• Tidak ada hasil yang ditemukan

Di susun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran. Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Di susun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran. Oleh:"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KADAR ALBUMIN PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM 5 YANG TELAH MENJALANI DAN BELUM MENJALANI HEMODIALISIS RUTIN DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH DR. MOEWARDI

Di susun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Oleh:

RESI ASADILLAH MAJID J 500 140 125

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PERBEDAAN KADAR ALBUMIN PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM 5 YANG TELAH MENJALANI DAN BELUM MENJALANI HEMODIALISIS RUTIN DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH DR. MOEWARDI

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

RESI ASADILLAH MAJID J 500 140 125

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Dr. Suryo Aribowo T., M.Kes., Sp.PD (KHOM) NIK: 1058

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PERBEDAAN KADAR ALBUMIN PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM 5 YANG TELAH MENJALANI DAN BELUM MENJALANI HEMODIALISIS RUTIN DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH DR. MOEWARDI

OLEH:

RESI ASADILLAH MAJID J500140125

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari ..., ... 2018

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Dr. Iin Novita N.M., M.Sc., Sp.PD. (...) (Ketua Dewan Penguji)

2. Dr. Retno Sintowati, M.Sc. (...) (Anggota 1 Dewan Penguji)

3. Dr. Suryo Aribowo T., M.Kes., Sp.PD (KHOM) (...) (Anggota 2 Dewan Penguji)

Dekan

Prof. Dr. dr. EM Sutrisna, M. Kes. NIK: 919

(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, ... 2018

Penulis

RESI ASADILLAH MAJID J500140125

(5)

iv

PERBEDAAN KADAR ALBUMIN PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM 5 YANG TELAH MENJALANI DAN BELUM MENJALANI HEMODIALISIS RUTIN DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH DR. MOEWARDI

Abstrak

Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan penyakit dengan etiologi beragam dan dapat berakhir dengan kondisi gagal ginjal. Hemodialisis (HD) menjadi salah satu terapi bagi penderita PGK stadium 5 dan kadar albumin befungsi untuk mengetahui daya tahan penderita PGK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar albumin pasien PGK stadium 5 yang belum dan telah menjalani HD rutin di RSUD Dr. Moewardi. Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional dan subjek penelitian adalah penderita PGK stadium 5 yang belum dan telah menjalani HD rutin di RSUD Dr. Moewardi. Untuk teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive

sampling dan menggunakan uji Mann-Whitney. Penelitian ini menggunakan 82

sampel, terdiri dari 41 pasien PGK yang telah menjalani HD rutin dan 41 pasien PGK yang belum menjalani HD rutin. Setelah itu, diketahui perbedaan kadar albumin pada pasien PGK yang belum menjalani HD 3,37±0,562 gr/dL dan pasien PGK yang telah menjalaninya 3,79±0,469 gr/dL. Kesimpulan penelitian ini yaitu kadar albumin pasien PGK stadium 5 yang telah menjalani HD rutin lebih baik daripada yang belum menjalaninya.

Kata kunci: penyakit ginjal kronik, kadar albumin, hemodialisis Abstract

Chronic kidney disease (CKD) is a disease with a varied etiology and may end up with a condition of renal failure. Hemodialysis (HD) is one of the therapies for stage 5 CKD patients. Albumin levels is a predictor of the endurance of patients with CKD. This study aims to know the difference of albumin levels in patients with stage 5 CKD who has had and has not had the routine HD in RSUD Dr. Moewardi. This study is an observational analytic research with cross sectional study design and the subjects were patients with stage 5 CKD who has had and has not had the routine HD at Dr. Moewardi. Sampling technique performed with

purposive sampling technique and used Mann-Whitney test. This study used 82

sample, consists of 41 patients with stage 5 CKD who has had the routine HD and 41 patients with stage 5 CKD who has not had that therapy. It’s known that the differences of albumin levels in patients who has not had the HD were 3,37±0,562 gr/dL and patients who has had the HD were 3,79±0,469 gr/dL. The conclusion is albumin levels in patients with stage 5 CKD who has had the routine HDis better than the patients who has not had the HD.

(6)

1 1. PENDAHULUAN

United States Renal Data System (USRDS) melaporkan bahwa pada tahun

2013 di Amerika Serikat, kejadian penyakit ginjal kronik sebanyak 117.162 kasus (USRDS, 2015). Menurut WHO, Indonesia akan mengalami peningkatan kejadian penyakit ginjal kronik sebesar 41,4% tahun 1995-2025 dan menurut Persatuan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), di Indonesia terdapat 70.000 penderita penyakit serupa, dan akan bertambah sekitar 10% tiap tahunnya (Tandi, Mongan, & Manoppo, 2014).

Berdasarkan data yang didapat dari Riskesdas pada tahun 2013, prevalensi penyakit ginjal kronik di Indonesia khususnya di daerah Jawa Tengah sebesar 0,3%. Klaten merupakan kota di Jawa Tengah yang memiliki prevalensi penyakit ginjal kronik tertinggi, yaitu mencapai angka 0,7%. Dari hasil penelitian Riskesdas juga diketahui bahwa prevalensi penyakit ginjal kronik meningkat seiring bertambahnya umur. (Riskesdas, 2013).

Populasi penderita penyakit ginjal kronik di Amerika Serikat yang menjalani dialisis (hemodialisis dan dialisis peritoneal) meningkat 1,9% dari tahun 2012 ke tahun 2013 mencapai 113.944 pasien, dan hasil ini meningkat 24% jika dibandingkan pada tahun 2000. Meningkatnya jumlah ini juga dialami oleh populasi penderita penyakit ginjal kronik yang melakukan tranplantasi ginjal (USRDS, 2015).

Menurut data IRR (Indonesian Renal Registry) yang didapat dari 249 renal unit yang melaporkan, 30.554 pasien aktif menjalani hemodialisis pada tahun 2015, dengan prevalensi gagal ginjal akut pada gagal ginjal kronik 4%, gagal ginjal akut 7%, dan gagal ginjal kronik 89%. Meningkatnya gagal ginjal akut yang menjalani dialisis diakibatkan kondisi penyakit tersebut berat dan dilakukan terapi pendukung ginjal (PERNEFRI, 2015).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kubrusly (2012), mengatakan bahwa tingkat albumin setelah dilakukan hemodialisis mengalami peningkatan sehingga status protein pasien lebih baik dan risiko kematian akibat kekurangan gizi rendah. Albumin merupakan penanda biokimia yang umum digunakan untuk mengetahui status nutrisi pasien hemodialisis. Kadar

(7)

2

albumin yang rendah akan meningkatkan angka dari mortalitas dan morbiditas (Kubrusly, 2012).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pupim (2007), mengatakan bahwa pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis mengalami penurunan jumlah albumin. Hal tersebut berkaitan dengan kondisi malnutrisi yang dialami oleh pasien ketika menjalani terapi hemodialisis. Pada penelitian lain, dikatakan bahwa asupan gizi yang tidak adekuat dan inflamasi pada kondisi malnutrisi dapat menurunkan konsentrasi serum albumin (Lajuck, Moeis, & Wongkar, 2016). Pada penelitian oleh Agus (2009), mengatakan bahwa penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis merasakan banyak problem mental, yang mana dilihat pada rerata skor Status

Mental Health-nya yang rendah dan juga mengalami malnutrisi. Kondisi

malnutrisi ini dapat dilihat dari kadar albumin plasma yang ada di dalam tubuh mengalami penurunan.

Dari uraian sebelumnya dapat diketahui bahwa penelitian mengenai perbedaan kadar albumin pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang telah menjalani dan belum menjalani hemodialisis rutin di Jawa Tengah dan Surakarta masih terbatas. Hal ini yang memotivasi penulis untuk melakukan penelitian tentang perbedaan kadar albumin pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang telah menjalani dan belum menjalani hemodialisis rutin.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasi analitik

cross-sectional. Penelitian dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi pada bulan

Oktober 2017 hingga Januari 2018. Populasi target dalam penelitian ini adalah pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang belum dan telah menjalani hemodialisis di RSUD Dr. Moewardi sedangkan populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien penyakit ginjal kronik yang belum dan telah menjalani hemodialisis di RSUD Dr. Moewardi di bagian Poli Klinik Penyakit Dalam pada bulan Agustus 2015 hingga Agustus 2017. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling dengan jumlah total sampel 82 pasien. Purposive Sampling yaitu teknik memilih responden

(8)

3

berdasarkan pertimbangan subyektif dan praktis (Sastroasmoro & Ismael, 2014). Pada penelitian ini yang menjadi kriteria dalam pemilihan sampel adalah pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang telah dan belum menjalani hemodialisis di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

Kriteria inklusi penelitian ini adalah pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang belum dan telah menjalani hemodialisis, hemodialisis rutin (minimal 2 kali per minggu), dan usia 18-65 tahun, laki-laki atau perempuan. Untuk yang dieksklusikan adalah pasien dengan data rekam medik tidak lengkap, pasien dengan penyakit komorbid hepar, pasien PGK et causa Systemic Lupus

Eritematous, dan pasien PGK et causa Multiple Myeloma. Instrumen

penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah rekam medik pasien. Hasil data tersebut dianalisis dengan uji Mann-Whitney, karena pada uji normalitas distribusi data tidak normal. Seluruh data yang diperoleh diolah dengan menggunakan SPSS versi 23 for Windows.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian

Subjek yang diteliti pada penelitian ini adalah pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang belum dan telah menjalani hemodialisis rutin di RSUD Dr. Moewardi. Penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2017 - awal Januari 2018. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti data catatan rekam medis penderita penyakit ginjal kronik stadium 5 pada periode Agustus 2015 – Agustus 2017. Sampel yang memenuhi kriteria restriksi berjumlah 82 rekam medis yang terdiri dari 41 rekam medis pasien PGK stadium 5 yang belum menjalani hemodialisis dan 41 rekam medis pasien PGK stadium 5 yang telah menjalani hemodialisis. Pada penelitian ini dilakukan pencatatan kadar albumin plasma sebagai variabel terikat dan status hemodialisis rutin sebagai variabel bebas. Untuk karakteristik subjek penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut.

(9)

4

1. Karakteristik Subjek Penelitian

Tabel 1. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik Kelompok N Persentase Total (%)

Jenis Kelamin Laki-laki PGK 5 Non HD 17 20,7% 42(51,2) PGK 5 HD 25 30,5% Perempuan PGK 5 Non HD 24 29,3% 40(48,8) PGK 5 HD 16 19,5%

Sumber: SPSS 23 for windows, 2018

Pada Tabel 1 menunjukkan distribusi subjek berdasarkan jenis kelamin. Berdasarkan tabel tersebut, jumlah penderita penyakit ginjal kronik stadium 5 yang belum dan telah menjalani hemodialisis rutin lebih banyak pada laki-laki, yaitu dengan jumlah 42 pasien (51,2%) dibandingkan dengan yang perempuan dengan jumlah 40 pasien (48,8%).

Tabel 2. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Karakteristik Kelompok N Persentase Total (%)

Usia 18-40 tahun PGK 5 Non HD 9 11,0% 17(20,7) PGK 5 HD 8 9,8% 41-65 tahun PGK 5 Non HD 32 39,0% 65(79,3) PGK 5 HD 33 40,2%

Sumber: SPSS 23 for windows, 2018

Tabel 1. Distribusi Subjek Penel itian Berdasarkan Usi a

Untuk distribusi subjek penelitian berdasarkan usia, didapatkan bahwa jumlah pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang belum dan telah menjalani hemodialisis terbanyak pada kategori usia 41-65 tahun, dengan jumlah 65 pasien (79,3%).

Tabel 3. Distribusi Data Albumin Berdasarkan Mean

Karakteristik Mean±SD P value

PGK 5 non HD 3,37±0,562

0,000

PGK 5 HD 3,79±0,469

Sumber: SPSS 23 for windows, 2018

(10)

5

Dari Tabel 3 diketahui mean ± SD dari kadar albumin plasma pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang belum menjalani hemodialisis rutin adalah 3,37±0,562. Pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang belum menjalani hemodialisis rutin didapatkan mean ± SD kadar albumin plasma sebesar 3,79±0,469. Jadi untuk kelompok yang telah menjalani hemodialisis rutin memiliki rerata kadar albumin plasma yang lebih besar daripada yang belum menjalani hemodialisis rutin.

Tabel 4. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Variabel Lain

Karakteristik Kelompok N Persentase Total (%) Rerata

Diabetes Mellitus Ya PGK 5 Non HD 10 12,2% 22(26,8) PGK 5 HD 12 14,6% Tidak PGK 5 Non HD 31 37,8% 60(73,2) PGK 5 HD 29 35,4% LFG PGK 5 Non HD 7,79±3,53 PGK 5 HD 7,16±2,91

Sumber: SPSS 23 for windows, 2018

Pada Tabel 4 menjelaskan distribusi subjek penelitian berdasarkan variabel lain. Variabel yang diteliti adalah diabetes mellitus dan laju filtrasi glomerulus. Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa kelompok yang tidak memiliki riwayat diabetes mellitus pada pasien PGK 5 non HD dan PGK 5 HD lebih banyak dibandingkan yang memiliki riwayat diabetes mellitus pada penelitian ini. Tercatat sebanyak 60 pasien (73,2%) yang mana 31 pasien (37,8%) belum menjalani hemodialisis dan 29 pasien (35,4%) sudah menjalani hemodialisis tidak memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus. Untuk pasien PGK 5 non HD memiliki rerata LFG sebesar 7,79±3,53 yang lebih besar dibandingkan PGK 5 HD yaitu sebesar 7,16±2,91.

(11)

6

2. Analisis Data

Data hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan program SPSS untuk menguji secara statistik perbedaan kadar albumin pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang belum dan telah menjalani hemodialisis rutin. Sebelum masuk ke dalam tahap analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Jika data yang dimasukkan terdistribusi secara normal maka dilanjutkan dengan uji T tidak berpasangan. Apabila data tidak normal dilakukan transformasi data terlebih dahulu. Jika setelah ditransformasi data tetap tidak normal, maka digunakan uji Mann Whitney (Sastroasmoro & Ismael, 2014).

a. Uji Normalitas

Uji normalitas untuk penelitian ini menggunakan uji

Shapiro-Wilk, karena jumlah sampel masing-masing kelompok

adalah 41 atau <50. Sebaran data dapat dikatakan normal apabila nilai p pada uji normalitas Shapiro-Wilk lebih dari 0,05, sedangkan data dikatakan tidak normal apabila nilai p kurang dari 0,05 (Dahlan M. , 2011). Pada Tabel 10 di bawah ini menunjukkan hasil uji normalitas nilai p variabel kadar albumin plasma.

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data Shapiro-Wilk

Shapiro-Wilk Penyakit Ginjal

Kronik Statistic Df Sig.

Kadar Albumin Plasma Non-Hemodialisis 0,918 41 0,006 Hemodialisis 0,962 41 0,179

Sumber: SPSS 23 for windows, 2018

Tabel 3. H asil Uj i Normalitas D ata Shapiro-Wilk

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil distribusi data kadar albumin plasma pada pasien penyakit ginjal kronik yang belum menjalani hemodialisis tidak normal dengan nilai p<0,05. Sedangkan pasien penyakit ginjal kronik yang telah menjalani hemodialisis memiliki data yang normal dengan nilai

(12)

7

p>0,05. Dengan hasil tersebut, maka perlu dilakukan transformasi data untuk menormalkan data.

b. Transformasi Data

Tabel 6. Hasil Transformasi Data Shapiro-Wilk

Shapiro-Wilk Penyakit Ginjal

Kronik Statistic Df Sig.

Kadar Albumin Plasma Non-Hemodialisis 0,954 41 0,093 Hemodialisis 0,917 41 0,006

Sumber: SPSS 23 for windows, 2018

Tabel 4. H asil Tr ansformasi Data Shapiro-Wilk

Dari data hasil transformasi dapat diketahui proses transfromasi data tidak berhasil menormalkan data. Sehingga untuk uji hipotesis yang digunakan adalah uji alternatif T tes tidak berpasangan, yaitu menggunakan uji Mann-Whitney. c. Uji Mann-Whitney

Hasil dari uji Mann-Whitney untuk menguji perbedaan kadar albumin pada pasien penyakit ginjal kronik staidum 5 yang belum dan telah menjalani hemodialisis rutin dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Hasil Analisis Data Menggunakan Uji Mann-Whitney Albumin

Mann-Whitney U 411.500

Z -3.987

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Sumber: SPSS 23 for windows, 2018

Dari tabel 7 menunjukan bahwa hasil Mann-Whitney didapatkan hasil sebesar 0,000. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna kadar albumin pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang belum dan telah menjalani hemodialisis rutin, karena nilai p pada uji tersebut adalah p<0,05.

(13)

8 3.2 Pembahasan

Pada Tabel 1 membahas mengenai distribusi penyakit ginjal kronik yang belum dan telah menjalani hemodialisis berdasarkan jenis kelamin. Dari hasil uji didapatkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlagh perempuan. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Putri (2016) pada penelitiannya, bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Hasil ini juga sama dengan data statistik

Screening and Early Evaluation of Kidney Disease study yang

menunjukkan bahwa pasien laki-laki (61%) lebih banyak dari perempuan (39%). Sebagian besar laki-laki yang menderita penyakit ginjal kronik disebabkan karena pola makan yang tidak teratur dan kemungkinan mengkonsumsi minuman beralkohol (Putri, 2016).

Pada Tabel 2 dapat diketahui distribusi penyakit ginjal kronik pada pasien yang belum dan telah menjalani hemodialisis berdasarkan usia. Dari hasil uji didapatkan bahwa usia dewasa tua (41-65 tahun) lebih banyak ditemukan daripada usia dewasa muda (18-40 tahun). Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh (Tjekyan, 2014). Bertambahnya usia mempengaruhi anatomi, fisiologi, dan sitologi dari ginjal. Ginjal akan mengalam atrofi dan berkurangnya korteks ginjal seiring bertambahnya usia. Adanya penebalan membran basal glomerulus dan ekspansi mesangium glomerular dapat mengakibatkan terjadinya glomerulosklerosis yang merupakan patofisiologi awal penyakit ginjal kronik (Tjekyan, 2014).

Tabel 3 membahas mengenai rerata kadar albumin plasma pada pasien penyakit ginjal kronik yang belum dan telah menjalani hemodialisis rutin. Didapatkan bahwa pasien penyakit ginjal kronik yang telah menjalani hemodialisis memiliki rerata albumin lebih tinggi dibandingkan yang belum hemodialisis. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kubrusly (2012) bahwa tingkat albumin setelah dilakukannya hemodialisis lebih tinggi dibandingkan yang belum hemodialisis. Pasien yang menjalani hemodialisis mengalami kehilangan protein selama

(14)

9

hemodialisis berlangsung. Dengan pemenuhan protein yang baik dan pola makan yang teratur, maka kebutuhan protein dalam tubuh tetap terjaga dan kadar albumin plasma baik (Kubrusly, 2012).

Berdasarkan data hasil uji statistik pada Tabel 4, pasien penyakit ginjal kronik dengan riwayat diabetes mellitus tidak lebih banyak dengan yang tidak memiliki riwayat diabetes mellitus. Menurut data yang dilaporkan oleh PERNEFRI (2012), pasien penyakit ginjal kronik dengan etiologi paling sering ditemukan adalah penyakit ginjal hipertensi. Sedangkan etiologi karena diabetes mellitus tidak lebih banyak dibandingkan penyakit ginjal hipertensi (Haryanti, 2015). Pada hasil uji statistik untuk melihat rerata laju filtrasi glomerulus, didapatkan rerata laju filtrasi glomerulus pasien penyakit ginjal kronik yang belum menjalani hemodialisis lebih tinggi dibandingkan yang sudah menjalani hemodialisis.

Hasil uji normalitas data Shapiro-Wilk pada penelitian ini tidak normal dan setelah dilakukan transformasi tidak berhasil menormalkan data, sehingga dilakukan uji Mann-Whitney. Hasil dari uji Mann-Whitney didapatkan nilai p<0,001. Sehingga dapat diambil kesimpulan terdapat perbedaan bermakna kadar albumin pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang belum dan telah menjalani hemodialisis rutin. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Kubrusly (2012) bahwa kadar albumin pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis rutin menjadi lebih baik dibandingkan yang belum menjalani hemodialisis.

Albumin merupakan protein yang disintesis di hepar yang membentuk lebih dari 50% protein plasma total. Kadar albumin dapat mengalami penurunan pada orang-orang dengan status nutrisi yang kurang baik, penyakit hati lanjut, atau orang-orang dengan kondisi katabolik yang berhubungan dengan kanker atau penyakit inflamasi (Nerscomite, 2010). Secara umum albumin digunakan sebagai penanda biokimia dan nutrisi pokok pada pasien penyakit ginjal kronik, karena mudah diukur dan dapat

(15)

10

dikaitkan dengan kondisi klinis penyakit ginjal kronik. Kondisi hipoalbuminemia juga sering dikorelasikan dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas pasien penyakit ginjal kronik (Kubrusly, 2012).

Albumin memiliki fungsi mempertahankan tekanan onkotik plasma sehingga menghindari terjadinya edema. Albumin juga sangat penting untuk transportasi berbagai molekul, termasuk bilirubin, asam lemak bebas, obat-obatan, dan hormon. Penurunan kadar albumin menyebabkan gangguan homeostasis normal dan metabolisme serta distribusi obat dan molekul lainnya, sehingga pemberian obat perlu dilakukan penyesuaian (Nerscomite, 2010).

Kondisi hipoalbuminemia sangat sering ditemukan pada penderita penyakit ginjal kronik. Selain terapi hemodialisis untuk penderita penyakit ginjal kronik, terdapat terapi albumin yang mana dipakai sebagai terapi suplemen pada kondisi hipoalbuminemia. Namun, terapi suplemen albumin memiliki beberapa efek samping meskipun pengobatannya terbilang mudah dan praktis. Pemberian suplemen albumin pada penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis dapat menyebabkan intoksikasi aluminium dan retensi Na (Fahmia, 2012). Terapi untuk penderita penyakit ginjal kronik dengan berbagai gejalanya dapat dilakukan terapi pengganti ginjal seperti hemodialisis, terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya, memperlambat perburukan ginjal dengan mengurangi beban filtrasi ginjal, dan pencegahan dan terapi terhadap komplikasi dan penyakit kardiovaskular (Suwitra, 2014).

3.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini adalah tidak diketahui hubungan sebab akibat secara jelas dikarenakan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Keterbatasan data yang tercantum dalam rekam medis pasien juga memengaruhi pengambilan data penelitian. Terdapat beberapa pasien yang setelah hemodialisis hanya diperiksa kreatinin dan ureum saja tanpa diperiksa kadar albumin plasma.

(16)

11 4. PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan bermakna kadar albumin pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang telah menjalani dan belum menjalani hemodialisis rutin di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi. Penulis menyarankan untuk pada penelitian berikutnya dapat mengggunakan desain penelitian lain untuk mengetahui hubungan sebab akibat yang lebih jelas, misalnya menggunakan desain penelitian case control atau cohort. Kemudian penggunaan jumlah sampel yang lebih banyak dengan kriteria restriksi yang lebih ketat pada penelitian selanjutnya. Pada penelitian selanjutnya dapat digunakan sampel kelompok yang berpasangan, agar dapat diketahui hubungan sebab akibat yang lebih jelas dan dapat diketahui manifestasi klinis yang mungkin terjadi selama menjalani terapi hemodialisis.

PERSANTUNAN

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang dalam kepada: Prof. DR. Dr. EM. Sutrisna., M. Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta, dr. Erika Diana Risanti, M.Sc., selaku Kepala Biro Skripsi, dr. Suryo Aribowo Taroeno., M.Kes, Sp.PD (KHOM), selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, saran, dan motivasi bagi penulis dari awal penyusunan hingga akhir penulisan skripsi ini, dr. Iin Novita Nurhidayati Mahmuda., M.Sc, Sp.PD, selaku penguji skripsi satu, dr. Retno Sintowati, M.Sc, selaku penguji skripsi dua. Kemudian tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada pihak-pihak di RSUD Dr. Moewardi yang telah meberikan izin untuk melakukan penelitian ini sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar dan baik, keluarga penulis, jajaran staff administrasi, dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

(17)

12 DAFTAR PUSTAKA

Fahmia, N. 2012. Hubungan Asupan Energi dan Protein dengan Status Gizi pada Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang. JURNAL GIZI, 1(1).

Haryanti, I. 2015. Terapi Konservatif dan Terapi Pengganti Ginjal sebagai Penatalaksanaan pada Gagal Ginjal Kronik. Majority, 4.

Kubrusly, M. 2012. Comparative Analysis of Pre- and Post-Dialysis Albumin Levels as Indicators of Nutritional and Morbidity and Mortality Risk in Hemodialysis Patients. J Bras Nefrol, 27-35.

Lajuck, K., Moeis, E., & Wongkar, M. 2016. Status Gizi pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Stadium 5 yang Menjalani Hemodialisis Adekuat dan Tidak Adekuat. Jurnal e-Clinic (eCl), 4(2).

Nerscomite. 2010. Nutrisi Pada Penderita Dialisis. Surabaya: UNAIR. PERNEFRI. 2015. Indonesian Renal Registry. PERNEFRI.

Pupim, L., Flakoll, P., & Ikizler, T. 2007. Exercise Improves Albumin Fractional Synthetic Rate in Chronic Hemodialysis Patients. Journal of Clinical

Nutrition, 61(5), 686-689.

Putri, T. 2016. Gambaran Kadar Albumin Serum pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Stadium 5 Non Dialisis. Jurnal eBm, 4(1).

Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI.

Sastroasmoro, S., & Ismael, S. 2014. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Sagung Seto.

Suwitra, K. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Dalam

Penyakit Ginjal Kronik. Jakarta: Interna Publishing.

Tandi, M., Mongan, A., & Manoppo, F. 2014. Hubungan Antara Derajat Penyakit Ginjal Kronik dengan Nilai Agregasi Trombosit di RSUP Prof.DR.R.D.Kandou Manado. Jurnal e-Biomedik, 2, Nomor 2, 509. Tjekyan, S. 2014. Prevalensi dan Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik di RSUP

Dr. Mohammaad Hoesin Palembang Tahun 2012. MKS, 4.

Tokala, B. F. 2015. Hubungan Antara Lamanya Menjalani Hemodialisis Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Dengan Penyakit Ginjal Kronik Di Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic (eCl), 3.

USRDS. 2015. United States Renal Data System: Incidence, Prevalence, Patient Characteristics, and Treatment Modalities. 2.

(18)

13

Widyatmoko, A. 2009. Kadar Albumin dan Perbedaan Kualitas Hidup Penderita Gagal Ginjal Terminal Saat Menjalani Hemodialisis dan Setelah Pindah Ke Dialisis Peritoneal Mandiri Berkesinambungan di RS Dr. Sardjito

(19)

Referensi

Dokumen terkait

teknologi yang terdiri dari perangkat teknologi itu sendiri, sumber daya manusia yang tersedia, informasi yang dimiliki dan pengelolaan organisasi perusahaan,

Hal ini dilihat dari hasil estimasi t-hitung, variabel pangsa pasar memiliki nilai t- hitung &lt; t-tabel yang artinya variabel pangsa pasar sebagai proksi dari struktur pasar

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna tingkat ekspresi positif p53 dengan metastasis tumor pada karsinoma sel skuamosa kepala dan leher serta

Selain itu, dilakukan juga parameterisasi untuk memperoleh hasil prediksi yang lebih akurat dengan mengacu pada metode menggantikan proses yang terlalu kecil atau kompleks

Tugas yang diberikan kepada responden yaitu membuka aplikasi game Perang Komando, menemukan tombol load game, menekan tombol load game, memilih level dan melanjutkan level yang

Atas dasar pemikiran tersebut maka Perancangan Sistem Informasi pemeliharaan infrastruktur Jalan Tol dengan menggunakan Zend Framework dibangun sebagai aplikasi yang

Pada  proses  pengembangan  produk‐produk  alas  kaki,  kedudukan  shoe  last  merupakan  unsur  konstanta  yang  tidak  dapat  diubah‐ubah.  Bersifat  standar, 

Denda Untuk pekerjaan ini besar denda keterlambatan untuk setiap hari keterlambatan adalah 1/1000 (satu perseribu) dari harga bagian kontrak yang belum