• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA RELIGI PULAU KODINGARENG MAKASSAR. Development of Religious Tourism Destinations in Kodingareng Island, Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA RELIGI PULAU KODINGARENG MAKASSAR. Development of Religious Tourism Destinations in Kodingareng Island, Makassar"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA RELIGI

PULAU KODINGARENG MAKASSAR

Development of Religious Tourism Destinations in Kodingareng

Island, Makassar

Oleh Ahdan S

Universitas Muslim Indonesia Makassar Email ahdan.s@umi.ac.id

Hadawiah

Universitas Muslim Indonesia Makassar Email hadawiah.hadawiah@umi.ac.id

ABSTRACT

This PKM aims to socialize to the community about the potential of Kodingareng Island to become a religious tourism destination, so that local people have sociological and psychological readiness to face the presence of tourists. So far, the problems faced by partners are the unavailability of lodging houses as comfortable places for visitors, the absence of proper restaurants for visitors, the unavailability of special foods or snacks that are suitable for visitors and the problem of environmental cleanliness that is still chaotic.

The implementation method is carried out by training, counseling and mentoring. The training was conducted in terms of making Kodingareng island specialties and packaging. Extension is carried out in terms of environmental cleanliness and coastal areas. The assistance is carried out in the preparation of lodging to prepare lodging that is suitable for visitors to live in.

This Community Service has provided knowledge and awareness to the local community so that they are socially and psychologically prepared to face the presence of visitors to the island, have skills in managing and packaging typical food to become oleole for visitors. Awareness of the importance of environmental and coastal cleanliness has begun to build and the readiness of proper lodging for guests has been available as many as 2 lodging houses consisting of several bedrooms.

Based on this, it can be said that the people of Kodingareng Island are generally ready to become a religious tourism destination, both socially and psychologically, as a means of living and special foods for visitors

(2)

2

ABSTRAK

PKM ini bertujuan untuk menyosialisasikan kepada masyarakat tentang potensi Pulau Kodingareng menjadi destinasi wisata religi, sehingga masyarakat setempat memiliki kesiapan secara sosiologis dan psikologis menghadapi kehadiran wisatawan. Selama ini, permasalahan yang dihadapi mitra adalah belum tersedianya rumah-rumah penginapan sebagai tempat yang nyaman bagi pengunjung, belum adanya rumah-rumah makan yang layak untuk pengunjung, belum tersedianya makanan-makanan khas atau makanan-makanan ringan yang layak untuk pengunjung dan permasalahan kebersihan lingkungan yang masih semrawut.

Metode pelaksanaan dilakukan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan. Pelatihan dilakukan dalam hal pembuatan makanan khas pulau Kodingareng serta pengemasannya. Penyuluhan dilakukan dalam hal kebersihan lingkungan dan pesisir pantai. Adapun pendampingan dilakukan dalam penyiapan penginapan untuk mempersiapkan penginapan yang layak huni nagi pengunjung.

Pengabdian Masyarakat ini telah memberikan pengetahuan dan kesadaran kepada masyarakat setempat sehingga mereka siap secara sosial dan psikologis menghadapi kehadiran pengunjung ke pulau itu, memiliki keterampilan dalam mengelola dan mengemas makanan khas untuk menjadi oleole bagi pengunjung. Kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan dan pesisir mulai terbangun dan kesiapan penginapan yang layak bagi tamu telah tersedia sebanyak 2 buah penginapan yang terdiri atas beberapa kamar tidur.

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa masyarakat pulau Kodingareng secara umum telah siap menjadi sebuah destinasi wisata religi, baik secara sosial dan psikologis, sarana tempat tinggal maupun makanan-makanan khas bagi penunjung.

(3)

3

1. Pendahuluan

Pulau Kodingareng merupakan salah satu dari 11 pulau dalam wilayah Kota Makassar. Pulau ini mempunyai luas sekitar 14 hektar daratan dan pasir putih mengelilingi pulau terutama ketika air surut. Pulau ini merupakan pulau terbesar dari pulau-pulau lainnya dalam wilayah Kota Makassar. Jarak pulau dengan Kota Makassar sekitar 15 kilometer atau ditempuh dengan kapal motor selama satu jam perjalanan. Biaya transportasi Rp. 15.000; sekali jalan atau Rp. 30.000; Pulang Pergi.

Penduduk Pulau Kodingareng berjumlah 4467 jiwa yang terdiri atas suku Makassar, Bugis, Bajoe dan Mandar, namun Suku Makassar lebih dominan dan bahasa sehari-hari adalah bahasa Makassar. Mata pencaharian penduduk yakni, nelayan sebanyak 90 %, pabalolang 9 % dan lainnya sebagai pedagang, pegawai dan sebagainya. Pekerjaan sebagai nelayan yang utama adalah sebagai nelayan pancing, gae dan bagang (Dinas Pariwisata: 2016). Dalam beberapa kasus terjadi penggunaan alat tangkap illegal (illegal fishing) dikalangan nelayan yang merupakan tindakan merusak biota laut dan terumbu karang (Ahdan, 2012).

Sarana dan prasarana di pulau ini cukup lengkap dibanding dengan pulau-pulau lainnya, seperti Kantor Lurah, Puskesmas, listrik, air bersih/air tawar, sarana pendidikan mulai Sekolah Dasar, SMP dan SMA. Sarana ibadah berupa masjid 2 buah dan 3 mushollah, sarana olah raga berupa lapangan sepak bola, lapangan takrow dan lapangan bulu tangkis, sarana transportasi setiap hari tersedia tiga buah kapal motor, dermaga umum 2 buah dan dermaga khusus 1 buah, sumur air tawar sebanyak 4 buah peninggalan Belanda dan Tanzi peninggalan Jepang. Gambaran tersebut menunjukkan kelengkapan sarana dan prasarana yang tersedia di pulau tersebut tergolong lengkap dan maju, serta tingkat kesejahteraan warga yang cukup baik. Potensi Pulau Kodingareng menjadi destinasi wisata yang mendukung adalah letak pulau yang dekat dengan Kota Makassar, kelancaran transportasi setiap hari pulang pergi, dermaga penyeberangan tersedia cukup dan dapat berfungsi sebagai tempat memancing. View gemerlapan Lampu ke arah Kota Makassar pada malam hari yang indah, view laut dan ombak serta kapal-kapal di sekeliling pulau, view pesawat ketika take off dari landasan pacu ke udara di atas laut, Sementara potensi lainnya yang mendukung menjadi destinasi wisata Religi cukup baik dan relevan yang ditandai dengan beberapa indikator pendukung seperti,View Mushollah di depan Gerbang Dermaga yang mencirikan nilai religious, kesadaran beragama masyarakat cukup tinggi, keberadaan masjid dan mushollah sebanyak 5 buah dengan jamaah yang cukup subur/ramai, adanya rumah tahfiz Al-Qur’an, budaya nelayan tidak melaut pada hari Jumat, penganut agama 100% muslim. Tradisi religi lainnya adalah budaya Barzanji dan Parappo’,

(4)

4 yakni ketika akan mulai melaut atau perahu dan kapal baru akan dioperasikan, maka didahului dengan acara barzanji dan parappo’ pisang, telur, rappo dibakar lilin). Tradisi-tradisi tersebut merupakan potensi wisata yang perlu dikembangkan, sehingga sangat cocok untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata religi.

2. Kajian Pustaka

Destinasi Wisata Religi

Dalam pengembangan wisata religi menurut (Suryono, 2004) terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: a) Perlu pembentukan forum rembug masyarakat setempat untuk membahas pengembangan daya tarik wisata religi tematis keagamaan atau ziarah muslim secara tepat dengan memperhatikan potensi kekayaan budaya lokal yang ada. b) Perlu perlengkapan berupa pembuatan induk pengembangan (master plan) RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan) dan dibahas secara lintas sektoral yaitu saling menghormati, saling percaya, saling bertanggung jawab, dan saling memperoleh manfaat. Beberapa hal termasuk pula persyaratan-persyaratan teknis untuk pendirian suatu bangunan (building code). c) Perlu dikembangkan pula, “Collaborative Management” antara instansi-instansi yang berkepentingan (lintas sektor) dengan maksud untuk tetap menjaga kelestarian sejarah dan budaya yang ada. Adapun lintas sektor yang dimaksud yaitu: Mutual Respect (saling menghormati), Mutual Trust (saling percaya), Mutual Responsibility (saling bertanggung jawab), Mutual Benefit (saling memperoleh manfaat). Menurut Pendit (1994) dalam kegiatan wisata terdiri dari komponen utama yaitu wisatawan, elemen geografi, unsur-unsur pariwisata dan industri pariwisata, yakni: a. Wisatawan adalah orang yang melakukan kunjungan di suatu tempat untuk melakukan perjalanan pariwisata dengan tujuan kunjungan untuk bersenang-senang, olahraga, agama, berlibur, belajar, kesehatan, dan berdagang.

b. Pergerakan wisatawan berlangsung pada tiga area geografi, yakni, 1) Daerah Asal Wisatawan (DAW), yakni daerah tempat asal wisatawan berada, tempat ketika melakukan aktivitas keseharian, seperti bekerja, belajar, tidur dan kebutuhan dasar lain. Rutinitas itu sebagai pendorong untuk memotivasi seseorang berwisata. 2) Daerah Transit (DT). Tidak seluruh wisatawan harus berhenti di daerah itu, namun, seluruh wisatawan pasti akan melalui daerah tersebut sehingga peranan DT pun penting. 3) Daerah Tujuan Wisata (DTW), daerah ini sering dikatakan sebagai sharp end (ujung tombak) pariwisata. Di DTW ini dampak pariwisata

(5)

5 sangat dirasakan, sehingga dibutuhkan perencanaan dan strategi manajemen yang tepat. Untuk menarik wisatawan, DTW merupakan pemacu keseluruhan sistem pariwisata dan menciptakan permintaan untuk perjalanan dari DAW.

c. Unsur-unsur pariwisata adalah unsur-unsur yang terlibat dalam industri pariwisata meliputi hal-hal sebagai berikut (Pendit, 1994), 1) Akomodasi, yakni tempat seseorang untuk tinggal sementara. 2) Jasa Boga dan Restoran, yakni industri jasa di bidang penyelenggaraan makanan dan minuman yang dikelola secara komersial. 3) Transportasi dan Jasa Angkutan, yakni industri usaha jasa yang bergerak di bidang angkutan darat, laut dan udara. 4) Atraksi Wisata, yakni kegiatan wisata yang dapat menarik perhatian wisatawan atau pengunjung. 5) Cinderamata (Souvenir), yakni benda yang dijadikan kenang-kenangan untuk dibawa oleh wisatawan pada saat kembali ke tempat asal. 6) Biro Perjalanan, yakni badan usaha pelayanan semua proses perjalanan dari berangkat hingga kembali.

d. Industri pariwisata adalah Industri yang menyediakan jasa, daya tank, dan sarana wisata. Industri yang merupakan unit-unit usaha atau bisnis di dalam kepariwisataan dan tersebar di ketiga area geografi tersebut. Sebagai contoh, biro perjalanan wisata bisa ditemukan di daera h asal wisatawan, Penerbangan bisa ditemukan balk di daerah asal wisatawan maupun di daerah transit, dan akomodasi bisa ditemukan di daerah tujuan wisata (Pendit, 1994: 41).

Strategi Pengembangan Kepariwisataan

Menurut Siti Fatimah (2015), Langkah pokok strategi pengembangan pariwisata yaitu: a. Dalam jangka pendek dititik-beratkan pada optimasi, terutama untuk: 1) Mempertajam dan memantapkan citra kepariwisataan, 2) Meningkatkan mutu tenaga kerja, 3) Meningkatkan kemampuan pengelolaan, 4) Memanfaatkan produk yang ada, 5) Memperbesar saham dari pasar pariwisata yang telah ada.

b. Dalam jangka menengah dititik-beratkan pada konsolidasi, terutama dalam: 1) Memantapkan citra kepariwisataan Indonesia, 2) Mengkonsolidasikan kemampuan pengelolaan, 3) Mengembangkan dan diversifikasi produk, 4) Mengembangkan jumlah dan mutu tenaga kerja, c. Dalam jangka panjang dititik-beratkan pada pengembangan dan penyebaran dalam: 1) Pengembangan kemampuan pengelolaan, 2) Pengembangan dan penyebaran produk dan pelayanan, 3) Pengembangan pasar pariwisata baru, 4) Pengembangan mutu dan jumlah tenaga kerja

(6)

6 Dampak Pariwisata

Menurut Wibisono, A. (2017), Dalam perkembangan kepariwisataan memberi peluang bagi kesejahteraan masyarakat setempat, terlepas dari adanya dampak yang muncul, baik berupa dampak positif maupun dampak negative. Dampak positif dari pariwisata berupa munculnya nilai-nilai, norma-norma dan berbagai aturan baru yang sesuai dengan moral dan etika masyarakat setempat atau yang dapat membuat kehidupan masyarakat setempat menjadi lebih baik, lebih tenang dan lebih tenteram.

Adapun dampak negative pariwisata, yakni memberi peluang munculnya kegiatan yang tidak diinginkan, seperti perjudian, perdagangan narkoba dan pelacuran yang berdampak negative bagi masyarakat local. Dampak lainnya adalah terjadinya apa yang disebut “Premature departure of modernization” yakni suatu keadaan dimana nilai dan ideologi asing diterima mempengaruhi kehidupan dan sikap serta perilaku masyarakat local dan secara perlahan dikhawatirkan akan menjauhkan budaya dan tradisi mereka.

Merubah pola dan kebiasan sosial masyarakat lokal, adanya efek pamer yaitu meniru yang dilakukan oleh masyarakat lokal, khususnya remaja dengan meniru kebiasaan, perilaku, sikap dan pola konsumsi wisatawan asing, Transpormasi nilai dan mempengaruhi pola hidup masyarakat setempat, peningkatan jumlah pelacuran yang pada umumnya dikaitkan dengan pariwisata, merupakan efek atau dampak sampingan yang tidak diinginkan dari keberadaan pariwisata. Dalam pengembangan destinasi wisata, tidk selamanya harus dikaitkan dengan dampak-dampak negatif sebab destinasi wisata juga justru bisa membawa kepada hal-hal positif, misalnya destinasi wisata religi.

Oleh karena itulah, wisata religi dimaksudkan disini sebagai perjalanan wisata yang bertujuan untuk menikmati keindahan alam laut di Pulau Kodingareng yang dimaknai dengan simbol-simbol religi, sehingga muncul kesadaran akan diri manusia sebagai hamba Allah yang senantiasa dekat denganNya.

Model Kampung Inggris

Hasil penelitian Ahdan (2020), mengungkapkan Kampung Inggris Pare sudah dikenal secara nasional sebagai tempat terbaik untuk belajar bahasa Inggris di Indonesia. Kampung Inggris berkembang pesat sebagai tempat belajar bahasa Inggris didorong oleh enam (6) faktor, yakni perubahan fungsi-fungsi rumah.menjadi beberapa fungsi yang disebut the six home factor’s, yaitu home life, home stay, home cost, home camp, home rotery, dan home

(7)

7 course. Pertama, fungsi home life adalah fungsi rumah tinggal bagi penghuni atau pemilik rumah itu sendiri bersama keluarganya yang menjadi tempat hidup mereka.

Kedua, fungsi home stay adalah fungsi rumah bagi pendatang, namun tercipta suasana seperti di rumah sendiri. Fungsi home stay ini bisa jadi rumah keluarga yang sebahagian ruang atau kamar tertentu didizain untuk tamu sebagai tempat tinggal dengan suasana seperti rumahnya sendiri, mereka bisa memasak sendiri dan seterusnya. Ketiga, fungsi home cost adalah fungsi rumah bagi pendatang yang disiapkan hanya sekedar kamar tidur dan fasilitas tertentu yang terbatas. Keempat, fungsi home camp adalah fungsi rumah bagi pendatang/peserta kursus dimana rumah tersebut di samping menjadi tempat kost juga sekaligus menjadi camp belajar bahasa bagi peserta dengan aturan-aturan tertentu. Kelima, fungsi home rotery adalah fungsi rumah sebagai tempat makan untuk mendukung ketersediaan makanan bagi peserta. Disamping tersedia banyak jumlahnya juga dengan harga yang murah sangat mendukung kemudahan bagi peserta. Keenam, fungsi home course adalah fungsi rumah bagi peserta kursus untuk mendukung ketersediaan tempat kursus yang memadai bagi peserta. Selain gedung-gedung resmi yang dirancang khusus sebagai lembaga kursus, maka rumah-rumah warga banyak disulap menjadi tempat-tempat kursus, sehingga suasana belajar Bahasa Inggris betul-betul mewarnai kehidupan perkampungan Inggris. Rumah-rumah warga yang bisa menampung sejumlah peserta banyak yang difungsikan sebagai tempat kursus, bahkan teras-teras dan pekarangan semuanya bisa difungsikan sebagai tempat belajar.

Faktor-faktor penyebab tumbuhkembang Kampung Inggris Pare merupakan suatu model yang dapat diterapkan dalam pengembangan wisata. Dua di antaranya akan diimplementasikan dalam pengembangan destinasi wisata Pulau Kodingareng, yakni fungsi sebagai rumah kost dan fungsi sebagai rotary atau warung makan. Hal ini relevan dengan pengembangan destinasi wisata Pulau Kodingareng dilihat dari kondisi sodial serta sarana dan prasarana yang ada di pulau itu, sehingga model pertumbuhan berbasis masyarakat (growth root society) dianggap relevan untuk diterapkan dalam PKM ini.

3. Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan kegiatan dengan melakukan Pembentukan Kelompok Binaan, dalam hal ini ditempuh metode penyuluhan, pelatihan dan pendampingan.

1. Pembentukan Kelompok warga binaan yang mempunyai rumah layak huni bagi tamu

Metode ini dilakukan dengan membentuk warga binaan sebanyak 10 KK untuk diberi penyuluhan tentang persiapan menghadapi wisata religi. Warga binaan ini diberi penyuluhan dan pelatihan dalam membuat

(8)

8 dan mengemas makanan untuk pengunjung pulau yang membutuhkan makanan, minuman dan cemilan khas Pulau Kodingareng. Di samping penyuluhan kepada kelompok warga binaan, dilakiukan juga penyuluhan secara umum kepada masyarakat yang dilakukan di masjid-masjid maupun di tempat-tempat umum.

2. Melatih dan membina mempersiapkan rumah penginapan wisata religi, Metode ini ditempuh khusus bagi warga binaan yang mempunyai rumah layak huni bagi pengunjung. Warga tersebut dibina dan dilatih untuk menerima tamu atau pengunjung, sehingga para pengunjung merasa betah menginap di rumah atau penginapan tersebut sebagai bagian dari tamu yang harus dihormati dan dilayani secara baik dan ramah.

3. Melakukan penyuluhan kuliner untuk keperluan wisata religi Metode ini dilakukan bagi warga binaan yang mempunyai keterampilan dan usaha kuliner. Warga binaan tersebut diberi penyuluhan tentang kebersihan dan kesehatan makanan, kerapian dan keindahan dan rasa makanan, sehingga para tamu merasakan nikmat pada makanan yang disajikan. Di samping itu warga binaan diberi penyuluhan untuk membuat kemasan pada makanan atau kue khas, sehingga makanan tersebut bukan hanya dikonsumsi di tempat melainkan dapat dibawa pulang sebagai oleole.

4. Penyuluhan dan kerja bakti kebersihan lingkungan dan pesisir. Metode ini dilakukan dengan mendampingi atau ikut serta bersama dengan masyarakat setempat bekerja bakti membersihkan lingkungan dan pesisir, sehingga pengunjung mendapat kesan uang indah dan nyaman untuk berwisata religi di Pulau Kodingareng.

4. Hasil Pelaksanaan Kegiatan

Dalam kegiatan PKM ini telah dilaksanakan pengabdian berupa: a. Menjalin kerjasama dengan Mitra

Dalam kegiatan ini pelaksana menjalin kerjasama dengan mitra untuk mendukung kegiatan Destinasi Wisata Religi yakni Lurah dan pakar yang berkaitan dengan kegiatan PKM. Adapun Mitra ialah Lurah Kodingareng sedangkan mitra pakar yakni pakar dalam bidang Pariwisata, pakar dalam bidang Perikanan dan Kelautan, dan pakar dalam bidang Kuliner.

Pelaksanaan kegiatan PKM melibatkan pemerintah setempat dan warga binaan yang telah dibentuk sebelumnya. Hal-hal yang bersifat khusus dilakukan kepada warga binaan, sedangkan hal yang bersifat umum dilakukan dengan melibatkan masyarakat secara umum. Hal yang bersifat khusus seperti pelatihan dan penyuluhan kuliner hanya dilakukan kepada warga binaan saja. Demikian juga dengan pelatihan dan pembinaan kepada pemilik rumah penginapan hanya dilakukan khusus keapada pemilik penginapan tersebut. Adapun yang bersifat umum seperti pentingnya kesadaran akan kebersihan lingkungan dan pesisir dilakukan kepada masyarakat umum. Demikian pula dengan kesadaran akan pentingnya pelayanan yang baik dan ramah kepada pengunjung dilakukan secara umum kepada masyarakat dalam bentuk penyuluhan di masjid-masjid dan di tempat-tenpat umum lainnya.

(9)

9 b. Pelaksanaan Kegiatan

Dalam melaksanakan kegiatan PKM ditempuh metode penyuluhan/pelatihan yakni, melakukan pelatihan kepada mitra untuk membuat makanan khas dan kemasan. Metode penyuluhan dilakukan dengan menunjukkan secara langsung proses kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh pakar. Pengusul melibatkan 2 orang mahasiswa dalam kegiatan ini sebagai pendamping dan fasilitator kegiatan pengabdian masyarakat.

Dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini telah diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Pelatihan dan penyuluhan kuliner telah dilaksanakan kepada warga binaan sebanyak 10 KK, baik yang telah mempunyai usaha rumah tangga maupun kepada calon yang berminat membuka usaha keluarga. Para warga binaan juga telah diberi pelatihan pentingnya pengemasan makanan atau kue khas, sehingga para tamu bukan hanya mengkonsumsi makanan di tempat akan tetapi dipersiapkan untuk mereka bawa pulang sebagai oleole dari wisata religi.

2. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi atau penyuluhan tentang arti pentingnya kesadaran hidup bermasyarakat, menghargai tamu dan pentingnya kebersihan dan kesehatan masyarakat dilakukan secara kontinyu sejal bulan agustus 2020 sampai dengan bulan November 2020. 3. Pelaksanaan penyuluhan dan kerja bakti kebersihan lingkungan dan pesisir pantai telah

dilaksanakan pada bulan Agustus 2020 dengan melibatkan masyarakat setempat. Bakti sosial dilakukan dalam bentuk pembersihan dan penataan pesisir pantai sehingga dapat menjadi daya tarik wisatawan berkunjung ke pulau tersebut.

4. Penyiapan rumah penginapan telah siap 2 buah rumah penginapan siap huni bagi tamu atau pengunjung pulau yang membutuhkan penginapan. Selama ini, jika pengunjung datang ke pulau tersebut mereka hanya menumpang di rumah-rumah keluarga atau teman-teman sekolah atau teman kuliah. Akan tetapi dalam rangka destinasi wisata religi, maka warga setempat sudah menyiapkan rumah penginapan untuk keperluan pengunjung, yakni Penginapan Assakinah Hajirani dan Penginapan Arrahmah.

5 . Penyuluhan pencegahan destruktif fishing

Penyuluhan destruktif fishing merupakan salah satu bagian dari program pengusul untuk mendukung kepakaran dalam bidang pencegahan penggunaan alat penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan yang menyebabkan rusaknnya lingkungan dan biota laut. Kegiatan Sosialisasi pencegahan destruktif fishing ini terutama ditujukan kepada para nelayan.

(10)

10

5. Penutup

Program PKM ini dilaksanakan sejak bulan Agustus 2020 sampai Noverber 2020 dengan menghasilkan beberapa kegiatan dalam pengembangan destinasi wisata religi pulau Kodingareng Makassar. Adapun kegiatan yang dihasilkan tersebut, yakni munculnya kesiapan sosial dan psikologis masyarakat setempat untuk menjadi salah satu destinasi wisata religi, terciptanya kesadaran warga binaan untuk mempersiapkan makanan atau kue khas diserta kemasan, serta tersedianya 2 buah rumah penginapan untuk menampung pengunjung. Pengembangan destinasi wisata religi Pulau Kodingareng dikembangkan dengan model Kampung Inggris Pare Kediri, yakni pengembangan berbasis pertumbuhan dari masyarakat dengan menyediakan rumah-rumah warga menjadi penginapan, rumah kost, dan rumah makan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahdan. 2012. Bom Ikan : Tindakan Nelayan Pulau Lumulumu Kota Makassar dalam Menangkap

Ikan Menurut Perspektif Konstruksi Sosial. Peter L. Berger dan Thomas Luckman

Ahdan, Sinilele, 7 Januari 2020, Faktor Pendukung Kampung Inggris, , https://Wartalldikti9.com

Anam, Musafa’ul, Moch., Strategi Ikonik Wisata Untuk Memperkenalkan Kota Malang Sebagai

Salah Satu Destinasi Wisata Religi, ISSN (print) : 1410 – 7252 ISSN (electronic): 2541

– 5859 Vol. 2 No. 02 Desember 2017

--- Homestay di Desa Ampelgading Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang. Jurnal

Pariwisata

Pesona,

2(1),

11.

Retrieved

from

http://jurnal.unmer.ac.id/index.

php/jpp/article/view/1250

Dinas Pariwisata, 2016 Buku Wisata Bahari Kota Makassar

Fatimah, Siti, 2015 Strategi Pengembangan Obyek Daya Tarik Wisata Religi, (Studi Kasus di

Makam Mbah Mudzakir Sayung Demak)

Prayogi, D. (2017). Pengembangan Potensi Wisata Kuliner Kota Malang Berbasis Sumber Daya

Lokal.

Jurnal

Pariwisata

Pesona,

2(1),

13.

Diakses

melalui:

http://jurnal.unmer.ac.id/index. php/jpp/article/view/1260/843

Pendit, Nyoman, S, Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana, ( Jakarta: PT Pradnya Paramita,

1994).

(11)

11

Suryono, Agus. Paket Wisata Ziarah Umat Islam. (Semarang: Kerjasama Dinas Pariwisata Jawa

Tengah dan Stiepari Semarang, 2004)

Syam, Nur. Islam Pesisir.(Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2005).

________ . _______ . Keadaan Geografi kota Malang (Online). Diakses melalui:

http://malangkota.go.id/sekil as-malang/geografis/ pada 24 Agustus 2017

Wibisono, A. (2017). Peningkatan Kesejahteraan Hidup Masyarakat melalui Pengembangan Eco

ISSN (print) : 1410 – 7252 ISSN (electronic): 2541 – 5859 Vol. 2 No. 02 Desember

2017

Referensi

Dokumen terkait

Di paragraf-paragraf ( conclusion ) akhir diusulkan agar menerapkan syariah secara sempurna melalui khilafah Islam, bukan dengan demokrasi. di paragraf penutup dijelaskan bahwa

Angka ini belum mencapai angka target SDG’s 2030 yaitu sebesar 12 per 1000 kelahiran hidup Ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif dan praktik menyusui sampai anak usia 2 tahun

Ruang lingkup penelitian dibatasi pada analisis struktur support pemegang sumber dan karakterisasi yang meliputi pengujian kinerja sistem kendali dan kinerja

Analisis data hasil pengukuran menunjukkan bahwa peserta didik di Madrasah Tsanawiyah kode S mempunyai sikap-sikap spiritual yang unggul pada aspek beriman kepada Allah

Dengan penilaian melalui tiga faktor tersebut maka prestasi kerja pihak lembaga, organisasi, intitusi ataupun instansi pemerintah dapat mengambil tindakan yang

Analisis potensi wilayah menggunakan parameter location quotient (LQ) dan faktor-faktor pengembangan sapi potong dianalisis dengan model regresi linier berganda,

Dengan mengetahui jumlah produksi minyak saat ini di FSO Andalusia sebesar 40000 BOPD dan kapasitas maksimal aliran pada Pipeline III yaitu sebesar 74000 BOPD maka dapat

Sama halnya dengan berita sebelumnya, berita ini juga dijadikan headline oleh Serambi Indonesia, hal ini diasumsikan bahwa berita ini memang memiliki nilai informasi yang sangat