HUBUNGAN PEMBERIAN
REWARD
DAN
PUNISHMENT
DENGAN HASIL BELAJAR FIQIH SISWA KELAS X
MADRASAH ALIYAH NEGERI PURWOREJO
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
NURUNNISA’ INNAFINGAH
NIM. 111 11 206
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
MOTTO
Ba r a n g si a p a y a n g m en ger ja k a n k eb ai k a n seb er a t
d z a r r a h p u n , n i sca y a d i a a k a n m el i h a t (b a l a sa n )
n y a (7 ). D a n b a r a n g si ap a y a n g m en ger ja k a n
k eja h a ta n seb esa r d z ar r a h p u n , n i sca y a d i a a k a n
m el i h a t (b a l a sa n ) n y a p u l a (8 ).
(Q.S Al-Zalzalah ayat 7-8)
“Set er j al apapun j alan hid up m an usia, suat u saat past i akan d ibukakan jalan d ar i ser ibu j alan yan g A llah m iliki”
PERSEMBAHAN
Dengan ketulusan hati dan segenap rasa syukur, skripsi ini saya persembahkan
kepada:
1. Kedua orang tuaku, bapak Wiwin Khaulawi dan ibu Istikomah tercinta yang
senantiasa mendukung baik secara moril maupun materiil.
2. Adik-adikku Kuni Africhani Latifah dan Nilma Syarifah, serta Mas Anggit
yang selalu memberi semangat, semoga menjadi orang-orang yang senantiasa
dalam lindungan Nya.
3. Ibu Sri Suryani, S.Pd., M.Pd selaku guru MAN sekaligus pembimbing
penelitian yang dengan penuh kesabaran dan totalitas telah membimbing dan
mengarahkanku dari awal sampai selesai.
4. Guru-guruku yang tidak dapat saya sebut satu per satu yang telah
memberikan saya ilmu tanpa pamrih sehingga saya menjadi seperti sekarang
ini.
5. Saudara-saudaraku (Mbak Nisa dan Mbak Nurul).
6. Teman-temanku seperjuangan PAI angkatan 2011 dan teman-teman (Nurus,
Lida, Arifah, Fatimah, Dian, Nurul, Luluk, Risalatul Mu’awanah).
7. Dan seluruh pihak yang telah mendo’akanku yang tidak bisa peneliti sebut
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur peneliti haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang peneliti susun dalam bentuk skripsi. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Agung Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah menuntun umatnya dari zaman kegelapan sampai zaman yang terang benderang ini.
Skripsi ini peneliti susun dalam rangka memenuhi tugas guna melengkapi syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Penerapan Reward dan Punishment Terhadap Hasil Belajar Fiqih pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan berbagai dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati perkenankan peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga.
2. Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga
3. Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan PAI.
4. Rasimin, S.PdI., M.Pd., selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada peneliti dalam menyusun skripsi.
5. Segenap dosen dan civitas Akademik IAIN Salatiga yang telah membantu kelancaran peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
6. Drs. H. Wachid Adib, M.SI., selaku Kepala Madrasah yang telah memberikan ijin penelitian.
Hanya ucapan terima kasih yang bisa peneliti haturkan, semoga Allah membalas ketulusan mereka dan senantiasa memberikan kemudahan kepada kita semua.
bersifat membangun. Peneliti juga berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti sendiri maupun pembaca pada umumnya, serta bermanfaat bagi dunia pendidikan, bagi Agama, nusa dan bangsa.
ABSTRAK
Innafingah, Nurunnisa. 2015. 11111206. Pengaruh Pemberian Reward dan Punishment terhadap Hasil Belajar Fiqih pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Rasimin, S.PdI., M.Pd.
Kata Kunci: Reward dan Punishment, dan Hasil Belajar
Penulisan skripsi ini merupakan upaya untuk mengetahui hubungan pemberian reward dan punishment dengan hasil belajar Fiqih pada siswa kelas X di MAN Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015. Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penerapan reward dan punishment
dalam pembelajaran Fiqih?, 2. Bagaimana hasil belajar Fiqih siswa kelas X di MAN Purworejo?, 3. Adakah hubungan dari penerapan reward dan punishment
terhadap hasil belajar Fiqih siswa kelas X di MAN Purworejo tahun pelajaran 2014/2015?. Dalam penelitian ini pendekatan yang peneliti terapkan adalah pendekatan korelasional kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode angket, dokumentasi, dan observasi. Kemudian dianalisis dengan rumus product moment.
Sampel yang peneliti ambil adalah 64 responden (20% dari jumlah populasi yaitu 320).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan reward dan punishment
memiliki keberhasilan yang baik yang ditunjukkan dengan jumlah persentase dari tiap kategori yang ditunjukkan yaitu pada tigkat tinggi/sangat baik sebesar 10.9% berdasarkan jawaban 7 orang siswa/responden, kategori baik sebesar 71.9% berdasarkan jawaban dari 46 siswa, dan pada kategori cukup 17.2% dari jawaban 11 siswa. Sedangkan hasil belajar Fiqih siswa kelas X menunjukkan dua kategori sesuai kurikulum 2013 yaitu baik dan sangat baik. Dengan jumlah persentase yang ditunjukkan yaitu 20.3% untuk kategori sangat baik dengan jumlah siswa sebanyak 13 siswa, dan 79.7% untuk kategori baik sebanyak 51 siswa. Uji hipotesis menunjukkan adanya hubungan yang positif antara penerapan reward dan
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB 1 PENDAHULUAN a. Latar Belakang ... 1
b. Rumusan Masalah ... 5
c. Tujuan Penelitian ... 5
d. Hipotesis Penelitian ... 6
e. Kegunaan Penelitian ... 6
f. Definisi Operasional ... 8
g. Metodologi Penelitian ... 10
1. Pendekatan Penelitian ... 10
3. Populasi dan Sample ... 11
4. Metode Pengumpulan Data ... 11
5. Analisis Data ... 13
h. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reward dan Punishment. 7. Pengertian Reward dan Punishment ... 15
8. Unsur-unsur dalam Pemberian Reward dan Punishment ... 19
9. Tujuan Reward dan Punishment. ... 21
10. Indikator Reward dan Punishment ... 24
B. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar ... 28
b. Bentuk-bentuk Hasil Belajar ... 28
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 30
d. Teori-teori Belajar ... 31
C. Mata Pelajaran Fiqih a. Pengertian Mata Pelajaran Fiqih ... 33
b. Tujuan Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah ... 34
c. Ruang Lingkup Pelajaran Fiqih SMA/MA ... 35
d. Reward dan Punishment dan Hasil Belajar Fiqih ... 36
BAB III HASIL PENELITIAN
a. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purworejo
Purworejo ... 41
2. Visi dan Misi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purworejo ... 43
3. Reward dan punishment ... 45
4. Hasil belajar Fiqih ... 55
BAB IV ANALISIS DATA 1. Analisis Pendahuluan ... 60
2. Pengujian Hipotesis ... 62
3. Pembahasan ... 65
BAB V PENUTUP a. Kesimpulan ... 67
b. Saran-saran ... 67
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Responden
Lampiran 2 Angket Reward dan Punishment
Lampiran 3 Raport siswa kelas X MAN Purworejo
Lampiran 4 Surat Ijin Meneliti
Lampiran 5 Surat Keterangan Meneliti dari MAN Purworejo
Lampiran 6 Nota Pembimbing
Lampiran 7 Lembar Konsultasi
Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 9 Lampiran permendikbud
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kunci untuk semua kemajuan dan
perkembangan pendidikan yang berkualitas, dengan pendidikan manusia
dapat mewujudkan semua potensi dirinya, baik sebagai pribadi maupun
sebagai warga masyarakat. Oleh sebab itu peranan pendidikan sangat
penting bagi setiap individu dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan negara. Untuk
mewujudkan potensi diri menjadi multiple kompetensi, maka harus
melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses
pembelajaran.
Belajar adalah proses mendapatkan ilmu, pengetahuan, dan
pengalaman. Menurut Sriyanti, dkk (2013:14) belajar merupakan suatu
perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku atau potensi perilaku
yang diperoleh seseorang dari pengalamannya. Kekayaan atau harta yang
dimilki seseorang tanpa adanya ketiga unsur tersebut (ilmu, pengetahuan,
dan pengalaman) akan terasa kurang lengkap dan hidup seseorang akan
terasa gersang. Untuk mendapatkan ketiga hal tersebut tentunya juga harus
diimbangi dengan adanya do’a sebagai wujud tawakal kepada Allah setelah
Dalam konsep Islam, pendidikan tidak hanya mengajarkan teori
saja, tapi juga penerapan sikap (afektif) sebagai wujud hasil belajar yang
berlandaskan konsep ketuhanan dan akhlakul karimah. Ilmu tanpa adanya penerapan dan sentuhan akhlakul karimah akan terasa kurang sempurna. Hal
tersebut, sesuai dengan kurikulum yang sekarang diterapkan di Indonesia
walaupun hanya beberapa sekolah atau kelas yang telah menerapkannya.
Yaitu pembelajaran dengan berbasis kurikulum 2013. Merupakan suatu
kurikulum yang tidak hanya mengedepankan nilai kognitif semata namun
juga nilai afektif. Dengan tujuan, siswa tidak hanya menerima materi yang
disampaikan oleh pendidik, namun juga mampu menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan adanya landasan akhlakul karimah tersebut,
diharapkan suatu proses belajar mampu menghasilkan out put yang tidak
hanya pandai dalam materi tapi juga berkarakter. Sebab tujuan pendidikan
nasional adalah mengembangkan manusia Indonesia sesuai dengan fitrahnya
untuk menjadi pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, demokratis, menjunjung tinggi hak asasi manusia,
menguasai ilmu teknologi dan seni, memiliki kesehatan jasmani dan rohani,
memiliki ketrampilan hidup yang berharkat dan bermanfaat, memiliki
kepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan agar mampu mewujudkan kehidupan
bangsa yang cerdas.
Hal ini merupakan salah satu tugas seorang guru (pendidik) untuk
merupakan orang tua kedua di sekolah. Kurikulum 2013 disusun untuk
menyempurnakan kurikulum sebelumnya dengan pendekatan belajar aktif
berdasarkan nilai-nilai agama dan budaya bangsa (Syam, 2014:1). Tidak
terkecuali dengan pelajaran Fiqih. Dalam penelitian ini peneliti lebih fokus
pada mata pelajaran Fiqih untuk siswa kelas X di Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) Purworejo. Dengan beberapa pertimbangan, diantaranya yaitu
karena Fiqih merupakan salah satu ilmu agama yang membahas tentang
dasar-dasar hukum islam yang menjadi panduan seseorang khususnya kaum
muslim dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.
Belajar Fiqih merupakan hal yang sangat penting dimana dalam
kehidupan ini semua manusia tidak akan terhindar dari problematika
kehidupan, baik itu kerusakan moral ataupun persoalan hidup lain yang
mengharuskan seseorang tersebut menggunakan dasar hukum dalam Islam.
Sebab ilmu Fiqih mengatur segala hukum Allah atau syari’at islam yang
berhubungan dengan segala pekerjaan atau aktivitas mukalaf, yang mana
hukum ini diambil dari Al-Qur’an dan as-Sunnah dengan jalan ijtihad. Oleh
sebab itu, sangat penting bagi individu muslim untuk mempelajari ilmu
Fiqih agar bisa memahami adanya suatu hukum dalam islam sebagai rujukan
yang diambil dari beberapa sumber hukum islam.
Hasil belajar sangat beragam bentuknya, diantaranya adalah
nilai/angka, sikap atau tingkah laku, prestasi dan masih banyak lagi.
Biasanya dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu dalam ranah kognitif,
merupakan penunjang berlangsungnya pembelajaran kurikulum 2013.
Menurut Sukanti (2011:2-3) hal tersebut mencakup beberapa unsur
diantaranya ialah penerimaan, tanggapan, menilai, pengorganisasian dan
menghayati nilai. Termasuk belajar ilmu Fiqih. Dalam skripsi ini penulis
akan memfokuskan pada satu mata pelajaran agama untuk dijadikan fokus
penelitian yaitu ilmu Fiqih. Pelajaran Fiqih cenderung dianggap mudah oleh
sebagian besar siswa. Akan tetapi banyak siswa yang meremehkan pelajaran
ini dan siswa cenderung bosan pada waktu pelajaran Fiqih, terlebih guru
mata pelajaran tersebut selalu menggunakan metode ceramah dalam
pembelajaran. Selain bosan dengan metode mengajar yang monoton, siswa
juga kurang termotivasi untuk menerapkan nilai-nilai yang terkandung
dalam mata pelajaran Fiqih kedalam kehidupan sehari-hari mereka.
Seseorang akan berhasil dalam belajar, apabila pada diri seseorang tersebut
ada keinginan untuk belajar.
Salah satu cara yang dapat dilakukan ialah menerapkan
pemahaman tentang reward dan punishment dalam pembelajaran sebagai
alat pendamping metode pembelajaran untuk memicu semangat belajar agar
siswa mendapatkan hasil belajar yang optimal. Reward dan punishment ini
merupakan salah satu bentuk peduli atau usaha guru dalam membangkitkan
semangat belajar siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.
Reward dan Punishment sebenarnya dapat dijadikan alat yang efektif dalam
pencapaian tujuan pendidikan atau boomerang (serangan baik) bagi anak.
Hal ini dalam pendidikan Islam sudah begitu dikenal namun dibeberapa dekade belakangan ini alat pendaming tersebut kurang populer lagi karena banyak pendidik Islam yang lebih menyukai konsep Barat yang cenderung menyampingkan aspek afektif, yang mana dapat menghilangkan kemurnian tujuan pendidikan sendiri yaitu membentuk manusia bukan saja pandai dalam keintelektualannya, tapi juga aspek spiritulnya perlu di bangun secara serempak.
Namun juga perlu diperhatikan, ketika pemberian reward dan punishment
harus sesuai dengan dosis atau ukuran agar berdampak positif terhadap hasil
belajar siswa di sekolah.
Berawal dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji
lebih lanjut melalui skripsi yang berjudul “Hubungan Penerapan Reward dan
Punishment dengan Hasil Belajar Fiqih pada Siswa Kelas X Madrasah
Aliyah Negeri (MAN) Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan penjelasan di atas, penulis dalam
penelitian ini mengambil pokok-pokok masalah sebagai berikut:
11. Bagaimana penerapan reward dan punishment dalam pembelajaran fiqih
di kelas X MAN Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015?
12. Bagaimana hasil belajar Fiqih pada siswa kelas X di MAN Purworejo
Tahun Pelajaran 2014/2015?
13. Adakah hubungan reward dan punishment dengan hasil belajar fiqih
siswa kelas X di MAN Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:
pembelajaran fiqih di kelas X MAN Purworejo Tahun Pelajaran
2014/2015.
6. Untuk mengetahui hasil belajar mata pelajaran fiqih pada siswa kelas X
di MAN Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015.
7. Untuk mengetahui adakah hubungan reward dan punishment dengan
hasil belajar mata pelajaran fiqih siswa kelas X di MAN Purworejo
Tahun Pelajaran 2014/2015.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang artinya di bawah dan
“thesa” artinya kebenaran (Arikunto, 1990:68). Suatu teori sementara yang
kebenarannya masih diuji (di bawah kebenaran). Hipotesis penelitian ialah
rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoretis yang diperoleh dari kajian
pustaka (STAIN Salatiga, 2008:16). Hipotesis tersebut sebagai tuntutan
sementara dalam penelitian untuk mencari jawaban yang benar. Berdasarkan
rumusan masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan sebuah hipotesis
penelitian yaitu reward dan punishment yang diterapkan berhasil, hasil
belajar Fiqih yang cukup baik, dan ada hubungan yang positif antara reward
dan punishment dengan hasil belajar Fiqih pada siswa kelas X di MAN
Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015.
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keguaan, baik kegunaan teoritis
maupun kegunaan praktis.
Dengan diadakan penelitian tentang hubungan reward dan
punishment dengan hasil belajar akan menambah wawasan dan
pengetahuan tentang adanya hubungan antara reward dan punishment
terhadap hasil belajar.
2. Kegunaan praktis
e. Bagi guru
Memberi sumbangan ide bagi guru tentang alat pendamping
pembelajaran yang aktif, kreatif, dan interaktif untuk meningkatkan
semangat siswa dalam rangka mengoptimalkan hasil belajar dan
kreatifitas dalam proses pembelajaran.
b. Bagi siswa
Dengan adanya penelitian ini, siswa akan lebih tertarik dalam
proses pembelajaran dan lebih bersemangat dalam meraih hasil
belajar yang optimal, serta melatih siswa untuk lebih kreatif dan
interaktif baik terhadap materi maupun terhadap guru.
c. Bagi sekolah
Dengan adanya penelitian ini, sekolah dapat melihat
perkembangan hasil belajar siswa melalui kekreatifan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru, selain itu dengan meningkatnya hasil
belajar siswa dengan menggunakan reward dan punishment ini dapat
meningkatkan mutu pembelajaran yang baik bagi sekolah tersebut.
d. Bagi peneliti
yang mendidik bagi peneliti serta menambah motivasi untuk melatih
diri agar mampu menjadi guru yang tidak sekedar mentransfer ilmu
kepada peserta didik, namun juga menjadi pendidik yang mampu
membimbing siswa agar memilki karakter yang baik yang
berlandaskan akhlakul karimah.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap skripsi ini
serta untuk menjaga sebagai wujud antisipasi timbulnya kesalahpahaman
serta pengaburan pemahaman makna, maka sebelum membahas lebih lanjut
tentang skripsi ini terlebih dahulu ditegaskan istilah-istilah yang terdapat
dalam judul skripsi ini:
6. Reward dan Punishment
Dalam kamus bahasa Inggris Reward yaitu ganjaran, hadiah atau
memberi penghargaan (Echols, 2006: 485). Sedangkan Punishment
merupakan suatu perbuatan, dimana kita secara sadar dan sengaja
menjatuhkan hukuman kepada orang lain (Rasimin, 2011:5).
Beberapa indikator reward yang sesuai dengan jenjang SMA
diantaranya yaitu:
a. Guru memberikan motivasi saat pembelajaran.
b. Guru memberikan pandangan dan senyuman kepada siswa yang
menyapa.
c. Tepukan punggung (apresiasi).
yang berhasil melakukan sesuatu yang positif.
e. Guru memberikan pujian atau sanjungan kepada siswa yang bisa
menjawab pertanyaan.
f. Imbalan berupa tambahan nilai kepada siswa yang aktif.
g. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang mampu
menjawab pertanyaan.
h. Guru memberikan acungan jempol kepada siswa yang bisa
menjawab pertanyaan dengan benar.
i. Guru berlaku baik kepada siswa.
Berikut bentuk-bentuk punishment yang sesuai atau masih pantas
diberikan pada siswa tingkat SMA ialah:
i. Guru memberi peringatan atau teguran kepada siswa yang
melanggar peraturan.
j. Guru menberi sanksi kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas.
k. Hukuman fisik misalnya memukul atau menjewer, melempar
sesuatu seperti penghapus.
l. Guru memberi ancaman kepada siswa yang sulit diatur.
m. Guru memberi sindiran kepada siswa yang tidak memperhatikan
pelajaran.
n. Pemberian alfa atau tanda khusus bagi yang tidak masuk tanpa
keterangan dan terlambat masuk kelas.
o. Guru memberikan nasihat kepada siswa yang mendapatkan nilai
7. Hasil belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Universitas Sumatera
Utara: 13). Bentuk-bentuk hasil belajar dapat dibagi menjadi tiga ranah
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
8. Fiqih
Fiqih merupakan salah satu mata pelajaran dari rumpun
Pendidikan Agama Islam yang terdapat di sekolah terutama sekolah yang
berlatar belakang Islami, baik tingkat menengah maupun tingkat atas.
Secara substansial, Fiqih memiliki kontribusi dalam memberikan
motivasi kepada pesrta didik untuk mempraktikan dan menerapkan
hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari (Kementrian Agama, 2014:2).
G. Metodologi Penelitian 1.Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan
korelasional. Penelitian korelasional ialah suatu penelitian yang
melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada
hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih.
Penelitian ini dilakukan ketika ingin mengetahui tentang ada tidaknya
dan kuat lemahnya hubungan variabel yang terkait dalam suatu objek
atau subjek yang diteliti.
2.Lokasi dan Waktu Penelitian
yaitu di Jl. Kartini No. 17 Purworejo. Kampus yang terletak di Jl. Kartini
tersebut merupakan kampus satu yang digunakan untuk belajar siswa
kelas X. Sedangkan kelas XI dan XII berada di kampus dua yang terletak
di Jl. Brigjen Katamso, Pangen Juru Tengah, Purworejo. Penelitian ini
peneliti lakukan pada Tahun Pelajaran 2014/2015 tepatnya pada
pertengahan semester genap, satu bulan sebelum pengumpulan data
peneliti melakukan observasi dan 3 hari mulai hari Kamis, 27 Februari
2015 sampai 02 Maret 2015 merupakan pengumpulan data.
3.Populasi dan Sampel c. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Menurut
Wasito (1993: 49) populasi adalah keseluruahan objek penelitian
yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, nilai tes, atau
peristiwa sebagai sumber data yang memilki karakteritik tertentu
dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh
siswa kelas X yang mendapat mata pelajaran Fiqih, yaitu berjumlah
kurang lebih 320 siswa.
d. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili
populasi yang ada. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 64 siswa.
4.Metode Pengumpulan Data b. Metode Angket
menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan
oleh orang yang menjadi objek penelitian. Angket atau kuesioner
dapat juga diartikan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab
sebagai data untuk memperoleh informasi dari responden (Arikunto,
2010: 194). Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan data
yang berkaitan dengan reward dan punishment.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu suatu metode yang digunakan
untuk mendapatkan data yang dipakai untuk mengetahui data yang
dapat dilihat secara langsung. Dokumentasi, berasal dari kata
dokumen, yang artinya barang-barang tertulis (Arikunto, 2010).
Metode ini digunakan untuk menghimpun data yang
berkaitan dengan hasil belajar Fiqih, gambaran umum situasi dan
kondisi sekolah MAN Purworejo kelas X Tahun Ajaran 2014/2015
yang meliputi letak geografis, keadaan guru dan siswa, administrasi
sekolah dan berbagai hal yang bersifat dokumentatif berupa catatan,
buku, arsip, dan lainnya sebagai data pelengkap.
d. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara
pengamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti. Dalam
teknik pengamatan, peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan
5.Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang mana
berkaitan dengan angka-angka. Penelitian ini menggunakan rumus
statistik Product Moment.
Berikut adalah rumus dari Product Moment:
{
å
å
}{
å
å
}
N = banyaknya subjek pemilik nilaiå
= sigma (jumlah)H. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini disusun berdasarkan sistematika penulisan
sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan, dalam halaman ini dikemukakan: Latar
Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis,
Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Metodologi Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
BAB II: Kajian Pustaka, dalam bab ini berisi: Pengertian Reward dan
Punishment dan Perkembangan Hasil Belajar Siswa. Dengan uraian sebagai
berikut: Pengertian Reward dan Punishment, Macam-macam Reward dan
Punishment, Fungsi Reward dan Punishment, dan Teori-teori Pembelajaran.
Klasifikasi Hasil Belajar, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar,
dan Membahas sedikit mengenai mata pelajaran Fiqih. Serta Hubungan
Reward dan Punishment dengan hasil Fiqih belajar siswa.
BAB III: Hasil Penelitian, dalam bab ini menguraikan tentang Hasil
Penelitian. Halaman ini berisi: Gambaran umum MAN Purworejo, yang
terdiri dari Visi dan Misi, Sejarah singkat MAN Purworejo, dan Penyajian
Data.
BAB IV: Analisis Data, pada bab ini berisi tentang analisis data yang
terkumpul dari penelitian, meliputi: Deskripsi Data Hasil Penelitian,
Pembahasan Hasil Penelitian.
BAB V: Kesimpulan dan Saran-saran, halaman ini terdiri dari
BAB II KAJIAN PUSTAKA
I. Reward dan Punishment
4. Pengertian Reward dan Punishment
Proses belajar mengajar merupakan salah satu aspek untuk
meningkatkan mutu pendidikan, yaitu dengan guru dan peserta didik
yang sama-sama berperan aktif di dalamnya. Untuk mendukung hal
tersebut dan demi meningkatkan pengetahuan siswa, guru dituntut untuk
mampu menggunakan berbagai macam ketrampilan, strategi, dan metode
pembelajaran yang interaktif. Sebab dengan meningkatnya kefahaman
dan pengetahuan siswa, akan berpengaruh pada hasil belajar.
Dalam jaringan rekayasa paedagogis, harus memuat sebuah upaya
untuk membuat anak mau dan dapat belajar atas dorongan sendiri untuk
mengembangkan bakat, pribadi, dan potensi secara optimal. Hal tersebut
berkaitan dengan reward (hadiah) dan punishment (hukuman) sebagai
salah satu alat pendamping metode pembelajaran yang sering
dipergunakan. Selain mendidik, guru juga mempunyai hak mengarahkan
pribadi siswa agar tidak hanya pandai dalam prestasinya namun juga
pandai dalam mengaplikasikan hasil belajarnya dalam kehidupan
sehari-hari.
Berikut akan dijelaskan mengenai ragam pengertian reward
meningkatnya hasil belajar siswa.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, hadiah merupakan
suatu pemberian, ganjaran (untuk pemenang diperlombaan, sayembara
atau pertandingan) (Poerwadarminta, 1982:337). Seseorang berhak
mendapat sebuah hadiah atau pemberian, setelah ia melakukan sesuatu
yang baik dan sesuai dengan harapan.
Sedangkan menurut Hamid dalam Husen (2012:3) menyatakan
bahwa reward adalah suatu alat pendidikan yang bersifat menyenangkan
dan membangkitkan atau mendorong anak untuk berbuat sesuatu yang
lebih baik. Selain itu, reward juga berfungsi sebagai sarana untuk
mempertahankan sesuatu yang baik. Suatu cara yang digunakan untuk
memberikan penghargaan kepada seseorang karena sudah mengerjakan
suatu hal yang benar, sehingga menimbulkan rasa semangat lagi untuk
mengulangi atau mengerjakan hal yang sama, juga disebut reward
(Jannah, 2013:15).
Dalam teori-teori pembelajaran dikenal efek yang dirasakan oleh
seseorang sebagai sesuatu yang menyenangkan, maka efek tersebut
disebut sebagai Reward atau hadiah (Sriyanti, dkk., 2009:72). Dalam
Islam pendidikan yang berkaitan dengan pemberian reward adalah
adanya ganjaran yang diberikan kepada pemeluknya untuk senantiasa
menjadi seorang yang taat. Rosululloh menyebutnya dengan Targhib.
Seperti yang diungkapkan oleh Munawar berikut:
akhirat yang pasti dan baik demi mendapat ridho Allah (Munawar, 1990:4).
Bahkan banyak ayat yang menerangkan balasan yang diberikan
kepada orang-orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Sebagaimana dalam surat Al-Zalzalah ayat 7-8:
ر َذ َل ﺎَﻘْﺜِﻣ ْﻞَﻤْﻌَﯾ ْﻦَﻤَﻓ
Artinya : barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya(7). Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula (8) (Menara Kudus:599).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat diambil satu kesimpulan
bahwa pemberian hadiah atau reward merupakan salah satu alat
pendamping dalam proses pembelajaran yang diberikan guru kepada
anak didik sebagai suatu pendorong, penyemangat dan motivasi agar
peserta didik lebih termotivasi untuk meningkatkan dan
mempertahankan hasil belajarnya sesuai yang diharapkan, baik secara
kognitif, afektif, maupun secara psikomotorik. Dan diharapkan dengan
adanya pemberian hadiah tersebut muncul adanya keinginan dari anak
untuk lebih membangkitkan minat belajar dan meningkatkan hasil
belajar yang tumbuh dari dalam diri siswa tersebut tanpa adanya
paksaan.
Selanjutnya akan dipaparkan juga mengenai beberapa definisi
punishment atau hukuman yang juga sebagai salah satu alat pendidikan
sekaligus sebagai bentuk konsekuensi tingkah laku yang sudah dilakukan,
Punishment merupakan siksaan atas perilaku yang telah diperbuat
(Echols, 1992:456). Bila seseorang melakukan perbuatan yang tidak
sesuai dengan harapan atau aturan, maka ia akan mendapatkan hukuman
atau punishment.
Menurut Rasimin (2011:06), hukuman dapat diartikan sebagai
pemberian sesuatu yang tidak menyenangkan, karena seseorang tidak
melakukan apa yang diharapkan. Dalam proses pembelajaran,
punishment harus mampu memberi efek mendidik atau penguat bagi
anak agar tidak mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan.
Dalam konteks Islam, hukuman dikenal dengan istilah tarhib.
Membahas mengenai tarhib atau hukuman, Munawar (1990:4)
mengungkapkan tentang pengertian tarhib, yaitu ancaman dari Allah
yang dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa takut pada hamba Nya dan
memperlihatkan sifat-sifat kebesaran Tuhan agar mereka selalu
berhati-hati dalam bertindak serta melakukan kesalahan. Konsekwensi
atau hukuman bagi seseorang yang melanggar syari’at Allah bisa berupa
teguran, ujian atau cobaan yang bertujuan agar orang tersebut bisa
mengoreksi diri sendiri dan mengambil hikmahnya untuk tidak
mengulangi kesalahan yang sama.
Berkaitan dengan hal ini, dalam memberikan hukuman
hendaknya memperhatikan kondisi anak atau peserta didik, sebab
hukuman yang diberikan kepada anak atau siswa supaya dapat mengena
Dari beberapa pemaparan mengenai definisi hukuman di atas,
dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian hukuman ialah pemberian
penderitaan atau sesuatu yang tidak menyenangkan kepada seseorang
(anak atau peserta didik) karena anak tersebut melanggar atau berbuat
sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan atau aturan, dan dengan tujuan
memberikan efek jera kepada anak agar tidak mengulangi kesalahannya
kembali. Karena pada dasarnya sebuah hukuman akan memberikan efek
jera berupa perilaku.
5. Unsur-unsur dalam Pemberian Reward dan Punishment
Reward dan punishment merupakan salah satu metode pendidikan
yang sering digunakan pendidik sebagai pemacu semangat belajar siswa
untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal. Pemberian reward dan
punishment hendaknya disesuaikan dengan kaidah atau nilai-nilai yang
sesuai dan mendidik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian reward
atau hadiah menurut Brophy dalam buku Arikunto (1980:165-166),
diantaranya sebagai berikut:
a. Hadiah hendaknya diberikan secara spontan, artinya jangan sampai ditangguhkan terlalu lama.
b. Hadiah hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan sifat dari aspek yang menunjukkan keistimewaan prestasi.
c. Hadiah hendaknya disesuaikan dengan prestasi yang dicapai anak.
d. Jangan memberikan hadiah atau penghargaan sebelum siswa berbuat.
Pemberian hadiah atau penghargaan tidak selamanya bersifat baik,
namun tidak menutup kemungkinan bahwa pemberian reward
merupakan salah satu hal yang bersifat positif. Adakalanya pemberian
reward yang tidak sesuai dengan kaidah atau dosis yang sesuai akan
menimbulkan salah arti bagi penerima hadiah. Menurut Armai Arif
dalam jurnal Rasimin berpendapat mengenai implikasi pemberian
penghargaan akan bersifat negatif apabila pelaksanaan pemberian
penghargaan digunakan sebagai pembanding antara kemampuan si
penerima hadiah dengan teman-temannya atau temannya dianggap lebih
rendah(Rasimin, 2011:4).
Selain reward, punishment atau hukuman juga mempunyai
beberapa unsur atau hal penting yang harus diperhatikan dalam
penerapannya, terutama dalam ranah pendidikan. Selain itu pendidik
(guru) dalam memberikan punishment harus menjelaskan kesalahan apa
yang dilakukan oleh anak agar hukuman tersebut bisa diterima dan
berhasil dalam tugas edukatifnya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian suatu
punishment atau hukuman ialah sebagai berikut:
1. Punishment harus disesuaikan dengan permasalahan dan kondisi anak.
2. Besar kecilnya pelanggaran serta perbedaan individual mempengaruhi bentuk punishment yang diberikan.
3. Hukuman yang diberikan bersifat konsisten.
6. Tujuan Reward dan Punishment
Secara substansi Reward dan Punishment memiliki tujuan yang
sama, yaitu sebagai reinforcement (penguatan) demi tercapainya
kemandirian belajar anak. Tujuan pemberian penghargaan sama dengan
pemberian hukuman, yaitu sama-sama membangkitkan perasaan dan
tanggung jawab.
a. Reward (hadiah)
Penghargaan atau hadiah bertujuan agar anak lebih
bersemangat dalam memperbaiki atau mempertahankan sesuatu
yang sudah dianggap baik, misalnya seperti hasil belajar. Hasil
belajar bisa berupa prestasi (dalam bentuk angka/nilai), sikap atau
tingkah laku. Reward merupakan salah satu teknik yang dianggap
berguna sebagai penguatan akan perilaku positif yang dilakukan
oleh peserta didik.
Pemberian hadiah adalah bentuk reinforcement atau
penguatan yang positif. Berkaitan dengan ini Marno dalam Musfiroh
(2012:26-27) berpendapat mengenai beberapa tujuan pemberian
Reward yang disertai reinforcement atau penguatan diantaranya
yaitu:
1) Meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar mengajar di
kelas.
2) Membangkitkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi
3) Mengendalikan serta membenahi tingkah laku siswa yang
kurang positif.
4) Mendorong munculnya sikap atau tingkah laku yang positif dan
produktif.
Kesimpulan dari keempat poin tersebut ialah bahwa tujuan
pemberian reward kepada peserta didik yang disertai reinforcement
atau penguat ialah sebagai pendorong, langkah untuk
mempertahankan atau meningkatkan tingkah laku atau sesuatu yang
positif dan lebih baik.
Jadi reward merupakan alat, bukan merupakan suatu tujuan,
oleh sebab itu perlu diperhatikan oleh para pemberi hadiah bahwa
jangan sampai hadiah/reward tersebut menjadi suatu tujuan atau
salah arti bagi anak atau calon penerima hadiah.
Tujuan pemberian reward menurut Hamalik dalam sistem
pembelajaran sebagaimana dikutip oleh Rasimin dalam jurnalnya
ialah bahwa setelah seseorang menerima reward atau penghargaan
karena telah melakukan kegiatan belajar dengan baik, dan kemudian
ia akan terus melakukan kegiatan belajarnya secara mandiri di luar
kelas atau sekolah (Rasimin, 2011:7). Kegiatan belajar tidak
semuanya harus berbau akademik, namun semua hal yang dilakukan
untuk mendapatkan tambahan pengetahuan atau pengalaman juga
disebut belajar, termasuk belajar memperbaiki atau mempertahankan
b. Punishment (hukuman)
Hukuman merupakan suatu konsekwensi yang harus diterima
seseorang karena melakukan suatu tindakan yang tidak sesuai
dengan yang diharapkan atau suatu kesalahan. Tujuan pemberian
suatu hukuman adalah agar seseorang tersebut merasa jera dan
diharapkan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Bukti
menunjukkan, bahwa memberi hukuman atas kelakuan siswa yang
tak pantas lebih efektif dari pada tidak menghukum (Psikologi
Belajar, 2013:221). Tidak hanya dalam dunia kriminal suatu
hukuman itu diterapkan, namun dalam ranah pendidikan atau
pembelajaran suatu hukuman juga diberlakukan bagi siswa yang
tidak mematuhi peraturan.
Menurut Ahmadi dalam jurnal Rasimin, memaparkan bahwa
dalam proses pembelajaran, hukuman merupakan salah satu metode
untuk mencapai tujuan pendidikan, sehingga pemberian hukuman
harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, yaitu:
1) Hukuman diadakan karena pelanggaran, dan kesalahan yang diperbuat oleh anak didik.
2) Hukuman diadakan dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran yang telah dilakukan oleh siswa.
Meskipun hukuman diartikan sebagai pemberian beban atau
nestapa kepada seseorang yang telah melakukan suatu pelanggaran,
namun disisi lain hukuman memiliki maksud atau tujuan positif bagi
peneriman hukuman tersebut agar tidak mengulangi kesalahan yang
Merujuk dari beberapa pemaparan mengenai tujuan suatu
hukuman dapat disimpulkan bahwa hukuman yang diberikan kepada
penerima hukuman harus mampu membangkitkan kesadaran yang
timbul dari dalam diri anak terhadap kesalahan yang diperbuat oleh
anak. Sebab hukuman dapat mengatasi tingkah laku yang tidak
diinginkan dalam waktu singkat, namun harus disertai dengan
reinforcement, selain itu, hukuman juga menunjukkan apa yang
tidak boleh dilakukan oleh siswa (Psikologi Belajar, 2013:221).
7. Indikator Reward dan Punishment
Seorang pendidik/guru dalam pemberian hadiah (reward) dan
hukuman (punishment) harus memiliki kekreatifan dan daya inovatif
yang mumpuni. Sebab dalam proses pembelajaran, kondisi psikis tiap
peserta didik berbeda-beda, selain itu pemberian hadiah dan hukuman
juga harus disesuaikan dengan hal yang dilakukan oleh anak. Oleh sebab
itu, dibawah ini akan dipaparkan mengenai beberapa bentuk dari reward
dan punishment dalam konteks pendidikan. Secara umum ada berbagai
macam bentuk reward dan punishment dalam ranah pendidikan baik
dalam bentuk materi ataupun non materi, diantaranya yaitu:
Indikator Reward menurut Rasimin (2011:8) ialah Pemberian
kepercayaan, senyuman, pandangan, tepukan punggung. Selain itu
beberapa bentuk reward lainnya dalam pembelajaran adalah pujian,
imbalan materi/hadiah, memandang dan tersenyum, menulis namanya di
mereka (murid), dan motivasi.
Sedangkan Arikunto menjelaskan bahwa bentuk reward dalam
konteks pendidikan ialah peringkat dan simbul-simbul lain, penghargaan,
hadiah berupa kegiatan dan hadiah berupa benda (Arikunto,
1980:161-164). Meskipun secara umum bentuk reward terdapat berbagai
macam bentuk, namun dalam pemberian hadiah akan berbeda antara
tingkat sekolah dasar, menengah, dan tingkat atas. Karena akan
ditentukan sesuai tingkat usia calon penerima hadiah.
Berhubung peneliti melakukan penelitian pada tingkat menengah
atas (SMA), maka dari beberapa pendapat tersebut, reward dapat
disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa tersebut. Beberapa bentuk
reward yang sesuai dengan jenjang SMA diantaranya yaitu:
a. Guru memberikan motivasi saat pembelajaran.
b. Guru memberikan pandangan dan senyuman kepada siswa yang
menyapa.
c. Tepukan punggung (apresiasi).
d. Guru memberikan hadiah berupa benda atau materi kepada siswa
yang berhasil melakukan sesuatu yang positif.
e. Guru memberikan pujian atau sanjungan kepada siswa yang bisa
menjawab pertanyaan.
Hadiah berupa pujian ini mempunyai arti adanya sebuah
perhatian (Arikunto, 1980:161). Tidak hanya anak kecil, namun
diperhatikan atau mendapat perhatian, seseorang tersebut akan
merasa lebih dihargai dan cenderung akan bertindak positif.
f. Imbalan berupa tambahan nilai kepada siswa yang aktif.
g. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang mampu
menjawab pertanyaan.
h. Guru memberikan acungan jempol kepada siswa yang bisa
menjawab pertanyaan dengan benar.
i. Guru berlaku baik kepada siswa.
Sedangkan punishment atau hukuman ialah suatu beban nestapa
yang diberikan kepada seseorang karena telah melakukan suatu
kesalahan atau melanggar hal yang tidak sesuai dengan kehendak.
Dibawah ini akan disebutkan beberapa macam bentuk punishment dari
berbagai rujukan, diantaranya yaitu:
Berkaitan dengan hal tersebut Arikunto dalam bukunya
menyebutkan beberapa bentuk hukuman dalam ranah pendidikan,
diantaranya adalah: pengurangan skor atau penurunan peringkat,
pengurangan hak, hukuman berupa denda, pemberian celaan, penahanan
sesudah sekolah, penyekoresan, dan referal atau menunjuk (Arikunto,
1980:174-176).
Selain itu menurut Rasimin (2011:14) mengenai pemberian
hukuman sesuai karakter guru, yaitu:
hal ini penyampaian materi dalam KBM menjadi titik fokus, sehingga guru menafikkan kondisi psikis dan jasmani anak. b. Pendidik atau guru yang memiliki karakter hangat, biasanya
cenderung memakai semua bentuk punishment sesuai dengan perbedaan individual anak, selain itu dengan melihat latar belakang permasalahan yang kemudian digunakan untuk menentukan jenis hukuman dari hukuman ringan seperti peringatan sampai hukuman berat.
c. Pendidik atau guru yang berkarkter dingin, biasanya sikap kurang sabar dan tidak bersahabat melekat pada guru tersebut yang menjadikan guru tersebut lebih cenderung memilih hukuman yang bersifat praktis, seperti: melempar penghapus, memukul, bahkan menjewer (Rasimin, 2011:14).
Merujuk pada beberapa hal yang telah disebutkan tersebut maka
dapat diambil beberapa bentuk punishment yang sesuai untuk jenjang
menengah atas. Berikut bentuk-bentuk punishment yang sesuai atau
masih pantas diberikan pada siswa tingkat SMA ialah:
a. Guru memberi peringatan atau teguran kepada siswa yang
melanggar peraturan.
b. Guru menberi sanksi kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas.
c. Hukuman fisik misalnya memukul atau menjewer, melempar
sesuatu seperti penghapus.
d. Guru memberi ancaman kepada siswa yang sulit diatur.
e. Guru memberi sindiran kepada siswa yang tidak memperhatikan
pelajaran.
f. Pemberian alfa atau tanda khusus bagi yang tidak masuk tanpa
keterangan dan terlambat masuk kelas.
g. Guru memberikan nasihat kepada siswa yang mendapatkan nilai
J. HasilBelajar
1. Pengertian hasil belajar
Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan untuk
memperoleh pengetahuan atau suatu hal baru yang dirasa belum
diketahui. Menurut Santrock yang tercantum dalam skripsi di
Universitas Sumatra Utara (2010:1) menjelaskan pengerian belajar ialah
perubahan yang relatif permanen pada perilaku, pengetahuan dan
kemampuan berfikir yang diperoleh karena pengalaman. Belajar tidak
hanya sebatas dalam bidang akademik saja, melainkan non akademik
juga. Berkaitan dengan hal tersebut, dapat dijelaskan bahwa hasil belajar
ialah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya (Universitas Sumatera Utara, 2010:13).
Merujuk dari beberapa pendapat tentang pengertian hasil belajar
tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar ialah suatu wujud
kemampuan yang dimiliki siswa setelah mendapat pengalaman dan
pengetahuan dalam belajarnya, baik hasil secara kognitif, afektif ataupun
psikomotorik. Dalam hal ini peneliti akan lebih fokus dalam meneliti
hasil belajar dalam ranah afektif (cenderung pada sikap/tingkah laku
2. Bentuk-bentuk Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu wujud kemampuan yang dimiliki
seseorang setelah mendapat pengetahuan dalam belajarnya. Hasil belajar
meliputi beberapa macam diantaranya berupa nilai/angka, sikap atau
penulis dari berbagai rujukan, hasil belajar dapat dikelompokkan dalam
tiga ranah, yaitu: ranah kognitif, afektif, dan psikomotik. Berikut
penjelasan dari ketiga bentuk hasil belajar tersebut:
p. Ranah kognitif
Ialah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala
upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah
kognitif.
Ranah kognitif meliputi:
1) Pengetahuan
2) Pemahaman
3) Aplikasi
4) Analisis
5) Sintesia
6) Evaluasi
q. Ranah afektif
Ranah afektif ini berkaitan dengan sikap dan nilai. Tipe
hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam bentuk tingkah laku
dan nilai.
Tingkah laku tersebut misalnya seperti:
1) Perhatian terhadap pelajaran
2) Disiplin
3) Motivasi belajar
5) Kebiasaan belajar
6) Hubungan sosial
r. Ranah psikomotorik
Hasil belajar dalam ranah psikomotorik merupakan ranah
yang berkaitan dengan ketrampilan (skill) atau kemampuan bertindak
setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Dari ketiga ranah hasil belajar tersebut, penulis akan
mengkaji lebih dalam mengenai hasil belajar dalam ranah afektif
yaitu yang berkaitan dengan sikap atau tingkah laku.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor
dari luar individu. Belajar akan menghasilkan hasil belajar yang optimal
ketika siswa dan guru mampu memahami faktor apa saja yang
berpengaruh. Dalam hal ini Sriyanti (2013:20-21) menjelaskan beberapa
faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu:
a. Faktor eksternal (faktor dari luar individu), meliputi dua hal yaitu:
1) Faktor non sosial, ialah faktor-faktor di luar individu yang
berupa kondisi fisik, terutama yang ada di lingkungan belajar.
Misalnya: cuaca, gedung, dan sejenisnya.
2) Faktor sosial, yaitu beberapa faktor yang ada di luar individu
yang berupa manusia, seperti keluarga, lingkungan sekolah, dan
belajar, kedekatan hubungan antara anak dengan orang lain,
keharmonisan/pertengkaran dalam keluarga.
b. Faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri individu/siswa).
Faktor internal terdiri dari dua faktor, yaitu faktor fisiologis dan
faktor psikologis.
j. Faktor fisiologis (kondisi fisik), misalnya tingkat kesehatan dan
kebugaran fisik siswa.
k. Faktor psikologis (faktor psikis), misalnya seperti tingkat
kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, dan kepribadian.
Faktor eksternal dan internal tersebut berpengaruh pada tingkat
keberhasilan belajar, pengaruhnya bisa bersifat positif-mendukung
atau bisa juga negative- menghambat.
4. Teori-teori Belajar
Menurut Sriyanti, dkk., teori-teori belajar dibagi menjadi
beberapa bagian, diantaranya ialah sebagai berikut:
e. Teori Kondisioning Klasik (Ivan P Pavlov)
Ialah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya
stimulus atau rangsangan yang kemudian menimbulkan reaksi atau
respon (Sriyanti, dkk., 2013:33). Yang terpenting dalam teori ini
adalah adanya latihan secara terus menerus. Penerapan teori
responden ini dalam konteks belajar hendaknya digunakan untuk
menjelaskan proses belajar secara umum, yaitu pengaruh kondisi
belajar (Mulyati, 2005:34).
f. Teori Koneksionisme (Edward Lee Thorndike)
Dari hasil eksperimennya, Thorndike menyimpulkan bahwa
hadiah dan hukuman tidak berlawanan secara lurus (Mulyati,
2005:43). Dengan kata lain, akibat dari pemberian hadiah dan
hukuman tidak selalu berbanding sebanding. Sebab menurut
Mulyati dalam bukunya menyatakan bahwa ternyata hadiah lebih
kuat pengaruhnya dari pada hukuman. Perbuatan yang menimbulkan
adanya penghargaan atau hadiah cenderung diikuti dengan
pengulangan, sedangkan hukuman tidak selalu diikuti dengan
pengulangan perbuatan (2005:44). Bagi Thorndike mengajar bukan
mengharap siswa tahu apa yang diajarkan, tetapi mengajar ialah
tahu apa yang akan diajarkan, respon apa yang diharapkan, apa
tujuan pendidikan, kapan harus memberi hadiah, dll (Sriyanti, dkk.,
2013:41).
g. Teori Operan Kondisioning (B.F Skinner)
Teori ini menjelaskan bahwa lingkungan memiliki pengaruh
luar biasa pada proses belajar dan perilaku (Sriyanti, dkk., 2013).
Oprerant conditioning berbeda dengan conditioning klasik. Jika
dalam contitioning klasik reinforcement dilakukan berulang-ulang
sehingga menghasilkan tingkah laku, sedangkan dalam operant
conditioning terjadi sebaliknya, yaitu jawaban atau tingkah lakulah
sesuatu.
Berkaitan dengan hal ini Dahar dalam Mulyati (2005:46)
menyatakan bahwa operant conditioning ialah penggunaan
konsekuensi-konsekuensi menyenangkan dan tidak menyenengkan
untuk mengubah perilaku. Sebagai contoh ialah: Bila perilaku
seseorang segera diikuti konskuensi menyenangkan, ia akan lebih
sering terlihat dalam perilkau tersebut (Mulyati, 2005).
K. Mata Pelajaran Fiqih
1. Pengertian Mata Pelajaran Fiqih
Fiqih ialah suatu ilmu yang mempelajari dasar hukum atau
syari’at agama islam yang mengatur tentang hukum dalam islam yang
berkaitan dengan kehidupan mukalaf dalam sehari-hari.
Fiqih merupakan salah satu mata pelajaran dari rumpun agama
yang terdapat di sekolah terutama sekolah yangberlatar belakang islami,
baik tingkat menengah maupun tingkat atas seperti SMP/MTs dan
SMA/MA. Mata pelajaran fiqih di Madraah Aliyah adalah salah satu
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan
dari fiqih yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah
Tsanawiyah/SMP (Kemenag, 2014:12). Peningkatan tersebut dilakukan
dengan cara mempelajari, dan memperdalam kajian fiqih baik yang
menyangkut aspek ibadah ataupun muamalah, untuk menggali tujuan
dan hikmahnya, serta sebagai persiapan untuk melanjutkan ke jenjang
Berkaitan dengan hal tersebut, Kementrian Agama memaparkan
dalam buku pedoman bagi guru fiqih bahwa secara substansial, mata
pelajaran fiqih memilki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam
kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT., dengan diri
manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun
lingkungannya (2014:12).
2. Tujuan Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah
Secara substansial pelajaran fiqih memiliki beberapa tujuan
pokok, sesuai yang tercantum dalam buku panduan guru mata pelajaran
fiqih sebagai berikut:
a. Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip, kaidah-kaidah, dan
tatacara pelaksanaan hukum Islam baik yang berkaitan dengan
ibadah maupun muamalah, sebagai pedoman hidup dalam khidupan
pribadi dan sosial.
b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan
benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam
menjalankan ajaran agama Islam (Kemenag, 2014:2).
Sebab dengan mempelajari dan memahami ilmu fiqih juga,
seorang muslim/siswa akan tahu bagaimana cara membedakan antara
3. Ruang Lingkup Pelajaran Fiqih SMA/MA
Pengemasan ajaran Islam dalam bentuk mata pelajaran di
lingkungan Madrasah dikelompokkan sebagai berikut, yang diajarkan
mulai jenjang Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan
Madrasah Aliyah (Kemenag, 2014:iv). Selain di ranah pondok pesantren,
pelajaran fiqih juga diajarkan di sekolah, terutama sekolah yang berbasis
Islam, baik tingkat dasar (Ibtidaiyah/Tsanawiyah) maupun jenjang
Aliyah. Pelajaran fiqih banyak membahas tentang dasar-dasar hukum
Islam (syari’at) beserta hikmah dan tatacara penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari, sebagai acuan kaum muslim dalam menjalani
kehidupan sehari-hari. Barikut ruang lingkup pelajaran fiqih jenjang
Aliyah kelas X yang dikemas oleh Kementrian Agama:
a. Kajian tentang prinsip-prinsip ibadah dan syari’at dalam Islam.
b. Hukum Islam dan perundang-undangan tentang zakat dan haji,
beserta hikmah dan cara pengelolaannya.
c. Hikmah kurban dan akikah.
d. Ketentuan hukum Islam tentang pengurusan jenazah.
e. Hukum Islam tentang kepemilikan.
f. Konsep perekonomian dalam Islam dan hikmahnya.
g. Hukum Islam tentang pelepasan dan perubahan harta beserta
hikmahnya.
h. Hukum Islam tentang wakalah dan sulhu, besrta hikmahnya.
j. Riba, bank, dan asuransi.
L. Reward dan Punishment dan Hasil Belajar Fiqih
Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh
pengetahuan atau hal baru yang dirasa belum diketahui. Suatu pembelajaran
akan menghasilkan hasil belajar yang optimal apabila proses pembelajarnya
berjalan dengan efektif dan produktif. Proses pembelajaran yang efektif dan
produktif yaitu apabila pihak guru dan siswa mampu saling berinteraksi
dengan baik, sebab dengan adanya interaksi antara guru dan murid dapat
menguntungkan kedua belah pihak, terutama pada saat proses pembelajaran
dan pemahaman materi. Proses belajar dapat dikatakan efektif bila pesrta
didik aktif (intelektual, emosional, sosial) mengikuti kegiatan belajar, berani
mengemukakan pendapat, bersemangat, kritis dan kooperatif
(Arifin,2009:303). Selain itu guru harus memiliki kekreatifan dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran yang komunikatif, agar proses
pembelajaran tidak membosankan dan tidak hanya sekedar mentransfer ilmu
kepada siswa saja, melainkan melibatkan siswa untuk aktif atau terlibat
dalam kegiatan belajar mengajar tersebut. Selain itu perilaku positif dan
perilaku negatif yang diperlihatkan oleh guru-guru juga ikut menentukan
sebagian besar efektivitas diri mereka dalam proses belajar mengajar dan
pada akhirnya menentukan dampak yang mereka berikan pada hasil belajar
siswa (baik prestasi maupun tingkah laku) (Stronge, 2007:145).
Dengan demikian, siswa akan lebih mudah dalam memahami mata
termasuk bagi guru fiqih. Dalam proses pembelajaran tentu ada hal positif
yang diharapkan baik oleh guru, siswa ataupun wali murid, diantaranya ialah
hasil belajar yang optimal. Hasil belajar meliputi tiga aspek, diantaranya
yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Begitu juga dengan jenis atau
bentuk hasil belajar, bisa berupa nilai atau tingkah laku. Berkaitan dengan hal
tersebut, guru memiliki wewenang untuk tidak sekedar mengajar namun juga
mendidik dan mengarahkan siswanya untuk menerapkan hasil belajarnya
dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam proses pembelajaran tentu ada kegagalan dan keberhasilannya.
Kegagalan belajar siswa tidak sepenuhnya menjadi kesalahan siswa itu
sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut, sebagai seorang guru selain digugu
dan ditiru, guru juga dituntut adanya pemahaman karakter terhadap peserta
didik untuk mempermudah guru dalam penilaian dan pengamatan baik
berupa angka atau bentuk respon. Hal tersebut berlaku untuk semua guru
mata pelajaran, termasuk guru mata pelajaran fiqih. Pelajaran agama
termasuk mata pelajaran fiqih cenderung dianggap mudah oleh sebagian
besar siswa. Akan tetapi banyak siswa yang meremehkan pelajaran ini dan
siswa cenderung bosan pada waktu pelajaran fiqih, terlebih guru mata
pelajaran yang masih menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran.
Untuk mengurangi kejenuhan atau sikap menganganggap mudah terhadap
mata pelajran tertentu, guru dituntut agar memiliki alternatif untuk
memancing atau menarik perhatian siswa agar lebih fokus lagi dalam
siswa dalam mnegikuti suatu mata pelajaran bisa lebih optimal.
Untuk mengoptimalkan proses dan hasil belajar, hendaknya seorang
guru berpijak pada hasil identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan
faktor-faktor pendukung keberhasilan (Arifin, 2009). Upaya optimalisasi
proses dan hasil belajar dapat dilakukan dengan merancang dan mengajukan
berbagai alternatif solusi sesuai hasil identifikasi faktor-faktor penyebab
kegagalan dan pendukung keberhasulan. Upaya tersebut dapat berupa
perbaikan untuk menghilangkan kegagalan dan bisa juga berupa pemantapan
atau reinforcement (penguat) atas keberhasilan yang telah dicapai (Arifin,
2009). Dengan kata lain, yaitu dengan memberikan respon positif untuk hal
yang benar. Sebab dengan adanya suatu stimulus dan respon, diharapkan
siswa mampu lebih terbuka dalam kegiatan belajar mengajar atau adanya
perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. Untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran yang komunikatif, guru harus memiliki beberapa strategi yang
bisa membuat siswa tidak jenuh dan dapat mengikuti pembelajaran dengan
baik/aktif, untuk meraih hasil belajar yang optimal. Salah satu diantaranya
yaitu dengan menerapkan strategi pembelajaran reward dan punishment.
Dalam proses pembelajaran dikenal dengan istilah reward dan
punishment. Yaitu suatu strategi pembelajaran yang menggunakan konsep
pemberian hadiah (penghargaan) dan hukuman. Pemberian hadiah tidak
semata-mata memberikan sesuatu kepada siswa, namun atas dasar alasan dan
tujuan tertentu, misalnya karena siswa tersebut melakukan suatu perbuatan
dengan tujuan agar siswa mengulangi hal positif tersebut. Sebab dengan
adanya reward seseorang akan cenderung mengulangi perilaku positifnya.
Sebab pada dasarnya setiap manusia diciptakan dengan sifat positif
masing-masing yang melekat dalam pribadinya (Turner, 2008:29). Ketika
guru menghadapi siswa yang berkelakuan kurang sesuai dengan aturan,
jangan langsung diberi komentar negatif terlebih dahulu, sebab akan
berakibat pada kondisi psikis siswa tersebut, terlebih lagi kondisi psikis
antara satu siswa dengan siswa lainnya berbeda-beda. Ketika ditegur dengan
halus namun tidak menunjukkan perubahan, maka guru berhak mengambil
satu langkah tindakan lebih lanjt, dengan memberinya hukuman. Misalkan
dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran fiqih, selalu ada anak yang
telat masuk karena menganggap enteng guru dan pelajaran tersebut, dalam
hal ini siswa perlu ditegur. Namun ketika dengan teguran tetap saja tidak
berhasil, guru bisa menindak lanjuti dengan memberinya hukuman tidak
boleh masuk atau mengikuti pelajaran tersebut selama pembelajaran
berlangsung. Hal tersebutdengan tujuan agar siswa tersebut jera dengan
sikapnya yang seenaknya dan tidak mengulangi kesalahannya tersebut. Sebab
bukti menunjukkan, bahwa menberi hukuman atas perilaku siswa yang tak
pantas lebih efektif dari pada tidak menghukum (Psikologi Belajar,
2013:221).
Jadi melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui adanya
hubungan antara alat pendamping pembelajaran reward dan punishment
Fiqih merupakan salah satu pelajaran agama yang dibutuhkan sebagai acuan
mukalaf dalam kehidupan sehari-hari untuk memperbaiki atau
mempertahankan perilaku yang positif yang mana tidak lepas dari berbagai
BAB III
HASIL PENELITIAN 8. Gambaran Umum MAN Purworejo
5. Sejarah Singkat Berdirinya
Mengingat kebutuhan rakyat di daerah Kedu, khususnya
Kabupaten Purworejo untuk menuntut Ilmu Pengetahuan Agama Islam
pada Perguruan Tinggi Agama, maka perlu dibuka Sekolah Persiapan
Institut Agama Islam Negeri Al Jami’ah Al-Islamiyah Al-hukumiyah
(SPIAIN Al-Islamiyah Al-hukumiyah) di Purworejo.
Untuk menyalurkan hasrat dan minat belajar agama Islam
masyarakat di Kabupaten Purworejo, pemuka-pemuka agama
masyarakat menyampaikan kepada Presiden (sekarang Rektor) Institut
Agama Islam Negeri Al Jamia’ah Al Islamiyah Al Hukumiyah Sunan
Kalijaga Yogyakarta, untuk membuka Sekolah Persiapan IAIN Al
Jamia’ah Al Islamiyah Al Hukumiyah di Purworejo. Selanjutnya oleh
Presiden/Rektor IAIN Al Jamia’ah Al Islamiyah Al Hukumiyah Sunan
Kalijaga di Yogyakarta, mengusulkan kepada Menteri Agama RI. Usulan
tersebut disetujui dengan diterbitkannya Surat Keputusan Menteri
Agama RI Nomor 90 Tahun 1962 pada tanggal 30 September 1962
tentang Pembentukan Panitia Pendiri Sekolah Persiapan IAIN Al
Jamia’ah Al Islamiyah Al Hukumiyah di Purworejo, dengan Brigjen
Sarbini (Pangdam VII Diponegoro) sebagai pelindung, Mr. Moh. Soleh
Daerah Tk. II Purworejo) sebagai penasehat, sedangkan pimpinan/ketua
panitia adalah KH. Damanhuri.
Berdasarkan laporan Panitia Pendiri SPIAIN Al Jami’ah Al
Islamiyah Al Hukumiyah Sunan Kalijaga Purworejo kepada Menteri
Agama RI tentang pelaksanaan tugas panitia, maka Menteri Agama RI
mengeluarkan Surat Keputusan tanggal 5 Desember 1962 Nomor 98
Tahun 1962 tentang pembukaan Sekolah Persiapan IAIN (SPIAIN) Al
Jami’ah Al Islamiyah Al Hukumiyah di Purworejo yang kemudian
diresmikan pada tanggal 27 Desember 1962 oleh Menteri Agama
Republik Indonesia.
Dalam proses kegiatan belajar mengajar, kurikulumnya mengacu
kepada IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, karena siswa-siswanya
dipersiapkan untuk melanjutkan ke Fakultas-fakultas Perguruan Tinggi
IAIN Al Jamiah, dan masa belajarnya dibatasi selama 2 tahun. Karena
mengingat perkembangan pendidikan masa depan, maka sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Agama RI tanggal 27 Desember 1967
Nomor 4 Tahun 1967 masa belajar siswa ditambah dari 2 tahun menjadi
3 tahun. Dalam rangka usaha pencapaian tujuan Nasional pada umumnya
dan mencerdaskan kehidupan bangsa pada khususnya, serta memberikan
kesempatan yang sama kepada tiap-tiap warga Negara Indonesia untuk
memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan,
perlu diambil langkah-langkah untuk meningkatkan mutu pendidikan