• Tidak ada hasil yang ditemukan

Satelit Mikro untuk Mitigasi Bencana dan Ketahanan Pangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Satelit Mikro untuk Mitigasi Bencana dan Ketahanan Pangan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

:

:

j

Satelit Mikro untuk Mitigasi Bencana

dan Ketahanan Pangan

Editor:

Adrianti Puji Sunaryati Sanusi Tanoemihardja

Copyright © 2010 LAPAN

Desain Cover : Ardhya Pratama Lay Out : Andri Alamsyah Proof Reader : Yuki HE Frandy Ediror Bahasa : Sandra Siti Syarifah

PT Penerbir IPB Press

Kampus IPB Taman Kencana Bogor

Cerakan Perrama: November 2010

Perpusrakaan Nasional: Katalog Dalam Terbiran (KDT)

Hak cipra dilindungi oleh Undang-Undang

Dilarang memperbanyak buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit

ISBN: 978-979-1458-35-1

Dari Penerbi1

Pada awal tahun 2007 , LAPAN of Berlin (TU-Berlin) telah membt satelit mikro dengan berat 56 kg. Sa atau LAPAN-AI dan diluncurkan a

Satellite Launch Vehicle) milik India Sriharikota sebagai muatan tambaha ini (telah 3 tahun lebih beroperasi) I

awalnya perkiraan umurnya hanya misi sebagai satelit demonstrator den untuk pengamatan (surveillance). S DLR-TUBSAT German), yang r

(attitude control) dan observasi/per

Couple Device) yang digunakan men Sebelum satelit LAPAN-AI khususnya Pusat Teknologi Elektr dua buah satelit mikro berikutnya sarelit tersebut dirancang berdasarka nama berturut-turut LAPAN-A2 c

LAPAN-A2 dilengkapi dengan pel

an berat satelit sekitar 68 kg. Sal

iintegrasikan di Indonesia, pada I L'\PAN Rancabungur, Bogor. Sat

ekat ekuator (near equatorial orbit) r ada satelit LAPAN-A2 juga akan d O romatis (Automatic Identification :nemonitor lalu lintas kapal. Sedan

-0

kg,

dengan muatan relai data

~> ste-rrl) dan relai komunikasi suara , J irambah dengan kamera PAL bern

o

km, serta tambahan peralatan .I

:User beam beacon.

Sebagian komponen satelit

; komendasi ahli dari Jerman yaitu

·,-ang penting untuk mendukung m ..: engan basis RW-303. Komponen i .L'i'r giro dan pengendali elektronik.

(3)

Dyah R. PanujuI,2, Laode S. Iman2

, Ba.rnbangH. Trisasongko1•2,

Baba Barus12, Diar Shiddiq1,2

'Departemen llmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Instirut Pertanian Bogor. Jalan Meranti, KaJllPUS

Darmaga. Bogor 16680. Email: d.panuju@hotmail.com.odesyan174@gmail.com. 'P4W, Institut

Pertanian Bogor, Jalan Pajajaran, Bogor 16143.

Abstrak

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan kawasan pesisir yang sangat luas. Wilayah pesisir sebagaimana diketahui merupakan wilayah dengan intensitas perubahan yang relatif cepat baik akibat dinamika perubahan pemanfaatan lahan di daratan maupun akibat efek pemanasan global. Dengan demikian, pemantauan kawasan pesisir mudak diperlukan men gin gat kawasan pesisir merupakan antarmuka wilayah daratan dan laman. Diperlukan dukungan data penginderaan jauh mengingat cakupan kawasan yang sangat luas. Namun demikian, sampai saat 1111

ketersediaan data masih tergantung pada pihak asing. Untuk itu, diperlukan upaya untuk menuju kemandirian penyediaan data bagi para penentu kebijakan. Program satelit LAPAN telah diarahkan untuk menyediakan data bagi pemantauan sumberdaya alam ditandai dengan beroperasinya LAPAN­ TUBSAT dan akan diikuti oleh satelit LAPAN-ORARI (LOSAT). Untuk menunjang pemanfaatan data satelit LAPAN tersebut di masa datang, maka diperlukan simulasi dengan memanfaatkan berbagai pendekatan analisis data. Makalah ini menyajikan hasil simulasi LOSAT pada wilayah pesisir dengan memanfaatkan pendekatan pohon keputusan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa data LOSAT dapat dimanfaatkan untuk penyediaan data tutupan lahan pesisir dengan akurasi yang baik, yaitu di atas 90%.

(4)

:

• • SIMULASI DATA LOSAT UNTUK PEMANTAUAN PESISIR

Abstract

Indonesia is one ofthe biggest archipelagic countries with very spacious coastal

areas. Those areas are dynamically utilized and vulnerable to global warming.

Therefore, monitoring coastal areas are urgently required as it serves an inteiface

to terrestrial and marine regions. Remote sensing data are obliged to monitor those

extensive areas. At the moment, remote sensing data availability is still provided

by foreign providers. Self sustainability is therefore a necessary to make the data

available to decision makers. Satellite program ofLAPAN has been developed to

supply such requirements. It was started with LAPAN-TUBSAT satellite launch

and will be followed by LAPAN-ORARl satellite (LOSAT) program shortly.

Simulations using various approaches are then required to assist utilization of the data in the future. This paper presents a LOSA T simulation on a coastal area

coupled with decision tree analysis. The result shows that LOSAT data could be

employed to provide land cover data ofcoastal area with accuracies higher than

90%.

Keywords: CRUISE, QUEST, LOSA T, coastal, decision tree

1. Pendahuluan

Wilayah pesisir merupakan kawasan yang khas dan merupakan penyangga

antara kawasan daratan dan lautan. Dalam perkembangannya kawasan pesisir

sering mengalami pemanfaatan yang sangat eksploitatif tanpa memperhatikan aspek daya dukung alamiahnya, yang menyebabkan pesisir menjadi wilayah

yang rentan terhadap perubahan. Dinamika perubahan yang terjadi

disebabkan oleh pengetahuan dan pola pikir yang sangat destruktif dengan

mengabaikan kearifan lokal terkait pemanfaatan sumberdaya alam wilayah

pesisir. Biodiversitas pad a kawasan ini sangat tinggi dengan variasi flora dan

fauna yang sangat beragam. Kondisi wilayah pesisir dengan keanekaragaman hayati yang tinggi perlu untuk dipertahankan, namun terjadi kecenderungan pemanfaatan yang berlebihan dan tidak memperhatikan keberlanjutan sumberdaya alamiahnya.

Perubahan penggunaan lahan di kawasan pesisir san gat dinamis

Perkembangan kota-kota besar yang berada di wilayah pesisir seperti Jakana

sangat signifikan (Panuju 2004). Perubahan pemanfaatan ruang yang

semula merupakan pesisir dengan beting pasir dominan dan lahan rawa

dengan biodiversitas yang cukup tinggi berubah penggunaannya menjadi

bangunan perumahan dan areal penggunaan lainnya, yang secara langsung

merubah karakteristik fisik wilayah pesisir dan berkecenderungan menjadi

pola pemanfaatan intensif (In penggunaan lahan disertai der pada wilayah hulu meningka pada wilayah hilir berupa bah

di Semarang (Marfai et al. 20

berdampak meningkatkan pel anomali dan menyebabkan kejal rob, abrasi pantai dll. Fenomen khususnya Pantai Utara Jawa, (insitu) , telah memberikan efe awal dari permukaan wilayah yang hidup di dalamnya.

Hutan mangrove banyak

banyak ditelaah (Biswas et al. 2

Pada berbagai wilayah, konversi perluasan areal pertambakan Sl

and Wolff 2009). Sebagian wila

hilangnya lahan mangrove. Ke terkendali dan menjadi penyel yang masih perlu penelaahan lingkungan wilayah pesisir term

dapat terjadi secara alamiah mal

Dinamika yang tinggi dati yang periodik dan kontinu. D: geografis menawarkan metode u

dan kontinu dengan cakupan y

yang tidak terjangkau dengan si:

LAPAN sebagai institusi I

dan antariksa berupaya menge mandiri. Hal tersebut ditandai ( akan dilanjutkan pada kemandi ORARl (LOSAT). LOSAT c

2011 melalui wahana Polar Sai LOSAT telah didesain mirip der 4), dengan resolusi spasial sekita Pengembangan satelit mar dukungan kajian simulasi pemal lingkungan dan sumber daya ala aplikasi pemantauan padi sawah

(5)

untries with very spacious coastal , vulnerable to global warming. required as it serves an inteiface data are obliged to monitor those lata availability is stiLL provided Ire a necessary to make the data

f

LAPAN has been developed to !PAN- TUBSA T sateLLite launch lite (LOSAT) program shortly.

required to assist utilization of

II T simulation on a coastal area

lOWS that LOSAT data could be

rea with accuracies higher than

decision tree

has dan merupakan penyangga cembangannya kawasan pesisir .

ploitatif tanpa memperhatikan abkan pesisir menjadi wilayah

.ka peru bah an yang terjadi fang sangat destruktif dengan

:an sumberdaya alam wilayah jnggi dengan variasi flora dan esisir dengan keanekaragaman namun terjadi kecenderungan lemperhatikan keberlanjutan lsan peslslr sangat dinamis.

wilayah pesisir seperti Jakarta n pemanfaatan ruang yang ;ir dominan dan lahan rawa bah penggunaannya menjadi lainnya, yang secara langsung n berkecenderungan menjadi

SIMULASI DATA LOSAT UNTUK PEMANTAUAN PESISIR • •

pola pemanfaatan intensif (Iman 2008). Tingginya dinamika perubahan penggunaan lahan disertai dengan tingginya intensitas pemanfaatan lahan pada wilayah hulu meningkatkan material terangkut dan · terkonsentrasi pada wilayah hilir berupa bahan sedimen permukaan sebagaimana diteliti di Semarang (Marfai et aL. 2008). Sementara itu, pemanasan bumi nyata berdampak meningkatkan permukaan air laut rata-rata (MSL), bersifat anomali dan menyebabkan kejadian ekstrim pada wilayah pesisir seperti banjir rob, abrasi pantai dll. Fenomena tersebut sering terjadi pada wi/ayah pesisir, khususnya Pantai Utara J awa, di mana perubahan iklim global dan mikro

(insitu) , telah memberikan efek yang besar terhadap perubahan bentukan awal dari permukaan wilayah pesisir tersebut termasuk karakteristik biota yang hidup di dalamnya.

Hutan mangrove banyak dijumpai di kawasan pesisir namun belum banyak ditelaah (Biswas et al. 2009) dan merupakan subyek konversi lahan. Pada berbagai wilayah, konversi mangrove dilakukan untuk mengakomodasi perluasan areal pertambakan seperti yang terjadi di Segara Anakan (Ardli and Wolff 2009). Sebagian wilayah pesisir telah mengalami kerusakan akibat hilangnya lahan mangrove. Kerusakan mangrove tersebut cenderung tidak terkendali dan menjadi penyebab kerusakan wilayah pesisir di Indonesia yang masih perlu penelaahan secara mendalam. Secara umum, kerusakan lingkungan wilayah pesisir termasuk di dalamnya lingkup lahan dan perairan dapat terjadi secara alamiah maupun secara antropogenik.

Dinamika yang tinggi dari wilayah pesisir membutuhkan pemantauan yang periodik dan kontinu. Data penginderaan jauh dan sistem informasi geografis menawarkan metode untuk melakukan pemantauan secara periodik dan kontinu dengan cakupan yang sangat luas sampai dengan wilayah luar yang tidak terjangkau dengan sistern pemantauan konvensional.

LAPAN sebagai institusi pemangku kepentingan terkait penerbangan dan antariksa berupaya mengembangkan satelit penginderaan jauh secara mandiri. Hal tersebut ditandai dengan beroperasinya LAPAN-TUBSAT dan akan dilanjutkan pada kemandirian penuh melalui program satelit LAPAN­ ORARl (LOSAT). LOSAT direncanakan akan diluncurkan pada tahun 2011 melalui wahana Polar SateLLite Launch Vehicle (PSLV), India. Sensor LOSAT telah didesain mirip dengan spesifikasi 3 band Landsat TM (2, 3 dan 4), dengan resolusi spasial sekitar 17 meter.

Pengembangan satelit mandiri oleh LAPAN tersebut membutuhkan dukungan kajian simulasi pemanfaatan data LOSAT untuk berbagai masalah lingkungan dan sumber daya alamo Simulasi pertama telah dilakukan dengan aplikasi pemantauan padi sawah dengan hasil cukup baik (Trisasongko et al.

(6)

.

• • SIMULASI DATA LOSAT UNTUK PEMANTAUAN PESISIR

2010). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa fase bera, mulai tanam,

vegetatif dan siap panen dapat diidentifikasi dengan tingkat akurasi yang baik. Namun demikian, masih diperlukan berbagai kajian tambahan untuk berbagai aplikasi yang berbeda, di antaranya untuk kajian wilayah pesisir. Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji data simulasi LOSAT pada wilayah pesisir sehingga dapat diperoleh gambaran aplikasi teknik analisis yang sesuai untuk data LOSAT.

2. Tinjauan Teoritis

Dinamika wilayah pesisir telah menjadi salah satu topik aplikasi penginderaan jauh. Berbagai sensor telah diujicobakan sebagai kajian awal untuk operasi pemantauan baku. Landsat TM dan/atau ETM merupakan salah satu sensor yang paling banyak mendapatkan perhatian dari para peneliti. Pemanfaatan Landsat dalam pemantauan kekeruhan pesisir telah dikembangkan di Swedia (Lindell et al. 1985). Sebelumnya, Landsat MSS juga telah dimanfaatkan untuk mengkaji sumber daya tanah pada wilayah pesisir India (Rao et al. 1986). Pada kajian lain, Landsat ETM telah menjadi

_pilihan dalam analisis risiko banjir (Demirkesen et al. 2007).

Tutupan lahan, termasuk pada wilayah pesisir, seringkali dikaji melalui metode klasifikasi numerik dalam rangka membangun basis data spasial atau pemetaan. Namun demikian, keterpisahan spektral pada berbagai sensor merupakan isu yang penting dikaji sebelum metode klasifikasi diterapkan. Hal ini sangat penting untuk menelaah kinerja sensor-sensor baru seperti LOSAT.

Pengkajian keterpisahan kelas dapat dilakukan dengan metode Jeffries Matusita O-M Distance atau dengan metode Transformed Divergence (D'Urso dan Menenti, 1996). Pada penelitian ini dipilih metode Transformed

Divergence (TD) dengan persamaan sebagai berikut:

-D;; /

TDij=2[1-exp( 18)] ......... (2-1)

dimana TDij = parameter TD dan Dij adalah parameter yang diperoleh dari persamaan berikut:

Dij = O,5[(C; - Cj) (Ci-l - Cj-l)] + O,5tr[(Ci_l - Cj-l) (l!i - l!j) (~i - ~j)T] .. .... (2-2)

Parameter J.li adalah nilai rataan vektor kelas ke-i sedangkan Ci nilai matriks koragam kelas ke-i, sedangkan tanda tr menotasikan fungsi teras

(trace dalam aljabar matriks) dan T menunjukkan fungsi transposisi. Dari

persamaan TD di atas, mak,

sampai dengan 2. Nilai maks tak hingga. Beberapa pustak, sarna sebesar 2000 dan bukan antaranya (Suratijaya (2002), demikian perangkat lunak E1 2.

Dengan menganalogikal sebagaimana disampaikan olel TD untuk j umlah kelas dal; melalui persamaan berikut:

TD·

=

1

IITD;j

m(m -1) ;=1 j=;+1

dimana m adalah jumlah kela.< Dengan menggunakan p< nilai keterpisahan antara 0-2 . terpisah cukup baik jika' nilai cenderung mirip dan tidak ter Hasil pengujian yang baik baik dalam aplikasi yang dita yang tetap, analisis klasifikasi n jenis dan pendekatan analisis maupun tak terbimbing, dapat klasifikasi terbimbing yang b; keputusan (decision trees).

Berbagai algoritma poh, literatur, seperti CART (Breirr. merupakan algoritma terpopt diimplementasikan pada dat~

misalnya, menggunakan teknit dan wilayah hutan. Selain itu, I

cukup sesuai untuk mengamat Trisasongko 2008).

3.Pemodelan dan S

Penelitian ini dimulai simulasi LOSAT, seperti tersaji citra LANDSAT. Berdasarkar

(7)

wa fase bera, mulai tanam, engan tingkat akurasi yang tgai kajian tambahan untuk [ltuk kajian wilayah pesisir. [lulasi LOSAT pada wilayah .si teknik analisis yang se.suai

salah satu topik aplikasi

:obakan sebagai kajian awal dan/atau ETM merupakan )atkan perhatian dari para Ian kekeruhan pe.sisir telah

Sebelumnya, Landsat MSS

~r daya tanah pada wilayah

~and.sat ETM telah menjadi

~t al. 2007).

sir, seringkali dikaji melalui mgun basis data spasial at au ktral pada berbagai sensor

:tode klasifikasi diterapkan.

: sensor-sensor baru seperti {an dengan metode Jeffrie.s

ufo

rmed Divergence (D'Urso pilih metode Transformed

ut:

... ... (2-1) h parameter yang diperoleh

I (~i - lJ.j) (~i -lJ.j)TJ •••••• (2-2)

as ke-i sedangkan Ci nilai

r menotasikan fungsi teras

til fungsi transposisi. Dari

SIMULASI DATA lOSAT UNTUK PEMANTAUAN PESISIR • •

persamaan TD di atas, maka diketahui bahwa nilai TD berkisar antara 0 sampai dengan 2. Nilai maksimum diperoleh pada saat nilai a sama dengan tak hingga. Beberapa pustaka lain menggunakan konstanta pada persamaan sama sebesar 2000 dan bukan 2, sehingga nilai maksimum menjadi 2000, di antaranya (Suratijaya (2002), Gi-Choul (2007) dan Jat et al. (2009). Namun demikian perangkat lunak ENVI yang digunakan menggunakan konstanta

2.

Dengan menganalogikan penjelasan pada ukuran keterpisahan JM sebagaimana disampaikan oleh D 'Urso dan Menenti (1996), nilai parameter TD untuk jumlah kelas dalam klasifikasi lebih dari 2, dapat ditentukan melalui persamaan berikut:

• 1 m-l m

TD

=

IITDij ...

(2-3)

m(m -1) i=l j=i+l

dimana m adalah jumlah kelas.

Dengan menggunakan persamaan terse but, maka akan diperoleh selang nilai keterpisahan antara 0-2. Dengan demikian kelas yang dibangun disebut terpisah cukup baik jika nilai TD* mendekati 2 dan sebaliknya antar kelas cenderung mirip dan tidak terpisah secara baik jika nilai TD* mendekati O.

Hasil pengujian yang baik mengindikasikan bahwa sensor dapat berperan baik dalam aplikasi yang ditargetkan. Untuk memperoleh pengelompokan yang tetap, analisis klasifikasi numerik perlu diterapkan. Pada saat ini, berbagai jenis dan pendekatan analisis klasifikasi, baik pada pendekatan terbimbing maupun tak terbimbing, dapat ditemukan pada literatur. Salah satu algoritma klasifikasi terbimbing yang banyak diuji adalah keluarga klasifikasi pohon keputusan (decision trees).

Berbagai algoritma pohon keputusan dapat diperoleh pada telaah literatur, seperti CART (Breiman et al. 1984) dan C4.5 (Quinlan 1993) yang merupakan algoritma terpopuler. Aplikasi CART dan C4.5 telah banyak diimplementasikan pada data penginderaan jauh. Herold et al. (2003), misalnya, menggunakan teknik CART pada upaya pemetaan lahan terbangun dan wilayah hutan. Selain itu, metode pohon keputusan juga telah ditemukan cukup sesuai untuk mengamati berbagai fase pertumbuhan padi (Panuju dan Trisasongko 2008) .

3~Pemodelan

dan Simulasi

Penelitian ini dimulai dengan pembangunan citra komposit dari data simulasi LOSAT, seperti tersaji pada Gambar 3.1. Datasimulasi menggunakan citra LANDSAT. Berdasarkan karakteristik panjang gelombang yang akan

(8)

l l

• • SIMULASI DATA LOSAT UNTUK PEMANTAUAN PESISIR

diindera oleh LOSAT, maka kanal spektral yang bersesuaian adalah kanal 2,

3, dan 4. Selanjutnya kanal-2 LANDSAT disebut sebagai kanal-1 LOSAT, kanal-3 LANDSAT disebut sebagai kanal-2 LOSAT dan kanal-4 LANDSAT

disebut sebagai kanal-3 LOSAT. Data dipotong dari citra lembar Lampung

Path/Row 124/56. Dari citra komposit di atas, dapat dijumpai 7 kelas

penutupan lahan yaitu laut, sedimen, tambak, tambak kering, mangrove,

mangrove rusak dan semak. Penetapan nama kelas juga mempertimbangkan data penggunaan lahan umum yang ditemukan pada Peta Rupa Bumi

Indonesia.

Mengingat pendekatan yang digunakan adalah pendekatan klasifikasi terbimbing, maka kumpulan piksel contoh diambil pada dua lokasi yang berbeda pada setiap kelas penutupan lahan. Data pada lokasi pertama

digunakan untukmelakukan trainingpohon keputusan, sedangkan padalokasi

kedua, data dikumpulkan untuk menguji modal pohon keputusan. Jumlah piksel yang digunakan pada penelitian ini adalah minimum 500 untuk setiap kelas tutupan lahan. Dengan demikian, diharapkan pengujian akurasi dapat

dilakukan dengan kondisi bias yang minimum. Penetapan lokasi dilakukan

berdasarkan kenampakan objek pada citra komposit (Cambar 3.1.)

Cambar 3.1. Citra komposit RCB 321 dengan lokasi contoh (data training

dan testing)

Analisis data yang digu

pohon keputusan (decision!

yang digunakan adalah QUl Loh and Shih, 1997). Bel untuk menganalisis kinerja pemantauan padi (Panuju ini juga menguji cob a algori Interaction Selection and Esti ditelaah sebelumnya (Panuju

4. HasH Simulasi d

Disamping cakupan dan menjadi tantangan bagi penginderaan jauh di wilay: tantangan menjadisemakin b dengan sensor yang memilikJ pada citra komposit menunjl 3 kanal, citra yang dihasilkan

yang sulit dijangkau. BeberaJ

ekosistem hutan mangrove ( misalnya, dapat diidentifikasi dan tambak tidak aktif (kerin belukar yang juga masih d" tersebut juga diperkuat den (Tabel 4.1.) yang secara kesl (mendekati 2) antar kelompo

T abel 4.1. Ukuran Transform

training Laut Sedimen . 2,000 Sewmen 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 'Mangrove 2,000 2;000 Ker~

(9)

I

ang bersesuaian adalah kanal 2, isebut sebagai kanal-1 LOSAT,

,OSAT dan kanal-4 LANDSAT :mg dari citra lembar Lampung

i atas, dapat dijumpai 7 kelas ,ak, tambak kering, mangrove,

kelas juga mempertimbangkan

rlUkan pada Peta Rupa Bumi adalah pendekatan klasifikasi diambil pada dua lokasi yang

.n. Data pada lokasi pertama eputusan, sedangkan padalokasi odal pohon keputusan. Jumlah Jah minimum 500 untuk setiap rapkan pengujian akurasi dapat m. Penetapan lokasi dilakukan mposit (Gambar 3.1.)

~~ l. .

~. ~~-:

~

~

.

~

'l,; ..~. ~6iIl, ,

.an lokasi contoh (data training

SIMULASI DATA LOSAT UNTUK PEMANTAUAN PESISIR • •

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan pohon keputusan (decision/statistical trees), Algoritma pohon keputusan yang digunakan adalah QUEST (Quick, Unbiased, Efficient Statistical Trees;

Loh and Shih, 1997). Beberapa penelitian pendahuluan telah diujikan untuk menganalisis kinerja algoritma tersebut, di antaranya adalah untuk pemantauan padi (Panuju et al. 2007). Sebagai perbandingan, penelitian ini juga menguji coba algoritma CRUISE (Classification Rule with Unbiased Interaction Selection and Estimation; Kim and Loh 2003) seperti yang telah ditelaah sebelumnya (Panuju dan Trisasongko 2008).

4. HasH Simulasi dan Pembahasan

Disamping cakupan awan tutupan lahan pesisir, relatif kompleks dan menjadi tantangan bagi penerapan ilmu dan pengembangan teknologi penginderaan jauh di wilayah tropis. Pada implementasi sistem LOSAT, tantangan menjadisemakin besar mengingat LOSAT merupakan satelit mikro dengan sensor yang memiliki kanal pengindera yang terbatas. Analisis visual pada citra komposit menunjukkan bahwa walaupun LOSAT hanya memiliki 3 kanal, citra yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pemantauan wilayah yang sulit dijangkau. Beberapa aktivitas manusia yang dapat mempengaruhi ekosistem hutan mangrove dapat dideteksi dengan baik. Kawasan tambak misalnya, dapat diidentifikasi dengan mudah, baik pada tambak aktif (berair) dan tambak tidak aktif (kering sampai basah). Demikian pula dengan semak belukar yang juga masih dapat diindera dengan cukup baik. Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan data jarak Transformed Divergence (TD) (Tabel 4.1.) yang secara keseluruhan menunjukkan tingginya keterpisahan (mendekati 2) antar kelompok piksel yang ditetapkan sebagai data training.

Tabel4.1. Ukuran Transformed Divergence (TD*) menggunakan data training

Kelas Laut Sedimen . Tambak K'ertng Mangrove II Mangrove R-...,... ~!: I- " Tambak II Semak

Laut 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 Sedimen 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000

=

Tambak Kering 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 Mangrove 2,000 2,000 2,000 1,997 2,000 2,000 Mangrove Kering 2,000 2,000 2,000 1,997 2,000 2,000

(10)

• • SIMULASI DATA LOSAT UNTUK PEMANTAUAN PESISIR

Tabel4.1. Ukuran Transformed Divergence (TD*) menggunakan data training. (lanjutan)

Kelas Laut St;dimen Tambak

Kering Mangrove

Mangrove

Rusak Tambak Semak

Tambak 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000

Semak 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000

Sebagaimana disampaikan sebelumnya kajian Illl menggunakan

pendekatan analisis pohon keputusan. Pohon keputusan merupakan salah satu analisis data penginderaan jauh yang sering ditelaah mengingat kemampuannya dalam menangani missing data karena gangguan sensor atau atmosfer. Gambar 4.1 menunjukkan hasil pembangunan pohon keputusan berdasarkan algoritma QUEST dan CRUISE.

Gambar tersebut menunjukkan bahwa algoritma QUEST menghasilkan struktur yang lebih sederhana dengan 5 cabang dibandingkan dengan algoritma CRUISE yang menghasilkan 8 cabang. Dengan kondisi tersebut, secara teoritis, implementasi algoritma QUEST dapat dilakukan lebih cepat. Kesederhanaan struktur juga ditemukan pada penelitian sebelumnya pada aplikasi pemantauan pertumbuhan padi (Panuju et

ai.

2007).

Kanal spektral 3 berperan dalam pemisahan awal. Panjang gelombang inframerah dekat (SWIR) dengan lebar pita 0,77-0,90 11m menjadi pemisah utama dan pembeda berbagai kelas penutupan lahan yang ada. Walaupun ditunjukkan kurang berperan penting dalam pemisahan kelas pada algoritma QUEST, kanal spektral2 (merah, 0,63-0,69 11m) dapat dimanfaatkan untuk membantu pencirian semak dari kawasan mangrove serta menjadi pembeda antara tambak aktif dan tambak tidak aktif. Seperti halnya pada kanal merah,

sumbangan kanal spektral 1 juga cukup lemah, walaupun ditunjukkan bermanfaat dalam pemisahan laut (dalam), tambak berair dan tubuh air dengan komponen sedimen yang tinggi.

Pohon keputusan yang dibangun oleh algoritma QUEST dan CRUISE dapat diimplementasikan pada citra simulasi LOSAT untuk memperoleh peta tematik tutupan lahan (Gambar 4.1.). Akurasi peta tematik hasil implementasi pohon keputusan disajikan pada Tabel4.2 dan 4.3.

Dari kenampakan visual hasil klasifikasi QUEST dan CRUISE pada Gambar 4.1., nampaknya algoritme QUEST sensitif dalam pemisahan sedimen dan tambak kering, sebaliknya CRUISE sensitif dengan kawasan perairan (laut dan tambak basah). Hal ini ditunjukkan oleh hasil klasifikasi QUEST menduga sedimen dan tambak kering lebih luas dibandingkan

dengan algoritme CRUISE, ( perairan (laut dan tambak be

QUEST.

I

: Kanal-2 :5 43 y

1

-"

'"

~

T , Kanal-2 '-:-45 ' - ­ ... Tambak rt"'! K..rt...·2i. 41

H

I T- ­ Y ... LaI:t v ~ .... Kanal·1 ~ 64 --I T y-- ~:

Y

..,•

."

"

H

T I- - v -+ .., Kana'·3 _ 31 _j - - T '+

(11)

y

-r

Kanal-1 < 50

Y

T

D*) menggunakan data training.

Mangrove )ve II RliSak

2,000 2,000 2,000 2,000

va kajian Ill! menggunakan

Pohon keputusan merupakan fang sering ditelaah mengingat

Ita karena gangguan sensor atau ,embangunan pohon keputusan 19oritma QUEST menghasilkan

cabang dibandingkan dengan bang. Dengan kondisi tersebut,

5T dapat dilakukan lebih cepat. :la penelitian sebelumnya pada uju et al. 2007).

ilian awal. Panjang gelombang ),77-0,90 f.lm menjadi pemisah .an lahan yang ada. Walaupun pemisahan kelas pada algoritma f.lm) dapat dimanfaatkan untuk .ngrove serta menjadi pembeda

:perti halnya pada kanal merah, emah, walaupun ditunjukkan tambak berair dan tubuh air ;oritma QUEST dan CRUISE OSA T untuk memperoleh peta peta tematik hasil implementasi

1

4.3.

QUEST dan CRUISE pada

,T

sensitif dalam pemisahan JISE sensitif dengan kawasan

:unjukkan oleh hasil klasifikasi ring lebih luas dibandingkan

SIMULASI DATA LOSAT UNTUK PEMANTAUAN PESISIR • •

dengan algoritme CRUISE, dan sebaliknya algoritme CRUISE menduga area perairan (laut dan tambak basah) lebih luas dibandingkan dengan algoritme QUEST. III IV V Mangrove y­ Kanal-3 ~ 86

H

.

y T _- "Mi::a:::ng:::r::oyC:.' - ' rusak Tambak

-

I

Y T ~ y 4 Kanal-3 <: 58

H .

Semak ,

I

T _ ...

~J

Ka nal-3 ::::; 49 Tambak T

L..,

Kanal-2 :o 45

~

a. IV Vl Vl • VIII

.

" ~ l am bak K8Nh2 ..: 47 -+' ~ 1 ' _ T -y .... Laut .-+ Ta'flbak y Ka~I ':!. -.i 49 .~'~~ Se-d'r"'It!I'I -+ t<an..2 !· 25 ....- , t-- Tamba~ y y+~_ jI Ka:w-3 " S2 ~ t;1,"T\b~ '..-Ka;I'Ia;·3: 31 - I( . ..- kcl"~"9 T - - - - '- '-­ -+ Ka~ll·3 _ ~~ ...., ..., W-?I1'>' f.

y---' IUlU;.:l : ~2 -~ _ _ _ t i~J;'~~~_

-... Ka'la.·3: 62 .... 1'..3 "13. 3 73 T ... SeITlaI: y" Mafl9 u",e -... ....1In~l .( 4 ' y _ _ .r - ·­ -+ KilO I.' 39 - to Sftm.k . T MIII9'O\I.

... .

b.

(12)

• • SIMULASI DATA LOSAT UNTUK PEMANTAUAN PESISIR

Tabel4.3 Akurasi klasifikasi

KeIas Laut 100,0 T Sedimen 99,9 r Tambak a QUEST CRUISE

Gambar 4.2. Hasil klasifikasi pohon keputusan: laut (merah), sedimen (hijau), 0,1

tambak kering (biru) , mangrove (kuning), mangrove rusak (cyan), tambak basah (ungu muda), semak (ungu tua)

Hasil yang diperoleh

Tabel4.2. Akurasi klasifikasi QUEST. Akurasi total adalah 93,5% menghasilkan akurasi kesel

QUEST. Namun demikial

Testing

algoritma tersebut belum da]

Kelas

Tambak Mangrove

Mangrove Tambak Semak memperkuat hasil penelitian

Kering Rusak

Laut Sedimen

fase pertumbuhan padi saW2

Laot 96,8 perbedaan tingkat akurasi y:

T Sedimen 99,9 2,5 0,9 bahwa, kedua algoritma rna:

r

Tambak dengan hasil yang cukup ba

a 0,1 95,0 36,4

i . Kering pilihan yang disarankan.

Ii Mangrove 93,2 Tabel4.2. menunjukkan

Mangrove dari kenampakan visual yang

n 6,8 100,0

Rusak

g 4.2., algoritma QUEST kur:

Tambak 3,2 62,7 aktif (berair) dengan tambaJ

Semak 2,5 100,0 tambak hanya sekitar 62%,

peta tematik yang dihasilkan diperoleh sangat tinggi yaitl algoritma CRUISE juga mel

dibandingkan kelas lainnya :

dengan hasil yang ditemuka terjadi antara tutupan lahar demikian, bias tersebut masi

(13)

- - -- ---- -- - -- - - - -- - - - -- - -- - --

-CRUISE

wt (merah), sedimen (hijau), (kuning), mangrove rusak , semak (ungu tua)

otal adalah 93,5%

Mangrove II Tambak Sernak

RUSak 0,9 36,4 100,0 62,7 100,0

SIMUlASl DATA lOSAT UNTUK PEMANTAUAN PESISIR • •

Tabel4.3 Akurasi klasifikasi CRUISE. Akurasi total adalah 97,7%

Testing

Kdas --'" Tambak Mangrove

Laut Sedimen Mangrove II Rusak Tam~aI<; " Semak Kering Laut 100,0 T Sedimen 99,9 2,5 : IrT=:mbak 86,3 3,2 1,0 Kering n Mangrove 97,7 1,5 n II Mangrove 2,3 98,S Rusak g Tambak 0,1 10,5 96,8 Semak 0,6 99;0

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa algoritma CRUISE menghasilkan akurasi keseluruhan yang lebih baik dibandingkan dengan QUEST. Namun demikian, perbedaan tingkat akurasi di antara kedua algoritma tersebut belum dapat dikatakan signifikan. Hasil yang diperoleh ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya pada aplikasi pemantauan berbagai fase pertumbuhan padi sawah (Panuju dan Trisasongko 2008), juga dengan perbedaan tingkat akurasi yang kurang signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa, kedua algoritma masih dapat diimplementasikan pada data LOSAT dengan hasil yang cukup baik dan sepadan, meskipun CRUISE merupakan pilihan yang disarankan.

:,

Tabel4.2. menunjukkansecaralebih detil parameter-parameter kuantitatif dari kenampakan visual yang disajikan pada Gambar 4.2. Terlihat pada Tabel 4.2., algoritma QUEST kurang mampu memisahkan tutupan lahan tambak aktif (berair) dengan tambak nonaktif (basah). Akurasi pada tutupan lahan tambak hanya sekitar 62%, sehingga secara umum mempengaruhi akurasi peta tematik yang dihasilkan. Pada kelas tutupan lahan lainnya, akurasi yang diperoleh sangat tinggi yaitu lebih dari 90%. Implementasi menggunakan algoritma CRUISE juga memunculkan satu nilai akurasi yang cukup rendah dibandingkan kelas lainnya yaitu pada tambak kering (sekitar 85%). Serupa dengan hasil yang ditemukan pada algoritma QUEST, bias klasifikasi juga terjadi antara tutupan lahan tambak kering dengan tambak aktif. Namun demikian, bias tersebut masih dapat diakomodasi oleh algoritma CRUISE.

(14)

• • SIMULASI DATA LOSAT UNTUK PEMANTAUAN PESISIR

5. Kesimpulan

U paya pemandirian sistem penginderaan jauh untuk pemantauan lingkungan nasional telah dimulai oleh LAPAN dengan beroperasinya LAPAN-TUBSAT yang akan dilanjutkan oleh satelit generasi terbaru LOSAT yang dirancang secara mandiri. Penguasaan komponen satelit perlu diimbangi dengan simulasi pemanfaatan data LOSAT untuk berbagai kepentingan nasional. Percobaan pertama dalam menelaah aplikasi sensor LOSA T pada pemantauan lahan sawah telah dilakukan dengan hasH yang

cukup menggembirakan. Namun demikian, sensor LOSAT masih perlu terus

dikembangkan pada aplikasi lain.

Sebagai salah satu negara kepulauan, pemantauan lingkungan pesisir juga merupakan salah satu prioritas evaluasi sistem LOSA T. Hasil simulasi menunjukkan bahwa sensor LOSAT mampu menampilkan beragam tutupan lahan pada wilayah pesisir yang dinamis dengan dapat diidentifikasinya

tujuh jenis penutupan lahan utama. Dengan memanfaatkan analisis jarak

Transformed Divergence, penelitian ini juga menunjukkan bahwa data simulasi

LOSAT mampu memisahkan berbagai kelas tutupan secara kualitatif. Analisis lanjutan dengan memanfaatkan analisis pohon keputusan memperkuat pernyataan di atas. Kedua algoritma pohon keputusan yaitu QUEST dan CRUISE menyajikan akurasi klasifikasi yang cukup tinggi yaitu lebih dari 90%. Temuan tersebut menunjukkan bahwa gabungan sensor LOSAT dan analisis pohon keputusan dapat dimanfaatkan dalam memantau dinamika

tutupan lahan pesisir. Namun demikian, percobaan lanjutan sangat disarankan

agar dapat diperoleh kesimpulan yang lebih dapat dipercaya, utamanya pada

wilayah pesisir lain dengan dinamika tutupan lahan yang setara.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan penghargaan kepada Tim Pengembangan LAPAN­ IPB Satelite (LISAT), utamanya Prof. Anas M. Fauzi, Prof. Irzaman dan Dr. Hari Wijayanto yang telah membantu diseminasi hasil simulasi LOSAT. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan pada kolega kami di Pustekelegan LAPAN terutama Drs. Toto M. Kadri yang berdedikasi mengembangkan wahana satelit secara mandiri. Penghargaan setinggi-tingginya kami sampaikan pada dua pimpinan institusi di mana kami bernaung yaitu Departemen Ilmu

Tanah dan Sumberdaya Lahan (Dr. SyaifulAnwar) dan P4W-LPPM, Institut

Pertanian Bogor (Dr. Ernan Rustiadi) atas kerjasama pengkajian simulasi dan aplikasi data LOSAT dan LISAT selama ini.

Daftar Pustaka

Ardli ER., WolffM. 2009.1

distribution in the Se~

Environmental Change

Biswas SR., Malik AU., ChOi

for the restoration ofSOL and economics. Wetlan

Breiman

L.

,

Friedman JH.,

regression trees. Montel

Demirkesen A C, Evrendilek .

analysis using Landsat-7 Izmir, Turkey. Environn

D'Urso G, Menenti M. l'

evaluation of digital Photogrammetry and R

Gi-Choul A. 2007. The effe

the Big Darby Creek VI

University.

Herold ND., Koeln G., Cun and forest canopy using ( ASPRS 2003 Annual C

2003.

Iman LS. 2008. Dinamika wilayah pantai utara J aVl Jat MK., Khare D. and Ga groundwater: a remote Environmentalist 29, 17 Kim H, Loh W-Y. 2003. CIa: node modals. Journal ( 512-530.

Lindell L T., S teinvall 0.,

coastal-water turbidity l

of Remote Sensing 6, 6~

Loh W-Y., Shih Y-S. 1997.

Statistica Sinica 7, 815-l Marfai MA, Almohammad I dynamic and shoreline Semarang Indonesia. E

(15)

L jauh untuk pemantauan 'AN dengan beroperasinya eh satelit generasi terbaru 19uasaan komponen satelit lata LOSAT untuk berbagai m menelaah aplikasi sensor lilakukan dengan hasil yang or LOSAT masih perlu terus Lantauan lingkungan peSlSlr

tern LOSAT. Hasil simulasi

nampilkan beragam tutupan gan dapat diidentifikasinya nemanfaatkan analisis jarak njukkan bahwa data simulasi

pan secara kualitatif. Analisis

m keputusan memperkuat putusan yaitu QUEST dan lkup tinggi yaitu lebih dari bungan sensor LOSA T dan dalam memantau dinamika m lanjutan sangat disarankan

it dipercaya, utamanya pada

Lan yang setara.

'im Pengembangan LAPAN­

:auzi, Prof. Irzaman dan Dr.

lasi hasil simulasi LOSAT. kolega kami di Pustekelegan erdedikasi mengembangkan

~i-tingginya kami sampaikan

ung yaitu Departemen Ilmu :".­

.r) dan P4W-LPPM, Institut

una pengkajian simulasi dan

SIMULASI DATA LOSAT UNTUK PEMANTAUAN PESISIR • •

Daftar Pustaka

Ardli ER., Wolff M. 2009. Land use and land cover change affecting habitat

distribution in the Segara Anakan lagoon, Java, Indonesia. Regional Environmental Change 9,235-243.

Biswas SR., MalikAU., Choudhury JK., Nishat A. 2009. A unified framework

for the restoration ofSoutheast Asian mangroves-bridging ecology, society and economics. Wetlands Ecology and Management 17,365-383.

Breiman 1., Friedman JH., Olshen RA., Stone

q

.

1984. Classification and

regression trees. Monterey: Wadsworth.

Demirkesen AC, Evrendilek F, BerberogLu 5, KiLic S. 2007 CoastaL flood risk

analysis using Landsat-l ETM+ imagery and SRTM DEM: A case study of

lzmir, Turkey. EnvironmentaL Monitoring and Assessment 131,293-300

D'Urso G, Menenti M. 1996. Performance indicators for the statistical

evaluation of digital image classifications. ISPRS Journal of

Photogrammetry and Remote Sensing 51, 78-90.

Gi-Choul A. 2007. The effect of urbanization on the hydrologic regime of

the Big Darby Creek watershed, Ohio. Dissertation. The Ohio State University.

Herold ND., Koeln G., Cunningham D. 2003. Mapping impervious surfaces and forest canopy using classification and regression tree (CART) analysis. ASPRS 2003 Annual Conference Proceedings, Anchorage, Alaska, May 2003.

Iman LS. 2008. Dinamika struktur perubahan garis pantai bagian barat

wilayah pantai utara Jawa. Tesis. Universitas Indonesia.

Jat MK., Khare D. and Garg PK. 2009. Urbanization and its impact on

groundwater: a remote sensingand GIS-based assessment approach. Environmentalist 29,17-32.

Kim H, Loh W-Y. 2003. Classification trees with bivariate linear discriminant

node modals. Journal of Computational and Graphical Statistics 12, 512-530.

Lindell LT., Steinvall 0., Jonsson M., Claesson Th. 1985. Mapping of

coastal-water turbidity using LANDSAT imagery. International Journal of Remote Sensing 6,629 - 642.

Loh W-Y., Shih Y-S. 1997. Split selection methods for classification trees.

\ Statistica Sinica 7,815-840.

Marfai MA, Almohammad H., Dey S., Susanto B., King 1. 2008. Coastal

dynamic and shoreline mapping: multi-sources spatial data analysis in

Semarang Indonesia. Environmental Monitoring Assess 142:297-308.

DOII0.I007/s10661-007-9929-2.

(16)

• • • SIMULASI DATA LOSAT UNTUK PEMANTAUAN PESISIR

Panuju DR, Rustiadi E, CaroBta I, Trisasongko BH, Susanto. 2007. On the decision tree analysis for coastal agriculture monitoring. Proceedings Geomarine Research Forum, 45-56.

Panuju DR, Trisasongko BH. 2008. The use of statistical tree methods on rice field mapping. Jurnal Ilmiah Geomatika 14(2),75-84.

Panuju DR. 2004. Dinamika sosial ekonomi dan penataan ruang JABODETABEK. Seminar Terbatas. Prosiding Seminar Terbatas Fakultas Pertanian IPB: "Penataan Ruang Pemanfaatan Ruang dan Masalah Lingkungan".

Quinlan JR. 1993. C4.5: programs for machine learning. San Mateo: Morgan Kaufmann.

Rao BRM., Joshi DC, Dwivedi R5., Sunder 5. 1986 Landsat MSS data as base

for mapping coastal soils. Journal of the Indian Society ofRemote Sensing 14,55-60.

Suratijaya IN. 2002. Separabilitas spectral beberapa jenis pohon menggunakan citra Compact Airborne Spectograph Imager (CASI): Studi Kasus di Kebun Raya Bogor. Jurnal Manajemen Hutan Tropika VIII(2), 57-73. Trisasongko BH., Panuju DR., Tjahjono B., Barus B., Wijayanto H.,

Raimadoya MA., Irzaman. 2010. Simulasi pemanfaatan data LOSAT untuk pemetaan padi. Makara Seri T eknologi (di terima dengan revisi minor).

(17)

Gambar

Gambar tersebut menunjukkan bahwa algoritma QUEST menghasilkan  struktur  yang  lebih  sederhana  dengan  5  cabang  dibandingkan  dengan  algoritma  CRUISE yang  menghasilkan  8  cabang
Gambar 4.1.  Pohon keputusan pada algoritma QUEST (a)  dan  CRUISE (b)
Gambar 4.2. Hasil klasifikasi pohon keputusan: laut (merah), sedimen (hijau),  0,1

Referensi

Dokumen terkait

'. $riteria dan %ndikator &amp; $riteria dan %ndikator &amp; $riteria dan %ndikator &amp; $riteria dan %ndikator &amp; enilaian $ondisi )anggul enilaian $ondisi )anggul enilaian

Penetapan Lulus Wawancara Calon Anggota Panitia Pemungutan Suara (PPS) Kabupaten Aceh Besar pada Penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2019.. KECAMATAN :

Adapun saran yang dapat diberikan penulis untuk para pendidik yang akan melakukan optimasi keterampilan menulis digital peserta didiknya adalah: (1) pendidik harus selalu

Dasar keputusan yang lain adalah dengan mengamati nilai probability (P) yang dihasilkan yaitu P = 0,000 atau P &lt;0,001 yang berarti terdapat pola hubungan yang

pembelajaran sesuai Standar Penilaian Pendidikan. Dibuktikan dengan menelaah: 1) Dokumen bukti pemanfaatan hasil penilaian otentik yang dilakukan oleh guru (satu tahun terakhir).

PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN DITJEN CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM.. Nomor Loan : IDB

Oleh karena itu, dalam rangka menjamin kelancaran operasi, menghindari terjadinya kecelakaan kerja, kejadian berbahaya dan penyakit akibat kerja serta pengawasan dalam

1) Triagulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda