IMPLEMENTASI
DAN
RELEVANSI
KETERAMPILAN
PADA
ABAD
21
DAN
PENGEMBANGAN
KARAKTER
Oleh : Endang Sukowati endangsukowati [email protected]
Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Provinsi Kalimantan Barat
Abstract: in this 21st century, humans experience the development of science and technology as a whole field. One thing that stands out is technology in the field of information and communication. Technology makes the world faster because all information from all over the world can be accessed instantly and quickly by anyone, anywhere. On the other hand, in the 21st century, the problems faced by humans are increasingly complex, such as the global economic crisis, terrorism, racism, drug abuse, human trafficking, low awareness multiculturalism, disparities in the quality of education, and so on. all of this shows that good preparation is needed to form superior human resources. Education has a role in shaping character in efforts to improve human resources in the 21st century. Character education is a solution to situations of attitudes, social behavior of children, adolescents, and young people. A decline or change in attitudes and cultural values of the nation must immediately be addressed through character education so that the young generation remains a mental attitude and fighting spirit that upholds ethics, morals, and carries out teaching and practice. Character and national culture-based education must be developed in schools in line with local, regional and national character and culture. For this reason, character education and national culture need to be developed based on local wisdom.
Abstrak: pada abad21 ini, manusia mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada seluruh bidang. Salah satu yang menonjol adalah teknologi di bidang informasi dan komunikasi. Teknologi membuat dunia lebih cepat karena semua informasi dari seluruh dunia dapat diakses secara instan dan cepat oleh siapa saja dan di mana saja. Di sisi lain di abad 21 ini, permasalahan yang dihadapi manusia semakin kompleks, seperti krisis ekonomi, terorisme, rasisme, penyalahgunaan narkoba, perdagangan manusia, rendahnya kesadaran multikultural, disparitas kualitas pendidikan, dan lain sebagainya. semua ini menunjukkan bahwa diperlukan persiapan yang baik untuk membentuk sumber daya manusia yang unggul. Pendidikan memiliki peran membentuk karakter dalam upaya peningkatan sumber daya manusia di abad 21.Pendidikan Karakter merupakan solusi dari semua situasi ini sikap, perilaku sosial anak, remaja,dan generasi muda. Kemerosotan atau perubahan sikap dan nilai budaya bangsa pasti terjadi dan harus segera disikapi melalui pendidikan karakter agar generasi muda tetap memiliki sikap mental dan semangat juang yang menjunjung tinggi etika, akhlak, dan menjalankan ibadah sesuai ajaran agamanya. Pendidikan berbasis karakter dan budaya bangsa harus dikembangkan di sekolah selaras dengan karakter dan budaya lokal, regional dan nasional. Untuk alasan ini, Pendidikan karakter dan
budaya bangsa perlu dikembangkan berdasarkan kearifan lokal
.
Kata-kata kunci:keterampilan abad 21, pengembangan karakter engan semakin berkembangnya
teknologi di Abad 21, proses pembelajaran seharusnya beradaptasi terhadap perubahan ini. Dari proses pembelajaran yang berbasis Sumber Daya Alam menjadi berbasis
pengetahuan dengan disertai keterampilan dan teknologi. Seperti yang kita ketahui negara kita, Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah. Namun hanya dengan sumber daya alam saja tidak cukup. Diperlukan Sumber daya
D
manusia yang memiliki pengetahuan dan terampil menggunakan teknologi. Selain itu dalam pembelajaran Abad 21 terjadi perubahan paradigm pendidikan. Proses pembelajaran yang berpusat pada guru, dirubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Dalam pembelajaran yang berpusat pada guru, pembelajaran lebih menekankan seolah-olah guru memberikan ceramah pada siswa tanpa memberikan kebebasan pada siswa. Guru menjadi fokus utama dalam proses pembelajaran dan siswa tidak memiliki kebebasan sendiri. Paradigma ini sudah seharusnya dirubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana siswa lebih memiliki kebebasan untuk berbicara dan kebebasan untuk mengemukakan pendapat. Sehingga siswa mampu memecahkan masalahnya sendiri. Selain itu dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa diberikan pengalaman untuk belajar berkelompok, sehingga siswa bisa bersosialisasi dengan temannya.
PEMBAHASAN
ada bagian ini dijelaskan transformasi pendidikan Abad 21, pendidikan karakter beserta tujuannya, dan tantangan pendidikan karakter di Abad 21, serta pendekatan pendidikan karakter sebagai solusinya. Dalam hal ini penulis memberikan beberapa objekkajian pembahasan yang membahas keterampilan abad 21 dan pengembangan karakter, antara lain : 1. Inovasi Pembelajaran
Pembelajaran inovatif merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang telah dilakukan oleh guru. Pembelajaran inovatif juga didefinisikan sebagai pembelajaran yang dirancang oleh guru yang sifatnya baru, tidak seperti biasanya dilakukan, dan bertujuan untuk memfasilitasi peserta didik dalam membangun pengetahuan sendiri dalam rangka proses perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sesuai
dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki. Dengan demikian, pembelajaran novatif di abad 21 dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan dan dikembangkan oleh pendidik dalam merancang pembelajaran untuk memfasilitasi peserta didik dalam memperoleh pengetahuan melalui pencapaian keterampilan-keterampilan inovatif abad 21. National Research Council of
The National Academies (2010) menganjurkan agar pembelajaran lebih ditekankan pada keterampilan-keterampilan inovatif abad 21 seperti: (1) kemampuan beradaptasi atau
penyesuaian diri dengan lingkungan, dan keterampilan berkomunikasi,
(2) kemampuan menyelesaikan permasalahan yang bukan rutinitas (3) manajemen/pengembangan diri, (4) sistem berpikir.
Keterampilan-keterampilan tersebut perlu dibelajarkan untuk menghadapi tuntutan global saat ini. Kemampuan beradaptasi sebagai kemampuan dalam mengerjakan tugas yang ditunjukkan dengan sikap responsif dan efektif, mampu mengatasi tekanan dan beradaptasi dalam berbagai situasi atau keadaan atas perbedaan individu, gaya berkomunikasi, dan budaya.
Kemampuan berkomunikasi
merupakan kemampuan peserta didik
dalam memproses dan
menginterpretasikan informasi secara verbal maupun nonverbal.
Penyelesaian masalah non-rutin merupakan kemampuan peserta didik dalam menggunakan kemampuan berpikirnya untuk menilai informasi, mengenal pola dan mempersempit permasalahan untuk mengidentifikasi
permasalahan utama dalam
pembelajaran. Manajemen/
pengembangan diri merupakan kemampuan bekerja secara mandiri, memotivasi diri, dan pengawasan diri dalam meregulasi pembelajaran. Sistem berpikir merupakan kemampuan memahami sistem
P
berpikir bekerja sepenuhnya, bagaimana melakukan sesuatu atau kegagalan pada satu bagian mempengaruhi keseluruhan sistem dengan menggunakan gambaran besar permasalahan yang dalam proses interaksi elemen-elemen berpikir tersebut terintegrasi dengan kegiatan penilaian dan pembuatan keputusan, analisis, dan sistem evaluasi.
Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Proses pembelajaran dirancang, disusun dan dikondisikan agar peserta didik dapat belajar. Pembelajaran berpusat pada siswa menekankan pentingnya pemahaman konteks pesertadidik, karena dari sinilah seluruh rancangan proses pembelajaran dimulai. Hubungan antara pendidik dan peserta didik menjadi hubungan yang saling belajar dan saling membangun. Otonomi siswa sebagai pribadi dan subjek pendidikan menjadi titik acuan seluruh perencanaan dan proses pembelajaran. Pembelajaran semacam ini disebut dengan pembelajaran aktif yang merupakan proses pembelajaran di mana seorang pendidik harus dapat menciptakan suasana yang sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya. 2. Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Kurikulum adalah apa yang
akan diajarkan sedangkan
pembelajaran adalah bagaimana menyampaikan apa yang diajarkan. Menurut McDonald & Leeper kegiatan kurikulum adalah memproduksi rencana kegiatan, sedangkan pembelajaran adalah kegiatan melaksanakan rencana tersebut. Kurikulum dan pembelajaran pada dasarnya merupakan subsistem dari suatu sistem yang lebih besar, yaitu sistem persekolahan. Kurikulum dan pembelajaran adalah dua sistem yang saling terkait satu sama lain secara terus-menerus dalam suatu siklus. Menurut Gagne dan Briggs pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang untuk mempengaruhi proses belajar dalam diri siswa. Menurut Gredler proses perubahan sikap dan tingkah laku siswa pada dasarnya terjadi dalam satu lingkungan buatan dan sangat sedikit bergantung pada situasi alami, ini artinya agar proses belajar siswa berlangsung optimal guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Proses menciptakan lingkungan belajar yang kondusif ini disebut
pembelajaran Mata kuliah
Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran mengajak untuk mengkaji hal-hal yang melandasi pengembangan kurikulum dan pembelajaran. Materi mata kuliah ini mencakup hakikat kurikulum dan pembelajaran; landasan dan prinsip pengembangan kurikulum; pendekatan dalam pengembangan kurikulum; kerangka dasar pengembangan kurikulum 2004; tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad ke-21; model-model pengembangan rencana pembelajaran; dan perencanaan pembelajaran. Kajian tentang pengembangan kurikulum dan pembelajaran akan sangat bermanfaat bagi anda sebagai guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), terdapatsejumlahprinsip-prinsip yang harusdipenuhi, yaitu : a. Berpusat pada potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki
posisi sentral untuk
mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan
tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
b. Beragam dan terpadu. Kurikulum
dikembangkan dengan
memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun
dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di
dalamnya kehidupan
kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan
vokasional merupakan
keniscayaan.
e. Menyeluruh dan
berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada
proses pengembangan,
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah
pengembangan manusia
seutuhnya.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus
saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Media dan Sumber Belajar
Belajar adalah pengembangan pengetahuan baru, keterampilan atau sikap sebagai individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Guru harus membuat keputusan penting untuk memastikan belajar, terutama ketika mengintegrasikan teknologi dan media dalam pelajaran. Pelajar di abad 21 perlu lebih baik dididik untuk menghadapi tantangan yang terus berkembang mengenai persyaratan pengetahuan dan keahlian untuk masa depan (keterampilan untuk bekerja pada abad ke-21). Belajar seumur hidup adalah landasan untuk membimbing siswa terhadap pemahaman cara pendekatan antara pengetahuan, pergeseran dan keahlian masa depan mereka. Dengan menciptakan akses secara mulus ke komunitas global dan membuka jalan baru untuk mengatasi bagaimana dan mengapa harus belajar, teknologi dan media telah menjadi penghubung yang penting bagi pelajar ketika mereka bergerak maju dalam pendidikan
mereka. Siswa masuk
kelas dengan pemahaman yang lebih besar tentang isu-isu di seluruh dunia. Banyak yang datang ke sekolah berbicara lebih dari satu bahasa, dan diperkirakan bahwa pada tahun 2025 hampir setengah dari semua kelas akan memiliki siswa yang tidak berbahasa Inggris sebagai bahasa pertama mereka
(terampil untuk bermitra di abad ke-21).
Siswa memiliki kelancaran yang tinggi dengan teknologi dan media. Bahkan sebelum anak-anak masuk sekolah, banyak memiliki pengalaman dengan televisi sebagai sarana belajar. Banyak juga memahami bagaimana komputer dapat digunakan
untuk belajar dan untuk
berkomunikasi. Media lain untuk komunikasi
dan interaktivitas, ponsel, telah
menjadi aqualizer besar untuk semua
siswa tanpa memandang latar belakang sosial dan suku mereka.
Berbagai sumber media terus menerus memberikan informasi dan menantang untuk berfikir. Sebagai pengguna sumber-sumber ini kita membutuhkan media keterampilan keaksaraan untuk mengetahui bagaimana cara mengaksesnya,
bagaimana memahami dan
menganalisa konten dan cara membuat pesan media baru (Stansbury, 2009). Teks, televisi, video dan sejumlah sumber media lain yang akan dibahas dalam buku ini adalah semua sumber yang valid dan informasi
penting. Peran Anda
adalah membimbing siswa untuk menggunakan media ini sebagai sumber untuk mereka belajar dengan cara yang bijak, aman dan produktif. misalnya, siswa perlu belajar untuk menemukan berbagai sumber untuk
memverifikasi
fakta-fakta yang telah mereka dengar
dari berita televisi. Mereka perlu belajar untuk menjadi pengguna kritis sumber daya ini, untuk memastikan bahwa mereka mendapat informasi dan kesimpulan yang akurat. Seperti yang disebutkan sebelumnya di alamat ISTE NETS-S banyak
keterampilan peserta
didik yang menjadi konsumen yang sukses dari sumber daya media di sekitar mereka.
4. Kebijakan Pembelajaran
Kebijakan merupakan sesuatu yang akan dilakukan ataupun tidak akan dilakukan oleh pemerintah berkaitan dengan sesuatu masalah yang dihadapi. Menghadapi masa depan, abad 21, sesuatu yang akan dilaksanakan ataupun tidak akan dilaksanakan di dunia pendidikan oleh pemerintah merupakan kebijakan pendidikan. Kebijakan merupakan salah satu penjabaran dari orientasi pendidikan yang dimiliki oleh suatu bangsa.
Orientasi pendidikan merupakan keyakinan dan fondasi akan apa peran pendidikan dan gambaran masa depan
yang akan disumbangkan oleh pendidikan kepada bangsanya. Pertama, bagi Indonesia diperlukan pergeseran dari pendidikan merupakan proses penyiapan tenaga kerja menjadi suatu proses dimana setiap peserta didik mendapatkan kesempatan yang setara guna mengembangkan potensi diri secara optimal. Dengan demikian pendidikan tidak sekedar abdi dari dunia ekonomi, untuk mempersiapkan peserta didik menguasai ketrampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Kedua, orientasi pendidikaan mengarahkan perannya sebagai agent
for eradicating of poverty, bukan
sekedar untuk agent of growth. Orientasi ini harus terjabarkan dalam kebijakaan pendidikan dan alokasi anggaran pendidikan.
Ketiga, orientasi pendidikan mewujudkan keseimbangan, keserasian dan keterpaduan antara pendidikan formal, non formal dan informal. Berdasaarkan orientasi pendidikan diatas, maka perlu dirumuskan kebijakan pendidikan Indonesia sebagai berikut.
Sasaran dan target Kebijakan Jangka Pendek:
1. Menciptakan kondisi dimana peserta didik, pendidik, birokrat pemerintah dan warga masyarakat tidak hanya terjebak dalam pemikiran dan kegiatan pendidikan hanya untuk menghadapi ujian nasional.
2. Mewujudkan keadilan dan kesetaraan dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada segenap peserta didik.
3. Memperkecil kesenjangan mutu antar sekolah.
4. Menciptakan efisiensi pembeayaan pendidikan yang ditangung oleh orang tua.
5. Meningkatkan kualitas kebijakan pendidikan yang bersifat strategis. Kebijakan jangka pendek:
1. Ujian nasional tidak sebagai syarat memasuki sekolah jenjang di atasnya.
2. Orang tua tidak lagi bebas mengirim anaknya ke sekolah negeri, pemerintah akan menetapkan dimana anak sekolah sesuai dengan domisili tempat tinggal.
3. Mengembalikan proses
pembelajaran ke tangan guru.
4. Mendorong guru untuk
melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan kebersamaan dan kebiasaan berkolaborasi di antara peserta didik.
5. Mendorong dan memfasilitasi guru mengenalkan ketrampilan abad 21 kepada para peserta didik lewat proses pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
6. Memberikan perhatian lebih besar pada pendidikan non-formal dengan mengembangkan berbagai program strategis dan mensinergikan dengan pendidikan formal.
7. Pemerintah dalam mengembangkan kebijakan dan mengelola pendidikan mulai menggunakan pendekatan cultural sebagai pengganti pendekatan struktural.
8. Mengembangkan sistem dan mekanisme untuk membahas kebijakan pendidikan yang strategis. Salah satu bentuk kebijakan adalah penyelenggaraan KTT pendidikan Indonesia, untuk membahas dan menentukan kebijakan nasional pendidikan yang strategis. Sehingga penentuan kebijakan pendidikan yang statregis bukan monopoli birokrat pendidikan, tetapi juga ada partisipasi para pedagog dan ekpertise dan birokrat di luar pendidikan.
Sasaran dan target kebijakan jangka menengah:
1. Meratakan kesiapan peserta didik memasuki pendidikan sekolah dasar. 2. Terwujud keadilan pendidikan di antara peserta didik yang sekolah di sekolah negeri negeri dan di sekolah swasta.
3. Jenjang dan jalur pendidikan relevan dengan kebutuhan bangsa dalam persaingan global.
Kebijakan jangka menengah:
1. Mempersiapkan pembaharuan sistem pendidikan nasional, khususnya berkaitan dengan jenjang dan jalur pendidikan nasional. Sehingga system pendidikan lebih sesuai dengan tuntutan masa depan. 2. Mengembangkan suatu kebijakan lebih lanjut berkaitan dengan inti reformasi pendidikan, adanya kesetaraan antara pendidikan negeri dan pendidikan swasta.
3. Mempersiapkan pendidikan wajib belajar 12 tahun. Tetapi memperpanjang pendidikan di bawah jenjang SD. Sehingga wajib belajar 12 tahun mulai 3 tahun sampai 15 tahun.
5. Penilaian dan Administrasi Pembelajaran
Menurut Zainul dan Nasution (dalam Marito, 2012) mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun non tes. Mardapi (dalam Marito, 2012) berpendapat bahwa penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi (dalam Marito, 2012) “penilaian adalah keputusan tentang nilai”. Rahmat dan Suherdi (2001: 13) mengemukakan bahwa penilaian adalah kegiatan pembuatan keputusan mengenai derajat keberhasilan belajar masing-masing siswa dan keberhasilan siswa dalam
kelas tersebut secara keseluruhan, serta keberhasilan guru dalam mengajar. Sedangkan Sudrajat (dalam Marito, 2012) berpendapat bahwa penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu atau memperoleh informasi mengenai hasil belajar siswa (pengamatan, penilaian penampilan atau proyek, tes tulis) dan pembentukan nilai dan pertimbangan mengenai kemajuan belajar siswa. Kita sudah paham bahwa dalam proses pendidikan di sekolah selalu melibatkan unsure penilaian. Namun, keberadaan unsure ini tidak senantiasa dapat memberikan fungsi yang bersifat komprehensif bagi sekolah terutama yang menyangkut perbaikan dan pengembangannya. Banyak faktor yang berpengaruh berkenaan dengan fungsi penilaian dalam peningkatan program sekolah, salah satunya adalah makna yang ditafsirkan dari konsep penilaian itu sendiri. Pada kesempatan ini, penilaian akan didefinisikan dalam konteks pengembangan program pendidikan. Oleh karenaitu, sangat penting dipahami bahwa tujuan penilaian bukan untuk membuktikan, akan tetapi memperbaiki. Kerangka pemikiran ini tampak ada kaitan yang erat antara penilaian dan mutu pendidikan di sekolah. Selanjutnya konsep penilaian yang akan dibicarakan bertitik tolak dari tujuan penilaian tersebut.
Penilaian pendidikan merupakan suatu proses penentuan nilai atau keputusan dalam bidang pendidikan atau segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan bidang pendidikan. Penentuan keputusan itu didahului dengan kegiatan pengumpulan data atau informasi sehingga seorang pimpinan dapat menyusun suatu kebijakan terhadap suatu program yang sedang dikembangkan atau yang sedang dilaksanakan. Setiap orang yang terlibat dalam pendidikan, bagaimanapun macam dan ruang lingkup keputusan pendidikan itu, keputusan tersebut memerlukan informasi yang lengkap dan tepat. Informasi semacam ini akan diperoleh melalui penilaian. Penilaian sebagai kegiatan pemeriksaan yang sistematis dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dan akibatnya pada saat program dilaksanakan pemeriksaan yang
diarahkan untuk membantu
memperbaiki program itu dan program lain yang memiliki tujuan yang sama.
6. Penerapan Sains dan Teknologi dalam Pembelajaran
Sains dan teknologi memegang peran penting dalam kehidupan dan dijadikan tolak ukur kemajuan suatu negara. Ledakan informasi dan kemajuan teknologi informasi, inovasi pengetahuan, kegiatan ekonomi modern, pembangunan dan aktivitas manusia lainnya mempengaruhi kualitas lingkungan seperti pemanasan global, dan lainnya. Fakta ini melatar belakangi banyak negara untuk meningkatkan kualitas pendidikan
terutama Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam (sains). Peserta didik sebagai calon penerus bangsa
perlu dibekali pengetahuan, karakter yang kuat dan kecakapan hidup (life
skills) agar mampu beradaptasi dan
berperan serta memajukan kehidupan masyarakat. Pendidikan diyakini
mampu mengembangkan
keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan di abad 21, seperti berpikir kritis, memecahkan
masalah, informasi literasi khususnyatentang pengetahuan ilmiah dan mendorong untuk menerapkan. Oleh karenanya, peningkatan kualitas pendidikan menjadi hal yang seharusnya dilakukan. Dalam menghadapi era persaingan global, Indonesia pun perlu menyiapkan sumber daya manusia yang handal dalam disiplin-disiplin STEM secara kualitas dan mencukupi secara kuantitas. Indonesia mengalami kendala kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan SDM.
Merujuk data Badan Pusat Statistik 2010, sumber daya manusia Indonesia masih didominasi tenaga kerja kurang terampil (sebanyak 88 juta), dan diprediksi 2020 akan ada 50% kekurangan tenaga kerja untuk mengisi lowongan jabatan di struktur lapangan kerja. Namun, jalan untuk mengatasi persoalan ini bukanlah perkara mudah, sebab tanpa upaya mengembangkan kemampuan dasar,
soft skills (kolaborasi, komunikasi,
kreativitas, pemecahan masalah), dan nilai-nilai prasyarat memasuki profesi STEM pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, sukar untuk mengharapkan
generasi muda yang bermotivasi dan siap menekuni bidang-bidang STEM.
KESIMPULAN
Dunia mengalami perubahan yang amat cepat. Sebagai bagian dari dunia, bangsa Indonesia tidak bisa menghindarkan diri dari perubahan yang amat cepat tersebut. Perubahan yang terjadi menuntut perubahan dalam segala aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu aspek kehidupan yang harus berubah dan juga mempersiapkan perubahan adalah dunia pendidikan. Perubahan pendidikan yang diperlukan adalah menempatkan pendidikan pada jalur menuju perubahan global dengan tetap mendasarkan pada filosofi dan budaya lokal. Oleh karena itu perubahan harus dirancang sedemikian rupa agar tidak sekedar larut dalam proses perubahan
yang terjadi di banyak negara. Perubahan bisa dimulai dengan menggeser orientasi pendidikan Indonesia yang lebih menekankan pada kebutuhan bangsa. Antara lain pendidikan berorientasi untuk memerangi kemiskinan dan bisa memberikan pelayanan setara bagi seluruh warga bangsa. Berdasarkan orientasi pendidikan dirumuskan kebijakan pendidikan Indonesia menuju pendidikan abad 21.
DAFTAR PUSTAKA
Andini, D. 2013. Subjek dan Sararan Evaluasi. Diunduh
dari http://andinijs.blogspot.co.id/2013/10/subjek-dan-sasaran-evaluasi-serta.html pada tanggal 04 April 2016
Anonim (2008) Education & Competitiveness . A Resource and Policy Guide. New York, NY: Partnership for 21stcentury skills
Arifin. 2012. MakalahPenilaian Pendidikan. Diunduh
dari digilib.uinsby.ac.id/10938/5/Bab2.pdf pada tanggal 04 April 2016
Marito. 2012. Pengertian Penilaian. Diunduh
dari http://maritosukses.blogspot.co.id/2012/02/pengertian-penilaian.html pada tanggal 03 April 2016
Harrison, Lawrence, E. And Huntington, Samuel, P. (2000) Culture matters. How values shape
human progress. New York, NY: Basic Book
Jilk, Bruce. 1999. “Schools in the New Millenium.” American School & University 71(5), pp. 46–48.
Maulana, A. 2009. PengertianPenilaian. Diunduh
dari https://zhizhachu.wordpress.com/tag/pengertian-penilaian/ pada tanggal 03 April 2016
Natawidjaja, R dan Hadisoebroto, S. 1984. Teknik Penilaian. Jakarta: PT. Kencana Nusantara Ent Ltd Jakarta
November, Alan (2010) Empowering students with technology. Second edition. Tousand Oaks, CA: Sage Publication
Rakhmat, C dan Suherdi, D. 2001. EvaluasiPembelajaran. Bandung: CV. Maulana
Rofiah, F. 2015. Prinsip-PrinsipPenilaian Pendidikan. Diunduh
dari http://www.eurekapendidikan.com/2015/10/prinsip-prinsip-penilaian-pendidikan.html pada tanggal 04 April 2016
Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Jakarta: DirektoratJenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.