang besar akan lebih bagus daripada adsorben dengan luas per-mukaan yang kecil.
Adsorben yang digunakan dalam penelitian ini adalah zeolit alam yang ditambang langsung dari alam, sehing-ga harsehing-ganya jauh lebih murah dibanding-kan zeolit sintetis 4). Akan tetapi, zeolit
alam memiliki kekurangan yaitu struktur dan komposisinya tidak sama antara posit zeolit alam dari suatu tempat de-ngan tempat yang lainnya. Selain itu, tidak dapat dihindari adanya bahan pe-ngotor (impurities) yang tidak diharapkan dan sangat berpengaruh pada karak-teristik zeolit alam tersebut 5).
Untuk itu perlu dilakukan upaya un-tuk meningkatkan luas permukaan zeolit alam, salah satunya yang dapat dilaku-kan adalah dengan melakudilaku-kan aktivasi zeolit alam secara fisik.
Aktivasi secara fisik dilakukan de-ngan pemanasan baik secara kontak langsung maupun tak langsung (sistem vakum) dengan tujuan untuk menguap-kan air yang terperangkap di dalam pori-pori kristal zeolit alam, sehingga luas permukaannya bertambah 6). Dalam
pro-ses aktivasi fisik perlu diperhatikan suhu maupun waktu pemanasannya, karena jika dilakukan pemanasan yang
berlebih-warna, bau, meningkatnya bilangan per-oksida dan asam lemak bebas. Per-ubahan sifat ini menjadikan minyak je-lantah tidak layak lagi digunakan untuk menggoreng bahan makanan karena akan menimbulkan beberapa penyakit bagi manusia seperti diare, pengendap-an lemak dalam pembuluh darah, kpengendap-anker dan menurunkan nilai cerna. Sedangkan apabila dibuang ke lingkungan akan da-pat mencemari lingkungan sekitar.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pe-nanganan yang tepat agar limbah mi-nyak jelantah ini dapat digunakan kem-bali supaya tidak menimbulkan kerugian baik dari aspek kesehatan manusia dan lingkungan.
Salah satu upaya untuk menangani limbah minyak jelantah adalah dengan melakukan proses adsorpsi, yaitu peris-tiwa fisik atau kimia pada permukaan yang dipengaruhi oleh suatu reaksi kimia antara adsorben dan adsorbat, dimana adsorben adalah padatan atau cairan yang mengadsorpsi dan adsorbat adalah padatan, cairan atau gas yang diadsorp-si 2).
Pada proses adsorpsi diperlukan bahan penyerap atau biasa disebut ad-sorben. Beberapa bahan dapat diguna-kan sebagai adsorben antara lain kaolin, zeolit alam, bentonit, alumina silikat dan magnesium silikat. Berdasarkan interaksi molekuler antara permukaan adsorben dengan adsorbat, adsorpsi dibagi men-jadi dua yaitu adsorpsi fisika dan ad-sorpsi kimia 3).
Pada adsorpsi fisika, proses pema-nasan zeolit dilakukan pada suhu seki-tar 300-400 oC, baik secara kontak
lang-sung (dengan udara panas) maupun se-cara kontak tidak langsung (sistem va-kum exhauster). Pemanasan ini bertuju-an untuk menguapkbertuju-an air ybertuju-ang terpe-rangkap di dalam pori-pori kristal zeolit sehingga jumlah pori-pori dan luas per-mukaan spesifiknya menjadi bertambah.
Aktivasi pemanasan ini dapat di-lakukan dalam oven atau tungku. Waktu pemanasan dengan sistem vakum ha-nya 3 jam sementara tanpa vakum di-perlukan waktu antara 5-6 jam. Aktivasi fisik terjadi bila gaya intermolekuler lebih besar dari gaya tarik antar molekul atau
gaya tarik menarik yang relatif lemah an-tara adsorbat dengan permukaan adsor-ben, sehingga adsorbat dapat bergerak dari satu bagian ke bagian permukaan lain dari adsorben dan gaya ini disebut gaya Van der Waals.
Adsorpsi kimia, merupakan proses penyerapan yang melibatkan proses ki-mia, yaitu pemutusan dan pembentukan ikatan baru pada permukaan adsorben. Adsorpsi ini banyak terjadi pada fasa antar muka padatan dengan cairan dan antar padatan dengan gaya yang ber-sifat tidak reversibel dan hanya mem-bentuk lapisan tunggal. Tujuan aktivasi kimia adalah membersihkan dan mem-perluas permukaan pori, membuang se-nyawa pengotor, dan mengatur kembali letak atom yang dapat dipertukarkan.
Salah satu faktor yang mempe-ngaruhi kecepatan atau besar kecilnya adsorbsi adalah luas pemukaan suatu adsorben. Adsorben dengan luas per-mukaan yang besar akan lebih bagus daripada adsorben dengan luas per-mukaan yang kecil.
Adsorben yang digunakan dalam penelitian ini adalah zeolit alam yang ditambang langsung dari alam, sehing-ga harsehing-ganya jauh lebih murah dibanding-kan zeolit sintetis 4). Akan tetapi, zeolit
alam memiliki kekurangan yaitu struktur dan komposisinya tidak sama antara posit zeolit alam dari suatu tempat de-ngan tempat yang lainnya. Selain itu, tidak dapat dihindari adanya bahan pe-ngotor (impurities) yang tidak diharapkan dan sangat berpengaruh pada karak-teristik zeolit alam tersebut 5).
Untuk itu perlu dilakukan upaya un-tuk meningkatkan luas permukaan zeolit alam, salah satunya yang dapat dilaku-kan adalah dengan melakudilaku-kan aktivasi zeolit alam secara fisik.
Aktivasi secara fisik dilakukan de-ngan pemanasan baik secara kontak langsung maupun tak langsung (sistem vakum) dengan tujuan untuk menguap-kan air yang terperangkap di dalam pori-pori kristal zeolit alam, sehingga luas permukaannya bertambah 6). Dalam
pro-ses aktivasi fisik perlu diperhatikan suhu maupun waktu pemanasannya, karena jika dilakukan pemanasan yang
berlebih-an kemungkinberlebih-an akberlebih-an menyebabkberlebih-an ru-saknya zeolit tersebut 7).
Penelitian ini bertujuan untuk men-cari kondisi suhu dan waktu yang op-timum dalam proses aktivasi zeolit alam secara fisik. Adapun manfaat penelitian ini adalah memperbaiki mutu minyak je-lantah supaya dapat digunakan kembali, sehingga mengurangi jumlah limbah mi-nyak jelantah yang dibuang ke lingkung-an.
METODA
Penelitian ini dilakukan dua tahap, yaitu aktivasi zeolit alam sebagai tahap pertama, yang bertujuan untuk mening-katkan luas permukaan zeolit alam se-hingga dapat meningkatkan kemampuan zeolit alam sebagai adsorben. Setelah itu, dilakukan uji adsorpsi pada minyak jelantah dengan menggunakan zeolit alam yang sudah diaktivasi secara fisik untuk mengetahui kondisi suhu dan wak-tu pemanasan aktivasi zeolit alam yang optimal.
Variabel yang akan dipelajari dalam penelitian ini meliputi pengaruh suhu dan waktu pemanasan dalam proses aktivasi fisik zeolit alam.
Aktivasi Fisik Zeolit Alam
Proses aktivasi fisik meliputi peng-gerusan zeolit alam menggunakan gili-ngan porselin dan mengayaknya supaya ukurannya sama, yaitu 100 mesh. Ke-mudian dipanaskan di dalam furnace de-ngan variabel suhu pemanasan ± 200
oC, ± 300 oC , ± 400 oC, ± 500 oC dan ±
600 oC; sedangkan variabel waktu
pe-manasan adalah 90 menit, 135 menit, 180 menit, 225 menit dan 270 menit, ke-mudian didinginkan di dalam desikator. Setelah itu dilakukan uji adsorpsi pada minyak goreng bekas dengan meng-gunakan zeolit alam yang sudah diakti-vasi untuk mengetahui kondisi suhu dan waktu pemanasan yang optimal.
Proses Adsorpsi Minyak Goreng Bekas
Sebanyak 100 mL minyak goreng bekas ditempatkan pada erlenmeyer dan kemudian zeolit aktif ditimbang
seba-nyak 8 gram dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer tersebut. Erlenmeyer yang berisi minyak goreng bekas dan zeolit aktif dipanaskan pada hot plate dengan suhu kurang lebih 60 oC dan diaduk
de-ngan kecepatan pengadukan sebesar 800 RPM selama 45 menit. Setelah itu, dilakukan pengamatan terhadap sampel minyak goreng jelantah dengan menguji nilai angka asam lemak bebas dan nilai angka penyabunan.
Gambar 1. Furnace8)
Gambar 2.
Rangkaian alat adsorpsi minyak goreng bekas
Keterangan Gambar: 1. Statif 2. Beaker glass 3. Thermometer 4. Magnetik stirer 5. Pengatur skala pengadukan 6. Tombol on/off 7. Pengatur suhu HASIL
Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa perubahan nilai angka asam lemak bebas dan angka penyabunan pa-da minyak jelantah yang telah meng-alami proses adsorpsi dengan menggu-nakan zeolit alam yang sudah diaktivasi secara fisik sebagai adsorbennya.
Pengaruh Suhu dan Waktu
Pemanasan Proses Aktivasi Fisik Zeolit Alam terhadap Nilai Asam Lemak Bebas dalam Proses Adsorpsi Minyak Jelantah.
Tabel 1.
Pengaruh suhu pemanasan proses aktivasi fisik zeolit alam terhadap penurunan angka asam lemak bebas
Suhu (oC) Angka asam lemak bebas (% FFA)
200 1,4848 300 1,21263158 400 0,81378462 500 1,024 600 1,152 Grafik 1. Pengaruh suhu pemanasan proses aktivasi fisik zeolit alam terhadap penurunan angka asam lemak bebas
Tabel 2.
Pengaruh suhu pemanasan proses aktivasi fisik zeolit alam terhadap penurunan angka asam lemak bebas
Suhu (oC) Angka asam lemak bebas (% FFA)
90 1,024 135 0,8704 180 0,81378462 225 0,768 270 1,024 Grafik 2.
Pengaruh Waktu Pemanasan Proses Aktivasi Fisik Zeolit Alam Terhadap Penurunan Angka Asam Lemak
Bebas
Grafik 1 dan Grafik 2 menunjukkan bahwa nilai angka asam lemak bebas mi-nyak goreng bekas terus mengalami penurunan saat suhu dan waktu pema-nasan aktivasi zeolit alam sebesar ± 200-400OC dan 90-225 menit.
Pengaruh Suhu dan Waktu
Pemanasan Proses Aktivasi Fisik Zeolit Alam terhadap Angka
Penyabunan dalam Proses Adsorpsi Minyak Jelantah
Tabel 3.
Pengaruh suhu pemanasan proses aktivasi fisik zeolit alam terhadap penurunan angka penyabunan
Suhu (oC) Angka penyabunan (mg KOH/gr)
200 169,05735 300 174,0222 400 180,588571 500 177,9492 600 168,576355 Grafik 3.
Pengaruh Suhu Pemanasan Proses Aktivasi Fisik Zeolit Alam Terhadap Angka Penyabunan
Tabel 4.
Pengaruh suhu pemanasan proses aktivasi fisik zeolit alam terhadap penurunan angka penyabunan
Suhu (oC) Angka penyabunan (mg KOH/gr)
90 153,153
135 173,1807
180 180,588571
225 182,6055
Tabel 1.
Pengaruh suhu pemanasan proses aktivasi fisik zeolit alam terhadap penurunan angka asam lemak bebas
Suhu (oC) Angka asam lemak bebas (% FFA)
200 1,4848 300 1,21263158 400 0,81378462 500 1,024 600 1,152 Grafik 1.
Pengaruh suhu pemanasan proses aktivasi fisik zeolit alam terhadap penurunan angka asam lemak bebas
Tabel 2.
Pengaruh suhu pemanasan proses aktivasi fisik zeolit alam terhadap penurunan angka asam lemak bebas
Suhu (oC) Angka asam lemak bebas (% FFA)
90 1,024 135 0,8704 180 0,81378462 225 0,768 270 1,024 Grafik 2.
Pengaruh Waktu Pemanasan Proses Aktivasi Fisik Zeolit Alam Terhadap Penurunan Angka Asam Lemak
Bebas
Grafik 1 dan Grafik 2 menunjukkan bahwa nilai angka asam lemak bebas mi-nyak goreng bekas terus mengalami penurunan saat suhu dan waktu pema-nasan aktivasi zeolit alam sebesar ± 200-400OC dan 90-225 menit.
Pengaruh Suhu dan Waktu
Pemanasan Proses Aktivasi Fisik Zeolit Alam terhadap Angka
Penyabunan dalam Proses Adsorpsi Minyak Jelantah
Tabel 3.
Pengaruh suhu pemanasan proses aktivasi fisik zeolit alam terhadap penurunan angka penyabunan
Suhu (oC) Angka penyabunan (mg KOH/gr)
200 169,05735 300 174,0222 400 180,588571 500 177,9492 600 168,576355 Grafik 3.
Pengaruh Suhu Pemanasan Proses Aktivasi Fisik Zeolit Alam Terhadap Angka Penyabunan
Tabel 4.
Pengaruh suhu pemanasan proses aktivasi fisik zeolit alam terhadap penurunan angka penyabunan
Suhu (oC) Angka penyabunan (mg KOH/gr)
90 153,153
135 173,1807
180 180,588571
225 182,6055
270 170,8245
Berdasarkan Grafik 3 dan Grafik 4 dapat diketahui bahwa angka penyabun-an paling optimal adalah pada saat suhu dan waktu pemanasan aktivasi zeolit a-lam sebesar ± 400 oC dan 225 menit.
Grafik 4.
Pengaruh Waktu Pemanasan Proses Aktivasi Fisik Zeolit Alam Terhadap Angka Penyabunan
PEMBAHASAN
Berdasarkan Grafik 1 dan Grafik 2 dapat terlihat bahwa nilai angka asam lemak bebas minyak goreng bekas terus mengalami penurunan saat suhu dan waktu pemanasan aktivasi zeolit alam sebesar ± 200-400 oC dan 90-225 menit
Nilai asam lemak bebas minyak goreng bekas yang rendah menunjukkan sema-kin jernihnya minyak goreng bekas ter-sebut, sehingga dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi suhu dan waktu pema-nasan maka semakin jernih minyak go-reng bekas.
Hal ini disebabkan karena dengan semakin tingginya suhu dan waktu pe-manasan aktivasi zeolit alam, air dan zat-zat volatil yang terdapat di permuka-an dpermuka-an di dalam pori salurpermuka-an zeolit alam akan hilang. Sehingga akan menambah kemampuan zeolit alam dalam meng-adsorpsi asam lemak bebas yang ter-dapat di dalam minyak goreng bekas, karena semakin meningkatnya luas per-mukaan zeolit alam.
Sedangkan saat suhu dan waktu pemanasan aktivasi zeolit alam sebesar ± 500-600 OC dan selama 275 menit,
nilai angka asam lemak bebas minyak goreng bekas justru mengalami kenaik-an. Hal ini kemungkinan disebabkan ka-rena kerangka zeolit alam telah
meng-alami kerusakan akibat tingginya suhu dan lamanya waktu pemanasan aktivasi fisik zeolit alam, sehingga kemampuan adsorpsinya terhadap asam lemak be-bas yang terdapat pada minyak goreng bekas menurun.
Berdasarkan Grafik 3 dan Grafik 4 diperoleh angka penyabunan paling opti-mal adalah pada saat suhu dan waktu pemanasan aktivasi zeolit alam sebesar ± 400 OC dan 225 menit. Kondisi
opti-mum ini sama seperti kondisi optiopti-mum dalam analisis mengenai angka asam lemak bebas. Hal ini disebabkan karena semakin kecilnya angka asam lemak be-bas maka angka penyabunannya akan semakin besar.
KESIMPULAN
Zeolit alam mampu untuk menurun-kan angka asam lemak bebas dan me-naikkan angka penyabuan pada minyak jelantah melalui proses adsorpsi. Dalam proses aktivasi fisik pemanasan zeolit alam perlu dikontrol baik suhu maupun waktu pemanasannya, karena jika di-lakukan pemanasan yang berlebihan ke-mungkinan akan menyebabkan zeolit tersebut menjadi rusak.
Kondisi proses yang relatif baik, di-capai pada suhu pemanasan aktivasi zeolit sebesar ± 400 OC yaitu dengan
nilai angka asam lemak bebas sebesar 0,8138 % dan angka penyabunan sebe-sar 180,589 mg KOH/gr. Sedangkan un-tuk waktu optimum yaitu pemanasan se-lama 225 menit, yaitu dengan nilai angka asam lemak bebas sebesar 0,768 % dan angka penyabunan sebesar 182,606 mg KOH/gr.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sukmawati, P. S., 2014. Alkoholi-sis
Minyak Jelantah Menjadi Bio-diesel dengan Katalis Zeolit Zirkonia Ter-sulfatasi, Karya Tulis Ilmiah tidak
di-terbitkan, Jurusan Teknik Kimia Fa-kultas Pascasarjana UGM, Yogya-karta.
2. Ketaren, S., 1986., Pengantar
Tek-nologi Minyak dan Lemak Pangan,
3. Sugiarti dan Amiruddin, Z. S., 2008. Pengaruh jenis aktivasi terhadap ka-pasitas adsorpsi zeolit pada ion kromium (VI), Jurnal Chemical, 9 (2): hal.20-25.
4. Lestari, D. Y., 2010, Kajian
Modifi-kasi dan Karakterisasi Zeolit Alam dari Berbagai Negara, Prosiding
Se-minar Nasional Kimia dan Pendi-dikan Kimia, UNY.
5. Senda, S. P., Saputra, H., Sholeh, A., Rosjidi, M., dan Mustafa, A., 2006, Prospek Aplikasi Produk
Ber-basis Zeolit untuk Slow Release Substance (SRS) dan Membran,
Ar-tikel Badan Pengkajian dan
Penera-pan Teknologi Indonesia, ISSN 1410-9891: hal. 1-5
6. Khairinal & Trisunaryanti, W., 2000,
Dealuminasi Zeolit Alam Wonosari dengan Perlakuan asam dan Proses Hidrotermal, Prosiding Seminar
Na-sional Kimia VIII, Yogyakarta. 7. Srihapsari, D., 2006. Penggunaan
Zeolit Alam yang Telah Diaktivasi dengan Larutan HCl Untuk Menye-rap Logam-Logam Penyebab Kesa-dahan Air, Karya Tulis Ilmiah tidak
diterbitkan, Tugas Akhir II Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. 8. www. Keison.co.ul. diakses pada