• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

9 A. Pembiayaan

1. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan merupakan aktifitas bank syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan di dasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dan percaya kepada penerima dana, bahwa dana dalam bentuk pembiayaan mendapat kepercayaan dari pemberi pembiayaan, sehingga penerima pembiayaan berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah di perjanjikan dalam akad pembiayaan.1

2. Jenis-jenis pembiayaan

Jenis pembiayaan yang di bentuk bank syariah adalah yang ditujukan untuk mencetak keuntungan. Adapun bentuk pembiayaan bank syariah dapat dijalankan dalam bentuk :

a. Pembiayaan

Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan berdasarkan akad Mudharabah atau Musyarakah dan pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip bagi hasil.

(2)

1) Mudharabah

Pembiayaan mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.2

Apilkasi :

Pembiayaan modal kerja, pembiayaan proyek, pembiayaan ekspor. 2) Musyarakah

Pembiayaan musyarakah adalah perjanjian di antara para pemilik dana/modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan di antara pemilik dana/modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Aplikasi :

Pembiayaan modal kerja, pembiayaan ekspor. b. Piutang

Piutang adalah tagihan yang timbul dari transaksi jual beli atau bersarkan akad Mudharabah, Salam, Istishna’ dan Ijarah.

1) Murabahah

Murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank dan nasabah di mana bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan

(3)

dengan harga perolehan ditambah dengan margin/keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah.

Aplikasi :

Pembiayaan investasi/barang modal, pembiayaan konsumtif, pembiayaan modal kerja dan pembiayaan ekspor.

2) Salam

Salam adalah perjanjian jual beli barang dengan cara pemesanan dangan syarat-syarat tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu.

Aplikasi :

Pembiayaan sektor pertanian, dan produk manufakturing.3 3) Istishna

Istishna adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual.

Aplikasi :

Pembiayaan konstruksi/proyek/produk manufakturing. 4) Ijarah

Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa.

Aplikasi :

Pembayaran sewa

(4)

Ijarah Muntahiya Bittamlik/Wa IqtinaYaitu perjanjian sewa menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan barang dari pihak yang memberikan sewa kepada pihak penyewa.

c. Surat Berharga Syariah

Surat berharga syariah adalah surat bukti berinvestasi berdasarkan prinsip syariah yang lazim diperdagangkan di pasar uang atau pasar modal antara lain wesel, obligasi syariah, sertifikat dana syariah dan surat berharga lainnya berdasrkan prinsip syariah.4

d. Qardh

Qard adalah penyedian dana atau tagihan antara bank syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam melakukan pembayan sekaligus atau secara cicilan dalam jangka waktu tertent. Aplikasi :

Rahn dan Hawalah e. Penempatan

Penempatan adalah penanaman dana bank syariah pada bank syariah lainnya atau Bank Perkreditan Syariah antara lain dalam bentuk giro,atau tabungan wadiah, deposito berjangka atau tabungan mudharabah, pembiayaan yang diberikan, Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank (Sertifikat IMA) dan bentuk-bentuk penempatan lainnya berdasarkan prinsip syariah.

(5)

f. Penyertaan Modal

Penyertaan modal adalah penanaman dana bank syariah dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah, termasukpenanaman dana dalam bentuk surat utang konversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity options) atau jenis transaksi tertentu berdasarkan prinsip syariah yang berakibat bank syariah memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah.

Adapun perusahaan yang bergerak dibidang keuangan syariah adalah bank syariah, BPR Syariah, dan perusahaan di bidang lain berdasrkan prinsip syariah sebagiaman di atur dalam perundang-undangan yang berlaku antara lain sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring penyelesaian dan pembiayaan.

g. Penyertaan Modal Sementara

Penyertaan modal sementara adalah penyertaan modal bank syariah dalam perusahaan untuk mengatasi kegagalan pembiayaan atau piutang (debt to equity swap) sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku, termasuk dalam surat utang konvesi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity options) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat bank syariah memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan nasabah.

(6)

h. Transaksi Rekening Administratif

Transaksi rekening administratif adalah komitmen dan kotinjensi (off balance sheet) berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas bank garansi, akseptasi/endosemen, irrevocable letter of credit (L/C), yang masih berjalan, akseptasi wesel impor atas L/C berjangka, stanby L/C, dan garansi lain berdasarkan prinsip syariah.

i. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI)

SWBI adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah.5

3. Fungsi pembiayaan

Adapun fungsi pembiayaan yaitu:

a. Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar menukar barang dan jasa b. Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle

fund.

c. Pembiayaan sebagai alat pengendalian harga.

d. Pembiayaan dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi yang ada.6

4. Tujuan pembiayaan

Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah. Tujuan pembiayaan yang dilaksanakan perbankan syariah terkait dengan stakeholder, yakni :

5Ibid., h. 313

(7)

a. Pemilik

Dari sumber pendapatan di atas, para pemilik mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada bank tersebut.

b. Pegawai

Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari bank yang dikelolanya

c. Masyarakat 1) Pemilik dana

Sebagaimana pemilik, mereka mengharapakan dari dana yang diinvestasikan akan diperoleh bagi hasil.

2) Debitur yang bersangkutan

Para debitur, dengan penyediaan dana baginya, mereka terbantu guna menjalankan usahanya (sektor produktif) atau terbantu untuk pengadaaan barang yang diinginkannya (pembiayaan konsumtif). 3) Masyarakat umumnya-konsumen

Mereka dapat memperoleh barang-barang yang dibutuhkannya. d. Pemerintah

Akibat penyediaan pembiayaan, pemerintah terbantu dalam pembiayaan pembangunan negara, di samping itu akan diperoleh pajak (berupa pajak penghasilan atas keuntungan yang diperoleh bank dan juga perusahaan-perusahaan).

(8)

e. Bank

Bagi bank yang bersangkutan, hasil dari penyaluran pembiayaan, diharapkan bank dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya agar tetap survival dan meluas jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang dapat dilayaninya.7

5. Unsur Pembiayaan

Pembiayaan pada dasarnya diberikan atas dasar kepercayaan, dengan demikian pemberian pembiayaan adalah pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar-benar harus dapat diyakini, dapat dikembalikan oleh penerima pembiayaan sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang telah di sepakati bersama. Berdasarkan hal di atas unsur-unsur dalam pembiayaan tersebut adalah:

a. Adanya dua pihak, yaitu pemberi pembiayaan (shahibul maal)dan penerima pembiayaan (mudharib). Hubungan pemberi pembiayaan dan penerima pembiayaan merupakan hubungan kerja yang saling menguntungkan, yang diartikan pula sebagai kehidupan saling tolong-menolong sebagaimana firman allah dalam surat Al-Ma’idah (5) ayat 2.

b. Adanya kepercayaan shahibul maal kepada mudharib yang didasarkan atas prestasi, yaitu potensi mudharib.

c. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak shahibul maal dengan pihak lainnya yang berjanji membayar dari mudharib kepada shahibul

(9)

maal. Janji membayar tersebut dapat berupa janji lisan, tertulis (akad pembiayaan) atau berupa instrumen (credit instrument), sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Baqarah (2) ayat 282.

d. Adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari shahibul maal kepada mudharib.

e. Adanya unsur waktu (time element). Unsur waktu merupakan unsur esensialpembiayaan. Pembiayaan terjadi karena unsur waktu, baik dilihat dari shahibul maal maupun dilihat dari mudharib. Misalnya, penabung memberikan pembiayaan sekarang untuk konsumsi lebih besar di masa yang akan datang. Produsen memerlukan pembiayaan karena adanya jarak waktu antara produksi dan konsumsi.

f. Adanya unsur resiko (degree of risk) baik di pihak shahibul maal maupun di pihak Mudharib. Risiko di pihak shahibul maal adalah risiko gagal bayar (risk of default), baik karena kegagalan usaha (pinjaman komersial) atau ketidakmampuan bayar (pinjaman konsumen) atau karena ketidaksediaan membayar. Risiko di pihak mudharib adalah kecurangan dari pihak pembiayaan, antara lain berupa shahibul maal yang dari semula dimaksudkan oleh shahibul maal untuk mencaplok perusahaan yang diberi pembiayaan atau tanah yang dijaminkan.8

(10)

B. Al-MUDHARABAH

1. Pengertian Al-Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan.Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.

Secara teknis, Al-mudharabahadalah akad kerja sama antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal)menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola (nasabah). Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pnegelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas keugian tersebut.9

2. Landasan Hukum Al-Mudharabah

Secara umum, landasan dasar syariah al-mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak tampak dalam ayat-ayat dan hadits berikut ini.

a. Al-Qur’an …        ...

Yang artinya : “Dan dar orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT “(Al-Muzzammil:20).

(11)

Yang menajadi wajhud-dilalah atau argumen dari surah al-muzzammil : 20 adalah adanya kata yadribun yang sama dengan akar kata mudharabah yang berarti melakukan suatu perjalan usaha.

3. Rukun dan Syarat Mudharabah

Fakto-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad Mudharabah adalah:

a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)

Jelaslah bahwa rukun dalam akad mudharabah sama dengan rukun akad jual beli ditambah satu faktor tambahan, yakni nisbah faktor keuntungan.faktor pertama (pelaku) kiranya sudah cukup jelas. Dalam akad Mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama bertindak sebagai pemilik modal (shahib al –maal), sedangkan pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha (mudharib). Tanpa dua pelaku ini, maka akad mudharabah tidak ada.

b. Objek Mudharabah (modal dan kerja)

Faktor kedua (objek mudharabah) merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksa usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan bisa berbentuk uang atau barang yang dirinci berapa nilai uang nya.10 Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill, management skiil, dan

(12)

lain-lain. Tanpa objek ini, akad mudharabah pun tidak ada.Para fuqaha sebenarnya tidak memperbolehkan modal mudharabah berbentuk barang, ia harus tunai karena barang tidak dapat ditafsirkan harga dan mengakibatkan ketidak pastian (gharar) besarnya modal mudharabah. Namun para ulama mazhab hanafi memperbolehkannya dan nilai barang yang dijadikan setoran modal harus disepakati pada saat akad oleh mudharib dan shahibul maal.

Yang jelas tidak boleh dalam objek mudharabah adalah modal mudharabah yang belum disetor. Para fuqaha telah sepakat tidak bolehnya modal mudharabah dengan hutang. Tanpa adanya setoran modal, berarti shahibul maal tidak memberikan kontribusi apapun padahal mudharib telah bekerja. Para ulama Syafi’i dan Maliki melarang hal itu karena merusak sahnya akad.

c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab qabul)

Faktor ketiga, yakni persetujuan kedua belah pihak merupakan konsekuensi dari prinsip an-taradin-minkum (sama-sama rela). Disini kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk meningkatkan diri dalam akad mudharabah. Si pemilik dana setuju dengan perannya mengkontribusikan dana, sedangkan si pelaku usaha setuju dengan perannya mengkontribusikan kerja.

d. Nisbah keuntungan

Faktor yang ke empat (yakni nisbah) adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang tidak ada dalam jual beli. Nisbah ini

(13)

mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah. Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya sedangkan shahib al-maal mendapatkan imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan inilah yang akan mencegah perselisihan antara kedua belah pihak.11

4. Jenis-jenis Al-Mudharabah

Secara umum, Mudharabahterbagi menjadi dua jenis: mudharabah muthalaqah dan mudharabah muqayyadah.12

a. Mudharabah muthalaqah

Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah muthalaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasai oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus saleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang memberi kekuasaan yang sangat besar.

b. Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthalaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, dan tempat usaha.adanya pembatasan ini seringkali

11Ibid., h. 206

(14)

mencerminkan kecendrungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.

5. Manfaat Al-Mudharabah a. Manfaat Al-Mudharabah

1) Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntangan usaha nasabah meningkat.

2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread.

3) Pengambilan pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan usaha nasabah.

4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

5) Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah/al-musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap di mana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.13

(15)

Adapun syarat-syarat mudharabah, sesuai dengan rukun yang dikemukan jumhur ulama adalah :

1) Yang terkait dengan orang yang melakukan transaksi haruslah orang yang cakap bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai wakil, karena pada satu sisi posisi orang yang akan mengelola modal adalah wakil dari pemilik modal. Itulah sebabnya, syarat-syarat seorang wakil juga berlaku bagi pengelola modal dalam akad mudharabah.

2) Yang terkait dengan modal, disyaratkan: (a) berbentuk uang, (b) jelas jumlahnya, (c) tunai, dan (d) diserahkan sepenuhnya kepada pedagang/pengelola modal. Oleh sebab itu, jika modal itu berbentuk barang, menurut para ulama fikih tidak dibolehkan, karena sulit untuk menentukan keuntungannya. Demikian juga halnya dengan hutang, tidak boleh dijadikan modal mudharabah. Akan tetapi, jika modal itu berupa wadi’ah (titipan) pemilik modal pada pedagang, boleh dijadikan modal mudharabah. Apabila modal itu tetap di pegang sebagiannya oleh pemilik modal, dalam artian tidak diserahkan seluruhnya, menurut ulama Hanafiyah, Malikiyah dan Syafi’iyah, akad mudharabah tidak sah. Akan tetapi, ulama Hanabilah menyatakan boleh saja sebagian modal itu berada di tangan pemilik modal, asal tidak mengganggu kelancaran usaha itu.

3) Yang terkait dengan keuntungan, disyaratkan bahwa pembagian keuntungan harus jelas dan bagian masing-masing diambilkan dari

(16)

keuntungan dagang itu, seperti setengah, sepertiga, atau seperempat. Apabila pembagian keuntungan tidak jelas, menurut ulama Hanafiyah, akad itu fasid (rusak). Demikian juga halnya apabila pemilik modal mensyaratkan bahwa kerugian ditanggung bersama, menurut ulama Hanafiyah, syarat seperti ini batal dan kerugian tetap ditanggung oleh pemilik modal.

Atas dasar syarat-syarat di atas, ulama Hanafiyah membagi bentuk akad mudharabah kepada dua bentuk, yaitu mudharabah shahihah (mudharabah yang sah) dan mudharabah fasidah (mudharabah yang rusak). Jika mudharabah yang dilakukan itu jatuh kepada fasid, menurut ulama Hanafiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah, pekerja hanya berhak menerima upah kerja sesuai dengan upah yang berlaku di kalangan pedagang di daerah itu, sedangkan seluruh keuntungan menjadi milik pemilik modal. Ulama Malikiyah menyatakan bahwa dalam mudharabah fasidah, status pekerja tetap seperti dalam mudharabah shahihah, dalam artian bahwa ia tetap mendapatkan bagian keuntungan.14

C. KOPERASI

1. Pengertian Koperasi

Secara umum Koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan

(17)

kesejahteraan ekonomi mereka, melalui pembentukan sebuah perusahaan yang dikelola sacara demokratis.

Berikut adalah dua pengertian Koperasi sebagai pegangan untuk mengenali Koperasi lebih jauh :

Koperasi didirikan sebagai persekutuan kaum yang lemah untuk membela keperluan hidupnya. Mencapai keperluan hidupnya dengan ongkos yang semurah-murahnya, itulah yang dituju. Pada Koperasi didahulukan keperluan bersama, bukan keuntungan

Koperasi adalah suatu perkumpulan orang, biasanya yang memiliki kemampuan ekomi terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi perusahaan yang diawasi secara demokratis, masing-masing memberikan sumbangan yang setara terhadap modal yang diperlukan, dan bersedia menanggung resiko serta menerima imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka lakukan.

Berdasarkan kedua defenisi tersebut dapat diketahui bahwa dalam Koperasi setidak-tidaknya terdapat dua unsur yang berkaitan satu sama lain. Unsur pertama adalah ekonomi, sedangkan unsur kedua adalah unsur sosial. Sebagai suatu bentuk perusahaan, Koperasi berusaha memperjuangkan pemenuhan kebutuhan ekonomi para anggotanya secara efesien. Sedangkan sebagai perkumpulan orang, Koperasi memiliki watak sosial. Keuntungan bukanlah tujuan utama koperasi. Sebagaimana

(18)

dikemukan oleh Bung Hatta (1954), yang lebih diutamakan dalam Koperasi adalah peningkatan kesejahteraan ekonomi para anggotanya15 2. Fungsi Koperasi di Indonesia

Dalam undang-undang no 12 tahun 1997, bagian 2, pasal 4, tentang fungsi koperasi Indonesia telah diperinci sebagai berikut :

a. Sebagai alat perjuangan ekonomi untuk mermpertinggi kesejahteraan rakyat.

b. Sebagai alat pendemokrasian ekonomi nasional.

c. Sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia.

d. Alat pembina insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi bangsa Indonesia serta bersatu dalam mengatur tata laksana perekonomian rakyat.16

3. Ciri-ciri Koperasi

Sebagai salah satu lembaga ekonomi yang diharapkan dapat memperjuangkan kepentingan dan meningkatkan kesejahteraan anggota-anggotanya, serta warga masyarakat disekitarnya, maka Koperasi mempunyai ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan bentuk-bentuk perusahaan lain. Sebagaimana akan dibahas berikut, ciri-ciri Koperasi dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu dari segi pelakunya, dari segi tujuan usahanya, dan dari segi hubungannya dengan negara.

15Revrisond Baswir, Koperasi Indonesia, (Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta Tahun 1997)

hal.2

(19)

a. Dilihat dari segi pelakunya

Koperasi adalah organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang yang pada umumnya memiliki kemampuan ekonomi terbatas. Orang-orang yang memiliki ekonomi terbatas ini secara suka rela menyatukan dirinya dengan Koperasi, sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi ekonomi mereka. Dengan latar belakang seperti itu, dapat disaksikan bahwa Koperasi pada dasarnya adalah suatu bentuk perusahaan alternatif, yang didirikan oleh warga masyarakat berekonomi lemah, yang karena keterbatasan ekonominya, tidak mampu melibatkan diri dalam kerja sama ekonomi melalui bentuk-bentuk perusahaan selain Koperasi.17

b. Dilihat dari tujuannya

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, tujuan Koperasi pada dasarnya adalah untuk memperjuangkan kepentingan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi para anggotanya. Karena anggota Koperasi secara keseluruhan terdiri dari warga kelompok masyarakat yang berbeda-beda, maka tujuan Koperasi secara khusus akan ditentukan oleh permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh para anggotanya. Tujuan koperasi konsumsi misalnya, adalah untuk menyediakan kebutuhan para anggotanya. Para anggota Koperasi ini secara sadar menyatukan diri dalam Koperasi agar mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya itu dengan harga yang terjangkau.

(20)

Pada Koperasi pemasaran pertanian, tujuannya tentu lain lagi. Pengalaman para petani kecil yang selalu menjadi korban permainan para tengkulak pada saat musim panen tiba, misalnya dengan adanya pembelian secara ijon atau pembelian dengan cara borongan, adalah hal yang mendorong para petani untuk menyatukan dirinya dalam wadah Koperasi. Tujuannya adalah agar mereka dapat menjual barang-barang yang hasilkannya dengan harga yang wajar. Dengan kata lain, pendirian Koperasi pemasaran pertanian biasanya didorong oleh adanya keinginan untuk memperkuat kedudukan ekonomi para petani.

Demikian pula halnya dengan Koperasi simpan pinjam. Para pengrajin yang ingin mengembangkan usaha, memerlukan modal untuk melaksanakan rencannya itu. Modal ini pada mulanya mereka penuhi dengan meminjam dari para pelepas uang dengan bunga yang sangat tinggi. Setelah mereka merasakan beratnya beban bunga yang harus mereka bayar, maka timbullah keinginan untuk menyisihkan sebagian penghasilan mereka guna membentuk suatu lembaga yang diharapkan dapat meringankan beban kebutuhan modal para anggotanya.18

c. Dilihat dari segi hubungannya dengan negara

Sebagai salah satu pelaku ekonomi, peran Koperasi dalam perekonomian suatu negara akan ditentukan oleh sistem perekonomian dan sistem politik yang dianut oleh negara yang bersangkutan. Namum

(21)

demikian, bila diperhatikan perkembangan Koperasi di banyak negara, dapat disaksikan bahwa keberadaan Koperasi pada umumnya sangat besar manfaatnya bagi perkembangan perekonomian negara-negara tersebut.

Hal itu dapat ditinjau baik dari segi historis maupun dari segi ekonomis. Dari segi historis, Koperasi hampir selalu merupakan organisasi ekonomi yang mengakar pada masyarakat lapisan bawah. Sedangkan dari segi ekonomis, keberadaan koperasi sudah dapat dipastikan akan sangat membantu pemerintah dalam usahanya mewujudkan perekonomian yang lebih adil. Sebab itu, pada kebanyakan kasus, perkembangan Koperasi biasanya sangat didukung oleh pemerintah.

Referensi

Dokumen terkait

with his father and to be a different character, as a sky and earth. Milkman feared his father, respected him, but knew, because of the leg, that he could never emulate him. So

Dengan kegiatan berdiskusi tentang perilaku yang mencerminkan persatuan dan kesatuan serta perilaku yang tidak mencerminkan persatuan dan kesatuan dalam masyarakat, siswa

Dengan tanya jawab, dilanjutkan membahas tentang bagaimana menentukan peluang kejadian dari berbagai situasi. Secara kelompok siswa membahas soal latihan dan

Fitur- fitur yang dimiliki aplikasi adalah : proses mengelola data user , proses mengelola data PBF, proses mengelola data dokter, proses mengelola data obat, proses

WATCHING ENGLISH FILM AND THEIR LISTENING SKILL A CHIEVEM ENT AT SMA MUHAMMADIYAH I SALATIGA 2006/2007 ACADEMIC YEARS. Dengan Pembimbing :

To display this window, select Main menu: System D Preferences D Windows or give the command gnome- window-properties from a terminal emulator or Run Application window ( ALT-F2

Aset keuangan dimiliki sampai jatuh tempo (held-to-maturity) merupakan aset keuangan non- derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dengan jatuh tempo

Dengan kata lain metode pembelajaran adalah teknik penyajian yang dikuasai oleh seorang guru untuk menyajikan materi pelajaran kepada murid di dalam kelas baik