• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU PELEBURAN TERHADAP KOMPOSISI AL DAN MG MENGGUNAKAN METODE PENGECORAN TUANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU PELEBURAN TERHADAP KOMPOSISI AL DAN MG MENGGUNAKAN METODE PENGECORAN TUANG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU PELEBURAN

TERHADAP KOMPOSISI AL DAN MG MENGGUNAKAN

METODE PENGECORAN TUANG

Rudi Siswanto

Jurusan Teknik Mesin Akademi Teknik Pembangunan Nasional (ATPN) email : rudi_sieswanto@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur dan waktu peleburan terhadap komposisi Al dan Mg dalam paduan. Metode pengecoran yang digunakan adalah pengecoran tuang dimana suatu logam cair dituang ke dalam cetakan tanpa adanya tekanan, selanjutnya dibiarkan membeku dalam cetakan dengan pendinginan temperatur ruang. Tungku untuk peleburan menggunakan tungku jenis krusibel dan cetakan dari logam Material untuk pengecoran digunakan paduan aluminium magnesium (Al-17%Mg) sekrap. Paduan Al-Mg dilebur dalam tungku pada variasi temperatur 650 oC, 700 oC dan 750 oC dengan waktu peleburan 5, 10 dan 15 menit, kemudian dituang dalam cetakan logam (temperatur 200 oC), dan selanjutnya dibiarkan membeku dan dingin dalam cetakan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin tinggi temperatur peleburan komposisi Al dalam paduan cenderung semakin meningkat, sedangkan komposisi Mg semakin menurun. Semakin lama waktu peleburan komposisi Al dalam paduan cenderung semakin meningkat, sedangkan komposisi Mg semakin menurun. Temperatur dan waktu peleburan optimum adalah 650 oC waktu 5-10 menit, 700 oC waktu 5 menit.

Kata Kunci: pengecoran tuang, paduan Al-17%Mg, komposisi Al dan Mg

Pendahuluan

Magnesium merupakan logam ringan yang mempunyai sifat mudah terbakar jika saat peleburan kontak dengan oksigen dan reaktif. Magnesium paduan banyak digunakan pada komponen struktur pesawat, otomotif dan elektronik. Pemanfaatan magnesium pada industri otomotif adalah untuk menghasilkan produk kendaraan ringan, sehingga pemakaian bahan bakar lebih hemat dan mengurangi emisi gas buang. Beberapa jenis kendaraan terbaru menggunakan gearbox housing dan engine block yang dibuat dari magnesium hingga bobotnya turun 25%, dibandingkan menggunakan aluminium.

Pada industri kecil pengecoran biasanya paduan yang mengandung unsur magnesium dianggap material yang mengganggu, karena magnesium cair akan terbakar jika kontak dengan udara saat peleburan dan penuangan. Inilah salah satu kesulitan dalam pengecoran magnesium, mencegah teroksidasinya magnesium cair dengan udara. Penggunaan fluks sebagai pelindung logam cair unsur paduan magnesium agar tidak kontak dengan udara, menggunakan campuran dengan komposisi KCl 55%, MgCl2 34% dan BaCl2 9% (Arifin, 2008). Jumlah fluks 1,5 % dari persen berat sudah cukup untuk melindungi lapisan atas dari cairan paduan magnesium dari kontak dengan udara. Penggunaan fluks kering 1 % sampai 3 % dapat mengurangi gas dan mencegah gelembung udara serta lubang jarum, disamping itu juga memperbaiki sifat-sifat mekaniknya (Surdia dan Chijiwa, 1996).

Aluminium (Al) tergolong logam ringan dan mempunyai daya hantar listrik/panas yang cukup baik. Logam aluminium mempunyai struktur kristal FCC. Logam ini tahan terhadap korosi pada media yang berubah-ubah dan juga mempunyai duktilitas yang tinggi. Sifat aluminium; rapat massa relative (2,7 gr/cm3) , titik lebur : 660 0C. Sifat paling ringan diantara logam-logam yang sering digunakan, penghantar panas dan listrik yang tinggi, lunak, ulet dan kekuatan tariknya rendah.

Magnesium (Mg) tergolong logam ringan, dan tahan terhadap karat berkat lapisan oksida magnesium. Logam magnesium mempunyai struktur Kristal HCP. Magnesium Alloy dapat dituang pada cetakan pasir dan juga dapat dilas dan dimesin. Bijih magnesium yang banyak kita kenal adalah magnesit ( Magnesium karbonat ).

(2)

Surdia dan Saito (1985) menyebutkan bahwa magnesium mempunyai susunan atom heksagonal dan mempunyai kekuatan tarik 19 kgf/mm2 setelah penganilan, kekuatan mulur 9,8 kgf/mm2 dan perpanjangannya 16 %. Sudarsono (2008) menyatakan bahwa magnesium mempunyai titik cair pada temperatur 650 oC, cairan magnesium harus terlindungi dari kontak dengan oksigen yang ada di udara, karena mudah bereaksi dan langsung terbakar jika terkena dengan oksigen, sedangkan massa jenis paduan magnesium 1,8 gram/cm3. Longworth (2001) dalam Arifin (2008) menyatakan magnesium adalah logam yang paling ringan diantara logam yang biasa digunakan dalam suatu struktur. Magnesium mempunyai kekurangan seperti kekuatan dan keuletan rendah, tidak tahan korosi dan mudah menyala, sehingga memiliki keterbatasan dalam proses pembentukan (Perez, 2005). Menurut Shigley dan Mitchell (1991) magnesium adalah logam yang paling ringan diperdagangkan, pemakainnya yang terbanyak adalah pada industri pesawat terbang, tetapi sekarang pemakaian untuk bidang lain juga telah ditemukan. Semakin tinggi temperatur peleburan berpengaruh pada penurunan volume dan berat hasil pengecoran. Semakin lama waktu peleburan juga berpengaruh pada penurunan volume dan berat hasil pengecoran (Siswanto, 2012).

Menurut Departemen Mesin PEDC (1983) biji magnesium yang banyak kita kenal adalah magnesit/magnesium karbonat (Mg Co3), Dolomit (Ca Co3 . Mg Co3) dan carolite (Mg Cl2 K Cl6 H2O).Sifat-sifat magnesium adalah : rapat massa (1,74 gr/cm3-), titik lebur (657 oC), sifat-sifat : lunak, kekuatan tarik rendah, tahan korosi. Penggunaan : dipadu dengan unsur lain menghasilkan struktur logam paduan digunakan untuk roda pesawat terbang, panel-panel mesin pesawat terbang, material otomotif dan sebagainya. Unsur-unsur paduan dasar magnesium adalah alumunium, seng dan mangan. Semakin tinggi temperatur peleburan dan semakin lama waktu peleburan akan meningkatkan massa jenis dan kekerasan (Siswanto, 2011).

Diagram fasa adalah grafik yang digunakan untuk menunjukkan kondisi kesetimbangan antara fase-fase yang berbeda dari suatu zat yang sama. Komponen-komponen umum diagram fase adalah garis kesetimbangan atau sempadan fase, yang merujuk pada garis yang menandakan terjadinya transisi fase. Titik tripel adalah titik potong dari garis-garis kesetimbangan antara tiga fase benda, (padat, cair, dan gas). Solidus adalah temperatur di mana zat tersebut stabil dalam keadaan padat. Likuidus adalah temperatur di mana zat tersebut stabil dalam keadaan cair. Diagram fasa paduan Al-Mg ditunjukan sebagaimana gambar 1.

Gambar 1. Diagra fassa paduan Al-Mg (ASM Handbook, 2004) Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen (uji laboratorium). Paduan Al-Mg sekrap dilebur dalam tungku krusibel kemudian dituang dalam cetakan logam dan selanjutnya didinginkan di udara (temperatur ruang). Hasil

(3)

pengecoran dikeluarkan dari cetakan dan dibersihkan, kemudian dibuat spesimen dan selanjutnya diuji komposisi kandungan Al dan Mg.

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah paduan Al-17%Mg rongsokan (scrap) jenis bahan blok mesin chainsaw. Peralatan peleburan menggunakan tungku krusibel, cetakan yang digunakan cetakan logam, sedangkan metode pengecoran adalah pengecoran tuang, pengujian komposisi paduann AL-Mg menggunakan spektrometri. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil pengujian , maka diperoleh data komposisi Al-Mg sebagaimana tabel 1.

Tabel 1. Data hasil pengujian komposisi Al-Mg

Gambar 3, merupakan grafik hubungan temperatur dan waktu peleburan terhadap komposisi Al-Mg dalam paduan, dari hasil pengecoran menggunakan metode pengeoran tuang.

Gambar 3. Grafik hubungan temperatur dan waktu peleburan terhadap komposisi Al-Mg No Temperatur Peleburan (oC) Waktu Peleburan (menit) Kode Spesimen Komposisi (%) Al Mg 1 650 5 A1 63,73 19,80 2 10 A2 67,84 16,70 3 15 A3 79,11 7,01 4 700 5 B1 60,25 18,60 5 10 B2 85,95 1,79 6 15 B3 82,08 2,26 7 750 5 C1 88,76 0,60 8 10 C2 79,22 2,54 9 15 C3 79,37 4,05 10 Material asal X 67,34 17,30

(4)

1. Pengaruh Temperatur Peleburan Terhadap Komposisi Al

Pada waktu peleburan 5 menit, komposisi Al dalam paduan mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan temperatur peleburan. Pada waktu peleburan 10 menit, komposisi Al dalam paduan mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan temperatur peleburan. Pada waktu peleburan 15 menit, komposisi Al dalam paduan tidak mengalami peningkatan/penurunan seiring dengan kenaikan temperatur peleburan atau dapat dikatakan bahwa peningkatan temperatur peleburan tidak berpengaruh terhadap komposisi Al dalam paduan.

Temperatur peleburan sangat berpengaruh pada perubahan komposisi Al dalam paduan. Komposisi Al cenderung meningkat seiring dengan kenaikan temperatur peleburan 650 oC -700 oC, akan tetapi setelah mencapai temperatur 750 oC komposisi Al sudah tidak mengalami perubahan yang signifikan. Kenaikan komposisi Al ini disebabkan penurunan komposis Mg dalam paduan. Penurunan komposisi Mg yang sangat signifikan pada temperatur 750 oC ini menunjukkan bahwa Mg sudah teroksidasi.

2. Pengaruh Temperatur Peleburan Terhadap Komposisi Mg

Pada waktu peleburan 5 menit, komposisi Mg dalam paduan mengalami penurunan seiring dengan kenaikan temperatur peleburan. Pada waktu peleburan 10 menit, komposisi Mg dalam paduan mengalami penurunan seiring dengan kenaikan temperatur peleburan. Pada waktu peleburan 15 menit, kenaikan temperatur peleburan sudah tidak berpengaruh terhadap komposisi Mg dalam paduan.

Temperatur peleburan sangat berpengaruh pada perubahan komposisi Mg dalam paduan. Komposisi Mg cenderung menurun seiring dengan kenaikan temperatur peleburan 650 oC -700 oC, akan tetapi setelah mencapai temperatur 750 oC komposisi Mg sudah tidak mengalami perubahan yang signifikan (relatif stabil karena komposisi Mg sudah sangat kecil). Penurunan komposisi Mg yang signifikan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi temperatur peleburan, prosentase terbakarnya Mg akan semakin meningkat.

3. Pengaruh Waktu Peleburan Terhadap Komposisi Al

Pada temperatur peleburan 650 oC, semakin lama waktu peleburan komposisi Al dalam paduan akan semakin meningkat. Pada temperatur peleburan 700 oC, semakin lama waktu peleburan komposisi Al dalam paduan cenderung semakin meningkat. Pada temperatur peleburan 750 oC, semakin lama waktu peleburan komposisi Al dalam paduan tidak menunjukkan adanya perubahan komposisi yang signifikan.

Waktu peleburan sangat berpengaruh pada perubahan komposisi Al dalam paduan. Komposisi Al meningkat seiring dengan kenaikan waktu peleburan 5-10 menit, akan tetapi setelah mencapai waktu peleburan 15 menit komposisi Al sudah tidak mengalami perubahan yang signifikan.

4. Pengaruh Waktu Peleburan Terhadap Komposisi Mg

Pada temperatur peleburan 650 oC, semakin lama waktu peleburan komposisi Mg dalam paduan cenderung semakin menurun. Pada temperatur peleburan 700 oC, semakin lama waktu peleburan komposisi Mg dalam paduan cenderung semakin menurun. Pada temperatur peleburan 750 oC, semakin lama waktu peleburan komposisi Mg dalam paduan tidak menunjukkan adanya perubahan komposisi yang signifikan.

Waktu peleburan sangat berpengaruh pada perubahan komposisi Mg dalam paduan. Komposisi Mg menurun seiring dengan peningkatan waktu peleburan 5-10 menit, akan tetapi setelah mencapai waktu peleburan 15 menit komposisi Mg sudah tidak mengalami perubahan yang signifikan (relatif stabil karena komposisi Mg sudah sangat kecil). Penurunan komposisi Mg yang signifikan ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu peleburan, prosentase terbakarnya Mg akan semakin meningkat (Mg akan hahis terbakar).

(5)

5. Temperatur dan Waktu Peleburan Optimum

Berdasarkan hasil análisis data untuk mempertahankan komposisi paduan Al-Mg agar tidak terjadi perubahan secara signifikan komposisi dari raw material maka temperatur dan waktu peleburan yang optimum adalah sebagaimana berikut :

a. Pada temperatur 650 oC dengan waktu peleburan 5-10 menit, komposisi Al (63,73 % – 67,84 %), dan komposisi Mg (16,70 % - 19,80 %).

b. Pada temperatur 700 oC dengan waktu peleburan 5 menit, komposisi Al (60,25 %), dan komposisi Mg (18,60 %).

Apabila temperatur dan waktu peleburan di atas dari temperatur dan waktu tersebut maka akan terjadi penurunan komposisi Mg dalam paduan, hal ini disebabkan karena Mg akan teroksidasi. Sedangkan peningkatan komposisi Al dalam paduan disebabkan karena menurunnya komposisi Mg.

Berdasarkan diagram fasa paduan Al-Mg sebagaimana gambar 4.5, bahwa dengan komposisi Mg 17 % dalam paduan Al, maka pada temperatur 650 oC sudah cukup baik sebagai temperatur peleburan. Temperatur optimum peleburan paduan Al-Mg menurut ; Sudarsono (2009) 700 oC, Zhou dkk (2005) 690 ºC, Britnell dan Neailey, (2003) 650 ºC dan 720 ºC, Kleiner dkk. (2002) 685 ºC.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : (1) Semakin tinggi temperatur peleburan, komposisi Al dalam paduan cenderung

meningkat. (2) Semakin tinggi temperatur peleburan, komposisi Mg dalam paduan cenderung menurun. (3) Semakin lama waktu peleburan, komposisi Al dalam paduan cenderung meningkat. (4) Semakin lama waktu peleburan, komposisi Mg dalam paduan

cenderung menurun. (5) Temperatur dan waktu peleburan optimum adalah : (a) Temperatur 650 oC dengan waktu peleburan 5-10 menit, (b) Temperatur 700 oC

dengan waktu peleburan 5 menit. Ucapan Terima Kasih

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada DP2M Dirjen Dikti dan Kopertis Wilayah XI Kalimantan yang telah membiayai penelitian ini melalui Program Hibah Penelitian Desentralisasi.

Daftar Pustaka

Anonim, 1983, “Ilmu Bahan”, Departemen Mesin PEDC, Bandung

ASM Handbook editor Baker, H., 2004, “Alloy Phase Diagrams”, Vol.3, ASM Handbook Committee.

Arifin Amir, 2008, “Pengaruh Temperatur Penuangan, Temperatur Cetakan, Ketebalan Coran dan Flux Terhadap Fluiditas dan Sifat Mekanik dari Paduan Magnesium (Mg-44%Al)”, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Britnell D.J., and Neailey K., 2003, “Microsegregation in Thin Walled Castings Produced Via The Direct Squeeze Casting Process”, Journal of Materials Processing Technology, vol. 138, pp. 306-310

Kleiner, S., Beffort, O., Wahle, A., and Uggowitzer, P.J., 2002, “Microstructure and Mechanical Properties of Squeeze Cast and Semi-Solid Cast Mg-Al Alloys”, Journal of Light Metals, vol. 2, pp. 277-280.

Longworth, S.J.P., 2001, ”The Bolting of Magnesium Components in Car Engines”, Dissertation Submitted for The Degree of Master of Philosophy The University of Cambridge, pp 6-10.

(6)

Perez-Prado, M.T., del Valle, J.A., and Ruano, O.A., 2005, ”Achieving High Strength in Comercial Mg Cast Alloys Through Large Strain Rolling”Journal of Material Latter, vol. 59, pp. 3299-3303.

Shigley, J.E. & Mitchell, L.D., 1991, Diterjemahkan Harahap, G., Ir. M.Eng, “Perencanaan Teknik Mesin”, Cetakan kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sudarsono, 2008, “Pengaruh Temperatur Tuang, Temperatur Cetakan dan Tekanan Pada Pengecoran Squeeze Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Magnesium Paduan

(Mg-44%Al)”, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Surdia, T. dan Chijiwa, K., 1996, “Teknik Pengecoran Logam”, Cetakan Ketujuh, Pradnya Paramita, Jakarta.

Surdia, T., dan Saito, S., 1985, “Pengetahuan Bahan Teknik”, PT. Pradnya Paramitha, Jakarta.

Siswanto Rudi, 2011, The Influence of Temperature and Melting Duration Pour Casting to

Density and Hardness of Al-21%Mg Alloys, Jurnal Ilmiah Suara Teknik Univ.

Muhammadiyah Pontianak, ISSN : 2086-1826, Volume 2, Nomor 1, Hal. 1-67.

Siswanto Rudi, 2012, Pengaruh Temperatur Dan Waktu Peleburan Pengecoran Tuang Paduan Al-21%Mg Terhadap Volume Dan Berat Hasil Pengecoran, Jurnal Ilmiah Suara Teknik Univ. Muhammadiyah Pontianak, ISSN : 2086-1826, Volume 2, Nomor 11. Halaman 1-68

Zhou, M., Hu, H., Li, and Lo, J., 2005, ”Microstructure and Tensile Properties of Squeeze Cast Magnesium Alloy AM50”, Journal of Material Engineering and Performance, vol. 14 (4), pp. 539-545.

Gambar

Diagram  fasa  adalah  grafik  yang  digunakan  untuk  menunjukkan  kondisi  kesetimbangan  antara  fase-fase  yang  berbeda  dari  suatu  zat  yang  sama
Gambar  3,  merupakan grafik hubungan  temperatur  dan  waktu peleburan  terhadap  komposisi Al-Mg dalam paduan, dari hasil pengecoran menggunakan metode pengeoran  tuang

Referensi

Dokumen terkait

Tahap-tahap penelitian ini terdiri atas (1) penetapan fokus penelitian yaitu peneliti meminta ijin penelitian, melakukan observasi awal, memberikan pretes pada

Mandala Surabaya, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan saran yang bermanfaat untuk peneliti dan telah memberikan ilmu selama peneliti berkuliah di

USPT 3tmm 1 5 Hanso, Jaldi Hanso, Delhi Mera Pardes and Log Bhul Gaye Main; his. chief short stories are 'Mere aur Nangi Aurat ke Bich' (Between me and a Naked Women)

Maksud dari kegiatan ini dilaksanakan untuk menyusun dokumen teknis berupa gambar secara rinci (detail desain), rencana kerja dan syarat-syarat, spesifikasi teknis termasuk BOQ,

Wasesa dalam Strategi Public Relations (2006: 13-15) menyatakan bahwa hal yang perlu dipahami sehubung dengan terbentuknya sebuah citra perusahaan adalah “adanya

Struktur komunitas lamun yang memiliki penutupan >60%, memiliki jumlah jenis makrozoobentos yang relatif tinggi, demikian pula kepadatan makrozoobentos juga di pengaruhi

Buatlah kesimpulanmu Rubrik No Kriteria Penilaian Skor Nilai 4 3 2 1 1 Menjelaskan macam – macam passing Sangat tepat dalam Menjelaskan macam – macam passing

EDIHARYATNO L Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan SDN NGALANG II GEDANGSARI 2 PENJAS.03 5 - 16 OKTOBER 2017 JOGJA PLASSA HTL.