• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan cerita rakyat menjadi komik sebagai media pembelajaran membaca pemahaman untuk siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan cerita rakyat menjadi komik sebagai media pembelajaran membaca pemahaman untuk siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 - USD Repository"

Copied!
189
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN CERITA RAKYAT MENJADI KOMIK

SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

UNTUK SISWA KELAS IV SD KANISIUS KOTABARU 2 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2006/2007

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh:

Theresia Oktorina Kusmiyanti 011224028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA,SASTRA INDONESIA,DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

Kupersembahkan Karya Tulis Ini Kepada

Eyang Sumpinah, yang telah memperbolehkan peneliti menjadi penghuni rumah Keparakan Lor selama di kota Yogyakarta.

Bapak dan Mama tercinta, yang telah memberikan dukungan baik materi maupun moril yang tiada akhir selama ini.

Kakakku-kakakku Alm. Bernadus, Dini, Nita, Ipung serta adik-adikku Ndari, Wahyu, dan Ndaru, terima kasih atas dukungan dan jalinan kasih persaudaraan kita.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Bunda Maria yang telah memberikan rahmat, dan berkat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Cerita Rakyat Menjadi Komik Sebagai Media Pembelajaran Membaca Pemahaman Untuk Siswa Kelas IV SD Kanisius

Kotabaru 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007 dapat peneliti selesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari sepenuhnya, bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak akan terwujud seperti adanya sekarang ini. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus perkenankanlah peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih ini peneliti sampaikan kepada:

1. Dr. Pranowo selaku pembimbing I yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan sejak awal penulisan skripsi hingga selesai.

2. Drs. P. Hariyanto selaku pembimbing II yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan.

3. Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum selaku Kaprodi PBSID.

4. AP. Suharyatno, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di sekolah.

(7)

6. Seluruh siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007 yang telah memberikan waktu kepada penulis untuk bekerjasama selama penelitian berlangsung.

7. Eyang Sumpinah dan saudara-saudara peneliti yang telah memberikan dukungan kepada peneliti sejak kuliah di kota ini hingga selesai.

8. Kedua orangtua peneliti Andreas Yahudi Bayu Asmara dan Maria Sophia Koesmini yang telah memberikan dukungan baik materi maupun moril kepada peneliti.

9. Kakak-kakakku Alm. Bernadus Sukma Asmara, Maria Josephine Dini Kusmartanti., S. Pd, Yohanessa Yunita Kusmiranti., S.Pd, dan Swastika Tri P.,S.H yang telah memberikan informasi kepada peneliti untuk mendukung pembuatan skripsi ini.

10. Adik-adikku Bernadetha Swandari Kusmiarti, Robertus Kuswandaru Asmara. 11. Terima kasih untuk Amadeus Syailendratama yang telah memberikan

keceriaan dan semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

12. Keluarga Bapak Joko, Ibu Marni, Tina, Ninda, Surya, dan Arjuna di Monjali yang telah memberi tempat singgah terima kasih.

13. Saudara Dharmika dari Studio Animasi Urakurek di Sewon Bantul yang sudah membantu penulis mengilustrasikan naskah cerita Rara Jonggrang.

14. Terima kasih untuk teman-teman PBSID angkatan 2001, PBSID angkatan 2002, Ayu, Teki, Erna, Sinda, Ian, Ruri, Anggi, dan Tito.

15. Semua pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah turut serta membantu penyelesaian penulisan skripsi ini.

(8)

ABSTRAK

Kusmiyanti, Theresia Oktorina. 2007. Pengembangan Cerita Rakyat Menjadi Komik Sebagai Media Pembelajaran Membaca Pemahaman Untuk Siswa Kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi S-1. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini membahas tentang pengembangan cerita rakyat menjadi komik sebagai media pembelajaran membaca pemahaman untuk siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan cerita rakyat menjadi komik sebagai media pembelajaran membaca pemahaman untuk siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Responden penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007 yang berjumlah 49 siswa. Subyek coba penelitian ini berjumlah 10 siswa yang dipilih dengan cara mengambil undian berisi nomor absen siswa. Instrumen yang digunakan ada 4, yaitu (1) instrumen kuesioner analisis kebutuhan, (2) Instrumen wawancara, (3) instrumen penilaian media, dan (4) instrumen tes kemampuan membaca pemahaman.

Dalam analisis data digunakan skala Likert dan nilai rata-rata. Skala Likert digunakan untuk menganalisis data analisis kebutuhan siswa. Nilai rata-rata digunakan untuk menganalisis data penilaian media dan data tes kemampuan membaca pemahaman siswa. Data wawancara dengan guru dan siswa digunakan untuk masukan dan saran peneliti dalam membuat media komik.

Hasil analisis kebutuhan siswa diketahui bahwa siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007 berminat pada cerita rakyat Indonesia bergambar dan siswa membutuhkan media pembelajaran membaca yang menarik sehingga mereka termotivasi untuk membaca menerima materi pelajaran cerita rakyat Indonesia. Diketahui penilaian media komik Rara Jonggrang sudah layak menjadi media pembelajaran membaca pemahaman dengan hasil mencapai 65% dan termasuk kategori baik. Diketahui nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007 mencapai hasil 74 dan termasuk kategori membaca pemahaman tingkat sedang.

(9)

ABSTRACT

Kusmiyanti, Theresia Oktorina. 2007. Folktale Development be Comic as

Reading Comprehension Lessons Media for Fourth Grade students of Kanisius Kotabaru 2 Elementary School of Yogyakarta of The 2006/2007 Academic Year Bachelor Thesis . Yogyakarta: PBSID, FKIP, Sanata Dharma University.

This research discuss about folktale development be comic as understanding read lessons media for fourth grade students of Kanisius Kotabaru 2 Elementary School of Yogyakarta of the 2006/2007 academic year. The goal from this research is folktale evolving be comic as reading comprehension lessons media for fourth grade students of Kanisius Kotabaru 2 Elementary School of Yogyakarta of the 2006/2007 academic year.

The method of this research is descriptive method. The respondent in this research are 49 students of fourth grade students of Kanisius Kotabaru 2 Elementary School of Yogyakarta of the 2006/2007 academic year. The try test subjects in this research are 10 students who have been selected by lottery students absent numbers. The researcher used four instruments in this research, which are (1) the instruments of necessity analysis, (2) the interview instrument, (3) the media evaluation instrument, and (4) the reading comprehension test capability instrument.

Likert scale and mean were used in data analysis. Likert scale was used to analyze the student’s necessity analysis data. Mean was used to analyze media evaluation and student’s reading comprehension test capability. The interview data with teacher and student are used researcher for input and suggestion to make comic media.

The result of student necessity analysis are known fourth grade students of Kanisius Kotabaru 2 Elementary School of Yogyakarta of the 2006/2007 had an interest in Indonesia pictorial folktales and students wanted for interesting reading lessons until they more motivated to read Indonesia folktales. Is known the media evaluation of comic Rara Jonggrang already is of reading comprehension lessons media with achieve result 65% and included a good category. Is known mean student’s reading comprehension test capability achieved result 74 and included medium level reading comprehension category.

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-Kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan Untuk Siswa 30 Kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta

Tabel 2 Kisi-Kisi Pertanyaan Untuk Guru dan Siswa 31 Kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta

Tabel 3 Kisi-Kisi Penilaian Media 31

Tabel 4 Kisi-Kisi Pertanyaan Tes Kemampuan Membaca Pemahaman 32 Siswa Kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta

Tabel 5 Kriteria Penilaian Produk Pengembangan 34

Tabel 6 Kriteria Kualifikasi Kemampuan 35

Tabel 7 Minat Membaca Siswa 37

Tabel 8 Minat Membaca Cerita 38

Tabel 9 Minat Siswa Terhadap Cerita Bertema Pengetahuan 38 Tabel 10 Minat Siswa Terhadap Cerita Bertema Keluarga 39 Tabel 11 Minat Siswa Terhadap Cerita Bertema Kepahlawanan 39 Tabel 12 Minat Siswa Terhadap Cerita Bertema Petualangan 39 Tabel 13 Tanggapan Siswa Terhadap Kegiatan Membaca

Cerita Tanpa Gambar 40

Tabel 14 Perasaan Siswa Ketika Membaca Cerita Tanpa Gambar 40 Tabel 15 Tanggapan Siswa Terhadap Kegiatan Membaca

Cerita Bergambar 41

(11)

Tabel 21 Tanggapan Siswa Ketika Membaca Cerita Rakyat Indonesia 43 Tabel 22 Minat Siswa Terhadap Cerita Rakyat Jenis Dongeng 44 Tabel 23 Minat Siswa Terhadap Cerita Rakyat Jenis Legenda 44 Tabel 24 Minat Siswa Terhadap Cerita Rakyat Jenis Mitos 44 Tabel 25 Hasil Wawancara Dengan Guru Kelas IV SD Kanisius 45

Kotabaru 2 Yogyakarta

Tabel 26 Hasil Wawancara Dengan Siswa Kelas IV SD Kanisius 47 Kotabaru 2 Yogyakarta Sebelum Tes Kemampuan Membaca Pemahaman

Tabel 27 Hasil Wawancara Dengan Siswa Kelas IV SD Kanisius 50 Kotabaru 2 Yogyakarta Sesudah Tes Kemampuan Membaca Pemahaman

Tabel 28 Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Dari Sepuluh 53 Subjek Uji Coba

Tabel 29 Hasil Analisis Kebutuhan Siswa Kelas IV SD Kanisius 54 Kotabaru 2 Yogyakarta

Tabel 30 Lembar Penilaian Media Komik Rara Jonggrang 60 Tabel 31 Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Dari Sepuluh 62

(12)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Kerangka Berpikir 24

Bagan 2 Pengembangan Media Model Sadiman 25

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lembar Permohonan Ijin Penelitian ... 71

Kuesioner Identifikasi Kebutuhan ... 72

Daftar Pertanyaan untuk Guru ... 84

Daftar Pertanyaan untuk Siswa Sebelum Tes Kemampuan Membaca Pemahaman ... 85

Daftar Pertanyaan untuk Siswa Setelah Tes Kemampuan Membaca Pemahaman ... 86

Lembar Silabus ... 87

Lembar Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 88

Naskah Cerita Rara Jonggrang ... 90

Komik Cerita Rara Jonggrang ... 97

Kuesioner Penilaian Media Cerita Bergambar ... 129

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

SUSUNAN PANITIA PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR ISI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Pengembangan ... 3

1.4 Manfaat Pengembangan ... 3

1.5 Batasan Istilah ... 4

1.6 Spesifikasi Produk ... 4

(15)

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Penelitian yang Relevan ... 6

2.2 Kajian Teori 2.2.1 Membaca ... 10

2.2.2 Tujuan Membaca ... 11

2.2.3 Membaca Pemahaman ... 12

2.2.4 Tes Kemampuan Membaca Pemahaman ... 13

2.2.5 Pengertian Media Pembelajaran ... 13

2.2.6 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 14

2.2. 7 Kriteria Pemilihan Media ... 16

2.2.8 Pengembangan Media ... 17

2.2. 9 Komik ... 18

2.2.10 Cerita Rakyat ... 21

2.2.11 Kerangka Berpikir ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25

3.1 Model Pengembangan ... 25

3.2 Prosedur Pengembangan ... 26

3.2.1 Analisis Kebutuhan ... 26

3.2.2 Perumusan Tujuan ... 26

3.2.3 Perumusan Butir-Butir Materi ... 26

3.2.4 Perumusan Alat Pengukur Keberhasilan ... 27

3.2.5 Penulisan Naskah Media ... 27

(16)

3.2.7 Penilaian Media Pembelajaran ... 27

3.2.8 Uji Coba ... 27

3.2.9 Revisi ... 28

3.2.10 Media Komik ... 28

3.3 Uji Coba Produk ... 28

3.3.1 Desain Uji Coba ... 29

3.3.2 Subjek Coba ... 29

3.3.3 Jenis Data ... 29

3.3.4 Instrumen Pengumpulan Data ... 30

3.3.5 Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 36

4.1 Hasil Penelitian ... 36

4.1.1 Deskripsi Hasil Analisis Kebutuhan Siswa ... 36

4.1.2 Deskripsi Hasil Wawancara dengan Guru ... 45

4.1.3 Deskripsi Hasil Wawancara dengan Siswa ... 47

4.1.4 Deskripsi Hasil Penilaian Media Komik ... 51

4.1.5 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Membaca ... 52

4.2 Pembahasan ... 54

4.2.1 Pembahasan Hasil Analisis Kebutuhan Siswa ... 54

4.2.2 Pembahasan Hasil Wawancara dengan Guru ... 57

4.2.3 Pembahasan Hasil Wawancara dengan Siswa ... 58

4.2.4 Pembahasan Hasil Penilaian Media Komik ...60

(17)

BAB V PENUTUP ... 64

5.1 Kesimpulan ... 64

5.2 Implikasi ... 65

5.3 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN ... 71

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar (SD) meliputi keterampilan berbahasa, kesusastraan, dan kebahasaan. Hal tersebut dikarenakan pada masa pendidikan sekolah dasar siswa telah mengalami perubahan dan perkembangan dalam bidang bahasa (Kurniasih, 2005: 1). Keterampilan berbahasa yang dipelajari mencakup empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kesusastraan adalah apresiasi sastra seperti cerita pendek, cerita rakyat, dan puisi. Sedangkan kebahasaan meliputi ejaan, pelafalan, dan struktur. Saat kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung, secara tidak langsung siswa telah mempelajari ketiga keterampilan secara bersamaan. Contoh, guru memberi tugas kepada siswa untuk membaca, guru dapat memberikan bacaan berupa cerita rakyat kemudian guru dapat sekaligus memberi tugas kepada siswa untuk melafalkan cerita rakyat yang telah dibaca dengan menceritakan kembali cerita rakyat tersebut secara lisan atau guru dapat memberi tugas kepada siswa untuk menceritakan kembali cerita rakyat yang telah dibacanya dengan cara menulis paragraf.

(19)

dapat berupa visual dan audio-visual seperti film, potret, cerita bergambar, dan lukisan. Soeparno (1988: 5) berpendapat bahwa tujuan utama penggunaan media adalah agar informasi yang dikomunikasikan dapat diserap semaksimal mungkin oleh para siswa sebagai penerima informasi.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengembangkan cerita rakyat menjadi komik sebagai media pembelajaran membaca pemahaman untuk siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007. Peneliti memilih mengubah cerita rakyat menjadi komik karena saat ini cerita komik adalah salah satu bacaan yang disukai oleh kalangan pelajar. Di Yogyakarta sudah banyak tempat kursus membuat komik dan tempat penyewaan komik. Oleh sebab itu, peneliti juga ingin memanfaatkan fenomena ini untuk membuat sebuah komik. Cerita yang dikembangkan adalah cerita rakyat Indonesia.

(20)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah mengembangkan cerita rakyat menjadi komik sebagai media pembelajaran membaca pemahaman untuk siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007?”

1.3 Tujuan Pengembangan

Adapun tujuan dari pengembangan ini yaitu mengembangkan cerita rakyat menjadi komik sebagai media pembelajaran membaca pemahaman untuk siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007.

1.4 Manfaat Pengembangan

Pengembangan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru Bahasa Indonesia dan peneliti lain:

1.4.1 Guru Bahasa Indonesia

Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru Bahasa Indonesia dalam pembelajaran kemampuan membaca khususnya membaca pemahaman dan menjadikan komik sebagai salah satu media pembelajaran.

1.4.2 Peneliti Lain

(21)

1.5 Batasan Istilah

Dalam penelitian ini digunakan beberapa istilah, untuk menyamakan persepsi maka peneliti memberikan penjelasan dari beberapa istilah yang akan digunakan, yaitu:

1. 5.1 Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman adalah salah satu jenis kegiatan membaca yang bertujuan memahami isi bacaan (Sujanto, 1988: 16).

1.5.2 Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah alat yang telah diisi materi pelajaran dan digunakan dalam pembelajaran agar siswa lebih mudah menyerap informasi.

1.5.3 Komik

Komik adalah sebuah media gambar yang terdiri dari dialog dan/atau lambang-lambang lain serta tersusun secara berurutan dalam panel-panel untuk menyampaikan informasi.

1.5.4 Cerita Rakyat

Cerita rakyat adalah cerita dari zaman dahulu yang hidup di kalangan rakyat dan diwariskan secara lisan (Depdiknas, 2001: 210).

1.6 Spesifikasi Produk

(22)

membaca pemahaman untuk siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007.

1.7 Sistematika Penyajian

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai pengembangan suatu media dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman belum banyak dilakukan di Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah (PBSID) Universitas Sanata Dharma. Akan tetapi peneliti menemukan empat penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan, keempat penelitian tersebut diringkas di bawah ini.

Skripsi dengan judul Pengembangan Media Gambar dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Pembelajar Asing Tingkat Dasar (Beginner) di Puri

Bahasa Yogyakarta yang disusun oleh Lusi Veranita Hermawati (2004) bertujuan untuk menghasilkan media gambar untuk pembelajaran bahasa Indonesia bagi pembelajar asing tingkat dasar (beginner) di Puri Bahasa Yogyakarta. Metode yang digunakan yaitu kuesioner dan wawancara.

Pengembangan media gambar dilakukan dengan menggunakan model Sadiman, yaitu (1) mengidentifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa, (2) merumuskan tujuan instruksional dengan operasional dan khas, (3) merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan, (4) mengembangkan alat pengukur keberhasilan, (5) menulis naskah media, (6) mengadakan uji coba dan revisi.

(24)

pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajar asing tingkat dasar (beginner). Media gambar tersebut disusun untuk 6 (enam) pelajaran masing-masing terdiri dari 4 (empat) tahap untuk setiap strukturnya, yaitu (1) tahap pengenalan, (2) tahap drill, (3) tahap penguatan, (4) tahap review. Media gambar terdiri dari kartu dan gambar seri. Uji coba dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu (1) penilaian oleh dosen ahli bahasa Indonesia dari USD Yogyakarta dan pengajar bahasa Indonesia dari Puri Bahasa Yogyakarta, dan (2) uji coba lapangan. Data yang diperoleh digunakan untuk merevisi produk.

Skripsi dengan judul Designing a Set of Instructional Materials to Teach English Through Comic-Strips for The Fourth Grade of Elementary School

Students in Yogyakarta yang disusun oleh Cathy Widya (2003) bertujuan untuk merancang seperangkat materi pengajaran bahasa Inggris untuk siswa kelas IV SD di Yogyakarta. Ada dua masalah dalam penelitian (1) berhubungan dengan bagaimana cara merancang seperangkat materi pengajaran bahasa Inggris untuk siswa kelas IV SD, (2) untuk mengetahui seperti apakah hasil dari penyusunan materi pengajaran.

(25)

khusus, (4) merancang isi pelajaran, (5) merancang kegiatan belajar-mengajar, (6) menetapkan sarana pendukung, (7) evaluasi.

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah comic-strips. Comic-strips adalah serangkaian gambar yang membentuk cerita, yang umumnya disertai percakapan diantara para tokoh. Berdasarkan teori perkembangan kognitif, siswa kelas IV SD termasuk dalam tahap operasional konkrit yang mana mereka umumnya mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang abstrak dan karena bahasa itu sendiri adalah sesuatu yang abstrak, maka para siswa tersebut membutuhkan alat peraga dalam memahami arti suatu bahasa. Materi pengajaran dirancang berdasarkan pada kurikulum pengajaran bahasa Inggris 1994 untuk kelas IV SD. Materi pengajaran ini terdiri dari 10 unit dan 2 buah review. Setiap unit terdiri dari tiga bagian penting yaitu (1) penyajian materi, (2) kosa kata, (3) dan latihan. Review diberikan setiap lima unit sekali.

Penelitian menggunakan resensi buku dan survei untuk mengumpulkan data. Resensi buku dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan beberapa informasi dan/teori yang mendukung penelitian ini. Survei dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 10 orang guru bahasa Inggris dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dan saran mereka terhadap materi rancangan. Hasil survei menunjukkan bahwa seperangkat materi pengajaran tersebut dapat diterima oleh para responden. Hal ini dapat dilihat dari nilai penelitian mereka yang secara rata-rata di atas 3,0.

(26)

Pius X Magelang Tahun Ajaran 2003/2004 yang disusun oleh Christine Susiyati (2004) bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penguasaan kosa kata Tata Boga dan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas II Tata Boga SMK Pius X Magelang Tahun Ajaran 2003/2004. Populasi penelitian adalah siswa kelas II Tata Boga di SMK Pius X Magelang yang berjumlah 76 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik tes. Teknik ini digunakan pada variabel penguasaan kosa kata Tata Boga dan kemampuan membaca pemahaman. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik korelasi product moment.

Hasil penelitian adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penguasaan kosa kata Tata Boga dan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas II Tata Boga SMK Pius X Magelang. Hal ini dibuktikan dengan perolehan harga rhitung 0,237 lebih besar dibandingkan harga rtabel pada taraf signifikasi 5%. Kesimpulan hasil penelitian adalah penguasaan kosa kata Tata Boga mampu memberi sumbangan yang positif dan signifikan terhadap kemampuan membaca pemahaman, dengan kata lain, tinggi rendahnya penguasaan kosa kata Tata Boga dapat mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman.

(27)

Sleman. Masalah penelitian adalah “Seberapa tinggikah kemampuan siswa kelas II SMK YPKK 2 Sleman dalam membaca pemahaman argumentasi?”

Populasi penelitian adalah siswa kelas II SMK YPKK 2 Sleman yang berjumlah 126 siswa, sampel yang diambil 63 siswa. Metode penelitian adalah deskriptif. Pengumpulan data digunakan teknik tes, yaitu tes objektif berbentuk pilihan ganda. Data dianalisis menggunakan rumus untuk menghitung skor rata-rata. Skor rata-rata untuk mengetahui rata-rata kemampuan membaca pemahaman argumentasi siswa kelas II. Hasil yang diperoleh adalah kemampuan membaca pemahaman argumentasi siswa kelas II 66,87%. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa kelas II SMK YPKK 2 Sleman cukup dapat memahami tema wacana, memahami makna kata, menemukan kalimat topik, menemukan ide pokok, menyimpulkan isi wacana, dan memahami maksud dari penulis.

Berdasarkan tinjauan penelitian yang terdahulu, ternyata pengembangan cerita rakyat menjadi komik untuk pembelajaran membaca pemahaman untuk siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007 masih relevan untuk diteliti. Peneliti berharap media yang dihasilkan dapat digunakan sebagai media pembelajaran membaca.

2.2 Kajian Teoritis

2.2.1 Membaca

(28)

maka pesan tersurat dan pesan tersirat tidak dapat dipahami dengan baik. Anderson via Tarigan (1984:7) memberikan padangannya tentang membaca dari segi linguistik, ia berpendapat bahwa membaca adalah sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) dimana kata-kata tulis (written word) dihubungkan dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna. Sedangkan Tarigan (1984:7) berpendapat bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Hariyanto (1992: 1) membaca merupakan suatu proses untuk memahami makna suatu tulisan, untuk dapat membaca orang harus mampu menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Dari pendapat para ahli di atas membaca dapat didefinisikan sebagai suatu proses memahami makna suatu tulisan untuk memperoleh suatu informasi.

2.2.2 Tujuan Membaca

Tarigan (1984:9) mengemukakan 7 (tujuh) tujuan dari membaca yaitu (1) untuk memperoleh fakta-fakta, (2) untuk memperoleh ide-ide utama, (3) untuk susunan organisasi cerita, (4) untuk menyimpulkan informasi, (5) untuk mengelompokkan, (6) untuk menilai, dan (7) untuk memperbandingkan ataupun mempertentangkan. Dari ketujuh tujuan yang dikemukakan di atas Tarigan berpendapat bahwa tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi yang mencakup isi dan makna suatu bacaaan.

(29)

diri dari kenyataan (dilakukan saat sedih, jenuh), (4) untuk rekreatif (mendapatkan kesenangan), (5) untuk mengisi waktu luang, (6) untuk mencari nilai-nilai yang terkandung di dalam bacaan.

2.2.3 Membaca Pemahaman

(30)

2.2.4 Tes Kemampuan Membaca Pemahaman

Tujuan tes kemampuan membaca pemahaman adalah untuk mengetahui dan mengukur tingkat pemahaman seseorang terhadap bacaan yang telah dibacanya. Tes tersebut diperlukan karena biasanya pelaksanaan kegiatan membaca pemahaman dilakukan dengan cara membaca dalam hati. Nurgiyantoro (2001: 257) berpendapat bahwa tes kemampuan membaca pemahaman menuntut siswa untuk dapat memahami wacana yang dibacanya. Djiwandono (1996: 63) berpendapat bahwa tes kemampuan membaca pemahaman menuntut siswa untuk dapat memahami makna yang tersurat, makna tersirat, dan implikasi dari bacaan.

Menurut taksonomi Bloom ada 3 (tiga) domain yang dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yaitu (1) kognitif yang berkaitan dengan pengetahuan tentang bacaan, (2) psikomotorik yang berkaitan dengan aktivitas siswa saat kegiatan membaca berlangsung, (3) afektif berkaitan dengan sikap dan kemauan/minat siswa terhadap bacaan. Oleh sebab itu untuk mengetahui tingkat keterampilan/kemampuan berbahasa seseorang maka tes kemampuan membaca pemahaman harus mencakup ketiga domain tersebut.

2.2.5 Pengertian Media Pembelajaran

(31)

pembelajaran (Depdiknas, 2001: 726). Media pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 1986: 7). Gagne dan Briggs via Arsyad (2006: 4) mengatakan bahwa media pembelajaran adalah alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran.

Media pembelajaran adalah alat pelajaran yang telah diisi program (Widharyanto et al, 2003: 52). Program yang dimaksud adalah materi pembelajaran yang disusun untuk disampaikan kepada siswa dalam berbagai bentuk sajian dan model agar mudah diserap oleh siswa. Heinich via Arsyad (2006: 4) mengatakan bahwa jika sebuah media membawa pesan-pesan atau maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran. Sedangkan Gagne dan Briggs via Arsyad (2006: 4) mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran. Dari pengertian tentang media pembelajaran di atas penulis menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat yang telah diisi materi pelajaran dan digunakan dalam pembelajaran agar siswa lebih mudah menyerap informasi.

2.2. 6 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

(32)

via Arsyad (2006: 16) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, yaitu (1) fungsi atensi, menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran, (2) fungsi afektif, terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar, (3) fungsi kognitif, terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual/gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar, (4) fungsi kompensatoris, terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatkannya kembali.

(33)

atau konsultan siswa. Sedangkan Sudjana dan Rivai (1992: 2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu (1) pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga siswa termotivasi untuk belajar, (2) siswa akan mudah memahami materi pelajaran dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran, (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, (4) siswa dapat melakukan aktivitas lain selain mendengarkan penjelasan guru seperti mengamati, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

2.2.7 Kriteria Pemilihan Media

Enam kriteria pemilihan media menurut Sudjana dan Rivai (1990: 4) yaitu (1) ketepatan dengan tujuan pengajaran, (2) dukungan terhadap isi pelajaran, (3) kemudahan memperoleh media, (4) keterampilan guru yang menggunakannya, (5) ketersediaan waktu, (6) sesuai taraf berpikir siswa. Enam kriteria pemilihan media menurut Widharyanto et al (2003: 53) yaitu (1) harus sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dikembangkan, (2) harus sesuai dengan karakteristik siswa, (3) harus disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia, (4) harus disesuaikan dengan ketersediaan sumber, (5) harus disesuaikan dengan ketersediaan dana, tenaga, dan fasilitas, (6) harus dipertimbangkan keluwesan, kepraktisan, dan daya tahan media.

(34)

dengan alokasi waktu yang ada, (5) disesuaikan dengan kondisi dan situasi tempat belajar, (6) disesuaikan dengan karakteristik siswa.

2.2.8 Pengembangan Media

Menurut Sadiman (1986:102), dalam mengembangkan media pembelajaran dapat ditempuh dalam 9 (sembilan) langkah, langkah-langkah tersebut:

(1) Menganalisis Kebutuhan

Sebelum membuat suatu media, harus diketahui minat siswa. Hal tersebut dilakukan agar pembuatan media sesuai dengan minat siswa, sehingga media yang dibuat dapat membantu siswa memahami materi yang disajikan. (2) Perumusan Tujuan

Perumusan tujuan harus memenuhi 2 (dua) ketentuan, yaitu tujuan harus berorientasi pada siswa dan tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja operasional yaitu membedakan, mengidentifikasi, menuliskan, memecahkan, menyusun, membandingkan, membuat.

(3) Pengembangan Materi Pembelajaran

Pengembangan materi pembelajaran disesuaikan dengan minat siswa dan tingkat kemampuan berpikir siswa.

(4) Perumusan Alat Pengukur Keberhasilan

(35)

(5) Penulisan Naskah Media

Naskah media berfungsi sebagai penuntun pembuatan media pembelajaran, dengan adanya naskah media, maka pembuatan media akan lebih terarah dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

(6) Produksi Media

Produksi media sesuai dengan naskah yang telah disusun. (7) Uji coba

Apapun media yang dibuat, perlu dilakukan ujicoba terlebih dahulu sebelum digunakan secara luas. Ujicoba dilakukan agar diketahui apakah media yang dibuat sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan atau tidak.

(8) Revisi

Apabila pada tahap ujicoba terdapat hal-hal yang kurang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka selanjutnya dilakukan revisi sebagai tahap perbaikan media pembelajaran agar lebih baik.

(9) Media

Setelah direvisi, maka media tersebut sudah layak pakai, maksudnya media yang dibuat sudah siap digunakan dalam lingkup yang lebih luas.

2.2.9 Komik

(36)

sastra gambar (Bonneff, 2001: 9). Komik adalah gambar-gambar serta lambang-lambang lain yang terjukstaposisi (dua objek yang diletakkan berdampingan) dalam turutan tertentu untuk menyampaikan informasi dan/atau mencapai tanggapan estetis dari pembacanya (McCloud, 2001: 9).

Rinanto dalam bukunya yang berjudul Peranan Media Visual dalam Pendidikan (1982: 39), memberikan penjelasan tentang media komik untuk media pendidikan. Ketika Rinanto memberikan keterangan kepada para penulis naskah televisi yang mengelola program pendidikan, ternyata mereka merespon dengan baik. Mereka mengatakan bahwa media komik sangat praktis untuk pelajaran bahasa Indonesia. Beberapa guru yang pernah mencoba menggunakan media komik juga merespon dengan baik dan mengatakan bahwa media komik sangat membantu dalam membangkitkan kreativitas anak didik.

(37)

Tetapi dalam perkembangannya kelemahan komik yang diutarakan Rinanto tersebut bukan lagi menjadi kelemahan namun menjadi bagian dari kekuatan sebuah komik. Hal ini dikarenakan saat ini komik tidak hanya untuk tujuan menghibur tetapi ada yang bertujuan untuk mendidik, memberi pengetahuan, berbagi pengalaman, dan lain-lain. Berdasarkan tujuan-tujuan itulah yang akhirnya mengubah cara komikus memvisualisasikan naskah. Walaupun masih ada kelompok masyarakat yang tidak setuju dengan kehadiran komik, tetapi setidaknya saat ini para komikus telah berhasil menempatkan komik sebagai karya yang bermanfaat bagi masyarakat khususnya dibidang pendidikan dan hiburan.

Ada kelompok masyarakat yang berpendapat bahwa komik memiliki dampak buruk bagi siswa. Hal ini dapat diatasi dengan cara memadukan antara kesenangan siswa membaca komik dengan pelajaran di sekolah. Komik dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran di sekolah.

(38)

dalam panel-panel untuk menyampaikan informasi. Sedangkan cerita bergambar memiliki definisi sebagai sebuah bacaan yang menempatkan gambar dan naskah narasi ditempat yang berbeda.

Edgar Dale via Rohani (1997:14) mengklasifikasikan media berdasarkan pengalaman belajar peserta didik, yaitu dari yang bersifat konkrit sampai yang bersifat abstrak. Teori ini dikenal dengan teori kerucut pengalaman Edgar Dale.

Lambang kata

Lambang visual

Gambar

Rekaman radio, Gambar tetap Gambar hidup Televisi Pameran

Karya wisata Demonstrasi Pengalaman Dramatisasi Pengalaman tiruan yang diatur Pengalaman langsung yang bertujuan

gambar 1

Kerucut Pengalaman Edgar Dale

2.2.10 Cerita Rakyat

(39)

imajinatif, fiksi tak tertulis dari manusia masa lampau dan menusia primitif di semua belahan dunia.

Bunanta (1998: 10) membagi cerita rakyat menjadi tiga kategori yaitu mite, legenda, dan dongeng. Mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang mempunyai cerita. Legenda adalah cerita prosa yang ditokohi manusia, walaupun adakalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa dan seringkali juga dibantu makhluk-makhluk ajaib. Dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi, tidak terikat waktu dan tempat.

Bunanta juga memberikan ciri-ciri dari mite, legenda, dan dongeng. Ciri-ciri mite yaitu (1) setiap peristiwa yang terjadi unik, (2) pesimistik (mudah putus asa), (3) ditokohi dewa atau makhluk setengah dewa, (4) mengisahkan terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, dan gejala alam, (5) mengisahkan petualangan dewa, percintaan, hubungan kekerabatan, dan perang.

Ciri-ciri legenda yaitu (1) ditokohi manusia, (2) tempat terjadinya belum terlalu lampau, (3) bersifat sekuler dan keduniawan, (4) bersifat migratoris (dikenal luas di daerah-daerah yang berbeda). Sedangkan ciri-ciri dongeng yaitu (1) menunjukkan suatu tindakan dan tidak terjebak oleh pelukisan suatu situasi atau pelukisan tokoh-tokoh, (2) tokohnya berasal dari kelompok masyarakat yang berbeda, (3) mempertentangkan dua hal yang berlawanan, (4) obtimistik (tidak mudah putus asa).

(40)

52). Manfaat yang berhubungan dengan (1) perkembangan holistik adalah cerita rakyat yang mengajarkan cinta kasih, benci, marah, sedih, senang, lahir, dan mati, (2) perkembangan emosional adalah memberi dunia fantasi pada anak sehingga dapat memanda rasa takut dan rasa frustasinya, (3) perkembangan kognitif adalah cerminan bermacam-macam kebudayaan yang merefleksikan persamaan dan keunikan setiap budaya, (4) perkembangan literer adalah anak mengenal pola-pola naratif cerita dan mekanisme wacana yang akan membantunya meningkatkan keterampilan narasinya dalam berbahasa. Sukardi (1984: 28) memberikan 3 (tiga) manfaat cerita rakyat untuk anak-anak, yaitu (1) membantu anak untuk memahami, mempelajari, dan menghayati norma-norma yang berlaku di masyarakat, (2) membantu perkembangan emosi anak, (3) membantu anak untuk meresapi, merasakan, dan menghayati cerita rakyat dengan emosinya.

2.2.11 Kerangka Berpikir

(41)

Bagan 1

Kerangka Berpikir

Pembuatan media komik

Media komik Revisi media komik

Uji coba komik Perumusan tujuan

Perumusan butir-butir materi

Perumusan alat pengukur keberhasilan

Penulisan naskah media komik

(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan (1) model pengembangan, (2) prosedur pengembangan, (3) uji coba produk yang meliputi desain uji coba, subjek coba, jenis data, instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1 Model Pengembangan

Menurut Sadiman (1986: 102) untuk mengembangkan media perlu dilakukan perencanaan. Oleh sebab itu Sadiman mengutarakan langkah-langkah untuk mengembangkan media. Di bawah ini adalah bagan model pengembangan media menurut Sadiman.

Bagan 2

Pengembangan Media Model Sadiman (1986:103)

ya

tidak

Analisis kebutuhan Perumusan tujuan

Perumusan butir materi Perumusan alat pengukur keberhasilan

Penulisan naskah media

Tes/Uji coba

Revisi

(43)

3.2 Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan cerita rakyat menjadi komik sebagai media pembelajaran membaca pemahaman untuk siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007 akan dipaparkan di bawah ini.

3.2.1 Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner digunakan sebagai alat bantu peneliti untuk mengetahui kebutuhan siswa mengenai minat siswa kelas IV SD Kanisisus Kotabaru 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007 terhadap media komik, cerita rakyat, dan kegiatan membaca.

3.2.2 Perumusan Tujuan

Setelah peneliti mengetahui minat siswa, peneliti merumuskan tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini peneliti akan merumuskan tujuan pembelajaran berupa silabus.

3.2.3 Perumusan Butir-Butir Materi

Tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan akan membantu peneliti untuk merumuskan butir-butir materi pembelajaran. Perumusan butir-butir materi pembelajaran akan dijabarkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Peneliti merumuskan butir-butir materi dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

3.2.4 Perumusan Alat Pengukur Keberhasilan

(44)

pembelajaran membaca pemahaman untuk siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007.

3.2.5 Penulisan Naskah Media

Dalam tahap ini peneliti akan membuat naskah cerita rakyat dengan gaya pengisahan yang kontemporer tanpa menghilangkan inti cerita. Penulisan naskah cerita disadur dari cerita rakyat Jawa Tengah dan DIY karangan Bakdi Soemanto.

3.2.6 Pembuatan Media Komik

Setelah membuat naskah cerita maka langkah selanjutnya adalah pembuatan media komik. Naskah cerita yang telah dibuat kemudian diilustrasikan dalam bentuk gambar.

3.2.7 Penilaian Media Pembelajaran

Setelah media komik dibuat, selanjutnya dilakukan penilaian terhadap media komik. Penilaian media komik perlu dilakukan karena hasil penilaian tersebut akan digunakan sebagai dasar untuk perbaikan media. Penilaian media komik dilakukan oleh dosen ahli Bahasa Indonesia USD dan guru Bahasa Indonesia.

3.2.8 Uji Coba

Setelah dilakukan perbaikan terhadap media komik yang dihasilkan, media komik yang telah diperbaiki kemudian diujicobakan kepada siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007.

3.2.9 Revisi

(45)

komik yang dihasilkan agar media komik layak digunakan sebagai media pembelajaran, khususnya media pembelajaran membaca pemahaman.

3.2.10 Media Komik

Setelah melalui kesembilan tahapan tersebut maka media komik dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran membaca pemahaman untuk siswa kelas IV sekolah dasar.

Bagan 3

Prosedur Pengembangan Media Komik

3.3 Uji Coba Produk

(46)

dibuat. Dalam uji coba produk ini memuat desain uji coba, subjek uji coba, jenis data, instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.3.1 Desain Uji Coba

Sebelum dilakukan uji coba ke siswa, media yang telah dibuat akan dinilai terlebih dahulu oleh dosen ahli Bahasa Indonesia USD dan guru Bahasa Indonesia. Setelah dilakukan penilaian, media diujicobakan kepada siswa. Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam kegiatan uji coba:

a. Menjelaskan apa yang harus dilakukan siswa. b. Membagikan media komik kepada siswa. c. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan.

d. Setelah siswa selesai mengerjakan semua tugas yang diberikan, lembar tugas dikumpulkan.

3.3.2 Subjek Coba

Subjek coba dalam pengembangan media ini adalah 10 (sepuluh) siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta. Kesepuluh siswa yang terpilih, dipilih secara acak dengan cara mengambil undian dimana pada kertas undian tersebut akan tertera nomor absen siswa dari setiap kelas IV yang ada. Kelas IV A dipilih 5 (lima) siswa dan kelas IV B dipilih 5 (lima) siswa.

3.3.3 Jenis Data

(47)

(dua) tahap yaitu wawancara dengan siswa sebelum uji coba media komik dilaksanakan dan wawancara dengan siswa setelah uji coba media komik dilaksanakan.

3.3.4 Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian ini akan memiliki 2 (dua) jenis data yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Oleh sebab itu, penulis akan menggunakan instrumen kuesioner analisis kebutuhan, wawancara, penilaian media, dan tes kemampuan membaca pemahaman.

Tabel 1

Kisi-Kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan

Untuk Siswa Kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta

(48)

Tabel 2

Kisi-Kisi Pertanyaan Untuk Guru dan Siswa Kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta

Jumlah Pertanyaan Nomor Pertanyaan

No. Aspek Guru Siswa Guru Siswa

(49)

17.

Kisi-Kisi Pertanyaan Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta

No. Aspek Pertanyaan Jumlah No. Pertanyaan

1.

3.3.5 Teknik Analisis Data

Berikut ini akan dikemukakan teknik analisis data baik yang berupa kuantitatif maupun yang kualitatif. Ada tiga teknik analisis data yang akan dikemukakan di bawah ini yaitu teknik analisis data kuesioner analisis kebutuhan siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007, teknik analisis data penilaian media komik sebagai media pembelajaran, dan teknik analisis data tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa.

Teknik analisis data minat siswa membaca komik (pada siswa kelas

IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007):

(50)

2) Pengecekan kelengkapan data yang telah diperoleh.

3) Memberi skor pada setiap butir dengan menggunakan skala likert 0 – 4. Menurut Sugiyono (2005: 24), ada 5 (lima) kategori yang digunakan untuk menyatakan tingkat minat.

4) Setelah semua jawaban dari siswa diberi skor, kemudian dimasukkan dalam tabel.

pembelajaran untuk siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta:

1) Memberikan media komik yang telah dihasilkan kepada ahli Bahasa Indonesia USD dan guru Bahasa Indonesia.

2) Memberikan lembar penilaian kepada ahli Bahasa Indonesia USD dan guru Bahasa Indonesia berupa tabel penilaian media komik.

3) Mengolah data yang diperoleh dari ahli bahasa Indonesia USD dan guru bahasa Indonesia, dengan menggunakan rumus :

(51)

Tabel 5

Kriteria Penilaian Produk Pengembangan Tingkat Pencapaian Kategori

81% - 100% Sangat Baik

61% - 80% Baik

41% - 60% Cukup

21% - 40% Kurang

0% - 20% Sangat Kurang

Rodriquez (2005: 39)

Teknik analisis data tingkat kemampuan membaca

pemahaman (pada siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta):

1) Mengumpulkan media komik dan lembar tugas yang telah diisi siswa. 2) Mengecek kelengkapan data yang telah dikembalikan siswa.

3) Memberikan skor setiap jawaban siswa.

4) Menghitung nilai yang diperoleh siswa dari jumlah jawaban yang benar dikalikan bobot skor.

S = R x WS

5) Memasukkan nilai yang diperoleh siswa ke dalam tabel.

No. Nama Nilai

Xi

6) Menghitung nilai rata-rata, dengan rumus menurut Sugiyono (2005: 43)

n Xi

Me=

Keterangan:

Me = nilai rata-rata

= jumlah

(52)

7) Menentukan kualifikasi kemampuan sesuai dengan kriteria kualifikasi Tabel 6

Kriteria Kualifikasi Kemampuan

No. Rentang Nilai Kriteria Kualifikasi

1. 75 – 100 Baik

2. 50 – 74 Sedang

3. 0 – 49 Kurang

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan dari data yang diperoleh. Pada subbab hasil penelitian akan dideskripsikan hasil analisis kebutuhan siswa, hasil wawancara dengan guru, hasil wawancara dengan siswa, hasil penilaian media komik, dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman. Pada subbab pembahasan akan diuraikan pembahasan hasil analisis kebutuhan siswa, pembahasan hasil wawancara dengan guru, pembahasan hasil wawancara dengan siswa, pembahasan hasil penilaian media komik, dan pembahasan hasil tes kemampuan membaca pemahaman. Kedua subab tersebut akan dijabarkan di bawah ini.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Hasil Analisis Kebutuhan Siswa

Penyebaran kuesioner dan pengumpulan kuesioner dilakukan dalam sehari yaitu pada tanggal 30 Oktober 2006. Setiap siswa menjawab 18 (delapan belas) butir pertanyaaan. Setiap butir mewakili perasaan dan minat siswa terhadap media pembelajaran khususnya media komik. Pada lembar kuesioner siswa juga memberikan identitasnya yang terdiri dari nama, nomor urut, dan kelas.

Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengecekan kelengkapan data. Jumlah siswa yang menjawab kuesioner ada 49 siswa dari 2 (dua) kelas yang ada. Empat puluh sembilan siswa tersebut adalah siswa tingkat IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007.

(54)

skor 2 (dua) jika siswa biasa saja, skor 3 (tiga) jika siswa senang, dan skor 4 (empat) jika siswa sangat senang.

Kemudian skor yang diperoleh siswa pada tiap butirnya dijumlahkan dan dimasukkan dalam tabel. Jumlah skor juga diubah ke dalam bentuk % (persen). Pada kolom % (persen) di setiap tabel jika data yang diperoleh ≤ 0,4 maka akan dibulatkan ke bawah. Tetapi jika data yang diperoleh ≥ 0,5 maka akan dibulatkan ke atas. Akan tetapi ada beberapa skor pada kolom % (persen) yang ditulis apa adanya, karena untuk mendapatkan jumlah 100% (seratus persen) Kedelapan belas butir tersebut akan dijabarkan di bawah ini.

(55)

Pada tabel 2 diketahui ada 47% siswa yang sangat senang dan yang senang ada 45% sedangkan yang sangat tidak senang dan tidak senang ada 0%.

b. Tema cerita yang diminati siswa.

Tabel 9

Minat Siswa Terhadap Cerita Bertema Pengetahuan

Skor Keterangan Jumlah %

Minat Siswa Terhadap Cerita Bertema Keluarga

Skor Keterangan Jumlah %

Minat Siswa Terhadap Cerita Bertema Kepahlawanan

(56)

Tabel 12

Minat Siswa Terhadap Cerita Bertema Petualangan

Skor Keterangan Jumlah % diminati oleh siswa dengan jumlah 53%, urutan kedua adalah tema petualangan yaitu dengan jumlah 51%, urutan ketiga adalah tema kepahlawanan dengan jumlah 47%, dan urutan keempat adalah tema keluarga dengan jumlah 33%.

c. Minat siswa terhadap cerita tanpa gambar. Tabel 13

Tanggapan Siswa Terhadap Kegiatan Membaca Cerita Tanpa Gambar

(57)

Dari tabel di atas diketahui tanggapan dan perasaan siswa terhadap cerita tanpa gambar. Pada tabel 7 ada 10% siswa yang memberikan tanggapan sangat senang dan 12% siswa yang memberikan tanggapan sangat tidak senang. Pada tabel 8 diketahui ada 10% yang menyatakan sangat senang dan 8% siswa yang menyatakan sangat tidak senang.

d. Minat siswa terhadap cerita bergambar Tabel 15

Tanggapan Siswa Terhadap Kegiatan Membaca Cerita Bergambar

Skor Keterangan Jumlah %

Perasaan Siswa Ketiaka Membaca Cerita Bergambar

(58)

e. Asal cerita bergambar yang disenangi siswa. Tabel 17

Minat Siswa Terhadap Cerita dari Negara Jepang

Skor Keterangan Jumlah %

Minat Siswa Terhadap Cerita dari Negara Amerika

Skor Keterangan Jumlah %

Minat SiswaTerhadap Cerita dari Negara Indonesia

Skor Keterangan Jumlah %

(59)

53,1% siswa menyatakan sangat senang, dan pada tabel 13 diketahui 43% siswa menyatakan sangat senang.

f. Minat siswa terhadap cerita rakyat Indonesia Tabel 20

Minat Siswa Terhadap Cerita Rakyat Indonesia

Skor Keterangan Jumlah %

Tabel di atas menjelaskan bahwa siswa memiliki tanggapan yang positif terhadap cerita rakyat Indonesia walaupun siswa lebih berminat dengan cerita-cerita dari negara Jepang dan Amerika. Terlihat pada tabel cerita-cerita rakyat Indonesia bahwa siswa yang sangat senang ada 37%, sedangkan siswa yang sangat tidak senang 0%.

g. Minat siswa terhadap kegiatan membaca cerita rakyat Indonesia. Tabel 21

Tanggapan Siswa Ketika Membaca Cerita Rakyat Indonesia

(60)

yang menyatakan senang. Tetapi siswa yang menyatakan tidak senang ada 8% dan tidak ada siswa yang menyatakan sangat tidak senang.

h. Jenis cerita rakyat yang diminati siswa. Tabel 22

Minat Siswa Terhadap Cerita Rakyat Jenis Dongeng

Skor Keterangan Jumlah %

Minat Siswa Terhadap Cerita Rakyat Jenis Legenda

Skor Keterangan Jumlah %

Minat Siswa Terhadap Cerita Rakyat Jenis Mitos

Skor Keterangan Jumlah %

(61)

tabel 18 ada 37% siswa yang menyatakan sangat senang dan 8% siswa yang menyatakan sangat tidak senang. Jadi dari ketiga tabel tersebut diketahui bahwa siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta berminat pada jenis cerita rakyat legenda.

4.1.2 Deskripsi Hasil Wawancara dengan Guru

Hasil wawancara dengan guru digunakan sebagai informasi pendukung hasil analisis kebutuhan siswa. Hasil wawancara dengan guru akan diuraikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 25

Hasil Wawancara Dengan Guru

Kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta

No. Pertanyaan Jawaban Biasanya siswa yang menyukai palajaran Bahasa Indonesia lebih aktif bertanya, menjawab pertanyaan, dan mendengarkan penjelasan dari guru.

Tingkat pemahaman siswa terhadap cerita bervariasi: ada yang tinggi, sedang, dan rendah. Biasanya yang tingkat pemahamannya yang kurang itu karena siswa tidak menyukai ceritanya jadi siswa kadang menyepelekan pelajaran.

4. Bagaimana minat siswa terhadap cerita rakyat?

Minat siswa terhadap cerita rakyat cukup tinggi. Beberapa kali pernah disajikan materi cerita rakyat saat pelajaran Bahasa Indonesia dan siswa senang.

5. Cerita rakyat apa saja yang pernah disajikan sebagai materi pelajaran?

Cerita Malin Kundang, Cerita Gunung Tangkuban Perahu, Cerita Asal-Usul Kota Yogyakarta, dan Cerita Timun Mas.

6. Bagaimana sikap siswa terhadap materi cerita rakyat yang disajikan?

(62)

disajikan biasanya mereka bicara dengan sehingga isi cerita tidak dipahami dengan baik.

9. Apakah pernah

menggunakan media komik sebagai media pembelajaran

Interaksi yang tercipta kadang siswa aktif bertanya, menjawab pertanyaan tetapi kembali. Tanya jawab bisa antar guru dan siswa, bisa juga antar siswa dan siswa. Penceritaan kembali bisa berupa tugas mengarang, bisa juga tugas bercerita di depan kelas.

(63)

4.1.3 Deskripsi Hasil Wawancara dengan Siswa

Hasil wawancara dengan siswa yang dilakukan sebelum dilaksanakannya tes kemampuan membaca pemahaman digunakan sebagai informasi pendukung hasil analisis kebutuhan siswa. Hasil wawancara tersebut diuraikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 26

Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta Sebelum Tes Kemampuan Membaca Pemahaman

No. Pertanyaan Jawaban

c. Nindi: ga, aku sukanya matematika d. Yovita: senang

e. Dini: senang 2. Kegiatan apa yang kamu

senangi saat pelajaran Bahasa Indonesia?

a. Dion: membaca dan menulis b. Dimas: menulis

a. Dion: membaca dalam hati, tidak capek dan tidak berisik

(64)

d. Yovita: senang sekali e. Dini: senang

7. Cerita rakyat apa saja yang pernah kamu baca? Malin Kundang, Bawang Merah Bawang Putih. c. Nindi: Bawang Merah Bawang Putih d. Yovita: Asal-Usul Yogyakarta e. Dini: Gunung Tangkuban Perahu 9. Apakah kamu pernah

membaca cerita rakyat Rara Jonggrang?

a. Dion: belum

b. Dimas: belum tapi pernah dengar c. Nindi: belum

d. Yovita: belum tapi pernah dengar e. Dini: pernah

10. Jika membaca/tahu tentang cerita rakyat Rara Jonggrang, hal apa yang kamu ketahui tentang cerita itu?

a. Dion: tidak tahu

b. Dimas: cerita tentang Candi Prambanan c. Nindi: tidak tahu

d. Yovita: cerita tentang Candi Prambanan e. Dini: lupa 12. Bagaimana menurutmu

jika cerita rakyat Indonesia dibuat dalam bentuk komik?

a. Dion: bagus

b. Dimas: Asyik jadi bacanya ga bosan c. Nindi: mungkin biasa saja

(65)

kamu sukai setelah pelajaran membaca cerita?

b. Dimas: buat paragraf c. Nindi: pilihan ganda

d. Yovita: menceritakan kembali e. Dini: tanya jawab

Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa siswa lebih senang dengan cerita rakyat jenis legenda dan siswa belum pernah membaca cerita rakyat dalam bentuk komik. Oleh karena itu, peneliti berpendapat jika siswa disajikan cerita rakyat jenis legenda dalam bentuk komik siswa akan lebih senang membaca cerita rakyat khususnya cerita rakyat Indonesia dibandingkan cerita-cerita dari negeri lain.

Hasil wawancara dengan siswa yang dilakukan setelah dilaksanakan tes kemampuan membaca pemahaman digunakan sebagai informasi untuk mendukung hasil penilaian media komik. Hasil wawancara tersebut diuraikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 27

Hasil Wawancara Dengan Siswa Kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta

Sesudah Tes Kemampuan Membaca Pemahaman

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apa pendapatmu tentang komik yang kamu baca tadi dari segi: a. gambar

b. bentuk tulisan

c. kata-kata yang digunakan

Nando:

a. gambarnya bagus, lucu, menarik b. tulisannya sudah pas, bisa dibaca c. kata-katanya masih bisa dimengerti Titis:

a. gambarnya bagus, menarik tapi lebih menarik kalau diberi warna b. tulisannya bisa dibaca, ga bingungin c. kata-katanya masih bisa dipahami 2. Bagaimana perasaanmu ketika

membaca cerita Rara Jonggrang tadi?

Nando:

(66)

Titis:

senang, jadi ingin baca cerita rakyat lain tapi dibuat seperti komik tadi 3. Apakah kamu mengalami

kesulitan dalam memahami cerita tadi? Jika ya, kesulitannya apa?

Nando: tidak Titis:

sedikit bingung tadi, tapi karena ada gambarnya jadi aku bisa ngerti

4. Apakah kamu ingat dengan cerita yang kamu baca tadi? Jika ya, coba kamu ceritakan kembali secara singkat.

Nando:

Prabu Baka ayah Rara Jonggrang mati dibunuh Bandung Bandawasa. Rara Jonggrang minta dibuatkan 1000 candi dan 2 sumur sedalam 1000 kaki. Tapi saat Bandung Bandawasa buat candi, Rara Jonggrang menggagalkan usaha Bandung Bandawasa. Bandung Bandawasa mengubah Rara Jonggrang jadi arca karena sudah menipunya. 5. Saran apa yang ingin kamu

kalau gambarnya berwarna lebih asyik bacanya

(67)

dalam cerita; siswa mengetahui sebab dan akibat yang terjadi dalam cerita tersebut.

4.1.4 Deskripsi Hasil Penilaian Media Komik

Media komik yang telah diproduksi dinilai oleh 3 (tiga) orang penilai, yaitu 2 (dua) orang guru dan 1 (satu) orang dosen PBSID USD. Guru kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta yaitu bapak P. Margono guru kelas IV A dan ibu MP. Prihatsari Aryani guru kelas IV B. Sedangkan dosen PBSID USD yaitu Drs. P. Hariyanto. Nilai yang diperoleh dari bapak P. Margono adalah 73, nilai yang diperoleh dari ibu MP. Prihatsari Aryani adalah 62, dan nilai yang diperoleh dari Drs. P. Hariyanto adalah 61. Dari ketiga penilai hanya ada satu saran yang disampaikan yaitu saran dari Drs. P. Hariyanto adalah cerita rakyatnya kurang muncul. Untuk mengetahui tingkat pencapaian media maka ketiga nilai yang diperoleh kemudian dijumlahkan, dibagi jumlah penilai, dan dikalikan 100% (seratus persen).

Tingkat Pencapaian Media = 1+ 2+ 3×100% N

X

X

X

Tingkat Pencapaian Media = 100% 3

62 73 61

× + +

Tingkat Pencapaian Media = 3 100% 196×

Tingkat Pencapaian Media = 65,3%⇒ 65%

4.1.5 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Membaca

(68)

lima) pertanyaan. Setiap jawaban yang benar mendapatkan skor 4 (empat) dan setiap jawaban yang salah mendapatkan skor 0 (nol). Media komik diujicobakan kepada 10 (sepuluh) siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta. Kesepuluh siswa tersebut dipilih dengan cara mengundi nomor absen siswa di setiap kelas IV, 5 (lima) orang siswa dipilih dari kelas IV A dan 5 (lima) orang siswa dipilih dari kelas IV B. Hasil yang diperoleh dari kesepuluh siswa tersebut ada di dalam tabel di bawah ini.

Tabel 28

Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Dari Sepuluh Subjek Uji Coba

No. Nama Siswa Nilai Siswa

1. Anom 96

2. Hendrycus Elananda 96

3. M. Nadya Gustavia 92

4. Lukas Megantara 92

5. R. Idayu Dwi Larasati 88

6. Anggun Saputri 76

7. R. Inggrid Delta Mia 56

8. Nikolas Alpin Setiawan 52

9. A. Venna T.P. 44

10. Maria Goreti Firman 44

X 736

Dari nilai yang diperoleh siswa kemudian dicari nilai rata-rata siswa dengan menggunakan rumus menurut Sugiyono (2005: 43).

(69)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pembahasan Hasil Analisis Kebutuhan Siswa

Analisis kebutuhan siswa adalah tahap pertama dalam rangkaian kegiatan penelitian ini. Tahap analisis kebutuhan siswa dibutuhkan dalam penelitian ini karena dalam penelitian pengembangan, peneliti perlu mengetahui terlebih dahulu minat dan kebutuhan subjek penelitiannya. Di bawah ini dipaparkan hasil analisis kebutuhan siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007.

Tabel 29

Hasil Analisis Kebutuhan Siswa

Kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007

No. Pertanyaan SS S BS TS STS Jumlah

siswa

1. Apakah kamu senang

membaca?

20 21 8 0 0 49

2. Apakah kamu senang membaca cerita?

23 22 4 0 0 49

3. Apakah kamu senang membaca cerita tentang pengetahuan?

26 14 6 3 0 49

4. Apakah kamu senang membaca cerita tentang keluarga?

16 15 12 4 2 49

5. Apakah kamu senang membaca cerita tentang kepahlawanan?

23 13 10 3 0 49

6. Apakah kamu senang membaca cerita tentang petualangan?

(70)

cerita bergambar dari Amerika?

15. Apakah kamu senang membaca cerita rakyat Indonesia?

15 20 10 4 0 49

16. Apakah kamu senang membaca cerita dongeng Indonesia?

20 14 10 5 0 49

17. Apakah kamu senang membaca cerita legenda Indonesia?

21 15 11 2 0 49

18. Apakah kamu senang membaca cerita mitos Indonesia?

STS : Sangat Tidak Senang

(71)

ditawarkan ternyata siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007 cenderung sangat senang dengan cerita dari negara Jepang, jumlah siswa yang sangat senang ada 29 siswa. Siswa yang senang dengan cerita rakyat Indonesia berjumlah 18 orang. Siswa yang senang membaca cerita rakyat Indonesia ada 20 orang. Dari tiga jenis cerita rakyat yang ada siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007 cenderung senang dengan cerita rakyat jenis legenda, jumlah siswa ada 21 orang.

(72)

4.2.2 Pembahasan Hasil Wawancara dengan Guru

Wawancara dengan guru merupakan tahap kedua dalam penelitian ini. Wawancara dengan guru dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan siswa dari pengamatan guru selama ini. Ada sebelas pertanyaan yang diajukan kepada guru. Kesebelas pertanyaan tersebut mengenai minat siswa, media pembelajaran membaca, materi membaca, tanggapan siswa saat disajikan materi cerita rakyat Indonesia. Data dari wawancara dengan guru diketahui siswa berminat dengan materi cerita rakyat. Media yang digunakan oleh guru adalah buku paket Bahasa Indonesia kelas IV. Guru pernah menyajikan materi cerita rakyat dalam pelajaran Bahasa Indonesia, seperti cerita Malin Kundang; Gunung Tangkuban Perahu; Asal-Usul Yogyakarta; dan Timun Mas. Tanggapan siswa terhadap materi cerita rakyat yang disajikan oleh guru terkadang positif terkadang negatif. Sedangkan tingkat pemahaman siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta bervariasi yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Hal tersebut dipengaruhi oleh media yang digunakan jika media cerita yang diberikan adalah cerita bergambar maka siswa cenderung memberikan tanggapan positif dengan aktif dalam menanggapi setiap kegiatan di dalam kelas dan tingkat pemahaman siswa akan cenderung tinggi. Berbeda jika media yang disajikan adalah media tanpa gambar atau minim gambar, siswa cenderung memberikan tanggapan negatif dengan ramai sendiri di dalam kelas dan tingkat pemahaman siswa cenderung rendah.

(73)

Bahasa Indonesia kelas IV, guru terkadang mendapatkan kesulitan dalam memberikan motivasi dan menarik perhatian siswa untuk memperhatikan pelajaran yang diberikan. Oleh sebab itu peneliti bermaksud menyajikan media pembelajaran membaca cerita rakyat berupa komik. Komik yang dihasilkan nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu media pembelajaran membaca pemahaman cerita rakyat.

4.2.3 Pembahasan Hasil Wawancara dengan Siswa

Wawancara dengan siswa dilakukan dua kali yaitu wawancara dengan siswa sebelum dilakukan uji coba media komik dan wawancara dengan siswa setelah dilakukan uji coba media komik. Wawancara dengan siswa sebelum kegiatan uji coba dilakukan terhadap 5 (lima) siswa kelas IV dengan mengajukan 13 (tiga belas) pertanyaan mengenai pengetahuan siswa tentang cerita rakyat Indonesia, mengenai minat siswa terhadap kegiatan membaca khususnya membaca cerita, mengenai pemahaman siswa terhadap cerita rakyat yang pernah diketahui siswa.

(74)

mengetahuinya. Siswa senang jika cerita rakyat Indonesia disajikan dalam bentuk komik karena menurut mereka akan lebih menarik dan mengasyikkan. Oleh sebab itu peneliti akan berusaha membuat komik cerita rakyat Indonesia yang menarik dan mengasyikkan sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007.

(75)

4.2.4 Pembahasan Hasil Penilaian Media Komik

Penilaian media komik dilakukan oleh 3 (tiga) penilai yaitu bapak P. Margono guru kelas IV A dan ibu MP. Prihatsari Aryani guru kelas IV B. Sedangkan dosen PBSID USD yaitu Drs. P. Hariyanto. Masing-masing penilai diberi lembar panduan penilaian, lembar penilaian media, dan media komik Rara Jonggrang yang telah dibuat. Di bawah ini adalah format lembar penilaian media komik Rara Jonggrang

Tabel 30

Lembar Penilaian Media Komik Rara Jonggrang

No. Butir Pernyataan 1 2 3 4 5 Saran

1. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 2. Kesesuaian dengan taraf berpikir siswa 3. Kesesuaian dengan karakteristik siswa 4. Kesesuaian dengan situasi dan kondisi

siswa

5. Kemudahan pemerolehan media 6. Keefektifan media

7. Keefesiensian media 8. Keterpahaman cerita 9. Alur cerita

10. Setting cerita yang digambarkan 11. Adegan-adegan yang digambarkan 12. Lambang-lambang yang digambarkan 13. Tokoh-tokoh yang digambarkan 14. Kejelasan gambar

15. Bahasa yang digunakan 16. Keautentikan media

17. Kemudahan penggunaan media 18. Pewarnaan pada gambar

19. Tampilan sampul cerita 20. Sinopsis cerita

Gambar

gambar 1Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Tabel  1Kisi-Kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan
Tabel 3Kisi-Kisi Penilaian Media
Tabel 4Kisi-Kisi Pertanyaan Tes Kemampuan Membaca Pemahaman
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Untuk program student exchange wajib mendaftar via ITS GE (namun ada beberapa kasus mendaftar via Dept), kesempatan short program sebagian besar via ITS GE khususnya

244.000.000,- (dua ratus empat puluh empat juta rupiah) dengan agunan Sertifikat tersebut sejak bulan April 2014 dan menunggak pembayaran sebanyak 5 (lima) bulan

Berdasarkan analisa data didapatkan bahwa dari 30 respon dan didapatkan pengetahuan masyarakat tentang tanaman obat keluarga sebagian besar berada pada katagori

Guna memberikan bekal yang lengkap dalam membuat desain pembelajaran IPS, maka kepada mahasiswa juga diberikan materi tentang taksonomi pembelajaran IPS, pendekatan

Menurut Connolly dan Begg ( 2005, p441 ), perancangan basisdata merupakan proses membangun sebuah model dari informasi yang diperoleh pada sebuah organisasi berdasarkan model

Dilihat dari sistem kewargaan (pekraman), masyakat Desa Tenganan Pegringsingan dikelompokkan atas kategori peran dan fungsinya di desa, seperti krama desa, krama

Komponen kelayakan isi memperoleh persentase sebesar 75.33%, hal ini dikarenakan keluasan materi yang sesuai dengan KI 3 KDnya, dalam modul cara membuat surat

Perkiraan yang dibuat biasanya perkiraan matematika, seperti menggunakan bentuk fungsional sederhana untuk fungsi atau mendapatkan solusi perkiraan untuk sebuah persamaan