• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Titik Impas dan Efisiensi Pada Usaha Domba...Reka Maharnika ANALISIS TITIK IMPAS DAN EFISIENSI PADA USAHA DOMBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Titik Impas dan Efisiensi Pada Usaha Domba...Reka Maharnika ANALISIS TITIK IMPAS DAN EFISIENSI PADA USAHA DOMBA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TITIK IMPAS DAN EFISIENSI PADA USAHA DOMBA ANALYSIS OF BREAKEVEN POINT AND EFFICIENCY OF SHEEP FARM

Reka Maharnika*,Linda Herlina**,Achmad Firman** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2016

**Staf Pengajar Fakultas Peternakan e-mail: maharnikareka@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di PT Agro Jaya Mulia Subang, pada bulan Januari 2015. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besarnya titik impas dan efisiensi usaha peternakan domba PT Agro Jaya Mulia. Metode penelitian Studi Kasus dengan data yang diperoleh adalah data primer dan sekunder. Data dianalisis menggunakan alat analisis Break Event Point (BEP) dan R/C ratio. Variabel yang diamati meliputi variabel biaya produksi, penerimaan dan penggunaan faktor-faktor produksi.

Hasil penelitian menunjukan BEP dicapai pada tingkat harga Rp 49.682,00 per kg atau sebanding 187.859 kg padahal harga jual saat itu Rp 53.777,00 atau sebanding 194.290 kg. Hal tersebut menunjukan bahwa usaha peternakan domba sudah melewati titik impas, maka keadaan usaha tersebut menguntungkan. Nilai efisiensi usaha peternakan domba yaitu sebesar 1,01 yang artinya usaha ini sudah efisien dan tidak bermanfaat bagi PT Agro Jaya Mulia. Kata Kunci : bep, efisiensi, peternakan domba

ABSTRACT

The research was conducted at the Sheep Farm of PT Agro Jaya Mulia, Subang, in January 2015. The aims of the research were to determine breakevent point and business efficiency of sheep farm. Method of the research was study case. Data that was obtained were primary and secondary data. Data was analyzed by Break Event Point and R/C ratio. The variables observed includes production cost, revenue, and production factors use.

The results showed that the value of the price BEP Rp 49.682.00 per kg or equal 187.859 kg whereas comparable current selling price was Rp 53.777.00 or comparable 194.290 kg. It shows that the business passed breakevent point, therefore the business is profitable. Business efficiency is 1,01 which means that the business has been efficient and not benefit for the sheep farm.

Keywords : bep, efficiency, sheep farm PENDAHULUAN

Domba merupakan ternak ruminansia kecil penghasil daging yang sudah lama dikenal masyarakat di Indonesia. Domba memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena pemeliharaan yang dilakukan tidak begitu sulit, bahkan dalam skala kecil biasanya domba dipelihara dengan cara digembalakan untuk memperoleh pakannya sendiri. Domba memiliki sifat lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan, lebih mudah dalam perawatan, modal yang diperlukan untuk membuka usaha peternakan domba relatif kecil. Disamping itu keunggulan domba mempunyai toleransi yang tinggi terhadap berbagai jenis pakan dan mempunyai angka kelahiran lebih dari satu ekor. Berdasarkan keunggulan-keunggulan tersebut maka domba

(2)

memiliki peluang yang cukup baik untuk dikembangkan dalam rangka memenuhi permintaan daging.

Pertumbuhan yang cepat dengan memperoleh kualitas ternak yang baik merupakan tujuan utama dalam kegiatan usaha ternak. Pertumbuhan domba dimulai dari sejak domba masih dalam kandungan kemudian lahir sampai menjadi dewasa. Apabila ternak yang dipelihara belum dewasa, maka kegiatan tersebut bersifat membesarkan.

Populasi domba di Jawa Barat menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Jumlah populasi domba di Jawa Barat mengalami peningkatan dari 8.249.844 ekor pada tahun 2012 menjadi 9.391.590 ekor pada tahun 2013 (Dinas Peternakan Jawa Barat, 2013). Peningkatan populasi domba selama tahun 2012-2013 di Jawa Barat sebesar 13,84%. Salah satu wilayah yang berpotensi dalam usaha domba di Jawa Barat adalah Kabupaten Subang. Secara umum populasi domba di Kabupaten Subang mengalami kenaikan jumlah populasi dari 237.283 ekor tahun 2012 menjadi 240.029 ekor tahun 2013 (Dinas Peternakan Jawa Barat, 2013). Berdasarkan hal tersebut, maka domba cukup berpotensi untuk dikembangkan di wilayah tersebut.

PT Agro Jaya Mulia merupakan salah satu perusahaan yang berusaha di bidang peternakan domba. Tujuan dari peternakan ini adalah untuk memenuhi permintaan domba seperti untuk lembaga aqiqah, jagal, qurban, pemerintah dan pasar hewan. Area distribusi penjualan mencakup wilayah pulau Jawa dan Sumatra. Saat ini kapasistas kandang domba di perusahaan tersebut mampu menampung domba sebanyak 8.000 ekor. Rencananya akan ditingkatkan menjadi 10.000 ekor.

Guna mengoptimalkan keuntungan usaha maka pengusaha harus melakukan efisiensi. Efisiensi ini dilakukan untuk memaksimumkan keuntungan yang diperoleh melalui efisiensi usaha. Begitu juga yang dialami oleh PT Agro Jaya Mulia dimana perusahaan harus melakukan efisiensi agar usaha yang dilakukan memberikan keuntungan maksimal, dimana perusahaan harus menghitung penerimaan dan pengeluaran usaha sehingga usaha dapat terus berkelanjutan.

Usaha peternakan domba tersebut dikatakan untung apabila penerimaan melebihi biaya produksi dan dikatakan efisien apabila rasio biaya lebih kecil dari penerimaan. Untuk mengetahui besarnya analisis titik impas dan efisiensi pada usaha domba maka perlu dilakukan suatu analisa titik impas dan efisiensi pada usaha domba dengan metode analisis titik impas dan R/C ratio. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 yang bertempat di PT Agro Jaya Mulia di Kampung Dawuan Oncom, Desa Dawuan, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Subang.

(3)

OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah data usaha PT Agro Jaya Mulia yang terletak di Kampung Dawuan Oncom, Desa Dawuan, Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu (Bogdan dan Bicklen, 1982). Studi kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Subyek yang diselidiki terdiri dari satu unit (satu kesatuan unit) yang dipandang sebagai kasus (Surakhmad, 1994). 1. Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara purposive atau sengaja didasarkan pada daerah tersebut dengan pertimbangan bahwa PT Agro Jaya Mulia merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan usaha peternakan domba di Jawa Barat khususnya di Kabupaten Subang yang terus melakukan produksi, berusaha mengembangkan usahanya, dan merupakan satu-satunya perusahaan dengan skala yang cukup besar di Kabupaten Subang.

2. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi dan proses wawancara dengan pemilik perusahaan, manajer peternakan, bagian perkandangan, bagian keuangan, bagian produksi, dan bagian pemasaran berdasarkan pedoman wawancara yang telah dibuat. Data sekunder diperoleh dari laporan bulanan PT Agro Jaya Mulia dari bulan Januari 2014 sampai bulan Desember 2014. 3. Operasional Variabel

3.1. Jumlah bakalan adalah jumlah pembelian bakalan domba dengan satuan (kg) selama satu tahun.

3.2. Pakan domba yaitu jumlah pakan complete feed yang digunakan dalam satuan kg selama satu tahun.

3.3. Kepadatan Kandang yaitu jumlah populasi domba yang ada per total luas kandang dalam satuan (ekor/ m2) selama satu tahun.

3.4. Tenaga Kerja Freelanch yaitu jumlah tenaga kerja harian yang digunakan dalam satu tahun didasarkan pada harian kerja (HKP) atau hari orang kerja (HOK).

(4)

3.5. Tenaga Kerja Nonfreelanch yaitu jumlah tenaga kerja tetap yang digunakan dalam satu tahun didasarkan pada harian kerja (HKP) atau hari orang kerja (HOK). Menurut Adiwilaga (1982) satu hari kerja adalah delapan jam. Selanjutnya Soekartawi (2003 ) mengemukakan bahwa hari kerja pria setara dengan 1 orang dewasa pria atau 0,75 orang dewasa wanita atau 0,5 orang anak-anak. Perhitungan HOK didasarkan pada upah dan dihitung dengan rumus :

HOK= (X/Y) x Z Keterangan:;

X= Upah yang bersangkutan Y= Upah minimum pria

Z = Satauan HKP (hari kerja pria).

3.6. Obat-obatan yaitu jumlah obat-obat yang digunakan dalam satu tahun dalam satuan ml.

3.7. Jumlah produk adalah jumlah domba yang dihasilkan oleh perusahaan dalam satuan (kg) selama satu tahun.

3.8. Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit (Soekartawi, 1995). Biaya tetap usaha peternakan domba yang dihitung terdiri dari biaya kandang, biaya bangunan, biaya peralatan, biaya sewa alat transportasi, biaya alat transportasi, biaya sewa lahan, dan biaya bakalan sisa stock akhir tahun 2013 yang dikonversikan keperhitungan satu tahun.

a. Biaya kandang, dihitung berdasarkan nilai depresiasi yaitu biaya awal pembuatan kandang dibagi dengan umur ekonomis kandang tersebut dalam satuan rupiah.

b. Biaya bangunan dihitung berdasarkan nilai depresiasi yaitu biaya pembuatan bangunan dibagi dengan umur ekonomis bangunan tersebut dalam satuan rupiah.

c. Biaya peralatan dihitung berdasarkan nilai depresiasi yaitu biaya pembelian peralatan dibagi dengan umur ekonomis peralatan tersebut dalam satuan rupiah.

d. Biaya sewa alat transportasi dihitung berdasarkan harga sewa per tahun dikalikan jumlah kendaraan alat transportasi tersebut dalam satuan rupiah.

(5)

e. Biaya alat transportasi dihitung berdasarkan nilai depresiasi yaitu biaya pembelian alat transportasi dibagi dengan umur ekonomis alat transportasi tersebut dalam satuan rupiah.

f. Biaya sewa lahan dihitung berdasarkan harga sewa lahan pertahun dalam satuan rupiah.

g. Biaya bakalan sisa stock akhir tahun 2013 dihitung berdasarkan harga perekor bakalan dikali jumlah domba dalam satuan rupiah.

3.9. Biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Soekartawi, 1995). Biaya variabel usaha peternakan domba yang dihitung terdiri dari biaya bakalan, biaya pakan, biaya tenaga kerja, biaya obat-obatan, biaya transport pembelian bakalan, biaya listrik, dan biaya peralatan yang dikonversikan kedalam satu tahun.

a. Biaya bakalan domba, dihitung berdasarkan harga dikalikan dengan kuantitas domba dalam satuan rupiah.

b. Biaya pakan, dihitung berdasarkan harga dikalikan dengan jumlah konsumsi pakan dalam satuan rupiah.

c. Biaya tenaga kerja, dihitung berdasarkan gaji tenaga kerja dikalikan jumlah tenaga kerja dalam satuan rupiah.

d. Biaya obat-obatan, dihitung berdasarkan harga dikalikan dengan jumlah domba dalam satuan rupiah.

e. Biaya transport pembelian bakalan, dihitung berdasarkan jumlah biaya operasional transport perbulan dalam satuan rupiah.

f. Biaya listrik, dihitung berdasarkan jumlah biaya pemakain litrik perbulan dalam satuan rupiah.

g. Biaya peralatan, dihitung berdasarkan harga dikalikan jumlah pearalatan dalam satuan rupiah.

3.10. Penerimaan merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual (Soekartawi, 1995). Penerimaan dihitung berdasarkan jumlah produksi domba yang terjual dikalikan dengan harga dan ditambah dengan jumlah kotoran domba per karung dikalikan dengan harga, dihitung dalam satuan rupiah.

3.11. Keuntungan adalah semua penerimaan dikurangi dengan semua biaya produksi yang dikeluarkan selama satu tahun. Dihitung dalam satuan rupiah.

(6)

3.1.2. Efisiensi usaha adalah tingakatan keuntungan dari suatu usaha yang diuji dari besarnya biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha yng memberikan manfaat, dengan kriteria sebagai berikut :

 R/C > 1, maka usaha efisiensi dan manfaat  R/C = 1, maka usaha efisiensi dan tidak manfaat  R/C < 1, maka usaha dikatakan tidak efisien 4. Model Analisis

4.1. Analisis Titik Impas (Break Event Point)

Break even point (BEP) adalah suatu keadaan dimana seluruh penerimaan (total revenue) secara persis hanya mampu menutup seluruh pengeluaran (total cost). Menurut Riyanto (2010) secara umum rumus titik impas adalah sebagai berikut :

(1) Atas dasar unit dalam ekor

BEP (Q) = FC

P - V Keterangan : BEP : Break Event Point

P : Harga Jual per unit V : Biaya Variabel per unit FC : Biaya Tetap

(2) Atas dasar penjualan dalam rupiah

Keterangan : BEP : Break Event Point FC : Fixed Cost

VC : Variable Cost

S : Hasil Penjualan Produk 4.2. Efisiensi Usaha

Analisis ini dapat menunjukkan besarnya penerimaan yang diperoleh dari suatu usaha. Menghitung efisiensi usaha, maka hal utama yang perlu diketahui adalah struktur penerimaan serta pengeluaran dari usaha yang dijalankan. Maka digunakan tetapan R-C ratio atau “Revenue-Cost Ratio”yaitu perbandingan antara penerimaan dengan pengeluaran (Hernanto, 1993) :

BEP = FC

1 - VC

(7)

R/C = TR TC Adapun dengan kriteria sebagai berikut :

R/C > 1 Efisiensi dan manfaat R/C = 1 Efisiensi dan tidak manfaat R/C < 1 Tidak efisien dan tidak manfaat Keterangan :

R/C : Revenue-Cost Ratio

TR : Total Revenue (penerimaan total) TC : Total Cost (biaya total)

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Baya Tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi domba sedangkan biaya variabel dipengaruhi oleh jumlah produksi domba sehingga besarnya biaya tetap menjadi lebih kecil dibandingkan dengan biaya variabel.

Tabel 1. Biaya Produksi PT Agro Jaya Mulia Tahun 2014

Biaya Jumlah (Rp) (%) Biaya Tetap a. Penyusutan Kandang 53.263.695 0,51 b. Penyusutan Bangunan 8.961.158 0,09 c. Penyusutan Peralatan 4.016.950 0,04 d. Sewa Alat Transportasi 82.400.004 0,79 e. Penyusutan Alat Transportasi 900.000 0,01

f. Sewa Lahan 6.977.000 0,07

g. Bakalan Stock Akhir Tahun 2013 483.936.433 4,64 Jumlah Biaya Tetap 640.455.240 6,14 Biaya Variabel a. Pembelian Bakalan 8.118.344.528 77,86 b. Pakan 1.211.157.571 11,62 c. Tenaga Kerja 366.145.000 3,51 d. Obat-Obatan 14.730.500 0,14 e. Operasional Bakalan 23.100.000 0,22 f. Listrik 27.600.000 0,26 g. Biaya Peralatan 24.862.500 0,24

Jumlah Biaya Variabel 9.785.940.099 93,86

(8)

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa persentase biaya tetap (6,14 %) lebih kecil dibandingkan dengan biaya variabel (93,86 %). Biaya tetap terdiri atas biaya penyusutan kandang, penyusutan bangunan, penyusutan peralatan, sewa alat transportasi, penyusutan alat transportasi, sewa lahan, bakalan stock akhir tahun 2013. Biaya variable terdiri atas biaya pembelian bakalan, pakan, tenaga kerja, obat-obatan, operasional bakalan, listrik, dan biaya peralatan. Biaya Tetap sebesar Rp 640.455.240,00 sedangkan biaya variabel sebesar Rp 9.785.940.099,00 dengan total biaya produksi sebesar Rp 10.426.395.338,00. Tingginya biaya produksi pada PT Agro Jaya Mulia dipengaruhi oleh biaya pembelian bakalan sebesar 77,86 % dari total produksi dan diikuti oleh biaya pakan sebesar 11,62 %. Besarnya biaya pembelian bakalan dipengaruhi oleh tingginya harga per kg daging bobot hidup,sedangkan pada biaya pakan bisa lebih rendah sebab dapat di tekan dengan pengadaan pakan complete feed dengan harga yang relatif lebih murah.

PENERIMAAN

Penerimaan PT Agro Jaya Mulia ditentukan oleh harga jual dan jumlah produksi yang dihasilkan atau terjual. Harga jual domba berbeda-beda tergantung kepada kriteria kondisi kesehatan domba dan tujuan penjualan (regular atau qurban) sementara jumlah penjualan domba tergantung dari permintaan pasar setiap harinya.

Tabel 2. Penerimaan PT Agro Jaya Mulia Tahun 2014

Kriteria Jumlah

Rp %

Penerimaan penjualan domba 10.448.332.743 99,68

Penerimaan penjualan kotoran 33.103.000 0,32

Total Penerimaan Produksi 10.481.381.743 100,00

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa persentase penerimaan penjualan domba sebesar (99,68 %) lebih besar dibandingkan penerimaan penjualan kotoran (sebesar 0,32 %). Penerimaan adalah hasil atau pemasukan yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualan produk, hal ini diperoleh dari penjualan ternak dan kotoran ternak. Penerimaan terbesar pada usaha peternakan domba diperoleh dari penjualan ternak selama satu periode masa pemeliharaan yaitu sebesar Rp 10.448.332.743,00 sedangkan penjualan kotoran ternak merupakan penerimaan kedua yaitu sebesar Rp 33.103.000,00. Besarnya penerimaan penjualan domba dipengaruhi oleh tingginya harga jual per kg daging bobot hidup, sedangkan pada penerimaan kotoran bisa lebih rendah karena harganya yang lebih murah.

(9)

KEUNTUNGAN

Keuntungan merupakan selisih positif antara hasil yang diterima dengan biaya yang dipergunakan untuk memproduksi produk. Keuntungan yang didapatkan PT Agro Jaya Mulia merupakan selisih positif antara total penerimaan dengan total biaya produksi.

Tabel 3. Penerimaan PT Agro Jaya Mulia Tahun 2014

Komponen Jumlah (Rp)

Total Penerimaan 10.481.381.743

Biaya Produksi 10.426.395.338

Keuntungan (1-2) 54.986.405

Berdasarkan Tabel 3 terlihat adanya selisih positif antara penerimaan penjualan produk usaha PT Agro Jaya Mulia sebesar Rp 10.481.381.743,00 dengan biaya yang digunakan untuk memproduksi atau biaya produksi sebesar Rp 10.426.395.338,00. Hal tersebut menunjukan bahwa usaha peternakan domba PT Agro Jaya Mulia mengalami keuntungan sebesar Rp 54.986.405,00.

ANALISIS TITIK IMPAS

Analisis titik impas merupakan salah satu teknik analisis untuk mempelajari hubungan biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume penjualan, serta untuk mengetahui besarnya volume penjualan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Impas atau break even merupakan keadaan suatu usaha dimana jumlah penerimaan sama dengan biaya. Titik Impas usaha PT Agro Jaya Mulia dinyatakan dalam satuan kg dan rupiah.

Tabel 4. Titik Impas Usaha PT Agro Jaya Mulia Tahun 2014

Uraian (Kg) (Rp)

Penjualan Titik Impas 187.859 9.652.651.533

Penjualan Aktual 194.290 10.481.381.743

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa titik impas usaha domba selama satu tahun tidak megalami kerugian dan tidak pula mengalami keuntungan bila ternak dijual dengan penerimaan Rp 9.652.651.533,00 atau dijual dengan harga Rp 49.682,00 per kg berat hidup, sedangkan dilapangan (aktual) ternak dijual dengan penerimaan Rp 10.481.381.743,00 atau dengan harga Rp 53.777,00 per kg. Titik impas usaha produksi dimana perusahaan mengalami impas yaitu usaha tidak mengalami kerugian dan tidak pula mendapatkan keuntungan jika ternak dijual dengan total penjualan 187.859 kg, sedangkan keadaan aktual

(10)

dilapangan perusahaan menjual domba dengan total penjualan 194.290 kg. Berdasarkan nilai BEP harga dan produksi dari dua skala usaha menunjukan usaha peternakan domba PT Agro Jaya Mulia sudah melewati titik impas dan menguntungkan bagi perusahaan dan layak untuk dikembangkan.

ANALIIS EFISIENSI USAHA (R/C)

Efisiensi usaha dapat pula digunakan untuk menilai kelayakan usaha ternak, salah satunya adalah melalui “Receipt per rupiah Expensess” atau penerimaan yang dihasilkan dari setiap satu rupiah biaya. Suatu usaha dikatakan menguntungkan jika ratio antara R dan C (R/C) bernilai lebih besar dari satu dan dapat dikatakan menguntungkan. Pada perusahaan peternakan domba PT Agro Jaya Mulia memiliki R/C sebesar 1,01 yang artinya setiap pengeluaran sebesar Rp 100,00 akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 101,00 atau keuntungan sebesar Rp 1,00. Usaha peternakan domba PT Agro Jaya Mulia yang memiliki skala usaha besar menunjukan bahwa usaha layak untuk dilanjutkan karena telah mencapai titik impas akan tetapi usaha tersebut efisien dan tidak bermanfaat. Hal tersebut terjadi karena secara titik impas usaha peternakan domba PT Agro Jaya Mulia tersebut telah mencapai titik impasnya sehingga usaha tersebut efisien namun secara keuntungan usaha tersebut belum dapat memberikan keuntungan yang maksimal dan bermanfaat bagi perusahaan sehingga usaha tersebut memiliki R/C ratio = 1 sehingga dikatakan bahwa usaha tersebut efisien dan tidak bermanfaat.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan usaha peternakan PT Agro Jaya Mulia, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Nilai titik impas (BEP) yang dicapai peternakan PT Agro Jaya Mulia yaitu pada jumlah penjualan domba sebanyak 187.859 kg atau pada tingkat harga sebesar Rp 49.682 per kg. 2. Nilai efisiensi usaha yang diperoleh peternakan PT Agro Jaya Mulia dari usaha penjualan

domba yaitu sebesar 1,01. Saran

1. Perusahaan disarankan agar dapat meningkaatkan jumlah domba bakalan yang akan dipelihara karena akan dapat lebih meningkatkan efisiensi usaha.

2. Perusahaan disarankan meningkatkan produktivitas domba yang dapat dilakukan dengan cara melaksanakan manajemen tatalaksana yang lebih baik dari sebelumnya.

(11)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Linda Herlina, M.P., selaku Pembimbing Utama dan kepada Bapak Achmad Firman, S. Pt., M.Si., selaku Pembinmbing Anggota yang telah memberi waktu, dukungan dan bantuannya kepada penulis sejak penyusunan proposal penelitian hingga penulisan jurnal. Tak lupa penulis ucapkan terimakash kepada para pembahas yaitu kepada Prof. Dr. Ir. Dadi Suryadi, MS., Dr. Ir. Lilis Nurlina, M.Si., dan Drh. Dwi Cipto Budinuryanto, MS., yang telah memberi waktu, dukungan dan saran kepada penulis serta kepada seluruh civitas akademika Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran atas segala perhatian dan bantuan selama menempuh pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, Anwas. 1982. Ilmu Usaha Tani. Penerbit Alumni. Bandung.

Bogdan, R. C. and Bicklen, S. K. 1982. Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Allyn and Bacon, Inc. Massachussets.

Dinas Peternakan Jawa Barat. 2013. Statistik Peternakan. Dinas Peternakan Jawa Barat. Jawa Barat.

Hernanto, F. 1993. Ilmu Usaha Tani. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Riyanto, B. 2010. Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi. Keempat, Cetakan Kesepuluh. YBPFE UGM. Yogyakarta

Soekartawi. 1995. Ilmu Usaha Tani. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

. 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas, Edisi Revisi, Cetakan Ketiga. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah peneliti lakukan, serta sesuai dengan tujuan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

terarah dan keterbatasan kemampuan, maka penulis memberikan batasan dalam analisis yang akan dilakukan sebagai berikut: Investasi sumber daya manusia diukur dengan

Namun terdapat juga siswa yang memiliki kebanggaan dengan sebutan SMA favorit sehingga dapat meningkatkan motivasi untuk belajar dengan baik sehingga kecemasan ketika

Lamhot Hutabarat (2010) Pengaruh PDB sektor industri terhadap kualitas lingkungan ditinjau dari tingkat emisi sulfur dan CO 2 di lima negara anggota ASEAN periode 1980- 2000

Niat ini sesuai dengan sikap sebagian besar subyek penelitian yang juga tidak setuju terhadap perilaku seks pranikah.. Akan tetapi terdapat sebagian kecil

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa faktor dari ibu yang terdiri dari pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, status pekerjaan ibu dan masalah menyusui, faktor dari bayi dan

Pemerintah Provinsi Riau telah berkomitmen untuk menjadikan Agenda SDGs sebagai bagian integral dari agenda pembangunan daerah dengan mengikut sertakan seluruh

Berdasarkan pada hasil analisis keragaman terdapat pengaruh konsentrasi pupuk organik cair dan media tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman selada merah