Implementasi Manajemen Risiko & Tata Kelola
Terintegrasi Konglomerasi Keuangan Indonesia
nung herlian
MATERI DISKUSI
Pada Acara LPPI
Seminar & Executive Roundtable
Konglomerasi Jasa
Keuangan Indonesia
2
Sharing Session
Dasar Hukum
3
Cakupan Pengawasan Terintegrasi
4
Penerapan Tata Kelola Terintegrasi
6
Ketentuan Lain-Lain dan Penutup
7
Tujuan Pengawasan Terintegrasi
2
Latar Belakang dan Rasional Perlunya Pengawasan Terintegrasi
1
Penerapan Manajemen RisikoTerintegrasi
Latar Belakang dan Rasional Perlunya
Pengawasan Terintegrasi
3
Konglomerasi keuangan saat ini telah berkembang dg pesat didukung teknologi, produk dan layanan keuangan yg semakin kompleks, dinamis, dan saling terkait antar sub-sektor keuangan.
Dampak Positif
Meningkatkan daya saing a.l. meningkatnya skala ekonomi, volume bisnis dll
Meningkatkan efisiensi melalui
pengembangan infrastruktur, delivery
channel,dll
Mengoptimalkan portofolio produk dan layanan melalui promosi dan penguatan branding,
cross selling dan saluran distribusi,
Penguatan bisnis melalui integrasi LJK dan kenaikan fee based income.
Dampak Negatif
meningkatnya risiko sektor keuangan melalui
regulatory arbitrage, contagion risk, lack of transparency, conflict of interest, meningkatnya transaksi intragroup, perhitungan modal ganda
dan abuse of economic power.
kegagalan salah satu anak perusahaan akan menimbulkan efek rembetan (contagion effect) pd perusahaan lain dlm group ataupun
Pengawasan terintegrasi thd konglomerasi keuangan, dimaksudkan untuk:
Mempersempit perbedaan pengaturan (regulatory arbitrage) antar sektor jasa
keuangan
Menghilangkan kemungkinan adanya aspek dan area tertentu yg masih luput dari pengawasan (supervisory blindspot)
Melakukan pengawasan yg efektif utk mendeteksi setiap potensi risiko dari aktifvitas konglomerasi keuangan
Mengapa perlu diawasi:
Besarnya pangsa konglomerasi keuangan dan perannya yg signifikan dalam perekonomian Konglomerasi cenderung melakukan excessive risk taking.
Kompleksitas produk/layanan keuangan lintas sektor dlm konglomerasi meningkatkan risiko. Sumber kerentanan krisis pada sektor keuangan menjadi sangat beragam
Mencegah timbulnya risiko sistemik dalam sektor keuangan.
Meminimalkan potensi permasalahan sistemik yg ditimbulkan oleh suatu konglomerasi keuangan melalui penerapan manajemen risiko dan GCG terintegrasi sbg sarana deteksi dini
permasalahan dan risiko yg dihadapi industri keuangan
Memastikan ketersediaan modal yg sepadan dg eksposure risiko sebagai cushion atau buffer potensi rugi atas eksposure risiko yg diambil suatu konglomerasi.
5
Konglomerasi Keuangan: Mengapa Perlu
diawasi ?
…..Permasalahan KONGLOMERASI seperti puncak gunung Es….
Excessive Risk Taking Behaviour Procyclicality Regulatory arbitrage Excessive Intragroup exposure Contagion/spillover effect Market failure
Di puncak
:tenang, anggun,
lembut dan eksotis
Di dasar
:Hidden and
potensial
explosive risk
to happen at
any time
- nung herlian -6
Konglomerasi keuangan ditandai dg adanya asymetric information, agency problem, moral hazard dsb, menyebabkan excessive risk taking behavior, prosiklisitas, contagion risk dan risiko sistemik...…
- nung herlian -
Konglomerasi Keuangan: Mengapa Perlu
diawasi ?
Keterkaitan antar LJK dalam Sektor Keuangan dapat bersifat sistemik...
7
- nung herlian -
Konglomerasi Keuangan: Mengapa Perlu
After Effect Crisis …….
After Effect Crisis …….
Semakin maraknya Konglomerasi dan
8Interkoneksi antar Lembaga Keuangan
Perkembangan interaksi dan keterkaitan antar institusi keuangan yg sedemikian pesat menuntut adanya pola pengawasan terintegrasi yg mampu mendeteksi secara dini permasalahan dalam konglomerasi sehingga tidak merembet pada institusi keuangan lainnya…..
Peta Konglomerasi Keuangan
9Perbandingan total aset 50 Konglomerasi Keuangan dengan total aset
industri perbankan dan total aset industri jasa keuangan adalah sebagai
berikut
(Sept 2015):Dari 50 Grup Konglomerasi Keuangan yang dilaporkan, diklasifikasikan dalam 3 jenis, yaitu:
14 Grup Konglomerasi Keuangan yang bersifat Vertikal;
29 Grup Konglomerasi Keuangan yang bersifat Horizontal; dan 7 Grup Konglomerasi Keuangan yang bersifat Mixed.
Pasal 5 UU OJK
OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.
Scope OJK dalam melakukan pengawasan terhadap Lembaga Jasa Keuangan:
1. Pengawasan individual (level 1); dan 2. Pengawasan Terintegrasi yang berupa
pengawasan terhadap lembaga keuangan dan perusahaan anak di bidang keuangan (level 2) serta pengawasan konsolidasi terhadap
Konglomerasi Keuangan (level 3).
Dalam Rangka mendukung Pengawasan Terintegrasi
berdasarkan Risiko, Konglomerasi Keuangan wajib menerapkan Manajemen Risiko dan Tata Kelola
Terintegrasi.
Pengawasan Terintegrasi Pengaturan Terintegrasi
Scope Pengawasan Terintegrasi
11Pengertian Konglomerasi Keuangan
12- nung herlian -
• Konglomerasi Keuangan adalah Lembaga Jasa Keuangan (LJK) yang berada dalam satu grup atau kelompok karena keterkaitan kepemilikan dan/atau pengendalian yang wajib menerapkan manajemen risiko terintegrasi.
• Jenis Konglomerasi Keuangan:
– Vertical Group
Vertical group yaitu apabila terdapat hubungan langsung perusahaan induk dan perusahaan
anak secara jelas dan keduanya merupakan LJK – Horizontal Group
Horizontal group yaitu apabila tidak terdapat hubungan langsung antara LJK yang berada
dalam satu Konglomerasi Keuangan tetapi LJK tersebut dimiliki atau dikendalikan oleh pihak yang sama
– Mixed Group
Mixed Group apabila dalam satu Konglomerasi Keuangan terdapat struktur kelompok usaha
Ilustrasi Jenis Konglomerasi Keuangan
13Struktur Konglomerasi Keuangan
Perusahaan Anak Perusahaan Terelasi (beserta perusahaan anaknya sister company)
Entitas Utama
Badan hukum atau perusahaan yang dimiliki dan/atau dikendalikan oleh LJK secara langsung maupun tidak langsung baik di dalam maupun di luar negeri yang melakukan kegiatan usaha di sektor jasa keuangan.
LJK induk dari Konglomerasi Keuangan atau LJK yang ditunjuk oleh pemegang saham pengendali Konglomerasi Keuangan yang bertugas mengintegrasikan penerapan tata kelola di
Konglomerasi Keuangan
Perusahaan Terelasi (sister company) adalah beberapa LJK yang terpisah secara kelembagaan dan/atau secara hukum namun dimiliki dan/atau dikendalikan oleh pemegang saham pengendali yang sama.
CAKUPAN KONGLOMERASI KEUANGAN
- Struktur-
14
LJK wajib mengidentifikasi keterkaitan
kepemilikan dan/atau pengendalian dengan LJK lain dalam menentukan Konglomerasi Keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan berwenang
melakukan penyesuaian terhadap LJK yang termasuk dalam Konglomerasi Keuangan.
CAKUPAN KONGLOMERASI KEUANGAN
- Kelembagaan-
15Jenis LJK yang
termasuk dalam
cakupan
Konglomerasi
Keuangan
PERUSAHAAN ASURANSI DAN REASURANSIPERUSAHAAN
PEMBIAYAAN
PERUSAHAAN EFEK
BANK
Lembaga Jasa Keuangan (LJK )adalah lembaga yang melaksanakan kegiatan di sektor Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang mengenai Otoritas Jasa Keuangan.
ENTITAS UTAMA
Dalam hal struktur KonglomerasiKeuangan hanya terdiri dari LJK induk dan LJK anak
Dalam hal struktur Konglomerasi Keuangan tidak hanya terdiri dari LJK induk dan LJK anak (terdapat
perusahaan terelasi)
Pemegang saham pengendali dari Konglomerasi Keuangan wajib menunjuk Entitas Utama.
Entitas Utama yang ditunjuk adalah LJK yang memiliki total aset terbesar dan/atau memiliki kualitas penerapan Manajemen Risiko yang baik.
Entitas Utama adalah LJK Induk
PENENTUAN ENTITAS UTAMA
16 Otoritas Jasa Keuangan berwenang memerintahkan Entitas Utama untuk
Penilaian Risiko dan Tingkat Kondisi
Konglomerasi Keuangan
1.
Mendeteksi secara dini risiko yang dihadapi oleh Konglomerasi Keuangan secara keseluruhan
(group-wide) dengan memperhatikan terutama risiko yang
belum dapat teridentifikasi dalam pengawasan LJK secara individual;
Mendeteksi pengaruh dari risiko tersebut terhadap kondisi kinerja keuangan Konglomerasi Keuangan secara keseluruhan.
Mengalokasikan sumber daya yang dialokasikan untuk menangani risiko signifikan yg teridentifikasi dan membahayakan kondisi Konglomerasi Keuangan secara keseluruhan (group-wide);
Menyusun strategi dan perencanaan pengawasan terhadap Konglomerasi Keuangan secara keseluruhan;
Mengambil tindakan pengawasan yang diperlukan secara lebih dini melalui koordinasi antara Pengawas.
Excessive Risk Taking Behaviour Procyclicality Regulatory arbitrage Excessive Intragroup exposure Contagion/spillo ver effect Market failure 18
Tujuan Penilaian Risiko dan Tingkat
Kondisi Konglomerasi Keuangan (KK)
Prinsip Utama Penilaian Risiko
Agregasi Risiko
Penilaian risiko dan tingkat kondisi Konglomerasi Keuangan didasarkan pada berbagai risiko yang terdapat dalam Konglomerasi Keuangan secara keseluruhan dg memperhatikan dampak yang ditimbulkannya terhadap kondisi Konglomerasi Keuangan dilakukan dengan mengidentifikasi faktor intern maupun ekstern yang dapat meningkatkan risiko atau mempengaruhi kondisi Konglomerasi Keuangan saat ini dan masa yang akan datang.
Holistik
Penilaian dilakukan dengan melihat keterkaitan antara satu faktor dengan faktor lainnya (holistik)
mendapatkan gambaran mengenai risiko dan tingkat kondisi Konglomerasi Keuangan secara keseluruhan.
Signifikansi/Materialitas dan Proporsionalitas
Penilaian risiko dan tingkat kondisi terhadap Konglomerasi Keuangan dilakukan dengan memperhatikan signifikansi/materialitas secara proporsional LJK-LJK yg ada dalam Konglomerasi Keuangan secara keseluruhan dgn memperhatikan struktur, karakteristik, dan kompleksitas dari Konglomerasi Keuangan tsb
Komprehensif dan Terstruktur
Penilaian dilakukan dengan analisis mendalam dengan memperhatikan faktor-faktor penilaian secara luas, lengkap, dan utuh (komprehensif) didukung fakta-fakta yang relevan dan pengaruhnya terhadap risiko dan kondisi Konglomerasi Keuangan dengan memperhatikan level, trend, dan tingkat permasalahan dan diinformasikan secara terstruktur dengan mengemukakan kesimpulan, hasil analisis, dan fakta.
20
Siklus Pengawasan Terintegrasi
berdasarkan Risiko
CAKUPAN PENGATURAN
Konglomerasi Keuangan wajib menerapkan
Manajemen Risiko Terintegrasi
(POJK No. 17/POJK.03/2014)
Penentuan Cakupan Konglomerasi Keuangan Penentuan Entitas Utama LJK yang mengintegrasikan Manajemen Risiko di Konglomerasi Keuangan Penerapan Manajemen Risiko di Konglomerasi Keuangan
Tata Kelola Terintegrasi
(POJK No. 18/POJK.03/2014)
Penentuan Cakupan Konglomerasi Keuangan Penentuan Entitas Utama LJK yang mengintegrasikan Tata Kelola di Konglomerasi Keuangan Penerapan Tata Kelola di Konglomerasi Keuangan 21
PENERAPAN
MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI
(POJK No.17/POJK.03/2014)
2.
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI
Cakupan Risiko meliputi:
4 (Empat) Pilar
Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi
Pengawasan Direksi dan Dewan Komisaris Entitas Utama.
1
Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit Manajemen Risiko Terintegrasi.
2
Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Risiko secara terintegrasi, serta sistem informasi Manajemen Risiko Terintegrasi.
3
Sistem pengendalian intern yang menyeluruh terhadap penerapan Manajemen Risiko
Terintegrasi. 4 1. Risiko kredit 2. Risiko pasar 3. Risiko likuiditas 4. Risiko operasional 5. Risiko hukum 6. Risiko reputasi 7. Risiko stratejik 8. Risiko kepatuhan
9. Risiko transaksi intra-grup 10. Risiko asuransi
23
Konglomerasi Keuangan
Tidak terdapat Perusahaan Asuransi Terdapat Perusahaan Asuransi 9 Jenis Risiko (- Risiko asuransi) 10 Jenis Risiko (+ Risiko asuransi)
Entitas Utama
Organisasi dan Fungsi Manajemen Risiko
Terintegrasi
Dewan Komisaris Direktur Utama Komite Manajemen Risiko Terintegrasi (Non Struktural) Direktur …. Direktur OperasionalDirektur yang membawahkan fungsi Manajemen Risiko
Terintegrasi
Laporan Profil Risiko Terintegrasi
Dewan Direksi: Memberikan rekomendasi SKMR di masing-masing LJK anggota Koglomerasi keuangan SKMR di masing-masing LJK anggota Koglomerasi keuangan SKMR di masing-masing LJK anggota Koglomerasi keuangan Koordinasi Laporan Profil Risiko
Terintegrasi
Satuan Kerja Manajemen Risiko
Terintegrasi
Milestone Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi
Pelaporan dan Sanksi
Des 2014 POJK diterbitkan 31 Mar 2015 Penyampaian:
Laporan penunjukkan Entitas Utama
Laporan LJK yang menjadi anggota Konglomerasi Keuangan
Jun 2015
Laporan profil risiko terintegrasi, paling lambat disampaikan 15 Agustus 2015 (untuk Entitas Utama Bank BUKU 4)
Des 2015
Laporan profil risiko terintegrasi, paling lambat disampaikan 15 Feb 2016 (untuk seluruh Entitas Utama)
1 Jan 2017
Sanksi pelanggaran substansi pengaturan diberlakukan bagi Entitas Utama berupa Bank BUKU 4
Sanksi pelanggaran substansi pengaturan diberlakukan bagi
Entitas Utama berupa Bank non BUKU 4 dan non bank 1 Jan
2018
PENERAPAN
TATA KELOLA TERINTEGRASI
POJK NO. 18/POJK.03/2014
3.
Organ dan Instrumen Tata Kelola
Terintegrasi
Untuk mengintegrasikan Tata Kelola pada Konglomerasi Keuangan, Entitas Utama paling kurang memiliki :
Dewan Komisaris Komite Tata Kelola
Terintegrasi Satuan Kerja
Kepatuhan Terintegrasi
Direksi
Pedoman Tata Kelola Terintegrasi
Entitas Utama
Satuan Kerja Audit Intern Terintegrasi 27Tugas dan Tanggung Jawab Direksi dan
Dekom Entitas Utama
1. mengawasi penerapan Tata Kelola pada
masing-masing LJK agar sesuai dengan Pedoman TKT.
2. mengawasi pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab Direksi Entitas Utama, serta memberikan arahan atau nasihat kepada Direksi Entitas Utama atas pelaksanaan Pedoman TKT.
3. mengevaluasi Pedoman TKT dan
mengarahkan dalam rangka penyempurnaan.
Dewan Komisaris Entitas Utama
1. memastikan penerapan Tata Kelola Terintegrasi (TKT) dalam Konglomerasi Keuangan.
2. menyusun Pedoman TKT.
3. mengarahkan, memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan Pedoman TKT.
4. menindaklanjuti arahan/nasihat Dekom EU dalam rangka penyempurnaan Pedoman TKT.
Calon anggota Direksi EU dan Calon anggota Dekom EU harus memiliki pengetahuan mengenai EU dan pengetahuan mengenai LJK dalam KK
Direksi Entitas Utama
Milestone Penerapan Tata Kelola Terintegrasi
Pelaporan dan Sanksi
Nov 2014 31 Mar 2015 Penyampaian:
Laporan penunjukkan Entitas Utama
Laporan rincian anggota Konglomerasi Keuangan
Jun 2015
Laporan penilaian pelaksanaan TKT, paling lambat disampaikan 15 Agustus 2015 (untuk Entitas Utama Bank BUKU 4)
Des 2015
Laporan penilaian pelaksanaan TKT, paling lambat disampaikan 15 Feb 2016 (untuk Entitas Utama selain Bank BUKU 4)
1 Jan 2017
Sanksi pelanggaran substansi pengaturan diberlakukan bagi Entitas Utama berupa Bank BUKU 4
Sanksi pelanggaran substansi pengaturan diberlakukan bagi
Entitas Utama berupa Bank non BUKU 4 dan non bank 1 Jan
2018
29
Hubungan antar LJK yang dimiliki dan dikendalikan langsung oleh Pemerintah Pusat Republik Indonesia dikecualikan dari pengertian Konglomerasi Keuangan.
Contoh: hubungan antara Bank-Bank BUMN (Mandiri, BNI, dan BRI) yang disebabkan oleh kepemilikan langsung Pemerintah RI tidak menyebabkan ketiga Bank BUMN tersebut dimasukkan dalam satu Konglomerasi Keuangan yang sama.
Dalam hal Konglomerasi Keuangan berada dalam satu sektor jasa keuangan yang sama dan telah terdapat ketentuan Otoritas Jasa Keuangan mengenai Tata Kelola (good corporate governance) bagi sektor jasa keuangan tersebut, penerapan Tata Kelola Terintegrasi mengacu pada ketentuan Otoritas Jasa Keuangan mengenai Tata Kelola (good corporate governance) yang berlaku bagi sektor jasa keuangan tersebut. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan Tata Kelola Terintegrasi bagi
Konglomerasi Keuangan diatur dengan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.
Terima Kasih
31
Sespibi Angkatan XXVI_______________
Tugas &Tanggung Jawab
Dewan Komisaris
…lanjutan28