KOMPARASI ANALISIS KOMPOSISI PADUAN AlMgSI1
DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK X RAY FLUOROCENCY
(XRF) DAN EMISSION SPECTROSCOPY
(Masrukan, Rosika, Dian Anggraini dan Joko Kisworo Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN
ABSTRAK
KOMPARASI ANALISIS KOMPOSISI PADUAN AlMgSI1 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK X RAY FLUOROCENCY (XRF) DAN EMISSION SPECTROSCOPY. Telah dilakukan komparasi hasil analisis komposisi paduan AlMgSi1 dengan menggunakan teknik X Ray Fluorocency dan Emisssion spectroscopy. Mula-mula paduan AlMgSi1 dari hasil sintesis yang dibuat dengan cara melebur unsur Al, Mg dan Si di dalam tungku peleburan yang divariasi waktu leburnya masing-masing sebesar 30 menit, 45 menit dan 60 menit. Setelah dilebur, sampel uji dicetak dengan cetakan berbentuk lingkaran berdiameter 60 mm dan ketebalan 10 mm. Hasil peleburan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik x ray fluorocensy (XRF) dan dengan Emission spectroscopy. Dari hasil analisis dengan menggunakan XRF menunjukkan bahwa unsur-unsr Si, Mn , Cr , Cu , B dan Ti telah memenuhi spesifikasi untuk kelongsong elemen bakar reaktor riset, sedangkan unsur-unsur lainnya seperti Mg, Fe dan Zn tidak memenuhi. Sementara itu, hasil analisis dengan teknik emisi menunjukkan bahwa unsur-unsur Mg, Si, Cu, B, Ti, Mn, Cr dan Ni telah memenuhi persyaratan, sedangkan unsur Fe tidak memenuhi spesifikasi. Mengacu dari hasil kedua teknik tersebut, pada teknik pengujian dengan XRF terlihat bahwa untuk parameter waktu peleburan 30 menit memberikan hasil yang lebih mendekati spesifikasi, sedangkan dengan teknik Emission spectroscopy diperoleh waktu peleburan 60 menit. Dilihat dari kedua teknik analisis tersebut, unsure-unsur yang diperoleh pada teknik emisi memberikan hasil yang lebih mendekati spesifikasi.
ABSTRACT
COMPARATION OF COMPOSITION ANALYSIS OF AlMgSi1 ALLOYS BY USING X RAY FLUOROCENCY ( XRF) AND SPECTROSCOPY EMISSION TECHNIQUE. The comparation of composition analysis result of AlMgSi1 alloy by using x ray fluorocency and spectroscopy emission technique have been done. First, AlMgSi1 alloy from syntesis result of made by melting Al and Mg elements in the melting furnace which it variation of melting time equal to 30 minutes, 45 minutes and 60 minutes respectively. After melted, the samples tested then were casted in the mould is formed of circle with diameter of 60 mm and thickness 10 mm. Result of melting then is analysed by using x -ray fluorocensy (XRF) and with the spectroscopy emission technique. From analyse result by using XRF indicate that the elements of Mn, Cr, Cu, B and Ti have fulfilled the specification for the research reactor fuel element cladding, while other elements like Mg, Fe and Zn do not fulfill. Meanwhile, analyse result by using emission technique indicate that the elements of the Mg, Cu, B, Ti, Mn, Cr and Ni have fulfilled the specification, while other element like Fe do not fulfill the specification. Reference from both results of the technique, at examination technique by XRF is seen that for the parameter of melting time 30 minute give the more coming near result of specification, while with the technique of emission spectroscopy obtained by melting time 60 minutes. Seen from both of the analysis technique, elements obtained at emission technique give the more coming near result of specification.
PENDAHULUAN
engembangan elemen bakar reactor riset di Pusat Teknologi Bahan Bakar nuklir (PTBN) diarahkan untuk mengembangkan elemen bakar dengan bahan bakar yang mempunyai densitas tinggi. Pada saat ini Reaktor Serba Guna Siwabessy (RSG- GAS) menggunakan elemen bakar yang terdiri dari bahan bakar U3Si2-Al dan kelongsong dari paduan aluminium (AlMg2). Untuk masa yang akan datang, bahan bakar U3Si2
-Al akan digantikan dengan bahan bakar yang mempunyai densitas lebih tinggi, misalnya UMo. Sejalan dengan pengembangan bahan bakar tersebut, maka perlu dilakukan pengembangan bahan untuk kelongsong agar antara kelongsong dan bahan bakar mempunyai kompatibilitas yang baik. Salah satu bahan pengganti kelongsong yang dipilih adalah paduan aluminium yakni jenis AlMgSi1.
Paduan AlMgSi1 dibuat dengan cara melebur unsure Al (biasanya dalam bentuk ingot) bersama – sama dengan Si (dalam bentuk Al-Si) dan unsur Mg di dalam tungku pada temperature 700 oC. Hasil
peleburan selanjutnya dianalisis komposisinya agar sesuai spesifikasi yang disyaratkan sebagai bahan kelongsong, karena komposisi dalam suatu bahan akan mempengaruhi sifat-sifat bahan tersebut misalnya sifat mekanik, fisik, ketahanan korosi dan lain-lain. Untuk mengetahui komposisi bahan tersebut perlu dipilih teknik analisis yang sesuai. Beberapa teknik analisis komposisi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik X Ray Fluorocency (AAS), Emission Spectrscopy, Atomic Absorption
Spectroscopy (AAS), UV Vis, dan lain-lain.
Pemilihan teknik uji selain didasarkan pada batas deteksi juga didasarkan pada kemudahan (kesederhanaan) menyiapkan sampel maupun cara pengujiannya. Atas dasar alasan tersebut, pada percobaan ini dilakukan analisis komposisi dengan menggunakan teknik XRF dan dengan teknik
Emission spectroscopy. Kedua teknik tersebut
dipilih mengingat sample uji berupa padatan berbentuk lingkaran sehingga mudah dilakukan penyiapan sampel dan pelaksanaan analisis. Dari hasil kedua teknik analisis tersebut akan dapat diketahui komposisi bahan kelongsong dan parameter yang tepat untuk melakukan peleburan bahan kelongsong tersebut. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan teknik analisis kompoisisi dan waktu peleburan paduan AlMgSi1 hasil proses peleburan .
TEORI X RAY FLUOROCENCY (XRF)
Metode spektrometri merupakan metode analisis suatu bahan dengan peralatan tertentu yang hasil ujinya berupa spektrum (grafik) sumbu X-Y. Pengujian menggunakan alat XRF akan diperoleh hubungan 2 parameter yaitu sumbu X (horizontal) berupa energi unsur (keV) dan sumbu Y (vertikal) berupa intensitas cacahan perdetik (cps/ count per
second) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Sumber sinar-x berasal dari target Mo yang dikenakan pada sampel yang akan menghasilkan sinar x karakteristik karateristik untuk masing-masing unsur. Bahan yang dianalisis dapat berupa bahan padat pejal dan serbuk. Unsur yang dapat dianalisis adalah unsur dengan nomor atom kecil yaitu mulai unsur carbon (C) sampai dengan unsur dengan nomor atom besar yaitu uranium (U). Dari tabel sistem periodik unsur energi atom C sebesar 0,28 keV dan energi atom U sebesar 97,13 keV untuk kulit K dan L. Oleh karena energi setiap atom terdiri dari energi pada kulit atom K, L, M maka energi yang diambil untuk analisis adalah energi
sinar-x yang dihasilkan oleh salah satu kulit atom tersebut. Dari petunjuk pengoperasian alat XRF diperoleh bahwa rentang energi sinar-x pada peralatan ini adalah 5 – 50 keV[1] . Oleh karena itu,
untuk analisis atom U harus diambil pada energi kulit L (13,61 keV) karena energi kulit K sangat besar (97,13 keV) dan berada di luar kemampuan alat. Untuk atom C energi yang diambil adalah energi kulit K karena mempunyai energi sekitar 0,28 keV. Analisis dengan menggunakan XRF dapat dilakukan dengan netode kualitatif maupun kuantitatif. Analisis dengan menggunakan XRF dapat dilakukan dengan metode kualitatif maupun kuantitatif. Analisis unsur secara kualitatif hanya memberikan informasi kandungan unsur suatu bahan yang dinyatakan dalam intensitas dengan satuan cps (count per second). Semakin besar intensitas yang muncul, maka semakin banyak kandungan unsur tersebut dalam suatu bahan. Dalam analisis secara kuantitatif, setiap puncak dari unsur yang terkandung dalam bahan tersebut mempunyai kandungan unsur dalam jumlah yang berbeda-beda. Analisis kuantitatif dilakukan menggunakan standar pembanding yang bersertifikat dengan persyaratan untuk menentukan bahan non standar yang akan dianalisis. Persyaratan bahan standar yang digunakan adalah bentuk, matrik dan kondisi pengukuran harus sama dengan bahan yang dianalisis. Analisis secara kuantitatif dilakukan dengan cara mengkonversi hasil yang diperoleh dalam analisis kualitatif yang berupa intensitas dalam satuan cps menjadi satuan prosen berat atau ppm (part per million)[2] .
Konversi dilakukan dengan menggunakan rumus : C-sampel/ C-standar = I-sampel/ I-standar
C-sampel = (I-sampel / I-standar ) x C-standar ………..(1) Dimana:
C-sampel = konsentrasi bahan yang dianalisis/ sampel (% berat, ppm)
I-sampel = intensitas/cacahan sampel (cps) I-standar = intensitas standar (cps)
C-stdandar = konsentrasi standar (% berat, ppm) Intensitas sampel dan intensitas standar diperoleh dari hasil pengukuran, sedangkan konsentrasi standar diperoleh dari sertifikat. Dari korelasi persamaan diatas maka diketahui besar konsentrasi sampel yang dianalisis.
Gambar 1. Spektrum Hubungan Energi dengan Intensitas [1]
Emission Spectroscopy
Teknik analisis emission spectroskopy (spektroskopi emisi) merupakan teknik penentuan unsur-unsur logam dalam suatu logam atau paduan logam padat baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Prinsip pengukurannya adalah mengukur intensitas sinar dengan panjang gelombang yang dipancarkan dalam bentuk sinar oleh atom-atom yang mengalami perubahan tingkat energi elektron (eksitasi maupun deeksitasi). Atom-tom yang tereksitasi dihasilkan dari pemanasan secara lokal pada permukaan bahan. Pemanasan lokal mengakibatkan molekul-molekul senyawa menguap dan terurai menjadi atom-atom dari unsurnya. Pada keadaan ini, terjadi eksitasi elektron dari tingkat ground state ke tingkat energi yang lebih tinggi. Sambil kembali ke keadaan dasar elektron akan mengemisikan energi melalui pancaran sinar. Sinar yang dipancarkan memiliki energi tertentu yang merupakan karakteristik dari setiap unsur. Fenomena ini dijadikan sebagai dasar teknik analisis secara kualitatif. Di lain fihak, intensitas sinar karakteristik tersebut sebanding dengan konsentrasi unsur yang terkandung di dalam bahan tersebut. Fenomena ini digunakan sebagai dasar penentuaan unsur secara kuantitatif dalam suatu bahan[3].
TATA KERJA
Preparasi sampelSampel uji paduan AlMgSi1 hasil peleburan berbentuk lingkaran berdiameter 60 mm dan ketebalan 10 mm. Sampel uji dibuat dengan cara melebur Al ingot (Al 98.47443 % berat), Mg) dan Si (dalam bentuk Al-Si, 49 % Si) masing-masing sebanyak 73,66 g, 1,07 g dan 2,03 g. Proses peleburan dilakukan sebanyak tiga kali dan setiap kali peleburan menggunakan berat bahan yang sama. Dalam peleburan tersebut masing-masing dilebur dengan waktu peleburan yang berbeda yatitu sebesar 30 menit, 45 menit dan 60 menit. Setelah dilebur selanjutnya sampel dihaluskan dengan cara
digerinda dan dipolis dengan menggunakan pasta alumina berukuran 1 µm .
Pengukuran X Ray Fluorosency (XRF)
Sebelum dilakukan pengukuran sampel maka terlebih dahulu dilakukan kalibrasi energi dan kalibrasi pengukuran, selanjutnya dilakukan pengukuran. Kalibrasi energi bertujuan agar unsur yang terkandung dalam suatu bahan tepat pada energinya. Bahan yang digunakan untuk kalibrasi energi adalah paduan Al dengan kode Al2024
dimana dalam bahan tersebut mengandung unsur Al dan Cu dengan kondisi tegangan 14 kV, arus 100 uA dan kevakuman 300 mTorr. Sementara itu, kalibrasi pengukuran bertujuan untuk mengetahui penyimpangan pengukuran dari alat. Bahan yang digunakan untuk kalibrasi pengukuran adalah logam paduan aluminium dengan variasi konsentrasi yang sudah diketahui nilainya dalam sertifikat [2]. Paduan
aluminium yang akan dianalisis dimasukkan ke dalam sample chamber dan ditutup, selanjutnya dilakukan pemvakuman hingga mencapai tekanan 300 mTorr dengan tegangan yang digunakan untuk pengukuran sebesar 10 keV, sedangkan arus listrik sebesar 200 µA. Hasil kalibrasi energi dan kalibrasi pengukuran digunakan untuk menentukan daerah kerja dalam pengukuran sampel. Setelah dilakukan kalibrasi energi dan kalibrasi pengukuran selanjutnya dilakukan analisis sample uji.
Emission Spectroscopy
Untuk melakukan analisis, alat divakum sekitar 150 Hz atau setara 140 bar, sehu alat 27 oC. Aliran argon diatur sekitar 10 L /menit untuk
flushing dan 5 L /menit untuk analisis. Setelah
dicapai kondisi seperti di atas kemudian optimal dilakukan pengukuran sampel. Perhitungan onsentrasi unsur-unsur dalam sampel tersebut dilakukan dengan menggunakan kurva kalibrasi sebelumnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
X Ray Fluorosency
Hasil analisis dengan menggunakan teknik x
ray fluorosency ditampilkan pada Tabel 1. Hasil
analisis menunjukkan dalam sample pertama, kedua dan ketiga masing-masing mengandung unsure Si, Cr, Mn, Cu, B dan Ti telah memenuhi persyaratan spesifikasi kelongsong elemen bakar reactor riset. Dari Tabel 1 terlihat beberapa unsur telah memenuhi persyaratan paduan aluminium untuk kelongsong elemen bakar reaktor riset sedangkan beberapa unsur lainnya tidak memenuhi. Pada sampel pertama hingga ketiga, unsur- unsur yang diproses diharapkan mempunyai komposisi yang sama yakni Mg- 1 %, Si- 0,8 % sedangkan unsur lainnya yang merupakan pengotor telah terdapat dari bahan baku yang diproses. Unsur lainnya
seperti Mg, Fe, dan Zn dalam ketiga sample yang diuji tidak memenuhi spesifikasi untuk kelongsong elemen bakar. Dalam ketiga sampel, Dalam ketiga sample tersebut dengan kandungan unsure Mg masing-masing sebesar 0,35%; 0,34%; dan 0,39% kandungan unsur Mg lebih rendah dari persyaratan spesifikasi untuk kelongsong, sedangkan unsur Fe dan Zn melebihi persyaratan spesifikasi untuk kelongsong. Dari kandungan unsur Mg tersebut terlihat kenaikan waktu peleburan mengakibatkan menurunnya unsure Mg di dalam paduan AlMgSi1. Keberadaan unsur Mg yang kurang dari persyaratan, disebabkan unsur Mg merupakan unsur yang mudah teroksidasi dan mudah terbakar sehingga pada saat dilebur unsur tersebut banyak menguap dan akhirnya di dalam paduan AlMgSi1 yang diproses menjadi berkurang. Unsur Fe dan Zn dalam ketiga sample yang diuji melebihi persyaratan spesifikasi untuuk kelongsong, diduga krusibel yang digunakan untuk melebur telah berulang kali digunakan untuk melebur logam atau paduan logam lain misalnya besi, baja sehingga mengotori hasil peleburan. Selain itu, unsur Fe dan Zn juga berasal dari bahan baku Al ingot yang digunakan untuk membuat paduan[2]. Di dalam
paduan AlMgSi1 tersebut, selain unsur Mg dan Si sebagai unsur pemadu, keberadaan unsur boron (B) perlu diperhatikan. Hal ini mengingat bahwa unsur B tersebut selain berfungsi sebagi penghalus butir yang dapat memperkuat paduan juga mempunyai pengaruh terhadap kelongsong. Unsur B mempunyai tampang lintang mikroskopik besar, sehingga bila terdapat dalam jumlah yang cukup besar akan menyerap neutron yang besar pula. Dari ketiga sample yang diuji, tidak dijumpai unsur B. Dengan demikian, dilihat dari sisi serapan neutron (sifat neutronik) maka ketiga sampel yang diuji telah memenuhi untuk kelongsong elemen bakar reaktor riset. Unsur-unsur lainnya yakni Cr, Mn masing-masing terdapat sebesar : 0,04 % dan 0,22 % (sampel pertama); 0,02 % dan 0,23 % (sampel kedua); 0,05 % dan 0,23 % (sampel ketiga). Unsur-unsur tersebut telah memenuhi persyaratan paduan aluminium untuk kelongsong elemen bakar. Unsur Cr dan Mn tersebut berfungsi menaikkan temperatur rekristalisasi, sehingga apabila paduan tersebut digunakan pada temperature tinggi akan mampu mempertahankan kekuatannya.
Dilihat dari komposisi bahan, dari ketiga sampel yang diuji, sampel pertama dengan waktu peleburan 30 menit dan mempunyai kandungan unsur Mg terbesar (0,35 % berat) lebih mendekati persyartan paduan aluminium untuk kelongsong elemen bakar reaktor riset.
Emission Spectroscopy
Hasil analisis komposisi dengan teknik
emission spectroscopy ditampilkan dalam Tabel 2.
Dari Tabel 2 terlihat bahwa sebagian unsur dari
ketiga sampel yang diuji telah memenuhi spesifikasi untuk kelongsong elemen bakar reaktor riset, seperti unsur Si, Cr, Mn, Cu, Ti dan B sedangkan unsur lainnya seperti Mg dan Fe tidak memenuhi. Dari ketiga sampel yang diuji, unsur Mg di dalam sampel pertama dan kedua melampaui persyaratan untuk kelongsong, tetapi sampel ketiga memenuhi. Untuk sampel pertama, unsur Mg yang ada sebesar 1,895 %, sampel kedua 1,921 % dan sampel ketiga sebesar 1,218 %. Sementara itu, unsur Fe dan Zn di dalam ketiga sampel uji ternyata tidak bisa terdeteksi, karena pada alat tidak dilengkapi dengan detektor Fe sedangkan untuk unsur Zn tidak tersedia bahan standar. Dilihat dari kandungan unsur Mg, semakin lama waktu peleburannya semakin berkurang kandungan unsur Mg yang ada. Hal ini disebabkan semakin lama waktu peleburan, semakin banyak unsur Mg yang teroksidasi sehingga semakin berkurang unsur Mg yang ada. Selain unsur Mg dan Si sebagai unsur pemadu utama, keberadaan unsur seperti Mn, Cr , B dan Ti perlu diperhatikan. Unsur Mn dan Cr sebagai penghambat pertumbuhan butir pada temperatur tinggi dan unsur Ti serta B sebagi penghalus butir dan penyerap neutron masih dalam batas persyaratan untuk kelongsong elemen bakar reaktor riset. Dari ketiga sampel uji tersebut, dilihat kandungan unsur Mg dan Si sebagai unsur pemadu utama yang ada maka sampel ketiga yang dilebur dengan waktu peleburan 60 menit menghasilkan unsur Mg dan Si sesuai spesifikasi.
Apabila dibandingkan dari kedua teknik pengujian seperti di atas, terlihat unsur Mg mempunyai perbedaan hasil sedangkan unsur lainnya hampir tidak berbeda. Unsur Mg yang terukur dengan teknik XRF rata-rata menghasilkan nilai rendah dibandingkan dengan teknik emission
spectroscopy. Hal ini dikarenakan peralatan teknik Emission spectroscopy mempunyai batas deteksi
lebih kecil dibandingkan dengan peralatan XRF (batas deteksi XRF minimal 0,1 % sedangkan
Emission spectroscopy kurang dari 0,1 %). Dari
hasil analisis dengan teknik emission spectroscopy ini dapat diambil parameter wktu peleburan yang lebih mendekati yaitu 60 menit. Hal ini disebabkan dalam waktu peleburan tersebut menghasilkan unsur pemadu utama yaitu Mg dan Si serta unsur-unsur lain telah memenuhi spesifikasi kelongsong elmen bakar. Apabila dilihat dari kedua teknik, teknik
emission spectroscopy memberikan hasil yang lebih
mendekati dengan spesifikasi. Namun, karena teknik emission spectroscopy ini masih belum lengkap yaitu tidak adanya detektor Fe dan standar unsur Zn maka secara keseluruhan teknik ini kurang tepat. Oleh karena itu hasil dari kedua teknik ini bersifat saling melengkapi.
Tabel 1. Hasil Analisis Komposisi Bahan Kelongsong AlMgSi1 Menggunakan XRF dan Emission Spectroscopy
Hasil terukur Dengan XRF (% berat) Hasil terukur Dengan Emission Spectroscopy (% berat)
Spesifikasi [5 ]
Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel
No Unsur Kadar pengotor bahan baku [4] (%) 1 2 3 1 2 3 1 Mg - 0,35 0,34 0,19 1,895 1,921 1,218 0,6 – 1,4 % 2 Si - 0,85 1,33 1,26 0,955 1,263 0,974 0,6 – 1,6 % 4 Cr 0.0029 0,04 0,02 0,05 0,20 0,097 0,021 ≤ 0,3 % 5 Mn 0.094 0,22 0,23 0,23 0,180 0,214 0,183 ≤ 1 % 6 Fe 0.667 1,47 1,49 1,44 - - - ≤ 0,50 % 7 Cu 0,091104 0,17 0,18 0,13 0,109 0,120 0,110 ≤ 0,10 % Zn 0,0015837 1,85 1,86 1,83 - - - ≤ 0,20 % 9 B - - - ≤ 0,0001 % 10 Ti - - - - 0,018 0,080 0,018 ≤ 0,20 % 10 Co 0,00029727 - - - 0,012 0,228 0,012 - 11 Cd 0,001689 - - - - 12 Al 98.47443 95,05 94,66 94,85 96,631 96,077 97,464
Tabel 2. Ketidakpastian Maksimum Hasil Pengujian dengan XRF dan Emission Spectroscopy
No Diharapkan Hasil terukur dengan XRF (% berat)
Ketidak- pastian Maks. (g)
Hasil terukur dengan
Emission Spectroscopy (% berat) Ketidak- pastian Maks. (g) 1 2 3 1 2 3 Mg 1,0 0,35 0,34 0,19 0,0423545 0,19 1,895 1,921 0,2006 Si 0,8 0,85 1,33 1,26 0,1948307 1,26 0,955 1,263 0,1739 Cr ≤ 0,3 % 0,04 0,02 0,05 0,027 0,05 0,20 0,097 0,01735 Mn ≤ 1 % 0,22 0,23 0,23 0,04375 0,23 0,180 0,214 0,02765 Fe ≤ 0,50 % 1,47 1,49 1,44 0,28623 - - - - Cu ≤ 0,10 % 0,17 0,18 0,13 0,1407479 0,13 0,109 0,120 0,0179 Zn ≤ 0,20 % 1,85 1,86 1,83 0,272938 1,83 - - - B ≤ 0,0001 % - - - - Ti ≤ 0,20 % - - - - 0,018 0,018 0,080 0,0058 Co - - - 0,012 0,012 0,228 0,0126 Cd - - - Al sisanya 95,05 94,66 94,85 96,631 96,077 97,464 Keterangan :
Sampel 1 = waktu peleburan 30 menit Sampel 2 = waktu peleburan 45 menit Sampel 3 = waktu peleburan 60 menit
KESIMPULAN
Sebagian besar unsure yang dianalisis dengan menggunakan teknik XRF dan Emission
spectroscopy telah memenuhi persyaratan
kelongsong elemen bakar reactor riset. Parameter waktu peleburan yang diperoleh dari hasil anlisis dengan teknik XRF adalah 30 menit, sedangkan dengan teknik emission spectroscopy 60 menit. Dilihat dari unsure yang diperoleh, hasil analisis dengan teknik emission spectroscopy lebih mendekati spesifikasi untuk kelongsong elemen bakar reaktor riset. Namun, karena keterbatasan peralatan dan standar pada teknik emission
spectroscopy maka hasil pengujian mengambil dari
kedua teknik tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. MANUAL XRF, DX 95 EDXRF System, EDAX, Phillips, 1993.
2. JENKIN, RON, “ Quantitatif X Ray
Spectrometry”, Marcell Decker, Inc, 1981.
3. SITI AMINI, “Spektrometer Emisi”, Pelatihan Keahlian Analisis Kimia Bahan Bakar Nuklir Secara Spektrometri, Pusat Pendidikan dan Pelatihan –BATAN, 1997.
4. MASRUKAN,” Pembuatan Paduan AlMgSi1 Dengan Teknik Chilled Casting”, Laporan Teknis Hasil-Hasil Penelitian P2TBDU, Tahun 2005.
5. VERANTWORTLICHE BEARBEITER,” Aluminium Taschenbuch”, Dusseldorf, 1963.