PERPADUAN METODE PEMBELAJARAN AL-
QUR’AN
(STUDI ANALISIS TENTANG METODE AL BAGHDADI,
IQRO’, QIROATI, AT TARTIL, DAN TILAWATI)
DI TPQ AL GHOZALI NOBOREJO
ARGOMULYO SALATIGA
TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
Mufarohan
NIM : 111 11 008
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini telah tersusun untuk dipersembahkan kepada:
1.Orang tua tercinta Ayahanda Asmari Al Habsyi dan Ibunda tercinta Maerah yang telah berjuang mendidik, membimbing dan membesarkan ananda dengan penuh kasih sayang,
kesabaran, keikhlasan serta doa dan harapan beliau. Semoga
ayahanda dan ibunda selalu diberikan kesehatan, istiqomah dalam menjalani kehidulpan dan dilancarkan setiap urusan.
2.Calon suamiku Pawarto yang telah memotivasiku dan mendoakan dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita
disatukan dalam jalinan yang suci.
3.Adikku tercinta Muhamad Risael yang selalu mendorongku
dengan penuh semangat sehingga ananda termotivasi untuk berjuang keras segera menyelesaikan skripsi ini. Doa dan
harapan, agar adikku selalu berbakti kepada orang tua, dan bisa
sukses dunia akhirat.
4.Nenekku Tercinta Nasiyah yang selalu mendoakan setiap
langkahku. Semoga nenek selalu diberi kesehatan dan panjang umur.
MOTTO
ُهَمَّلَعَو َنآْرُقْلا َمَّلَعَت ْهَم ْمُكَلَضْفَأ َّنِإ
.
“Sesungguhnya
orang yang paling utama di
antara kalian adalah yang belajar Al-Qur`an dan
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Swt yang telah
memberikan rahmat, taufik, nikmat serta hidayahnya sehigga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada
junjungan Nabi Agung Muhammad Saw beserta para keluarga, sahabat dan para
pengikutnya yang selalu istiqomah di jalan-Nya. Yang telah menunjukan kita agama
yang benar dan menuntun kita dari zaman kebodohan hingga ke jaman yang penuh
dengan ilmu pengetahuan ini.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan,
dorongan, motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak yang terkait. Namun
kebahagiaan yang tiada taranya tidak dapat disembunyikan setelah penulisan skripsi
ini selesai. Oleh karena itu, tidak lupa penulis ucapkan banyak terimakasih
setulus-tulusnya atas terselesaikanya skripsi ini kepada:
1. Dr. H.Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga;
2. Suwardi M. Pd selaku dekan IAIN Salatiga;
3. Siti Rukhayati M. Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN
Salatiga;
4. M. Farid Abdullah, S.PdI., M. Hum. Selaku pembimbing akademik yang telah
5. Hj. Maslikhah, S.Ag.,M.Si selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan
memberikan bimbingan serta meluangkan waktu dan perhatian dalam penulisan
skripsi ini;
6. Dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman
dengan penuh kesungguhan dan kesabaran, serta bagian akademik IAIN Salatiga
yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis dan Seluruh Staff di
IAIN Salatiga.
7. Muhammad Yunus selaku kepala TPQ Al Ghozali yang telah memberikan saya
kesempatan untuk melakukan penelitian;
8. Teman-teman mengajar di PAUD TPQ Al Ghozali yang selalu mengajari saya
banyak hal;
9. Teman-teman baikku Astri Rahmawati, Afifah Muflihati, Thoni rohmad
Darmawan, Iis Syafa‟atul H, Ahmad sayfudin, Nanda Wahid Nugroho, Ahmad
Alfiyan Fakhroni yang selalu membantu dalam segala hal;
10.Santri-santri PAUD TPQ Al Ghozali yang selalu mengajarkan saya untuk jadi
orang yang lebih sabar;
11.Teman-teman seperjuangan organisasi Racana Kusuma Dilaga Woro Srikandi
yang memberikan motivasi untuk selalu berjuang menjadi insan yang melayani
dan pengabdi;
12.Semua pihak yang telah membantu demi lancarnya skripsi ini baik secara
Hanya rasa syukur yang dapat penulis haturkan kepada Allah Swt yang telah
memberikan anugrah-Nya dalam penyusunan skripsi ini, dengan demikian, akhirnya
penulis mengucapakan banyak terimakasih dan tentunya dalam penulisan atau
penyusunana skripsi ini masih banyak kekurangan. Maka penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca yang dermawan, serta
bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Amin
Salatiga, 15 Januari 2016
Peneliti
ABSTRAK
Mufarohan. 2015. Perpaduan Metode Pembelajaran al-Qur‟an (studi analisis
tentang metode al baghdadi, iqro‟, qiroati, at tartil, dan tilawati) di TPQ AL
GHOZALI Noborejo Argomulyo Salatiga Tahun 2015. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Maslikhah, S.Ag.,M.Si
Kata kunci; Perpaduan Metode dan Pembelajaran al-Quran
Al-Qur‟an merupakan petunjuk jalan hidup umat Islam untuk meraih sukses dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Rasulullah Saw menganjurkan pembelajaran al-Qur‟an dimulai sejak masa kanak-kanak karena pada masa itu terkandung potensi belajar yang sangat kuat dan besar. Salah satu kesulitan membaca al-Qur‟an bagi anak-anak karena ayat-ayatnya terdapat kalimat yang panjang sehingga mengakibatkan kurang lancar, bahkan tidak fasih dalam membaca. Maka bagi guru perlu menggunakan metode yang tepat dan efisien dalam mengajarkan membaca
al-Qur‟an. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode pembelajaran al-Qur‟an di TPQ Al Ghozali Noborejo 2015, faktor pendukung dalam menggunakan metode pembelajaran al-Qur‟an, faktor penghambat dalam menggunakan metode pembelajaran al-Qur‟an, solusi mengatasi hambatan dalam pembelajaran di TPQ Al Ghozali Noborejo 2015.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, maka kehadiran peneliti di kancah penelitian menjadi mutlak adanya. Penelitian ini dilakukan di TPQ Al Ghozali dengan informan ustadz/ustadzah TPQ. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer meliputi observasi dan wawancara. Sekunder meliputi dokumentasi.
3. Faktor Penghambat ... 27
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ... 86
B. Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Letak Geografis TPQ Al Ghozali ... 62
Tabel 1.2 Struktur Organisasi TPQ Al Ghozali ... 64
Tabel 1.3 Daftar Pendidik ... 65
Tabel 1.4 Daftar Informan ... 65
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Nota Penunjukan Pembimbing
Lampiran II tentang Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran III Ijin Penelitian
Lampiran IV Keterangan Penelitian
Lampiran V tentang Pedoman Wawancara
Lampiran V Hasil Wawancara
Lampiran VI tentang Dokumentasi
Lampiran VII tentang SKK
Lampiran VIII tentang Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Al-Qur‟an adalah kitab suci yang merupakan sumber utama ajaran Islam
dan menjadi petunjuk kehidupan manusia karena isinya mencakup segala pokok
ajaran agama yang disyariatkan Allah kepada manusia. Al-Qur‟an merupakan
petunjuk jalan hidup umat Islam untuk meraih sukses dalam kehidupan di dunia
dan akhirat. Umat Islam mempunyai tanggung jawab untuk melestarikan
eksistensi al-Qur‟an. Oleh karena itu, sebagai konsekuensi logisnya
umat Islam harus mempelajari, meyakini dan mengamalkan ajaran-ajaran yang
terkandung di dalam al-Qur‟an (Ratih, 2007:06). Pembelajaran al-Qur‟an yang
optimal akan melahirkan generasi Qur'ani yang mampu memakmurkan bumi
dengan al-Qur‟an dan menyelamatkan peradaban dunia di masa mendatang.
Syarat mutlak untuk memunculkan generasi Qur'ani adalah adanya pemahaman
terhadap al-Qur‟an yang diawali dengan mampu membaca al-Qur‟an dengan baik
dan benar sesuai dengan kaidah yang telah ditentukan.
Langkah awal untuk mencapai hal tersebut adalah umat Islam harus
mampu membaca dan menulis huruf-huruf al-Qur‟an. Kemampuan membaca dan
menulis al-Qur‟an tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelajaran al- Qur'an.
Oleh karena itu, dalam islam pembelajaran al-Qur‟an merupakan suatu kewajiban
Rasulullah Saw menegaskan kewajiban mendidik al-Qur‟an dalam hadits
nya:
)ئواربطلا هاور( نآرقلا تءارقو هتيب لآ بحو مكيبو بح : لاصخ ةثلاث ئلع مكدلاوأاوبدأ
“Didiklah anak-anakmu dalam tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintai
keluarga Nabi, dan membaca al-Qur‟an.” (HR. Thabrani).
adits tersebut menjelaskan bahwa di antara pendidikan dasar yang harus
diberikan kepada anak adalah membaca al-Qur‟an. Selain menyeru mendidik
anak membaca al-Qur‟an, Rasulullah Saw juga menekankan pentingnya mendidik
anak menulis huruf-huruf al-Qur‟an. Mengajari anak untuk membaca al-Qur‟an
merupakan salah satu bentuk pembekalan anak terhadap keimanan dan
pembelajaran serta pengenalan pedoman hidup manusia agama yang awal
mulanya dijalankan oleh para ulama terlebih dahulu sampai akhirnya secara
bertahap seluruh masyarakat mulai merasakan lezatnya iman di dalam jiwa
mereka disebabkan oleh al-Qur‟an (Hafizh, 2000:139).
Mengingat pentingnya pembelajaran al-Qur‟an, Rasulullah Saw
menganjurkan pembelajaran al-Qur‟an dimulai sejak masa kanak-kanak karena
pada masa itu terkandung potensi belajar yang sangat kuat dan besar. Anak akan
sangat peka menangkap sesuatu yang diperintahkan dan diajarkan sehingga
mudah menerima pelajaran-pelajaran yang diberikan. Namun masalahnya,
al-Qur‟an disampaikan dalam bahasa Arab dan tidak semua umat muslim di
terlebih dahulu harus bisa membaca huruf hijaiyyah dengan baik dan benar.
Untuk memudahkan anak mampu membaca dan menulis al-Qur‟an dengan baik
perlu digunakan metode dan strategi tertentu. Prinsip pengajaran al-Qur‟an pada
dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, yang semuanya
memiliki tujuan yang sama yaitu agar anak-anak dapat membaca al-Qur‟an
dengan baik dan benar. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan
dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek
penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya (Ruslan, 2003:24).
Proses metode belajar mengajar merupakan faktor yang sangat dominan
dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Seorang pendidik atau guru
diharapkan memiliki berbagai metode yang tepat serta kemampuan dalam
menggunakan metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Metode
pembelajaran al-Qur‟an pada hakikatnya adalah mengajarkan al-Qur‟an pada
anak yang merupakan suatu proses pengenalan al-Qur‟an tahap pertama dengan
tujuan agar siswa mengenal huruf sebagai tanda suara atau tanda bunyi.
Pengajaran membaca al-Qur‟an tidak dapat disamakan dengan pengajaran
membaca dan menulis di sekolah dasar, karena dalam pengajaran al-Qur‟an,
anak-anak belajar huruf dan kata-kata yang tidak mereka pahami artinya. Hal
penting dalam pembelajaran membaca al-Qur‟an adalah keterampilan membaca
Salah satu kesulitan membaca al-Qur‟an bagi anak-anak karena
ayat-ayatnya terdapat kalimat yang panjang sehingga mengakibatkan kurang lancar,
bahkan tidak fasih dalam membaca. Kesulitan tersebut diakibatkan karena pada
tingkat dasar belum sepenuhnya memahami ilmu tajwid, dan biasanya para guru
mengajarkan secara praktis, sehingga seringkali anak sekadar menghafal saja. Hal
tersebut di atas juga banyak dialami oleh peserta didik yang masih duduk di
bangku tingkat menengah. Maka bagi guru perlu menggunakan metode yang tepat
dan efisien dalam mengajarkan membaca al-Qur‟an.
Rendahnya motivasi siswa dalam belajar al-Qur‟an masih merupakan
salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan terutama dalam kemampuan
membaca al-Qur‟an. Salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi belajar Baca
Tulis al-Qur‟an adalah dengan penggunaan metode yang sesuai yang dapat
dilakukan oleh guru Baca Tulis al-Qur‟an (BTQ) dalam kelas. BTQ adalah bagian
materi Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar yang selama ini kurang
mendapat perhatian yang lebih besar, padahal banyak sekali masyarakat yang
mengeluh bahwa lulusan Madrasah Aliyah banyak yang belum dapat membaca
al-Qur‟an secara benar sesuai dengan ilmu tajwid. Hal ini juga didukung dengan
rendahnya prestasi BTQ santri, terutama pada materi membaca dan menulis huruf
hijaiyah yang sudah mulai dikenalkan pada tingkat dasar dan menengah.
Seharusnya ini menjadi kekhawatiran semua guru Agama Islam, karena
Akan sangat sulit sekali ketika anak tidak menguasai BTQ sejak dini untuk dapat
membaca al-Qur‟an secara baik dan benar. Kritikan dan keluhan masih sering
dilontarkan oleh masyarakat dan para orang tua siswa. Namun, dari beberapa
faktor tersebut, berdasarkan pengamatan awal yang peneliti lakukan terdapat
kecenderungan yang mengarah pada faktor metode pembelajaran yang harus
diperbaiki. Metode yang digunakan sebelumnya sebatas pada teori, peran aktif
siswa kurang diperhatikan, sehingga hasil pembelajaran BTQ belum maksimal.
Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana kemampuan membaca al-Qur‟an
peserta didik TPQ Al Ghozali Noborejo terutama dalam mempraktikkan bacaan
ayat-ayat al-Qur‟an yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan ilmu tajwid
maka diperlukan suatu penelitian ilmiah.
Observasi dan wawancara pendahuluan dengan santri dan ustadz/ustadzah
di TPQ Al Ghozali Noborejo memberikan informasi khususnya anak-anak yang
belum bisa membaca al-Qur‟an dengan lancar setelah mengikuti proses
pembelajaran di TPQ Al Ghozali dapat membaca al-Qur‟an baik dan benar. TPQ
Al Ghozali memiliki keunggulan pada proses pembelajaran al-Qur‟an dengan
metode yang bervariasi berupa perpaduan metode al-baghdadi dan iqro‟ dengan
prinsip bermain sambil belajar. Pembagian peserta didik juga dibagi berdasarkan
umur peserta didik dan kemampuan santri. TPQ Al Ghozali juga memberikan
materi keagamaan bagi santri dan orang tua. Dukungan orang tua wali cukup
Hambatan dalam pelaksanaan penggunaan metode bervariasi dan pembelajaran
bersama dengan orang tua dapat dijadikan sebagai motivasi untuk pengembangan
lembaga pendidikan di TPQ Al Ghozali Noborejo Argomulyo Salatiga.
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian tentang
“PERPADUAN METODE PEMBELAJARAN AL-QUR‟AN (STUDI
ANALISIS TENTANG METODE AL BAGHDADI, IQRO‟, QIROATI, AT
TARTIL, DAN TILAWATI) DI TPQ AL GHOZALI NOBOREJO
ARGOMULYO SALATIGA TAHUN 2015” jika penelitian ini dapat segera
dilakukan akan memberikan manfaat yang cukup signifikan bagi pengembangan
pendidikan Islam di pada TPQ di tempat lainnya.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang peneliti kemukakan di atas, maka yang menjadi
focus penelitian ini adalah perpaduan metode pengajaran Al-quran. Focus penelitian
dirinci dalam sejumlah pertanyaan di bawah ini:
1. Apa metode pembelajaran al-Qur‟an di TPQ Al Ghozali Noborejo Salatiga?
2. Apa faktor pendukung dalam menggunakan metode pembelajaran al-Qur‟an
di TPQ Al Ghozali Noborejo Salatiga?
3. Apa faktor penghambat dalam menggunakan metode pembelajaran al-Qur‟an
di TPQ Al Ghozali Noborejo Salatiga?
4. Bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam menggunakan metode
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian yang dirinci ke dalam sejumlah pertanyaan
tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui hasil penelitian peneliti menggunakan:
1. Metode pembelajaran al-Qur‟an di TPQ Al Ghozali Noborejo 2015;
2. Faktor pendukung dalam menggunakan metode pembelajaran al-Qur‟an di
TPQ Al Ghozali Noborejo 2015 ;
3. Faktor penghambat dalam menggunakan metode pembelajaran al-Qur‟an di
TPQ Al Ghozali Noborejo 2015;
4. Solusi mengatasi hambatan dalam pembelajaran di TPQ Al Ghozali Noborejo
2015.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapakan dapat memberikan konstribusi informasi
yang jelas mengenai metode pembelajaran baca tulis al-Qur‟an (BTQ) yang baik
terhadap santri. Dan metode tersebut dapat memberikan manfaat yang baik secara
teoritis maupun praktis, yaitu:
1. Secara Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dunia pustaka
2. Secara Praktis
a. Bagi Santri
Agar santri lebih bersemangat dalam belajar serta lebih dapat
mendalami lagi tentang pembelajaran al-Qur‟an.
b. Bagi Ustadz/ustadzah
Dengan adanya sistem pembelajaran al-Qur‟an yang tertata dengan
baik serta terlaksana dengan baik, ustadz/ustadzah lebih mampu
mengembangkan lagi kreativitasnya dalam melaksanakan pembelajaran.
E. Penegasan Istilah
1. Pengertian pembelajaran
Metode menurut Djamaluddin dan Abdullah Aly (1999:114) berasal
dari kata meta berarti melalui, dan hodos jalan. Jadi metode adalah jalan yang
harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Depag RI (2001:19) metode berarti
cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan
guna mencapai tujuan yang ditentukan. Poerwadarminta (1999:767)
metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
suatu maksud. Berdasarkan definisi di atas, peneliti dapat mengambil
kesimpulan bahwa metode merupakan jalan atau cara yang ditempuh
Mengajar adalah suatu usaha yang sangat komplkes, sehingga sulit
menentukan bagaimana sebenarnya mengajar yang baik. Metode adalah salah
satu alat untuk mencapai tujuan. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke
arah yang lebih baik (Darsono, 2000:24). Ahmadi (1997:52) berpendapat
metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar
yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain mengatakan
bahwa metode pembelajaran merupakan teknik penyajian yang dikuasai oleh
guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam
kelas, baik secara individual ataupun secara kelompok agar pelajaran itu dapat
diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.
Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S. Winataputra (2008)
menjelaskan tentang pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang
dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. UU
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas menyebutkan pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Jadi pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua
memahami proses inhern yang kompleks dari belajar.
Metode pembelajaran dalam penelitian ini adalah cara atau jalan yang
ditempuh oleh guru sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan
F. Metode Penelitian
Metode adalah pengetahuan tentang cara kerja atau berbgai cara.
Sedangkan penelitian adalah suatu cara yang dilakukan untuk memngetahui
pengetahuan baru melalui metode-metode ilmiyah.
Ketepatan dalam menggunakan metode adalah syarat utama untuk menuju
keberhasilan suatu penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah :
1. Pendeketan dan rancangan penelitian
Pendekatan dan rancangan penelitian ini, peneliti menggunakan
penelitian diskriptif kualitatif dipilihnya penelitian ini menggunakan metode
kualitatif agar dapat mengetahui apakah ada metode pembelajaran al-Qur‟an
di TPQ Al Ghozali Noborejo 2015.
2. Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi yang dijadikan penelitian ini adalah TPQ Al-Ghozali Noborejo
Salatiga, adapun waktu penelitiannya adalah tanggal 1 Juni 2015 sampai
3. Metode Penelitian
a. Metode observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data di mana peneliti
mengadakan pengamatan secara langsung (Arikunto, 2006:156). Untuk
melakukan observasi peneliti mengamati langsung situasi TPQ Al Ghozali
dan kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan dari pendapat di atas peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data dengan cara observasi langsung terhadap
ustadz/ustadzah maupun santri guna untuk menggumpulkan data yang
dibutuhkan peneliti. Seperti keadaan tempat belajar, situasi dalam belajar
mengajar, serta keadaan linggkungan sekitar.
b. Metode wawancara/interview
Wawancara yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan
mata (Arikunto,2010:199). Sedangakan menurut (Sutrisno Hadi,1987:206)
interview merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab
secara lisan antara dua orang atau lebih secara face to face. Teknik ini
digunakan untuk memperoleh informasi mengenai metode pembelajaran
Teknik pengumpulan data melalui wawancara dilakukan
terstruktur, terbuka,dan langsung kepada ustadz/ustadzah TPQ Al Ghozali
Noborejo Salatiga. Tersturktur artinya peneliti menggunakan pedoman
wawancara yang sudah disusun sesuai dengan bangunan teori yang ada.
Terbuka artinya informan dapat memberikan penjelasan sesui dengan
situasi dan kondisi yang dimiliki. Langsung artinya peneliti melakukan
wawancara secara langsung dengan infoman.
c. Metode Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengna cara
mencari data mengenai hal-hal atau fariabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, agenda (Arikunto,
2006:158-159). Gambaran umum TPQ Al Ghozali Noborejo seperti,
sejarah berdirinya TPQ, visi misi, keadaan guru dan siswa.
Metode dokumentasi ini digunakan untuk pengumpulan data
seperti foto-foto kegiatan pembelajaran di TPQ Al Ghozali Noborejo
Salatiga, serta berkenaan dengan catatan-catatan seperti daftar santri,
daftar Guru, profil TPQ, sejarah berdirinya TPQ Al Ghozali Noborejo
Salatiga secara langsung kepada pengelola TPQ Al Ghozali Noborejo
Salatiga.
Sistematika untuk memperjelas gambaran umum tentang skripsi ini yang
terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal bagian inti dan bagian akhir. Bagian
awal berisikan halaman sampul, lembar berlogo, halaman judul, lembar
persetujuan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, abstrak, kata
pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran. Sedangkan
bagian inti berisi tentang:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, fokus penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode
penelitian, serta sistematika penelitian.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Berisikan pembahasan tentang landasan teori yang mendalam tentang
metode pembelajaran Al-Qur‟an dan taman bacaan Al-Quran.
BAB III : PENGUMPULAN DATA
Berisikan tentang gambaran umum lokasi dan subjek penelitian yaitu :
a. Sejarah Berdirinya TPQ Al Ghozali Noborejo, profil TPQ Al Ghozali
Noborejo, Visi dan Misi TPQ Al Ghozali Noborejo, struktur
organisasi TPQ Al Ghozali Noborejo.
b. Penyajian data penelitian meliputi :
Data nama responden dan data hasil penelitian.
Berisikan tentang Analisis Diskriptif dan, Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V : PENUTUP
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Al-Qur’an
1. Pengertian Al-Qur‟an
Secara etimologi, al-Qur‟an berasal dari bahasa Arab dari akar kata
Qara‟a yang berarti membaca. Menurut al-Zarkani dalam buku sembuh dan
sehat dengan mukjizat al-Qur‟an karya Mustamir (2007:5) al-Qur‟an adalah
lafal yang diturunkan kepada nabi Muhammad mulai dari surat al-Fatihah
sampai dengan surat Annas. Al-Qur‟an adalah wahyu atau firman Allah Swt
untuk menjadi petunjuk dan pedoman bagi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Allah Swt, tidak ada satu kitab pun didunia ini yang lengkap dan
sempurna seperti halnya kitab al-Qur‟an (Mardiyo, 1999:23). Al-Qur‟an adalah
kalam Allah yang tiada tandingannya (mukjizat) diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw dengan perantara malaikat Jibril yang dimulai dengan surat
al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nash, ditulis dalam mushaf-mushaf yang
disampaikan secara mutawatir serta mempelajarinya merupakan ibadah
(Aminuddin, 1991:12). Al-Qur‟an adalah sumber agama Islam pertama dan
utama yang memuat firman-firman Allah, sama benar dengan yang disampaikan
oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sedikit demi sedikit selama 22
tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekah kemudian di Madinah (Ali,
-Qur‟an adalah bacaan yang maha sempurna dan maha mulia sehingga disebut
juga dengan al-Qur‟an al Karim. Nama lain dari kata ini adalah al Furqon, atau
kitab pembeda antara yang halal dengan yang haram, antara yang baik dengan
yang buruk, antara perintah yang wajib dan yang dilarang. Nama lain lagi
adalah Adzikkir (peringatan) bagi umat manusia agar selalu ingat kepada
Tuhan, ingat akan segala perintahnya dan segala larangannya. Al-Quran
diturunkan kepada umat manusia sebagai petunjuk didalam menjalankan
tugasnya sebagai kholifah dimuka bumi ini, sehingga al-Qur‟an di sebut juga al
Huda (kitab petunjuk). Selain dari petunjuk terdapat juga nasehat didalam
al-Qur‟an, sehingga dinamakan juga kitab Al Maui‟zhah. Al-Qur‟an juga
dinamakan dengan Assyifa karena dapat berfungsi sebagai obat atau penyembuh
bagi penyakit-penyakit yang menyesakkan dada (Wardhana, 2009:47).
Selajutnya kiranya perlu diketahui pula bahwa al-Qur‟an sebagai kitab
suci dan sebagai mukjizat nabi Muhammad Saw yang terbesar yang tidak ada
seseorang yang mampu membuat atau menulis yang sama seperti al-Qur‟an.
Pada mulanya seluruh manusia ini ditantang untuk membuat tandingan yang
serupa dengan al-Qur‟an, tetapi ternyata tak seorang pun yang mampu
melakukannya. Kemudian oleh al-Qur‟an mereka ditantang dengan yang lebih
sederhana, yaitu seluruh manusia ini diminta untuk membuat barang sepuluh
surat saja yang seperti al-Qur‟an baik fashohah maupun balaghohnya. Dan
akhirnya al-Qur‟an meminta kepada seluruh manusia untuk membuat satu surat
saja yang seperti al-Qur‟an. Dan ternyata, walaupun hanya satu surat tak
seorang pun yang bisa membuatnya. Andai kata diantara mereka ada yang
mampu membuatnya, maka sirnalah kemukjizatan al-Qur‟an itu. Tetapi karena
mereka gagal dan tidak mampu, maka akhirnya al-Qur‟an menyatakan kepada
seluruh umat manusia bahkan juga seluruh jin, sebagai berikut “katakanlah :
sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa
al-Qur‟an ini niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia,
sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.”
2. Fungsi Al-Qur‟an
Agar manusia dapat menjadi kholifah yang baik dimuka bumi ini,
dipelukan suatu pedoman atau petujuk yang menjamin manusia menuju kearah
kebaikan di dunia dan akhirat. Selama manusia mempercayai dan mau
menggunaka pedoman/petunjuk tersebut, insyaallah tujuan menjadi kholifah
yang baik akan tercapai.
Hal ini dimungkinkan apabila petunjuk/pedoman yang dimaksudkan
datangnya dari Alla Swt yang menciptakan langit dan bumi beserta segala
isinya petunjuk/pedoman tersebut tidak lain adalah al-Qur‟an alkarim, kitab suci
umat Islam yang memang merupakan Hudallinnas atau petunjuk bagi seluruh
sebagai hudallinnas adalah fungsi paling utama dari kitab suci al-Qur‟an.
Seperti ayat-ayat berikut ini yang mendukung pernyataan tersebut di atas
“Sesungguhnya kami menurunkan kitab (al-Qur‟an) dengan membawa
kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada
Nya.”(Q.S Al-An‟am ,6:115) dan
Fungsi al-Qur‟an yang merupakan hudallinnas/sebagai petunjuk bagi
umat manusia, adalah sesuai pula dengan nama-nama lain dari al-Qur‟an seperti
yang telah diuraikan dalam pembahasan di atas yang lebih melengkapi lagi
fungsi al-Qur‟an. Al-Qur‟an menjadi petunjuk bagi umat manusia, karena al
-Qur‟an menjadi pembeda anatara yang haq dan yang bathil, al-Qur‟an juga
merupakan peringatan bagi umat manusia agar ingat kepada sang pencipta,
al-Qur‟an banyak mengandung nasehat dan pelajaran yang berguna bagi
keterangan tentang ciptaan Allah yang ada dilangit dan dibumi agar menjadi
peringatan bagi manusia yang mau berfikir, al-Qur‟an selalu mengajak dalam
kebaikan dan menjauhi kejelekan.
3. Tujuan Al-Qur‟an
Tujuan diturunkannya al-Qur‟an adalah agar dapat menjadi pedoman
hidup manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup, baik didunia ataupun
diakhirat. Sementara Quraish shihab dalam buku wawasan al-Qur‟an
menyebutkan secara lebih rinci tentang tujuan diturunkan al-Qur‟an, antara lain:
a. Untuk membersihkan dan mensucikan jiwa dari segala bentuk syirik serta
memantapkan keyakinan tentang ke Esa-an Allah Saw yang sempurna.
b. Untuk mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, yakni bahwa umat
manusia merupakan umat yang seharusnya dapat bekerja sama dalam
pengabdian kepada Allah dan pelaksanaan tugas kekhalifahan.
c. Untuk menciptakan persatuan dan kesatuan, bukan saja antar suku dan
bangsa, tetapi kesatuan alam semesta, kesatuan kehidupan dunia dan akhirat,
natural dan supranatural, kesatuan ilmu, iman dan rasio, kesatuan kebenaran,
kesatuan kepribadian manusia, kesatuan kemerdekaan dan determinisme,
kesatuan sosial, politik ekonomi, dan kesemuanya berada di bawah satu
d. Untuk mengajak manusia berfikir dan bekerja sama dalam bidang kehidupan
bermasyarakat dan bernegara melalui musyawarah dan mufakat yang
dipimpin hikmah dan kebijaksanaa.
e. Untuk membasmi kemiskinan materiil dan spiritual, kebodohan, penyakit
dan penderitaan hidup, serta pemerasan manusia atas manusia lain dalam
bidang sosial, ekonomi, politik dan juga agama.
f. Untuk memadukan kebenaran dan keadilan dengan rahmat dan kasih sayang
dengan menjadikan keadilan sosial sebagai landasan pokok kehidupan
masyarakat manusia.
g. Untuk memberikan jalan tengah antara falsafah monopoli kapitalisme dengan
falsafah kolektif komunisme, menciptakan ummatan wasathan yang menyeru
kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
h. Untuk menekankan peranan ilmu dan teknologi, guna menciptakan suatu
peradaban yang sejalan dengan jati diri manusia dengan panduan Nur ilahi.
Muhammad Rasyid Ridha memerincikan bahwa tujuan al-Qur‟an dibagi
menjadi berikut:
a. Untuk menerangkan hakekat agama yang meliputi iman kepada Tuhan,
iman kepada hari akhir, dan amal-amal sholeh;
b. Menjelaskan masalah kenabian dan kerasulan serta tugas-tugas dan
c. Menjelaskan tentang Islam sebagai agama fitrahyang sesuai dengan akal
pikiran, sejalan dengan ilmu pengetahuan dan cocok dengan intuisi dan kata
hati;
d. Membina dan memperbaiki umat manusia dalam satu kesatuan yang
meliputi: kesatuan umat (kemanusiaan), agama, undang-undang,
persaudaraan, bangsa, hukum, dan bahasa;
e. Menjelaskan keistimewaan-keistimewaan Islam dalam hal pembebanan
kewajiban-kewajiban kepada manusia, seperti cakupannya yang luas
meliputi jasmani dan rohani, materiil dan spiritual, membawa kepada
kebahagiaan dunia akhirat, mudah dikerjakan, tidak memberatkan, dan
gampang dipahami;
f. Menjelaskan prinsip-prinsip dan dasar-dasar berpolitik dan bernegara;
g. Menata kahidupan materiil (harta);
h. Memberi pedoman umum mengenai perang dan cara-cara memperthankan
diri dari agresi dan intervensi musuh;
i. Mengatur dan memberikan kepada wanita hak-hak mereka dalam bidang
agama, sosial, dan kemanusiaan pada umumnya;
j. Memberikan petunjuk-petunjuk dalam halpembebasan dan pemerdekaan
budak.
B. Pendidikan dan Pengajaran
Istilah pendidikan sering kali tumpang tindih dengan istilah
pengajaran. Oleh karena itu, tidak heran jika pendidikan terkadang juga
dikatakan pengajaran atau sebaliknya, pengajaran disebut sebagai pendidikan
(Roqib, 2009:13). Ini adalah sesuatu yang rancu, sebagaimana orang sering
keliru memahami istilah sekolah dan belajar. Belajar dikatakan identik dengan
sekolah, padahal sekolah hanyalah salah satu dari tempt belajar bagi peserta
didik. Belajar merupakan bagian dari proses pendidikan yang mencakup
totalitas keunggulan kemanusiaan sebagai hamba dan pemakmur
alam/kholifah agar senantiasa bersahabat dan memberikan kemanfaatan untuk
kehidupan bersama.
Belajar/sekolah sama-sama bermakna mencari ilmu yang merupakan
bagian penting dari proses pendidikan yang pada intinya adalah transfer ilmu
dan nilai moral. Ilmu berasal dari bahasa Arab „alima kata ilmu ini biasanya
digabung dengan kata pengetahuan sehingga menjadi ilmi pengetahuan. Ilmu
menurut terminologi diartikan sebagai keyakinan yang mantap dan sesuai
dengan fakta empirisnya, atau hasil gambaran berdasarkan rasio.
Pendidikan dalam bahasa arab bisa disebut dengan istilah tarbiyah
yang berasal dari kata kerja rabba, sedangkan pengajaran dalam bahasa arab
disebut dengan taklim yang berasal dari kata kerja „allama. Pendidikan dalam
konteks ini terkait dengan gerak dinamis, positif dan kontinyu atau berlanjut,
terpuji. Aktifitas individu tersebut meliputi pengembangan kecerdasan pikir
(rasio, kognitif), dzikir (efektif, rasa, hati, spiritual), dan keterampilan fisik
(psikomotorik).
Ilmu pendidikan berisi tentang teori pendidikan sekaligus data dan
penjelasa yang mendukukng teori tersebut. Dengan demikian, ilmu
pendidikan adalah teori-teori pendidikan yang didasarkan pada konsep dasar
pendidikan yang diambil dari penelaahan terhadap al-Qur‟an hadis dan teori
-teori keilmuan lain, yang ditelaah dan dikontruksikan secara integrative oleh
intelektual untuk menjadi sebuah bangunan teori-teori kependidikan yang bisa
dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
2. Faktor pendukung
Faktor yang mendukung pembelajaran antara lain:
a. Kurikulum
Sebuah kelas tidak boleh sekedar diartikan sebagai tempat siswa
berkumpul untuk mempelajari sejumlah ilmu pengetahuan. Demikian juga
sebuah sekolah bukanlah sekedar sebuah gedung tempat murid mencari
dan mendapatkan ilmu pengetahuan. Sekolah dan kelas diselenggarakan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mendidik anak-anak yang
tidak hanya harus didewasakan dari segi intelektualitasnya saja, akan
tetapi dalam seluruh aspek kepribadiannya. Untuk itu bagi setiap tingkat
kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dalam perkembangannya.
Kurikulum yang dipergunakan di sekolah sangat besar pengaruhnya
terhadap aktifitas kelas dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang
berdaya guna bagi pembentukan pribadi siswa. (Syaiful, 2011:180)
Sekolah yang kurikulumnya dirancang secara tradisional akan
mengakibatkan aktifitas kelas akan berlangsung secara statis. Sedangkan
sekolah yang diselenggarakan dengan kurikulum modern pada dasarnya
akan mampu menyelenggarakan kelas yang bersifat dinamis. Kedua
kurikulum di atas kurang serasi dengan kondisi masyarakat Indonesia
yang memiliki pandangan hidup Pancasila. Di satu pihak kurikulum
tradisional yang berpusat pada guru akan diwarnai dengan sikap otoriter
yang mematikan inisiatif dan kreatifitas murid. Di pihak lain kurikulum
modern yang menekankan kebebasan atas dasar demokrasi liberal
sehingga tidak memungkinkan diselenggarakan secara efektif kegiatan
belajar secara klasikal untuk pengembangan pribadi sebagai makhluk
sosial dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu diperlukan
usaha untuk mengintregasikan kedua kurikulum tersebut dalam kehidupan
lembaga formal di Indonesia agar serasi dengan kebutuhan dan dinamika
masyarakat. Kurikulum harus dirancangkan sebagai pengalaman edukatif
mencapai tujuan pendidikannya, yang diselenggarakan secara berencana,
sistematik, dan terarah serta terorganisir
b. Sarana dan Fasilitas
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah
misalnya sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnyakegiatan
belajar mengajar di sekolah (Syaiful, 2011:183). Akan tetapi karena
kurikulum selalu dapat berubah sedang ruangan atau gedung bersifat
permanen, maka diperlukan kreatifitas dalam mengatur pendayagunaan
ruang/gedung. Sekolah yang mempergunakan kurikulum tradisional
pengaturan ruangan bersifat sederhana karena kegiatan belajar mengajar
diselenggarakan di kelas yang tetap untuk sejumlah murid yang sama
tingkatannya. Sekolah yang mempergunakan kurikulum modern, ruangan
kelas diatur menurut jenis kegiatan berdasarkan program-progam yang
telah dikelompokkan secara integrated. Sedangkan sekolah yang
mempergunakan kurikulum gabungan pada umumnya ruangan kelas
masih diatur menurut keperluan kelompok murid sebagai suatu kesatuan
menurut jenjang dan pengelompokan kelas secara permanen.
c. Guru
Program kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi
kegiatan. Untuk itu peranan guru sangat menentukan karena
suatu kelas. Guru adalah seseorang yang ditugasi mengajar sepenuhnya
tanpa campur tangan orang lain (Rusyan, 1991: 135). Setiap guru harus
memahami fungsinya karena sangat besar pengaruhnya terhadap cara
bertindak dan berbuat dalam menunaikan pekerjaan sehari-hari di kelas
dan di masyarakat. Guru yang memahami kedudukan dan fungsinya
sebagai pendidik profesional, selalu terdorong untuk tumbuh dan
berkembang sebagai perwujudan perasaan dan sikap tidak puas terhadap
pendidikan. Persiapan yang harus diikuti, sejalan dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Nawawi, 1989: 121).
d. Anak Didik
Anak didik merupakan subjek utama dalam mewujudkan proses
belajar mengajar yang efektif (Syaiful, 2011:80). Anak didik adalah
anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang, dan secara psikologis dalam
rangka mencapai tujuan pendidikannya melalui lembaga pendidikan
formal, khususnya berupa sekolah. Anak didik sebagai unsur kelas
memiliki perasaan kebersamaan yang sangat penting artinya bagi
terciptanya situasi kelas yang dinamis. Setiap murid memiliki perasaan
diterima (membership) terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam
kegiatan kelas. Perasaan diterima itu akan menentukan sikap bertanggung
jawab terhadap kelas yang secara langsung berpengaruh pada
e. Dinamika Kelas
Kelas adalah kelompok sosial yang dinamis yang harus dipergunakan
oleh setiap guru kelas untuk kepentingan murid dalam proses
kependidikannya. Dinamika kelas pada dasarnya berarti kondisi kelas
yang diliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan
melalui kreativitas dan inisiatif murid sebagai suatu kelompok. Untuk itu
setiap wali atau guru kelas harus berusaha menyalurkan berbagai saran,
pendapat, gagasan, keterampilan, potensi dan energi yang dimiliki murid
menjadi kegiatan-kegiatan yang berguna.
Dengan demikian kelas tidak akan berlangsung secara statis, rutin
dan membosankan. Kreativitas dan inisiatif yang baik perwujudannya
tidak sekedar terbatas didalam kelas sendiri, tetapi mungkin pula
dilaksanakan bersama kelas-kelas yang lain atau oleh seluruh kelas. Setiap
kelas harus dilihat dari dua segi. Pertama, kelas sebagai satu unit atau satu
kesatuan utuh yang dapat mewujudkan kegiatan berdasarkan program
masing-masing. Kedua, kelas merupakan unit yang menjadi bagian dari
sekolah sebagai suatu organisasi kerja atau sebagai subsistem dari satu
total sistem. Kedua sudut pandang itu harus sejalan dalam arti semua
kegiatan kelas yang dapat ditingkatkan menjadi kegiatan sekolah harus
dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi semua murid.
Peran orang tua terhadap prestasi anak pendidikan mempunyai
tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Masalah
yang dihadapi dunia pendidikan itu sangat luas pertama sifat sasarannya
yaitu manusia sebagai makhluk misteri, kedua karena usaha pendidikan
harus mengantisipasi hari depan yang tidak segenap seginya terjangkau
oleh kemampuan daya ramal manusia. Peran serta adalah ikut
berupayanya orang tua terhadap kemajuan pendidikan anak-anaknya, ini
dilakukan agar prestasi dan semangat belajar anak-anaknya meningkat.
Peran serta ini dapat dilakukan langsung ataupun tidak langsung
(Mulyono, 2010:104). Dalam peningkatan prestasi belajar anak saat ini
orang tua banyak melakukan terobosan-terobosan, antara lain dengan
menyekolahkan anak ke sekolah-sekolah favorit, memasukan anak ke
lembaga-lembaga kursus, serta memberikan les tambahan kepada anak.
Orang tua yang peduli terhadap kemajuan anaknya akan berusaha
memberikan apa yang terbaik bagi anak-anak mereka, memberikan segala
fasilitas yang diinginkan guna mencapai prestasi anak yang semaksimal
mungkin. Berbeda dengan orang tua yang kurang peduli dengan
perkembangan dan prestasi anak, mereka cenderung masa bodoh,
mengandalkan pendidikan hanya pada sekolah semata sementara perhatian
dari orang tua kurang atau bahkan tidak sama sekali.
Faktor penghambat itu bisa datang dari guru sendiri, dari peserta
didik, lingkungan keluarga ataupun karena faktor fasilitas (Nawawi,
1989:130).
a. Guru
Guru sebagai seorang pendidik, tentunya ia juga mempunyai banyak
kekurangan. Kekurangan-kekurangan itu bisa menjadi penyebab
terhambatnya kreatifitas pada diri guru tersebut. Diantaranya ialah:
1) Tipe kepemimpinan guru
Tipe kepemimpinan guru dalam proses belajar mengajar yang
otoriter dan kurang demokratis akan menimbulkan sikap pasif peserta
didik. Sikap peserta didik ini merupakan sumber masalah pengelolaan
kelas (Rohani dan Ahmadi, 1991:151).
Siswa hanya duduk rapi mendengarkan dan berusaha
memahami kaidah-kaidah pelajaran yang diberikan guru tanpa
diberikan kesempatan untuk berinisiatif dan mengembangkan
kreativitas dan daya nalarnya (Masnur dkk, 1987:109).
2) Gaya guru yang monoton
Gaya guru yang monoton akan menimbulkan kebosanan bagi
peserta didik, baik berupa ucapak ketika menerangkan pelajaran
ataupun tindakan. Ucapan guru dapat mempengaruhi motivasi siswa.
Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersifat hangat,
adil, obyektif dan bersifat fleksibel sehingga terbina suasana
emosional yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar.
Artinya guru menciptakan suasana akrab dengan anak didik dengan
selalu menunjukan antusias pada tugas serta pada kreativitas semua
anak didik tanpa pandang bulu.
4) Pengetahuan guru
Terbatasnya pengetahuan guru terutama masalah pengelolaan
dan pendekatan pengelolaan, baik yang sifatnya teoritis maupun
pengalaman praktis, sudah barang tentu akan menghambat perwujudan
pengelolaan kelas dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu,
pengetahuan guru tentang pengelolaan kelas sangat diperlukan
(Wijaya dan Rusyan, 1994:136).
5) Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku peserta
didik dan latar belakangnya
Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku
peserta didik dan latar belakangnya dapat disebabkan karena
kurangnya usaha guru untuk dengan sengaja memahami peserta didik
dan latar belakangnya. Karena pengelolaan pusat belajar harus
disesuaikan dengan minat, perhatian dan bakat para siswa, maka siswa
memerlukan pengelolaan secara khusus menurut kemampuannya.
Semua hal diatas member petunjuk kepada guru bahwa dalam proses
belajar mengajar diperlukan pemahaman awal tentang perbedaan
siswa satu sama lain (Wijaya dan Rusyan, 1994:136).
b. Peserta didik
Peserta didik dalam kelas dapat dianggap sebagai seorang individu
dalam suatu masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Mereka harus tahu
hak-haknya sebagai bagian dari suatu kesatuan masyarakat disamping
mereka juga harus tahu akan kewajibannya dan keharusan menghormati
hak-hak orang lain dan teman-teman sekelasnya. Oleh karena itu,
diperlukan kesadaran yang tinggi dari peserta didik akan hak serta
kewajibannya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
1) Keluarga
Tingkah laku peserta didik didalam kelas merupakan
pencerminan keadaan keluarganya. Sikap otoriter dari orang tua akan
tercermin dari tingkah laku peserta didik yang agresif dan apatis.
Problem klasik yang dihadapi guru memang banyak yang berasal dari
lingkungan keluarga. Kebiasaan yang kurang baik dari lingkungan
keluarga seperti tidak tertib, tidak patuh pada disiplin, kebebasan yang
berlebihan atau terlampau terkekang merupakan latar belakang yang
2) Fasilitas
Fasilitas yang ada merupakan faktor penting upaya guru
memaksimalkan programnya, fasilitas yang kurang lengkap akan
menjadi kendala yang berarti bagi seorang guru dalam beraktifitas.
Kendala tersebut ialah:
a) Jumlah peserta didik didalam kelas yang sangat banyak;
b) Besar atau kecilnya suatu ruangan kelas yang tidak sebanding
dengan jumlah siwa;
c) Keterbatasan alat penunjang mata pelajaran (Rohani dan Ahmadi,
1992: 152-154).
4. Upaya Mengatasi Hambatan
a. Reward
Bagi orang tua yang bingung tentang cara membujuk buah hatinya agar
mau belajar, reward adalah cara yang cukup ampuh. Anda dapat
menawarkan hadiah jika sang anak berhasil meraih nilai yang baik
dikelas. Dengan begitu anak akan menjadi lebih bersemangat dan tidak
malas belajar lagi.
b. Damping anak belajar
Mendampingi nak ketika anak akan menjadi merasa lebih diperhatikan
oleh orang tuanya. Hal ini akan mempengaruhi psikologi anak dan
anak dengan penuh kesabaran dan ciptakan suasana menyenangkan agar
tidak membosankan.
c. Jadilah orang tua yang sabar dan tidak emosional
Ketika mengajarkan seorang anak untuk menyelsaikan tugas sekolahnya,
jangan memarahinya.
d. Belilah buku dengan hiasan yang menarik
Belilah buku-buku yang dapat menggugah selera belajar anak. Misalnya,
jika buah hati anda menyukai tokoh kartun spiderman. Maka yang perlu
anda lakukan adalah membeli perlengkapan sekolah dengan motif tokoh
kartun tersebut, dengan bagitu anak akan tergugah untuk belajar.
e. Ciptakan suasana sambil belajar
Untuk mencegah kebosanan dan mencuri waktu bermain untuk belajar.
Sebagai contoh kebosanan dan mencuri waktu bermain anak untuk belajar.
f. Game edukasi
Bagi anak yang fanatik dengan game, anda dapat mengunduh berbagai
jenis game edukasi saat ini dengan memanipulasi belajar dalam versi
game.
C. Metode-Metode Pembelajaran Al-Qur’an
1. Metode Pembelajaran Al-Baghdadi
Metode al Baghdadi adalah metode pembelajaran al-Qur‟an dengan
cara di eja per hurufnya. Kaedah ini juga dikenal dengan kaedah sebutan
“eja” atau latih tubi, tidak diketahui pasti siapa pengasasnya.
b. Sejarah Metode Al-Baghdadi
Kaedah ini merupakan kaedah yang paling lama dan meluas
digunakan di seluruh dunia. Metode ini dipercayai berasal dari Baghdad,
ibu Negara Iraq dan diperkenalkan di Indonesia seiring dengan kedatangan
saudagar dari Arab dan India yang singgah di Kepulauan Indonesia
(Zainul, 2008). Menurut (Komari, 2008) menjelaskan kaedah ini sudah
bermula dari pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah dan di Indonesia
kaedah tersebut telah diperkenalkan pada awal tahun 1930 an sebelum
kemerdekaan.
c. Perkembangan Metode Al-Baghdadi
Pengajian anak-anak dari waktu ke waktu, dari generasi ke
generasi, terus menyebar dalam jumlah besar merata di seluruh pelosok
tanah air. Berkat pengajian anak-anaklah maka kemudian umat Islam, dari
generasi ke generasi berikutnya, mampu membaca al-Qur‟an dan
mengetahui dasar-dasar keIslaman, namun seiring dengan perkembangan
zaman dan kemajuan iptek, sistem pengajian “tradisional” dan metode
pembelajaran dengan kaidah Baghdadiyah yang demikian jadi kurang
duduk setengah jam di depan guru ngaji. Akibatnya, harus dibutuhkan
waktu 2-5 tahun untuk bisa memiliki kemampuan membaca al-Qur‟an
(Yunus, 1979: 35). Akibat lebih lanjut adalah semakin banyak terlihat
anak-anak muda Islam yang tidak memiliki kemampuan membaca
al-Qur‟an.
Keprihatinan ini ternyata mendorong banyak ahli untuk mencari
berbagai solusi pemecahannya. Maka sejak tahun 1980-an di Indonesia
bermunculan ide-ide dan usaha untuk melakukan pembaruan sistem dan
metode pembelajaran membaca al-Qur‟an ini. Tokoh pembaru yang cukup
menonjol adalah KH. As‟ad Humam dari Kotagede Yogyakarta yang telah
tekun menulis dan menyusun buku Iqro‟, cara cepat belajar membaca al
-Qur‟an, yang kemudian lebih dikenal sebagai “Metode Iqro”.
d. Teknik Pengajaran Metode Al Baghdadi
Cara mengajarkannya dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf
hijaiyah, kemudian tanda-tanda bacanya dengan dieja/diurai secara pelan.
Setelah menguasai barulah diajarkan membaca QS. Fatihah, an-Nas,
al-Falaq, al-Ikhlas, dan seterusnya. Setelah selesai Juz „Amma, maka dimulai
membaca al-Qur‟an pada mushaf, dimulai juz pertama sampai tamat.
Metode ini ternyata, menurut informasi berbagai pihak, telah sanggup
membawa anak-anak lebih mudah dan lebih cepat dalam belajar membaca
e. Faktor Pendukung
a) Santri akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan materi,
santri sudah hafal huruf-huruf hijaiyah;
b) Santri yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi selanjutnya
karena tidak menunggu orang lain.
f. Faktor Penghambat
a) Membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal huruf hijaiyah
dahulu dan harus dieja;
b) Santri kurang aktif karena harus mengikuti ustadz-ustadznya dalam
membaca;
c) Kurang variatif karena menggunakan satu jilid saja.
2. Metode Pembelajaran Qiro‟ati
a. Pengertian Metode Qiro‟ati
Metode belajar qiroa‟ati adalah metode membaca al-Qur‟an
dengan menyebutkan huruf maupun mengucapkan bentuk bacaannya yang
berbeda-beda menurut para ahli qiraat dan masing-masing mengakui
keabsahan bacaan itu (Faizah, 2008:132).
b. Tujuan metode qiraati :
1) Menjaga dan memelihara kehormatan dan kesucian al-Qur‟an (dari
2) Menyebarkan Ilmu Bacaan al-Qur‟an yang benar dengan cara yang
benar;
3) Mengingatkan para guru al-Qur‟an agar berhati-hati dalam
mengajarkan Al-Qur‟an;
4) Meningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran al-Qur‟an.
c. Prinsip –prinsip dasar Qiro‟ati :
1) Tiwagas (teliti, waspada dan tegas);
2) Daktun (tidak boleh menuntun);
3) CBSA : Cara belajar santri aktif;
4) LCTB : Lancar cepat tepat dan benar.
d. Dalam mengajarkan metode qiro‟ati ada I sampai VI yaitu:
1) Jilid I
Jilid I adalah kunci keberhasilan dalam belajar membaca
al-Qur‟an. Apabila Jilid I lancar pada jilid selanjutnya akan lancar pula,
guru harus memperhatikan kecepatan santri.
2) Jilid II
Jilid II adalah lanjutan dari Jilid I yang disini telah terpenuhi
target Jilid I.
3) Jilid III
Jilid III adalah setiap pokok bahasan lebih ditekankan pada
4) Jilid IV
Jilid ini merupakan kunci keberhasilan dalam bacaan tartil dan
bertajwid.
5) Jilid V
Jilid V ini lanjutan dari Jilid IV. Disini diharapkan sudah harus
mampu membaca dengan baik dan benar
6) Jilid VI
Jilid ini adalah jilid yang terakhir yang kemudian dilanjutkan
dengan pelajaran Juz 27.
e. Metode ini memiliki Faktor penghambat dan pendukung, yaitu:
1) Faktor penghmbat
Bagi yang tidak lancar lulusnya juga akan lama karena metode
ini lulusnya tidak ditentukan oleh bulan/tahun.
2) Fator Pendukung
Siswa walaupun belum mengenal tajwid tetapi sudah bisa
membaca al-Qur‟an secara tajwid. Karena belajar ilmu tajwid itu
hukumnya fardlu kifayah sedangkan membaca al-Qur‟an dengan
tajwidnya itu fardlu ain.
Metode pembelajaran qiroati seperti ini terdapat prinsip untuk guru
Jika santri sudah lulus 6 Jilid beserta ghoribnya, maka ditest bacaannya
kemudian setelah itu santri mendapatkan syahadah jika lulus test.
3. Metode Pembelajaran Iqro‟
a. Pengertian metode iqro‟
Metode iqro‟ adalah suatu metode membaca al-Qur‟an yang
menekankan langsung pada latihan membaca(Abdullah, 2009:32). Adapun
buku panduan iqro‟ terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang
sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.
Metode iqro‟ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang
bermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf
al-Qur‟an dengan fasih). Bacaan langsung tanpa dieja. Artinya diperkenalkan
nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) dan
lebih bersifat individual.
b. Sejarah metode iqro‟
Metode pembelajaran ini pertama kali disusun oleh H. As‟ad
Humam di Yogyakarta. Buku metode Iqro‟ ini disusun/dicetak dalam
enam jilid sekali. Di mana dalam setiap jilidnya terdapat petunjuk
mengajar dengan tujuan untuk memudahkan setiap peserta didik (santri)
yang akan menggunakannya, maupun ustadz/ustadzah yang akan
menerapkan metode tersebut kepada santrinya. Metode iqro‟ ini termasuk
metode ini sudah umum digunakan ditengah-tengah masayarakat
Indonesia.
c. Sejarah Perkembangan Metode Iqro‟
Sebelum K.H. As‟ad Humam meluncurkan metode Iqro‟ memang
sudah ada metode membaca al-Qur‟an yang dimanfaatkan oleh umat
Islam Indonesia antara lain dalam metode Juz Amma, metode al-Banjary,
metode al-Barqy dan banyak metode lainnya. K.H. As‟ad Humam dalam
menyusun karyanya ini juga berdasarkan metode yang sudah ada
sebelumnya. Tetapi begitu metode Iqro‟ muncul, sekitar tahun 1988
langsung mendapat sambutan hangat masyarakat. Sebab metode yang
digunakan juga praktis dan membuat anak kecil bisa cepat menbaca
al-Qur‟an dengan fasih dan tartil, padahal sebelumnya anak-anak seusia TK
umumnya belum bisa membaca al-Qur‟an.
Metode Iqro‟ memang sudah diakui dan dimanfaatkan banyak
orang. Pemerintah sendiri juga telah menganugrahkan penghargaan
kepada K. H. As‟ad Humam atas hasil karyanya ini. Tahun 1991 Mentri
Agama RI (waktu H. Munawir Sjadzali MA. Menjadikan TKA /TPA yang
didiriakn K. H. As‟ad Humam di kampung Selokraman Kotagede Yogya
sebagai balaii litbang LPTQ Nasional, yang berfungsi sebagai Balai
Metode iqro dari waktu kewaktu semakin memasyarakat. Bukan
saja masyarakat sekitar yang memanfaatkannya, tetapi merembet
masyarakat pelosok di DIY, berbagai daerah di luar DIY, bahkan akhirnya
merembet ke seluruh Indonesia. Yang mempermudah persebaran metode
ini antara lain karena keihklasan K.H. As‟ad Humam dan para anak
buahnya di sekretariat Team Tadarus AMM Kota Gede, yang merupakan
markas dan cikal bakal TKA/TPA sebagai realisasi pengajaran metode
Iqro terhadap masyarakat yang datang dan ingin memanfaatkan metode
ini.
d. Teknik pembelajaran metode iqro‟
Metode Iqro‟ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang
memikat perhatian anak TK Al-Qur‟an. Selain itu, didalam masing
-masing jilid dari buku panduan Iqro‟ ini sudah dilengkapi dengan
bagaimana cara membaca dan petunjuk mengajarkan kepada santri. Ada
10 macam sifat-sifat buku Iqro‟ yaitu, bacaan langsung, CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif), privat, modul, asistensi, praktis, sistematis,
variatif, komunikatif, dan fleksibel. Bentuk-bentuk pengajaran dengan
metode iqro‟ antara lain, TK al-Qur‟an, TP al-Qur‟an, digunakan pada
pengajian anak-anak di masjid/musholla, menjadi materi dalam kursus
baca tulis al-Qur‟an, menjadi program ekstra kurikuler sekolah,
e. Faktor Pendukung adalah:
1) Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan
santri yang dituntut aktif;
2) Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara
bersama) privat, maupun cara eksistensi (santri yang lebih tinggi
jilid-nya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid rendah);
3) Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan
benar guru dapat memberikan sanjungan, perhatian dan
peng-hargaan;
4) Bila ada santri yang sama tingkat pelajaran-nya, boleh dengan sistem
tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang lainnya
menyimak.
f. Faktor Penghambat sebagai berikut:
1) Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan sejak dini;
2) Tak ada media belajar;
3) Tak dianjurkan menggunakan irama murottal.
4. Metode Pembelajaran At–Tartil
a. Pengertian
Metode Tartil merupakan salah satu metode pembelajaran
al-Qur‟an yang lebih praktis dan lebih cepat untuk membantu murid/pelajar
disertai dengan lagu-lagu tartil yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah
ilmu tajwid.
b. Sejarah Perkembangan Metode Tartil
Metode ini diperkenalkan oleh Hj. Gazali, S.MIQ, M.A (Pensarah
Ilmu Al-Qur‟an Sekolah Tinggi Agama Islam, Pengembangan Ilmu Al
-Qur‟an “STAI-PIQ” Negeri Sumatera Barat, Indonesia) pada tahun 1998.
Pada mulanya metode ini diberi nama “ Metode Cepat dan Praktis
Membaca Al-Qur‟an.”
Metode ini terdiri dari dua, yaitu Tartil I dan Tartil II. Tartil I
adalah untuk memandu murid/pelajar mengenali huruf, membaca huruf
berbaris satu, sukun, musyaddah dan tanwin. Tartil II adalah untuk
memandu murid/pelajar mempelajari mad, ghunnah, dan waqaf wal
ibtida‟.
Pembelajaran dilakukan setiap hari (satu kali pertemuan 1 Jam),
murid/pelajar hanya memerlukan masa empat bulan untuk mempelajari
kedua siri metode tartil tersebut. Proses pembelajarannya mengaktifkan
peserta didik dalam membaca al-Qur‟an dan disertai dengan lagu-lagu
tartil yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid.
c. Pembelajaran al-Qur‟an dengan Metode Tartil:
Pembelajaran al-Quran dengan metode tartil ini biasanya
1) Pembelajaran al-Quran dilakukan oleh ustadz/ustadzah yang sudah
mendapatkan syahadah mengajar terlebih dahulu dari Biro TPQ.
Sedangkan dalam penerapan metode at-Tartil ini dalam setiap Jilidnya
terdapat materi pelajaran dan cara mengajarkannya, selain itu juga
terdapat pokok-pokok pelajaran di setiap jilidnya dan dengan
menggunakan strategi klasikal dan privat individual sebagai
evaluasinya.
2) Kedua, upaya yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan
pembelajaran baca tulis al-Qur‟an adalah dengan adanya pembinaan
dan penataran secara berkelanjutan yang dilakukan oleh Biro TPQ.
Dalam bacaan at-Tartil akan dinilai setiap hari dan dicatat hasilnya
pada evaluasi harian oleh gurunya masing-masing agar diperhatikan
oleh orang tuanya di rumah. Diadakannya imtihan setiap tahun dan
diadakannya imtas bagi yang sudah lulus jilid 6 (Bacaan Gharib yang
ada di jilid 6).
3) Empat komponen asas yang menjadikan metode At-Tartil lebih praktis
dan lebih cepat dibanding dengan metode lain, yaitu:
d. Materi Lisan dan Tulisan.
Materi lisan dan tulisan hanya memerlukan 27 kali pertemuan
untuk Tartil I dan 22 kali pertemuan untuk Tartil II (1 kali pertemuan
mampu membaca dan menulis al-Qur‟an dengan baik dan benar. Masa 4
bulan tersebut sudah termasuk masa untuk mengevaluasi, sekiranya ada
diantara murid/pelajar yang agak lambat belajar.
e. Materi Wajib
Materi wajib yang diajarkan adalah materi menulis ayat al-Quran
dengan baik yang telah disediakan lansung dalam buku yang digunakan.
f. Faktor pendukung dan Penghambat
1) Faktor pendukung siswa sudah menguasai bacaan secara tartil dan
fasih.
2) Faktor Penghambat waktu belajar relatif terbatas.
5. Metode Pembelajaran Tilawati
a. Pengertian
Metode pembelajaran tilawati adalah merupakan salah satu di
antara metode pengajaran al-Qur'an. Tilawati menawarkan suatu sistem
pembelajaran al-Qur'an yang yang mudah, efektif dan efesien demi
mencapai kualitas bacaan, pemahamanan dan implementasi al-Qur'an.
Titik berat pendidikan tidak hanya pada santri melalui munaqasah tapi
juga pada guru/ustadz dan ustadzah dibina. Metode Tilawati
seimbang sehingga pengelolaan kelas lebih efektif. Ustadz atau ustadzah
dapat mengajari santri 15-20 orang tanpa mengurangi kualitas. Waktu
pendidikan anak menjadi lebih singkat dengan kualitas yang
diharapkan/standar. Sehingga kelas TQA dapat dicapai anak mencapai
kelas 6 dan drop out dari TPA.
b. Sejarah Perkembangan Metode Tilawati
Metode Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim yang terdiri
dari Drs.H. Hasan Sadzili, Drs H. Ali Muaffa. Kemudian dikembangkan
oleh Pesan tren Virtual Nurul Falah Surabaya. Metode Tilawati
dikembangkan untuk menjawab permasalahan yang berkembang di
TK-TPA.
c. Faktor Penghmbat Metode Tilawati:
1) Menyeimbangkan pendekatan pembelajaran secara klasikal dan
individual;
2) Metode ini disusun secara praktis sehingga mudah dipelajari.
d. Faktor Pendukung Metode Tilawati:
a) Menekankan pada kemampuan peserta didik untuk dapat membaca
al-Qur‟an secara tartil;
b) Menggunakan variasi lagu-lagu tilawah dalam membaca al-Qur‟an
TPQ telah membuktikan efektifitas dan kemudahan pembelajaran
al-Qur‟an metode Tilawati menuju bacaan tartil. Ada beberapa hal yang
menyebabkan mereka menggunakan Tilawati :
a) Buku Tilawati disusun oleh para aktifis pengerak pendidikan
al-Qur‟an di TPQ dan sekolah formal di Indonesia;
b) Buku Tilawati diajar dengan menggunakan standart lagu rost dari
jilid 1 s.d. jilid 6 dan menggunakan lagu nahawan untuk
pengembangan;
c) Buku Tilawati dilengkapi media pembelajaran lainnya yaitu peraga,
kaset lagu, dan video teknik pembelajaran;
d) Buku menerapkan strategi pembelajaran klasikal dan individual
secara seimbang dan proporsinal sehingga proses belajar mengajar
menjadi efektif dan efisien, pembelajaan menjadi mudah dan
menyenangkan, pengelolaan santri menjadi lebih tertib, dan target
pembelajaran menjadi lebih mudah terpenuhi.
D. Problematika Pembelajaran Al-Qur’an
Problematika berasal dari kata problem yang berarti masalah atau
persoalan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, problematika berarti masih
menimbulkan masalah atau masih belum dapat dipecahkan. Problematika
pembelajaran adalah kendala atau persoalan dalam proses belajar mengajar yang