• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MUDARABAH DALAM LEMBAGA KEU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLEMENTASI MUDARABAH DALAM LEMBAGA KEU"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI MUDARABAH DALAM LEMBAGA

KEUANGAN SYARIAH

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Mu’amalah Kontemporer Dosen pengampu : Imam Mustofa, S.H.I., M.SI.

Disusun Oleh:

Agus Alimuddin 141257110

Kelas B

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM JURUSAN S1-PERBANKAN SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

(2)

IMPLEMENTASI MUDARABAH DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH A. Pendahuluan

Pasca krisis moneter (1997/1998), bank syariah mulai dikenal orang bahkan di

kalangan bank konvensional, bank syariah memiliki sistem operasional yang berbeda dengan

bank konvensional. Bank syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabhanya.

Dalam sistem operasional bank syariah, pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam

semua transaksi. Bank syariah tidal mengenal sistem bunga, baik bunga yang diperoleh dari

nasabah yang meminjam uang atau bunga yang dibayar kepada penyimpan dana di bank

syariah.1 Di indonesia sendiri perkembangan bank syariah dimulai dengan didirikannya bank

syariah yang pertama yaitu Bank Muamalat pada tahun 1992.

Dalam praktiknya, investasi yang dilakukan baik oleh perorangan, kelompok,

maupum institusi dapat menggunakan pola non bagi hasil (ketika investasi dilakukan dengan

tidak bekerja sama dengan pihak lain) maupun pola bagi hasil (ketika investasi dilakukan

dengan bekerja sama dengan pihak lain)2 Akad Mudharabah adalah akad antara pemilik

modal dengan pengelola modal, dengan ketentuan bahwa keuntungan diperoleh dua belah

pihak sesuai dengan kesepakatan. Didalam pembiayaan mudharabah pemilik dana (Shahibul

Maal) membiayai sepenuhnya suatu usaha tertentu. Sedangkan nasabah bertindak sebagai

pengelola usaha (Mudharib).

Pada prinsipnya akad mudharabah diperbolehkan dalam agama Islam, karena untuk

saling membantu antara pemilik modal dengan seorang yang pakar dalam mengelola uang.

Dalam sejarah Islam banyak pemilik modal yang tidak memiliki keahlian dalam mengelola

uangnya. Sementara itu banyak pula para pakar dalam perdagangan yang tidak memiliki

modal untuk berdagang. Oleh karena itu, atas dasar saling tolong menolong, Islam

memberikan kesempatan untuk saling berkerja sama antara pemilik modal dengan orang yang

terampil dalam mengelola dan memproduktifkan modal itu.

Akad mudharabah berbeda dengan akad pembiayaan yang ada pada perbankan pada

umumnya (perbankan konvensional). Perbankan konvensional pada umumya menawarkan

pembiayaan dengan menentukan suku bunga tertentu dan pengembalian modal yang telah

digunakan mudharib dalam jangka waktu tertentu. Namun Akad mudharabah tidak

menentukan suku bunga tertentu pada mudharib yang menggunakan pembiayaan

mudharabah, melainkan mewajibkan mudharib memberikan bagi hasil dari keuntungan yang

1 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 31-32

(3)

diperoleh mudharib. Pembiayaan mudharabah pada dasarnya diperuntukan untuk jenis usaha

tertentu atau bisnis tertentu. Oleh karena itu, kami sebagai pemakalah akan mencoba

membahas tentang mudharabah ini serta permasalahan yang ada didalamnya.

(4)

A. Pengertian (dalam konteks pembiayaan)

1. Keuntungan usaha dibagi berdasarkan perbandingan nisbah yang telah disepakati

dan pada akhir periode kerja sama nasabah harus mengembalikan semua modal

usaha lembaga keuangan

2. Dalam hal terjadi kerugian, maka akan menjadi tanggungan lembaga keuangan,

kecuali bila kerugian diakibatkan oleh kelalaian nasabah. Untuk menghindari

kemungkinan terjadinya kerugian, lembaga keuangan harus memahami

karakteristik risiko usaha tersebut dan kerja sama dengan nasabah untuk

mengatasi berbagai masalah.3

Inovasi produk harus diakui posisinya sangat penting bagi kinerja keuangan,

menyadari posisi penting inovasi produk dan layanan pada nasabah bagi

kelanjutan dan kesinambungan bisnis perbankan. Maka bank syariah, sebagai

lembaga bisnis tidak bisa mengisolasi diri dalam hal ini. Agar tetap survive,

bank-bank syariah harus secara terus menerus melakukan berbagai inovasi,

termasuk mendisain berbagai produk, baik penghimpunan dana maupun

pembiayaan4

B. Aplikasi ( dalam konteks pembiayaan)

1. Pembiayaan modal kerja; modal bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang

industri, perdagangan, dan jasa

2. Pembiayaan investasi; untuk pengadaan barang barang modal, aktiva tetap dan

sebagainya

3. Pembiayaan investasi khusus; bank bertindak dan memosisikan diri sebagai

arranger yang mempertemukan kepentingan pemilik dana, seperti yayasan dan

lembaga keuangan non-bank, dengan pengusaha yang memerlukan5

C. Praktik pembiayaan Mudarabah

Penempatan dana dapat dilakukan dalam bentuk pembiayaan berakad jual beli maupun syirkah atau kerja sama bagi hasil. Jika pembiayaan berakad jual beli (bai’bil tsaman al-ajil dan mudarabah), maka bank akan mendapatkan margin keuntungan.

3Imam Mustofa, S.H.I., M.SI, Fiqh Mu’amalah Kontemporer, (Jakarta ; Rajawali Pers,2016), h. 163 4Muhammad, Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia , (Yogyakarta:

Penerbit Graha Ilmu, 2005), H. 95

(5)

Pembagiannya tidak begitu rumit. Namun, jika pembiayaan berkaitan dengan akad syirkah

(musyarakah dan mudarabah), maka pembiayaan ini membutuhkan

perhitungan-perhitungan yang cukup njlimet.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh kedua belah pihak dalam pembiayaan

mudarabah (bagi hasil), yaitu (a) nisbah bagi hasil yang disepakati, (b) tingkat keuntungan

bisnis aktual yang didapat. Oleh karena itu, bank sebagai pihak yang memiliki dana akan

melakukan perhitungan nisbah yang ada dijadikan kesepakatan pembagian pendapatan.6

D. Aspek Teknis

Dalam melaksanakan pembiayyaan mudarabah, langkah langkah yang harus

diperhatikan dapat dibedakan ke dalam pembiayaan badan usaha dan pembiayaan proyek

1. Pembiayaan badan usaha

a. Identifikasi proyek atau bisnis yang akan dibiayai

b. Melakukan feasibility study dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana

profitability dan kelayakan usaha

c. Melakukan persiapan-persiapan dari segi legal termasuk “memorandum and articles os assocation” untuk memungkinkan perusahaan segera di daftarkan

d. Menunjuk anggota-anggota direksi yang akan mengelola jalannya perusahaan

2. Pembiayaan proyek/kontrak

a. Pembiayaan usaha atau kontrak yang timbul manakala nasabah membutuhkan

dana di muka untuk modal kerja proyek yang telah di dapatnya

b. Keberhasilan pembiayaan ini sangat tergantung kepada kinerja nasabah dalam

menjalankan usaha dengan kontrak dan kemampuannya untuk membayar tepat pada

waktunya

c. Melakukan analisa kredit dan evaluasi terhadap proposal yang diajukan

d. Menerbitkan offering letter manakala proposal telah disetujui dan diutarakan pula

didalamnya syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh nasabah dalam rangka

mendapatkan fasilitas pembiayaan7

3. Syarat-syarat permohonan pembiayaan

a. Nasabah harus memiliki status kelayakan hukum untuk melakukan kontrak

1) Berumur minimum 21 tahum dan maksimum 55 tahun

6Ibid., h. 164

(6)

2) Berakal sehat

3) Tidak dalam keadaan bangkrut

4) Dalam hal nasabah aadalah sebuah PT atau badan usaha maka badan usaha

tersebut haruslah seseuai dengan syariah baik secara status organisasi maupun

segenap aktivitasnya8

b. Kemampuan membayar

1) Dari segi usaha, kemampuan untuk melakukan pembayaran sangat tergantung

kepada faktor-faktor yang mempengaruhi volume penjualan, harga jual, biaya

dan pengeluaran. Hal itu semua tergantung kepada kualitas produk dan layanan,

efektivitas tenaga kerja, harga dan tersedianya bahan baku serta kualitas

manajemen

2) Mengingat kemampuan membayar merupakan pendapatan dari hasil usaha

yang didapatkan oleh nasabah, bank harus sampai kepada suatu keyakinan bahwa

berdasarkan usaha tersebut nasabah dapat memenuhi kewajiban finansialnya

3) Integritas nasabah harus memuaskan dan dapat dibuktikan serta tidak terdapat

perbedaan dengan hasil bank checking BI serta pengalaman masa silam yang

bersangkutan

4) Nasabah yang bersangkutan haruslah pemegang rekening di bank syariah baik

giro, tabungan atau deposito minimal dalam waktu enam bulan terakhir. Jumlah

yang tersimpan hendaklah memadai sesuai dengan besaran pembiayaan yang

dinikmatinya. Untuk individu dan perusahaan yang mempunyai reputasi yang

baik dapat dikecualikan dari syarat ini9

E. Modal dan Penentuan Bagi Hasil

Dalam banyak literatur perbankan syari’ah dijelaskan bahwa rasio (nisbah) bagi hasil bank syari’ah dan nasabah ditentukan oleh prediksi laba mudarabah, tingkat bunga di pasar bank konvensional, karakteristik nasabah, marketable barang dagangan atau prospektifitas usaha dan juga jangka waktu yang digunakan. Dalam lembaga keuangan syari’ah lainnya, di samping unsur-unsur itu, terdapat pula unsur kekuatan bargaining nasabah. Ketika nisbah

sudah ditetapkan (disepakati) di awal kontrak, bank syari’ah menggunakan sistem flat dalam pembayaran angsuran nasabah. Artinya pembayaran angsuran diberlakukan secara tetap

(7)

sampai habis masa jatuh tempo. Sistem flat ini tentu saja ditetapkan bank syari’ah untuk

menjamin kebutuhan-kebutuhan mendasar lembaga seperti gaji karyawan, pemakaian

elektronik, telepon dan lain sebagainya. Disamping juga, pemberian bagi hasil kepada para

deposan (penabung).

Dengan itu nampak bahwa penetapan rasio bagi hasil pemberian bagi hasil nasabah

pada bank tidak melihat fluktuasi usaha. Penetapan sistem pembayaran dengan flat menunjukkan bahwa bank syari’ah selalu menganggap bahwa usaha nasabah itu selalu mendatangkan keuntungan. Walaupun kenyataannya bisa sebaliknya sama sekali. Sistem flat

ini, baik penetapan flat itu melalui bargaining ataupun langsung kebijakan dari bank, telah

menjadikan bank nampak kurang dapat ambil peduli dengan apa yang menimpa usaha

nasabah. Apakah nasabah mendapat keuntungan atau tidak, ia harus memberikan bagi hasil

kepada bank.10

Penentuan nisbah bagi hasil dibuat sesuai dengan jenis pembiayaan mudarabah yang

dipilih. Ada dua jenis pembiayaan mudarabah, yaitu: mudarabah mutlaqah dan mudarabah

muqayyadah.

1. Nisbah bagi hasil pembiayaan mudarabah mutlaqah

Mudharabah mutlak adalah penyerahan modal seseorang kepada pengusaha tanpa

memberikan batasan.11 Pembiayaan mudarabah mutlaqah adalah pembiayaan

yang memiliki dana tidak diminta syarat, kecuali syarat baku untuk berlakunya

kontrak mudarabah. Untuk ini, nisbah dibuat berdasarkan metode expected profit

rate (ERP). ERP diperoleh berdasarkan (1) tingkat keuntungan rata-rata pada

industri sejenis; (2) pertumbuhan ekonomi; (3) dihitung dari nilai required profit

rate (RPR) yang berlaku di bank yang bersangkutan

2. Nisbah bagi hasil pembiayaan mudarabah muqayyadah

Pada pembiayaan jenis ini, nasabah menuntut adanya nisbah yang sebanding

dengan situasi bisnis tertentu. Dengan kata lain, pada kontrak pembiayaan

mudarabah muqayyadah pemilik dana menambah syarat lain di luar syarat

kebiasaan mudarabah.12

(8)

Faktor langsung yang dapat mempengaruhi tingkat bagi hasil meliputi: Invesment

rate, jumlah dana yang tersedia dan nisbah bagi hasil13

1) Invesment rate merupakan presentase aktual dana yang diinvestasikan dari

total dana. Jika bank menentukan invesment rate sebesar 80%, hal ini berarti

20% dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.

2) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari

berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut

dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode ini:

a) Rata-rata saldo minimum bulanan

b) Rata-rata total saldo harian

Invesment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk

diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan

3) Nisbah (profit sharing ratio)

c) Salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan

disetujui pada awal perjanjian

d) Nisbah antara satu bank dan bank lainnya dapat berbeda

e) Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu bank,

misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.

f) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan account lainnya sesuai

dengan besarnya dana dan jatuh temponya

b. Faktor tidak langsung

1) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah

a) Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya (profit and sharing). Pendapatan yang “dibagihasilkan” merupakan pendapatan yang diterima kurangi biaya-biaya

b) Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue sharing

2) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting)

Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang

diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya14

13 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), h. 123

14 Dr. Muhammad Syafii Antonio, M,Ec, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani

(9)

F. Manajemen

Tugas mudharib dalam menjalankan pembiayaan kontrak mudharabah meliputi

mengelola dan mengatur pembelanjaan, penyimpanan, pemasaran, maupun penjualan barang

dagang. Mudharib menjamin dalam mengelola barang tersebut sesuai dengan ketentuan

yang telah disepakati dalam pembiayaan mudharabah. Dia bertanggung jawab untuk

menanggung segala kerugian yang disebabkan oleh kesalahannya sendiri yang menyimpang

dari prosedur ketentuan kontrak. Pihak bank tidak menanggung kerugian yang disebabkan

oleh kesalahan daari pihak mudharib tersebut. Mudharib harus menjaga barang tersebut

dengan segala resikonya dan juga harus menyimpannya secara cepat. Singkatnya, mudharib

harus tunduk terhadap segala persyaratan yang telah ditentukan dalam kontrak yang

berkaitan dengan pengelola usaha. Pelaksanaan tersebut umumnya diawasi oleh pihak

bank15

G. Masa Berlakunya Kontrak

Kontrak mudharabah umunya digunakan untuk tujuan perdagangan jangka pendek

yang dapat dengan mudah menentukan masa berlakunya kontrak dan ketentuan tersebut

yang umumnya berlaku pada bank-bank islam. Dengan mengetahui batas berakhirnya

kontrak, tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari pinjaman bank akan dapat dihitung

dan diketahui hasilnya, di samping itu juga penting bagi pihak bank untuk mengakhiri

pembiayaan mudharabah dan modal bank akan dikembalikan sesuai batas waktu yang

ditentukan dalam kontrak. Atas dasar tersebut, apabila terjadi perpanjangan masa berlakunya

kontrak yang berjalan diluar kesepakatan di awal kontrak, maka segala resiko yang terjadi

dalam kontrak akan menjadi tanggung jawab pihak bank, oleh karenanya pihak bank tidak

diperbolehkan merubah tingkat ratio keuntungan yang disepakati sesuai dengan kontrak.

Sebab tingkat ratio keuntungan berlaku tetap di seluruh masa kontrak mudharabah,

sedangkan perpanjangan terhadap masa berlakunya kontrak berarti akan mengikis

pengembalian modal yang dipinjamkan.16

15Abdullah saeed, Bank Islam dan Bunga, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2008), h. 101

(10)

H. Garansi17

UU mengartikan istilah perbankan mengartikan istilah agunan dan jaminan dalam

arti yang berbeda. Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Perbankan menentukan agunan adalah

jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur dalam rangka pemberian fasilitas kreedit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah18

Bank syari’ah menetapkan garansi (jaminan) sebagai upaya meyakinkan bahwa

modal dan bagi hasil yang akan diperolehnya kembali sesuai waktu yang disepakati pada

saat awal kontrak.34 Pemberlakuan jaminan ini merata hampir seluruh perbankan syari’ah. Perbankan syari’ah menyatakan bahwa jaminan ditetapkan tidak untuk menjamin pulangnya modal tetapi untuk menyakinkan konsistensi nasabah dalam menepati term-term dalam

kontrak agar nasabah serius, tidak main-main.19 Terkait dengan ini, di Indonesia, jaminan

menjadi keharusan bagi semua institusi perbankan baik yang konvensional ataupun syari’ah.

Dalam kaitannya dengan jaminan ini semua lembaga perbankan mengikuti aturan yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia. Dalam aturan itu disebutkan bahwa besarnya jaminan

adalah 125% dari modal yang dipinjamkan.

“Segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak ataupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada ataupun yang baru ada di kemudian hari, menjadi tanggungan

untuk segala perikatannya perseorangan.”20

Dengan adanya jaminan, nasabah yang tak sanggup melakukan pembayaran angsuran dan mengembalikan modal, dia harus siap dieksekusi dengan cara “mengikhlaskan” jaminan tersebut sebagai ganti dari modal dan keuntungan bank.21

17Mas’adi,Fiqh Muamalah Kontekstual, ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), h. 63

18 Abd. Shomad, Huku Isla Pa ora a Pri sip Syari’ah Dala Huku Isla , (Jakarta: Kencana,

2012), h. 186

19Dr. Muhammad Syafii Antonio, M,Ec, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani

Press, 2001), h. 105

20 Undang Undang Hukum Perdata Nomor 1131 tentang Piutang dengan Hak Mendahulukan

21H. “i ajuddi hasa , Me posisika Muda a ah dala Ko teks Bis is Mode , Jurnal asy-syir’ah,

(11)

Bank Syariah sebagai Shahibul Maal

Keterangan:

1. Pak Firman Mengajukan pembiayaan dengan akad Mudarabah ke sebuah bank

syariah sebesar Rp. 120.000.000

2. Bank syariah memberikan modal seluruhnya untuk kegiatan bisnis konveksi

3. Tenaga untuk menjalankan modal seluruhnya dari pihak pak Firman

4. Pak Firman mengembalikan modal kepada bank dengan cara mengangsur selama 24

bulan

5. Keuntungan dibagi bersama antara pihak bank dengan pihak pak Firman dengan

proporsi 50% : 50%

6. Diketahui keuntungan bersih pak firman pada bulan pertama yaitu Rp. 6.000.000

(12)

Rincian:

- Modal : Rp. 120.000.000

- Angsuran pengembalian modal : 24 bulan

- Nisbah : 50% : 50%

- Pendapatan bersih bulan pertama : Rp. 6.000.000

Penghitungan:

- Modal yang dikembalikan setiap bulan

Modal : Angsuran pengembalian modal

Rp. 120.000.000 : 24 bulan = Rp. 5.000.000/bln

- Pendapatan bersih bulan pertama Rp. 6.000.000

50% : 50%

Rp. 3.000.000 : Rp. 3.000.000 = Rp. 3.000.000 +

Rp. 8.000.000

Jadi, biaya pengembalian modal dan pembagian keuntungan Pak Firman dengan

LKS pada angsuran bulan pertama sebesar Rp. 8.000.000. pembagian keuntungan tidak

bersifat mutlak karna pendapatan Pak Firman disetiap bulan bisa saja berubah sesuai dengan

pendapatan Pak Firman dari usaha koveksi yang dijalani.

Bank Syariah sebagai Mudharib

Modal Keahlian

Wahyu Shahibul Mall

Bank Syariah Mudharib

Proyeksi / Usaha

Bagi Keuntungan

Nisbah

50%

(13)

Keterangan:

1. Pak Wahyu Menyalurkan uang dengan akad Mudarabah ke sebuah bank syariah

sebesar Rp. 60.0000

2. Bank syariah menerima modal seluruhnya untuk kegiatan bisnis

3. Keuntungan dibagi bersama antara Pak Wahyu dengan pihak Bank Syariah dengan

proporsi 50% : 50% dari Laba Bank Syariah yang didapat dari penyaluran dana oleh

Pak Wahyu

4. Keuntungan yang didapat Bank Syariah dari Modal sebesar Rp. 5.000.000

Penghitungan

- Pendapatan Bank Rp. 5.000.000

50% : 50% = Rp. 2.500.000

Jadi, keuntungan yang didapat pak Wahyu (shahibul maal) sebesar Rp. 2.500.000

(14)

Daftar Pustaka

Abd. Shomad, Hukum Islam Panorama Prinsip Syari’ah Dalam Hukum Islam, Jakarta: Kencana, 2012.

Abdullah saeed, Bank Islam dan Bunga, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2008. Ascaraya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.

http://hamonangan.unsri.ac.id diunduh pada tanggal 05 Maret 2017.

Imam Mustofa, Fiqh Mu’amalah Kontemporer, Jakarta ; Rajawali Pers,2016. Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana, 2011.

Mas’adi,Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002.

Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

Muhammad, Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia, Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2005.

Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2000.

Nur Syamsudin Buchori, Koperasi Syariah Teori & Praktek, Banten: PAM Press, 2012.

Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka setia, 2001.

Referensi

Dokumen terkait

Wardah adalah produk yang sudah memiliki label halal dari BPPOM sehingga konsumen yang khususnya beragama muslim lebih condong memilih produk kosmetik yang

Kemampuan motorik halus yang dimiliki setiap anak berbeda. Ada yang lambat dan ada pula yang sesuai dengan perkembangan tergantung pada kematangan anak. Kemampuan

Penelitian yang membahas mengenai hubungan self efficacy dan beban kerja akademik dengan tingkat stres pada mahasiswa Profesi Ners masih belum banyak dilakukan.. Oleh karena

Secara keseluruhan, perubahan output yang terjadi pada SiAMEL melalui penelitian ini adalah bahwa data yang terdapat pada aplikasi SiAMEL dapat diakses oleh mahasiswa

Pada penelitian ini, VG jenis concave delta winglet dipasang pada sisi sirip dari penukar kalor jenis fin-and-tube yang digunakan dalam proses refrigerasi

Perkara TPK sehubungan dengan memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud mempengaruh putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili

9 Oleh karna itu dalam setiap kegiatan apalagi dalam sebuah penelitian ilmiah harus di haruskan untuk menarik kesimpulan dari seluruh data yang telah di kumpulkan

Ilustrasi dari adanya informasi yang tidak benar dikalangan remaja terdiri dari pengetahuan tentang fungsi hubungan seksual (mitos yang berkembang adalah hubungan