• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN SUMP D1 BLOK D1-D2 PIT ROTO SELATAN PT PAMAPERSADA NUSANTARA DISTRIK KIDECO BATU KAJANG KALIMANTAN TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANGAN SUMP D1 BLOK D1-D2 PIT ROTO SELATAN PT PAMAPERSADA NUSANTARA DISTRIK KIDECO BATU KAJANG KALIMANTAN TIMUR"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1. PENDAHULUAN

Pit Roto Selatan merupakan area kerja PT Pamapersada Nusantara dengan menerapkan sistem tambang terbuka (surface mining) dengan metode open pit. Sama halnya dengan tambang terbuka lainnya, Pit Roto Selatan memiliki resiko akan terganggunya kegiatan penambangan dari air hujan & air tanah. Kegiatan penambangan batubara Pit Roto Selatan difokuskan pada 3 seam utama batubara pada pit bottom blok D-E sangat berpotensi menjadi kantongan air. Maka untuk mendukung rencana penambangan batubara diperlukan rancangan sistem penyaliran tambang yang memadai. Upaya ini dimaksudkan untuk mencegah terganggunya aktivitas penambangan akibat adanya air dalam jumlah yang berlebihan.

Secara administrasi lokasi penambangan Pit Roto Selatan PT Pamapersada Nusantara termasuk wilayah Desa Bt Kajang, Kecamatan Batu Sopang, Kabupaten

Paser, Provinsi Kalimantan Timur. Secara astronomis terletak pada 1°54’18”- 1°57’00” Lintang Selatan dan 115°80’35” - 115°81’45” Bujur Timur.

Batas-batas secara administratif Kecamatan Batu Sopang :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Long Ikis

b. Sebelah timur berbatasan Kecamatan Kuaro c. Sebelah selatan berbatasan Kacamatan Muara

Samu

d. Sebelah barat berbatasan Kecamatan Muara Komam.

Untuk mencapai lokasi penelitian dapat dicapai dari Bandar Udara Kota Balikpapan dapat ditempuh dengan kendaraan darat menuju pelabuhan semayang selama 35 menit sejauh 9 km, kemudian menuju Penajam dengan menggunakan transportasi laut ferry atau speedboat menyeberangi teluk Balikpapan kurang lebih selama 10 menit. Setelah itu dilanjutkan

RANCANGAN SUMP D1 BLOK D1-D2 PIT ROTO SELATAN

PT PAMAPERSADA NUSANTARA DISTRIK KIDECO

BATU KAJANG KALIMANTAN TIMUR

Fauzan S Wibawa,Hartono, Kresno

Prodi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta, Jl. SWK 104 (Lingkar Utara), Yogyakarta 55283 Indonesia

ABSTRAK

Pit Roto Selatan merupakan proyek penambangan batubara milik PT Kideco Jaya Agung yang dikerjakan oleh PT. Pamapersada Nusantara. Lokasi kerja terletak di Batu Kajang Kabupaten Paser Kalimantan Timur. Sistem penambangan yang diterapkan untuk penambangan batubara sistem tambang terbuka dengan metode Open Pit. Salah satu kegiatan tambahan pada usaha penambangan adalah penyaliran yang untuk mengeluarkan air yang telah masuk menggenangi daerah penambangan (Mine Dewatering). Sumber air yang masuk ke dalam tambang berasal dari air hujan yang langsung masuk ke bukaan dan air tanah. Kegiatan penambangan pada pit bottom blok D1-D2 Pit Roto Selatan berpotensi menjadi kantongan air terutama saat hujan. Saat ini belum ada rancangan mine dewatering yang mendukung penambangan batubara di Pit Roto Selatan Blok D1-D2.

Berdasarkan analisis data curah hujan tahun 2004-2013, diperoleh curah hujan rencana adalah 101,73 mm/hari, intensitas curah hujan sebesar 35,27 mm/jam dengan periode ulang hujan 3 tahun dan resiko hidrologi sebesar 86,83

%. Daerah tangkapan hujan pada lokasi penelitian dibagi menjadi 7 daerah tangkapan hujan, DTH I = 0,45 km2,

DTH II = 0,23 km2, DTH III = 0,02 km2, DTH IV = 0,17 km2, DTH V = 0,04 km2, DTH VI = 0,05 km2 dan DTH

VII = 0,15 km2. Debit air hujan pada setiap DTH adalah DTH I = 3,97 m3/detik, DTH II = 2,02m3/detik, DTH III =

0,18 m3/detik, DTH IV = 1,50 m3/detik, DTH V = 0,35 m3/detik, DTH VI = 0,44 m3/detik. dan DTH VII = 1,32

m3/detik.Aplikasi mine dewatering yang diterapkan dengan membuat saluran terbuka didalam pit kemudian air

tambang dialirkan menuju sump sebelum dipompakan keluar tambang. Saluran terbuka memiliki dimensi yang berbeda-beda sesuai dengan debit air yang dialirkan. Dari hasil perancangan, terdapat 7 saluran terbuka yang akan mengalirkan air tambang diarahkan menuju sump D1.SumpD1 dirancang agar mampu menampung volume 5 hari hujan tanpa dilakukan pemompaan. Sump dibuat 3 jenjang dengan tinggi masing-masing jenjang 8 m. Volume sump adalah sebagai berikut :

a. Jenjang bawah (RL -144) = 215.200 m3

b. Jenjang tengah (RL -136) = 322.300 m3

c. Jenjang atas (RL -128) = 430.400 m3

Selanjutnya air pada sump dipompa menuju ke saluran terbuka dan rawa alami. Metode pemompaan yang

diterapkan adalah multistage. Pompa primer yang dipakai adalah merk Multiflo 420 sedangkan pompa booster yang dipakai adalah merk Multiflo 390.

(2)

perjalanan darat dari Penajam Paser Utara menuju Batu Kajang melalui pegunungan dan hutan menggunakan kendaraan darat selama kurang lebih 4 jam.

2. DASAR TEORI

a. Curah Hujan Rencana

Penentuan Cuarah hujan rencana menggunakan persamaan distribusi Gumbel, yaitu:

)

(

Yr

Yn

n

x

X

Xr

=

+

δ

δ

Keterangan :

Xr = hujan harian maksimum dengan periode ulang tertentu (mm)

X

= curah hujan rata-rata (mm)

δ

x = standar deviasi nilai curah hujan dari data

δn = standar deviasi dari reduksi variat, tergantung dari jumlah data (n) Yr = nilai reduksi variat dari variabel yang

diharapkan terjadi pada PUH

Yn = nilai rata-rata dari reduksi variat, tergantung dari jumlah data

b. Intensitas Curah Hujan

Penentuan intensitas curah hujan menggunakan rumus manonobe, yaitu:

3 / 2 24

24

24

⎟

⎠

⎞

⎜

⎝

⎛

=

t

R

I

Keterangan :

I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

t = Lama waktu hujan atau waktu konstan

(jam)

R24 = Curah hujan maksimum harian(mm).

c. Debit Air Limpasan

Penentuan debit air limpasan menggunakan rumus rasional, yaitu:

Q = 0,278. C . I .A Keterangan :

Q = debit air limpasan maksimum (m3/detik)

C = koefisien limpasan

I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

A = Luas daerah tangkapan hujan(km2)

d. Dimensi Saluran Terbuka dan Gorong-Gorong

Perhitungan kapasitas pengaliran suatu saluran dapat dihitung menggunakan rumus Manning, yaitu:

Q = 1/n . A . S1/2 . R2/3

Keterangan :

Q = debit pengaliran maksimum (m3/detik)

A = luas penampang (m2)

S = kemiringan dasar saluran (%) R = jari-jari hidrolis (meter)

n = koefisien kekerasan dinding saluran menurut Manning

e. Sumuran

Perhitungan volume optimal sumuran adalah sebagai berikut:

Vsump= V Total Limpasan - Vpemompaan

f. Head

Head yaitu energi yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah air pada kondisi tertentu. Semakin besar debit air yang dipompa, maka head

juga akan semakin besar

.

Perhitungan head total

adalah sebagai berikut:

⎟⎟

⎠

⎞

⎜⎜

⎝

⎛

+

+

=

g

v

h

h

H

s f

2

2 Keterangan :

H = head total pompa (m).

hs = head statis pompa (m).

hf = head untuk mengatasi berbagai hambatan

pada pompa dan pipa (m), meliputi head gesekan pipa, serta head belokan dan lain-lain.

g

v

2

2 = head kecepatan (m). 3. ANALISIS

3.1 Sumber Air Tambang

Sumber air tambang pada Blok D1-D2 berasal dari air hujan yang langsung masuk ke dalam bukaan dan air tanah yang berasal dari horizontal drain hole. Sistem penyaliran tambang di Blok D1-D2 Pit Roto Selatan adalah memindahkan air yang telah masuk ke lokasi penambangan (mine dewatering) karena sebagian besar sumber airnya berasal dari air hujan dan seluruh lokasi penambangan juga merupakan daerah tangkapan hujan.

3.2 Pengolahan Data Curah Hujan

3.2.1 Curah Hujan Rencana

Analisis curah hujan didasarkan pada data curah hujan harian maksimum pada lokasi penelitian selama 10 tahun terakhir dari tahun 2004-2013. Dalam perhitungan nilai curah hujan, diperoleh curah hujan rata-rata96,47 mm/hari dan curah hujan rencana 101,73 mm/hari (Rumus Gumbell) dengan periode ulang hujan 3 tahun.

3.2.2 Intensitas Curah Hujan

Hasil penentuan curah hujan rencana digunakan untuk penentuan intensitas curah hujan dan diperoleh intensitas curah (Rumus Mononnobe) hujan sebesar 35,26 mm/jam.

3.3 Daerah Tangkapan Hujan

Dalam pembagian daerah tangkapan hujan dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dan

pengamatan pada peta topografi daerah

(3)

bertujuan untuk mengetahui arah aliran limpasan air dan permasalahan yang ditimbulkan oleh adanya aliran limpasan. Pengamatan pada peta topografi dimaksudkan untuk menentukan area yang lebih tinggi dan memiliki kemungkinan untuk menampung

air hujan dan mengalirkannya ke lokasi

tambang.Daerah tangkapan hujan pada lokasi penelitian dibagi menjadi 7 daerah tangkapan hujan,

DTH I = 0,45 km2, DTH II = 0,23 km2, DTH III =

0,02 km2, DTH IV = 0,17 km2, dan DTH V = 0,04

km2,DTH VI = 0,05 km2 dan DTH VII = 0,15 km2.

Luas daerah tangkapan hujan pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan perangkat lunak Autocad 2007.            

4.1 Debit  Air  Tambang  

Debit   air   limpasan   yang   mengalir   sesuai   DTH   dapat   diketahui   dengan   menggunakan   rumus   rasional.   Koefisien   limpasan   luas   daerah   tangkapan   hujan   Pit   Roto   Selatan   Blok   D1-­‐D2   semua   berada   didalam   area   pit   dengan   kemiringan   >15%sehingga   koefisien   limpasan   (menurut  Manning)  adalah  0,9.  Hal  ini  didasarkan   pada  kondisi  daerah    

4. PEMBAHASAN  

Sistem penyaliran tambang merupakan salah satu pekerjaan tambahan yang diperlukan untuk mendukung penambangan batubara. Air yang

berpotensi menggenang di lokasi penambangan pada front kerja blok DI-D2 sebagian besar berasal dari air hujanyang langsung masuk ke dalam pit. Genangan air tersebut akan menganggu proses penambangan batubara di blok D1-D2 Pit Roto Selatan, oleh karena itu diperlukan suatu perancangan mine dewatering yang dapat mengatasi berbagai permasalahan yang timbul.

Aplikasi dari metode mine dewatering pada blok D1-D2 Pit Roto Selatan adalah dengan pembuatan saluran terbuka disisi dalam jalan tambang, pembuatan sump dan instalasi pompa serta pemipaaan.                                                                    

penambangan   yang   berupa   tanah   gundul   tanpa   vegetasi.Debit   air   hujan   yang   langsung   masuk   ke   dalam  daerah  tangkapan  hujan    sump  D1  sebesar  =  

16,33   m3/detik,sedangkan   debit   air   tanah   yang  

mengalir   pada   horizontal   drain   hole   sebesar   0,1   L/detik  =  0,0001  m³/detik.  

   

4.2 Saluran  Terbuka  

Saluran terbuka berfungsi untuk menampung dan mengalirkan air ke tempat pengumpulan (kolam pengendapan) atau tempat lain. Bentuk saluran

DTH  I   0,45  km²   DTH  2   0,23   km²   DTH  4   0,17  km²   DTH  3   0,02  km²   DTH  5   0,04  km²   DTH  6   0,05  km²   DTH  7   0,15  km²  

(4)

terbuka umumnya dipilih berdasarkan debit air, tipe material serta kemudahan dalam pembuatannya. 4.2.1 Bentuk Saluran Terbuka

Rancangan saluran terbuka dibuat berdasarkan pada

topografi daerah penambangan dengan

memperhatikan perbedaan ketinggian supaya aliran air bisa terjadi secara alamiah. Cara saluran terbuka ini berbentuk trapesium, sebab bentuk trapesium memiliki debit yang terbesar, mudah dalam pembuatannya, danuntuk kemiringan dindingnya lebih stabil. Saluran terbuka ini akan dirancang di sebelah sisi dalam jalan tambang. Hal ini bertujuan untuk mengalirkan air hujan yang masuk ke dalam pit menuju sump.

4.2.2 Dimensi saluran terbuka

Dimensi ini disesuaikan dengan debit air limpasan, semakin besar debit limpasan maka dimensinya makin besar. Untuk menentukan dimensi saluran terbuka, dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus Manning. Harga koefisien kekasaran saluran yaitu 0,03 karena dinding saluran berupa tanah tanpa pengerasan. a. Saluran I : a= 1,1 m; b= 1,2 m; B= 1,6 m; h = 1,1 m; d = 0,95 m. b. Saluran II : a= 0,9 m; b= 0,9 m; B= 1,7 m; h = 0,9 m; d = 0,74 m. c. Saluran III : a= 0,4 m; b= 0,4 m; B= 0,7 m; h = 0,4 m; d = 0,3 m. d. Saluran IV : a= 1,1 m; b= 1,1 m; B= 2,1 m; h = 1,1 m; d = 0,91 m. e. Saluran V : a= 1,5 m; b= 1,5 m; B= 3 m; h = 1,5 m; d = 1,27 m. f. Saluran VI : a= 0,9 m; b= 0,9 m; B= 1,7,5 m; h = 0,8 m; d = 0,70 m. g. Saluran VII : a= 0,9 m; b= 0,9 m; B= 1,6 m; h = 0,8 m; d = 0,63 m. 4.2.3 Gorong-gorong

Terdapat jalan tambang yang memotong saluran terbuka, sehingga diperlukan gorong-gorong untuk mengalirkan air. Gorong-gorong yang digunakan berupa besi tulang. Pemasangan gorong-gorong dilakukan pada 4 lokasi untuk menghubungkan saluran terbuka yang memotong jalan tambang. Penempatan lokasi gorong-gorong sebagai berikut :

a. Gorong-gorong 1 menghubungkan saluran II & III - (Jalan 8D2 & 1E middle)berdiameter minimal 1,0 m.

b. Gorong-gorong 2 menghubungkan saluran II & IV - (Jalan 8D2 middle & 8D2bawah) di buat dengan diameter minimal 1 m.

c. Gorong-gorong 3 menghubungkan saluran I & IV - Saluran V (Jalan 2C3 bawah &8D2 bawah) di buat dengan diameter minimal 5 m. Diameter gorong-gorong yang tersedia maksimum 1 m, maka dibutuhkan 5 gorong-gorong yang ditempatkan secara sejajar.

d. Gorong-gorong 4 menghubungkan saluran VI - Saluran VII (Jalan 7B bawah)di buat dengan diameter minimal 1 m.

4.3 Sump

Sump berfungsi sebagai penampungan sementara air tambang sebelum dipompakan keluar tambang menuju kolam pengendapan. Dengan adanya sump, air akan terakumulasi dalam satu tempat. Jika air sudah terakumulasi dalam satu tempat, maka akan dengan mudah mengatasi air. Dengan kata lain, air akan mudah dipompakan keluar sump D1, sehingga diharapkan proses penambangan akan berjalan dengan lancar.

Dimensi sump tergantung pada kuantitas (debit) air

limpasan, kapasitas pompa, volume, waktu

pemompaan, kondisi lapangan seperti kondisi penggalian terutama pada lantai tambang (floor) danlapisan batubara serta jenis tanah atau batuan di bukaan tambang.

4.3.1 Penentuan Letak Sump

Pada prinsipnya sump diletakkan pada lantai tambang (floor) yang paling rendah, jauh dari aktifitas penggalian batubara, jenjang disekitarnya tidak mudah longsor, dekat dengan kolam pengendapan, dan mudah untuk dibersihkan.Sump pada daerah penelitian rencananya akan dibuat dan diletakan pada lokasi pit bottom blok D1 dengan elevasi RL -144 m. 4.3.2 Bentuk Sump

Sump D1 yang direncanakan berbentuk trapesium. Sump D1 dibuat berjenjang dengan. geometri jenjang sesuai dengan rekomendasi geoteknik dengan single slope 45°, bench height 8 m&bank width 8 m. Kedalaman sump adalah 24 m yang masing-masing jenjang mampu menampung air tambang. Dimensi sump disesuaikan dengan keadaan dilapangan dengan panjang & lebar dari pit bottom.

4.3.3 Volume Sump

Sump dirancang agar mampu menampung air selama 5 hari hujan tanpa dilakukan pemompaan. Volume optimal sump merupakan selisih terbesar antara volume air limpasan dengan volume pemompaan. Debit satu hari hujan = 166.860 m³. Sedangkan debit horizontaldrain hole untuk perencanaan diasumsikan sebesar 1 L/detik atau 0,001 m³/detik. Dari hasil perhitungan, didapatkan volume sump960.551 m³.

                 

Sump yang akan dibuat berbentuk trapesium dengan dimensi sebagai berikut :

a. Jenjang Bawah (RL -144 m)

(5)

Memiliki panjang permukaan 380 m, lebar permukaan 80 m, panjang dasar sump360 m, dan lebar dasar 65 m, serta kedalaman 8 m,

sehingga volumenya adalah 215.200 m3.

b. Jenjang Tengah (RL -136 m)

Memiliki panjang permukaan 410 m, lebar permukaan 105 m, panjang dasar sump 395 m, dan lebar dasar 95 m, serta kedalaman 8 m,

sehingga volumenya adalah 322.300 m3.

c. Jenjang Atas (RL -128 m)

Memiliki panjang permukaan 440 m, lebar permukaan 130 m, panjang dasar sump 420 m, dan lebar dasar 120 m, serta kedalaman 8 m,

sehingga volumenya adalah 430.400 m3.

4.4 Pompa & Pipa

Pompa adalah suatu alat mekanis yang berfungsi untuk mengeluarkan air, cairan maupun fluida dari tempat yang rendah menuju ke tempat yang lebih tinggi. Pompa yang digunakan harus mampu mengatasi total head yang timbul.

Berdasarkanair yang masuk ke dalam sump, air kemudian dipompakan menuju ke saluran terbuka diluar pit sebelum masuk kolam pengendapandengan menggunakan pompa dan pipa. Head pompa terdiri dari perbedaan ketinggian air yang akan dipompakan dengan ketinggian dimana air itu sampai pada zona keluar. Efek gesekan air dengan dinding pipa, belokan dalam perancangan pipa dan panjang pipa, hambatan pada sisi isap juga berpengaruh pada kemampuan suatu pompa untuk memompakan air dari bawah ke atas.

Jika total head yang timbul lebih besar daripada headspesifikasi pompa, maka pompa akan tidak dapat bekerja. Pompa yang dipakai adalah pompa centifugal merek Multiflo 420sebagai pompa primerdanMultiflo 390 sebagaipompaa booster dengan menggunakan pipa HDPE PE 100 ukuran 10 inchi.Hasil perhitungan sistem pemompaan adalah sebagai berikut:

4.4.1 Head Pompa

Total head yang diperlukan untuk memompakan air dari sump menuju zona keluaran sebesar 319 m. Sisi isap pada elevasi -144 m sedangkan elevasi outlet pada elevasi 100 m sehingga head statis nya 244 m. Untuk head hambatan total dari head gesekan, head kecepatan, head belokan, head katup isapadalah 75m. 4.4.2 Sistem Pemompaan

Menggunakan sistem pemompaan multistage karena head yang dibutuhkanuntukmemompakan air dari sump keluar tambang melebihi kemampuan dari head pompa.. Headshut off dari pompa primerMultiflo 420 adalah 150 m maka perlu dilakukan pemompaan dengan sistem multistage. Dalam pengoperasiannya secara seri, pompa primer

ditandemkan dengan pompa booster akan

menghasilkan head 1 + 2 + 3 + 4 dengan penjumlahan head. Pada waktu menjalankan pompa primer harus dijalankan terlebih dahulu sampai

mencapai tekanan dan head yang cukup sampai ke booster 1, kalau tidak cukup head dan tekanannya akan terjadi masalah pada kavitasi. Proses perancangan menggunakan booster pompa Multiflo 390, memiliki headshut off 120 m. Booster 1 diletakkan pada elevasi -104 m, booster 2 pada elevasi -40 m, booster 3 pada elevasi 40 m.

4.4.3 Setting Pompa

Debit output diasumsikan sama dengan setting pompa primer, sedangkan RPM pompa booster disetting sama dengan RPM pompa primer. Hal ini dikarenakan pengaruh daya dorong air yang melewati pompa booster.Head planning pompa primer ke booster 1 adalah 52 m, namun pompa primer disetting pada head 100 m. Hal ini sebagai head acuan untuk pompa booster agar mamapu mengalirkan debit yang direncanakan. Kapasitas setting pompaprimer&booster pada debitplanning zona keluaran 600 m³/jam sehingga RPM pompa primer&booster disetting pada 1050 RPM.

4.4.4 Jumlah Pompa

Pada sump D1 menggunakan 3 line, masing-masing line terdiri 1 pompa primerMultiflo420 yang berada pada sump, 3 pompa boosterMultiflo 390 pada

masing-masing line. Peletakan booster

memperhatikan topografi area tambang danhead pompa. Jumlah pompa yang direncanakan pada sump D1 sebanyak 3 pompa primer &9 pompa booster. 4.4.5 Kebutuhan Pipa

Panjang pipa yang dibutuhkan dari elevasi sump sampai elevasi zona keluar 1100 m. Untuk pipa yang melewati jalan tambang, pipa akan ditimbun dengan tanah karena pipa HDPE memiliki kekuatan & ketahanan yang cukup baik.

Secara rinci, rancangan penyaliran tambang pada blok D1-D2 Pit Roto Selatan dapatdilihat pada Gambar 4.3

 

5. KESIMPULAN  

a. Debit air hujan yang langsung masuk ke dalam daerah tangkapan hujan sump D1 blok

D1-D2sebesar 16,33 m3/detik. Sedangkan debit air

tanah yang berasal dari horizontal drain hole sebesar 0,1 L/detik atau 0,0001 m³/detik. b. Saluran terbuka dalam pit dirancang untuk

mengalirkan air limpasan masuk ke tempat penampungan air sementara sump. Gorong-gorong diperlukan saluran terbuka memotong jalan tambang. Diameter minimum gorong-gorong berbeda-beda sesuai debit terukur masing-masing saluran terbuka.

c. Sump yang akan dibuat berbentuk trapesium dengan dibuat berjenjang.

1) Jenjang Bawah (RL -144 m)

Memiliki panjang permukaan 380 m, lebar permukaan 80 m, panjang dasar sump360 m,

(6)

dan lebar dasar 65 m, serta kedalaman 8 m,

sehingga volumenya adalah 215.200 m3.

2) Jenjang Tengah (RL -136 m)

Memiliki panjang permukaan 410 m, lebar permukaan 105 m, panjang dasar sump 395 m, dan lebar dasar 95 m, serta kedalaman 8

m, sehingga volumenya adalah 322.300 m3.

3) Jenjang Atas (RL -128 m)

Memiliki panjang permukaan 440 m, lebar permukaan 130 m, panjang dasar sump 420 m, dan lebar dasar 120 m, serta kedalaman 8

m, sehingga volumenya adalah 430.400 m3.

d. Sistem pemompaan yang digunakan adalah sistem multistage. Pemasangan pompa secara seri yakni penjumlahan masing-masing head pompa dengan debit output sama. Hal ini dikarenakan head total untuk melakukan pemompaan melebihi kemampuan pompa. Menggunakan 3 stage pemompaan dari sump menuju outlet. Pompa primer merupakan pompa utama yang berada pada permukaan sump. Pompa primer yang berada di sump akan mengapung diatas ponton. Pompa primer yang digunakan adalah merk Multiflo 420 sedangkan untuk pompa booster menggunakan merk Multiflo 390. Jumlah pompa yang direncanakan sejumlah 3 pompa primer dan 9 pompa boosteryang terbagi dalam 3 line.

Pipa yang digunakan adalah jenis pipa HDPE (High Density Poly Ethnyl) yaitu pipa HDPE PN 20 PE 100 diameter dalam 10 inchi. Panjang pipa yang dibutuhkan 1100 m.

                                                    6. DAFTAR  PUSTAKA  

Barlian Dwinagara. 2013. Buku Panduan Praktek Tambang Terbuka. Yogyakarta:Program Studi Teknik Pertambangan UPN “Veteran”. Budiarto,   Hartono,   dan   Hasywir   Thaib   Siri.  

2011.Diktat   Hidrogeologi.  

Yogyakarta:Program   Studi   Teknik  

Pertambangan  UPN  “Veteran”.  

Geografis  dan  Geologis  Tambang.  2013.  PT  Kideco   Jaya  Agung.  Kalimantan  Timur  

PT Kaltim Prima Coal. 2005. Hydraulic Design Guidelines. Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Peter Eka Rosadi. 2010. Mekanika Fluida.

Yogyakarta: Program Studi Teknik

Pertambangan UPN “Veteran”.

Rudy Sayoga Gautama. 1999. Sistem Penyaliran Tambang. Bandung: Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Teknologi Bandung.

Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan.Yogyakarta: PT.Andi.

Waterman Sulistyana B. 2010. Perencanaan Tambang. Yogyakarta: Program Studi Teknik Pertambangan UPN “Veteran”.

____________.2012.  Data  Curah  Hujan.  PT.   Pamapersada  Nusantara,  Kalimantan   Timur.  

____________.  Multiflo  Open  Cut  Mine  Dewatering   Equipment.  Australian  Pty.  Ltd.  

 

Gambar

Gambar 1. Peta Rancangan Penyaliran
Gambar 3. Rancangan Penyaliran

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit buah delima yang termasuk dalam fitoestestrogen berpotensi menurunkan kadar penanda laju perombakan tulang, sehingga

Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran penggunaan coping stress pada penyintas erupsi Gunung Sinabung.(Moos, 1993) mengindentifikasi delapan strategi coping, baik

Proses perancangan alat grading limbah serbuk gergaji ini hal utama yang perlu dilakukan adalah membuat desain atau gambar dari alat grading tersebut, hal ini

Uji HI dengan serum anti ND dan AI yang menunjukkan hasil negatif membuktikan bahwa tidak ada agen lain selain virus EDS dalam cairan allantois yang dapat

Pengajaran dan Pembelajaran di Rumah (PdPR) secara luar talian berlaku tanpa capaian Internet tetapi murid belajar menggunakan peranti seperti komputer, komputer riba, tablet

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat di Desa Bonder Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah melakukan perceraian tidak melalui Pengadilan Agama, antara

Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah orang dewasa awal total sampel sebanyak 110 orang dengan rentan usia 20-45 tahun dan terdiri dari 22 orang kelompok kasus yang

Akta Autentik adalah suatu akta yang dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang diberi wewenang untuk itu, merupakan bukti yang lengkap antara para pihak dari para ahli