• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. Pemecahan Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV. Pemecahan Masalah"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV. Pemecahan Masalah

4.1 Konsep Umum Maksud Dan Tujuan

Mempopulerkan kembali dongeng tradisional asal Jawa Barat; Mundinglaya Di Kusumah lewat media baru berupa novel visual untuk anak Sekolah Dasar usia 6-12 tahun.

Profil Target Sasaran

¾ Anak usia sekolah dasar berusia 6-12 tahun ¾ Berasal dari keluarga kelas menengah ke atas

¾ Memiliki kemampuan dasar menggunakan komputer, yang merupakan media utama yang diperlukan untuk mengakses novel visual.

Pencitraan Ulang Dongeng Mundinglaya Di Kusumah

Dongeng Mundinglaya Di Kusumah menceritakan mengenai perjalanan seorang pangeran muda dari Kerajaan Pakuan Padjajaran untuk mencari sebuah pusaka demi menghindarkan negerinya dari kehancuran. Dia mengadakan perjalanan seorang diri, dan menemui banyak rintangan menghadang, tetapi dia pada akhirnya mampu membawa pulang apa yang dibutuhkan untuk negerinya.

Dalam novel visual ini, cerita aslinya mengalami banyak perubahan, tetapi tidak mengubah inti cerita1. Penyesuaian dilakukan mengingat sasaran awal adalah anak Sekolah Dasar usia 6 – 12

tahun.

Inti cerita Mundinglaya Di Kusumah sendiri adalah mengenai bakti Mundinglaya Di Kusumah kepada ibunya, Nyai Emas Padmawati; yang akan dihukum apabila tidak ada orang yang sanggup mencari pusaka Lalayang Salaka Domas. Dalam cerita yang sudah disesuaikan, bakti Mundinglaya Di Kusumah tidak hanya terbatas kepada orangtuanya semata, tetapi juga kepada tanah airnya ; yang akan mengalami kehancuran apabila pusaka itu tidak ditemukan.

Pesan yang diharapkan akan tertangkap oleh para pengguna novel visual ini antara lain sifat berbakti kepada orang tua dan tanah air, pantang menyerah, dan mampu memaafkan orang lain. Penggambaran sifat berbakti pada orang tua dan tanah air digambarkan dalam kesediaan Mundinglaya untuk pergi mencari pusaka Lalayang Salaka Domas demi menghindari kehancuran

1

Intrik politik dan lain-lain dihilangkan, sedangkan cerita yang diangkat adalah intisari dari Mundinglaya Di Kusumah, sesuai hasil diskusi dengan penulis asli kisah Mundinglaya, seniman Sunda Ayip Rosidi pada tanggal 7 Juni 2007.

(2)

negerinya. Penggambaran semangat pantang menyerah digambarkan dalam perjalanan Mundinglaya menuju Jabaning Langit, dan sifat pemaaf digambarkan saat Mundinglaya menerima Guriang Tunggal yang tadinya musuh sebagai teman dalam perjalanannya.

Storyline Mundinglaya Di Kusumah Opening frame

Layar Judul 'Mundinglaya Di Kusumah' - Scene 1

- BG : Pemandangan alam - BGM : Bulan Dagoan

- Narasi : Pada jaman dahulu kala, di tatar Parahyangan tersebutlah suatu kerajaan besar yang bernama kerajaan Pakuan Padjajaran. Rakyatnya makmur dan sejahtera.

- Scene 2

- BG : Istana Pakuan Padjajaran - BGM : Bulan Dagoan (masih lanjut)

- Narasi : Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana yaitu Prabu Siliwangi (PS v1, 1), beserta permaisurinya Nyai Emas Padmawati (NP v1,0), dan Pangeran Mundinglaya Di Kusumah (MDK v1, 2)

- Char : Prabu Siliwangi v1, Nyai Padmawati v1, Mundinglaya v1 - Scene 3

- BG : Bagian dalam istana Pakuan Padjajaran - BGM : ZR 2588

- Narasi : Pada suatu malam, Nyai Padmawati bermimpi bertemu seorang bidadari. - Char : Nyai Padmawati v3

- Scene 4 - BG : Langit 1 - BGM : ZR 100, - Dialog Box :

- Hai Nyai Emas Padmawati, beritahukanlah kepada Rajamu, bahwa ada sebuah pusaka sakti bernama Lalayang Salaka Domas di suatu tempat bernama Jabaning Langit. Barangsiapa yang memiliki pusaka tersebut maka akan menjadi seorang raja sakti yang tiada bandingannya. (DS v1,1)

(3)

- Char : Dewi Sukma v1 - Scene 5

- BG : Istana Pakuan Padjajaran - BGM : Lambang

- Dialog Box :

- Yang Mulia Prabu Siliwangi, semalam saya bermimpi mengenai adanya pusaka sakti bernama Lalayang Salaka Domas.(NP v1, 0)

- Hmm, siapa yang bisa pergi mendapatkan pusaka itu? (PS v1, 2) - Ayahanda, bagaimana kalau aku saja yang pergi untuk mencarinya? - Char : Mundinglaya v2, Nyai Padmawati v1, Prabu Siliwangi v1

- Scene 6

- BG : Istana Pakuan Padjajaran

- BGM : Musik action 'starting the journey' - Dialog Box :

- Aku akan pergi, mohon doa restu, Ayahanda, Ibunda. (MDK v2, 0) - Pergilah nak, doa kami bersamamu. (PS + NP v1, interseksi, 2) - Char : Mundinglaya v2, Nyai Padmawati v1, Prabu Siliwangi v1

- Scene 7

- BG : Mundinglaya dalam perjalanan 3 versi. - BGM : Way of Supreme Ruler

- Naration Box : Mundinglaya Di Kusumah melakukan perjalanan jauh untuk pergi menuju Jabaning Langit, tempat dimana pusaka Lalayang Salaka Domas berada.

- Scene 8 - BG : Sungai - BGM : Suara air - Dialog Box :

- Baiklah, sekarang akan kuseberangi sungai ini untuk mencapai Jabaning Langit!(MDK v3,0) - Char : Mundinglaya v3

- Scene 9 - BG : Sungai

- BGM : Laugh, Creeping shadows - Dialog Box :

(4)

- Siapa itu? (MDK v4, 0)

- Hai anak muda, kamu datang untuk mengantar nyawa! (JK v1, 2) - Siapa kamu?! (MDK v4,0)

- Akulah Jonggrang Kalapitung, penjaga Jabaning Langit! (JK v1,2)

- Hai raksasa Jonggrang Kalapitung! Tunjukkan padaku jalan menuju Jabaning Langit!(MD v5,0)

- Kalahkan aku dulu! (JK v2, 2) - Baiklah! (MDK v5, 0)

- Char : Mundinglaya v4 v5, Jonggrang Kalapitung v1 v2 - Scene 10

- BGM :

- BG : Mundinglaya vs Jonggrang Kalapitung

- Narasi : Terjadi pertempuran seru antara Mundinglaya Di Kusumah dan raksasa Jonggrang Kalapitung.

- Scene 11 - BG : Sungai - BGM : - Dialog Box :

- Urgh, aku mengaku kalah... (JK v3, 0)

- Sekarang tunjukkan padaku dimana letak Jabaning Langit! (MDK v6, 2)

- Pergilah ke batas langit, dan disitu kau akan menemukan Jabaning Langit (JK v3,0) - Char : Mundinglaya v6, Jonggrang Kalapitung v3

- Scene 12

- BG : Langit + Mundinglaya - BGM :

- Narasi : Dan Mundinglaya pun pergi ke batas langit. - Scene 13

- BG : Istana langit - BGM : In the sun - Dialog Box :

- Selamat datang Mundinglaya Di Kusumah. (DS v1, 1) - Inikah Jabaning Langit? (MDK v7, 2)

(5)

- Maksudmu kemari adalah untuk mengambil Lalayang Salaka Domas, sayangnya pusaka itu sekarang ini berada di tangan Guriang Tunggal, raja lelembut yang sakti. Kau harus mengambilnya dari tangan Guriang Tunggal. (DS v2,

- Baiklah, akan kuambil kembali pusaka itu. (MDK v3, 2) - Scene 14

- BG : Langit - BGM :

- Narasi : Mundinglaya Di Kusumah mendatangi tempat Guriang Tunggal. - Scene 15

- BG : Langit kelabu - BGM : Palisade Melody - Dialog Box

- Hai Guriang Tunggal, serahkan Lalayang Salaka Domas itu! (MDK v4, - Siapa itu yang berani menantangku? (GT v1, 2)

- Aku Mundinglaya, membawa titah Prabu Siliwangi untuk mengambil Lalayang Salaka Domas! (MDK v4, 0)

- Kau harus membuktikan bahwa kau pantas memegang pusaka ini! (GT ) - Scene 16

- BG : Mundinglaya versus Guriang Tunggal - BGM : Knights Kingdom

- Narasi : Mundinglaya Di Kusumah dan Guriang Tunggal pun bertarung. - Scene 17

- BG : Langit 1 - BGM : - Dialog Box :

- Baiklah, nampaknya kamu pantas memiliki Lalayang Salaka Domas...(GT v3, 0) - Inikah Lalayang Salaka Domas itu? (MDK v7, 2)

- Dan mulai sekarang aku akan mengabdi padamu. (GT v3, 0)

- Baiklah, mari kita kembali ke kerajaan Pakuan Padjajaran. (MDK v3, 2) - Scene 18

- BG : Istana Pakuan Padjajaran, Prabu Siliwangi + Nyai Emas Padmawati menyambut Mundinglaya.

(6)

- BGM : Munintin

- Narasi : Dan Mundinglaya Di Kusumah mempersembahkan pusaka Lalayang Salaka Domas kepada Prabu Siliwangi

(7)

4.2 Konsep Khusus 4.2.1 Konsep Verbal Judul.

Halaman pembuka menggunakan ilustrasi dengan judul ‘MUNDINGLAYA DI KUSUMAH’. Latar belakang yang digunakan adalah gambar Jabaning Langit dengan pintu gerbang. Dan gambar Mundinglaya sebagai karakter utama.

Bahasa

Menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar, dalam pengembangan lebih lanjut sedang direncanakan penggunaan bahasa Inggris dan bahasa Sunda yang akan dikembangkan sebagai bahasa sekunder yang bisa diakses sebagai opsi saat memulai memainkan novel visual Mundinglaya Di Kusumah.

Kotak Dialog

Diposisikan berada di bagian bawah layar, dengan tujuan supaya visualisasi novel visual Mundinglaya Di Kusumah tidak terganggu dengan adanya tulisan. Kotak dialog dan kotak narasi menggunakan skin yang sama.

(8)

Font

Menggunakan font Black Chancery. Dengan pertimbangan bahwa Mundinglaya Di Kusumah adalah cerita dongeng klasik yang berlatar belakang kerajaan, maka font ini dipilih karena bentuknya yang berkesan klasik dan sesuai dengan penggambaran ‘dongeng berlatar kerajaan’. Baik dialog, narasi, dan layar pembuka menggunakan font Black Chancery.

(9)

4.2.2 Konsep Audio

Musik Latar

Menggunakan musik Sunda untuk musik latar untuk membangun suasana kental khas Tatar Parahyangan. Lagu Sunda yang digunakan memiliki format .mp3. Antara lain lagu

¾ Sabilulungan ¾ Bulan Dagoan ¾ Manintin ¾ Sang Bango

Selain musik Sunda, beberapa adegan tertentu menggunakan musik latar lain untuk membangun suasana emosi Mundinglaya, seperti pada saat ia bertemu dengan raksasa Jonggrang Kalapitung atau saat dia bertarung dengan Guriang Tunggal. Lagu yang digunakan berformat .mp3 dan judulnya antara lain adalah

¾ Knights Kingdom (Yasunori Mitsuda, Legaia2 Duel Saga OST) ¾ Palisade Melody (Masahiko Kimura, GensouSuikoden IV OST) ¾ In The Sun (Michiru Yamane, GensouSuikoden III OST)

¾ Creeping Shadows (Masahiko Kimura, GensouSuikoden IV OST) ¾ The Repressed Soul (Yasunori Mitsuda, Legaia2 Duel Saga OST)

¾ Way of The Supreme Ruler (Takayuki Hattori, Arc The Lad: Twilight of The Spirits OST) Efek Suara

Penambahan efek suara dimaksudkan untuk menambah kesan realistis pada novel visual Mundinglaya Di Kusumah. Suara-suara alam dan efek tertentu ditambahkan dalam novel visual untuk mendukung penggambaran suasana alam.

Efek suara yang digunakan antara lain : ¾ Efek suara jangkrik

¾ Efek suara tertawa ¾ Efek suara air

(10)

4.2.3 Konsep Visual

Pertimbangan Pemilihan Gaya Visual

Dongeng Mundinglaya Di Kusumah adalah cerita yang diceritakan secara lisan, dan karena itu tidak memiliki patokan khusus mengenai karakterisasi setiap tokohnya. Siapapun bisa menterjemahkan karakter para tokoh menurut interpretasi mereka masing-masing2, dengan

gaya visual yang tidak terikat pada budaya tertentu, sesuai dengan gaya budaya dimana dongeng Mundinglaya Di Kusumah hendak dituturkan.

Gaya visual yang digunakan untuk pencitraan seluruh karakter dalam cerita Mundinglaya Di Kusumah adalah gaya visual global. Pemilihan gaya visual ini dikarenakan saat melakukan survey, penulis melihat kecenderungan dari dua generasi kontemporer (dalam hal ini, anak SD usia 6-12 tahun dan orang tua yang memiliki anak usia < 12 tahun yang berasal dari keluarga kelas menengah ke atas) familiar dengan budaya global. Mereka terbuka terhadap gaya visual global dan tertarik untuk mengkonsumsi gaya visual global.

Berdasarkan hal ini, maka penulis menggunakan gaya visual global dalam visualisasi karakter Mundinglaya Di Kusumah. Sasaran utama, yaitu anak-anak usia 6-12 tahun cenderung terbuka terhadap gaya visual global, karenanya penggunaan gaya visual ini dimaksudkan untuk menarik perhatian konsumen untuk mengulik novel visual Mundinglaya Di Kusumah lebih lanjut, karena konsumen akan tertarik dengan gaya visual yang familiar dengan mereka, dan diharapkan konsumen bisa merasa lebih terbuka dengan dongeng tradisional lewat gaya visual global yang dekat dengan keseharian mereka.

2

Berdasarkan diskusi dengan penulis Mundinglaya Di Kusumah, seniman Sunda Ayip Rosidi; mengenai ciri khas karakter Mundinglaya dan visualisasi karakter, dimana penulis didorong untuk

(11)

4.3 Konsep Media 4.3.1 Proses Kerja Pemrograman

Meliputi 50% proses dari keseluruhan pengerjaan Tugas Akhir. Menggunakan engine khusus dengan basis xml. Dinamakan Bunny Engine, merupakan program untuk pembuatan novel visual yang didesain khusus untuk novel visual Mundinglaya Di Kusumah.

Penulis tidak memiliki latar belakang programming sama sekali, dan mendapatkan petunjuk dalam programming menggunakan internet lewat media Yahoo! Messenger.

Proses pengerjaan programming meliputi:

¾ Mempersiapkan kelengkapan unsur novel visual (latar belakang, musik, efek suara, dsb) ¾ Mempersiapkan base engine

¾ Mempersiapkan storyline dan storyboard setiap adegan

¾ Mendefinisikan masing-masing unsur multimedia dalam format .xml ¾ Membuat script berdasarkan data yang sudah dibuat dalam format .xml

Setelah semua dipastikan lengkap, maka script yang sudah dibuat dapat langsung di run atau dimainkan dalam bentuk .exe

(12)

4.3.2 Hasil Karya Visualisasi Karakter Mundinglaya Di Kusumah

Putra Prabu Siliwangi dan Nyai Emas Padmawati, Mundinglaya Di Kusumah adalah putra mahkota Kerajaan Pakuan Padjajaran yang diutus oleh Prabu Siliwangi untuk mencari pusaka Lalayang Salaka Domas

Bajunya berwarna merah dan hitam, untuk menandakan bahwa dia adalah seorang yang pemberani, dengan aksen emas di pinggir pakaian dan di bawah celana sebagai tanda baju kebesaran bangsawan. Dengan desain yang simpel untuk menggambarkan bahwa dia adalah seseorang yang melakukan perjalanan. Mundinglaya memakai ikat kain di kepala dengan jenis ikatan khas Sunda. Untuk bawahan, Mundinglaya memakai celana tiga per empat khas Sunda; dimaksudkan untuk mempermudah pergerakan saat bertarung atau berjalan, dengan aksen emas di bagian mulut pipa celana, Mundinglaya menggunakan sepatu berbentuk selop saat dia berada di istana, akan tetapi saat melakukan perjalanan dia akan mengenakan sepatu sandal ikat yang lebih fungsional saat dipakai berjalan atau bertarung.

(13)

Untuk aksesoris, Mundinglaya memakai gelang pelindung lengan dari emas, selain digunakan sebagai pelindung pada saat bertarung, juga menandakan bahwa dia anak bangsawan (karena rakyat biasa tidak lazim menggunakan aksesoris emas). Mundinglaya mengenakan kalung jimat berwarna hitam, yang lazim dipakai oleh masyarakat Pakuan Padjajaran pada saat itu.

Prabu Siliwangi

Raja besar dari kerajaan Pakuan Padjajaran. Tegas dan berwibawa. Beliau mengutus Mundinglaya Di Kusumah untuk mencari Lalayang Salaka Domas.

Prabu Siliwangi mengenakan setelan hitam keraton Padjajaran, dengan aksen emas di bagian kerah dan kancing. Mahkota yang dipakai di kepala berwarna hitam dan emas. Untuk bawahan, Prabu SIliwangi menggunakan batik dan sepatu sandal kebesaran berbentuk selop berwarna hitam, dengan aksen emas.

Untuk aksesori, Prabu SIliwangi menggunakan perhiasan telinga sebagai tanda khas kebangsawanan.

(14)

Nyai Emas Padmawati

Ratu kerajaan Pakuan Padjajaran. Istri dari Prabu Siliwangi, ibunda dari Mundinglaya Di Kusumah. Nyai Emas Padmawati bermimpi mengenai keberadaan pusaka Lalayang Salaka Domas yang bisa menghindarkan negerinya dari kehancuran apabila dimiliki oleh Prabu Siliwangi. Nyai Emas Padmawati menggunakan kemben hijau, dengan batik sebagai bawahan. Untuk aksesoris, Nyai Emas Padmawati menggunakan mahkota kebesaran dari emas sebagai penanda bahwa ia adalah ratu, juga mengenakan kalung emas, sepasang gelang lengan dari emas di lengan kanan dan kiri, dan dua pasang gelang emas yang lebih kecil di pergelangan tangan kiri dan tangan kanan.

(15)

Dewi Sukma

Dewi Sukma, bidadari dari Buana Kahiangan (Jabaning Langit) yang memberitahukan kepada Nyai Emas Padmawati mengenai keberadaan Lalayang Salaka Domas.

Dewi Sukma adalah penghuni Buana Kahiangan (langit tempat tinggal para dewa dan dewi), karenanya ia mengenakan kostum dengan warna dominan kuning sebagai pertanda kedudukan mereka yang diatas manusia biasa. Desain kostumnya mengacu kepada busana pengantin wanita ala Cirebonan, yang menggambarkan busana para dewa-dewi di Buana Kahiangan. Dewi Sukma mengenakan batik Parang, dengan aksesori mahkota emas dan bunga-bunga merah sebagai hiasan rambut. Juga gelang lengan yang diletakkan di siku kanan dan kiri, serta dua pasang gelang yang dikenakan di pergelangan tangan kanan dan kiri. Selain itu Dewi Sukma juga mengenakan pelindung bahu dan ikat pinggang dari emas.

(16)

Guriang Tunggal

Guriang Tunggal adalah Raja Siluman sakti yang terlebih dahulu merebut Lalayang Salaka Domas sebelum akhirnya diberikan kepada Mundinglaya Di Kusumah.

Guriang Tunggal adalah penghuni bagian terlarang Buana Kahiangan (langit tempat tinggal para dewa dan dewi), karenanya ia mengenakan kostum yang mirip dengan Dewi Sukma sebagai sesama penghuni Buana Kahiangan. Kostum Guriang Tunggal memiliki warna dominan kuning sebagai pertanda kedudukannya yang diatas manusia biasa. Desain kostumnya mengacu kepada busana pengantin ala Cirebonan, yang menggambarkan busana para dewa-dewi di Buana Kahiangan.

Guriang Tunggal mengenakan aksesori mahkota hitam bergaris merah; yang menandakan bahwa dia adalah seorang ‘Raja’. Guriang Tunggal mengenakan armor dan ikat pinggang emas. Untuk aksesori, Guriang Tunggal mengenakan gelang di lengan atas sebelah kanan dan kiri. Lengan bawah sebelah kiri mengenakan ikat tangan warna hitam. Guriang Tunggal mengenakan celana hitam dengan aksen merah, juga sepatu Kebesaran berwarna hitam beraksen merah, bertujuan agar senada dengan warna baju Mundinglaya karena nantinya Guriang Tunggal akan mengabdi pada Mundinglaya

(17)

Jonggrang Kalapitung

Raksasa penjaga Jabaning Langit, tabiatnya buruk dan suka memangsa manusia. Bertubuh besar dan merupakan halangan bagi Mundinglaya untuk mencapai Jabaning Langit. Menggunakan baju rompi berwarna ungu sebagai penguat kesan antagonis. Celana berwarna coklat seperti yang biasa digunakan oleh masyarakat dalam keseharian mereka. Baju dan celana diberi aksen sobek untuk menguatkan imej ‘liar dan tak terkendali’. Aksesoris berupa kalung berhiaskan tiga buah gigi binatang sebagai pembangun kesan sangar.

(18)

Visualisasi Latar Belakang Latar Belakang

Pembuatan latar belakang dimulai dengan melakukan survey mengenai pemandangan alam daerah Jawa Barat yang diakses melalui internet dengan alamat http://www.trekearth.com

lalu membuat sketsa, dan visualisasi latar belakang dibuat dalam format gambar vektor.

Background yang digunakan ada beberapa macam, dengan penggolongan berdasarkan urutan perjalanan Mundinglaya, berikut adalah contoh beberapa latar belakang yang digunakan:

Pemandangan Tatar Parahyangan

Background yang digunakan untuk pembukaan cerita Mundinglaya Di Kusumah, menggambarkan keindahan alam Kerajaan Pakuan Padjajaran. Dibuat menggunakan Photoshop CS secara digital. Istana Pakuan Padjajaran

Berupa bangunan bernuansa Hindu. Terbuat dari kayu, merupakan tempat tinggal bagi Mundinglaya, Prabu Siliwangi, dan Nyai Emas Padmawati.

(19)

Perjalanan Mundinglaya

Batas langit. Pembuatan gambar batas langit ini dikerjakan secara manual, dengan cat air, pensil warna, dan softpastel sebagai media, ditambah Photoshop CS sebagai media finishing.

Buana Kahiangan (Jabaning Langit)

Tempat dimana Mundinglaya bertemu dengan Dewi Sukma. Gerbang di atas awan merupakan simbol bahwa Jabaning Langit adalah tempat bertahtanya para dewa dan dewi.

Tempat Guriang Tunggal

Merupakan tempat terlarang di Buana Kahiangan. Berupa pegunungan tinggi dengan langit kelabu. Guriang Tunggal adalah penguasa di sini.

(20)

Tampilan Akhir

Dalam satu set scene terdapat beberapa unsur, antara lain; latar belakang, kotak dialog, karakter, dan musik latar.

Tahapan Pengerjaan Secara Keseluruhan

Proses pengerjaan novel visual Mundinglaya Di Kusumah secara urut adalah sebagai berikut: ¾ Survey target sasaran ; dalam hal ini anak usia sekolah dasar berusia 6-12 tahun beserta

orang tuanya, dan beberapa kelompok usia lainnya

¾ Survey literatur ; mencari bahan mengenai cerita asli Mundinglaya Di Kusumah, mencari referensi untuk desain kostum dan aksesoris

¾ Sketsa visual ; membuat desain karakter dan desain kostum, dilanjutkan dengan membuat desain latar belakang, serta kelengkapan unsur yang lain.

¾ Melengkapi unsur multimedia ; mencari musik dan efek suara yang cocok untuk digunakan sebagai unsur tambahan.

¾ Membuat storyline dan storyboard sebagai acuan dalam pembuatan script.

¾ Membuat script dalam format .xml untuk semua unsur multimedia yang diperlukan ; dalam hal ini, membuat pendefinisian latar belakang, karakter, musik, dan efek suara

¾ Menjalankan program dan mengecek ulang apabila ada kesalahan dalam proses pemasukan data.

(21)

BAB IV. Pemecahan Masalah ... 1

4.1 Konsep Umum ... 1

4.2 Konsep Khusus ... 7

4.2.1 Konsep Verbal ... 7

4.2.2 Konsep Audio ... 9

4.2.3 Konsep Visual... 10

4.3 Konsep Media ... 11

4.3.1 Proses Kerja ... 11

4.3.2 Hasil Karya ... 12

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang diberikan kesensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu daya tunggal

sendiri, iaitu bersifat Tunggal dan selama-lamanya menjadi Tumpuan Seluruh Makhluk, kerana itu mereka mempersekutui Allah (syirik), mereka tidak meletakkan Allah pada

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan terhadap sistem informsi akademik UIN Sunan Kalijaga, maka dapat disimpulkaan bahwa penelitian ini telah berhasil

Untuk Kriteria Hubungan Masyarakat ada tiga sub kriteria (taktik) yang bisa dilakukan, yaitu: Taktik Publikasi (TP), Taktik Kegiatan Pelayanan Masyarakat (KPM), dan Taktik

Kisi-kisi Pedoman Wawancara Penelitian tentang Upaya Guru dalam Meningkatkan Pembelajaran Bahasa Arab di Kelas II Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Pulai

Formulir Penjualan Kembali Unit Penyertaan SETIABUDI DANA OBLIGASI ULTIMA yang telah lengkap sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak Investasi

aspek struktur sosial masyarakat Madura sebagai satu komunitas, dan otonomi-relasi antara aspek jatidiri orang Madura dengan makna nasionalisme yang disadari telah

Ini adalah awal yang sangat baik untuk mulai, seperti juga penyelarasan bagian lain dari sepeda, apabila anda merasa lebih nyaman dan lebih bertenaga dibanding crank yang sedikit