• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MEDIA BENDA ASLI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

SISWA KELAS V SD SEMESTER I DI GUGUS

KOLONEL I GUSTI NGURAH RAI

DENPASAR

Kadek Cahya Ningsih

1

, I Ketut Ardana

2

, I Komang Ngurah Wiyasa

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail : cacamarica2501@yahoo.co.id

1

, Ketut_ardana55@yahoo.com

2

,

Wiyasangurah@yahoo.co.id

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang belajar menggunakan pembelajaran kontekstual berbantuan media benda asli dengan siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional. Desain penelitian ini adalah the nonequivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD se-Gugus Kolonel I Gusti Ngurah Rai yakni sebanyak 16 kelas. Dengan menggunakan teknik random sampling, diperoleh kelas VB SD Negeri 4 Ubung sebagai kelompok kontrol dan kelas V SD Negeri 2 Ubung sebagai kelompok eksperimen. Data hasil belajar IPA dikumpulkan menggunakan tes pilihan ganda. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik statistik parametris yakni uji-t. Hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan rata-rata hasil belajar IPA pada kelompok kontrol. Ini berarti pembelajaran kontekstual berbantuan media benda asli berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V Semester I SD se-Gugus Kolonel I Gusti Ngurah Rai Tahun Pelajaran 2013/2014.

Kata-kata kunci : pembelajaran kontekstual, media benda asli, hasil belajar, dan IPA.

Abstract

This study aimed to determine significant differences in students achievement IPA between students who learn to use contextual teaching learning which assist by original media with students who learn using conventional learning. This research design is the nonequivalent control group design. The population of this research consisted of 16 class in the fifth grade elementary Gugus Kolonel I Gusti Ngurah Rai. Using a random sampling technique, the sampel of this reasearch is Vb class of SD Negeri 4 Ubung as control groups, dan V SD Negeri 2 Ubung as experiment groups. Data collection method students achievement IPA of using multiple-choice tests. Data were analyzed using parametric statistical techniques namely t-test. The results of the data analysis showed that there mean students achievement IPA of experiment groups are highest between mean students achievement IPA of control groups. This is means contextual teaching learning which assist by original media positively significant effect on students achievement IPA in the fifth grade elementary Gugus Kolonel I Gusti Ngurah Rai Academic Years 2013/2014.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan yang ada di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam dunia pendidikan. Akibat pembaharuan tersebut pendidikan semakin mengalami kemajuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat (Ali, 2009). Perkembangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, contohnya seperti pembaharuan kurikulum, pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, rancangan rencana pelaksanaan pembelajaran, serta media- media pembelajaran yang akan dapat memudahkan guru dalam pembelajaran.

Pada hakekatnya pendidikan meliputi beberapa kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam pembelajaran merupakan pemegang peranan yang sangat penting. Sehubungan dengan fungsinya sebagai pendidik dan pembimbing maka diperlukan adanya berbagai peranan dari guru. Menurut Sanjaya (2008 : 14) peranan guru adalah memberikan bimbingan agar siswa berkembang sesuai dengan tugas perkembangannya, melatih keterampilan siswa, memotivasi siswa dan membentuk siswa yang kreatif.

Guna mencapai tujuan pendidikan dalam undang-undang nomor 2 Tahun 1989 secara maksirnal yaitu menciptakan manusia Indonesia yang terdidik yang beriman dan bertaqwa, sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kepribadian yang mantap dan mandiri serta mempunyai tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan, diharapkan guru memiliki pembelajaran yang kontekstual yang sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan (Soedijarto, 2008) . Dari hasil observasi yang sudah dilakukan di Gugus Kolonel I Gusti Ngurah Rai ,

ketidakberhasilan siswa dalam suatu mata pelajaran dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru. Pembelajaran konvensional yang digunakan di gugus Kolonel I Gusti Ngurah Rai yaitu dengan metode ceramah, tanya- jawab dan penugasan. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa diterapkan guru dalam melaksanakan pembelajaran (Ridwan, 2008). Dengan perkataan lain guru lebih sering menggunakan cara penyampaian informasi secara langsung kepada siswa dengan mengikuti urutan materi dalam kurikulum secara ketat. Penggunaan pembelajaran ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran konvensional cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran.

Di Sekolah Dasar (SD), seperti yang telah diatur dalam Permendiknas No.22 Tahun 2006 disebutkan bahwa kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran inti. Salah satu mata pelajaran tersebut adalah pendidikan IPA. Kata Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata – kata dalam bahasa inggris yaitu “natural

science”, secara singkat sering disebut

“science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara artiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa – peristiwa yang terjadi di alam ini (Hadiat, 1976 : 3).

Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman untuk mengembangkan kemampuan siswa agar mampu menjelajahi dan memahami lingkungan alam secara ilmiah. Kemampuan ini akan terwujud apabila pendidikan IPA berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir alamiah, logis, kritis, kreatif dan berinisiatif terhadap perubahan dan pembangunan.

Dalam meningkatkan hasil belajar harus dengan adanya interaksi antara

(3)

pendidik dengan peserta didik (Dimyati dan Mudjiono, 2002). Sedangkan dalam meningkatkan hasil belajar IPA guru harus memberikan kesempatan penuh kepada siswa untuk berpikir ilmiah dan kreatif. Untuk itu siswa diharapkan belajar melalui pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya sehingga siswa dapat memanfaatkan pengalaman nyatanya dalam kegiatan pembelajaran yang menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Belajar bermakna yang dimaksud adalah belajar yang dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar, karena adanya keterkaitan antara pengalaman dengan konsep yang akan dipelajari (Hidayat, dkk, 2007). Melalui belajar yang berasal dari pengalaman sehari-hari siswa membangun pengetahuannya sendiri mengenai konsep dalam pembelajaran IPA. Hal ini mencerminkan pembelajaran dengan menggunakan pandangan konstruktivistik pada pembelajaran IPA. Dalam pembelajaran IPA, selain mengajak siswa untuk berpikir ilmiah dan memanfaatkan serta mengaitkan pengalaman nyatanya dengan apa yang akan mereka pelajari alangkah bagusnya apabila didukung dengan media–media pembelajaran. Melalui penggunaan media pembelajaran akan dapat memperlancar pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Media pembelajaran juga berperan dalam mengoptimalkan pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dapat menciptakan pembelajaran yang menarik dan memudahkan siswa memahami materi yang disampaikan. Media pembelajaran yang dapat digunakan dalam pelajaran IPA adalah media benda asli (nyata). Menurut Ibrahim, dkk (1992:3) menyatakan bahwa media benda asli termasuk media atau sumber belajar yang secara spesifik dikembangkan sebagai komponen sistem intruksional untuk mempermudah radar belajar yang formal dan direncanakan. Hal tersebut disebabkan karena media benda asli memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan apa yang dipelajari, serta apa yang ada dilingkungan

sekitarnya. Sehingga siswa akan lebih mudah memahami apa yang sedang dipelajarinya.

Kenyataan yang terjadi di sekolah dasar khususnya di gugus Kolonel I Gusti Ngurah Rai Tahun Pelajaran 2013/2014 siswa masih belajar menggunakan pembelajaran konvensional berupa metode ceramah, tanya-jawab dan penugasan. Dengan menggunakan pembelajaran konvensional ini hasil belajar siswa belum optimal, hal ini disebabkan karena belum terlaksana dengan baik pembelajaran konvensional tersebut di kelas. Maka, diperlukan pendekatan pembelajaran inovatif demi menciptakan hasil belajar siswa secara optimal. Pembelajaran inovatif ini dengan menggunakan pembelajaran kontekstual untuk mengantisipasi rendahnya hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Semester I di Gugus Kolonel I Gusti Ngurah Rai. Pembelajaran kontekstual sangat berbeda dengan pembelajaran konvensional. Pembelajaran kontekstual

(contextual teaching and learning) adalah

pendekatan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari – hari (Trianto, 2009 : 107).

Dalam penerapannya di kelas, pembelajaran kontekstual tetap memperhatikan tujuh komponen pokok pembelajaran yang efektif, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learningcommunity), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian autentik (authenticassessment) (Rusman, 2010 : 193). Pendekatan pembelajaran kontekstual mengharapkan siswa dapat belajar dalam situasi nyata lingkungan siswa sehingga siswa memperoleh membentuk suatu konsep baru yang bermanfaat bagi kehidupannya.. Pembelajaran dengan konteks keseharian siswa dalam pembelajaran kontekstual

(4)

diharapkan menghasilkan dasar – dasar pengetahuan sehingga siswa dapat menyelesaikan permasalahan di dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, pemanfaatan pembelajaran kontekstual akan menciptakan peserta yang aktif, dan bertanggung jawab terhadap belajarnya. Penerapan pembelajaran kontekstual akan mengajak siswa untuk belajar dalam dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara dan pekerja.

Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan hasil belajar siswa salah satunya dalam mata pelajaran IPA. Sudjana (2006:24) mengemukakan hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Misalnya dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran IPA yang diharapkan oleh guru dapat meningkat.

Pembelajaran kontekstual berbantuan media benda asli dilakukan dengan mempelajarkan siswa sesuai dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari dibatu dengan media pembelajaran terkait kehidupannya. Pembelajaran kontekstual berbantuan media benda asli ini akan membuat siswa tertarik dalam belajar sehingga tujuan penelitian dapat tercapai secara optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan pembelajaran kontekstual berbantuan media benda asli dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD semester I di Gugus Kolonel I

Gusti Ngurah Rai Denpasar Tahun Pelajaran 2013/201.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian nonequivalent control group

design. Metode pengumpulan data yang

digunakan adalah metode tes untuk mengukur hasil belajar kognitif. Tes yang digunakan dalam bentuk pilihan ganda biasa. Tes yang digunakan telah diuji validitas, daya beda, tingkat kesukaran dan reliabilitas perangkat tesnya. Berdasarkan uji validitas dari 50 soal yang diuji diperoleh 43 soal yang valid dan 7 soal yang tidak valid. Soal yang dipakai adalah 40 soal yang setelah daya bedanya diperoleh 3 soal kriteria kurang baik, 17 soal cukup baik, dan 23 soal baik. soal-soal ini memenuhi kriteria soal mudah 9 soal, sukar 9 soal dan sedang 22 soal. Uji reliabilitas perangkat tes yang dilakukan menunjukkan perangkat tes adalah reliabel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus Kolonel I Gusti Ngurah Rai Denpasar Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 16 kelas yang terdiri dari 532 orang siswa. Berdasarkan hasil random

sampling diperoleh 2 kelas sebagai sampel

penelitian yaitu kelas VB SD Negeri 4 Ubung dan kelas V satu SD Negeri 2 Ubung Denpasar Tahun Ajaran 2012/2013. Kedua kelas ini dirandomisasi untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, berdasarkan randomisasi yang dilakukan tersebut diperoleh kelas VB SD Negeri 4 Ubung sebagai kelompok kontrol dan kelas V satu SD Negeri 2 Ubung sebagai kelompok eksperimen. Penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah pendekatan kontekstual berbantuan media benda asli, sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar IPA. Hasil belajar IPA pada penelitian ini diukur pada ranah kognitif saja. Pada penelitian ini menggunakan teknik statistik parametrik yaitu analisis data uji-t (t-test) dengan menggunakan rumus polled varians

(5)

Sugiyono (2009: 210) yang menyatakan bahwa, “Statistik parametris memerlukan terpenuhinya banyak asumsi. Asusmsi yang utama adalah data yang akan dianalis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu test mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogen”. Sehubungan dengan persyaratan tersebut, sebelum melakukan uji-t dilakukan uji normalitas sebaran data menggunakan rumus chi kuadrat dan uji homogenitas varian antar kelompok menggunakan rumus Uji-F.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi umum hasil penelitian ini memaparkan tentang rata-rata skor (M), dan standar deviasi (SD) hasil belajar IPA siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 dan 4 Ubung yang diperoleh dari tes pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban. Dari data tes hasil belajar dengan 40 butir soal yang dilakukan setelah 6 kali perlakuan, tes diberikan tanggal 5 Juli 2013. Banyak siswa pada kelompok eksperimen (siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Ubung) 46 siswa dan kelompok kontrol (siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 4 Ubung) 43 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPA yang dicapai siswa yang belajar dengan pembelajaran kontekstual berbantuan media benda asli berbeda dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Secara deskriptif, kelompok belajar yang belajar dengan pembelajaran kontekstual berbantuan media benda asli yaitu Sekolah Dasar Negeri 2 Ubung (kelompok eksperimen) memiliki skor rerata hasil belajar IPA sebesar 84,52 sedangkan kelompok yang belajar dengan pembelajaran Konvensional yaitu Sekolah Dasar Negeri 4 Ubung (kelompok kontrol) memiliki skor rerata hasil belajar IPA sebesar 74,93. Secara umum kelompok belajar yang dibelajarkan dengan pendekatan kontekstual berbantuan media benda asli mempunyai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan kelompok siswa yang

dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional.

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan analisis data berupa uji t (t-test) menggunakan rumus polled

varians. Tetapi sebelum melakukan uji-t

diperlukan 2 syarat yang harus dipenuhi yaitu data berdistribusi normal dan homogenitas varian.

Analisis normalitas data dilakukan pada dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji normalitas dilakukan untuk menyelidiki bahwa fo (frekuensi observasi) dari gejala

yang diselidiki tidak menyimpang secara signifikan dari fe (frekuensi empirik) dalam

distribusi normal teoretik dengan ketentuan H0 : fo = fe dan H1 : fo ≠ fe. Uji normalitas data

terhadap hasil belajar IPA siswa dilakukan dengan rumus chi-kuadrat.

Berdasarkan analisis yang dilakukan hasil uji normalitas sebaran data menggunakan rumus chi-kuadrat

menunjukkan hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen pada taraf signifikan 5% dan dk= 5 memiliki X2 tabel =11,07 dan X2hitung=8,04 ini berarti bahwa X2hitung < X2 tabel maka hasil belajar IPA pada kelompok

eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan, pada hasil belajar IPA siswa dikelompok kontrol pada taraf signifikan 5% dan dk = 5 memiliki X2 tabel = 11,07 dan X2hitung = 6,34, ini berarti bahwa X2hitung < X2 tabel maka data hasil belajar IPA kelompok

kontrol juga berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas sebaran data terbukti bahwa hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol berdistribusi normal.

Setelah hasil belajar IPA kedua kelompok dinyatakan berdistribusi normal dilakukan uji homogenitas varian antar kelompok. Uji homogenitas varian antar kelompok menggunakan Uji-F pada derajat kebebasan 5% dan db= (42,45) kriteria homogen jika Fhitung < Ftabel, sebaliknya jika

Fhitung Ftabel maka sampel tidak homogen.

Hasil uji homogenitas varian antar kelompok menunjukkan dengan taraf signifikasn 5% dan db=(42,45) diketahui Ftabel =1,65 dan Fhitung hasil belajar IPA

(6)

adalah 1,11. Ini berarti, Fhitung < Ftabel,

sehingga hasil belajar IPA siswa dikategorikan homogen.

Berdasarkan hasil uji prasyarat yang telah dilakukan diperoleh bahwa data hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Sehingga, pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t dapat dilakukan. Pengujian hipotesis menggunakan uji-t pada taraf signifikan ( ) 5% dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 – 2) akan

mengikuti kriteria H0 ditolak jika

tabel

hitung

t

t

, sebaliknya Ha ditolak jika

.

Hipotesis nol adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar dengan pembelajaran kontekstual berbantuan

media benda asli dengan kelompok siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kolonel I Gusti Ngurah Rai Denpasar tahun pelajaran 2013/2014. Sedangkan hipotesis alternatif adalah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar dengan pembelajaran kontekstual berbantuan media benda asli dengan kelompok siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kolonel I Gusti Ngurah Rai Denpasar tahun pelajaran 2013/2014.

Dari hasil perhitungan uji-t menggunakan rumus polled varians

diperoleh disajikan hasil pada Tabel 1.

Tabel 1. Tabel Uji Hipotesis Penelitian antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kelompok Penelitian thitung ttabel Status

Hasil belajar IPA kelompok kontrol dan

eksperimen

13,852 2.000 H0 ditolak

Berdasarkan tabel 1 di atas, pada taraf signifikan 5% dan db=87, diperoleh nilai ttabel =2,000 dan nilat thitung sebesar 13,852.

Karena nilai thitung lebih dari nilai ttabel (13,852

>2,000), maka hipotesis nol (H0) ditolak. Ini

berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar dengan pembelajaran kontekstual berbantuan media benda asli dengan kelompok siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kolonel I Gusti Ngurah Rai Denpasar tahun pelajaran 2013/2014.

Dalam penelitian ini kedua kelompok yang dijadikan sampel penelitian sudah diuji kesetaraannya dan diperoleh kedua kelompok dinyatakan setara. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum diberikan perlakukan pada kelompok eksperimen, kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama sehingga kelompok

eksperimen dapat diberikan perlakuan pendekatan pembelajaran kontekstrual berbantuan media benda asli dan kelompok kontrol tetap dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran memberikan 6x pembelajaran baik dikelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dan diakhiri dengan pemberian post-test untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa. Secara deskriptif, kelompok yang belajar dengan pembelajaran kontekstual berbantuan media benda asli yaitu Sekolah Dasar Negeri 2 Ubung diperoleh nilai rata-rata hasil belajar sebesar 84,52 sedangkan kelompok yang belajar dengan pembelajaran konvensional yaitu Sekolah Dasar Negeri 4 Ubung memiliki nilai rata-rata hasil belajar sebesar 74,93. Dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen memiliki rata-rata hasil belajar IPA yang lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata hasil belajar IPA kelompok kontrol. Tetapi, hal tersebut

(7)

belum bisa menyatakan bahwa perlakuan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual berbantuan media benda asli memberikan pengaruh terhadap hasil belajar IPA. Maka perlu dilakukan pengujian hipotesis yang lebih lanjut. Hipotesis alternatif yang diuji adalah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar dengan pembelajaran kontekstual berbantuan media benda asli dengan kelompok siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kolonel I Gusti Ngurah Rai Denpasar tahun pelajaran 2013/2014.

Berdasarkan hasil uji t yang menyatakan bahwa pada taraf signifikan 5% dan db=87, diperoleh nilai ttabel =2,000

dan nilat thitung sebesar 13,852. Karena nilai

thitung lebih dari nilai ttabel (13,852 >2,000)

maka hipotesis alternatif diterima, dan dapat dinyatakan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar dengan pembelajaran kontekstual berbantuan media benda asli dengan kelompok siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kolonel I Gusti Ngurah Rai Denpasar tahun pelajaran 2013/2014.

Perbedaan yang signifikan hasil belajar antara siswa yang belajar dengan pembelajaran kontekstual berbantuan media benda asli dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional dapat disebabkan adanya perbedaan langkah– langkah pembelajaran, sumber belajar dan metode ajar dari kedua pembelajaran. Langkah - langkah pembelajaran pada Pembelajaran kontekstual berbantuan media benda asli

sangat jelas dan konsisten yaiu; kontruktivisme (Constructivism), bertanya

(Questioning), menemukan (Inquiry),

masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi atau umpan balik (reflection) dan penilaian sebenarnya

(Authentic Assessment), yang diselaraskan

dengan bantuan media benda asli. Hal tersebut sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang lebih banyak mengarah pada aktivitas belajar siswa

dalam memenuhi kepentingan pencapaian proses dan hasil belajar. Sedangkan pembelajaran konvensional tidak menggunakan langkah – langkah pembelajaran yang konsisten, yang hanya menyesuaikan dengan keinginan guru pada saat membelajarkan siswa, sehingga siswa cenderung hanya sebagai pelaku belajar yang pasif.

Hasil penelitian ini telah membuktikan hipotesis yang diajukan, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa antara kelompok yang belajar dengan pembelajaran kontekstual berbantuan media benda asli dengan kelompok yang belajar dengan pembelajaran konvensional pada kelas V SD semester I di Gugus Kolonel I Gusti Ngurah Rai Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indriapsari (2012) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Negeri Se-Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2012.

Berdasarkan seluruh temuan yang diperoleh melalui analisis uji-t serta hasil penelitian yang mendukung, maka dapat diberikan justifikasi bahwa pendekatan kontekstual berbantuan media benda asli memang memberikan pengaruh yang lebih baik daripada pembelajaran konvensional dalam pencapaian hasil belajar IPA yang optimal. Alasan yang dapat dijadikan dasar penentu bahwa pendekatan kontekstual berbantuan media benda asli lebih baik dalam menciptakan hasil belajar yang maksimal dibandingkan pembelajaran konvensional adalah beranjak dari teoretik komparatif antara pendekatan kontekstual berbantuan media benda asli dengan pembelajaran konvensional. Pembelajaran kontekstual adalah dalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya

(8)

dalam kehidupan mereka sehari – hari (Muslich, 2009 : 41).

Media benda asli adalah media atau sumber belajar yang secara spesifik dikembangkan sebagai komponen sistem intruksional untuk mempermudah radar belajar yang formal dan direncanakan Ibrahim, dkk (1992:3). Media benda asli memiliki kelebihan atau keunggulan. Kelebihan tersebut lain: (1) dapat membantu guru dalam menjelaskan sesuatu kepada siswa, (2) dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari situasi yang nyata, dan (3) dapat melatih keterampilan siswa menggunakan alat indera (Rusyan, 1993:199).

Pembelajaran konvensional lebih ditekankan pada kebebasan dalam keteraturan, artinya guru bebas mendesain pembelajaran tetapi tetap wajib mengikuti alur pembelajaran yang telah ditetapkan dalam PERMENDIKNAS No.41 yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pembelajaran konvensional ini dalam prakteknya kurang menekankan interaksi yang baik yang seimbang antara siswa dan antara siswa dengan gurunya. Aktivitas siswa dalam pembelajaran kurang dioptimalkan, siswa kurang dilatih untuk mendeskripsikan sendiri pengetahuan yang telah dimilikinya serta siswa kurang dilatih untuk menjadi pemimpin diskusi yang mampu bertanggungjawab. Secara garis besar kegiatan pembelajaran ini meliputi (1) kegiatan pendahuluan yang terdiri dari absensi, apersepsi, penyampaian tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa, (2) kegiatan inti yang terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi, (3) kegiatan penutup yang terdiri dari kegiatan menyimpulkan hasil pembelajaran, penilaian, refleksi, umpan balik dan tindak lanjut. Proses apersepsi dan elaborasi juga kurang memberikan aktivitas belajar yang menyenangkan bagi siswa sehingga pada pembelajaran IPA tercipta suasana yang kurang kondusif dan mengakibatkan pemahaman dan ingatan siswa terhadap suatu konsep kurang optimal.

Beberapa kendala yang ditemui selama pembelajaran dalam penelitian ini

untuk menguji pengaruh pendekatan kontekstual berbantuan media benda asli terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V semester 1 di gugus Kolonel I Gusti Ngurah Rai tahun pelajaran 2013/2014 sebagai berikut.

Pertama, daya dukung sekolah berupa penyedian fasilitas dan media pembelajaran kurang memadai, sehingga peneliti berupaya menciptakan media-media benda asli sesuai materi yang akan disajikan.

Kedua, penyiapan media benda asli yang sesuai dengan materi pembelajaran yang mempermudah siswa memahami materi memerlukan banyak pertimbangan sehingga hal ini memerlukan masukan dari pada guru di SD Negeri 2 Ubung dan SD Negeri 4 Ubung.

Ketiga, pelaksanaan diskusi dan pengerjaan tugas keompok yang diberikan pada masing-masing kelompok terkadang masih didominasi oleh beberapa orang siswa saja, sedangkan siswa lainnya hanya memperhatikan temannya bekerja saja. Untuk menanggulangi masalah ini, peneliti melakukan penilaian secara otentik selama pembelajaran yang telah diinformasikan kepada siswa sebelumnya. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat memotivasi diri untuk melaksanakan kegiatan diskusi dengan baik.

Keempat, siswa belum terbiasa dalam melaksanakan kegiatan presentasi di depan kelas. Mereka terlihat masih saling tunjuk dengan siswa lain untuk menjadi penyaji yang memaparkan hasil diskusi kelompok. Untuk mengatasi permsalahan ini, peneliti memberikan tindakan tegas kepada siswa yang tidak mau mempresentasikan hasil kerjanya dengan meminta salah satu anggota kelompok bersangkutan untuk maju ke depan dan memaparkan hasil diskusi kelompoknya.

Berbagai temuan dan kendala dalam penelitian ini memiliki implikasi sebagai berikut. Pertama, mengelompokkan siswa dalam pembelajaran perlu dilakukan karena dapat melatih siswa berpartisifasi aktif untuk memecahkan suatu permasalahan. Kedua, pemberian tugas sebelum pembelajaran terkait materi yang dibahas di

(9)

kelas perlu dilakukan untuk melatih siswa agar terbiasa dalam mempersiapkan diri sebelum pembelajaran di kelas. Ketiga, pendekatan kontekstual berbantuan media benda asli dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pendekatan pembelajaran untuk mengoptimalkan hasil belajar IPA siswa.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar dengan pembelajaran kontekstual berbantuan media benda asli dengan kelompok siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional kelas V SD semester I di Gugus Kolonel I Gusti Ngurah Rai Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian yang menunjukkan thitung lebih besar dari pada

ttabel yaitu 13,582 > 2,000 dan didukung oleh

perbedaan skor rata – rata yang diperoleh antara siswa yang mendapat perlakuan (treatment) pembelajaran kontekstual berbantuan media benda asli yaitu 84,52 dan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional yaitu 74,93 oleh karena itu hipotesis alternatif diterima. Hal ini berarti, pendekatan kontekstual berbantuan media benda asli berpengaruh terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD semester 1 di gugus Kolonel I Gusti Ngurah Rai Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran kepada siswa, guru, sekolah dan instansi terkait sebagai berikut, (1) kepada siswa, diharapkan siswa lebih termotivasi untuk belajar karena dengan pendekatan kontekstual ini siswa diberikan kesempatan dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar, (2) kepada guru, diharapkan guru menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual berbantuan media benda asli pada pembelajaran IPA karena telah terbukti bahwa pendekatan kontekstual berbantuan media benda asli berpengaruh terhadap

hasil belajar IPA, (3) kepada sekolah diharapkan terus memperikan dukungan kepada guru yang melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran inovatif seperti pendekatan kontekstual, (4) kepada instansi terkait diharapkan terus melaksanakan kebijakan-kebijakan pemerintah tentang pendekatan pembelajaran yang inovatif demi tercapai hasil belajar yang optimal.

DAFTAR RUJUKAN

Ali, Muhammad. 2009. Pendidikan untuk

Pembangunan Nasional. Jakarta:

Grasindo

Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Hadiat. 1976. Metodologi Ilmu Pengetahuan

Alam. Jakarta : Depdikbud.

Hidayat, dkk. 2007. Ilmu dan Aplikasi

Pendidikan. Jakarta: Grasindo

Ibrahim,dkk. 1992/ 1993. Perencanaan

Pembelajaran Depdikbud.

Indriapsari,Titis.2012. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas IV SD Negeri Se-Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2012. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Muslich, Masnur. 2009. Pembelajaran

Berbasis Komptensi dan

Kontekstual. Jakarta : Bumi Aksara.

Ridwan. 2008. “Ketercapaian Prestasi

Belajar”. Tersedia pada

http://ridwan202.

wordpress.com/2008/05/03/ketercap aian-prestasi-belajar/. Diakses pada tanggal 20 November 2012.

Rusman. 2010. Model model Pembelajaran. Bandung : Rajawali

Pers.

Rusyan, T. 1993. Pendidikan Dalam Proses

Pembelajaran. Bandung: Bina

Budaya.

Sanjaya ,Wina. 2008. Kurikulum dan

Pembelajarn .Jakarta: Prenada

Media Group.

Soedijarto 2008. Landasan dan Arah

Pendidikan Nasional Kita. Jakarta:

(10)

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung:

Alfabeta

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif :

Konsep, Landasan dan

Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan bimbingan karir adalah membantu siswa untuk memahami dan mengarahkan dirinya dalam proses persiapan memasuki dunia kerja atau menyiapkan diri dalam memasuki dunia pendidikan

Menurut PIC ESAP, seiring berjalannya waktu pada program ESAP, timbul berbagai permasalahan seperti peningkatan kemampuan dari para peserta berkemampuan lebih tinggi dan

dampak variabel-variabel risiko dilihat dari sudut pandang frekuensi faktor risiko terhadap biaya dan waktu pelaksanaan proyek serta respon resiko yang akan

variable, karena variabel ini tergantung dari Jenis Sekolah. Misal untuk jenis sekolah SMA, data 31 tidak dapat dimasukkan, karena data tersebut masuk pada jenis se- kolah SMK.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta didapatkan bahwa responden didominasi oleh tinggal bersama kedua orang tua

1) Peserta yang berasal dari luar wilayah Jabodetabek, akan disediakan tempat penginapan serta akomodasi &amp; diberikan penggantian biaya transportasi (pp), setelah

Rapat Koordinasi adalah forum evaluasi, perencanaan, dan pembentukan kesepakatan pelaksanaan Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga, dipimpin oleh

Seluruh dosen dan staff pengajar yang telah mengajar dan membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara