• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KETELADANAN GURU TERHADAP AKHLAK PESERTA DIDIK KELAS IX MTS AS ADIYAH PUTERI 1 SENGKANG KABUPATEN WAJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KETELADANAN GURU TERHADAP AKHLAK PESERTA DIDIK KELAS IX MTS AS ADIYAH PUTERI 1 SENGKANG KABUPATEN WAJO"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

i WAJO

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan Islam Jurusan Pendidikan Agama Islam

pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

ANDI BASO MUAMMAR ASSAAD NIM: 20100116086

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

(2)
(3)
(4)

iv

ﺓﻼﺼﻟﺍﻭ ﻡﻼﺳﻹﺍﻭ ﻥﺎﻤﻳﻹﺍ ﺔﻤﻌﻨﺑ ﺎﻨﻴﻠﻋ ﻢﻌﻧﺃ ﻱﺬﻟﺍ ﻪﻠﻟ ﺪﻤﺤﻟﺍ

ﻪﺑﺎﺤﺻﺃﻭ ﻪﻟﺁ ﻰﻠﻋﻭ ﺪﻤﺤﻣ ﺎﻧﺪﻴﺳ ﻡﺎﻧﻷﺍ ﻑﺮﺷﺃ ﻰﻠﻋ ﻡﻼﺴﻟﺍﻭ

ﻪﻟ ﻚﻳﺮﺷ ﻻ ﻩﺪﺣﻭ ﻪﻠﻟﺍ ﻻﺇ ﻪﻟﺇ ﻻ ﻥﺃ ﺪﻬﺷﺃ ،ﻢﻠﻈﻟﺍ ﻲﻓ ﺔﻣﻷﺍ ﺢﺑﺎﺼﻣﻭ

ﻪﻟﻮﺳﺭﻭ ﻩﺪﺒﻋ ﺪﻤﺤﻣ ﻥﺃ ﺪﻬﺷﺃﻭ

Tiada kata yang paling indah selain ucapan syukur Alhamdulillah penyusun persembahkan kepada Allah swt. yang telah memberikan kesehatan dan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Keteladanan Guru terhadap Akhlak Peserta Didik Kelas IX MTs As’adiyah Puteri 1Sengkang Kabupaten Wajo.”. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kitaRasulullah sawdan kepada para keluarga serta sahabatnya yang senantiasa menjadi suri teladan kepada kita sebagai umatnya.

Dengan penuh kesadaran dan dari dalam dasar hati nurani penulis menyampaikanpermohonan maaf dan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada ayahanda Drs. Andi Assaad Yunus dan ibunda Hj. Andi Nadriah, S.Pd.I., M.Pd.I.,yang telah membesarkan, mendidik dan mengasuh penulis dengan sabar, ikhlas, penuh cinta dan kasih sayang.

Penulis menyadari bahwa pada proses penulisan karya ilmiah ini dari awal sampai akhir tidak luput dari segala kekurangan maupun berbagai hambatan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.Ucapan terima kasih secarakhususditujukan kepada:

1. Prof. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D.,Rektor UIN Alauddin Makassar beserta Wakil Rektor I, Prof. Dr. Mardan, M.Ag., Wakil Rektor II, Dr. Wahyuddin Naro, M.Pd.,

(5)

v

Makassar menjadi tempat bagi peneliti untuk memperoleh ilmu, baik dari segi akademik maupun ekstrakurikuler.

2. Dr. H. A. Marjuni, S.Ag., M.Pd.I.,Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar beserta Wakil Dekan I, Dr. M. Shabir U, M.Ag., Wakil Dekan II, Dr. M. Rusdi, M.Ag., dan Wakil DekanIII, Dr. H. Ilyas, M.Pd., M.Si., yang telah membina peneliti selama kuliah.

3. H. Syamsuri, S.S., M.A., dan Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I.,selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan petunjuk dan arahannya selama penyelesaian kuliah.

4. Dr. H. Muhammad Amri, Lc.,M.Ag. dan Dr. M. Shabir U, M.Ag.selaku pembimbing I dan II yang telah bersedia dan bersabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan penulis mulaidariawal hingga selesai nya skripsi ini.

5. Dr. H. Marjuni, S.Ag., M.Pd.I.,dan Dr.Andi Achruh, M.Pd.I. selaku penguji I dan II yang telah bersedia dan bersabar meluangkan waktunya dalam mengarahkan penulis hingga selesainya skripsi ini.

6. Segenap dosen, karyawan dan karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UINAlauddin Makassar yang penuh ketulusan hati dan keikhlasan mengabdikan diri tanpa mengenal lelah.

7. Rekan-rekan mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2016terkhusus kepada kelompok 3 dan 4 atas dukungan, semangat, partisipasi dan kerjasamanya selama menempuh proses studi.

(6)

vi pengumpulan data.

9. Adik-adik siswa kelas IX MTs As’adiyah Puteri 1 Sengkang Kabupaten Wajo yang telah bersedia bekerja sama selama berlangsungnya kegiatan penelitian ini.

10. Rekan-rekan mahasiswa serta seluruh pihak yang turut membantu selama proses penyelesaian skripsi.

Dalam penyusunan skiripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap akanmenerima saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya untuk semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi penulis dapat bermanfaat untuk semua orang. Aamiin.

WabillahittaufiqWassa’adah. Wassalamu’alaikumWr. Wb.

Samata, 02 Maret 2020 Penulis,

AndiBaso Muammar Assaad NIM: 20100116086

(7)

vii

HALAMAN SAMPUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv-vi DAFTAR ISI ... vii-viii DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1-6 A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Defenisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian... 4

D. TujuanPenelitian ... 5

E. ManfaatPenelitian ... 5

F. KajianPustaka ... 6

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 10-35 A. Keteladanan ... 10

B. Guru ... 15

C. Akhlak... 26

D. Hipotesis ... 35

E. KerangkaBerpikir ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 36-43 A. Jenis dan Lokasi Penelitian... 36

B. PendekatanPenelitian ... 37 C. PopulasidanSampel... 37 D. MetodePengumpulan Data... 39 E. InstrumenPengumpulan Data... 40 F. ValiditasdanRealibilitasInstrumen... 42 G. TeknikPengolahandanAnalisis Data ... 43

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47-60 A. Hasil Penelitian ... 47

B. PembahasanPenelitian ... 57

BAB V PENUTUP ... 61-62 A. Kesimpulan ... 61

(8)

viii

(9)

ix

2.1 Tabel Kerangka Konseptual ... 37

3.1 Tabel PopulasidanSampelPenelitianMTs As’adiyahPuteri 1 Sengkang .... 40

3.2 TabelSkorjawabanuntuksetiap item... 43

3.3Tabel DaftarCeklis/Dokumen... 44

3.4 TabelJumlah Data AngketPengaruhKeteladanan Guru ... 50

4.1 Tabel Data Keteladanan Guru ... 52

4.2TabelHasildeskriptifKeteladanan Guru ... 52

4.3 TabelUjiNormalitasKeteladanan Guru ... 53

4.4 Tabel KategorisasiKeteladanan Guru ... 53

4.5 TabelJumlah data AkhlakPesertaDidik... 54

4.6 Tabel Data Akhlak Peserta Didik ... 55

4.7Tabel Hasil Deskriptif Akhlak Peserta Didik... 55

4.8 Tabel Uji Normalitas Akhlak Peserta Didik ... 56

4.9 Tabel Uji Homogenitas ... 56

4.10 Tabel Kategorisasi Akhlak Peserta Didik ... 57

4.11 Tabel Uji Signifikansi Persamaan Regresi ... 58

(10)

x NIM : 20100116086

Judul : Pengaruh Keteladanan Guru terhadap Akhlak Peserta Didik Kelas IX MTs As’adiyah Puteri 1 Sengkang Kabupaten Wajo.

Skripsi ini membahas tentang “Pengaruh Keteladanan Guru terhadap Akhlak Peserta Didik Kelas IX MTs As’adiyahPuteri 1 SengkangKabupatenWajo” yang bertujuan untuk; 1)Untuk mengetahui keteladanan guru Kelas IX MTs As’adiyahPuteri 1 Sengkang Kabupaten Wajo; 2) Untuk mengetahui akhlak peserta didik Kelas IX MTs As’adiyah Puteri 1 Sengkang Kabupaten Wajo; 3) Untuk mengetahui pengaruh keteladanan guru terhadap akhlak peserta didik kelas IX MTs As’adiyah Puteri 1 Sengkang Kabupaten Wajo.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif expost facto dengan desain penelitianregresi liniear sederhana. Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IX MTs As’adiyahPuteri 1 Sengkang KabupatenWajo. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didikKelas IX MTs As’adiyahPuteri 1 SengkangKabupatenWajo172 orang. Sedangkan sampel dalam penelitian ini sebanyak 36 orang dengan menggunakan metode simple random

sampling. Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data adalah angket dan

dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis inferensial.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif pengaruh keteladananguru terhadap akhlak peserta didik kelas IX MTs As’adiyah Puteri 1 SengkangKabupaten Wajo.Sementara hasil analisis deskriptif keteladanan guru terhadap akhlak peserta didik kelas IX MTs As’adiyah, dengan memperhatikan 36 peserta didik sebagai sampel, 17 orang atau 47,22% responden yang berada dalam kategori sangat baik (SS) dari aspek visual activities, 11 orang atau 36,11% responden yang berada dalam kategori baik (S) writing activities, 5 orang atau 13,8% responden yang berada dalam kategori kurang baik (ST) dari aspek oral activities, 3 orang atau 8,5% responden yang berada dalam kategori tidak baik (STS) dari aspek motor

activities. Hal tersebut menggambarkan bahwa keteladanan guru terhadap akhlak peserta

didik kelas IX MTs As’adiyah Puteri 1 Sengkang Kabupaten Wajo. berada dalam kategori sangat setuju (SS) 47,22% dari aspek writing activities.

Implikasi dari penelitian ini yaitu jika ingin melakukan penelitian yang serupa hendaknya menggunakan metode penelitian yang berbeda, serta lakukan penelitian terkait dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi akhlak peserta didik.

(11)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses belajar mengaja rmerupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Interaksi dalam proses belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan peserta didik, tetapi berupa interaksi edukatif. Kegiatan pendidikan bukan hanya terbatas pada penyampaian ilmu melainkan juga melibatkan usaha menanam sikap dan nilai-nilai kepada pelajar yang sedang belajar.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utamanya mendidik,mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.1Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam

pekerjaannya yaitu untuk membuat peserta didiknya berubah atau berhasil. Sebagai seorang guru, ia harusmempunyai pendidikan yang tinggi untuk menunjang pekerjaannya.

Akhlak yang baik merupakan harapan setiap orang, baik pesertadidik dan guru maupun orang tua. Namun pada bagian lain akhlak tidak akan diperoleh oleh peserta didik bilamana tidak ada atau kurang jalinan hubungan yang baik antara guru dan pesertadidik atau sebaliknya. Sebab,terjadinya pentransferan ilmu pengetahuan, pesan yang disampaikan guru, baik secara bahasa lisan dan tulisan maupun isyarat harus dimengerti dan dipahami oleh pesertadidik itu sendiri.

1Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP

(12)

Sebagai seorang pendidik, guru senantiasa dituntut untuk mampu memberikan keteladanan yang baikdan akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi hasil belajar secara optimal. Guru harus dapat memberi contoh yang baik dari segi akhlak dan penampilan. Hal ini dimaksudkanuntuk membantu meningkatkan kegiatan belajar serta memotivasi pesertadidik untuk belajar dengan baik. Di dalam pendidikan formal, telah digariskan dan diprogramkan dalam satu ruang lingkup program yang menentukan berbagai aspek yang dihadapkan dan peserta didik akan termotivasi dengan mudah dalam kegiatan belajar mengajar apabila keteladanan berlangsung dengan baik dan efektif. Dengan kata lain,pokok permasalahan yang terjadi adalah tujuan pembelajaran tidak akan dapat dicapai tanpa terciptanya dan terjadinya keteladanan yang diberikan guru kepada pesertadidik dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, keteladanan guru memiliki peran yang penting dalam menunjang tercapainya pembelajaran, terutama dalam hal afektif atau akhlak peserta didik.

Keteladanan guru yang haruslahtetap dipertahankan, sehingga menjadi lebih baik di dalam mengontrol perkembangan anak didik, perhatian orang tua dan guru terhadap perkembangan anak agar terus ditingkatkan, kendala-kendala yang masih kurang jangan menjadi hambatan di dalam terus meningkatkan pendidikan terutama agama.

Hasil obsevasi terhadap Peserta didik di MTsAs’adiyah Puteri 1 Sengkang Kabupaten Wajo, khususnya pada kelas IX,saya ingin mengetahui bagaimana keteladanan guru disana apakah memberikan pengaruh yang baik terhadap akhlak peserta didiknyadan yang saya sering dengarkan dari perkataandari beberapa alumnidan masyarakat sekitar bahwa sebagaian besar akhlak peserta didik di MTs As’adiyah Puteri 1 Sengkang Kabupaten Wajo, khususnya kelas IX belum

(13)

sepenuhnya dikatakan baik karena masih banyak ditemukannya perilaku yang tidak mencerminkan akhlak yang baik seperti saling menggangu saat shalat,memandang remeh temannya, tidak menolong temannya jika kesusahan,malas berdoa dan berdzikir kepada Allah ketika usai shalat, selalu berprasangka buruk terhadap temannya.

Disinilah saya ingin mengetahui apakah benar perkataan beberapa alumni dan masyarakat sekitarbahwa masih ada sebagian siswa di MTs As’adiyah Puteri 1 SengkangKabupaten Wajo yang masih belum memiliki akhlak yang baik. Saya juga ingin mengetahui apakah guru disana sudah memberikan teladan yang baik terhadap peserta didiknya karena selama ini peserta didik kerap terinspirasi dengan sosok pendidik yang memiliki sikap yang memang patut diteladani, sehingga dalam proses perubahan akhlak dipengaruhi oleh keteladanan guru.

Hal inisejalandenganseorang guru dalammelaksanakantugasnya baik atau dapat bertindak sebagai tenaga pengajar yang efektif jika padanya terdapat berbagai kompetensi keguruan dan melaksanakan fungsinya sebagai guru.2Undang-undang

Republik IndonesiatentangSistem Pendidikan Nasional Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 8 ayat 3 menyatakan bahwa:

Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi, pendidik sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi profesional dan (4) kompetensi sosial.3

2Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta:BumiAksara, 2004), h.

262.

3Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan (Undang-undang Sisdiknas dan

(14)

Dari latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menuangkan ke dalam sebuah karya tulis yang berjudul “Pengaruh Keteladanan Guru terhadap Akhlak Peserta Didik Kelas IX MTs As’adiyah Puteri 1 Sengkang, Kabupaten Wajo.

B. RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, selanjutnya dirumuskan pokok masalah yaitu bagaimana pengaruh keteladanan guru terhadap akhlak peserta didik kelas IX MTs As’adiyah Sengkang Kabupaten Wajo. Pokok masalah tersebut selanjutnya dimasukkan kedalam beberapa sub masalah yaitu:

1. Bagaimanakah keteladanan guru kelas IX MTs As’adiyahPuteri 1 Sengkang Kabupaten Wajo?

2. Bagaimanakah akhlak peserta didik kelas IX MTs As’adiyah Puteri 1 Sengkang Kabupaten Wajo?

3. Adakah pengaruh keteladanan guru terhadap akhlak peserta didik kelas IX MTs As’adiyah Puteri 1 Sengkang KabupatenWajo?

C. Definisi Operasional danRuangLingkupPenelitian

Untuk menghindari kesalahan yang keliru dalam memahami maksud tulisan variabel ini dan agar pembahasan ini lebih terarah, maka di perlukan definisi operasional variabel untuk membentuk ruang lingkup pembahasan. Adapun variable penelitian ini adalah:

a. Keteladanan Guru

Keteladanan adalah perangai yang terpuji dan disenangi karena sesuai dengan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran.

(15)

Keteladanan Guru adalah sesuatu yang patut ditiru oleh peserta didik yang ada pada gurunya seperti bersikap lembut terhadap peserta didiknya dan sesama guru, bersikap adil dengan peserta didiknya dalam hal pemberian nilai dan hukuman, bersikap sabar dalam menghadapi peserta didiknya,tidakmembedakan-bedakan peserta didik dalam hal status social dan bentuk fisik peserta didik.

b. Akhlak Peserta Didik

Akhlak adalah perilaku yang mencerminkan baik atau buruknya seseorang, yang dilihat dari berbagai macam aspek, terutama dalam hal spiritual atau hubungannya dengan Allah swt. Peserta didik harus memiliki akhlak yang baik seperti senantiasa berdoa dan berdzikir kepada Allah, senantiasa bertawakkal dan berprasangka baik, bersikap sabar dan senantiasa bersyukur, bersikap tawadhu/rendah diri, senantiasa merajut ukhuwah atau persaudaraan, saling tolong menolong dan menepati janji, senantiasa memaafkan orang lain.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui keteladanan guru Kelas IX MTs As’adiyahPuteri 1 Sengkang Kabupaten Wajo.

b. Untuk mengetahui akhlak peserta didik Kelas IX MTs As’adiyah Puteri 1 Sengkang Kabupaten Wajo.

c. Untuk mengetahui pengaruh keteladanan guru terhadap akhlak peserta didik kelas IX MTs As’adiyah Puteri 1 SengkangKabupatenWajo.

(16)

2. ManfaatPenelitian

a. Sebagai bahan pertimbangan dan alternative bagi guru tentang pembelajaran yang dapat diterapkan akhlak peserta didik.

b. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang membahas dan meneliti permasalahan yang sama.

c. Sumbangan pemikiranbagi guru-guru dalam melaksanakan pembelajaran yang menarik.

d. Sebagai bahan informasi bagi pembaca atau penelitilain yang ingin melakukan penelitian sejenis.

e. Sebagai bahan masukan untuk sekolah dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan untuk mengambil kebijakan dalam penerapan inovasi pembelajaran baik bidang studi sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas guru.

E. KajianPustaka

Penelitian terkait Pengaruh keteladanan guru terhadap akhlak peserta didik MTs As’adiyah Puteri 1 Sengkang Kabupaten Wajo.Menghindari keterkaitan terhadap literature yang membahas pokok-pokok masalah yang sama, penulis melakukan kajian penelitian terdahulu dengan melakukan telaah terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pembahasan ini, yakni:

Penelitian ditulis oleh Agus Setyo Raharjo dengan judul ”Pengaruh Keteladanan Guru dan Interaksi Teman Sebaya terhadap Karakter Siswa SMK N 2 Pengasih Jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik”. Hasil penelitian ini yaitu: (1) terdapat pengaruh keteladanan guru terhadap karakter siswa SMK N 2 Pengasih

(17)

Jurusan TITL dengan nilai Fhitung lebih besar dariFtabel(55,577>3,92)dan sumbangan

efektifnya sebesar 29,57%. (2) Terdapat pengaruh interaksi teman sebaya terhadap karakter siswa SMK N 2 Pengasih Jurusan TITL dengan nilai Fhitung lebih besar dari

Ftabel (66,405 > 3,92) dan sumbangan efektifnya sebesar 25,38%. (3) Terdapat

pengaruh keteladanan guru dan interaksi teman sebaya secara bersama-sama terhadap karakter siswa SMK N 2 Pengasih Jurusan TITL dengan nilai Fhitung lebih besar dari

Ftabel(50,521> 3,07) dan sumbangan efektifnya sebesar 54,95%.4

Penelitian ditulis oleh Miss Saining Samae dengan judul penelitian “Pengaruh Keteladanan Guru dalam Menanamkan Nilai Akhlak Siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Surakarta”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa keteladanan guru dalam menanamkan nilai akhlak siswa di MTs Negeri 2 Surakarta sudah bagus dan berpengaruh. Sementara dampak keteladanan guru terhadap menanamkan nilai akhlak siswa sudah berpengaruh dan positif, karena siswa sudah memiliki akhlakul karimah sesuai ajaran Islam.5

Adapun tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk keteladanan guru dalam upaya membentuk-bentuk karakter peserta didik di SMA Negeri 12 Surabaya, untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat upaya mengembangkan keteladanan guru di SMA Negeri 12 Surabaya, untuk mengetahui bagaimana peran keteladanan guru dalam upaya membentuk karakter peserta didik di SMA Negeri 12 Surabaya. Penelitian ini termasuk dalam

4Agus Setyo Raharjo”Pengaruh Keteladanan Guru dan Interaksi Teman Sebaya Terhadap

Karakter Siswa SMK N 2 PengasihJurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik”, Skripsi (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2013), h. 65.

5Miss SainingSamaedenganjudulpenelitian “PengaruhKeteladanan Guru dalam menanamkan

Nilai Akhlak Siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Surakarta”. Skripsi (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017), h. 68.

(18)

penelitian deskriptif. Teknik pengambilan subjek data dilakukan secara selektif. Tehnik pengambilan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi, dan observasi. Tehnik analisis data yang digunakan yakni tehnik analisis data dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian yang telah dianalisis menunjukan bahwa peran keteladanan guru di SMA Negeri 12 Surabaya dalam membentuk karakter peserta didiknya telah berjalan maksimal. Para guru tidak lagi hanya bertugas menjadi pengajar akan tetapi memiliki tugas yang lainnya yakni mendidik. Dalam mendidik, dibutuhkan kompetensi lebih yang harus dimiliki oleh seorang guru. Salah satunya memiliki keteladan bagi siswa-siswanya atau peserta didiknya. Bentuk keteladanan guru ini berupa sifat yang akan diturunkan kepada peserta didiknya melalui proses belajar mengajar, tata tertib sekolah yang telah di integrasi dengan berbagai macam bentuk karakter, dan kultur sekolah atau budaya sekolah. Dalam pelaksanaan keteladanan guru dalam upaya membentuk karakter peserta didiknya terdapat hambatan serta dukungan didalam prosesnya.6

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena masih seringnya kita jumpai saat ini banyak perilaku siswa yang belum mencerminkan akhlak terpuji. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui korelasi antara kewibawaan guru aqidah akhlak dengan akhlak siswa kelas VIII SewulanTahun Ajaran 2017/2018, (2) Untuk mengetahui korelasi antara keteladanan guru Aqidah Akhlak dengan akhlak siswa kelsa VIII di MTsN Sewulan Tahun Ajaran 2017/2018. (3) Untuk mengetahui korelasi antara kewibawaan guru dan keteladanan guru Aqidah Akhlaq dengan akhlak siswa kelas VIII di MTsN Sewulan Tahun Ajaran 2017/2018.

6Gama Septian Maulana dan Harmanto, Peran Keteladanan Guru dalam Upaya Membentuk

(19)

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang berbentuk expose facto. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) kewibawaan guru berhubungan secara signifikan sebesar sebesar 3,0% dengan akhlak siswa dan sisanya 97% berhubungan dengan variabel lain yang tidak masuk dalam model yang tidak sedang diteliti, 2) keteladanan guru berhubungan secara signifikan sebesar 63,00% dengan akhlak siswa dan sisanya 37,00% berhubungan dengan variabel lain yang tidak masuk dalam model yang tidak sedang diteliti, 3) kewibawaan guru dan keteladanan guru berhubungan secara signifikan sebesar 63,9% dengan akhlak siswa dan sisanya 35,1% berhubungan dengan variabel lain yang tidak masuk dalam model yang tidak sedang diteliti oleh peneliti.7

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keteladanan guru Pendidikan Agama Islam terhadap akhlak siswa.Penelitian ini dilakukan di SMP Waskito Pamulang dengan mengunankan metode deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan menelaah secara lebih dekat tentang fungsinya keteladanan guru Pendidikan Agama Islam terhadap akhlak siswa di SMP Waskito Pamulang. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa sekolah lanjutan tingkat pertama di Waskito Pamulang dan pengambilan sampel yang dilakukan dengan teknik sampling. Adapun pokok bahasan yang di bahas adalah pada materi Pengaruh keteladanan guru PAI dalam memberikan perhatian nya kepada siswa, Pengaruh keteladanan guru PAI dalam berprilaku kepada siswa. Pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi, wawancara dan angket. Berdasarkan hasil penelitian siswa SMP Waskito Pamulang menunjukkan bahwa pengaruh keteladanan guru PAI dalam membrikan perhatiannya,

7RiniRahayu, Korelasiantara Kewibawaan dan Keteladanan Guru Akidah Akhlak dengan

Akhlak SiswaKelas VIII di MTsN Sewulan Tahun Ajaran 2017/2018, Skripsi (Ponorogo; IAIN Ponorogo Press, 2018) h. 63.

(20)

dalam berprilaku kepada siswa dan pengaruh nya terhadap perilaku/akhlak siswa dapat dikatakan sudah optimal hal ini dapat terlihat dari respon siswa terhadap bentuk-bentuk pengaruh yang sudah optimal diberikanoleh guru PAI. Dari hasil penelitian ini, disarankan kedisiplinan dan keteladanan guru yang sudah diperlihatkan agar terus di pertahankan, sehingga menjadi lebih baik di dalam mengotrol perkembangan anak didik, Perhatian orang tuadan guru terhadap perkembangan anak agar terus ditingkatkan, kendala-kendala yang masih kurang jangan menjadi hambatan di dalam terus meningkatkan pendidikan terutama agama.8

8AsihSaputriPengaruhKeteladanan Guru Pendidikan Agama Islam TerhadapAkhlakSiswa di

(21)

11

TINJAUAN TEORETIS

A. Keteladanan Guru

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keteladanan berasal dari kata teladan yang merupakan imbuhan ke dan an yang berarti sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh (baik dalam perkataan, perbuatan, perlakuan dan sikap)1.

Berdasarkan pernyataan tersebut teladan dapat diartikan sebagai sifat-sifat baik atau nilai-nilai luhur manusia. Sifat- sifat baik atau nilai-nilai luhur itulah yang dapat membuat seseorang yang memilikinya dianggap tidak hanya unik tetapi juga istimewa dan menarik. Sifat-sifat baik atau nilai-nilai luhur tersebut dapat dimiliki oleh siapapun tanpa dibatasi oleh apapun. Keistimewaan dan kemenarikan yang dimiliki oleh seseorang itulah yang membuatnya pantas untuk diteladani atau dijadikan teladan

Orang yang pantas menjadi teladan utama perilaku adalah orang yang hatinya hidup dan senantiasa terhubung dengan Allah swt. Karena hanya dengan begitu seluruh aktivitasnya terbimbing, dan di bawah ridha Allah swt. Orang yang seluruh aktivitasnya dalam bimbingan dan ridha Allah swt pasti tidak akan menyesatkan manusia yang menjadikannya sebagai panutan atau teladan. Dia akan mengantarkan manusia pada kebahagiaan yang hakiki, yaitu kebahagiaan memahami dirinya dan mengenaliTuhannya.Allah swt berfirman kembali tentang manusia yang dapat dijadikan contoh oleh seluruh manusia dalam QS al- Ahzab/33 : 21 berikut ini;

1Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

(22)

A







Terjemahannya :

Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah.2

Dalam ayat diatas, penulis dapat pahami bahwa keteladanan seorang guru haruslah seperti ketaladanan yang dimiliki oleh Rasulullah saw. sebagaimana yang dimaksudkan ayat diatas. Keteladanan yang dimaksud adalah kemampuan seorang individu untuk memberikan contoh yang baik bagi anggotanya.Suri teladan itu ada dua macam yaitu yang baik dan yang buruk. Suri teladan yang baik itu ada pada diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam karena orang yang menjadikannya sebagai suri teladan.

Menurut Mulayasa, keteladanan merupakan pembiasaan dalam bentuk perilaku, kepribadian, serta tutur kata sehari-hari seperti berpakaian rapi, berbahasa yang baik, dan datang tepat waktu. Keteladanan juga bisa dikatakan apa yang kita lihat dan itulah yang kita contoh. Hal ini dapat dimaklumi karena manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh dan meniru apa yang dilihatnya secara langsung maupun tidak langsung.3

Keteladanan guru sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi peserta didik. Keteladanan memiliki peran dan fungsi yang

2Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung; Syamil Qur’an, 2012), h.

420.

(23)

sangat penting dalam membentuk kepribadian anak untuk membentuk karakter peserta didik agar memiliki akhlak yang mulia dan berbudi pekerti luhur.4

Prayitno berpendapat bahwa kehidupan manusia tidak akan berkembang tanpa adanya peniruan,dan peniruanmembuat kehidupan menjadi manusiawi. Peniruan dalam kehidupan manusia menjadi hal yang sangat penting, karena peniruan merupakan dasar kehidupan bersama.5

Dari pandangan Prayitno diatas, penulis dapat pahami bahwa proses perkembangan manusia bermula dari proses meniru atau mencontoh orang lain yang cenderung lebih tua darinya. Proses meniru perilaku yang baik, maka berdampak baik pula proses perkembangan manusia.

Guru merupakan teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap diasebagaiguru, terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak.6

Penampilan guru sangat mempengaruhi sikap mental pribadi anak didik, karena guru merupakan teladan bagi siswa, sehingga semua gerakan dan perbuatannya akan diamati bahkan ditiru oleh siswa.7Berdasarkan

pernyataan-pernyataan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keteladanan guru merupakan perbuatan atau tingkah laku dan tutur kata yang baik seorang guru dalam melaksanakan tugasnya di lingkungannnya sebagai pendidik, yang kemudian dapat

4E. Mulyasa, Standar Komptensi dan Sertifikasi Guru, h. 170.

5Prayitno, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan(Jakarta: Grasindo, 2009), h. 184. 6Mulyasa, StandarKompetensidanSertifikasi Guru (Bandung: Rosda, 2007), h. 126.

7Boedi Abdullah. Psikologi Perkembangan dan Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2012),

(24)

dijadikan contoh dan diterapkan dilingkungan sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari oleh siswa.

Dalam Undang-Undang RI No 14 Tahun 2005 tentang guru Bab IV pasal 8 tersebut disbutkan ada 5 syarat bagi seorang guru, yaitu :

1. Memiliki Kualifikasi Akademik

Kualifikasi Akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang guru atau pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

2. Memilki Kompetensi

Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas kepropesionalan.

3. Memiliki Sertifikat Pendidikan

Sertifikat pendidikan adalah sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan tinggi penyelengara srtifikat sebagai bukti formal pengakuan guru yang diberikan kepada guru sebagai tenaga professional.

4. Sehat Jasmani dan Rohani

Yang dimaksud dengan sehat jasmani dan rohani adalah kondisi kesehatan fisik dan mental yang memungkinkan guru dapat melaksanakan tugas dengan baik.

5. Memiliki Kemampuan untuk Mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional Guru harus punya kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

(25)

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.8

Lebih lanjut Ngalim Purwanto berdasarkan syarat menjadi guru yang ada di Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1954 tersebut, menjelaskan bahwa untuk menjadi guru yang baik dan profesional harus memiliki sikap-sikap sebagai berikut: (1) bersikap adil; (2) percaya dan suka kepada murid-muridnya; (3) sabar dan rela berkorban; (4) memiliki wibawa dihadapan siswa; (5) penggembira; (6) bersikap baik terhadap guru-guru lainnya; (7) bersikap baik terhadap masyarakat; (8) benar-benar menguasai mata pelajarannya; (9) suka dengan mata pelajaran yang diberikannya; dan (10) berpengetahuan luas.9

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keteladanan guru yang baik penting untuk perkembangan kepribadian dan perilaku peserta didik. Keteladan guru dapat yang nantinya dapat berpengaruh pada karakter siswa terlihat pada beberapa aspek atau kriteria dan tingkah laku dari seorang guru. Aspek atau kriteria dan tingkah laku guru tersebut diantaranya sebagai berikut.

a. Bersikap adil pada semuasiswa. b. Berlaku sabar

c. Bersifat kasih danpenyayang. d. Berwibawa.

e. Menjauhkan diri dari perbuatan yang tercela. f. Memiliki pengetahuan danketerampilan. g. Mendidik danmembimbing.

h. Bekerjasama dan berkomunikasi baik. i. Demokratis.10

8UU. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

9Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan: Teoritis dan Praktis(Bandung: Remaja Rosdakarya,

2009), h. 143.

(26)

B. Guru

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak diusia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.11

Berbicara masalah peranan dan tanggung jawab gurudalam Pendidikan Agama Islam tidak jauh berbeda dengan peranan tanggung jawab guru secara umum, yang bisa berbeda hanya dengan dari segi pengertianya. Sedangkan dari segi pelaksanaanya tidak jauh berbeda, bahkan selalu beriringan atau sama. Tanggung jawab adalah tugas yang dilaksanakan sedangkan peranan adalah jalan untuk melaaksanakan tugas. Guru adalah orang yang pekerjaanya mendidik dan membimbing anak, atau profesinya sebagai pengajar. Kemudian pendapat lain mengatakan bahwa peran guru adalahmampu melaksanakan tugas mendidik dalam satu situasi pendidikan untuk mencapai pendidikan.12

Guru adalah pendidik profesional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab yang terpikul di pundak orang tua. Mereka ini tatkala menyerahkan anaknya disekolah, sekaligus melimpahkan sebagaian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru.

Menurut Zakiah Daradjat menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa guru adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan

11Departemen Pendidikan Nasional, Undang Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14

Th.2005), (Jakarta, Sinar Grafika 2010), h. 3.

(27)

pengalaman yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya membimbing muridnya,ia harus sanggup menilai diri sendiri tanpa berlebih-lebihan, sanggup berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain. Selain itu, perlu diperhatikan pula dalam hal mana ia memiliki kemampuan dan kelemahan.13

Pengertian semacam ini identik dengan pendapat Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan yaitu pendidik (guru) adalah orang dewasa yang bertanggunng jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaanya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, kholifah di bumi, sebagai makhluk sosial sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.14

Dalam usaha menjalankan tugasnya dengan baik dan sempurna, serta menguasai ilmu yang akan disampaikan kepada anak didik hendaknya diperlukan keahlian khusus dalam bidangnya, begitu pula halnya dengan guru agama.

Adapun syarat-syarat guru agama Islamyaitu: “Seorang pendidik Islam harus seorang yang beriman, bertaqwa kepada Allah swt, ikhlas, berakhlak yang baik, berkepribadian yang integral (terpadu), mempunyai kecakapan mendidik, bertanggung jawab, mempunyai sifat keteladanan, serta memiliki kompetensi keguruan yang meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan ajar dan kompetensi cara-cara mengajar.”

13Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara 1992), h.266.

(28)

Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal. Definisi ini digunakan untuk mencakup teori-teori pendidikan untuk pendiidkan dalam lingkungan keluaraga, masyarakat dan sekolah.15

Maka jelaslah bahwa unsur kepribadian guru agama mempunyai peranan utama dalam mencapai tujuan pendidikan agama. Sebagaimana yang dijelaskan bahwa setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru agama dengan lainnya. Kepribadian sebenarnya merupakan suatu yang abstrak, hanya bisa dilihat melalui keterampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi persoalan.16

Adapun tugas dan tanggung jawab guru agama Islam adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Zuharaini sebagaimana yang dikutip oleh Djamarah, bahwa pendidikan Islam yang diterapkan harus mampu :

a. Mengajari ilmu pengetahuanagama b. Menanamkan keimanan kedalam jiwa

c. Mendidik anak agar taat menjalankan ajaranagama d. Mendidik anak agar berbudi pekerti yangmulia.17

Adapun dalam menjalankan tugasnya guru harus prinsip-prinsip dalam belajar mengajar agama Islam sebagaimmana dikemukakan oleh Ramayulis bahwa seorang guru harus melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Persiapan mengajar harus dibuat dengan matang, sehingga dapat memberi kesan pada anak didik bahwa gurunya adalah seorang yang patutdicontoh.

15Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam(Bandung: Rosdakarya, 2014), h.

27.

16Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Reneka

Cipta, 2000), h. 39.

(29)

b. Menceritakan kisah tokoh-tokoh agama maupun pejuangNegara, untuk mengajarkan dan menekankan aspek dan keebaikan dan kemuliaanya dalam perjuanganhidup.

c. Membiasakan praktek dan kebiasaan keagamaan sejakdini.

d. Membiasakan praktek ibadah dan kebisaan yang sesuai dengan kesanggupanmurid.

e. Menyuruhanak-anakmenghafalayat-ayat al-Qurandanhadis.18

Berdasarkan pendapat tersebut jelas bahwa tugas seorang guru itu bukan hanya sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan saja, akan tetapi memberikan bimbingan, pengarahan serta contoh teladan yang baik pada gilirannya membawa perserta didik kearah yang lebih positif dan berguna dalam kehidupannya.

Beragam unsur yang saling berkaitan yang mempengaruhi sukses tidaknya kegiatan pembelajaran. Guru yang mampu memberikan pencerahan kepada peserta didiknya dipastikan memiliki kompetensi sebagai seorang guru yang profesional.19

Kompetensi guru memiliki peran penting dalam dunia pendidikan yang berdasarkan pertimbangan rasional karena proses pembelajaran merupakan sebuah proses yang rumit dan kompleks. Namun jika telah memiliki kompetensi layak maka guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

Kompetensi leadership atau kepemimpinan sebagaimana yang dimakusd Permenag Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama di Sekolah dalam pasal 16 ayat 1 ada 4 yaitu:

18Ramayulis, IlmuPendidikanIslam(Cet. 7; Jakarta:KalamMulia,2006),h. 37.

(30)

a. Kemampuan dalam Perencanaan Pembudayaan Islami

Kemampuan membuat perencanaan pembudayaan pengamalan ajaran agama dan perilaku akhlak mulia pada komunitas sekolah sebagai bagian dari proses pembelajaran agama yakni seorang guru Pendidikan Agama Islam dituntut untuk mampu merencanakan segala kegiatan-kegiatan yang menyangkut tentang pembelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai bentuk pengalaman materi belajar. Handoko menjelaskan bahwa unsur perencanaan meliputi:

1) Pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi

2) Penentuan strategi, kebijakan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.20

Guru dan pihak sekolah yang terkait membuat perencanaan yang terimplementasi dalam wujud pembudayaan pengamalan ajaran agama dan perilaku akhlak mulia. Perencanaan ialah sejumlah kegiatan yang akan dilakukan dalam suatu periode waktu dan memilki tujuan.

b. Kemampuan dalam Mengorganisasikan Potensi Sekolah

Kemampuan mengorganisasikan potensi unsur sekolah secara sistematis untuk mendukung pembudayaan pengamalan ajaran agama pada komunitas sekolah. Guru Pendidikan Agama Islam harus dituntut untuk melibatkan seluruh warga sekolah untuk mendukung dan melaksanakan pembudayaan pengamalan ajaran agama Islam dalam lingkungan sekolah. Hal ini dimaksudkan agar pengamalan pembelajaran mampu berjalan secara optimal.

20Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara,

(31)

Guru dan pihak sekolah serta segala unsur yang terkait secara bersama-sama mengorganisasikan kegiatan pembudayaan secara sistematis. Pengorganisasian menurut Handoko ialah:

1) Penentuan sumber daya dimaksudkan untuk mencapai tujuan organisasi

2) Proses perancangan dan pengembangan suatu organisasi yang akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan

3) Penugasan tanggung jawab tertentu

4) Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya.21

Mulyono dalam manajemen administrasi dan organisasi pendidikan, menurut George R. Terry langkah-langkah pengorganisasian yaitu:

a) Memahami tujuan institusional

b) Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang dimaksud dalam rangka mencapai tujuan institusional

c) Kegiatan yang yang memilki unsur kemiripan yang sama dikelompokkan dalam satu unit kerja

d) Menetapkan fungsi, tugas, wewenang, tanggung jawab setiap unit kerja e) Menetapkan personal setiap unit kerja

f) Menentukan hubungan kerja antarunit kerja.22

c. Kemampuan Guru Pendidikan Agama Islam untuk menjadi inovator, motivator, fasilitator, pembimbing dan konselor.

21Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, h. 170.

22Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz

(32)

Kemampuan sebagai inovator, motivator, fasilitator, pembimbing, dan konselor dalam pembudayaan pengamalan ajaran agama pada lingkungan sekolah, seorang guru Pendidikan Agama Islam dituntut untuk mengajak, merangkul serta mendorong semua warga sekolah agar mau melaksanakan/mengamalkan ajaran agama Islam secara berkelanjutan. Guru Pendidikan Agama Islam juga dituntut untuk mampu memberi contoh yang baik agar menjadi teladan bagi peserta didik dan warga sekolahnya.

1) Inovator

Inovasi berasal dari bahasa latin yaitu innovation yang artinya pembaharuan dan perubahan. Perubahan tersebut didasarkan pada penemuan suatu hal yang baru baik ide, metode, hal yang membuat segala hal menjadi lebih praktis maupun barang yang oleh manusia atau masyarakat dirasakan sebagai hal yang baru yang di-manfaatkan untuk mencapai tujuan dan pemecahan masalah. Inovasi dalam pendidikan diarahkan untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.

Pada seorang guru, inovasi yang dilakukan berupa penemuan yang di-manfaatkan untuk membuat sesuatu lebih efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Inovasi yang dimaksud dapat dibuat dalam bentuk produk maupun sistem. Produk misalnya seorang guru menciptakan media pembelajaran. Sistem misalnya cara penyampaian materi di kelas yang bervariasi dan mudah dipahami oleh peserta didik.23 Rusdiana dalam konsep inovasi pendidikan, Peter M. Drucker

menjelaskan beberapa prinsip inovasi sebagai berikut:

a) Inovasi merupakan analisis berbagai kesempatan dan kemungkinan yang terbuka. Artinya inovasi hanya dapat terjadi apabila mempunyai kemampuan analisis.

(33)

b) Inovasi bersifat konseptual dan perseptual, artinya yang bermula dari keinginan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang dapat diterima masyarakat.

c)Inovasi harus dimulai dari yang kecil. Tidak semua inovasi dimulai dengan ide-ide besar yang tidak terjangkau oleh kehidupan nyata manusia. Keinginan yang kecil untuk memperbaiki suatu kondisi atau kebutuhan hidup ternyata kelak mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap kehidupan manusia selanjutnya.

d)Inovasi diarahkan pada kepemimpinan atau kepeloporan. Inovasi selalu diarahkan bahwa hasilnya akan menjadi pelopor dari suatu perubahan yang diperlukan. Apabila tidak demikian maka intensi suatu inovasi kurang jelas dan tidak memperoleh apresiasi dalam masyarakat.24

Jadi guru sebagai inovator dalam pendidikan dan pembelajaran merupakan suatu usaha kegiatan untuk menjadikan peserta didik lebih berkembang dalam proses belajar mengajar dan mengetahui jati dirinya sendiri.

2) Motivator

Motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada seorang individu untuk melakukan tindakan-tindakan atau sesuatu yang menjadi landasan seseorang berperilaku. Guru harus dapat memotivasi, menginovasi, membimbing, memfasilitasi serta mengkonseling seluruh warga sekolah dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan prilaku dan ciri yang dimiliki oleh masing-masing individu.25 Teknik

memotivasi sebagai mana dimaksud oleh Kemendikbud adalah:

24Rusdiana, Konsep Inovasi Pendidikan, h. 48.

25Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara,

(34)

a) Berpikiran positif, ketika mengkritik orang jangan lupa memberi dorongan positif agar mereka terus mau maju. Sebelum mengkritik orang harus memberi contoh terlebih dahulu.

b) Menciptakan perubahan yang kuat. Mengubah perasaan tidak mampu menjadi mampu, tidak bisa menjadi bisa.

c) Membangun harga diri. Banyak kelebihan diri sendiri dan orang lain yang kurang dihargai padahal penghargaan merupakan salah satu teknik memotivasi.

d) Membangkitkan orang lemah menjadi kuat. Binalah keberanian, kerja keras dan bersedia belajar dari orang lain.

e) Merubah sikap suka menunda pekerjaan.

Motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan, sebab motivasi muncul karena kebutuhan. Seseorang akan terdorong untuk bertindak manakala dalam dirinya ada kebutuhan. Kebutuhan ini yang mendorong sesorang untuk melakukan tindakan.

3) Fasilitator

Fasilitator adalah istilah Inggris yang telah diserap dalam bahasa Indonesia. Fasilitator dapat dimaknai bahwa guru juga harus berfungsi sebagai pemberi fasilitas atau melakukan fasilitasi. Sebagai seorang fasilitator, guru dituntut untuk mampu menyediakan kemudahan-kemudahan belajar bagi peserta didik, hal ini dapat diwujudkan seperti memberikan informasi tentang cara belajar yang efektif, menyediakan buku sumber yang cocok, memberikan pengarahan dalampemecahan masalah pengembangan diri penambahan wawasan, peningkatan kreativitas, pengembangan skill dan sebagainya.26

(35)

Peran guru sebagai fasilitator sangat dibutuhkan karena sebagai fasilitator guru memfasilitasi peserta didik sehingga peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang baik.

Mulyasa berpendapat ada tujuh sikap yang harus dimiliki guru, meliputi: a) Tidak berlebih mempertahankan pendapat dan keyakinannya atau kurang terbuka. b) Dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan

perasaannya.

c) Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif dan kreatif, bahkan yang sulit sekalipun.

d) Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik seperti halnya terhadap bahan pelajaran.

e) Dapat menerima komentar balik (feedback), baik yang bersifat positif maupun negatif, dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan perilakunya.Toleran terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses pembelajaran.

f) Menghargai prestasi peserta didik, meskipun biasanya mereka sudah tahu prestasi yang dicapainya.27

Guru sebagai seorang fasilitator dituntut untuk selalu siap memberikan ke-mudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan, dan bakatnya. Guru sebagai fasilitator hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan ke-mudahan bagi kegiatan belajar peserta didik, dan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

27E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pelajaran Kreatif dan Meyenangkan

(36)

4) Pembimbing dan Konselor

Bimbingan dan konseling dapat didefinisikan sebagai salah satu bidang dan program dari pendidikan yang ditujukan untuk membantu mengoptimalkan perkembangan peserta didik.28 Tanggung jawab guru adalah membantu peserta didik

agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara maksimal. Potensi yang dikembangkan berkaitan dengan seluruh aspek dimulai dari kecerdasan, keterampilan termasuk kepribadian.29

Layanan ini lebih difokuskan pada pengembangan unsur-unsur pribadi dan sosial serta pemecahan masalah secara individual. Sebaga pendidik, guru memiliki banyak tugas selain mengajar salah satunya adalah memberikan bimbingan. Guru berperan dalam memberikan bimbingan yang meliputi bimbingan penguasaan nilai, disiplin diri, perencanaan masa depan, dan membantuu mengatasi kesulitan yang dihadapi.

d. Kemampuan menjaga, mengendalikan, dan mengarahkan pembudayaan pengamalan ajaran agama pada komunitas sekolah.

Seorang guru harus bisa menjaga serta mengarahkan kegiatan yang sudah direncanakan agar berjalan dengan lancar dan berkelanjutan serta memiliki tenggang rasa yang tinggi terhadap pemeluk agama lain demi terciptanya kehidupan agama yang harmonis.

Guru dan pihak sekolah memiliki tugas untuk menjaga (mengawasi), mengendalikan dan mengarahkan seluruh warga sekolah agar kegiatan-kegiatan islami tidak hanya berjalan saja tetapi dapat dilaksanakan secara konsisten sehingga

28Nana Syaodih Sukmadinata, Bimbingan dan Konseling dalam Praktek (Bandung: Moestro,

2007), h. 7.

(37)

dapat membudaya di dalam diri masing-masing individu. Kegiatan pengarahan antara lain adalah:

1) Memberikan dan menjelaskan perintah

2) Memberikan petunjuk melaksanakan suatu tugas

3) Memberikan kesempatan meningkatkan pengetahuan, keterampilan atau kecakapan dan keahlian agar lebih efektif dalam melaksanakan berbagai kegiatan organisasi

4) Memberikan kesempatan ikut serta dalam menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk memajukan organisasi berdasarkan inisiatif dan kreativitas masing-masing

5) Memberikan koreksi agar setiap personal melakukan tugas-tugasnya secara efisien.30

Kegiatan pengendalian terdiri dari beberapa bagian yang kompleks meliputi proses pemantauan, penilaian, dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut.

Seorang guru harus dituntut profesional dalam melaksanakan tugasnya dalam hal mengajar, sebab guru harus mampu melihat latar belakang peserta didik sehingga dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Pengawasan yang dimaksud adalah pengamatan dan pengukuran suatu kegiatan operasional dan hasil yang dicapai dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya yang terlihat dalam rencana.31

30Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 58. 31Didin Kurniadin dan Imam Michali, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,

(38)

Guru sebagai pengawas berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dalam proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai.

C. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Kata Akhlak berasal dari bahasa Arab yakni ﻕﻼﺧﺍ ﺝ ﻖﻠﺧ yang berarti perangai atau akhlak.32Ibn Maskawaih seorang pakar bidang akhlak terkemuka menyatakan

bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Begitupula halnya dengan Al-Ghazali menyatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.33

Kata akhlak berasal dari bahasa arab jama’ dari khuluq, yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Secara istilah akhlak berarti kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pikiran terlebih dahulu.34Adapun kriteria akhlak adalah

sebagai berikut:

a. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanm kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadian nya.

32Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah; Jakarta,

2010), h.120.

33AbuddinNata, AkhlakTasawuf(Jakarta: PT.RajaGrafindoPersada, 2006), h. 3.

34Erwin Yudi Prahara, Materi Pendidikan Agama Islam(Yogyakrta: Stain PO Press, 2009), h.

(39)

b. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.

c. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.

d. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yangdilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main, berpura-pura atau karena bersandiwara.35

Jadi, akhlak merupakan sifat yang sudah tertanam dalam diri seseorang yang menimbulkan suatu perbuatan, yang dilakukan dengan mudah tanpa pe-mikiran.Berkaitan dengan pendidikan islam akhlak merupakan hal yang terpenting, karena akhlak merupakan bagian utama dari tujuan pendidikan Islam. Adapun ruang lingkup akhlak adalah sebagai berikut:

a. Akhlak terhadapAllah, akhlak terhadap Allah dapat diartian sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada tuhan sebagai khalik.Cara yang dilakukan dalam berakhlak kepada Allah adalah iman, ihsan, taqwa, ikhlas, tawakkal, syukur dan sabar.

b. Akhlak terhadap sesama manusia, untuk pegangan operasional dalam menjalankan pendidikan keagamaan, kiranya nilai-nilai akhlak terhadap sesama manusia ini untuk dipertimbangkan misalnya, persamaan, baik sangka, rendah hati, dapat dipercaya,dermawan.

c. Akhlak terhadap lingkungan, yang dimaksudkan disini adalah segala sesuatu yang disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.

35Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006),

(40)

Akhlak merupakan suatu ilmu yang membahas tentang baik buruk, mengatur manusia dengan manusia dan manusia dengan khaliknya “Akhlak berasal dari kata

khulqun atau khilqun berarti : perilaku, sedangkan konstatasi yang berlaku di dalam

kehidupan beragama dan bermasyarakat berarti budi pekerti.36

Menurut Ahmad Khamis dalam Mustafa menjelaskan bahwa akhlak adalah ajaran, sekumpulan peraturan dan ketetapan, baik secara lisan ataupun tulisan yang berkenaan tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak sehingga dengan setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan itu menjadikannya sebagai manusia yang baik.37

Akhlak dalam Islam adalah dihidupkan dengan kekuatan ruh tauhid dan ibadah kepada tuhan, sebagai kewajiban dan tujuan hidup dari perputaran roda sejarah manusia di dunia.

Terlepas dari analisis-analisis diatas, yang jelas kata akhlak telah digunakan oleh al-Qur’an untuk mengungkapkan makna budi pekerti dan perangai, saat mengemukakan perangai Rasulullah saw.,14 dalam QS. Al-Qalam/68: 4:





Terjemahnya:

Dan sesungguhnya engkau (Wahai Muhammad) benar-benar berbudi pekerti dan perangai yang agung.38

36Zakiah Daradjat,Agama Islam(Jakarta:Bulan Bintang, 1984), h. 58. 37 H.A. Mustafa, Akhlak Tasawuf,.h. 206

(41)

Dengan demikian, penggunaan akhlak untuk makna budi pekerti, perangai, serta tingka laku itu, telah dimulai oleh Allah sendiri dalam al-Qur’an, kemudian oleh Rasulullah dalam hadisnya yang berbunyi :

ِﻕﻼْﺧَﻷﺍ َﻡِﺭﺎَﻜَﻣ َﻢِّﻤَﺗُﻷ ُﺖْﺜِﻌُﺑ ﺎَﻤَّﻧِﺇ

Artinya :

“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakankeshalihan akhlak.”

Pendidikan akhlak sebagaimana dirumuskan oleh Ibn Maskawaih yang dikutip dari buku Abuddin Nata menyatakan bahwa akhlak adalah upaya ke arah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan lahirnya perbuatan-perbuatan yang bernilai baik dari seseorang.39Dalam pendidikan akhlak ini, kriteria benar dan

salah untuk menilai perbuatan yang muncul merujuk kepada al-Qur’an dan sunnah sebagai sumber tertinggi dalam ajaran Islam. Dengan demikian, pendidikan akhlak dapat dikatakan sebagai pendidikan moral dalam pendidikan Islam.

Asmaran As dalam Yunahar Ilyas mengemukakan bahwa di samping istilah akhlaq, juga dikenal istilah etika dan moral.Ketiga istilah itu sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan manusia.Perbedaanya terletak pada standar masing-masing. Bagi akhlak standarnya adalah al-Qur’an dan sunnah; bagi etika standarnya pertimbangan akal pikiran; dan bagi moral standarnya adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.40

39Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru MuridStudiPemikiran

Tasawuf Al Ghazali(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001). h. 55

(42)

Menurut Abdul Munir bahwa konsep akhlak yang berkaitan dengan karakter merupakan benar dan salah, baik dan tidak baik ditentukan oleh hukum yang sah dan hati yang suci. Hukum yang sah dan disetujui dengan hati suci tersebut apabila dipandang dalam kacamata Islam yaitu al-Qur’an dan sunnah. Kebenaran dan kebaikan tidak semata-mata diperoleh dari tafsir deduktif al-Qur’an saja, melainkan juga dari induksi (iptek) pengalaman empirik beragam pemeluk agama. Pencapaian keluhuran duniawi adalah jalan mencapai keluhuran kehidupan sesudah mati.41.

Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin yang dikutip dalam bukunya Asmaran As mengatakan bahwa akhlak adalah kebiasaan kehendak ini berarti kehendak itu bisa dibiasakan akan sesuatu, maka kebiasannya itu disebut akhlak. Contohnya bila kehendaknya itu dibiasakan memberi, maka kebiasannya itu adalah akhlakdermawan.

Dalam Ensiklopedi Pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi, pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etika dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya terhadap sesama manusia.17

Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral yang terdapat dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan yang buruk, mana yang bermanfaat dan tidakberguna.

41Abdul Munir Mulkhan. Kiai Ahmad Dahlan Jejak Pembaharuan Sosial dan Kemanusiaan

(43)

Menurut Ibnu Maskawih, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Senada dengan Ibnu Maskawih, Akhlak menurut Al-Ghazali adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Maka apabila keadaan yang dari dalam jiwa itu muncul perbuatan- perbuatan baik dan terpuji secara akal dan syara’, maka itu disebut akhlak yang baik atau akhlak mahmudah. Dan apabila perbuatan-perbuatan yang muncul dari dalam jiwa itu perbuatan-perbuatan buruk, maka itu disebut dengan akhlak mazmumah. Untuk melatih jiwa kearah perbuatan-perbuatan baik yang nantinya akan menghasilkan akhlak yang terpuji atau mahmudah tentunya semua itu butuh proses, pelatihan, pendidikan yang berkelanjutan.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat penulis simpulkan bahwa akhlak adalah nilai-nilai dan sikap hidup yang positif, yang dimiliki seseorang sehingga mempengaruhi tingkah laku, cara berpikir dan bertindak orang tersebut dan akhirnya menjadi tabi’at hidupnya. Akhlak juga tidak termasuk sifat bawaan, tetapi dapat diupayakan melalui suatu tindakan secara berulang dan rutin.

Apabila kata akhlak ini dikaitkan dengan pendidikan, maka mempunyai pengertian bahwa pendidikan akhlak adalah penanaman, pengembangan dan pembentukan akhlak yang mulia didalam diri peserta didikatau pendidikan akhlak juga dapat di artikan usaha yang dilakukan dengan sengaja, sistematis untuk mendorong, membantu serta membimbing sesorang dalam mengembangkan segala potensinya serta mengubah diri sendiri kepada kualitas yang lebih tinggi. Pendidikan

(44)

akhlak merupakan suatu program pendidikan atau pelajaran khusus, akan tetapi lebih merupakan satu dimensi dari seluruh usahapendidikan.

Secara umum lingkup materi pendidikan Islam itu menurut Abdullah Nasikh Ulwan terdiri dari tujuh unsur yakni: pendidikan keimanan, moral, jasmani,rasio, kejiwaan/hati nurani, sosial/kemasyarakatan.42Adapun penjelasanya sebagai berikut.

a. Pendidikan Keimanan

Pendidikan ini mencakup keimanan kepada Allah swt, malaikat, kitab-kitab Allah swt, nabi/rasul, hari akhirat dan takdir. Termasuk didalamnya adalah materi tata cara ibadah, baik ibadah mahdlah seperti shalat, zakat, puasa, dan haji; maupun ibadah ghairu mahdlah seperti berbuat baik kepada sesama. Tujuan dari materi ini adalah agar anak/peserta didik memiliki dasar-dasar keimanan dan ibadah yang kuat. b. Pendidikan Moral/Akhlak

Materi pendidikan ini merupakan latihan membangkitkan nafsu-nafsu rububiyah (ketuhanan) dan meredam/menghilangkan nafsu-nafsu syaithaniyah. Pada materi ini peserta didik dikenalkan mengenai : (a) Perilaku/akhlak yang mulia (akhlakul karimah/mahmudah) seperti amanah (setia, jujur, dapat dipercaya),

al-sidqu (benar, jujur), al-adl (adil), al-afwu (pemaaf), al-alifah (disenangi), al-wafa

(menepati janji), al-haya (malu), ar-rifqu (lemah lembut), aniisatun (bermuka manis). dan (b) Perilaku/akhlak yang tercela (akhlakul madzmumah) seperti al-buhtan (dusta), ananiah (egois), al-bahyu (melacur), al-khiyanah (khianat), az-zulmu (aniaya), al-ghibah (mengumpat), al-hasd (dengki), al-kufran (mengingkari nikmat),

42Heri Jauhari Muchtar. Fikih Pendidikan (Cet. I; Bandung : PT Remaja Rosda Karya,2005),

(45)

ar-riya’ (ingin dipuji), al-namimah (adu domba) at-takabur (sombong) dan

sebagainya.

c. Pendidikan Jasmani

Rasulullah pernah memerintahkan kepada umatnya agar mengajarkan memanah, berenang, naik kuda dan bela diri kepada putra-putrinya. Ini merupakan perintah kepada kita agar mengajarkan pendidikan jasmani kepada anak-anak (peserta didik). Tentu hal ini dengan memperhatikan batasan umur, kemampuan, aurat dan memisahkan antara anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan terutama ketika pelajaran berenang. Tujuan dari materi ini adalah agar anak didik memiliki jasmani yang sehat dan kuat, serta memiliki ketrampilan dasar seperti berlari, lompat dan renang.

d. Pendidikan Rasio

Manusia dianugerahkan oleh Allah kelebihan, di antaranya berupa akal. Supaya akal ini dapat berkembang dengan baik maka perlu dilatih dengan teratur dan sesuai dengan umur atau kemampuan anak/peserta didik. Contoh materi ini adalah berupa pelajaran berhitung atau penyelesaian masalah (problem solving). Tujuan materi ini adalah agar peserta didik dapat menjadi cerdas dan dapat menyelesaikan permasalaan-permasalahan yang dihadapinya.

e. Pendidikan Kejiwaan/Hati Nurani

Selain nafsu dan akal yang harus dilatih/dididik pada diri manusia adalah kejiwaan atau hati nuraninya. Pada materi ini peserta didik dilatih agar dapat membina hati nuraninya sehingga menjadi “tuan” dalam dirinya sendiri dan dapat menyuarakan kebenaran dalam keadaan apapun. Selain itu diharapkan agar peserta

(46)

didik memiliki jiwa atau hati nurani yang kuat, sabar, dan tabah dalam menjalani kehidupan ini.

f. Pendidikan Sosial/Kemasyarakatan

Sebagaimana diketahui bahwa manusia memiliki dua tugas hubungan yang harus dilakukan dalam hidupnya, yaitu hubungan dengan Allah (hablumminallah) berupa ibadah mahdlah dan hubungan dengan sesama manusia (hablumminannas) berupa ghairu mahdlah atau kemasyarakatan. Dalam materi pendidikan sosial ini anak/peserta didik dikenalkan mengenai hal-hal yang terdapat atau terjadi dalam masyarakat serta bagaimana cara hidup dalam masyarakat dengan tata cara yang islami. Dengan materi ini diharapkan anak/peserta didik memiliki wawasan kemasyarakatan dan mereka dapat hidup serta berperan aktif di masyarakatnya secara benar.pendidikan akhlak yang meliputi materi yang berkaitan dengan al-Qur’an dan sunnah, misalnya pendidikan keimanan, moral, jasmani, rasio, kejiwaan/hati nurani, sosial/kemasyarakatan.

Akhlak yang harus dimiliki oleh peserta didik, Al-Ghazali berpendapat bahwa peserta didik dalam mencari ilmu harus mempunyai akhlak dan tugas yang banyak di antaranya :

1. Mendahulukan kesucian jiwa daripada kejelekan akhlak, karena sabda nabi saw, “Islam dibangun dengan dasar kebersihan”.

2. Mengurangi hubungan keluarga dan menjauhi kampung halamannya sehingga hati peserta didik hanya terikat pada ilmu. Al-Ghazali berpendapat bahwa Allah tidak menciptakan dua hati dalam dada manusia, karena itu, manusia harus fokus pada satu hal.

(47)

3. Tidak bersikap sombong terhadap ilmu dan menjauhi tindakan yang tidak terpuji kepada guru, bahkan ia harus menyerahkan segala urusannya kepada guru, seperti orang yang sakit keras menyerahkan urusannya kepada dokter tanpa memutuskan sendiri suatu keperluannya.

4. Menjaga diri dari mendengarkan perselisihan diantara manusia. Perselisihan akan mewariskan kebingungan, karena hal pertama yang akan terjadi adalah kecenderungan hati padanya, terutama pada pengabaian yang menyebabkan kemalasan.

5. Tidakmengambil ilmu terpuji selain mendalaminya hingga mengetahui hakikatnya. Mencari ilmu dan memilih yang terpenting hanya dapat dilakukan setelah mengetahui suatu perkara secara keseluruhan.16

D. Hipotesis

Dalam metode penelitian, hipotesis merupakan suatu alat atau wahana yang sangat penting artinya dalam suatu kajian atau penelitian. Hipotesis memungkinkan kita dapat menghubungkan antara teori dan hasil pengamatan yang kita lakukan.43

Ha diterima apabila thitung >ttabel (ada pengaruh)

Ho diterima apabila thitung ttabel (tidak ada pengaruh)

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh pola komunikasi dan keteladanan guru fikih terhadap akhlak peserta didik Kelas IX Mts As’adiyah Putri 1 Sengkang Kabupaten Wajo.

43Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan(Jakarta: Kencana,

(48)

Keteladanan guru di MTs As’adiyah Puteri 1 Sengkang Kabupaten Wajo tergolong sangat baik karena melihat dari penerapan akhlak peserta didik yang sesuai dengan akhlak islam.

Kemudian peranan keteladanan guru terhadap akhlak peserta didik kelas IX MTs As’adiyah Puteri 1 Sengkang Kabupaten Wajo sangat berpengaruh dengan melihat akhlak peserta didik yang tidak lepas dari akhlak islami, dan ini merupakan hasil dari peranan seorang guru.

E. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan suatu diagram yang menjelaskan secara garis besar alur logika berjalannya sebuah penelitian. Adapun yang menjadi kerangka berpikir dalam kegiatan ini adalah guru kemudian keteladanan guru kemudian cara bertutur kata, tingkah laku, penampilan dan akhlak.

Tabel 2.1 Guru Keteladanan Guru Cara Bertutur Kata TingkahLaku Penampilan Akhlak

Gambar

Tabel 2.1 Guru Keteladanan Guru  Cara Bertutur  Kata TingkahLaku Penampilan Akhlak
Tabel  3.1  :  Jumlah  peserta  didikKelas  IX  Mts  As’adiyahPuteri  1  Sengkang  Kabupaten Wajo.
Tabel 3.2. Skor Jawaban Untuk Setiap Item.
Tabel 3.3 : Daftar Ceklist/Dokumen
+4

Referensi

Dokumen terkait

Di mana asuransi ta’awuni menjadi jalan yang dibolehkan untuk mencari keuntungan secara halal, hal tersebut dengan cara perusahaan asuransi bertindak sebagai wakil

Semakin besar ukuran butiran sedimen tersebut maka kecepatan arus yang dibutuhkan juga akan semakin besar untuk mengangkut partikel sedimen tersebut (Tampubolon, 2010

Pada tahap ini dilakukan pembuatan RPP, model pembelajaran yang digunakan dalam RPP adalah model pembelajaran langsung dengan menggunakan media pembelajaran berbasis

Variabel dengan nilai heritabilitas tinggi ialah tinggi tanaman, umur silking, panjang daun, lebar daun, jumlah daun, umur panen, unfilled cob tip, bobot tongkol,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran examples non examples memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar pendidikan agama Islam peserta

Setelah diketahui lama pemuasaan dengan tepat maka yang tak kalah pentingnya adalah megetahui kepadatan ikan, karena hal ini berhubungan dengan masalah biaya trans- portasi,

1) Objek wisata yang sudah terkenal dan dikenal oleh masyarakat luas. Air Terjun Sedudo sudah dikenal oleh masyarakat luas di sekitar Jawa Timur, itu juga mempengaruhi minat

Peningkatan pasal 23/26 sebesar 87,9% diperkirakan akibat kenaikan pajak royalty akibat peningkatan penjualan atau kenaikan pembayaran jasa (sub contract)