• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERPADUAN METODE PEMBELAJARAN AL-QUR’AN (STUDI ANALISIS TENTANG METODE AL BAGHDADI, IQRO’, QIROATI, AT TARTIL, DAN TILAWATI) DI TPQ AL GHOZALI NOBOREJO ARGOMULYO SALATIGA TAHUN 2015 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERPADUAN METODE PEMBELAJARAN AL-QUR’AN (STUDI ANALISIS TENTANG METODE AL BAGHDADI, IQRO’, QIROATI, AT TARTIL, DAN TILAWATI) DI TPQ AL GHOZALI NOBOREJO ARGOMULYO SALATIGA TAHUN 2015 - Test Repository"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

PERPADUAN METODE PEMBELAJARAN AL-

QUR’AN

(STUDI ANALISIS TENTANG METODE AL BAGHDADI,

IQRO’, QIROATI, AT TARTIL, DAN TILAWATI)

DI TPQ AL GHOZALI NOBOREJO

ARGOMULYO SALATIGA

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

Mufarohan

NIM : 111 11 008

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini telah tersusun untuk dipersembahkan kepada:

1.Orang tua tercinta Ayahanda Asmari Al Habsyi dan Ibunda tercinta Maerah yang telah berjuang mendidik, membimbing dan membesarkan ananda dengan penuh kasih sayang,

kesabaran, keikhlasan serta doa dan harapan beliau. Semoga

ayahanda dan ibunda selalu diberikan kesehatan, istiqomah dalam menjalani kehidulpan dan dilancarkan setiap urusan.

2.Calon suamiku Pawarto yang telah memotivasiku dan mendoakan dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita

disatukan dalam jalinan yang suci.

3.Adikku tercinta Muhamad Risael yang selalu mendorongku

dengan penuh semangat sehingga ananda termotivasi untuk berjuang keras segera menyelesaikan skripsi ini. Doa dan

harapan, agar adikku selalu berbakti kepada orang tua, dan bisa

sukses dunia akhirat.

4.Nenekku Tercinta Nasiyah yang selalu mendoakan setiap

langkahku. Semoga nenek selalu diberi kesehatan dan panjang umur.

(7)

MOTTO

ُهَمَّلَعَو َنآْرُقْلا َمَّلَعَت ْهَم ْمُكَلَضْفَأ َّنِإ

.

“Sesungguhnya

orang yang paling utama di

antara kalian adalah yang belajar Al-Qur`an dan

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Swt yang telah

memberikan rahmat, taufik, nikmat serta hidayahnya sehigga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada

junjungan Nabi Agung Muhammad Saw beserta para keluarga, sahabat dan para

pengikutnya yang selalu istiqomah di jalan-Nya. Yang telah menunjukan kita agama

yang benar dan menuntun kita dari zaman kebodohan hingga ke jaman yang penuh

dengan ilmu pengetahuan ini.

Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan,

dorongan, motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak yang terkait. Namun

kebahagiaan yang tiada taranya tidak dapat disembunyikan setelah penulisan skripsi

ini selesai. Oleh karena itu, tidak lupa penulis ucapkan banyak terimakasih

setulus-tulusnya atas terselesaikanya skripsi ini kepada:

1. Dr. H.Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga;

2. Suwardi M. Pd selaku dekan IAIN Salatiga;

3. Siti Rukhayati M. Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN

Salatiga;

4. M. Farid Abdullah, S.PdI., M. Hum. Selaku pembimbing akademik yang telah

(9)

5. Hj. Maslikhah, S.Ag.,M.Si selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan

memberikan bimbingan serta meluangkan waktu dan perhatian dalam penulisan

skripsi ini;

6. Dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman

dengan penuh kesungguhan dan kesabaran, serta bagian akademik IAIN Salatiga

yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis dan Seluruh Staff di

IAIN Salatiga.

7. Muhammad Yunus selaku kepala TPQ Al Ghozali yang telah memberikan saya

kesempatan untuk melakukan penelitian;

8. Teman-teman mengajar di PAUD TPQ Al Ghozali yang selalu mengajari saya

banyak hal;

9. Teman-teman baikku Astri Rahmawati, Afifah Muflihati, Thoni rohmad

Darmawan, Iis Syafa‟atul H, Ahmad sayfudin, Nanda Wahid Nugroho, Ahmad

Alfiyan Fakhroni yang selalu membantu dalam segala hal;

10.Santri-santri PAUD TPQ Al Ghozali yang selalu mengajarkan saya untuk jadi

orang yang lebih sabar;

11.Teman-teman seperjuangan organisasi Racana Kusuma Dilaga Woro Srikandi

yang memberikan motivasi untuk selalu berjuang menjadi insan yang melayani

dan pengabdi;

12.Semua pihak yang telah membantu demi lancarnya skripsi ini baik secara

(10)

Hanya rasa syukur yang dapat penulis haturkan kepada Allah Swt yang telah

memberikan anugrah-Nya dalam penyusunan skripsi ini, dengan demikian, akhirnya

penulis mengucapakan banyak terimakasih dan tentunya dalam penulisan atau

penyusunana skripsi ini masih banyak kekurangan. Maka penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga skripsi ini dapat bermanfaat

khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca yang dermawan, serta

bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Amin

Salatiga, 15 Januari 2016

Peneliti

(11)

ABSTRAK

Mufarohan. 2015. Perpaduan Metode Pembelajaran al-Qur‟an (studi analisis

tentang metode al baghdadi, iqro‟, qiroati, at tartil, dan tilawati) di TPQ AL

GHOZALI Noborejo Argomulyo Salatiga Tahun 2015. Skripsi. Jurusan

Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Maslikhah, S.Ag.,M.Si

Kata kunci; Perpaduan Metode dan Pembelajaran al-Quran

Al-Qur‟an merupakan petunjuk jalan hidup umat Islam untuk meraih sukses dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Rasulullah Saw menganjurkan pembelajaran al-Qur‟an dimulai sejak masa kanak-kanak karena pada masa itu terkandung potensi belajar yang sangat kuat dan besar. Salah satu kesulitan membaca al-Qur‟an bagi anak-anak karena ayat-ayatnya terdapat kalimat yang panjang sehingga mengakibatkan kurang lancar, bahkan tidak fasih dalam membaca. Maka bagi guru perlu menggunakan metode yang tepat dan efisien dalam mengajarkan membaca

al-Qur‟an. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode pembelajaran al-Qur‟an di TPQ Al Ghozali Noborejo 2015, faktor pendukung dalam menggunakan metode pembelajaran al-Qur‟an, faktor penghambat dalam menggunakan metode pembelajaran al-Qur‟an, solusi mengatasi hambatan dalam pembelajaran di TPQ Al Ghozali Noborejo 2015.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, maka kehadiran peneliti di kancah penelitian menjadi mutlak adanya. Penelitian ini dilakukan di TPQ Al Ghozali dengan informan ustadz/ustadzah TPQ. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer meliputi observasi dan wawancara. Sekunder meliputi dokumentasi.

(12)
(13)

3. Faktor Penghambat ... 27

(14)

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Letak Geografis TPQ Al Ghozali ... 62

Tabel 1.2 Struktur Organisasi TPQ Al Ghozali ... 64

Tabel 1.3 Daftar Pendidik ... 65

Tabel 1.4 Daftar Informan ... 65

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Nota Penunjukan Pembimbing

Lampiran II tentang Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran III Ijin Penelitian

Lampiran IV Keterangan Penelitian

Lampiran V tentang Pedoman Wawancara

Lampiran V Hasil Wawancara

Lampiran VI tentang Dokumentasi

Lampiran VII tentang SKK

Lampiran VIII tentang Daftar Riwayat Hidup

(17)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Al-Qur‟an adalah kitab suci yang merupakan sumber utama ajaran Islam

dan menjadi petunjuk kehidupan manusia karena isinya mencakup segala pokok

ajaran agama yang disyariatkan Allah kepada manusia. Al-Qur‟an merupakan

petunjuk jalan hidup umat Islam untuk meraih sukses dalam kehidupan di dunia

dan akhirat. Umat Islam mempunyai tanggung jawab untuk melestarikan

eksistensi al-Qur‟an. Oleh karena itu, sebagai konsekuensi logisnya

umat Islam harus mempelajari, meyakini dan mengamalkan ajaran-ajaran yang

terkandung di dalam al-Qur‟an (Ratih, 2007:06). Pembelajaran al-Qur‟an yang

optimal akan melahirkan generasi Qur'ani yang mampu memakmurkan bumi

dengan al-Qur‟an dan menyelamatkan peradaban dunia di masa mendatang.

Syarat mutlak untuk memunculkan generasi Qur'ani adalah adanya pemahaman

terhadap al-Qur‟an yang diawali dengan mampu membaca al-Qur‟an dengan baik

dan benar sesuai dengan kaidah yang telah ditentukan.

Langkah awal untuk mencapai hal tersebut adalah umat Islam harus

mampu membaca dan menulis huruf-huruf al-Qur‟an. Kemampuan membaca dan

menulis al-Qur‟an tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelajaran al- Qur'an.

Oleh karena itu, dalam islam pembelajaran al-Qur‟an merupakan suatu kewajiban

(18)

Rasulullah Saw menegaskan kewajiban mendidik al-Qur‟an dalam hadits

nya:

)ئواربطلا هاور( نآرقلا تءارقو هتيب لآ بحو مكيبو بح : لاصخ ةثلاث ئلع مكدلاوأاوبدأ

“Didiklah anak-anakmu dalam tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintai

keluarga Nabi, dan membaca al-Qur‟an.” (HR. Thabrani).

adits tersebut menjelaskan bahwa di antara pendidikan dasar yang harus

diberikan kepada anak adalah membaca al-Qur‟an. Selain menyeru mendidik

anak membaca al-Qur‟an, Rasulullah Saw juga menekankan pentingnya mendidik

anak menulis huruf-huruf al-Qur‟an. Mengajari anak untuk membaca al-Qur‟an

merupakan salah satu bentuk pembekalan anak terhadap keimanan dan

pembelajaran serta pengenalan pedoman hidup manusia agama yang awal

mulanya dijalankan oleh para ulama terlebih dahulu sampai akhirnya secara

bertahap seluruh masyarakat mulai merasakan lezatnya iman di dalam jiwa

mereka disebabkan oleh al-Qur‟an (Hafizh, 2000:139).

Mengingat pentingnya pembelajaran al-Qur‟an, Rasulullah Saw

menganjurkan pembelajaran al-Qur‟an dimulai sejak masa kanak-kanak karena

pada masa itu terkandung potensi belajar yang sangat kuat dan besar. Anak akan

sangat peka menangkap sesuatu yang diperintahkan dan diajarkan sehingga

mudah menerima pelajaran-pelajaran yang diberikan. Namun masalahnya,

al-Qur‟an disampaikan dalam bahasa Arab dan tidak semua umat muslim di

(19)

terlebih dahulu harus bisa membaca huruf hijaiyyah dengan baik dan benar.

Untuk memudahkan anak mampu membaca dan menulis al-Qur‟an dengan baik

perlu digunakan metode dan strategi tertentu. Prinsip pengajaran al-Qur‟an pada

dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, yang semuanya

memiliki tujuan yang sama yaitu agar anak-anak dapat membaca al-Qur‟an

dengan baik dan benar. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan

dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek

penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung

jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya (Ruslan, 2003:24).

Proses metode belajar mengajar merupakan faktor yang sangat dominan

dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Seorang pendidik atau guru

diharapkan memiliki berbagai metode yang tepat serta kemampuan dalam

menggunakan metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Metode

pembelajaran al-Qur‟an pada hakikatnya adalah mengajarkan al-Qur‟an pada

anak yang merupakan suatu proses pengenalan al-Qur‟an tahap pertama dengan

tujuan agar siswa mengenal huruf sebagai tanda suara atau tanda bunyi.

Pengajaran membaca al-Qur‟an tidak dapat disamakan dengan pengajaran

membaca dan menulis di sekolah dasar, karena dalam pengajaran al-Qur‟an,

anak-anak belajar huruf dan kata-kata yang tidak mereka pahami artinya. Hal

penting dalam pembelajaran membaca al-Qur‟an adalah keterampilan membaca

(20)

Salah satu kesulitan membaca al-Qur‟an bagi anak-anak karena

ayat-ayatnya terdapat kalimat yang panjang sehingga mengakibatkan kurang lancar,

bahkan tidak fasih dalam membaca. Kesulitan tersebut diakibatkan karena pada

tingkat dasar belum sepenuhnya memahami ilmu tajwid, dan biasanya para guru

mengajarkan secara praktis, sehingga seringkali anak sekadar menghafal saja. Hal

tersebut di atas juga banyak dialami oleh peserta didik yang masih duduk di

bangku tingkat menengah. Maka bagi guru perlu menggunakan metode yang tepat

dan efisien dalam mengajarkan membaca al-Qur‟an.

Rendahnya motivasi siswa dalam belajar al-Qur‟an masih merupakan

salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan terutama dalam kemampuan

membaca al-Qur‟an. Salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi belajar Baca

Tulis al-Qur‟an adalah dengan penggunaan metode yang sesuai yang dapat

dilakukan oleh guru Baca Tulis al-Qur‟an (BTQ) dalam kelas. BTQ adalah bagian

materi Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar yang selama ini kurang

mendapat perhatian yang lebih besar, padahal banyak sekali masyarakat yang

mengeluh bahwa lulusan Madrasah Aliyah banyak yang belum dapat membaca

al-Qur‟an secara benar sesuai dengan ilmu tajwid. Hal ini juga didukung dengan

rendahnya prestasi BTQ santri, terutama pada materi membaca dan menulis huruf

hijaiyah yang sudah mulai dikenalkan pada tingkat dasar dan menengah.

Seharusnya ini menjadi kekhawatiran semua guru Agama Islam, karena

(21)

Akan sangat sulit sekali ketika anak tidak menguasai BTQ sejak dini untuk dapat

membaca al-Qur‟an secara baik dan benar. Kritikan dan keluhan masih sering

dilontarkan oleh masyarakat dan para orang tua siswa. Namun, dari beberapa

faktor tersebut, berdasarkan pengamatan awal yang peneliti lakukan terdapat

kecenderungan yang mengarah pada faktor metode pembelajaran yang harus

diperbaiki. Metode yang digunakan sebelumnya sebatas pada teori, peran aktif

siswa kurang diperhatikan, sehingga hasil pembelajaran BTQ belum maksimal.

Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana kemampuan membaca al-Qur‟an

peserta didik TPQ Al Ghozali Noborejo terutama dalam mempraktikkan bacaan

ayat-ayat al-Qur‟an yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan ilmu tajwid

maka diperlukan suatu penelitian ilmiah.

Observasi dan wawancara pendahuluan dengan santri dan ustadz/ustadzah

di TPQ Al Ghozali Noborejo memberikan informasi khususnya anak-anak yang

belum bisa membaca al-Qur‟an dengan lancar setelah mengikuti proses

pembelajaran di TPQ Al Ghozali dapat membaca al-Qur‟an baik dan benar. TPQ

Al Ghozali memiliki keunggulan pada proses pembelajaran al-Qur‟an dengan

metode yang bervariasi berupa perpaduan metode al-baghdadi dan iqro‟ dengan

prinsip bermain sambil belajar. Pembagian peserta didik juga dibagi berdasarkan

umur peserta didik dan kemampuan santri. TPQ Al Ghozali juga memberikan

materi keagamaan bagi santri dan orang tua. Dukungan orang tua wali cukup

(22)

Hambatan dalam pelaksanaan penggunaan metode bervariasi dan pembelajaran

bersama dengan orang tua dapat dijadikan sebagai motivasi untuk pengembangan

lembaga pendidikan di TPQ Al Ghozali Noborejo Argomulyo Salatiga.

Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian tentang

“PERPADUAN METODE PEMBELAJARAN AL-QUR‟AN (STUDI

ANALISIS TENTANG METODE AL BAGHDADI, IQRO‟, QIROATI, AT

TARTIL, DAN TILAWATI) DI TPQ AL GHOZALI NOBOREJO

ARGOMULYO SALATIGA TAHUN 2015” jika penelitian ini dapat segera

dilakukan akan memberikan manfaat yang cukup signifikan bagi pengembangan

pendidikan Islam di pada TPQ di tempat lainnya.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang peneliti kemukakan di atas, maka yang menjadi

focus penelitian ini adalah perpaduan metode pengajaran Al-quran. Focus penelitian

dirinci dalam sejumlah pertanyaan di bawah ini:

1. Apa metode pembelajaran al-Qur‟an di TPQ Al Ghozali Noborejo Salatiga?

2. Apa faktor pendukung dalam menggunakan metode pembelajaran al-Qur‟an

di TPQ Al Ghozali Noborejo Salatiga?

3. Apa faktor penghambat dalam menggunakan metode pembelajaran al-Qur‟an

di TPQ Al Ghozali Noborejo Salatiga?

4. Bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam menggunakan metode

(23)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang dirinci ke dalam sejumlah pertanyaan

tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui hasil penelitian peneliti menggunakan:

1. Metode pembelajaran al-Qur‟an di TPQ Al Ghozali Noborejo 2015;

2. Faktor pendukung dalam menggunakan metode pembelajaran al-Qur‟an di

TPQ Al Ghozali Noborejo 2015 ;

3. Faktor penghambat dalam menggunakan metode pembelajaran al-Qur‟an di

TPQ Al Ghozali Noborejo 2015;

4. Solusi mengatasi hambatan dalam pembelajaran di TPQ Al Ghozali Noborejo

2015.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapakan dapat memberikan konstribusi informasi

yang jelas mengenai metode pembelajaran baca tulis al-Qur‟an (BTQ) yang baik

terhadap santri. Dan metode tersebut dapat memberikan manfaat yang baik secara

teoritis maupun praktis, yaitu:

1. Secara Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dunia pustaka

(24)

2. Secara Praktis

a. Bagi Santri

Agar santri lebih bersemangat dalam belajar serta lebih dapat

mendalami lagi tentang pembelajaran al-Qur‟an.

b. Bagi Ustadz/ustadzah

Dengan adanya sistem pembelajaran al-Qur‟an yang tertata dengan

baik serta terlaksana dengan baik, ustadz/ustadzah lebih mampu

mengembangkan lagi kreativitasnya dalam melaksanakan pembelajaran.

E. Penegasan Istilah

1. Pengertian pembelajaran

Metode menurut Djamaluddin dan Abdullah Aly (1999:114) berasal

dari kata meta berarti melalui, dan hodos jalan. Jadi metode adalah jalan yang

harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Depag RI (2001:19) metode berarti

cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan

guna mencapai tujuan yang ditentukan. Poerwadarminta (1999:767)

metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai

suatu maksud. Berdasarkan definisi di atas, peneliti dapat mengambil

kesimpulan bahwa metode merupakan jalan atau cara yang ditempuh

(25)

Mengajar adalah suatu usaha yang sangat komplkes, sehingga sulit

menentukan bagaimana sebenarnya mengajar yang baik. Metode adalah salah

satu alat untuk mencapai tujuan. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang

dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke

arah yang lebih baik (Darsono, 2000:24). Ahmadi (1997:52) berpendapat

metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain mengatakan

bahwa metode pembelajaran merupakan teknik penyajian yang dikuasai oleh

guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam

kelas, baik secara individual ataupun secara kelompok agar pelajaran itu dapat

diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.

Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S. Winataputra (2008)

menjelaskan tentang pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang

dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. UU

Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas menyebutkan pembelajaran adalah

proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar.

Jadi pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses

(26)

mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua

memahami proses inhern yang kompleks dari belajar.

Metode pembelajaran dalam penelitian ini adalah cara atau jalan yang

ditempuh oleh guru sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan

F. Metode Penelitian

Metode adalah pengetahuan tentang cara kerja atau berbgai cara.

Sedangkan penelitian adalah suatu cara yang dilakukan untuk memngetahui

pengetahuan baru melalui metode-metode ilmiyah.

Ketepatan dalam menggunakan metode adalah syarat utama untuk menuju

keberhasilan suatu penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah :

1. Pendeketan dan rancangan penelitian

Pendekatan dan rancangan penelitian ini, peneliti menggunakan

penelitian diskriptif kualitatif dipilihnya penelitian ini menggunakan metode

kualitatif agar dapat mengetahui apakah ada metode pembelajaran al-Qur‟an

di TPQ Al Ghozali Noborejo 2015.

2. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi yang dijadikan penelitian ini adalah TPQ Al-Ghozali Noborejo

Salatiga, adapun waktu penelitiannya adalah tanggal 1 Juni 2015 sampai

(27)

3. Metode Penelitian

a. Metode observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data di mana peneliti

mengadakan pengamatan secara langsung (Arikunto, 2006:156). Untuk

melakukan observasi peneliti mengamati langsung situasi TPQ Al Ghozali

dan kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan dari pendapat di atas peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data dengan cara observasi langsung terhadap

ustadz/ustadzah maupun santri guna untuk menggumpulkan data yang

dibutuhkan peneliti. Seperti keadaan tempat belajar, situasi dalam belajar

mengajar, serta keadaan linggkungan sekitar.

b. Metode wawancara/interview

Wawancara yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan

mata (Arikunto,2010:199). Sedangakan menurut (Sutrisno Hadi,1987:206)

interview merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab

secara lisan antara dua orang atau lebih secara face to face. Teknik ini

digunakan untuk memperoleh informasi mengenai metode pembelajaran

(28)

Teknik pengumpulan data melalui wawancara dilakukan

terstruktur, terbuka,dan langsung kepada ustadz/ustadzah TPQ Al Ghozali

Noborejo Salatiga. Tersturktur artinya peneliti menggunakan pedoman

wawancara yang sudah disusun sesuai dengan bangunan teori yang ada.

Terbuka artinya informan dapat memberikan penjelasan sesui dengan

situasi dan kondisi yang dimiliki. Langsung artinya peneliti melakukan

wawancara secara langsung dengan infoman.

c. Metode Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengna cara

mencari data mengenai hal-hal atau fariabel yang berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, agenda (Arikunto,

2006:158-159). Gambaran umum TPQ Al Ghozali Noborejo seperti,

sejarah berdirinya TPQ, visi misi, keadaan guru dan siswa.

Metode dokumentasi ini digunakan untuk pengumpulan data

seperti foto-foto kegiatan pembelajaran di TPQ Al Ghozali Noborejo

Salatiga, serta berkenaan dengan catatan-catatan seperti daftar santri,

daftar Guru, profil TPQ, sejarah berdirinya TPQ Al Ghozali Noborejo

Salatiga secara langsung kepada pengelola TPQ Al Ghozali Noborejo

Salatiga.

(29)

Sistematika untuk memperjelas gambaran umum tentang skripsi ini yang

terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal bagian inti dan bagian akhir. Bagian

awal berisikan halaman sampul, lembar berlogo, halaman judul, lembar

persetujuan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, abstrak, kata

pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran. Sedangkan

bagian inti berisi tentang:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, fokus penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode

penelitian, serta sistematika penelitian.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Berisikan pembahasan tentang landasan teori yang mendalam tentang

metode pembelajaran Al-Qur‟an dan taman bacaan Al-Quran.

BAB III : PENGUMPULAN DATA

Berisikan tentang gambaran umum lokasi dan subjek penelitian yaitu :

a. Sejarah Berdirinya TPQ Al Ghozali Noborejo, profil TPQ Al Ghozali

Noborejo, Visi dan Misi TPQ Al Ghozali Noborejo, struktur

organisasi TPQ Al Ghozali Noborejo.

b. Penyajian data penelitian meliputi :

Data nama responden dan data hasil penelitian.

(30)

Berisikan tentang Analisis Diskriptif dan, Pembahasan Hasil Penelitian

BAB V : PENUTUP

(31)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Al-Qur’an

1. Pengertian Al-Qur‟an

Secara etimologi, al-Qur‟an berasal dari bahasa Arab dari akar kata

Qara‟a yang berarti membaca. Menurut al-Zarkani dalam buku sembuh dan

sehat dengan mukjizat al-Qur‟an karya Mustamir (2007:5) al-Qur‟an adalah

lafal yang diturunkan kepada nabi Muhammad mulai dari surat al-Fatihah

sampai dengan surat Annas. Al-Qur‟an adalah wahyu atau firman Allah Swt

untuk menjadi petunjuk dan pedoman bagi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Allah Swt, tidak ada satu kitab pun didunia ini yang lengkap dan

sempurna seperti halnya kitab al-Qur‟an (Mardiyo, 1999:23). Al-Qur‟an adalah

kalam Allah yang tiada tandingannya (mukjizat) diturunkan kepada Nabi

Muhammad Saw dengan perantara malaikat Jibril yang dimulai dengan surat

al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nash, ditulis dalam mushaf-mushaf yang

disampaikan secara mutawatir serta mempelajarinya merupakan ibadah

(Aminuddin, 1991:12). Al-Qur‟an adalah sumber agama Islam pertama dan

utama yang memuat firman-firman Allah, sama benar dengan yang disampaikan

oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sedikit demi sedikit selama 22

tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekah kemudian di Madinah (Ali,

(32)

-Qur‟an adalah bacaan yang maha sempurna dan maha mulia sehingga disebut

juga dengan al-Qur‟an al Karim. Nama lain dari kata ini adalah al Furqon, atau

kitab pembeda antara yang halal dengan yang haram, antara yang baik dengan

yang buruk, antara perintah yang wajib dan yang dilarang. Nama lain lagi

adalah Adzikkir (peringatan) bagi umat manusia agar selalu ingat kepada

Tuhan, ingat akan segala perintahnya dan segala larangannya. Al-Quran

diturunkan kepada umat manusia sebagai petunjuk didalam menjalankan

tugasnya sebagai kholifah dimuka bumi ini, sehingga al-Qur‟an di sebut juga al

Huda (kitab petunjuk). Selain dari petunjuk terdapat juga nasehat didalam

al-Qur‟an, sehingga dinamakan juga kitab Al Maui‟zhah. Al-Qur‟an juga

dinamakan dengan Assyifa karena dapat berfungsi sebagai obat atau penyembuh

bagi penyakit-penyakit yang menyesakkan dada (Wardhana, 2009:47).

Selajutnya kiranya perlu diketahui pula bahwa al-Qur‟an sebagai kitab

suci dan sebagai mukjizat nabi Muhammad Saw yang terbesar yang tidak ada

seseorang yang mampu membuat atau menulis yang sama seperti al-Qur‟an.

Pada mulanya seluruh manusia ini ditantang untuk membuat tandingan yang

serupa dengan al-Qur‟an, tetapi ternyata tak seorang pun yang mampu

melakukannya. Kemudian oleh al-Qur‟an mereka ditantang dengan yang lebih

sederhana, yaitu seluruh manusia ini diminta untuk membuat barang sepuluh

surat saja yang seperti al-Qur‟an baik fashohah maupun balaghohnya. Dan

(33)

akhirnya al-Qur‟an meminta kepada seluruh manusia untuk membuat satu surat

saja yang seperti al-Qur‟an. Dan ternyata, walaupun hanya satu surat tak

seorang pun yang bisa membuatnya. Andai kata diantara mereka ada yang

mampu membuatnya, maka sirnalah kemukjizatan al-Qur‟an itu. Tetapi karena

mereka gagal dan tidak mampu, maka akhirnya al-Qur‟an menyatakan kepada

seluruh umat manusia bahkan juga seluruh jin, sebagai berikut “katakanlah :

sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa

al-Qur‟an ini niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia,

sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.”

2. Fungsi Al-Qur‟an

Agar manusia dapat menjadi kholifah yang baik dimuka bumi ini,

dipelukan suatu pedoman atau petujuk yang menjamin manusia menuju kearah

kebaikan di dunia dan akhirat. Selama manusia mempercayai dan mau

menggunaka pedoman/petunjuk tersebut, insyaallah tujuan menjadi kholifah

yang baik akan tercapai.

Hal ini dimungkinkan apabila petunjuk/pedoman yang dimaksudkan

datangnya dari Alla Swt yang menciptakan langit dan bumi beserta segala

isinya petunjuk/pedoman tersebut tidak lain adalah al-Qur‟an alkarim, kitab suci

umat Islam yang memang merupakan Hudallinnas atau petunjuk bagi seluruh

(34)

sebagai hudallinnas adalah fungsi paling utama dari kitab suci al-Qur‟an.

Seperti ayat-ayat berikut ini yang mendukung pernyataan tersebut di atas





“Sesungguhnya kami menurunkan kitab (al-Qur‟an) dengan membawa

kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada

Nya.”(Q.S Al-An‟am ,6:115) dan

Fungsi al-Qur‟an yang merupakan hudallinnas/sebagai petunjuk bagi

umat manusia, adalah sesuai pula dengan nama-nama lain dari al-Qur‟an seperti

yang telah diuraikan dalam pembahasan di atas yang lebih melengkapi lagi

fungsi al-Qur‟an. Al-Qur‟an menjadi petunjuk bagi umat manusia, karena al

-Qur‟an menjadi pembeda anatara yang haq dan yang bathil, al-Qur‟an juga

merupakan peringatan bagi umat manusia agar ingat kepada sang pencipta,

al-Qur‟an banyak mengandung nasehat dan pelajaran yang berguna bagi

(35)

keterangan tentang ciptaan Allah yang ada dilangit dan dibumi agar menjadi

peringatan bagi manusia yang mau berfikir, al-Qur‟an selalu mengajak dalam

kebaikan dan menjauhi kejelekan.

3. Tujuan Al-Qur‟an

Tujuan diturunkannya al-Qur‟an adalah agar dapat menjadi pedoman

hidup manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup, baik didunia ataupun

diakhirat. Sementara Quraish shihab dalam buku wawasan al-Qur‟an

menyebutkan secara lebih rinci tentang tujuan diturunkan al-Qur‟an, antara lain:

a. Untuk membersihkan dan mensucikan jiwa dari segala bentuk syirik serta

memantapkan keyakinan tentang ke Esa-an Allah Saw yang sempurna.

b. Untuk mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, yakni bahwa umat

manusia merupakan umat yang seharusnya dapat bekerja sama dalam

pengabdian kepada Allah dan pelaksanaan tugas kekhalifahan.

c. Untuk menciptakan persatuan dan kesatuan, bukan saja antar suku dan

bangsa, tetapi kesatuan alam semesta, kesatuan kehidupan dunia dan akhirat,

natural dan supranatural, kesatuan ilmu, iman dan rasio, kesatuan kebenaran,

kesatuan kepribadian manusia, kesatuan kemerdekaan dan determinisme,

kesatuan sosial, politik ekonomi, dan kesemuanya berada di bawah satu

(36)

d. Untuk mengajak manusia berfikir dan bekerja sama dalam bidang kehidupan

bermasyarakat dan bernegara melalui musyawarah dan mufakat yang

dipimpin hikmah dan kebijaksanaa.

e. Untuk membasmi kemiskinan materiil dan spiritual, kebodohan, penyakit

dan penderitaan hidup, serta pemerasan manusia atas manusia lain dalam

bidang sosial, ekonomi, politik dan juga agama.

f. Untuk memadukan kebenaran dan keadilan dengan rahmat dan kasih sayang

dengan menjadikan keadilan sosial sebagai landasan pokok kehidupan

masyarakat manusia.

g. Untuk memberikan jalan tengah antara falsafah monopoli kapitalisme dengan

falsafah kolektif komunisme, menciptakan ummatan wasathan yang menyeru

kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.

h. Untuk menekankan peranan ilmu dan teknologi, guna menciptakan suatu

peradaban yang sejalan dengan jati diri manusia dengan panduan Nur ilahi.

Muhammad Rasyid Ridha memerincikan bahwa tujuan al-Qur‟an dibagi

menjadi berikut:

a. Untuk menerangkan hakekat agama yang meliputi iman kepada Tuhan,

iman kepada hari akhir, dan amal-amal sholeh;

b. Menjelaskan masalah kenabian dan kerasulan serta tugas-tugas dan

(37)

c. Menjelaskan tentang Islam sebagai agama fitrahyang sesuai dengan akal

pikiran, sejalan dengan ilmu pengetahuan dan cocok dengan intuisi dan kata

hati;

d. Membina dan memperbaiki umat manusia dalam satu kesatuan yang

meliputi: kesatuan umat (kemanusiaan), agama, undang-undang,

persaudaraan, bangsa, hukum, dan bahasa;

e. Menjelaskan keistimewaan-keistimewaan Islam dalam hal pembebanan

kewajiban-kewajiban kepada manusia, seperti cakupannya yang luas

meliputi jasmani dan rohani, materiil dan spiritual, membawa kepada

kebahagiaan dunia akhirat, mudah dikerjakan, tidak memberatkan, dan

gampang dipahami;

f. Menjelaskan prinsip-prinsip dan dasar-dasar berpolitik dan bernegara;

g. Menata kahidupan materiil (harta);

h. Memberi pedoman umum mengenai perang dan cara-cara memperthankan

diri dari agresi dan intervensi musuh;

i. Mengatur dan memberikan kepada wanita hak-hak mereka dalam bidang

agama, sosial, dan kemanusiaan pada umumnya;

j. Memberikan petunjuk-petunjuk dalam halpembebasan dan pemerdekaan

budak.

B. Pendidikan dan Pengajaran

(38)

Istilah pendidikan sering kali tumpang tindih dengan istilah

pengajaran. Oleh karena itu, tidak heran jika pendidikan terkadang juga

dikatakan pengajaran atau sebaliknya, pengajaran disebut sebagai pendidikan

(Roqib, 2009:13). Ini adalah sesuatu yang rancu, sebagaimana orang sering

keliru memahami istilah sekolah dan belajar. Belajar dikatakan identik dengan

sekolah, padahal sekolah hanyalah salah satu dari tempt belajar bagi peserta

didik. Belajar merupakan bagian dari proses pendidikan yang mencakup

totalitas keunggulan kemanusiaan sebagai hamba dan pemakmur

alam/kholifah agar senantiasa bersahabat dan memberikan kemanfaatan untuk

kehidupan bersama.

Belajar/sekolah sama-sama bermakna mencari ilmu yang merupakan

bagian penting dari proses pendidikan yang pada intinya adalah transfer ilmu

dan nilai moral. Ilmu berasal dari bahasa Arab „alima kata ilmu ini biasanya

digabung dengan kata pengetahuan sehingga menjadi ilmi pengetahuan. Ilmu

menurut terminologi diartikan sebagai keyakinan yang mantap dan sesuai

dengan fakta empirisnya, atau hasil gambaran berdasarkan rasio.

Pendidikan dalam bahasa arab bisa disebut dengan istilah tarbiyah

yang berasal dari kata kerja rabba, sedangkan pengajaran dalam bahasa arab

disebut dengan taklim yang berasal dari kata kerja „allama. Pendidikan dalam

konteks ini terkait dengan gerak dinamis, positif dan kontinyu atau berlanjut,

(39)

terpuji. Aktifitas individu tersebut meliputi pengembangan kecerdasan pikir

(rasio, kognitif), dzikir (efektif, rasa, hati, spiritual), dan keterampilan fisik

(psikomotorik).

Ilmu pendidikan berisi tentang teori pendidikan sekaligus data dan

penjelasa yang mendukukng teori tersebut. Dengan demikian, ilmu

pendidikan adalah teori-teori pendidikan yang didasarkan pada konsep dasar

pendidikan yang diambil dari penelaahan terhadap al-Qur‟an hadis dan teori

-teori keilmuan lain, yang ditelaah dan dikontruksikan secara integrative oleh

intelektual untuk menjadi sebuah bangunan teori-teori kependidikan yang bisa

dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

2. Faktor pendukung

Faktor yang mendukung pembelajaran antara lain:

a. Kurikulum

Sebuah kelas tidak boleh sekedar diartikan sebagai tempat siswa

berkumpul untuk mempelajari sejumlah ilmu pengetahuan. Demikian juga

sebuah sekolah bukanlah sekedar sebuah gedung tempat murid mencari

dan mendapatkan ilmu pengetahuan. Sekolah dan kelas diselenggarakan

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mendidik anak-anak yang

tidak hanya harus didewasakan dari segi intelektualitasnya saja, akan

tetapi dalam seluruh aspek kepribadiannya. Untuk itu bagi setiap tingkat

(40)

kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dalam perkembangannya.

Kurikulum yang dipergunakan di sekolah sangat besar pengaruhnya

terhadap aktifitas kelas dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang

berdaya guna bagi pembentukan pribadi siswa. (Syaiful, 2011:180)

Sekolah yang kurikulumnya dirancang secara tradisional akan

mengakibatkan aktifitas kelas akan berlangsung secara statis. Sedangkan

sekolah yang diselenggarakan dengan kurikulum modern pada dasarnya

akan mampu menyelenggarakan kelas yang bersifat dinamis. Kedua

kurikulum di atas kurang serasi dengan kondisi masyarakat Indonesia

yang memiliki pandangan hidup Pancasila. Di satu pihak kurikulum

tradisional yang berpusat pada guru akan diwarnai dengan sikap otoriter

yang mematikan inisiatif dan kreatifitas murid. Di pihak lain kurikulum

modern yang menekankan kebebasan atas dasar demokrasi liberal

sehingga tidak memungkinkan diselenggarakan secara efektif kegiatan

belajar secara klasikal untuk pengembangan pribadi sebagai makhluk

sosial dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu diperlukan

usaha untuk mengintregasikan kedua kurikulum tersebut dalam kehidupan

lembaga formal di Indonesia agar serasi dengan kebutuhan dan dinamika

masyarakat. Kurikulum harus dirancangkan sebagai pengalaman edukatif

(41)

mencapai tujuan pendidikannya, yang diselenggarakan secara berencana,

sistematik, dan terarah serta terorganisir

b. Sarana dan Fasilitas

Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah

misalnya sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnyakegiatan

belajar mengajar di sekolah (Syaiful, 2011:183). Akan tetapi karena

kurikulum selalu dapat berubah sedang ruangan atau gedung bersifat

permanen, maka diperlukan kreatifitas dalam mengatur pendayagunaan

ruang/gedung. Sekolah yang mempergunakan kurikulum tradisional

pengaturan ruangan bersifat sederhana karena kegiatan belajar mengajar

diselenggarakan di kelas yang tetap untuk sejumlah murid yang sama

tingkatannya. Sekolah yang mempergunakan kurikulum modern, ruangan

kelas diatur menurut jenis kegiatan berdasarkan program-progam yang

telah dikelompokkan secara integrated. Sedangkan sekolah yang

mempergunakan kurikulum gabungan pada umumnya ruangan kelas

masih diatur menurut keperluan kelompok murid sebagai suatu kesatuan

menurut jenjang dan pengelompokan kelas secara permanen.

c. Guru

Program kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi

kegiatan. Untuk itu peranan guru sangat menentukan karena

(42)

suatu kelas. Guru adalah seseorang yang ditugasi mengajar sepenuhnya

tanpa campur tangan orang lain (Rusyan, 1991: 135). Setiap guru harus

memahami fungsinya karena sangat besar pengaruhnya terhadap cara

bertindak dan berbuat dalam menunaikan pekerjaan sehari-hari di kelas

dan di masyarakat. Guru yang memahami kedudukan dan fungsinya

sebagai pendidik profesional, selalu terdorong untuk tumbuh dan

berkembang sebagai perwujudan perasaan dan sikap tidak puas terhadap

pendidikan. Persiapan yang harus diikuti, sejalan dengan ilmu

pengetahuan dan teknologi (Nawawi, 1989: 121).

d. Anak Didik

Anak didik merupakan subjek utama dalam mewujudkan proses

belajar mengajar yang efektif (Syaiful, 2011:80). Anak didik adalah

anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang, dan secara psikologis dalam

rangka mencapai tujuan pendidikannya melalui lembaga pendidikan

formal, khususnya berupa sekolah. Anak didik sebagai unsur kelas

memiliki perasaan kebersamaan yang sangat penting artinya bagi

terciptanya situasi kelas yang dinamis. Setiap murid memiliki perasaan

diterima (membership) terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam

kegiatan kelas. Perasaan diterima itu akan menentukan sikap bertanggung

jawab terhadap kelas yang secara langsung berpengaruh pada

(43)

e. Dinamika Kelas

Kelas adalah kelompok sosial yang dinamis yang harus dipergunakan

oleh setiap guru kelas untuk kepentingan murid dalam proses

kependidikannya. Dinamika kelas pada dasarnya berarti kondisi kelas

yang diliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan

melalui kreativitas dan inisiatif murid sebagai suatu kelompok. Untuk itu

setiap wali atau guru kelas harus berusaha menyalurkan berbagai saran,

pendapat, gagasan, keterampilan, potensi dan energi yang dimiliki murid

menjadi kegiatan-kegiatan yang berguna.

Dengan demikian kelas tidak akan berlangsung secara statis, rutin

dan membosankan. Kreativitas dan inisiatif yang baik perwujudannya

tidak sekedar terbatas didalam kelas sendiri, tetapi mungkin pula

dilaksanakan bersama kelas-kelas yang lain atau oleh seluruh kelas. Setiap

kelas harus dilihat dari dua segi. Pertama, kelas sebagai satu unit atau satu

kesatuan utuh yang dapat mewujudkan kegiatan berdasarkan program

masing-masing. Kedua, kelas merupakan unit yang menjadi bagian dari

sekolah sebagai suatu organisasi kerja atau sebagai subsistem dari satu

total sistem. Kedua sudut pandang itu harus sejalan dalam arti semua

kegiatan kelas yang dapat ditingkatkan menjadi kegiatan sekolah harus

dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi semua murid.

(44)

Peran orang tua terhadap prestasi anak pendidikan mempunyai

tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Masalah

yang dihadapi dunia pendidikan itu sangat luas pertama sifat sasarannya

yaitu manusia sebagai makhluk misteri, kedua karena usaha pendidikan

harus mengantisipasi hari depan yang tidak segenap seginya terjangkau

oleh kemampuan daya ramal manusia. Peran serta adalah ikut

berupayanya orang tua terhadap kemajuan pendidikan anak-anaknya, ini

dilakukan agar prestasi dan semangat belajar anak-anaknya meningkat.

Peran serta ini dapat dilakukan langsung ataupun tidak langsung

(Mulyono, 2010:104). Dalam peningkatan prestasi belajar anak saat ini

orang tua banyak melakukan terobosan-terobosan, antara lain dengan

menyekolahkan anak ke sekolah-sekolah favorit, memasukan anak ke

lembaga-lembaga kursus, serta memberikan les tambahan kepada anak.

Orang tua yang peduli terhadap kemajuan anaknya akan berusaha

memberikan apa yang terbaik bagi anak-anak mereka, memberikan segala

fasilitas yang diinginkan guna mencapai prestasi anak yang semaksimal

mungkin. Berbeda dengan orang tua yang kurang peduli dengan

perkembangan dan prestasi anak, mereka cenderung masa bodoh,

mengandalkan pendidikan hanya pada sekolah semata sementara perhatian

dari orang tua kurang atau bahkan tidak sama sekali.

(45)

Faktor penghambat itu bisa datang dari guru sendiri, dari peserta

didik, lingkungan keluarga ataupun karena faktor fasilitas (Nawawi,

1989:130).

a. Guru

Guru sebagai seorang pendidik, tentunya ia juga mempunyai banyak

kekurangan. Kekurangan-kekurangan itu bisa menjadi penyebab

terhambatnya kreatifitas pada diri guru tersebut. Diantaranya ialah:

1) Tipe kepemimpinan guru

Tipe kepemimpinan guru dalam proses belajar mengajar yang

otoriter dan kurang demokratis akan menimbulkan sikap pasif peserta

didik. Sikap peserta didik ini merupakan sumber masalah pengelolaan

kelas (Rohani dan Ahmadi, 1991:151).

Siswa hanya duduk rapi mendengarkan dan berusaha

memahami kaidah-kaidah pelajaran yang diberikan guru tanpa

diberikan kesempatan untuk berinisiatif dan mengembangkan

kreativitas dan daya nalarnya (Masnur dkk, 1987:109).

2) Gaya guru yang monoton

Gaya guru yang monoton akan menimbulkan kebosanan bagi

peserta didik, baik berupa ucapak ketika menerangkan pelajaran

ataupun tindakan. Ucapan guru dapat mempengaruhi motivasi siswa.

(46)

Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersifat hangat,

adil, obyektif dan bersifat fleksibel sehingga terbina suasana

emosional yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar.

Artinya guru menciptakan suasana akrab dengan anak didik dengan

selalu menunjukan antusias pada tugas serta pada kreativitas semua

anak didik tanpa pandang bulu.

4) Pengetahuan guru

Terbatasnya pengetahuan guru terutama masalah pengelolaan

dan pendekatan pengelolaan, baik yang sifatnya teoritis maupun

pengalaman praktis, sudah barang tentu akan menghambat perwujudan

pengelolaan kelas dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu,

pengetahuan guru tentang pengelolaan kelas sangat diperlukan

(Wijaya dan Rusyan, 1994:136).

5) Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku peserta

didik dan latar belakangnya

Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku

peserta didik dan latar belakangnya dapat disebabkan karena

kurangnya usaha guru untuk dengan sengaja memahami peserta didik

dan latar belakangnya. Karena pengelolaan pusat belajar harus

disesuaikan dengan minat, perhatian dan bakat para siswa, maka siswa

(47)

memerlukan pengelolaan secara khusus menurut kemampuannya.

Semua hal diatas member petunjuk kepada guru bahwa dalam proses

belajar mengajar diperlukan pemahaman awal tentang perbedaan

siswa satu sama lain (Wijaya dan Rusyan, 1994:136).

b. Peserta didik

Peserta didik dalam kelas dapat dianggap sebagai seorang individu

dalam suatu masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Mereka harus tahu

hak-haknya sebagai bagian dari suatu kesatuan masyarakat disamping

mereka juga harus tahu akan kewajibannya dan keharusan menghormati

hak-hak orang lain dan teman-teman sekelasnya. Oleh karena itu,

diperlukan kesadaran yang tinggi dari peserta didik akan hak serta

kewajibannya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

1) Keluarga

Tingkah laku peserta didik didalam kelas merupakan

pencerminan keadaan keluarganya. Sikap otoriter dari orang tua akan

tercermin dari tingkah laku peserta didik yang agresif dan apatis.

Problem klasik yang dihadapi guru memang banyak yang berasal dari

lingkungan keluarga. Kebiasaan yang kurang baik dari lingkungan

keluarga seperti tidak tertib, tidak patuh pada disiplin, kebebasan yang

berlebihan atau terlampau terkekang merupakan latar belakang yang

(48)

2) Fasilitas

Fasilitas yang ada merupakan faktor penting upaya guru

memaksimalkan programnya, fasilitas yang kurang lengkap akan

menjadi kendala yang berarti bagi seorang guru dalam beraktifitas.

Kendala tersebut ialah:

a) Jumlah peserta didik didalam kelas yang sangat banyak;

b) Besar atau kecilnya suatu ruangan kelas yang tidak sebanding

dengan jumlah siwa;

c) Keterbatasan alat penunjang mata pelajaran (Rohani dan Ahmadi,

1992: 152-154).

4. Upaya Mengatasi Hambatan

a. Reward

Bagi orang tua yang bingung tentang cara membujuk buah hatinya agar

mau belajar, reward adalah cara yang cukup ampuh. Anda dapat

menawarkan hadiah jika sang anak berhasil meraih nilai yang baik

dikelas. Dengan begitu anak akan menjadi lebih bersemangat dan tidak

malas belajar lagi.

b. Damping anak belajar

Mendampingi nak ketika anak akan menjadi merasa lebih diperhatikan

oleh orang tuanya. Hal ini akan mempengaruhi psikologi anak dan

(49)

anak dengan penuh kesabaran dan ciptakan suasana menyenangkan agar

tidak membosankan.

c. Jadilah orang tua yang sabar dan tidak emosional

Ketika mengajarkan seorang anak untuk menyelsaikan tugas sekolahnya,

jangan memarahinya.

d. Belilah buku dengan hiasan yang menarik

Belilah buku-buku yang dapat menggugah selera belajar anak. Misalnya,

jika buah hati anda menyukai tokoh kartun spiderman. Maka yang perlu

anda lakukan adalah membeli perlengkapan sekolah dengan motif tokoh

kartun tersebut, dengan bagitu anak akan tergugah untuk belajar.

e. Ciptakan suasana sambil belajar

Untuk mencegah kebosanan dan mencuri waktu bermain untuk belajar.

Sebagai contoh kebosanan dan mencuri waktu bermain anak untuk belajar.

f. Game edukasi

Bagi anak yang fanatik dengan game, anda dapat mengunduh berbagai

jenis game edukasi saat ini dengan memanipulasi belajar dalam versi

game.

C. Metode-Metode Pembelajaran Al-Qur’an

1. Metode Pembelajaran Al-Baghdadi

(50)

Metode al Baghdadi adalah metode pembelajaran al-Qur‟an dengan

cara di eja per hurufnya. Kaedah ini juga dikenal dengan kaedah sebutan

“eja” atau latih tubi, tidak diketahui pasti siapa pengasasnya.

b. Sejarah Metode Al-Baghdadi

Kaedah ini merupakan kaedah yang paling lama dan meluas

digunakan di seluruh dunia. Metode ini dipercayai berasal dari Baghdad,

ibu Negara Iraq dan diperkenalkan di Indonesia seiring dengan kedatangan

saudagar dari Arab dan India yang singgah di Kepulauan Indonesia

(Zainul, 2008). Menurut (Komari, 2008) menjelaskan kaedah ini sudah

bermula dari pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah dan di Indonesia

kaedah tersebut telah diperkenalkan pada awal tahun 1930 an sebelum

kemerdekaan.

c. Perkembangan Metode Al-Baghdadi

Pengajian anak-anak dari waktu ke waktu, dari generasi ke

generasi, terus menyebar dalam jumlah besar merata di seluruh pelosok

tanah air. Berkat pengajian anak-anaklah maka kemudian umat Islam, dari

generasi ke generasi berikutnya, mampu membaca al-Qur‟an dan

mengetahui dasar-dasar keIslaman, namun seiring dengan perkembangan

zaman dan kemajuan iptek, sistem pengajian “tradisional” dan metode

pembelajaran dengan kaidah Baghdadiyah yang demikian jadi kurang

(51)

duduk setengah jam di depan guru ngaji. Akibatnya, harus dibutuhkan

waktu 2-5 tahun untuk bisa memiliki kemampuan membaca al-Qur‟an

(Yunus, 1979: 35). Akibat lebih lanjut adalah semakin banyak terlihat

anak-anak muda Islam yang tidak memiliki kemampuan membaca

al-Qur‟an.

Keprihatinan ini ternyata mendorong banyak ahli untuk mencari

berbagai solusi pemecahannya. Maka sejak tahun 1980-an di Indonesia

bermunculan ide-ide dan usaha untuk melakukan pembaruan sistem dan

metode pembelajaran membaca al-Qur‟an ini. Tokoh pembaru yang cukup

menonjol adalah KH. As‟ad Humam dari Kotagede Yogyakarta yang telah

tekun menulis dan menyusun buku Iqro‟, cara cepat belajar membaca al

-Qur‟an, yang kemudian lebih dikenal sebagai “Metode Iqro”.

d. Teknik Pengajaran Metode Al Baghdadi

Cara mengajarkannya dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf

hijaiyah, kemudian tanda-tanda bacanya dengan dieja/diurai secara pelan.

Setelah menguasai barulah diajarkan membaca QS. Fatihah, an-Nas,

al-Falaq, al-Ikhlas, dan seterusnya. Setelah selesai Juz „Amma, maka dimulai

membaca al-Qur‟an pada mushaf, dimulai juz pertama sampai tamat.

Metode ini ternyata, menurut informasi berbagai pihak, telah sanggup

membawa anak-anak lebih mudah dan lebih cepat dalam belajar membaca

(52)

e. Faktor Pendukung

a) Santri akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan materi,

santri sudah hafal huruf-huruf hijaiyah;

b) Santri yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi selanjutnya

karena tidak menunggu orang lain.

f. Faktor Penghambat

a) Membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal huruf hijaiyah

dahulu dan harus dieja;

b) Santri kurang aktif karena harus mengikuti ustadz-ustadznya dalam

membaca;

c) Kurang variatif karena menggunakan satu jilid saja.

2. Metode Pembelajaran Qiro‟ati

a. Pengertian Metode Qiro‟ati

Metode belajar qiroa‟ati adalah metode membaca al-Qur‟an

dengan menyebutkan huruf maupun mengucapkan bentuk bacaannya yang

berbeda-beda menurut para ahli qiraat dan masing-masing mengakui

keabsahan bacaan itu (Faizah, 2008:132).

b. Tujuan metode qiraati :

1) Menjaga dan memelihara kehormatan dan kesucian al-Qur‟an (dari

(53)

2) Menyebarkan Ilmu Bacaan al-Qur‟an yang benar dengan cara yang

benar;

3) Mengingatkan para guru al-Qur‟an agar berhati-hati dalam

mengajarkan Al-Qur‟an;

4) Meningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran al-Qur‟an.

c. Prinsip –prinsip dasar Qiro‟ati :

1) Tiwagas (teliti, waspada dan tegas);

2) Daktun (tidak boleh menuntun);

3) CBSA : Cara belajar santri aktif;

4) LCTB : Lancar cepat tepat dan benar.

d. Dalam mengajarkan metode qiro‟ati ada I sampai VI yaitu:

1) Jilid I

Jilid I adalah kunci keberhasilan dalam belajar membaca

al-Qur‟an. Apabila Jilid I lancar pada jilid selanjutnya akan lancar pula,

guru harus memperhatikan kecepatan santri.

2) Jilid II

Jilid II adalah lanjutan dari Jilid I yang disini telah terpenuhi

target Jilid I.

3) Jilid III

Jilid III adalah setiap pokok bahasan lebih ditekankan pada

(54)

4) Jilid IV

Jilid ini merupakan kunci keberhasilan dalam bacaan tartil dan

bertajwid.

5) Jilid V

Jilid V ini lanjutan dari Jilid IV. Disini diharapkan sudah harus

mampu membaca dengan baik dan benar

6) Jilid VI

Jilid ini adalah jilid yang terakhir yang kemudian dilanjutkan

dengan pelajaran Juz 27.

e. Metode ini memiliki Faktor penghambat dan pendukung, yaitu:

1) Faktor penghmbat

Bagi yang tidak lancar lulusnya juga akan lama karena metode

ini lulusnya tidak ditentukan oleh bulan/tahun.

2) Fator Pendukung

Siswa walaupun belum mengenal tajwid tetapi sudah bisa

membaca al-Qur‟an secara tajwid. Karena belajar ilmu tajwid itu

hukumnya fardlu kifayah sedangkan membaca al-Qur‟an dengan

tajwidnya itu fardlu ain.

Metode pembelajaran qiroati seperti ini terdapat prinsip untuk guru

(55)

Jika santri sudah lulus 6 Jilid beserta ghoribnya, maka ditest bacaannya

kemudian setelah itu santri mendapatkan syahadah jika lulus test.

3. Metode Pembelajaran Iqro‟

a. Pengertian metode iqro‟

Metode iqro‟ adalah suatu metode membaca al-Qur‟an yang

menekankan langsung pada latihan membaca(Abdullah, 2009:32). Adapun

buku panduan iqro‟ terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang

sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.

Metode iqro‟ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang

bermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf

al-Qur‟an dengan fasih). Bacaan langsung tanpa dieja. Artinya diperkenalkan

nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) dan

lebih bersifat individual.

b. Sejarah metode iqro‟

Metode pembelajaran ini pertama kali disusun oleh H. As‟ad

Humam di Yogyakarta. Buku metode Iqro‟ ini disusun/dicetak dalam

enam jilid sekali. Di mana dalam setiap jilidnya terdapat petunjuk

mengajar dengan tujuan untuk memudahkan setiap peserta didik (santri)

yang akan menggunakannya, maupun ustadz/ustadzah yang akan

menerapkan metode tersebut kepada santrinya. Metode iqro‟ ini termasuk

(56)

metode ini sudah umum digunakan ditengah-tengah masayarakat

Indonesia.

c. Sejarah Perkembangan Metode Iqro‟

Sebelum K.H. As‟ad Humam meluncurkan metode Iqro‟ memang

sudah ada metode membaca al-Qur‟an yang dimanfaatkan oleh umat

Islam Indonesia antara lain dalam metode Juz Amma, metode al-Banjary,

metode al-Barqy dan banyak metode lainnya. K.H. As‟ad Humam dalam

menyusun karyanya ini juga berdasarkan metode yang sudah ada

sebelumnya. Tetapi begitu metode Iqro‟ muncul, sekitar tahun 1988

langsung mendapat sambutan hangat masyarakat. Sebab metode yang

digunakan juga praktis dan membuat anak kecil bisa cepat menbaca

al-Qur‟an dengan fasih dan tartil, padahal sebelumnya anak-anak seusia TK

umumnya belum bisa membaca al-Qur‟an.

Metode Iqro‟ memang sudah diakui dan dimanfaatkan banyak

orang. Pemerintah sendiri juga telah menganugrahkan penghargaan

kepada K. H. As‟ad Humam atas hasil karyanya ini. Tahun 1991 Mentri

Agama RI (waktu H. Munawir Sjadzali MA. Menjadikan TKA /TPA yang

didiriakn K. H. As‟ad Humam di kampung Selokraman Kotagede Yogya

sebagai balaii litbang LPTQ Nasional, yang berfungsi sebagai Balai

(57)

Metode iqro dari waktu kewaktu semakin memasyarakat. Bukan

saja masyarakat sekitar yang memanfaatkannya, tetapi merembet

masyarakat pelosok di DIY, berbagai daerah di luar DIY, bahkan akhirnya

merembet ke seluruh Indonesia. Yang mempermudah persebaran metode

ini antara lain karena keihklasan K.H. As‟ad Humam dan para anak

buahnya di sekretariat Team Tadarus AMM Kota Gede, yang merupakan

markas dan cikal bakal TKA/TPA sebagai realisasi pengajaran metode

Iqro terhadap masyarakat yang datang dan ingin memanfaatkan metode

ini.

d. Teknik pembelajaran metode iqro‟

Metode Iqro‟ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang

memikat perhatian anak TK Al-Qur‟an. Selain itu, didalam masing

-masing jilid dari buku panduan Iqro‟ ini sudah dilengkapi dengan

bagaimana cara membaca dan petunjuk mengajarkan kepada santri. Ada

10 macam sifat-sifat buku Iqro‟ yaitu, bacaan langsung, CBSA (Cara

Belajar Siswa Aktif), privat, modul, asistensi, praktis, sistematis,

variatif, komunikatif, dan fleksibel. Bentuk-bentuk pengajaran dengan

metode iqro‟ antara lain, TK al-Qur‟an, TP al-Qur‟an, digunakan pada

pengajian anak-anak di masjid/musholla, menjadi materi dalam kursus

baca tulis al-Qur‟an, menjadi program ekstra kurikuler sekolah,

(58)

e. Faktor Pendukung adalah:

1) Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan

santri yang dituntut aktif;

2) Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara

bersama) privat, maupun cara eksistensi (santri yang lebih tinggi

jilid-nya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid rendah);

3) Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan

benar guru dapat memberikan sanjungan, perhatian dan

peng-hargaan;

4) Bila ada santri yang sama tingkat pelajaran-nya, boleh dengan sistem

tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang lainnya

menyimak.

f. Faktor Penghambat sebagai berikut:

1) Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan sejak dini;

2) Tak ada media belajar;

3) Tak dianjurkan menggunakan irama murottal.

4. Metode Pembelajaran At–Tartil

a. Pengertian

Metode Tartil merupakan salah satu metode pembelajaran

al-Qur‟an yang lebih praktis dan lebih cepat untuk membantu murid/pelajar

(59)

disertai dengan lagu-lagu tartil yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah

ilmu tajwid.

b. Sejarah Perkembangan Metode Tartil

Metode ini diperkenalkan oleh Hj. Gazali, S.MIQ, M.A (Pensarah

Ilmu Al-Qur‟an Sekolah Tinggi Agama Islam, Pengembangan Ilmu Al

-Qur‟an “STAI-PIQ” Negeri Sumatera Barat, Indonesia) pada tahun 1998.

Pada mulanya metode ini diberi nama “ Metode Cepat dan Praktis

Membaca Al-Qur‟an.”

Metode ini terdiri dari dua, yaitu Tartil I dan Tartil II. Tartil I

adalah untuk memandu murid/pelajar mengenali huruf, membaca huruf

berbaris satu, sukun, musyaddah dan tanwin. Tartil II adalah untuk

memandu murid/pelajar mempelajari mad, ghunnah, dan waqaf wal

ibtida‟.

Pembelajaran dilakukan setiap hari (satu kali pertemuan 1 Jam),

murid/pelajar hanya memerlukan masa empat bulan untuk mempelajari

kedua siri metode tartil tersebut. Proses pembelajarannya mengaktifkan

peserta didik dalam membaca al-Qur‟an dan disertai dengan lagu-lagu

tartil yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid.

c. Pembelajaran al-Qur‟an dengan Metode Tartil:

Pembelajaran al-Quran dengan metode tartil ini biasanya

(60)

1) Pembelajaran al-Quran dilakukan oleh ustadz/ustadzah yang sudah

mendapatkan syahadah mengajar terlebih dahulu dari Biro TPQ.

Sedangkan dalam penerapan metode at-Tartil ini dalam setiap Jilidnya

terdapat materi pelajaran dan cara mengajarkannya, selain itu juga

terdapat pokok-pokok pelajaran di setiap jilidnya dan dengan

menggunakan strategi klasikal dan privat individual sebagai

evaluasinya.

2) Kedua, upaya yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan

pembelajaran baca tulis al-Qur‟an adalah dengan adanya pembinaan

dan penataran secara berkelanjutan yang dilakukan oleh Biro TPQ.

Dalam bacaan at-Tartil akan dinilai setiap hari dan dicatat hasilnya

pada evaluasi harian oleh gurunya masing-masing agar diperhatikan

oleh orang tuanya di rumah. Diadakannya imtihan setiap tahun dan

diadakannya imtas bagi yang sudah lulus jilid 6 (Bacaan Gharib yang

ada di jilid 6).

3) Empat komponen asas yang menjadikan metode At-Tartil lebih praktis

dan lebih cepat dibanding dengan metode lain, yaitu:

d. Materi Lisan dan Tulisan.

Materi lisan dan tulisan hanya memerlukan 27 kali pertemuan

untuk Tartil I dan 22 kali pertemuan untuk Tartil II (1 kali pertemuan

(61)

mampu membaca dan menulis al-Qur‟an dengan baik dan benar. Masa 4

bulan tersebut sudah termasuk masa untuk mengevaluasi, sekiranya ada

diantara murid/pelajar yang agak lambat belajar.

e. Materi Wajib

Materi wajib yang diajarkan adalah materi menulis ayat al-Quran

dengan baik yang telah disediakan lansung dalam buku yang digunakan.

f. Faktor pendukung dan Penghambat

1) Faktor pendukung siswa sudah menguasai bacaan secara tartil dan

fasih.

2) Faktor Penghambat waktu belajar relatif terbatas.

5. Metode Pembelajaran Tilawati

a. Pengertian

Metode pembelajaran tilawati adalah merupakan salah satu di

antara metode pengajaran al-Qur'an. Tilawati menawarkan suatu sistem

pembelajaran al-Qur'an yang yang mudah, efektif dan efesien demi

mencapai kualitas bacaan, pemahamanan dan implementasi al-Qur'an.

Titik berat pendidikan tidak hanya pada santri melalui munaqasah tapi

juga pada guru/ustadz dan ustadzah dibina. Metode Tilawati

(62)

seimbang sehingga pengelolaan kelas lebih efektif. Ustadz atau ustadzah

dapat mengajari santri 15-20 orang tanpa mengurangi kualitas. Waktu

pendidikan anak menjadi lebih singkat dengan kualitas yang

diharapkan/standar. Sehingga kelas TQA dapat dicapai anak mencapai

kelas 6 dan drop out dari TPA.

b. Sejarah Perkembangan Metode Tilawati

Metode Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim yang terdiri

dari Drs.H. Hasan Sadzili, Drs H. Ali Muaffa. Kemudian dikembangkan

oleh Pesan tren Virtual Nurul Falah Surabaya. Metode Tilawati

dikembangkan untuk menjawab permasalahan yang berkembang di

TK-TPA.

c. Faktor Penghmbat Metode Tilawati:

1) Menyeimbangkan pendekatan pembelajaran secara klasikal dan

individual;

2) Metode ini disusun secara praktis sehingga mudah dipelajari.

d. Faktor Pendukung Metode Tilawati:

a) Menekankan pada kemampuan peserta didik untuk dapat membaca

al-Qur‟an secara tartil;

b) Menggunakan variasi lagu-lagu tilawah dalam membaca al-Qur‟an

(63)

TPQ telah membuktikan efektifitas dan kemudahan pembelajaran

al-Qur‟an metode Tilawati menuju bacaan tartil. Ada beberapa hal yang

menyebabkan mereka menggunakan Tilawati :

a) Buku Tilawati disusun oleh para aktifis pengerak pendidikan

al-Qur‟an di TPQ dan sekolah formal di Indonesia;

b) Buku Tilawati diajar dengan menggunakan standart lagu rost dari

jilid 1 s.d. jilid 6 dan menggunakan lagu nahawan untuk

pengembangan;

c) Buku Tilawati dilengkapi media pembelajaran lainnya yaitu peraga,

kaset lagu, dan video teknik pembelajaran;

d) Buku menerapkan strategi pembelajaran klasikal dan individual

secara seimbang dan proporsinal sehingga proses belajar mengajar

menjadi efektif dan efisien, pembelajaan menjadi mudah dan

menyenangkan, pengelolaan santri menjadi lebih tertib, dan target

pembelajaran menjadi lebih mudah terpenuhi.

D. Problematika Pembelajaran Al-Qur’an

Problematika berasal dari kata problem yang berarti masalah atau

persoalan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, problematika berarti masih

menimbulkan masalah atau masih belum dapat dipecahkan. Problematika

pembelajaran adalah kendala atau persoalan dalam proses belajar mengajar yang

Gambar

Tabel 1.1 Letak Geografis
Tabel 1.3
Tabel 1.4 Identitas TPQ Al Ghozali

Referensi

Dokumen terkait