RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA
DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO
KATA PENGANTAR
Sebagai wujud implementasi UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, khususnya pasal 36, Pemerintah dan Pemerintah Daerah, sesuai
dengan kewenangannya, memiliki kewajiban untuk menyusun Rencana
Penanggulangan Bencana (RPB). Penyusunan ini akan dikoordinasikan oleh
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Sehubungan dengan ini, BPBD telah mengadakan koordinasi dengan SKPD yang
terkait dengan upaya penanggulangan bencana, untuk menyusun RPB Daerah
yang telah dilaksanakan pada tahun 2014.
Dengan disusunnya RPB Daerah ini, semua kegiatan yang berkaitan dengan
upaya penanggulangan bencana, dari pencegahan dan mitigasi, kesiapsiagaan,
tanggap darurat hingga pemulihan, harus mengacu kepada dokumen ini. Dalam
tahap implementasi, diharapkan program/kegiatan yang telah disusun ini dapat di
masukan ke dalam rencana strategis dari masing-masing SKPD.
Kami berharap agar RPB Daerah ini dapat membantu implementasi upaya-upaya
penanggulangan bencana secara terencana, terarah dan terintegrasi, yang
sesuai dengan visi dan misi dari Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
demi mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera.
TONI SUPIT, SE. MM CH. BOB WUATEN , ST
Kepala Pelaksana BPBD
Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro
Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
BAB 1. BAGIAN UMUM ... 1
1-1. PENDAHULUAN ... 1
1-1-1. Latar Belakang ... 1
1-1-2. Tujuan ... 2
1-1-3. Sasaran ... 2
1-1-4. Kedudukan Dokumen ... 2
1-1-5. Ruang Lingkup ... 2
1-1-6. Landasan Hukum ... 4
1-1-7. Definisi ... 6
1-1-8. Sistematika ... 9
1-2. Gambaran Umum Daerah ...10
1-2-1. Kondisi Umum ...10
1-2-2. Kondisi Sosio Ekonomi ...15
1-2-3. Sejarah Kejadian Bencana ...17
1-3. KAJIAN RISIKO BENCANA ...19
1-3-1. Metodologi ...20
1-3-1-1. Metode Umum Pengkajian Risiko Bencana ...21
1-3-1-2. Korelasi Penyusunan Peta dan dokumen kajian Risiko Bencana ...23
1-3-2. TINGKAT ANCAMAN ...24
1-3-3. TINGKAT KERUGIAN ...28
1-3-4. TINGKAT KAPASITAS...32
1-3-5. TINGKAT RISIKO BENCANA ...35
1-3-5-1. Tingkat Risiko Bencana Kabupaten Kepulauan Sitaro ...35
1-3-5-2. Peta Risiko Bencana ...46
1-4. KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA ...47
1-4-1. Visi dan Misi ...47
1-4-2. Kebijakan ...48
1-4-3. Strategi ...50
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
BAB 2. Kegiatan PB (Rencana, Tindakan PB) ... 55
2-1. Fokus, Program dan Kegiatan PB ... 55
2-1-1. Strategi Dasar untuk semua tipe bencana ... 56
2-1-2. Strategi Khusus untuk masing-masing tipe Bencana di setiap fase PB... 59
2-2. ALOKASI TUGAS DAN SUMBER DAYA ... 84
2-2-1. Kegiatan & para Pelaku PB ... 84
2-2-2. Anggaran Penanggulangan Bencana ... 151
BAB 3. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ... 153
3-1. Monitoring dan Evaluasi ... 153
3-2. Pelaporan ... 155
BAB 4. PENUTUP ... 157
LAMPIRAN
1. Rencana Aksi Pengurangan Risiko Bencana Kab. Kepulauan Sitaro
2. Matriks Penentuan Tingkat Ancaman, Tingkat Kerugian, Tingkat Kapasitas dan
Tingkat Risiko
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
Daftar Gambar
Gambar
1-1: Stuktur Dokumen RPB Kabupaten Kepulauan Sitaro 2014 - 2018 ... 9
Gambar
1-2: Peta Wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro ...10
Gambar
1-3: Metode Pengkajian Risiko Bencana ...21
Gambar
1-4 Peta Risiko Bencana ...22
Gambar
1-5 Tingkat Risiko Bencana ...22
Gambar
1-6 Metode Umum Pengkajian Risiko Bencana ...23
Gambar 1-7 Matriks Penentuan Tingkat Risiko Bencana Gempabumi ...37
Gambar 1-8 Matriks Penentuan Tingkat Risiko Bencana Tsunami...38
Gambar 1-9 Matriks Penentuan Tingkat Risiko Bencana Banjir ...39
Gambar
1-10 Matriks Penentuan Tingkat Risiko Bencana Banjir Bandang ...40
Gambar
1-11 Matriks Penentuan Tingkat Risiko Bencana Tanah Longsor ...41
Gambar
1-12 Matriks Penentuan Tingkat Risiko Bencana Letusan Gunung Api ...42
Gambar
1-13 Matriks Penentuan Tingkat Risiko Bencana Kekeringan ...43
Gambar
1-14 Matriks Penentuan Tingkat Risiko Bencana Cuaca Ekstrim ...44
Gambar
1-15 Matriks Penentuan Tingkat Risiko Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan .45
Gambar
1-16 Struktur Kebijakan Penanggulangan Bencana ...47
Daftar Tabel
Tabel 1-1 UU yang terkait dengan kebencanaan ... 4
Tabel 1-2 PP & Perpres yang terkait dengan kebencanaan ... 5
Tabel 1-3 Perda/Perwal yang terkait dengan kebencanaan ... 5
Tabel 1-4 Istilah/Terminologi yg terkait Penanggulangan Bencana ... 6
Tabel 1-5 Luas Kabupaten Kep. Siau Tagulandang Biaro ...11
Tabel 1-6: Nama Gunung dan Tingginya di Kab. Kep.Sitaro ...12
Tabel 1-7: Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kab. Kepl Sitaro ...12
Table 1-8 Jumlah & Kepadatan Penduduk Kab. Sitaro menurut Kecamatan ...15
Table 1-9 Jumlah rumah per kecamatan ...16
Table 1-10 Potensi Bencana Kab. Kepulauan Sitaro ...17
Table 1-11 Sejarah Kejadian Bencana di Kab. Kepulauan Sitaro ...17
Tabel 1-12 Advokasi Kebijakan Penanggulangan Bencana Kab. Kepulauan Sitaro ...53
Tabel 2-1 Strategi Dasar – Penguatan Regulasi dan Kelembagaan ...56
Tabel 2-2 Strategi Dasar – Perencanaan Penanggulangan Bencana Terpadu ...56
Tabel 2-3 Strategi Dasar – Penelitian, Pendidikan dan Pelatihan ...57
Tabel 2-4 Strategi Dasar – Peningkatan Kapasitas dan Partisipasi Masyarakat...58
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
Tabel 2-6 Strategi Khusus – Tsunami ... 61
Tabel 2-7 Strategi Khusus – Letusan Gunung Api ... 64
Tabel 2-8 Strategi Khusus – Banjir ... 66
Tabel 2-9 Strategi Khusus – Longsor ... 68
Tabel 2-10 Strategi Khusus – Gelombang Ekstrim dan Abrasi ... 71
Tabel 2-11 Strategi Khusus – Cuaca Ekstrim ... 73
Tabel 2-12 Strategi Khusus – Kekeringan ... 75
Tabel 2-13 Strategi Khusus – Kebakaran Hutan ... 77
Tabel 2-14 Strategi Khusus – Kegagalan Teknologi ... 79
Tabel 2-15 Strategi Khusus – Epidemi dan Wabah Penyakit ... 80
Tabel 2-16 Strategi Khusus – Konflik Sosial ... 82
Tabel 2-17 Alokasi Tugas [Strategi Dasar untuk Semua Jenis Bencana] ... 84
Tabel 2-18 Alokasi Tugas [Gempa Bumi] ... 88
Tabel 2-19 Alokasi Tugas [Tsunami] ... 94
Tabel 2-20 Alokasi Tugas [Letusan Gunung Api] ... 100
Tabel 2-21 Alokasi Tugas [Banjir] ... 106
Tabel 2-22 Alokasi Tugas [Longsor] ... 113
Tabel 2-23 Alokasi Tugas [Gelombang Ekstrim dan Abrasi] ... 120
Tabel 2-24 Alokasi Tugas [Cuaca Ekstrim] ... 126
Tabel 2-25 Alokasi Tugas [Kekeringan] ... 131
Tabel 2-26 Alokasi Tugas [Kebakaran Hutan] ... 135
Tabel 2-27 Alokasi Tugas [Kegagalan Teknologi] ... 140
Tabel 2-28 Alokasi Tugas [Epidemi dan Wabah Penyakit] ... 143
Tabel 2-29 Alokasi Tugas [Konflik Sosial] ... 147
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
BAB 1.
BAGIAN UMUM
1-1. PENDAHULUAN
1-1-1. Latar Belakang
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro atau yang sering disingkat dengan
SITARO merupakan salah satu kabupaten yang berada di bagian utara Provinsi
Sulawesi Utara. Secara total, kabupaten ini memiliki 47 pulau, yang terdiri dari 3 (tiga)
pulau besar serta 12 pulau yang sudah berpenghuni, sedangkan sisa pulau lainnya
tidak berpenghuni. Ada 5 (lima) gunung yang tersebar di Pulau Siau dan Pulau
Tagulandang, akan tetapi 2 (dua) dari gunung-gunung tersebut sangat aktif dan kerap
meletus yaitu Gunung Karangetang (di Pulau Siau) dan Gunung Ruang (di Pulau
Ruang, kecamatan Tagulandang) yang mengakibatkan penduduk dari beberapa
desa yang terletak disekitar gunung harus mengungsi dan menderita kerugian jiwa
maupun materil yang tidak sedikit. Kondisi geografis yang berbentuk pulau-pulau
yang relatif kecil dapat memperlambat proses evakuasi penduduk karena sangat
bergantung kepada transportasi lewat lautan. Selain berbahaya saat meletus, pada
kondisi normal pun Gunung Karangetang senantiasa mengeluarkan material berupa
pasir dan batuan yang memenuhi sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung.
Endapan material ini menyimpan potensi bahaya berupa banjir lahar dingin yang bisa
menimpa pemukiman yang berada di daerah hilir dari sungai-sungai tersebut.
Disamping bahaya letusan gunung berapi, kondisi alami pulau-pulau ini selain terdiri
dari wilayah pantai juga terdapat perbukitan yang sangat rawan terhadap terjadinya
bencana longsor dan banjir. Juga gempa bumi juga karena aktivitas gunung berapi
dan pergerakan lempeng Laut Maluku dan Halmahera yang menghujam ke arah
barat di bawah busur Minahasa-Sangihe, dan dengan demikian juga rawan terhadap
bencana tsunami khususnya untuk kawasan ditepi pantai akibat gempa/pergeseran
lempeng yang berpusat di laut.
Dengan berbagai potensi bencana yang ada, pemerintah Kabupaten Kepulauan
Sitaro perlu meningkatkan kapasitas penanggulangan bencana agar risiko dampak
yang mungkin terjadi dapat dikurangi. UU No. 14/2007 tentang Penanggulangan
Bencana mengamanatan agar semua pemerintah daerah menyusun Rencana
Penanggulangan Bencana (RPB), termasuk Pemerintah Kabupaten Kepulauan
Sitaro. Hal ini juga diatur dalam PP No. 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana. RPB tingkat Provinsi Sulawesi Utara telah selesai
disusun untuk tahun 2012
– 2016 yang sekaligus menjadi pedoman dalam
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
pelaksanaan praktik-praktik penanggulangan bencana di tingkat provinsi. RPB
tingkat Kabupaten Kepulauan Sitaro akan disusun serta di integrasikan dalam
perencanaan masing-masing instansi dan lembaga yg terkait kegiatan
penanggulangan bencana sesuai dengan peran dan kewenangan masing-masing.
1-1-2. Tujuan
Rencana Penanggulangan Bencana Kabupaten Kepulauan Sitaro disusun
dengan tujuan sebagai berilkut:
1) Menjadi bagian dari Rencana Induk Pembangunan Kabupaten Kepulauan
Sitaro secara terpadu dan terkoordinasi dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan yang ada, sehingga dapat menjadi dasar untuk
upaya penanggulangan bencana di Kabupaten Kepulauan Sitaro.
2) Meningkatkan kinerja antar lembaga dan instansi terkait penanggulangan
bencana di Kabupaten Kepulauan Sitaro
3) Membangun dasar yang kuat untuk kemitraan penyelenggaraan PB
4) Melindungi masyarakat di wilayah Kabupaten Kepulauan Sitaro dari
ancaman bencana.
1-1-3. Sasaran
Rencana Penanggulangan Bencana Kabupaten Kepulauan Sitaro akan menjadi
pedoman bagi pemerintah, swasta, masyarakat dan pemangku kepentingan
lainnya dalam upaya penyelenggaraan penanggulangan bencana di Kabupaten
Kepulauan Sitaro.
1-1-4. Kedudukan Dokumen
Rencana Penanggulangan Bencana Kabupaten Kepulauan Sitaro merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Kabupaten Kepulauan Sitaro tahun 2013 – 2018, yang memuat penyelenggaraan
penanggulangan bencana di Kabupaten Kepulauan Sitaro.
1-1-5. Ruang Lingkup
Rencana Penanggulangan Bencana Kabupaten Kepulauan Sitaro mengandung
panduan tentang pelaksanaan upaya penanggulangan bencana yang disusun
berdasarkan penilaian risiko bencana yang ada serta kondisi terkini dari semua
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam hal
penanggulangan bencana. Panduan ini mencakup visi, misi, dan kebijakan dari
semua program kegiatan serta alokasi dana yang menjadi kewenangan pemerintah
Kabupaten Kepulauan Sitaro yang akan digunakan untuk menanggulangi bencana
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun. RPB ini mencakup pra bencana, pada saat
terjadi bencana dan sesudah terjadi bencana. Disamping itu, dokumen ini juga
menjelaskan mekanisme monitoring dan evaluasi dari semua perencanaan yang
ada.
Pemerintah Pusat dan Daerah memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan
kegiatan penanggulangan bencana. UU No 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana menyebutkan bahwa implementasi penanggulangan
bencana adalah sebuah rangkaian kegiatan yang mencakup pengembangan
kebijakan dalam bidang risiko bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap
darurat dan rehabilitasi.
Kombinasi dari kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Ada 4 (empat) tahap implementasi:
1. Pra Bencana: Keadaan normal (tidak ada
bencana) [Pencegahan dan Mitigasi]
2. Pra Bencana: Ada terdapat potensi Bencana
[Kesiap siagaan]
3. Tanggap Darurat: Pada saat terjadi bencana
[Tanggap Darurat]
4. Paska Bencana: Sesudah terjadi bencana
[Pemulihan]
Tahapan bencana yang digambarkan diatas sebaiknya tidak dipahami sebagai
suatu pembagian tahapan yang tegas, dimana kegiatan pada tahap tertentu akan
berakhir pada saat tahapan berikutnya dimulai. Akan tetapi harus dipahami bahwa
pada saat bersamaan aktivitas dari tahapan yang berbeda juga dapat dijalankan
sesuai dengan porsi waktu masing-masing. Sebagai contoh pada tahap pemulihan,
kegiatan utama adalah upaya pemulihan akan tetapi kegiatan pencegahan dan
mitigasi dapat juga dijalankan secara bersamaan untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya bencana di masa mendatang.
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
Mekanisme penanggulangan bencana yang akan dianut dalam hal ini adalah
mengacu pada UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan
Peraturan
Pemerintah
No.
21
tahun
2008
tentang
Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana.
Dari peraturan perundang-undangan tersebut diatas, dinyatakan bahwa mekanisme
tersebut dibagi kedalam tiga tahapan, yaitu:
1. Pra-Bencana: BPBD bertindak sebagai Koordinator dan Pelaksana
2. Tanggap Darurat: BPBD bertindak sebagai Koordinator, Komandan dan
Pelaksana
3. Pemulihan: BPBD bertindak sebagai Koordinator dan Pelaksana
1-1-6. Landasan Hukum
Rencana Penanggulangan Bencana Kabupaten Kepulauan Sitaro ini dibuat
berdasarkan landasan idiil Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan landasan konstitusional berupa UUD 1945. Landasan operasional
hukum tersebut adalah:
Tabel 1-1 UU yang terkait dengan kebencanaan
UU Nomor. UU
1 UU No.25 Tahun 2004
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421)
2 UU No.32 Tahun 2004
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844)
3 UU No. 33 Tahun 2004
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
4 UU No. 24 Tahun 2007
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723)
5 UU No. 26 Tahun 2007
Penataan Ruang 6 UU No. 27
Tahun 2007
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Tabel 1-2 PP & Perpres yang terkait dengan kebencanaan
Nomor Peraturan
1 PP No. 39 Tahun 2006
Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembanguan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663)
2 PP No. 28 Tahun 2007
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737)
3 PP No. 8 Tahun 2008
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817)
4 PP No. 21 Tahun 2008
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828)
5 PP No. 22 Tahun 2008
Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4829)
6 PP No. 23 Tahun 2008
Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Nonpemerintah Dalm Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 44,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4830)
7 PP No. 26 Tahun 2008
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833) 8
Perpres No. 8 Tahun 2008
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Tabel 1-3 Perda/Perwal yang terkait dengan kebencanaan
Nomor. Tentang
1
Perda Kabupaten Kepulauan Sitaro No. 7 Tahun 2010
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
2
Perbup Kabupaten Kepulauan Sitaro No. 4 Tahun 2010
Kedudukan, Susunan, Uraian Tugas dan Fungsi Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kepulauan Sitaro
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
1-1-7. Definisi
Untuk memahami RPB Kabupaten Kepulauan Sitaro ini, maka disajikan
pengertian-pengertian kata dan kelompok kata sebagai berikut:
Tabel 1-4 Istilah/Terminologi yg terkait Penanggulangan Bencana
No. Terminologi Definisi
1
Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Daerah yang melakukan yang melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana di Daerah
2 Bahaya/Ancaman (Hazards)
Situasi, kondisi atau karakteristik biologis, klimatologis, geografis, geologis, social, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk janga waktu tertentu yang berpotensi menimbulkan korban dan kerusakan.
3 Bencana
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh factor alam dan/atau nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis
4
Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI)
Sebuah aplikasi analisis tools yang digunakan untuk menyimpan data bencana serta mengelola data spasial maupan data nonspasial baik bencana skala kecil maupun bencana dalam skala besar terdapat banyak factor yang dapat meningkatkan terjadinya resiko bencana
5
Forum Pengurangan Risiko Bencana
Wadah yang menyatukan organisasi pemangku kepentingan, yang bergerak dalam mendukung upaya-upaya pengurangan risiko becana (PRB)
6 Kajian Risiko Bencana
Mekanisme terpadu untuk memberikan gambaran menyelurch terhadap risiko bencana suatu daerah dengan menganalisis tingkat ancaman, tingkat kerugian, dan kapasitas daerah dalam bentuk tertulis dan peta.
7 Kapasitas (Capacity)
Penguasaan sumber-daya, cara dan ketahanan yang dimiliki pemerintah dan masyarakat yang memungkinkan mereka untuk mempersiapkan diri, mencegah, menjinakkan, menanggulangi, mempertahankan diri serta dengan cepat memulihkan diri dari akibat bencana. 8
Kerangka Aksi Hyogo(Hyogo Frameworks for Actions (HFA))
Rencana 10 tahun untuk menjelaskan, menggambarkan dan detail pekerjaan yang diperlukan dari semua sektor dan aktor yang berbeda untuk mengurangi kerugian bencana.
9 Kerentanan (Vulnerability)
Tingkat kekurangan kemampuan suatu masyarakat untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesipan, dan menanggapi dampak behaya tertentu. Kerentanan berupa kerentanan social budaya, fisik, ekonomi dan lingkungan, yang dapat ditimbulkan oleh beragam penyebab.
10 Kesiapsiagaan (Preparedness)
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. 11 Korban bencana Orang atau kelompok orang yang menderita atau
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
No. Terminologi Definisi
meninggal dunia akibat bencana. 12 Mitigasi (Mitigation)
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana dengan menurunkan kerentanan dan/atau meningkatkan kemampuan menghadapi ancaman bencana
13
Mitigasi fisik (Structure Mitigation)
Upaya dilakukan untuk mengurangi risiko bencana dengan menurunkan kerentanan dan/atau meningkatkan kemampuan menghadapi ancaman bencana dengan membangun infrastruktur.
14
Mitigasi non-fisik (Non-Structure Mitigation)
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana dengan menurunkan kerentanan dan/atau meningkatkan kemampuan menghadapi ancaman bencana dengan meningkatkan kapasitas pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi bencana.
15 Non Proletisi
Bahwa dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat bencana, terutama melalui pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana. 16 Pemulihan
(Recovery)
Upaya mengembalikan kondisi masyarakat, lingkungan hidup dan pelayanan public yang terkena bencana melalui rehabilitasi.
17
Penanggulangan Bencana (Disaster management)
Upaya yang meliputi: penetapan kebjiakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana; pencegahan bencana, mitigasi bencana, kesiap-siagaan, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi.
18 Pencegahan (Prevention)
Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya sebagian atau seluruh bencana.
19 Pengungsi
Orang atau sekelompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari tempat tenggalnya untuk janjka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk bencana.
20
Pengurangan risiko bencana (Disaster Risk Reduction)
Segala tindakan yang dilakukan untuk mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas terhadap jenis bahaya tertentu atau mengurangi potensi jenis bahaya tertentu.
21
Penyelenggaraan penanggulangan bencana
Serangkaian upaya pelaksanaan penanggulangan bencana mulai dari tahapan sebelum bencana, saat bencana hingga tahapan sesudah bencana yang dilakukan secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh.
22 Peringatan dini (Early Warning)
Upaya pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. 23 Prosedur Operasi
Standar
Serangkaian upaya terstruktur yang disepakati secara bersama tentang siapa berbuat apa, kapan, dimana, dan bagaimana cara penanganan bencana.
24
Pusdalops Penanggulangan Bencana
Unsur Pelaksana Operasional pada Pemerintah Pusat dan Daerah, yang bertugas memfasilitasi pengendalian operasi serta menyelenggarakan sistem informasi dan komunikasi PB.
25 Rehabilitasi (Rehabilitation)
Perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan public atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
No. Terminologi Definisi
(Reconstruction) kelembagaan pada wilayah pasbencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, social dan budaya, tegaknya hokum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wiliayah pascabencana.
27
Rencana
Penanggulangan Bencana (RPB)
Dokumen perencanaan penanggulangan bencana untuk jangka waktu tahun 2012 sampai dengan tahun 2017.
28 Rencana Kontingensi
Suatu proses identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan kontingensi atau yang belum tentu tersebut. Suatu rencana kontinjensi mungkin tidak selalu pernah diaktifkan, jika keadaan yang diperkirakan tidak terjadi.
29 Risiko(risk) Bencana
Potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
30 Setiap orang Orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan hokum.
31
Sistem penanganan darurat bencana
Serangkaian jaringan kerja berdasarkan prosedur-prosedur yang saling berkaitan untuk melakukan kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. 32 Status keadaan
darurat bencana
Suatu keadaan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi badan yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana.
33
Tanggap
darurat(Emergency Response)
bencana
Upaya yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan, evakuasi korban dan harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, setra pemulihan pra-sarana dan sarana.
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
1-1-8. Sistematika
1) Struktur RPB
Struktur Dokumen RPB Kabupaten Kepulauan Sitaro adalah sebagai berikut:
Gambar
1-1:Stuktur Dokumen RPB Kabupaten Kepulauan Sitaro
2014 - 2018
2) Revisi RPB
RPB harus direvisi secara berkala apabila dibutuhkan agar dapat berfungsi secara
efisien dalam pelaksanaan penanggulangan bencana.
R E N C A N A P E N A N G G U L A N G A N B E N C A N A 1.Bagian Umum 2.Kegiatan Penanggulangan Bencana 3. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan 4.Penutup 1-1. Pendahuluan 1-2. Gambaran Umum Daerah 1-3. Kajian Risiko Bencana 1-4. Kebijakan Penanggulangan Bencana 2-1. Fokus, Program, dan Kegiatan Penanggulangan Bencana
2-2. Alokasi Tugas dan Sumber Daya
3-1. Monitoring dan Evaluasi
3-2. Pelaporan
2-2-1. Kegiatan dan para Pelaku Penanggulangan Bencana 2-2-2. Anggaran Penanggulangan Bencana
2-1-1. Strategi Dasar untuk semua tipe bencana
2-1-2. Strategi Khusus untuk masing-masing tipe bencana di setiap fase PB 1-1-1. Latar Belakang 1-1-2. Tujuan 1-1-3. Sasaran 1-1-4. Kedudukan Dokumen 1-1-5. Ruang Lingkup 1-1-6. Landasan Hukum 1-1-7. Definisi 1-1-8. Sistematika 1-2-1. Kondisi Umum 1-2-2. Kondisi Sosial Ekonomi 1-2-3. Sejarah Kejadian Bencana 1-3-1. Metodologi
1-3-2. Tingkat Ancaman 1-3-3. Tingkat Kerugian 1-3-4. Tingkat Kapasitas 1-3-5. Tigkat Risiko Bencana
1-4-1. Visi dan Misi 1-4-2. Kebijakan 1-4-3. Strategi
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
1-2. Gambaran Umum Daerah
1-2-1. Kondisi Umum
1) Geografi
Kabupaten Kepulauan Sitaro terletak pada koordinat 2
°07’48’’ – 2°48’36” Lintang
Utara dan 125
°09’36’’ – 125°29’24” Bujur Timur, dan secara administratif batas-
batasnya sebagai berikut:
a. Sebelah Utara dengan Kabupaten Kepulauan Sangihe
b. Sebelah Timur dengan Laut Maluku
c. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Minahasa Utara
d. Sebelah Barat dengan Laut Sulawesi
Gambar
1-2:Peta Wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
Secara administrative luas dari Kabupaten Kepulauan Sitaro adalah 275,95 km2,
yang terdiri dari 47 pulau di mana sebanyak 12 pulau sudah berpenghuni, dan 35
pulau belum merpenghuni. Terdapat 5 buah gunung, salah satunya gunung
karangetang yang dikenal sebagai gunung berapi dan statusnya yang masih sangat
aktif.
Tabel 1-5 Luas Kabupaten Kep. Siau Tagulandang Biaro
No Nama Kecamatan Luas (km2) % 1 Biaro 20,85 7,56 2 Tagulandang Selatan 21,63 5,84 3 Tagulandang 55,53 20,12 4 Tagulandang Utara 17,92 6,49
5 Siau Barat Selatan 15,10 5,47
6 Siau Timur Selatan 24,92 8,72
7 Siau Barat 34,92 12,65
8 Siau Tengah 11,80 4,28
9 Siau Timur 55,94 20,27
10 Siau Barat Utara 18,20 6,60
TOTAL 275,95 100
Sumber: Kab. Kep. Sitaro dalam Angka 2012
2) Topografi dan Geologi
Wilayah Kabupaten Kepulauan Sitaro terdiri dari gabungan 3 pulau besar yaitiu
Pulau Siau, Pulau Tagulandang dan Pulau Biaro dan pulau pulau kecil di
sekelilingnya. Secara tektonik wilayah ini merupakan jalur Busur Vulkanik berarah
dari ujung Sulawesi Utara hingga Kepulauan Mindanao di Philippines.
Topografi Kab. Kepulauan Sitaro adalah bergunung dan berbukit – bukit 1 gunung
di Kecamatan Tagulandang dan 4 gunung di Kecamatan Siau Timur. Tidak ada
gunung di Kecamatan Biaro.
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
Tabel 1-6: Nama Gunung dan Tingginya di Kab. Kep.Sitaro
No Nama
Kecamatan Nama Gunung Tinggi (m) Keterangan
1 Biaro - - Tidk ada
2 Tagulandang Ruang 714 Aktif
3 Siau Timur Karangetang 1.320 4 Dalage 1.165 5 Kolongan 1.158 6 Tamata 1.134
Sumber: Dinas Pertanahan Nasional Provinsi Sulawesi Utara
Di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro hanya sedikit aliran sungai yang
besar, salah satu aliran sungai yang cukup besar terdapat di Pulau Tagulandang
yaitu Sungai Minanga yang berada di Kecamatan Tagulandang Utara, sedangkan
di pulau lainnya hanya aliran sungai kecil. Sungai Minanga memiliki lebar tidak
lebih dari 15m dengan kedalaman air rata-rata 1 – 3 meter.
Tabel 1-7: Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kab. Kepl Sitaro
No Nama
Kecamatan Luas (Ha) Debit (M
3
/dtk)
1 DAS Minanga + 3.169,33 0,3
2 DAS Karalung + 215,23 0,1
Sumber: Dinas PU Kab. Kepl. Siau Tagulandang Biaro
3) Kondisi Iklim
Berdasarkan pendekatan tipe iklim Oldeman untuk data 8 tahun terakhir
(2000-2008) Siau – Tagulandang – Biaro dan sekitarnya termasuk dalam tipe iklim
B2 (7 bulan basah berturut-turut dan 2 bulan lembab berturut-turut). Bulan basah
adalah bulan yang memiliki curah hujan >200 mm, sedangkan bulan kering adalah
bulan yang memiliki curah hujan <100 mm dan bulan lembab adalah bulan yang
memiliki curah hujan > 100 mm dan < 200 mm. Rata-rata curah hujan bulanan
yang dicatat oleh Stasiun Tagulandang pada umumnya rata-rata curah hujan
bulanan tertinggi terdapat di bulan Januari. Bulan basah di wilayah perencanaan
berlangsung selama 5 bulan, terjadi pada bulan Nopember, Desember, Januari,
Pebruari, dan Maret. Bulan kering terjadi sekitar bulan September. Gambaran curah
hujan pada Stasiun Tagulandang dapat dilihat pada gambar grafik berikut.
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
Sumber: Buku Putih Sanitasi Kab. Sitaro 2012
Gambar 1-3: Rata rata curah hujan bulanan periode Tahun 2000
– 2008
Suhu udara di suatu tempat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tempat tersebut
terhadap permukaan laut dan jarak dari garis pantai. Secara grafis, suhu udara
rata-rata bulanan pada pengukuran Stasiun Meteorologi Naha sepanjang tahun
2005 sampai dengan tahun 2008 bulan Juli dapat dilihat pada Gambar 2.4. Suhu
udara rata-rata terendah sekitar 27 °C pada bulan Juli dan suhu rata-rata tertinggi
sekitar 28,0 °C yang dirasakan pada bulan Agustus.
Sumber: Sumber: Buku Putih Sanitasi Kab. Sitaro 2012
Gambar 1-4: Rata - rata suhu udara bulanan periode Tahun 2005
– 2008
Curah Hujan Bulanan Tahun 2000-20080 100 200 300 400 500 600 700 800
JAN PEB MAR APR MEI JUNI JULI AGT SEP OKT NOP DES
bulan
mm
2000 2001 2002 2003 2004
2005 2006 2007 2008 rerata
Suhu Udara Bulanan Tahun 2005-2008
24 25 26 27 28 29 30 31 32 JAN PEBMA R APR IL ME I JUN I JULI AG T SEPT OKT NO P DES bulan t (o C ) 2005 2006 2007 2008 rerata
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
Selain itu sebagai daerah tropis dan daerah kepulauan, Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro mempunyai kelembaban udara nisbi/relatif terendah sebesar
79% pada bulan Juni dan tertinggi sebesar 87% pada bulan Januari.
Sumber: Sumber: Buku Putih Sanitasi Kab. Sitaro 2012
Gambar 1-5: Rata-rata kelembaban udara bulanan Tahun 2005
– 2008
Antara curah hujan dan keadaan angin biasanya ada hubungan erat satu sama lain
walaupun demikian, hubungan tersebut agaknya tidak selalu ada. Keadaan angin
pada musim hujan biasanya lebih kencang dan angin bertiup dari arah Barat dan
Barat Laut atau yang lebih dikenal oleh masyarakat di kepulauan Siau Tagulandang
Biaro sebagai musim angin barat. Kecepatan angin rata-rata bulanan selang tahun
2005-2008 berkisar antara 3 km/jam hingga 7 km/jam.
Sumber: Sumber: Buku Putih Sanitasi Kab. Sitaro 2012
Gambar 1-6: Rerata kecepatan angin bulanan Tahun 2005
– 2008 di Kab. Kep. Sitaro
Kelembaban Udara Bulanan Tahun 2005-200872 74 76 78 80 82 84 86 88 JAN PEBMAR APR IL ME I JUN I JULI AG T SEPT OKT NO P DES bulan % 2005 2006 2007 2008 rerata
Rata-rata Kecepatan Angin Bulanan tahun 2005-2008
0 1 2 3 4 5 6 7 8 JAN PEBMAR APR IL ME I JUN I JULI AG T SEPT OKT NO P DES bulan k m /ja m 2005 2006 2007 2008 rerata
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
1-2-2. Kondisi Sosio Ekonomi
1. Populasi
Berdasarkan data hasil proyeksi, jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Sitaro
pada tahun 2011 adalah sebesar 64,516 orang, yang terdiri dari 31.782 laki-laki
(49,3%) dan 32.734 wanita (50,7%). Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar
1,12% dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang berjumlah 63.801 orang.
Menurut kelompok umur, sebagian besar penduduk Sitaro termasuk dalam usia
produktif (15-64 tahun) sebesar 67,1%, dengan mayoritas (46%) bekerja dibidang
pertanian, kehutanan dan perikanan. Sisanya bekerja di bidang Jasa
Kemasyarakatan, sosial & perseorangan (20%); perdagangan (15%); konstruksi
(8%), transportasi & komunikasi (7%), industri (2%) dan lain-lain (2%).
Table 1-8
Jumlah & Kepadatan Penduduk Kab. Sitaro menurut Kecamatan
No Kecamatan Penduduk Rumah Tangga Luas (km²) Kepadatan Penduduk (jiwa/ km²) Laki-Laki Perempuan Total
1 Biaro 1.636 1.648 3.284 991 20,85 157,50 2 Tagulandang Selatan 2.091 2.126 4.217 1276 21,63 194,96 3 Tagulandang 5.780 5.947 11.727 3376 55,53 211,18 4 Tagulandang Utara 2.076 1.995 4.071 1164 17,92 227,18 5 Siau Timur 7.784 8.211 15.995 1202 55,94 285,93
6 Siau Timur Selatan 3.648 3.716 7.364 2273 24,06 306,07
7 Siau Barat 3.869 4.068 7.364 2603 34,92 227,29
8 Siau Tengah 913 959 1.872 551 11,80 158,56
9 Siau Barat Selatan 2.041 2.078 4.119 4.577 15,10 272,78
10 Siau Barat Utara 1.944 1.986 3.930 1.236 18,20 215,93
Total 31.782 32.734 64.516 19.249 275,95 233,79
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
2. Jumlah Rumah
Rumah sebagai tempat tinggal yang representatif akan memberi kenyaman dan
keamanan bagi penghuninya, dari data yang tersedia jumlah rumah di Kabupaten
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro saat ini berjumlah 17.117 buah rumah yang
tersebar pada 10 kecamatan. Jumlah rumah terbanyak terdapat di Kecamatan
Siau Timur yaiitu sebanyak 4.469 buah rumah (26,11%) sedangkan yang terendah
adalah di Kecamatan Siau Tengah dengan jumlah rumah sebanyak 455 buah
rumah (2,66%). Data terinci tentang jumlah rumah di Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro dapat dilihat pada tabel berikut.
Table 1-9 Jumlah rumah per kecamatan
Nama Kecamatan
Jumlah
Rumah
%
Kec. Biaro
836
4,88
Kec. Tagulandang Selatan
909
5,31
Kec. Tagulandang
3.105
18,14
Kec. Tagulandang Utara
1.000
5,84
Kec. Siau Barat Selatan
1.093
6,39
Kec. Siau Timur Selatan
2.122
12,40
Kec. Siau Barat
1.959
11,44
Kec. Siau Tengah
455
2,66
Kec. Siau Timur
4.469
26,11
Kec. Siau Barat Utara
1.169
6,83
Jumlah
17.117
100,00
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
1-2-3. Sejarah Kejadian Bencana
Beberapa jenis bencana alam yang berpotensi melanda Kabupaten Kepulauan
Sitaro, baik yang pernah terjadi sebelumnya maupun masih berupa kemungkinan
dimasa mendatang adalah seperti tabel berikut:
Table 1-10
Potensi Bencana Kab. Kepulauan Sitaro
Potensi Bencana Kab. Kepulauan Sitaro
1. Gempa Bumi
7. Kekeringan
2. Tsunami
8. Kebakaran Hutan
3. Banjir
9. Gelombang Ekstrim dan Abrasi
4. Tanah Longsor
10. Kegagalan Teknologi
5. Letusan Gunung Api
11. Epidemi dan Wabah Penyakit
6. Cuaca Ekstrim
12. Konflik Sosial
Berikut adalah sejarah kejadian bencana yang pernah melanda Sitaro yang
pernah tercatat dan diperoleh BPBD Kab. Kepulauan Sitaro dari berbagai sumber:
Table 1-11
Sejarah Kejadian Bencana di Kab. Kepulauan Sitaro
Waktu
Kejadian
Jenis
Bencana
Gambaran Kerusakan karena Bencana
01/04/1936
Gempa Bumi
Gempa bumi dahsyat terjadi di wilayah Sangir (MMI
VIII – IX) yang mengakibatkan ratusan rumah
roboh.
27/02/1974
Gempa Bumi
Gempa bumi melanda Pulau Siau, mengakibatkan
longsor dan berbagai kerusakan pada bangunan.
Tidak ada laporan mengenai korban jiwa
2008 – 2013
(5 tahun
terakhir)
Gempa Bumi
Tercatat berbagai gempa kategori sedang (4 – 6
Skala Ricter) melanda Sitaro meskipun tidak ada
laporan mengenai kerusakan serius, seperti Sept
2008 (6,3 SR); Mei 2012 (5,5 SR); Juli 2013 (5,1
SR) dan lain sebagainya.
06/08/2010
Letusan
Gunung Api
Meterial letusan Gunung Karangetang dan awan
panas meluncur mengikuti aliran sungai hingga ke
laut mengakibatkan putusnya jembatan serta 4
korban jiwa dinyatakan hilang.
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
2011 - 2013
Letusan
Gunung Api
Sepanjang 2011, terjadi beberapa kali letusan yg
mengeluarkan leleran lava pijar dan awan panas ke
berbagai sungai yg berhulu di Gunung
Karangetang. Tgl 18 Maret terjadi awan panas
guguran yg mengakibatkan kerusakan berupa 2
jembatan terputus, 1 rumah terbakar dan 2 rumah
rusak ringan. Status Gunung menjadi Awas (Level
IV). Tgl 25 Maret status gunung diturunkan menjadi
Siaga (Level III). Sepanjang 2011 aktivitas Gunung
Karangetang masih sangat aktif sehingga status
tetap Level III hingga pertengahan 2013.
Material gunung berapi ini berupa pasir & bebatuan
memenuhi sungai yg berhulu di puncak gunung,
sehingga menyimpan potensi bencana lahar dingin
terutama pada musim penghujan.
Februari
2013
Tanah
Longsor
Bersamaan dengan banjir besar yg melanda
Manado dan sekitarnya, longsor juga terjadi di
Sitaro yg mengakibatkan tertutupnya berbagai
akses jalan.
Sumber: Katolog Gempa Bumi merusak di Indonesia tahun 1629-2007 (PVMBG, 2008);
BPBD Kab. Sitaro - 2013
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
1-3. KAJIAN RISIKO BENCANA
Dokumen RPB Kabupaten Kepulauan Sitaro ini disusun berdasarkan kajian risiko
bencana yang dimuat dalam dokumen Kajian Risiko Bencana (KRB) Kabupaten
Kepulauan Sitaro. Pengkajian risiko ini akan menjadi dasar dalam pengambilan
kebijakan-kebijakan terkait penanggulangan bencana di Kabupaten Kepulauan
Sitaro. Dalam mengambil kebijakan penanggulangan bencana, maka perlu melalui
beberapa proses. Proses-proses tersebut meliputi identifikasi, klasifikasi, dan
evaluasi risiko yang digunakan dalam kajian risiko. Proses tersebut dilaksanakan
melalui beberapa langkah berikut:
1. Pengkajian Ancaman
Pengkajian ancaman dimaknai sebagai cara untuk memahami unsur-unsur
ancaman yang berisiko bagi daerah dan masyarakat. Karakter-karakter
ancaman pada suatu daerah dan masyarakatnya berbeda dengan daerah dan
masyarakat lain. Pengkajian karakter ancaman dilakukan sesuai tingkatan yang
diperlukan dengan mengidentifikasikan unsur-unsur berisiko oleh berbagai
ancaman di lokasi tertentu.
2. Pengkajian Kerentanan
Pengkajian kerentanan dapat dilakukan dengan menganalisa kondisi dan
karakteristik suatu masyarakat dan lokasi penghidupan mereka untuk
menentukan faktor-faktor yang dapat mengurangi kemampuan masyarakat
dalam menghadapi bencana. Kerentanan dapat ditentukan dengan mengkaji
aspek keamanan lokasi penghidupan mereka atau kondisi-kondisi yang
diakibatkan oleh faktor-faktor atau proses-proses fisik, sosial ekonomi, dan
lingkungan hidup yang bisa meningkatkan kerawanan suatu masyarakat
terhadap ancaman dan dampak bencana.
3. Pengkajian Kapasitas.
Pengkajian
kapasitas
dilakukan
dengan
mengidentifikasikan
status
kemampuan individu, masyarakat, lembaga pemerintah atau nonpemerintah
dan faktor lain dalam menangani ancaman dengan sumber daya yang tersedia
untuk melakukan tindakan pencegahan, mitigasi, dan mempersiapkan
penanganan darurat, serta menangani kerentanan yang ada dengan kapasitas
yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
4. Pengkajian dan Pemeringkatan Risiko.
Pengkajian dan pemeringkatan risiko merupakan pengemasan hasil pengkajian
ancaman, kerentanan, dan kemampuan/ketahanan suatu daerah terhadap
bencana untuk menentukan skala prioritas tindakan yang dibuat dalam bentuk
rencana kerja dan rekomendasi guna meredam risiko bencana.
1-3-1. Metodologi
Pengkajian risiko bencana, diharapkan dapat menghasilkan dokumen kajian risiko
bencana dan peta risiko untuk setiap bencana yang ada pada suatu kawasan.
Pengkajian risiko bencana ini harus mampu menjadi dasar yang memadai bagi
daerah untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana. Dalam tingkatan
masyarakat, hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan dasar yang kuat dalam
perencanaan upaya pengurangan risiko bencana. Penyusunan kajian risiko ini
memiliki 3 komponen parameter, yaitu: ancaman, kerugian, dan kapasitas. Dari
pengukuran parameter ini akan didapatkan tingkat risiko bencana suatu kawasan
dengan menghitung potensi jiwa terpapar, kerugian harta benda, dan kerusakan
lingkungan
1. Prasyarat Umum dalam Pengkajian Risiko Bencana
Ada beberapa hal yang menjadi prasyarat untuk membuat kajian risiko
bencana, yaitu:
a. Memenuhi aturan tingkat kedetailan analisa (kedalaman analisa di tingkat
nasional minimal hingga kabupaten, kedalaman analisa di tingkat provinsi
minimal hingga kecamatan, kedalaman analisa di tingkat kabupaten
minimal hingga tingkat Desa/desa/kampung/nagari).
b. Skala peta minimal adalah 1:250.000 untuk Kabupaten; peta dengan skala
1:50.000 untuk Kecamatan di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi;
peta dengan skala 1:25.000 untuk Kecamatan di Pulau Jawa dan Nusa
Tenggara.
c. Mampu menghitung jumlah jiwa terpapar bencana (dalam jiwa).
d. Mampu menghitung nilai kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan
(dalam rupiah).
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
e. Menggunakan 3 kelas interval tingkat risiko, yaitu tingkat risiko tinggi,
sedang dan rendah.
f. Menggunakan GIS dengan Analisis Grid (1 ha) dalam pemetaan risiko
bencana.
1-3-1-1. Metode Umum Pengkajian Risiko Bencana
Pengkajian risiko bencana dilaksanakan dengan menggunakan metode berikut
ini:
Gambar 1-7: Metode Pengkajian Risiko Bencana
Dari gambar di atas terlihat bahwa Hasil pengkajian risiko bencana adalah peta
risiko bencana. Selanjutnya, pengkajian risiko bencana dibuat dalam dokumen
untuk menghasilkan kebijakan penanggulangan bencana yang disusun
berdasarkan komponen parameter ancaman/bahaya, kerentanan, dan kapasitas.
Komponen parameter ancaman disusun berdasarkan parameter intensitas dan
probabilitas kejadian. Komponen parameter kerentanan disusun berdasarkan
parameter sosial-budaya, ekonomi, fisik, dan lingkungan. Komponen parameter
kapasitas disusun berdasarkan parameter kapasitas regulasi, kelembagaan,
sistem peringatan, pendidikan pelatihan keterampilan, mitigasi, dan sistem
kesiapsiagaan.
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
Metode Pemetaan Risiko Bencana
dapat dilihat pada Gambar 1-8 yang
memperlihatkan bahwa Peta Risiko
Bencana
merupakan
overlay
(penggabungan) dari Peta Bahaya,
Peta Kerentanan dan Peta Kapasitas.
Peta-peta
tersebut
diperoleh
dari
berbagai indeks yang dihitung dari
data-data dan metode perhitungan
tersendiri. Penting untuk diketahui
bahwa Peta Risiko Bencana dibuat
untuk setiap jenis ancaman bencana
yang ada pada suatu kawasan. Metode
perhitungan dan data yang dibutuhkan
untuk menghitung berbagai indeks akan
berbeda untuk setiap jenis ancaman.
Sementara itu, metode penyusunan
Dokumen Kajian Risiko Bencana dapat
dilihat pada Gambar 1-9. Di sana
terlihat indeks dan data yang sama
dengan
penyusunan
Peta
Risiko
Bencana. Perbedaan yang terjadi
hanya
pada
urutan
penggunaan
masing-masing indeks. Urutan ini
berubah karena jiwa manusia tidak
dapat dinilai dengan rupiah. Oleh
karena itu, Tingkat Ancaman yang telah
memperhitungkan Indeks Ancaman di
dalamnya,
menjadi
dasar
bagi
perhitungan Tingkat Kerugian dan
Tingkat Kapasitas. Gabungan Tingkat
Kerugian
dan
Tingkat
Kapasitas
merupakan Tingkat Risiko Bencana
Gambar 1-8 Peta Risiko Bencana
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
1-3-1-2. Korelasi Penyusunan Peta dan dokumen kajian Risiko Bencana
Mekanisme penyusunan Peta Risiko Bencana saling terkait dengan mekanisme
penyusunan Dokumen Kajian Risiko Bencana. Seperti yang terlihat pada Gambar
1-8 dan Gambar 1-9, korelasi antara Metode Penyusunan Peta Risiko Bencana
dan Dokumen Kajian Risiko Bencana terletak pada seluruh indeks penyusunnya.
Indeks-indeks tersebut bila diperhatikan kembali disusun berdasarkan Komponen
parameter yang telah dipaparkan pada Gambar 1-10. Korelasi penyusunan Peta
dan Dokumen Kajian Risiko Bencana merupakan Metode Umum Pengkajian
Risiko Bencana Indonesia, dapat dilihat pada Gambar 1-10.
Gambar 1-10 Metode Umum Pengkajian Risiko Bencana
Dari gambar di atas, terlihat penggabungan pengkajian risiko bencana yang
dilakukan akan menghasilkan 2 hal secara umum. Hasil yang pertama adalah
peta risiko bencana yang dilengkapi dengan peta bahaya, peta kerentanan, dan
peta kapasitas, sedangkan hasil yang lain adalah tingkat risiko bencana yang
terdiri dari tingkat ancaman, tingkat kerugian, dan tingkat kapasitas yang akan
dimasukkan ke dalam dokumen perencanaan daerah terkait penanggulangan
bencana.
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
1-3-2. TINGKAT ANCAMAN
Ancaman merupakan situasi, kondisi, atau karakteristik biologis, klimatologis,
geografis, geologis, sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi yang
berpotensi menimbulkan korban dan kerusakan. Hal ini akan sangat berisiko jika
terjadi pada daerah yang tidak memiliki kapasitas memadai dalam menghadapi
bencana. Oleh sebab itu, perlu dilakukan analisis tingkat ancaman yang
berpotensi di daerah tersebut.
Untuk menganalisa tingkat ancaman, digunakan Matriks Tingkat Ancaman yang
memadukan indeks ancaman dengan indeks penduduk terpapar. Titik
pertemuan antara indeks ancaman dengan indeks penduduk terpapar akan
menghasilkan tingkat ancaman. Skala indeks ancaman dibagi dalam 3 kategori
yaitu: rendah (0,0–0,3), sedang (>0,3 – 0,6), dan tinggi (>0,6–1,0).
Skala indeks penduduk terpapar untuk kategori indeks rendah apabila
kepadatan jumlah penduduk terpapar kurang dari 500 jiwa/Km2 dan jumlah
penduduk kelompok rentan kurang dari 20%. Skala indeks sedang apabila
kepadatan jumlah penduduk terpapar 500–1000 jiwa/Km2 dan jumlah penduduk
kelompok rentan 20%–40%. Indeks tinggi apabila kepadatan jumlah penduduk
terpapar lebih dari 1000 jiwa/Km2, dan jumlah penduduk kelompok rentan lebih
dari 40%.
Berdasarkan analisis di atas, matrix tingkat ancaman untuk tiap bencana dibuat
dan ditunjukkan pada Lampiran 2 Matriks Kajian Risiko Bencana (halaman
Tingkat Ancaman) dan setiap poin penting dirangkum dalam bagian berikut.
Sebagai tambahan, dapat disimpulkan bahwa indeks ancaman bencana disusun
berdasarkan dua komponen utama, yaitu kemungkinan terjadi suatu ancaman
dan besaran dampak yang pernah tercatat untuk bencana yang terjadi tersebut.
Dapat dikatakan bahwa indeks ini disusun berdasarkan data dan catatan sejarah
kejadian yang pernah terjadi serta potensi ancaman yang ada pada suatu
daerah.
Berikut dijelaskan tentang rata-rata indeks ancaman setiap bencana yang
pernah terjadi dan berpotensi terjadi di Kabupaten Kepulauan Sitaro.
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
Indeks/peta ancaman di Kabupaten Kepulauan Sitaro dibuat dengan
menerapkan “Petunjuk Teknis Pembuatan Peta Bahaya untuk Kabupaten/Kota”
yang dikembangkan berdasarkan Pedoman Nasional Pengkajian Risiko
Bencana yang telah ditentukan oleh BNPB. Untuk lebih jelas, peta bahaya
dapat dilihat pada bagian 3.5.2 Peta Risiko Bencana (Halaman Peta Bahaya).
1) Gempabumi
Komponen yang digunakan untuk indeks ancaman bencana gempabumi adalah
intensitas getaran di batuan dasar berdasarkan peta SNI gempabumi dan faktor
amplifikasi tanah. Untuk membuat matriks penentuan tingkat ancaman dan
memperoleh tingkat ancaman bencana gempabumi, indeks ancaman bencana
dikombinasikan dengan indeks penduduk terpapar. Matriks tingkat ancaman
ditunjukkan pada Lampiran 2 Matriks Kajian Risiko Bencana (halaman Tingkat
Ancaman).
Berdasarkan matriks penentuan tingkat ancaman, daerah tingkat bahaya tinggi
(memiliki indeks ancaman tinggi/sedang dan indeks penduduk terpapar
tinggi/sedang) adalah: Desa Makalehi, Batusenggo, Kapeta, Laghaeng,
Mahuneni, Talawid, Tanaki, Batubulan, Akesimbeka, Bahu, Buise, Bukide,
Dame, Dame I, Kanang, Karalung, Tarorane, Tatehadeng, Bandil, Biau, Binalu,
Buhias, Kalihiang, Pangirolong, Sawang, Bahoi, Balehumara, Boto, Lesah,
Kisihang, Bawoleu, Lamanggo, Laingpatehi, dan Pumpente.
2) Tsunami
Komponen yang digunakan untuk indeks ancaman bencana tsunami adalah
perkiraan ketinggian tsunami dan kemungkinan daerah genangan dan
kedalaman. Untuk membuat matriks penentuan tingkat ancaman dan
memperoleh tingkat ancaman bencana tsunami, indeks ancaman bencana
dikombinasikan dengan indeks penduduk terpapar. Matriks tingkat ancaman
ditunjukkan pada Lampiran 2 Matriks Kajian Risiko Bencana (halaman Tingkat
Ancaman).
Berdasarkan matriks penentuan tingkat ancaman, daerah tingkat bahaya tinggi
(memiliki indeks ancaman tinggi/sedang dan indeks penduduk terpapar
tinggi/sedang) adalah: Desa Akesimbeka, Bahu, Tarorane, Balehumara, Lesah,
Kisihang, Makalehi, Laghaeng, Tanaki, Batubulan, Kanang, Tatehadeng, Biau,
Sawang, Binalu, Buhias, Bahoi, Batusenggo, Kapeta, Mahuneni, Talawid, Buise,
Bukide, Dame, Dame I, Karalung, Bandil, Kalihiang, Lamanggo, Laingpatehi,
Pumpente, Buang, Mohonsawang, Mulengen, Apelawo, Deahe, Tulusan,
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
Dalinsaheng, Karungo, Lesah Rende, Mahangiang, Tope, Bumbiha, Hiung,
Kawahang, Kiawang, Kinali, Mini, Nameng, Lia, Tapile, Apengsala, Barangkaa
Pehe, dan Haasi.
3) Banjir
Komponen yang digunakan untuk indeks ancaman bencana banjir adalah peta
bencana historis (peta sejarah banjir). Untuk membuat matriks penentuan tingkat
ancaman dan memperoleh tingkat ancaman bencana banjir, indeks ancaman
bencana dikombinasikan dengan indeks penduduk terpapar. Matriks tingkat
ancaman ditunjukkan pada Lampiran 2 Matriks Kajian Risiko Bencana (halaman
Tingkat Ancaman).
Berdasarkan matriks penentuan tingkat ancaman, daerah tingkat bahaya tinggi
(memiliki indeks ancaman tinggi/sedang dan indeks penduduk terpapar
tinggi/sedang) adalah: Desa Balehumara,
Barangkaa Pehe, Haasi, Lesah
Rende, dan Tulusan.
4) Banjir Bandang
Komponen yang digunakan untuk indeks ancaman bencana banjir bandang
adalah peta bencana historis (peta sejarah banjir bandang). Untuk membuat
matriks penentuan tingkat ancaman dan memperoleh tingkat ancaman bencana
banjir bandang, indeks ancaman bencana dikombinasikan dengan indeks
penduduk terpapar. Matriks tingkat ancaman ditunjukkan pada Lampiran 2
Matriks Kajian Risiko Bencana (halaman Tingkat Ancaman).
Berdasarkan matriks penentuan tingkat ancaman, daerah tingkat bahaya tinggi
(memiliki indeks ancaman tinggi/sedang dan indeks penduduk terpapar
tinggi/sedang) adalah: Desa Sawang, Karalung, Pangirolong, Bahu, Kisihang,
Binalu, Kanang, Deahe, Lia, dan Apelawo.
5) Tanah Longsor
Komponen yang digunakan untuk indeks ancaman bencana tanah longsor
adalah peta bahaya oleh ESDM, Badan Geologi dan peta bencana historis (peta
sejarah tanah longsor). Untuk membuat matriks penentuan tingkat ancaman dan
memperoleh tingkat ancaman bencana tanah longsor, indeks ancaman bencana
dikombinasikan dengan indeks penduduk terpapar. Matriks tingkat ancaman
ditunjukkan pada Lampiran 2 Matriks Kajian Risiko Bencana (halaman Tingkat
Ancaman).
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
Berdasarkan matriks penentuan tingkat ancaman, daerah tingkat bahaya tinggi
(memiliki indeks ancaman tinggi/sedang dan indeks penduduk terpapar
tinggi/sedang) adalah: Desa Kisihang, Kanang, Buise, Batubulan, Bukide, Lia,
Apelawo, Tulusan, Haasi, Hiung, Kiawang, dan Deahe.
6) Letusan Gunung Api
Komponen yang digunakan untuk indeks ancaman bencana letusan gunung api
adalah peta SNI letusan gunung api dari PVMBG. Untuk membuat matriks
penentuan tingkat ancaman dan memperoleh tingkat ancaman bencana letusan
gunung api, indeks ancaman bencana dikombinasikan dengan indeks penduduk
terpapar. Matriks tingkat ancaman ditunjukkan pada Lampiran 2 Matriks Kajian
Risiko Bencana (halaman Tingkat Ancaman).
Berdasarkan matriks penentuan tingkat ancaman, daerah tingkat bahaya tinggi
(memiliki indeks ancaman tinggi/sedang dan indeks penduduk terpapar
tinggi/sedang) adalah: Desa Bebali, Laingpatehi, Pumpente, Hiung, Kawahang,
Kiawang, Kinali, Mini, Nameng, Lia, Apelawo, Deahe Akesimbeka, Tarorane,
Batubulan, Kanang, Tatehadeng, Buise, Bukide, Dame, Karalung, dan Dame I.
7) Kekeringan
Komponen yang digunakan untuk indeks ancaman bencana kekeringan adalah
peta bahaya kekeringan tingkat Provinsi dan peta bencana historis (peta sejarah
kekeringan). Untuk membuat matriks penentuan tingkat ancaman dan
memperoleh tingkat ancaman bencana kekeringan, indeks ancaman bencana
dikombinasikan dengan indeks penduduk terpapar. Matriks tingkat ancaman
ditunjukkan pada Lampiran 2 Matriks Kajian Risiko Bencana (halaman Tingkat
Ancaman).
Berdasarkan matriks penentuan tingkat ancaman, di Kabupaten Kepulauan
Sitaro tidak ada daerah dengan tingkat bahaya tinggi untuk bencana kekeringan.
8) Cuaca Ekstrim (Angin Puting Beliung)
Komponen yang digunakan untuk indeks ancaman bencana cuaca ekstrim
(angin puting beliung) adalah peta bahaya cuaca ekstrim tingkat Provinsi dan
peta bencana historis (peta sejarah cuaca ekstrim). Untuk membuat matriks
penentuan tingkat ancaman dan memperoleh tingkat ancaman bencana cuaca
ekstrim (angin puting beliung), indeks ancaman bencana dikombinasikan dengan
indeks penduduk terpapar. Matriks tingkat ancaman ditunjukkan pada Lampiran
2 Matriks Kajian Risiko Bencana (halaman Tingkat Ancaman).
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018
Berdasarkan matriks penentuan tingkat ancaman, daerah tingkat bahaya tinggi
(memiliki indeks ancaman tinggi/sedang dan indeks penduduk terpapar
tinggi/sedang) adalah: Desa Kisihang, Binalu, Balehumara, Boto, Bawoleu,
Lesah, Makalehi, Tanaki, Buhias, Bahoi, Tarorane, Akesimbeka, Kanang,
Pangirolong, Bahu, Batubulan, Laghaeng, Biau, Tatehadeng, Kapeta, Kalihiang,
Mahuneni, Sawang, Bukide, Karalung, Buise, Talawid, Dame I, Batusenggo,
Bandil, dan Dame.
9) Kebakaran Hutan dan Lahan
Komponen yang digunakan untuk indeks ancaman bencana kebakaran hutan
dan lahan adalah peta bahaya kebakaran hutan dan lahan Provinsi dan peta
bencana historis (peta sejarah kebakaran hutan dan lahan). Untuk membuat
matriks penentuan tingkat ancaman dan memperoleh tingkat ancaman bencana
kebakaran hutan dan lahan, indeks ancaman bencana dikombinasikan dengan
indeks penduduk terpapar. Matriks tingkat ancaman ditunjukkan pada Lampiran
2 Matriks Kajian Risiko Bencana (halaman Tingkat Ancaman).
Berdasarkan matriks penentuan tingkat ancaman, daerah tingkat bahaya tinggi
(memiliki indeks ancaman tinggi/sedang dan indeks penduduk terpapar
tinggi/sedang) adalah: Desa Karalung, Buise, Talawid, Dame I, Batusenggo,
Bandil, Dame, Laghaeng, Biau, Tatehadeng, Lia, Apelawo, Deahe, Bumbiha,
Kawahang, Mini, Nameng, Bebali, Kanang, Sawang, Pangirolong, Bahu,
Batubulan, Bukide, Tarorane, dan Akesimbeka.
1-3-3. TINGKAT KERUGIAN
Berdasarkan sejarah bencana yang pernah terjadi, ada beberapa jenis bencana
yang
berpotensi
terjadi
kembali
di
Kabupaten
Kepulauan
Sitaro.
Bencana-bencana ini dapat menimbulkan kerugian yang berbeda untuk setiap
jenis bencana. Kerugian tersebut dapat dilihat berdasarkan komponen fisik,
ekonomi, dan lingkungan. Tingkat kerugian yang diakibatkan ancaman
masing-masing jenis bencana dapat ditentukan dengan matriks penentuan
tingkat kerugian dengan memadukan antara tingkat ancaman bencana dan
indeks kerugian.
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SITARO 2014 - 2018