• Tidak ada hasil yang ditemukan

Emisi Gas Rumahkaca dari Pengangkutan Sampah Perkotaan Kota Yogyakarta dengan Tingkat Kepadatan Penduduk Sedang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Emisi Gas Rumahkaca dari Pengangkutan Sampah Perkotaan Kota Yogyakarta dengan Tingkat Kepadatan Penduduk Sedang"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

Emisi Gas Rumahkaca dari Pengangkutan Sampah

Perkotaan Kota Yogyakarta dengan Tingkat Kepadatan

Penduduk Sedang

Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana (S1) Teknik Lingkungan

Ahmad Rizky Algifari

16513109

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2021

(2)

TUGAS AKHIR

Emisi Gas Rumahkaca dari Pengangkutan Sampah

Perkotaan Kota Yogyakarta dengan Tingkat Kepadatan

Penduduk Sedang

Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana (S1) Teknik Lingkungan

Ahmad Rizky Algifari

16513109

Disetujui,

Dosen Pembimbing:

Pembimbing 1 Pembimbing 2

15/02/2021

(Fina Binazir Maziya, S.T., M.T.) (Elita Nurfitriyani Sulistyo, S.T., M.Sc.,)

NIK: 165131305 NIK: 185130402

Tanggal: 15 Februari 2021 Tanggal: Mengetahui,

Ketua Prodi Teknik Lingkungan FTSP UII

(Eko Siswoyo, S.T., M.Sc.ES., Ph.D.)

NIK: 025100406

(3)

( 10 April 2021 )

HALAMAN PENGESAHAN

Emisi Gas Rumahkaca dari Pengangkutan Sampah

Perkotaan Kota Yogyakarta dengan Tingkat Kepadatan

Penduduk Sedang

Telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji

Disusun Oleh:

Ahmad Rizky Algifari 16513093

Tim Penguji :

Fina Binazir Maziya, S.T., M.T ( 5 April 2021 )

Elita Nurfitriyani Sulistyo, S.T., M.Sc ( 9 April 2021 ) Dr. Hijrah Purnama Putra, S.T., M.Eng

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik apapun, baik di Universitas Islam Indonesia maupun di perguruan tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini adalah merupakan gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan Dosen Pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama penulis dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Program software komputer yang digunakan dalam penelitian ini sepenuhnya menjadi tanggungjawab saya, bukan tanggungjawab Universitas Islam Indonesia.

5. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sangsi akademik dengan pencabutan gelar yang sudah diperoleh, serta sangsi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi.

Yogyakarta, 15 Februari 2021 Yang membuat pernyataan,

Ahmad Rizky Algifari

(5)

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

PRAKATA

Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan penelitian yang berjudul “EMISI GAS RUMAHKACA DARI PENGANGKUTAN SAMPAH PERKOTAAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN TINGKAT KEPADATAN PENDUDUK SEDANG”. Adapaun tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini adalah sebagai salah satu syarat akademik untuk dapat meneyelsaikan studi penulis serta mendapatkan gelar Sarjana Teknik dari Program Strata 1 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia. Penulis sadar pada penyusunan proposal skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan kemampuan serta kekuatan sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan ini.

2. Bapak Eko Siswoyo, ST. M.Sc.ES., Ph.D., selaku Ketua Prodi Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia

3. Ibu Fina Binazir Maziya, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing I yang sabra membimbing serta memberikan masukan agar laporan selesai sebaik mungkin.

4. Ibu Elita Nurfitriyani Sulistyo, S.T., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing II yang juga turut membimbing penulis serta memberikan saran dan masukan guna memperbaiki kekurangan-kekurangan penulis dalam pembuatan laporan.

5. Abah H. Ahram Busra Chalid, S.E. dan Umi Hj. Afiah Farouk Alkatiri yang senantiasa mendoakan serta memberikan support selama masa studi. 6. Rekan Tugas Akhir Ridho Ramandika Pristanto yang telah berjuang

(6)

7. Teman-teman seperjuangan terdekat Zulian, Hafidh, Upik, Syawal, Reza, dan lainnya yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.

8. Segenap Keluarga Besar Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia. Penulis menyadari dalam penulisan laporan Tugas Akhiri ini masih ada berbagai kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi bidang terkait dan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut. Amin.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Yogyakarta, 15 Februari 2021

(7)
(8)

ABSTRAK

AHMAD RIZKY ALGIFARI. Emisi Gas Rumahkaca dari Pengangkutan

Sampah Perkotaan Kota Yogyakarta dengan Tingkat Kepadatan Penduduk Sedang. Dibimbing oleh Fina Binazir Maziya, S.T., M.T., dan Elita Nurfitriyani

Sulistyo, S.T., M.Sc.

Kegiatan pengelolaan sampah yang ada di Kota Yogyakarta saat ini yaitu pengangkutan sampah dari sumber tempat pembuangan sementara (TPS) menuju tempat pemrosesan akhir (TPA) piyungan. Pengangkutan sampah ini menghasilkan Gas Rumahkaca salah satunya Gas Karbondioksida (CO2). Efek Gas Rumahkaca

belakangan merupakan fenomena yang banyak di perbincangkan. Upaya untuk meminimalisir Emisi Gas Rumahkaca ini memperoleh perhatian besar dalam pengelolaan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengangkutan sampah perkotaan dari sumber menuju Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, serta mampu menghitung dan mengestimasi potensi jumlah Emisi Gas Rumahkaca yang dihasilkan dari pengangkutan sampah Kota Yogyakarta. Emisi yang dihitung adalah emisi CO2, CH4, N2O dari pengangkutan sampah berdasarkan Metode IPCC

Tier1. Lokasi penelitian berada pada Kecamatan Kotagede, Manrijeron, Mergangsan, Gondomanan, Tegalrejo dipilih berdasarkan kepadatan penduduk. Nilai Emisi didapat dari perhitungan konsumsi energi yang diperoleh dari konsumsi BBM, Nilai Kalor dan Faktor Emisi Default. Hasil nilai Emisi Total CO2 sebesar

67,43012 Ton/Tahun, sedangan nilai emisi CH4 dan N2O sama yaitu 0,00355

Ton/Tahun. Tinggi nya Emisi yang dihasilkan ini disebabkan karena total jarak tempuh kendaraan pengangkut yang Panjang, hal ini menyebabkan konsumsi BBM juga lebih besar, sedangkan rendah nya Emisi yang dihasilkan disebabkan total jarak tempuh yang pendek, yang menyebabkan konsumsi BBM juga menjadi lebih sedikit.,

Kata kunci: Emisi Gas Rumahkaca, Faktor Emisi, IPCC, Metode Tier 1, Pengangkutan Sampah

(9)
(10)

ABSTRACT

AHMAD RIZKY ALGIFARI. Greenhouse Gasses Emissions from Municipal

Waste Logistics in Yogyakarta City with Moderate Population Density. Supervised by Fina Binazir Maziya, S.T., M.T., dan Elita Nurfitriyani Sulistyo, S.T., M.Sc.

Current waste management in Yogyakarta City are Logistics waste from temporary disposal site to final processing site. This Logistics waste produced Greenhouse Gasses Emission, one of the emission is Carbondioxide (CO2).The Greenhouse Gas

effect has recently become a much discussed phenomenon. Efforts to minimize greenhouse gas emissions have received great attention in environmental management. This study aims to analyze how Municipal waste Logistic activities from the source to the final processing site (TPA), based on Yogyakarta Environtment Agency data and to be able to calculate and estimate the potential amount of Greenhouse Gas Emissions generated from the Logistic waste from Yogyakarta City. Emissions calculated are CO2, CH4, N2O emissions from Logistic waste according to the IPCC Tier1 Method. The research location is in Kotagede, Manrijeron, Mergangsan, Gondomanan, Tegalrejo districts based on population density. Emission values are obtained from the calculation of energy consumption obtained from fuel consumption, heating value and default emission factors. The results of the total emission value of CO2 were 67.43012 tonnes / year, while the emission values for CH4 and N2O were the same, namely 0.00355 tonnes / year. The high emission produced is due to the long total mileage of the transport vehicle, this causes fuel consumption to be higher, while the low emission is due to the short total distance traveled, which causes less fuel consumption.

Keywords: Greenhouse Gas Emissions, Emission Factor, IPCC, Tier 1 Method, Logistic Waste

(11)
(12)

DAFTAR ISI

PRAKATA ... i

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...xv BAB I ...1 PENDAHULUAN ...1 1.1 Latar Belakang ...1 1.2 Rumusan Masalah ...2 1.3 Tujuan Penelitian ...3 1.4 Ruang Lingkup ...3 1.5 Manfaat Penelitian ...4 BAB II ...6 TINJAUAN PUSTAKA...6 2.1 Sampah Perkotaan ...6

2.2 Timbulan dan Komposisi Sampah...7

2.3 Pengangkutan Sampah...8

2.4 Sistem Pengangkutan sampah ...9

2.5 Gas Rumahkaca ...11

2.6 Kontribusi Emisi Gas Rumahkaca dari Pengangkutan Sampah ...11

2.7 Metode Estimasi Emisi Gas Rumahkaca dengan IPCC ...12

2.8 Intergovernmental Panel On Climate Change (IPCC) ...12

2.9 Penelitian Terdahulu ...13

BAB III...16

METODE PENELITIAN ...16

(13)

ix

3.4 Pengumpulan Data...19

3.5 Metode Analisis Data ...20

3.5.1 Perhitungan Faktor Emisi Gas Karbondikosida (CO2) Sektor Transportasi ...21

3.5.2 Perhitungan Faktor Emisi Gas Metan (CH4) Sektor Transportasi ...21

3.5.3 Perhitungan Faktor Emisi Gas Dinitrogenoksida (N2O) Sektor Transportasi ...21

3.5.4 Bahan Bakar Minyak, Faktor Emisi Default dan Nilai Kalor Bahan Bakar di Indonesia ...22

BAB IV ...24

HASIL DAN PEMBAHASAN ...24

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...24

4.1.1 Lokasi Penelitian ...24

4.2 Pengukuran Timbulan Sampah pada Kecamatan di Kota Yogyakarta ...27

4.3 Emisi Gas Rumahkaca pada Kecamatan di Kota Yogyakarta dengan Tingkat Kepadatan Penduduk Sedang ...33

4.3.1 Perhitungan Emisi Gas Karbondikosida (CO2) Metode IPCC ...36

4.3.2 Perhitungan Emisi Gas Metan (CH4) Metode IPCC ...38

4.3.3 Perhitungan Emisi Gas Dinitrogenoksida (N2O) Metode IPCC ...40

4.4 Analisis Perhitungan Emisi Gas Rumahkaca ...42

4.5 Dampak Emisi Gas Rumahkaca Terhadap Lingkungan ...46

4.6 Upaya Mitigasi Penurunan Emisi Gas Rumahkaca pada Sektor Transportasi ...47

BAB V ...50

KESIMPULAN DAN SARAN ...50

5.1 KESIMPULAN ...50

5.2 SARAN ...51

DAFTAR PUSTAKA ...53

LAMPIRAN ...56

(14)
(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Sumber ...7

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ...14

Tabel 3.1 Tingkat Kepadatan Sedang ... 18

Tabel 3.2 Faktor Pelayanan ...18

Tabel 3.3 Faktor Emisi Bahan Bakar Sumber Bergerak (CO2) ... 22

Tabel 3.4 Faktor Emisi Bahan Bakar Sumber Bergerak (CH4) ... 23

Tabel 3.5 Faktor Emisi Bahan Bakar Sumber Bergerak (N2O) ... 23

Tabel 3. 6 Nilai Kalor Bahan Bakar di Indonesia ... 23

Tabel 4.1 Lokasi TPS / Depo / Kontainer Kec.Kotagede ...24

Tabel 4.2 Lokasi TPS / Depo / Kontainer Kec.Mantrijeron ...25

Tabel 4.3 Lokasi TPS / Depo / Kontainer Kec.Mergangsan ...25

Tabel 4.4 Lokasi TPS / Depo / Kontainer Kec.Gondomanan ...26

Tabel 4.5 Lokasi TPS / Depo / Kontainer Kec.Tegalrejo ...26

Tabel 4.6 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Sumber ...27

Tabel 4.7 Total Timbulan Permukiman Tiap Kecamatan ...29

Tabel 4.8 Proyeksi Berat Timbulan Fasilitas Umum Tiap Kecamatan ...30

Tabel 4.9 Proyeksi Volume Timbulan Fasilitas Umum Tiap Kecamatan ...30

Tabel 4.10 Total Timbulan Sampah Seluruh Kecamatan ...31

Tabel 4. 11 Perhitungan Konsumsi Energi (CO2) Tiap Kecamatan...37

Tabel 4.12 Pehitungan Emisi CO2 Tiap Kecamatan ...37

Tabel 4.13 Perhitungan Konsumsi Energi (CH4) Tiap Kecamatan ...39

Tabel 4. 14 Pehitungan Emisi CH4 Tiap Kecamatan ...39

Tabel 4.15 Perhitungan Konsumsi Energi (N2O) Tiap Kecamatan ...41

(16)
(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pola Pengangkutan Angkat (HCS) ...10

Gambar 2.2 Pola Pengangkatan Tetap (SCS) ...10

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ...16

Gambar 3.2 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta) ...17

Gambar 4.1 Grafik Persentase Timbulan Sampah ...32

Gambar 4.2 Emisi CO2 Tiap Kecamatan Pertahun ...43

Gambar 4.3 Emisi CH4 Tiap Kecamatan Pertahun ...43

Gambar 4. 4 Emisi N2O Tiap Kecamatan Pertahun ...44

(18)
(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Titik Lokasi TPS, Depo dan Kontainer Kec.Kotagede ...57

Lampiran 2. Titik Lokasi TPS, Depo dan Kontainer Kec.Mantrijeron ...57

Lampiran 3. Titik Lokasi TPS, Depo dan Kontainer Kec.Mergangsan ...58

Lampiran 4. Titik Lokasi TPS, Depo dan Kontainer Kec.Gondomanan ...58

Lampiran 5. Titik Lokasi TPS, Depo dan Kontainer Kec.Tegalrejo ...59

Lampiran 6. Data Ritasi & Jarak Pengangkutan tiap Kecamatan ...59

Lampiran 7. Data Ritasi & Waktu Perjalan tiap Kecamatan ...62

Lampiran 8. Data Ritasi, Jenis Truk & Trip tiap Kecamatan ...64

Lampiran 9. Data Ritasi & Konsumsi BBM tiap kecamatan ...67

Lampiran 10 Perhitungan Timbulan Sampah Permukiman Kec. Kotagede ...70

Lampiran 11 Lanjutan Perhitungan Timbulan Sampah Fasilitas Umum Kec. Kotagede ...70

Lampiran 12 Lanjutan Perhitungan Timbulan Sampah Fasilitas Umum Kec. Kotagede ...72

Lampiran 13 Perhitungan Timbulan Sampah Permukiman Kec.Mantrijeron...74

Lampiran 14 Lanjutan Perhitungan Timbulan Sampah Fasilitas Umum Kec.Mantrijeron ...74

Lampiran 15 Lanjutan Perhitungan Timbulan Sampah Fasilitas Umum Kec.Mantrijeron ...76

Lampiran 16 Perhitungan Timbulan Sampah Permukiman Kec.Mergangsan ...79

Lampiran 17 Lanjutan Perhitungan Timbulan Sampah Fasilitas Umum Kec.Mergangsan...79

Lampiran 18 Lanjutan Perhitungan Timbulan Sampah Fasilitas Umum Kec.Mergangsan...81

Lampiran 19 Perhitungan Timbulan Sampah Permukiman Kec.Gondomanan ...83

Lampiran 20 Lanjutan Perhitungan Timbulan Sampah Fasilitas Umum Kec.Gondomanan ...84

Lampiran 21 Lanjutan Perhitungan Timbulan Sampah Fasilitas Umum Kec.Gondomanan ...85

(20)

Kec.Tegalrejo ...89 Lampiran 24 Lanjutan Perhitungan Timbulan Sampah Fasilitas Umum

(21)
(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota besar yang ada di Indonesia yang jumlah penduduknya semakin meningkat tiap tahun nya. Berdasarkan dari data Badan Pusat Statistika kota Yogyakarta memiliki luas wilayah 32,5 Km2 dengan jumlah penduduk sekitar 414.055 jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk juga akan berpengaruh pada peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan terutama pada sampah perkotaan yang akan menimbulkan emisi gas Rumahkaca.

Emisi Gas Rumahkaca terbesar yaitu berasal dari kegiatan pengelolaan sampah seperti pengangkutan sampah dari sumber tempat pembuangan sementara (TPS) menuju tempat pemrosesan akhir (TPA). Aktivitas pengelolaan sampah memberi dampak pada Gas Rumahkaca sekitar 4% (Papegeorgiou et al., 2009). Gas-gas yang dikategorikan sebagai Gas Rumah Kaca adalah CO₂, N₂O, CH₄, Hydroflourocarbons (HFCs), Perfluorocarbons (PFCs) dan SF6 (IPCC, 2006).

Pada proses pengangkutan sampah umumnya dilakukan menggunakan kendaraan pengangkut seperti truk. Kendaraan pengangkut seperti truk ini menggunakan bahan bakar minyak (BBM) yang berasal dari fosil. Pembakaran yang ada pada BBM ini menghasilkan gas karbondioksida (CO2) yang merupakan gas rumah kaca. Emisi dari

pengangkutan sampah perkotaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain seperti metode yang digunakan, jenis kendaraan, jarak pengangkutan, kapasitas kendaraan pengangkut dan juga jumlah atau jenis bahan bakar kendaraan (Chaerul et al. 2020).

Efek Gas Rumahkaca belakangan merupakan fenomena yang banyak di perbincangkan. Efek dari gas rumahkaca itu sendiri dapat terbentuk secara alami maupun sebagai akibat pencemaran dari kegiatan sehari-hari. Upaya untuk meminimalisir emisi gas rumahkaca ini

(23)

memperoleh perhatian yang besar dalam pengelolaan lingkungan (Rukaesih, 2004).

Indonesia dalam memperkirakan emisi masih menggunakan default IPCC, 2006. Tier untuk mengestimasi emisi dari tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) ada tiga (IPCC, 2006). Estimasi metode Tier 1 berdasar pada metode IPCC FOD menggunakan data default utama kegiatan dan default parameter. Estimasi metode Tier 2 menggunakan metode IPCC FOD dan default parameter, tetapi menggunakan data kegiatan yang spesifik untuk suatu negara pada waktu sekarang dan data sampah beberapa tahun ke belakang. Estimasi metode Tier 3 menggunakan metode IPCC FOD dengan menggunakan data spesifik di suatu negara. (IPCC, 2006).

Berdasarkan acuan dari SNI 3242-2008 tentang pengelolaan sampah di permukiman, dalam studi penelitian pada tingkat kepadatan penduduk sedang ini mempertimbangkan kondisi permukiman kepadatan penduduk sedang disini sangat berpengaruh pada sistem penanganan sampah nya. Dikarenakan aktifitas dari kegiatan penduduk akan mengakibatkan peningkatan volume timbulan sampah yang dihasilkan, terutama dari sektor pengangkutan sampah perkotaan ini sangat diperlukan agar sampah yang dihasilkan dapat diangkut dengan maksimal. Oleh karena itu, diperlukannya upaya inventarisasi emisi Gas Rumahkaca pada pengangkutan sampah perkotaan dikota Yogyakarta dengan kepadatan penduduk sedang agar dapat menekan dan mengurangi tingkat emisi GRK dengan menggunakan metode IPCC.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang maka didapatkan rumusan masalah yang dapat di susun antara lain :

1. Bagaimana hasil analisis pengangkutan sampah perkotaan berdasarkan jarak tempuh, waktu perjalanan, konsumsi BBM dan ritasi berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta.

(24)

2. Berapa potensi emisi Gas Rumahkaca yang dihasilkan dari kegiatan pengangkutan sampah di Kota Yogyakarta dengan menggunakan Metode IPCC ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini antara lain :

1. Mampu menganalisis bagaimana pengangkutan sampah perkotaan dari sumber menuju Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta.

2. Mampu menghitung dan mengestimasi potensi jumlah emisi Gas Rumahkaca yang dihasilkan dari pengangkutan sampah di Kota Yogyakarta menggunakan Metode IPCC.

1.4 Ruang Lingkup

Berdasakan rumusan masalah diatas , maka perlu adanya ruang lingkup kegiatan ini, antara lain :

1. Lokasi penelitian berada pada TPS, Depo dan Container yang ada di Kota Yogyakarta (Kecamatan Mergangsan, Mantrijeron, Gondomanan, Tegalrejo, Kotagede) dengan kedapatan penduduk sedang berdasarkan dari faktor pelayanan per Kecamatan.

2. Parameter Gas Rumahkaca yang digunakan adalah jumlah emisi dari gas CO2 (Karbondioksida), CH4 (Metana) dan N2O (Dinitrogenoksida).

3. Penetuan titik sampling pada lokasi TPS, Depo dan Container diambil dengan metode purposive sampling.

4. Metode perhitungan emisi Gas Rumahkaca menggunakan acuan pada IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change).

5. Data pengangkutan sampah meliputi jenis pengangkut/kendaraan yang digunakan, jenis bahan bakar, kapasitas kendaraan dari DLH (Dinas Lingkungan Hidup) Kota Yogyakarta.

(25)

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain : 1. Dapat menghitung dan mengevaluasi besaran potensi Emisi Gas

Rumahkaca yang dihasilkan dari pengangkutan sampah perkotaan (gas CO2, CH4 dan N2O).

2. Dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang Emisi Gas Rumahkaca dari pengangkutan sampah perkotaan.

3. Dapat menjadi masukan dan infornasi bagi pemerintah setempat agar untuk mengetahui sumbangan gas emisi dari Rumahkaca dari pengangkutan sampah dalam upaya menekan perubahan iklim global. 4. Dapat memberikan pengetahuan dan kontribusi dalam perkembangan

ilmu pengetahuan khususnya dari sektor emisi Gas Rumahkaca pada pengangkutan sampah perkotaan.

(26)
(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sampah Perkotaan

Sampah merupakan limbah yang berbentuk padat yang terdiri atas sampah organik dan anorganik dan dianggap tidak bermanfaat lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan ataupun merugikan lingkungan sekitar dan melindungi investasi pembangunan. Sampah yang sering ditemui umumya berbentuk sisa makanan, kertas, daun dan ranting pohon, plastik, kain bekas, kaleng, debu dari sisa penyapuan dan sebagainya (SNI 19-2454-1991). Jenis dan sumber sampah yang diatur dalam Undang- Undang No.18 Tahun 2008 ialah :

1. “Sampah Rumah Tangga” ialah sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan sehari hari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik dan dari proses alam yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini berasal dari lingkungan perumahan.

2. “Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga” ialah sampah rumah tangga tetapi bukan dari rumah tangga dan lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari sumber lain seperti pasar, perkantor, sekolah, tempat makan, hotel, rumah sakit, industri, terminal, pelabuhan, taman kota, dan sebagainya.

3. “Sampah Spesifik” ialah sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga yang karena sifat, konsentrasi atau jumlahnya memerlukan penanganan khusus, seperti sampah yang mengandung B3 (bahan berbahaya dan beracun), contohnya ialah baterai bekas, sampah medis, puing bekas pembongkaran, sampah akibat bencana, dan juga sampah yang belum dapat diolah secara teknologi.

(28)

2.2 Timbulan dan Komposisi Sampah

Timbulan sampah ialah merupakan jumlah atau banyaknya sampah yang dihasilkan dari kegiatan masyarakat maupun proses dari alam yang beruapa sampah organik maupun anorganik. Timbulan sampah adalah jumlah sampah yang dihasilkan dari sektor Domestik dan Non Domestik. Menurut SNI 19-3964-1994 besaran timbulan sampah berdasarkan dari sumber sampah tiap fasilitas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Sumber

No Komponen Sumber Smpah

Satuan Volume (Liter)

Berat (kg)

1 Rumah Permanen Orang/Hari 2,25-2,250 0,350-0,400

2 Rumah Semi Permanen Orang/Hari 2,00-2,25 0,300-0,350 3 Rumah Non Permanen Orang/Hari 1,75-2,00 0,250-0,300 4 Kantor Pegawai/Hari 0,50-0,75 0,025-0,100 5 Toko/Ruko Petugas/Hari 2,50-3,00 0,150-0,350 6 Sekolah Murid/Hari 0,10-0,15 0,010-0,020 7 Jalan Arteri Sekunder

Per Meter/ Hari 0,10-0,16 0,020-0,100

8 Jalan Kolektor Sekunder

Per Meter/ Hari 0,10-0,17 0,010-0,050

9 Jalan Lokal Per Meter/ Hari 0,05-0,10 0,005-0,025

10 Pasar Meter2/Hari 0,20-0,60 0,10-0,30 (Sumber: SNI 19-3964-1994)

Menurut SNI 19-3964-1994 juga dibahas Spesifikasi dari Timbulan Sampah untuk perkotaan (Kecil dan Sedang) di Indonesia ini dibagi menjadi dua sumber

(29)

yaitu, Sumber Perumahan dan Non Perumahan. Untuk klasifikasi sumber terbagi menjadi yaitu:

1. Perumahan

Pada sumber Perumahan ini terbagi atas Rumah Permanen, Rumah Semi Permanen dan Rumah Non Permanen.

2. Non Perumahan

Pada sumber Non Permahan ini terbagi atas Sekolah, Kantor, Pasar, Toko atau Ruko, Tempat Ibadah, Hotel, Restoran, Industri, Rumah Sakit, Jalan dan fasilitas umum lain.

Komposisi sampah adalah suatu gambaran dari masing-masing komponen yang terdapat pada sampah. Komponen dari komposisi sampah ini ialah komponen fisik sampah seperti sisa-sisa makanan, kertas, kain bekas tekstil, karet, kayu, plastik, logam besi maupun non besi, kaca dan sebagainya (tanah, pasir, batu, keramik). Pengelompokan sampah yang umunya dilakukan yaitu berdasarkan komposisi sampah, contohnya dinyatakan sebagai % berat atau % volume dari kertas, kayu, karet, plastik, logam, kaca, kain, makanan dan lainnya (Damanhuri et al., 2010).

2.3 Pengangkutan Sampah

Pengangkutan sampah adalah sub-sistem yang bersasaran membawa sampah dari lokasi pemindahanatau dari sumber sampah secara langsung menuju tempat pemrosesan akhir (TPA) (Damanhuri et al., 2010)

.

Faktor utama yang mempengaruhi pengangkutan sampah adalah kepadatan penduduk, kuantitas dan kualitas sampah, karakteristik dan area pelayanan serta beberapa hal lain yang dibahas adalah jarak dan jaringan jalan, pola pengangkutan, jenis kendaraan, frekuensi, tingkat pelayanan beserta tenaga kerja (Greco et a.l., 2015). Dalam kegiatan pengangkutan atau pengumpulan sampah, diperlukan alat pengangkut sampah, Menurut SNI 19-2454-2002 menyebutkan yaitu Teknik operasional pengelolaan sampah, mempunyai beberapa syarat untuk alat pengangkut antara lain adalah :

(30)

1. Alat pengangkut sampah harus dilengkapi penutup sampah. 2. Dianjurkan ada alat ungkit.

3. Tinggi bak maks. 1,6m.

4. Bak dari truk atau dasar alas container dianjurkan dilengkapi pengaman air sampah.

5. Kapasitas harus disesuaikan dengan kelas jalan atau jalur yang dilalui kendaraan pengangkut.

6. Untuk jenis alat angkut yang biasa digunakan khususnya di indonesia antara lain Truck, Dump Truck, Arm Roll Truck, Truk Gandeng, Truk dengan Crane, Truk Pemadat, Pickup Sampah, dan Gerobak Sampah.

2.4 Sistem Pengangkutan sampah

Berdasarkan jenis kontainer pada TPS dan sistem pengambilannya, pengangkutan sampah memiliki dua jenis sistem yaitu, sistem kontainer angkat (Hauled Container System) dan sistem kontainer tetap (Stationary Container System) (Tchobanoglous et al., 1993). Hauled Container System (HCS) ialah sistem pengangkutan dimana wadah atau tempat pengumpulnya dapat dibawa dan juga dipindahkan menuju TPA. Stationary Container System (SCS) merupakan sistem pengumpulan sampah untuk melayani daerah pemukiman, dimana wadah atau tempat pengumpulnya tidak berpindah-pindah (Tchobanoglous et al., 2002).

a. Hauled Container System (HCS)

Untuk pengumpulan sampah dengan menggunakan sistem kontainer angkat (HCS), pola pengangkutan yang digunakan yaitu dengan menggunakan sistem pengosongan kontainer dapat dilihat pada gambar ini :

(31)

Gambar 2.1 Pola Pengangkutan Angkat (HCS) Proses pengangkutan:

1. Kendaraan pengangkut dari pool berangkat dengan membawa kontainer yang kosong untuk menuju lokasi kontainer terisi untuk mengganti atau mengambil dan lalu langsung membawanya ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

2. Kendaraan pengangkut berangkat dengan membawa kontainer yang kosong dari Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) menuju kontainer terisi yang berikutnya.

3. Berulang lagi sampai dengan rit terakhir.

b. Stationary Container System (SCS)

Untuk pengumpulan sampah dengan sistem kontainer tetap (SCS), pola pengangkutan yang digunakan yaitu dengan menggunakan sistem pengosongan kontainer dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Sumber : Permen PU No.3 Tahun 2013

Gambar 2.2 Pola Pengangkatan Tetap (SCS) Pola pengangkutan :

1. Kendaraan pengangkut dari pool berangkat menuju kontainer pertama, sampah lalu dituangkan ke dalam truk kompaktor dan menaruh kembali kontainer yang sudah kosong.

2. Kendaraan pengangkut berangkat menuju kontainer berikutnya dan seterusnya sampai truk penuh untuk kemudian menuju Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

(32)

2.5 Gas Rumahkaca

Pemanasan global atau yang sering disebut global warming ialah meningkatnya suhu atau temperatur rata-rata yang ada di atmosfer, laut, dan darat. Alasan peningkatan yang terjadi cukup drastis dan signifikan ini ialah karena dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti minyak bumi, batubara, dan gas alam. Penggunaan atau pembakaran dari bahan bakar fosil ini melepaskan gas karbondioksida dan juga gas lainnya ke atmosfer bumi yang dikenal dengan gas Rumahkaca (Rusbiantoro, 2008). Contoh gas yang dapat di kategorikan ke dalam Gas Rumahkaca antara lain Karbondioksida (CO2), Metana (CH4), Dinitrogenoksida

(N2O), Hydroflourocarbon (HFCs), Perflourocarbons (PFCs) dan SF6 (IPCC, 2006).

Sebenarnya gas-gas ini muncul secara alami di lingkungan, akan tetapi ada juga yang timbul akibat dari aktivitas sehari-hari manusia. Dalam troposfer terdapat juga gas-gas Rumahkaca yang dapat menyebabkan efek Rumahkaca (Green House Effect) dan pemanasan global. (Rahmawati, 2013).

2.6 Kontribusi Emisi Gas Rumahkaca dari Pengangkutan Sampah

Pengangkutan sampah merupakan salah satu cara pengelolaan sampah di Indonesia, karena layanan pengangkutan sampah dapat mempermudah masyarakat dalam proses pengelolaan sampah. Berbagai macam tahapan pengelolaan sampah berpotensi menghasilkan Emisi Gas Rumahkaca, salah satunya pada tahap pengangkutan sampah. Pengangkutan sampah dapat menyebabkan terjadinya Emisi Gas Rumahkaca dan pencemaran udara karena senyawa yang dihasilkan akibat dari gas buang bahan bakar minyak kendaraan pengangkut sampah. Emisi GRK dari tahap pengangkutan sampah dipengaruhi oleh jarak pemindahan sampah dari satu titik ke titik yang lain. Sumber pencemar udara di Indonesia sebagian besar berasal dari gas buang hasil pembakaran BBM, termasuk yang digunakan untuk sektor transport khusunya kendaraan pengangkut sampah. Pengelolaan sampah sendiri memberikan kontribusi sebesar 4% dari total Emisi Gas Rumahkaca dunia (Papageorgiou et al, 2009).

(33)

2.7 Metode Estimasi Emisi Gas Rumahkaca dengan IPCC

Metode perhitungan emisi Gas Rumahkaca ini berdasarkan dari metode perhitungan IPCC (2006). Metode dari IPCC mengestimasi emisi CH4 dari TPA

berdasarkan dari metode First Order Decay (FOD). Metode ini diasumsikan bahwa

Degradable Organic Carbon (DOC) meluruh dengan perlahan setelahnya CH4 dan

CO2 terbentuk. Penggunaan metode FOD ini membutuhkan data pembuangan

setidaknya atau minimal 50 tahun sebagai jangka waktu untuk memberikan nilai yang akurat. Berikut adalah tier perhitungan berdasarkan dari IPCC yaitu :

a. Tier 1 : Estimasi menggunakan Tier 1 berdasarkan dari metode FOD menggunakan data aktivitas dan data parameter default IPCC untuk Indonesia ( Asia Tenggara ).

b. Tier 2 : Perhitungan dengan menggunakan Tier 2 menggunakan metode FOD dan beberapa parameter yang default, tetapi membutuhkan kualitas data yang spesifik, yaitu data aktivitas di tempat pembuangan limbah serta sejarah di TPA. Data TPA selama 10 tahun ataupun lebih, harus berdasarkan dari data spesifik yaitu berupa survey, statistik, dan data dari sumber lainnya yang serupa. Data yang diperlukan ialah jumlah limbah yang dibuang ke TPA.

c. Tier 3 : Metode Tier 3 berdasarkan dari penggunaan kualitas data aktivitas spesifik menggunakan metode FOD dengan parameter kunci dan pengukuran dari parameter khusus.

2.8 Intergovernmental Panel On Climate Change (IPCC)

Pemanasan global (Global Waming ) telah menjadi isu lingkungan hidup yang sangat mendunia semenjak badan perserikatan dunia (PBB) membentuk IPCC pada tahun 1988. Intergovernmental Panel On Climate Change (IPCC) ialah sebuah panel ilmiah yang terdiri dari para ahli klimatologi untuk mengkaji perubahan iklim. Walaupun perubahan iklim akan berdampak jangka panjang antara 50-100 tahun, tetapi dampaknya untuk negara-negara berkembang sangatlah besar. Dengan dasar itu, maka diperlukan tindakan bersama dan langkah-langkah yang lebih kongkrit dan

(34)

signifikan, maka dibentuklah IPCC (Sutanta et al., 2007).

2.9 Penelitian Terdahulu

Dasar-dasar maupun acuan yang berupa teori-teori dan juga temuan- temuan melalui hasil dari berbagai penelitian sebelumnya merupakan suatu hal yang sangat diperlukan agar dapat dijadikan sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung yang perlu dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang berhubungan dengan penelitian ini. Berikut studi terdahulu dapat dilihat pada tabel berikut :

(35)

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Kandananond, 2017

The Greenhouse Gas Accounting of A Public Organization : The Case of A Public University in Thailand

Pengukuran emisi gas rumahkaca dilakukan di Universitas Valaya Alongkorn Rajabhat, Thailand. Peneliti hanya memfokuskan penelitian di penggunaan bahan bakar dan konsumsi listrik. Emisi gas rumahkaca yang dikeluarkan dari konsumsi listrik seluruh gedung selama 5 bulan terakhir yaitu sebesar 651.158 kgCO2 dan dari konsumsi

bahan bakar untuk kendaraan operasional sebesar 12.445 kgCO2.

2 Sariannidis, Konteos, Gianarakis, 2015

The Effects Of Greenhouse Gas Emissions And Governance Factors On

Corporate Socially Responsibility Disclosure

Ukuran perusahaan, emisi gas rumah kaca, DJSI dan kebijakan anti-penyuapan secara signifikan terkait secara positif dengan tingkat pengungkapan CSR. Selain itu, ada perbedaan yang signifikan antara profil industri mengenai luasnya pengungkapan CSR. Hasilnya tidak dapat digeneralisasi karena sampel didasarkan pada perusahaan yang terdaftar di AS untuk tahun 2011. Studi ini menyajikan data empiris awal yang menyelidiki

berbagai jenis pengungkapan dan faktor penentu yang memperluas cakupan studi sebelumnya.

3 Sagala, Sutrisno, Andarani, 2017

Kajian Jejak Karbon Dari Aktivitas Kampus di Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

Emisi gas rumahkaca yang dihitung yaitu emisi CO2, CH4, dan N2O dari penggunaan LPG, konsumsi listrik,

transportasi, pemakaian kertas, dan timbulan sampah yang dihasilkan di FT UNNES. Responden berasal dari mahasiswa sebanyak 40 orang, staf kependidikan sebanyak 64 orang, dan dosen sebanyak 98 orang. Hasilnya

didapatkan nilai jejak karbon yang dihasilkan dari seluruh kegiatan tersebut pada tahun 2015 adalah 1618001.473 kg CO2 eq.

4 Nurhayati, 2017 Kajian Jejak Karbon Aktivitas Kampus Universitas

Satya Negara Indonesia (USNI) Jakarta

Emisi gas rumahkaca yang dihitung yaitu emisi CO2, CH4, dan N2O dari penggunaan LPG, konsumsi listrik,

transportasi, pemakaian kertas, dan timbulan sampah yang dihasilkan di USNI, Jakarta. Hasilnya didapatkan nilai jejak karbon yang dihasilkan dari seluruh kegiatan tersebut pada tahun 2015 adalah 1644.072 ton CO2 eq.

(36)

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

5 Chrismalia Hapsari, 2017

Studi Emisi Karbondioksida dan Metana dari Kegiatan Reduksi Sampah di wilayah

Surabaya Bagian Selatan

Emisi karbon dengan metode IPCC tanpa 3R adalah 544,32 MTCE/tahun, metode IPCC dengan 3R adalah 323,68 MTCE/tahun sedangkan untuk metode US-EPA tanpa 3R melepas emisi karbon sebesar 3634,18 MTCE/tahun menyimpan sebesar 3,22 MTCE/tahun, untuk metode US-EPA dengan 3R melepas emisi karbon

sebesar 647,98 MTCE/tahun menyimpan sebesar 2989,41 MTCE/tahun.

6 Chintiawati, Moersidik, Suwartha, 2012

Estimasi dan Proyeksi emisi GRK dari Pengelolaan sampah di Kota

Tangerang dengan pendekatan metode IPCC

Dari hasil penelitian yang

dilakukan menunjukkan bahwa total emisi GRK dari kondisi eksisting pada tahun 2012 adalah sebesar 26.351,66 MTCO2e; 4.739,16 MTCO2e berasal dari

pengangkutan sampah 16.365,05 MTCO2e dari pembakaran terbuka dan 5.247,46 TCO2e berasal dari penimbunan sampah (yang diemisikan pada tahun 2013) Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Estimasi nilai

finasial reduksi emisi melalui pengomposan sampah di Jabotabek pada berbagai harga ER dan laju produksi kompos, menurunkan emisi 600.000 ton karbon dioksida ekuivalen per tahun. Meskipun kontribusi tersebut di

atas hanya 5 % dari total produksi metana potensial dari landfill, dalam jangka Panjang hal ini dapat berdampak positif terhadap perubahan iklim global dan perubahan permukaan air laut.

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian

Dalam penelitian ini , terdapat metode yang dilakukan secara tertata atau sistematis untuk menganalisis sistem dari kegiatan pengumpulan dan pengangkutan sampah perkotaan dari sumber menuju Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) lalu menghitung dan mengestimasi potensi potensi jumlah emisi Gas Rumahkaca yang dihasilkan dari pengangkutan sampah menggunakan Metode IPCC. Adapun metode penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah berikut :

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Pra penelitian terhitung dimulai pada 25 Januari 2020 sampai 13 Maret 2020. Untuk pengumpulan data pokok atau lanjutan terhitung dari April sampai Juli 2020. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kecamatan

(38)

dengan tingkat kepadatan penduduk sedang (Mergangsan, Mantrijeron, Gondomanan, Tegalrejo, Kotagede) Kota Yogyakarta (meliputi kondisi TPS, Depo dan Container dan juga jalur pengangkutan dari sumber ke TPA). Lokasi penelitian dipilih berdasarkan faktor pelayanan tiap kecamatan dan acuan dari SNI 3242-2008 tentang pengelolaan sampah di permukiman, dalam studi penelitian ini mempertimbangkan kondisi permukiman kepadatan penduduk, karena sangat berpengaruh pada sistem penanganan sampah nya. Dikarenakan aktifitas dari kegiatan penduduk akan mengakibatkan peningkatan volume timbulan sampah yang dihasilkan, terutama dari sektor pengangkutan sampah perkotaan ini sangat diperlukan agar sampah yang dihasilkan dapat diangkut dengan maksimal. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

(39)

Pada penelitian ini lokasi pengambilan data dilakukan berdasarkan faktor tingkat kepadatan penduduk tiap daerah kecamatan dengan tingkat populasi sedang (Mergangsan, Mantrijeron, Gondomanan, Tegalrejo, Kotagede) seperti pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Tingkat Kepadatan Sedang

Kecamatan Kepadatan penduduk (Jiwa/km2) Jumlah Penduduk (Jiwa) Mergangsan 13871 32043 35433 14982 37164 34311 Mantrijeron 13576 Gondomanan 13377 Tegalrejo 12771 Kotagede 11176

(Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta 2020)

Dalam penelitian ini peneliti juga melakukan perhitungan presentase pelayanan yang didapat dari perhitungan kapasitas TPS (m3) dibagi timbulan sampah (m3 / orang /hari) seperti pada tabel berikut :

Tabel 3.2 Faktor Pelayanan No Kecamatan Luas wailayah (km2) Timbulan sampah (m3/orang/hari) Kapasitas (m3) Persentase pelayanan TPS/Depo/Kontainer Populasi Sampel 1 Mantrirejon 2,61 88,58 26 29,35% 8 2 Kraton 1,4 54,58 20 36,65% 5 3 Mergangsan 2,31 80,11 54 67,41% 8 4 Umbulharjo 8,12 174,72 70 40,06% 5 21 5 Kotagede 3,07 85,78 70 81,61% 7 6 Gondokusuman 3,99 107,05 169 157,88% 2 7 Pakualaman 6,3 27,03 12 44,40% 7 8 Danurejan 1,1 53,34 48 89,99% 9 9 Gondomanan 1,12 37,46 29 77,43% 8 26 10 Ngampilan 8,2 46,38 20 43,13% 37 11 Wirobrajan 1,76 69,67 38 54,54% 2 12 Gedongtengen 9,6 49,73 46 92,50% 11 13 Jetis 1,7 67,83 32 47,18% 1 14 Tegalrejo 2,91 92,91 96 103,33% 7 56

(40)

3.3 Sumber Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan pada penelitian ini. Data yang dibutuhkan pada penyusunan laporan penelitian ini adalah data sekunder seperti dibawah ini :

1. Data sekunder adalah data pelengkap atau pendukung dari data primer yang diambil , data ini diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS), data berupa jumlah penduduk, sumber sampah dan luas wilayah penelitian agar bisa di proyeksikan timbulan sampah ke depan.

b. Data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH), data berupa titik lokasi TPS, kapasitas TPS, komposisi sampah, timbulan sampah, jadwal pengangkutan sampah dan rute pengangkutan yang telah dimodifikasi agar dapat dilakukan perhitungan emisi Gas Rumahkaca (GRK).

c. Data dari studi literatur, data berupa buku-buku, tulisan ilmiah dan jurnal terkait yang berhubungan dengan penelitian.

d. Data dari metode atau acuan yang digunakan yaitu IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) 2006.

e. Data dari aplikasi Google Maps mencakup data Jarak dan waktu tempuh lokasi Antar TPS dan TPA.

3.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data awal (Pra-penelitian) dilakukan selama kurang lebih 1,5 bulan , terhitung mulai dari 25 Januari 2020 sampai 13 Maret 2020. Untuk pengumpulan data pokok atau lanjutan terhitung dari April sampai Juli 2020. Teknik pengmupulan data yang dilakukan antara lain :

a. Studi Literatur

Melakukan pencarian, pengumpulan lalu mempelajari data-data yang diperlukan untuk penelitian yang didapatkan dari buku-buku,

(41)

tulisan ilmiah dan jurnal terkait yang berhubungan dengan penelitian.

b. Purposive Sampling

Purposive Sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel, yang dimana peneliti akan menentukan pengambilan sampel atau data dengan pertimbangan dan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian agar sampel atau data dari hasil penelitian yang akan dilakukan dapat memecahkan masalah dan memberikan nilai yang representatif , agar dapat memenuhi objektif penelitian nanti (Sugiyono, 2017).

3.5 Metode Analisis Data

Dalam melakukan analisis pada penelitian ini menggunakan metode Penelitian Deskriptif Kualitatif. Metode penelitian analisis Deskriptif Kualitatif ini diolah dengan cara menganalisis, menggambarkan berbagai kondisi dan situasi dari semua data yang telah dikumpukan. Hasil dari data contohnya berupa wawancara atau juga observasi (pengamatan) langsung di lapangan mengenai permasalahan yang di teliti ( I Made Winarta, 2006).

Data yang diperoleh secara langsung (primer) yaitu data jarak tempuh kendaraan pengangkut dan juga waktu pengangkutan, harus diganti dengan data tidak langsung (sekunder) dengan menggunakan aplikasi Google Maps dikarenakan kondisi pandemic Covid-19. Data diolah untuk mendapatkan data-data yang diperlukan untuk selanjutnya dianalisis dan dihitung sehingga bisa didapatkan estimasi potensi nilai emisi Gas Rumahkaca yang dihasilkan dari pengangkutan sampah untuk parameter CO2, CH4 dan N2O dengan metode acuan IPCC dan juga untuk menganalisis

sistem kegiatan pengumpulan dan pengangkutan sampah perkotaan dari sumber menuju TPA.

(42)

3.5.1 Perhitungan Faktor Emisi Gas Karbondikosida (CO2) Sektor Transportasi

Emisi CO2 dari pengangkutan sampah dihitung dengan Tier 1.

Konsumsi Energi = Konsumsi BBM/Tahun x Nilai Kalor Emisi CO2 = Konsumsi Energi x Faktor Emisi

…....(Tier 1)

Keterangan:

Emisi (CO2) : Emisi CO2 (Kg/Thn)

Konsumsi Energi : Konsumsi Energi (TJ/Tahun)

Konsumsi BBM : Bahan Bakar Minyak dikonsumsi/Thn (L) Faktor Emisi : Faktor Emisi Default CO2 (Kg CO2/TJ)

Nilai Kalor : Nilai Kalor Default Bahan Bakar (TJ/L)

3.5.2 Perhitungan Faktor Emisi Gas Metan (CH4) Sektor Transportasi Emisi CH4 dari pengangkutan sampah dihitung dengan Tier 1.

Konsumsi Energi = Konsumsi BBM/Tahun x Nilai Kalor Emisi CH4 = Konsumsi Energi x Faktor Emisi

…....(Tier 1)

Keterangan:

Emisi (CH4) : Emisi CH4 (Kg/Thn)

Konsumsi Energi : Konsumsi Energi (TJ/Tahun)

Konsumsi BBM : Bahan Bakar Minyak dikonsumsi/Thn (L) Faktor Emisi : Faktor Emisi Default CH4 (Kg CH4/TJ)

Nilai Kalor : Nilai Kalor Default Bahan Bakar (TJ/L)

3.5.3 Perhitungan Faktor Emisi Gas Dinitrogenoksida (N2O) Sektor

Transportasi

(43)

Konsumsi Energi = Konsumsi BBM/Tahun x Nilai Kalor Emisi N2O = Konsumsi Energi x Faktor Emisi

…....(Tier 1)

Keterangan:

Emisi (N2O) : Emisi N2O (Kg/Thn)

Konsumsi Energi : Konsumsi Energi (TJ/Tahun)

Konsumsi BBM : Bahan Bakar Minyak dikonsumsi/Thn (L) Faktor Emisi : Faktor Emisi Default N2O (Kg N2O /TJ)

Nilai Kalor : Nilai Kalor Default Bahan Bakar (TJ/L)

3.5.4 Bahan Bakar Minyak, Faktor Emisi Default dan Nilai Kalor Bahan Bakar di Indonesia

Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah salah satu sumber energi yang berasal dari bahan bakar fosil . BBM digunakan oleh masyarakat terutama pada sektor transportasi salah satunya pada kendaraan pengangkut sampah. kendaraan pengangkut sampah ini berupa truk dan menggunakan mesin Diesel. Umumnya bahan bakar untuk mesin Diesel yaitu solar. Solar sering disebut juga sebagai High Speed Diesel atau Automotive Diesel Oil. Berdasarkan HSPK (Harga Satuan Pokok Kegiatan) pengangkutan, konsumsi BBM untuk Dump Truck dan Arm Roll kurang lebih 7 Km/Liter.

Faktor emisi ialah suatu besaran Emisi Gas Rumahkaca yang dilepaskan ke atmosfir berdasarkan aktivitas tertentu berdasarkan dari PP No.71 Tahun 2011. Pada Tier1 atau Persamaan 1 Faktor Emisi yang digunakan sudah ditetapkan secara Internasional. Nilai Faktor Emisi Default untuk penggunaan bahan bakar berbeda.

Berikut adalah faktor emisi Default IPCC CO2 sumber bergerak pada jenis

bahan bakar :

Tabel 3.3 Faktor Emisi Bahan Bakar Sumber Bergerak (CO2)

Bahan Bakar Faktor Emisi CO2(kg/TJ)

Solar (HSD, ADO) 74.100

(44)

Sumber : IPCC (2006)

Berikut adalah faktor emisi Default IPCC CH4 sumber bergerak pada jenis

bahan bakar :

Tabel 3.4 Faktor Emisi Bahan Bakar Sumber Bergerak (CH4)

Bahan Bakar Faktor Emisi CH4(kg/TJ)

Solar (HSD, ADO) 3,9

Gasoline (Premium, Pertamax, Pertamax Plus) 33

Sumber : IPCC (2006)

Berikut adalah faktor emisi Default IPCC N2O sumber bergerak pada jenis

bahan bakar :

Tabel 3.5 Faktor Emisi Bahan Bakar Sumber Bergerak (N2O)

Bahan Bakar Faktor Emisi N2O(kg/TJ)

Solar (HSD, ADO) 3,9

Gasoline (Premium, Pertamax, Pertamax Plus) 3,2

Sumber : IPCC (2006)

Nilai Kalor adalah salah satu parameter dalam penentuan kualitas bahan bakar. Nilai Kalor pada bahan bakar Gasoline dan Solar dimasukan dalam satuan (TJ/L) yang berdasar pada Kementrian Lingkungan Hidup (2012) untuk

Inventarisai Gas Rumahkaca Nasional. Berikut adalah nilai kalor untuk tiap bahan bakar di Indonesia :

Tabel 3. 6 Nilai Kalor Bahan Bakar di Indonesia

Bahan Bakar Nilai Kalor (TJ/L)

Solar (HSD, ADO) 36 x 10-6 TJ/Liter

Gasoline (Premium, Pertamax, Pertamax Plus) 33 x 10-6 TJ/Liter Sumber : Kementrian Lingkungan Hidup (2012)

Keterangan :

HSD : High Speed Diesel

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Lokasi Penelitian

Kota Yogyakarta ialah merupakan Ibu Kota dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Wilayah Kota Yogyakarta ini secara geografis terbentang antara 110º24’19” - 110º28’53” Bujur Timur dan antara 07º15’24” - 07º49’26” Lintang Selatan dan memiliki luas yaitu sekitat 32,5 Km2 atau 1,025 dari luas Provinsi Daertah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan berdasarkan data dari sensus penduduk tahun 2019 jumlah populasi penduduk Kota Yogyakarta yatu sebesar 414.055 jiwa. Kota Yogyakarta terdiri dari 14 Kecamatan , 45 Keluarahan , 616 Rukun Warga (RW) dan 2532 Rukun Tetangga (RT). (Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta., 2020). Lokasi penelitian ini meliputi kondisi TPS, Depo dan Container yang tersebar di beberapa Kecamatan Mergangsan, Mantrijeron, Gondomanan, Tegalrejo, Kotagede dan juga meliputi jalur pengangkutan dari sumber menuju Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Lokasi penelitian dipilih berdasarkan faktor pelayanan tiap kecamatan dan acuan dari SNI 3242-2008 tentang pengelolaan sampah di permukiman, dalam studi penelitian ini mempertimbangkan kondisi permukiman kepadatan penduduk, karena sangat berpengaruh pada sistem penanganan sampah nya. Dikarenakan aktifitas dari kegiatan penduduk akan mengakibatkan peningkatan volume timbulan sampah yang dihasilkan, terutama dari sektor pengangkutan sampah perkotaan ini sangat diperlukan agar sampah yang dihasilkan dapat diangkut dengan maksimal.

Berikut daftar lokasi TPS, Depo dan Container yang menjadi lokasi penelitian di lima (5) kecamatan yang ada di Kota Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Lokasi TPS / Depo / Kontainer Kec.Kotagede No Nama TPS / Depo / Container

(46)

No Nama TPS / Depo / Container 2 TPS Pasar GedongKuning 3 TPS Pasar Legi Kota Gede

4 Depo Kemasan

5 Depo Lapangan Karang 6 Landasan Kontainer Depokan 7 Landasan Kontainer Gembiraloka

(Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta)

Tabel 4.2 Lokasi TPS / Depo / Kontainer Kec.Mantrijeron No Nama TPS / Depo / Container

1 TPS Tamansari 2 TPS Pasar Satwa 3 TPS Telkom Pugeran 4 TPS Pasar Gading 5 Bin DI Panjaitan 1 6 Bin DI Panjaitan 2 7 Depo Dukuh

8 Landasan Kontainer Pugeran

(Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta)

Tabel 4.3 Lokasi TPS / Depo / Kontainer Kec.Mergangsan No Nama TPS / Depo / Container

1 TPS Jembatan Tungkak 2 TPS Sisingamangaraja

3 TPS Tamansiswa

(47)

No Nama TPS / Depo / Container

5 TPS LP Wirogunan

6 TPS Pasar Telo

7 TPS Pasar Prawirotaman 8 Depo Pura Wisata

(Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta)

Tabel 4.4 Lokasi TPS / Depo / Kontainer Kec.Gondomanan No Nama TPS / Depo / Container

1 TPS Poltabes 2 TPS Korem 3 TPS Pasar Ledok 4 TPS Pasar Pathok 5 TPS Pasar Bringharjo 6 TPS Gedung Agung

7 Kontainer Pasar Sore 8 Kontainer Benteng Vredeburg

(Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta)

Tabel 4.5 Lokasi TPS / Depo / Kontainer Kec.Tegalrejo No Nama TPS / Depo / Container

1 TPS RW 4

2 TPS Pasar Karangwaru 3 Depo Makam Utoroloyo

4 Kontainer BLPT

5 Landasan Kontainer Bener 6 Landasan Kontainer Jambon

(48)

No Nama TPS / Depo / Container 7 Landasan Kontainer Karangwaru

(Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta)

Setelah dilakukan analisis dan pengamatan, dapat diketahui pada kecamatan Kotagede dan Tegalrejo terdapat 7 lokasi pembuangan sampah (TPS/Depo/Kontainer), sedangkan kecamatan Mantrijeron, Mergangsan dan Gondomanan terdapat 8 lokasi pembuangan sampah. Dari analisis data terdapat total sebanyak 38 tempat pembunangan dengan rincian 22 TPS, 7 Depo dan 9 Kontainer yang tersebar di lima kecamatan lokasi penelitian. Adanya perbedaan jumlah dan jarak antar titik lokasi penenlitian terdekat maupun terjauh ini akan menjadi penentu total jarak tempuh, waktu tempuh, banyak ritasi serta rute yang akan dilalui yang nanti nya akan berdampak pada konsumsi BBM serta Emisi yang akan dihasilkan.

4.2 Pengukuran Timbulan Sampah pada Kecamatan di Kota Yogyakarta

Menurut Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta dasar dari banyaknya permasalahan tentang persampahan yang ada di Kota Yogyakarta adalah besarnya timbulan sampah yang dihasilkan, persepsi masyarakat terhadap sampah dan juga pola perlakuan masyarakat terhadapat sampah yang dihasilkan. Menurut Dinas Lingkungan Hidup (DLH) juga upaya pengurangan sampah yang ada pada Kota Yogyakarta berfokus pada bagian yang berkaitan langsung dengan masyarakat, karena timbulan sampah banyak dihasilkan dari kegiatan atau aktivitas sehari-hari masyarakat.

Pengukuran timbulan sampah pada kecamatan di Kota Yogyakarta ini ditentukan berdasarkan acuan pada SNI 19-3964-1994 untuk kategori kota kecil dan sedang yang ada di Indonesia dan juga berpegang pada pada pedoman yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup Tahun 2012 yang telah dimodifikasi tentang cara perhitungan timbulan dan komposisi sampah. Untuk rincian besaran timbulan sampah berdasarkan dari sumber sampah tiap fasilitas dapat dilihat pada tabel berikut :

(49)

No Komponen Sumber Smpah

Satuan Volume (Liter)

Berat (kg)

1 Rumah Permanen Orang/Hari 2,25-2,50 0,350-0,400

2 Rumah Semi Permanen Orang/Hari 2,00-2,25 0,300-0,350 3 Rumah Non Permanen Orang/Hari 1,75-2,00 0,250-0,300 4 Kantor Pegawai/Hari 0,50-0,75 0,025-0,100 5 Toko/Ruko Petugas/Hari 2,50-3,00 0,150-0,350 6 Sekolah Murid/Hari 0,10-0,15 0,010-0,020 7 Jalan Arteri Sekunder

Per Meter/ Hari 0,10-0,16 0,020-0,100

8 Jalan Kolektor Sekunder

Per Meter/ Hari 0,10-0,17 0,010-0,050

9 Jalan Lokal Per Meter/ Hari 0,05-0,10 0,005-0,025

10 Pasar Meter2/Hari 0,20-0,60 0,10-0,30 (Sumber: SNI 19-3964-1994)

Pada pengukuran timbulan sampah bagian permukiman hanya dikategorikan menjadi satu saja, yaitu kategori rumah permanen pada tiap kecamatan. Berdasarkan tabel besaran timbulan sampah dari sumber, untuk sampah yang dihasilkan per orang/hari dari sektor rumah permanen yaitu antara 0,350 – 0,400 kg/orang/hari.

Pada sektor rumah permanen ini untuk hitungan timbulan sampah digunakan estimasi berat sampah paling besar yaitu 0,4 kg/orang/hari dengan volume sampah 0,0025 m3/hari. Dengan jumlah rata-rata per keluarga terdiri dari 3 orang, data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) tiap kecamatan (Kotagede, Mantrijeron, Mergangsan, Gondomanan, Tegalrejo) dan Penduduk Catatan Sipil Kota Yogyakarta (Dukcapil). Dari hasil analisis perhitungan timbulan

(50)

sampah tiap kecamatan pada tahun 2025, didapatkan total berat timbulan sampah untuk sektorr rumah permanen sebesar 79.832,27 kg/hari dan volume 498,95 m3/hari. Hasil berat dan volume permukiman masing-masing kecamatan dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7 Total Timbulan Permukiman Tiap Kecamatan

Timbulan Tahun 2025

Kecamatan Timbulan Sampah (Rumah Permanen) Berat (kg/hari) Volume (m³/hari)

Kotagede 18135,44 113,35 Mantrijeron 17506,63 109,42 Mergangsan 18848,22 117,8 Gondomanan 7474,23 46,71 Tegalrejo 17867,75 111,67 Total 79832,27 498,95

(Sumber : Perhitungan Excel Proyeksi Timbulan Sampah)

Hasil perhitungan timbulan sampah ini terbagi dua yaitu, berat timbulan sampah (Kg/hari) dan Volume timbulan sampah (m3/hari). Untuk perhitumgan nilai Besar timbulan dan Volume timbulan didapatkan dengan cara sebagai berikut :

• Berat (Kg/hari) = Jumlah Penduduk x timbulan sampah berdasarkan sumber (Kg) x 365 hari/tahun

• Volume (m3/hari) = Jumlah Penduduk x timbulan sampah berdasarkan

sumber (m3) x 365 hari/tahun

Untuk perhitungan Berat dan Volume Timbulan Sampah pada tiap Kecamatan (Domestik dan Non Domestik) lebih lengkap terdapat pada bagian tabel lampiran 11-25.

Pada pengukuran timbulan sampah bagian fasilitas umum , data yang didapat dari Badan Pusat Statistika (BPS) tiap kecamatan (Kotagede, Mantrijeron, Mergangsan, Gondomanan, Tegalrejo) , mencakup beberapa titik antara lain yaitu

(51)

kantor, toko/ruko (Pertokoan, Minimarket/Swalayan dan Rumah Makan) , sekolah negeri dan swasta (TK, SD, SMP, SMA, SMK, SLB) dan juga pasar.

Pada sektor kantor untuk hitungan timbulan sampah digunakan estimasi berat sampah sebesar 0,1 kg/orang/hari dengan volume sampah 0,0005 m3/hari, lalu untuk sektor toko/ruko digunakan estimasi berat sampah sebesar 0,15 kg/orang/hari dengan volume 0,003 m3/hari. Sektor sekolah digunakan estimasi berat sampah sebesar 0,02 kg/orang/hari dengan volume 0,00015 m3/hari, sedangkan pada sektor pasar digunakan estimasi berat sampah sebesar 0,3 kg/orang/hari dengan volume 0,0002 m3/hari. Untuk rincian hasil analisis perhitungan timbulan sampah tiap kecamatan pada fasilitas umum dapat dlihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8 Proyeksi Berat Timbulan Fasilitas Umum Tiap Kecamatan

Proyeksi Timbulan Sampah Tahun 2025

Sumber Sampah Berat (kg/hari)

Kotagede Mantrijeron Mergangsan Gondomanan Tegalrejo

Kantor 3,85 8,88 8,88 6,66 14,8

Toko/Ruko 16,43 36,85 42,62 14,21 32,86

Sekolah 979,85 401,39 552,63 313,98 730,35

Pasar 4440 11100 6660 6660 6660

Total 5440,13 11547,12 7264,13 6994,85 7438,01

(Sumber : Perhitungan Excel Proyeksi Timbulan Sampah)

Tabel 4.9 Proyeksi Volume Timbulan Fasilitas Umum Tiap Kecamatan

Proyeksi Timbulan Sampah Tahun 2025

Sumber Sampah Volume (m³/hari)

Kotagede Mantrijeron Mergangsan Gondomanan Tegalrejo

(52)

Proyeksi Timbulan Sampah Tahun 2025

Sumber Sampah Volume (m³/hari)

Kotagede Mantrijeron Mergangsan Gondomanan Tegalrejo

Toko/Ruko 0,33 0,74 0,85 0,28 0,66

Sekolah 7,35 3,01 4,14 2,35 5,48

Pasar 2,96 7,4 4,44 4,44 4,44

Total 10,66 11,19 9,47 7,10 10,65

(Sumber : Perhitungan Excel Proyeksi Timbulan Sampah)

Dilihat dari tabel diatas nilai berat timbulan sampah tertinggi terdapat pada kecamatan Mantrijeron dengan berat timbulan sebesar 11547,12 kg/hari lalu untuk nilai berat timbulan sampah terendah terdapat pada kecamatan Kotagede sebesar 5440,13 kg/hari. Sedangkan nilai volume timbulan sampah tertinggi terdapat pada kecamatan Mantrijeron sebesar 11,19 m3/hari dan yang terendah pada kecamatan Gondomanan dengan nilai 7,10 m3/hari. Dari data tersebut diketahui adanya rentang

perbedaan timbulan sampah yang cukup signifikan, hal tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan jumlah unit dan pengguna dari fasilitas umum pada tiap kecamatan yang menyebabkan perbedaan timbulan sampah.

Berdasarkan hasil analisis timbulan sampah pada seluruh kecamatan yang mencakup permukiman dan fasilitas umum didapatkan total berat timbulan sampah pada tahun 2025 sebesar 118516,51 kg/hari dengan volume timbulan sebesar 548,02 m3/hari. Untuk rincian hasil analisis perhitungan total timbulan sampah permukiman dan fasilitas tiap kecamatan dapat dilhat pada tabel berikut :

Tabel 4.10 Total Timbulan Sampah Seluruh Kecamatan

Total Timbulan Tahun 2025

Sumber Sampah Berat (kg/hari) Volume (m³/hari)

(53)

Presentase Timbulan Sampah 2025

90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 77% 72% 71% 60% 52% 48% 40% 23% 28% 29%

Total Timbulan Tahun 2025

Sumber Sampah Berat (kg/hari) Volume (m³/hari)

Fasilitas Umum 38684,24 49,07

Total 118516,51 548,02

(Sumber : Perhitungan Excel Proyeksi Timbulan Sampah)

Setelah melakukan perhitungan total timbulan sampah didapatkan persentase dari sumber sampah seluruh kecamatan. Dapat dilihat persentase sampah pada sumber permukiman tertinggi yaitu ada pada Kecamatan Kotagede dengan 77% dan presentase fasilitas umum tertinggi ada pada Kecamatan Gondomanan dengan 48%. Untuk rincian presentase setiap Kecamatan dapat dilhat pada tabel grafik dibawah :

Kotagede Mantrijeron Margangsan

Kecamatan

Gondomanan Tegalrejo

Permukiman 77% 60% 72% 52% 71%

Fasilitas Umum 23% 40% 28% 48% 29%

Gambar 4.1 Grafik Persentase Timbulan Sampah 2025

(Sumber : Perhitungan Excel Proyeksi Timbulan Sampah)

T im bu la n Sa m pa h 2 0 2 5 ( %)

(54)

4.3 Emisi Gas Rumahkaca pada Kecamatan di Kota Yogyakarta dengan Tingkat Kepadatan Penduduk Sedang

Pada bagian ini dilakukan perhitungan yang meliputi konsumsi energi dari bahan bakar yg digunakan kendaraan pengangkut tiap kecamatan dan juga faktor emisi tiap senyawa (CO2, CH4 dan N2O) pertahun . Data yang dibutuhkan dari

sektor trasportasi untuk menentukan faktor emisi tiap senyawa ini berupa data lokasi dan jumlah TPS, Depo, Kontainer yang tersebar pada kecamatan penelitian dan juga ritasi atau jalur pengangkutan sampah yang telah di modifikasi, yang didapat dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta. Data lokasi dan jumlah TPS, Depo, Kontainer ini digunakan untuk menentukan rute, ritasi, jarak tempuh dan waktu tempuh yang didapatkan dari aplikasi Google Earth Pro.

Data dari jarak tempuh dan waktu tempuh kendaraan pengangkut nanti akan digunakan untuk mengetahui konsumsi BBM, yang nanti akan digunakan untuk menghitung konsumsi energi dan emisi tiap senyawa pertahun. Untuk contoh data yang diperlukan untuk perhitungan konsumsi energi dan emisi dapat dilihat pada tabel dibawah :

Tabel 4.11 Data Ritasi & Jarak Pengangkutan Kec. Kotagede (A)

Kecamatan Rute Jarak Total

Jarak

Dari Ke km (jam)

DLH Kota Yogyakarta TPS Pasar GedongKuning 2,1 TPS Pasar GedongKuning Landasan Kontainer Gembiraloka 0,5 Kotagede

(A)

Landasan Kontainer Gembiraloka TPA 10,4 41,9

TPA TPS Pasar Legi Kota Gede 7,9

TPS Pasar Legi Kota Gede Depo Kemasan 0,65

Depo Kemasan TPA 8,7

TPA DLH Kota Yogyakarta 11,6

(Sumber : Perhitungan Excel Rute Pengangkutan Sampah )

(55)

Kecamatan Rute Waktu di TPS dan TPA Waktu Total Dari Ke (jam) km

DLH Kota Yogyakarta TPS Pasar GedongKuning TPS Pasar GedongKuning Landasan Kontainer Gembiraloka Kotagede

(A)

Landasan Kontainer Gembiraloka TPA

TPA TPS Pasar Legi Kota Gede TPS Pasar Legi Kota Gede Depo Kemasan

Depo Kemasan TPA

TPA DLH Kota Yogyakarta

(Sumber : Perhitungan Excel Rute Pengangkutan Sampah )

Tabel 4.13 Data Ritasi & Konsumsi BBM Kec. Kotagede (A)

0,25 2,05

Rute Konsumsi BBM Diesel

Kecamatan

Dari Ke L/hari L/tahun

DLH Kota Yogyakarta TPS Pasar GedongKuning TPS Pasar GedongKuning Landasan Kontainer Gembiraloka Kotagede

(A)

Landasan Kontainer Gembiraloka TPA

TPA TPS Pasar Legi Kota Gede TPS Pasar Legi Kota Gede Depo Kemasan

Depo Kemasan TPA

TPA DLH Kota Yogyakarta

(Sumber : Perhitungan Excel Rute Pengangkutan Sampah )

6 2182,179

Dari contoh data Kecamatan Kotagede (A) yang ada pada tabel 4.11, 4.12 dan 4.13 dapat di analisis untuk rute pengangkutan dimulai dari Pool (DLH Kota Yogyakarta) lalu dilanjutkan untuk pengangkutan pada TPS Pasar Gedongkuning, Landasan Kontainer Gembira Loka, TPS Pasar Legi Kota Gede, Depo Kemasan dan yang akan dibuang ke TPA (TPST Piyungan) lalu akan kembali lagi ke Pool dengan total 3 ritasi. Untuk jarak tempuh ke tiap lokasi berbeda yaitu yang terdekat 0,5 Km dan yang terjauh 11,6 Km dengan total jarak tempuh 41,9 Km. Untuk waktu pada saat berada di TPS / TPA berkisar 0,25 jam tiap lokasi dengan total waktu pengangkutan dan perjalanan 2,05 jam, dengan konsumsi BBM sekitar 6 liter/hari dengan total 2182,179 liter/tahun.

(56)

Tabel 4.14 Rekapitulasi Data tiap Kecamatan

NO Kecamatan Jenis Truk

Total Jarak Waktu Total Total Trip Kendaraan Konsumsi BBM Diesel

km (jam) hari L/hari L/tahun 1 Kotagede (A) Dump Truck 41,9 2,05 3 6 2182,179 2 Kotagede (B) Dump Truck 43,4 2,02 3 6,2 2263,00 3 Mantrijeron (A) Dump Truck 54,9 2,38 3 7,8 2862,643 4 Mantrijeron (B) Dump Truck 55 2,33 3 7,9 2867,857 5 Mergangsan (A) Dump Truck 49,3 2,37 3 7 2570,643 6 Mergangsan (B) Dump Truck 49 2,28 3 7 2552,393 7 Gondomanan (A) Dump Truck 56,6 2,55 3 8,1 2950,399 8 Gondomanan (B) Dump Truck 58,1 2,58 3 8,3 3028,979 9 Tegalrejo (A) Dump Truck 39,3 2,08 2 5,6 2046,607 10 Tegalrejo (B) Dump Truck 37,5 1,58 2 5,4 1952,750

(Sumber : Perhitungan Excel Rute Pengangkutan Sampah )

Pada data rekapitulasi diatas dapat dilihat data untuk jenis truk, total jarak tempuh kendaraan pengangkut, waktu total pengangkutan sampah, total trip atau ritasi perhari kendaraan pengangkut dan juga konsumsi BBM yang akan digunakan untuk melakukan perhitungan Konsumsi Energi dan Emisi pada tiap Kecamatan penelitian. Untuk jenis truk yang dipakai pada setiap Kecamatan menggunakan Dump Truck, lalu untuk total jarak tempuh tiap kendaraan pengangkut setiap Kecamatan berbeda, perbedaan jarak ini juga akan mempengaruhi total konsumsi BBM dan total waktu untuk tiap kendaraan pengangkut. Total jarak tempuh yang terjauh ada pada kendaraan pengangkut Kecamatan Gondomanan (B) yaitu 58,1 Km dan konsumsi BBM perhari 8,3 liter, dengan waktu total 2,58 jam dan 3 ritasi perhari. Untuk total jarak tempuh terdekat ada pada kendaraan pengangkut

Gambar

Tabel 2.1 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Sumber  No  Komponen Sumber
Gambar 2.1 Pola Pengangkutan Angkat (HCS)  Proses pengangkutan:
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

koordinasi motorik halus Anak belum mampu Mengkombinasikan warna krayon dalam melukis alat- alat kebersihan sehingga masih membutuhkan arahan guru. 2 Fajar

Melalui Tabel 1, terlihat bahwa terdapat persamaan habitus antara tokoh Kakek dan Ayah dari tokoh “Je” atau ‘Aku’, yaitu memilih untuk meninggalkan sekolah dan

Kegiatan : Perencanaan Penambahan Gedung Kantor Samsat Kota Kendari Prov.. Uraian Pekerjaan

Upin dan Ipin adalah dua orang saudara kembar asal melayu yang tinggal bersama kakak dan opah mereka dalam sebuah rumah di Kampung Durian Runtuh.. Mereka

Pemuda tani perdesaan mayoritas bekerja pada luas lahan yang sempit atau tidak memiliki lahan, sangat minim berkomunikasi dengan penyuluh, dan memiliki persepsi yang

Penentuan lokasi penelitian ini didasarkan pada beberapa pertimbangan, yakni: (1) Desa Adat Penglipuran merupakan salah satu Desa Bali Aga yang memiliki keunikan baik dari

Dosen Asing Pendidikan yang selanjutnya disingkat DAPd adalah yang terlibat dalam kegiatan pendidikan baik di kelas, laboratorium, studio, dan di tempat

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jumlah individu di stasiun Bahowo jauh lebih banyak dibanding- kan dengan jumlah individu di stasiun Batu meja dan Rap-Rap,