• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHMENT DENGAN HASIL BELAJAR FIQIH SISWA KELAS X MADRASAH ALIYAH NEGERI PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 20142015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHMENT DENGAN HASIL BELAJAR FIQIH SISWA KELAS X MADRASAH ALIYAH NEGERI PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 20142015"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PEMBERIAN

REWARD

DAN

PUNISHMENT

DENGAN HASIL BELAJAR FIQIH SISWA KELAS X

MADRASAH ALIYAH NEGERI PURWOREJO

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

NURUNNISA’ INNAFINGAH

NIM. 111 11 206

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

Ba r a n g si a p a y a n g m en ger ja k a n k eb ai k a n seb er a t

d z a r r a h p u n , n i sca y a d i a a k a n m el i h a t (b a l a sa n )

n y a (7 ). D a n b a r a n g si ap a y a n g m en ger ja k a n

k eja h a ta n seb esa r d z ar r a h p u n , n i sca y a d i a a k a n

m el i h a t (b a l a sa n ) n y a p u l a (8 ).

(Q.S Al-Zalzalah ayat 7-8)

“Set er j al apapun j alan hid up m an usia, suat u saat past i akan d ibukakan jalan d ar i ser ibu j alan yan g A llah m iliki”

(7)

PERSEMBAHAN

Dengan ketulusan hati dan segenap rasa syukur, skripsi ini saya persembahkan

kepada:

1. Kedua orang tuaku, bapak Wiwin Khaulawi dan ibu Istikomah tercinta yang

senantiasa mendukung baik secara moril maupun materiil.

2. Adik-adikku Kuni Africhani Latifah dan Nilma Syarifah, serta Mas Anggit

yang selalu memberi semangat, semoga menjadi orang-orang yang senantiasa

dalam lindungan Nya.

3. Ibu Sri Suryani, S.Pd., M.Pd selaku guru MAN sekaligus pembimbing

penelitian yang dengan penuh kesabaran dan totalitas telah membimbing dan

mengarahkanku dari awal sampai selesai.

4. Guru-guruku yang tidak dapat saya sebut satu per satu yang telah

memberikan saya ilmu tanpa pamrih sehingga saya menjadi seperti sekarang

ini.

5. Saudara-saudaraku (Mbak Nisa dan Mbak Nurul).

6. Teman-temanku seperjuangan PAI angkatan 2011 dan teman-teman (Nurus,

Lida, Arifah, Fatimah, Dian, Nurul, Luluk, Risalatul Mu’awanah).

7. Dan seluruh pihak yang telah mendo’akanku yang tidak bisa peneliti sebut

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur peneliti haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang peneliti susun dalam bentuk skripsi. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Agung Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah menuntun umatnya dari zaman kegelapan sampai zaman yang terang benderang ini.

Skripsi ini peneliti susun dalam rangka memenuhi tugas guna melengkapi syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Penerapan Reward dan Punishment Terhadap Hasil Belajar Fiqih pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015”.

Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan berbagai dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati perkenankan peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga

3. Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan PAI.

4. Rasimin, S.PdI., M.Pd., selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada peneliti dalam menyusun skripsi.

5. Segenap dosen dan civitas Akademik IAIN Salatiga yang telah membantu kelancaran peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

6. Drs. H. Wachid Adib, M.SI., selaku Kepala Madrasah yang telah memberikan ijin penelitian.

Hanya ucapan terima kasih yang bisa peneliti haturkan, semoga Allah membalas ketulusan mereka dan senantiasa memberikan kemudahan kepada kita semua.

(9)

bersifat membangun. Peneliti juga berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti sendiri maupun pembaca pada umumnya, serta bermanfaat bagi dunia pendidikan, bagi Agama, nusa dan bangsa.

(10)

ABSTRAK

Innafingah, Nurunnisa. 2015. 11111206. Pengaruh Pemberian Reward dan Punishment terhadap Hasil Belajar Fiqih pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Rasimin, S.PdI., M.Pd.

Kata Kunci: Reward dan Punishment, dan Hasil Belajar

Penulisan skripsi ini merupakan upaya untuk mengetahui hubungan pemberian reward dan punishment dengan hasil belajar Fiqih pada siswa kelas X di MAN Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015. Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penerapan reward dan punishment

dalam pembelajaran Fiqih?, 2. Bagaimana hasil belajar Fiqih siswa kelas X di MAN Purworejo?, 3. Adakah hubungan dari penerapan reward dan punishment

terhadap hasil belajar Fiqih siswa kelas X di MAN Purworejo tahun pelajaran 2014/2015?. Dalam penelitian ini pendekatan yang peneliti terapkan adalah pendekatan korelasional kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode angket, dokumentasi, dan observasi. Kemudian dianalisis dengan rumus product moment.

Sampel yang peneliti ambil adalah 64 responden (20% dari jumlah populasi yaitu 320).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan reward dan punishment

memiliki keberhasilan yang baik yang ditunjukkan dengan jumlah persentase dari tiap kategori yang ditunjukkan yaitu pada tigkat tinggi/sangat baik sebesar 10.9% berdasarkan jawaban 7 orang siswa/responden, kategori baik sebesar 71.9% berdasarkan jawaban dari 46 siswa, dan pada kategori cukup 17.2% dari jawaban 11 siswa. Sedangkan hasil belajar Fiqih siswa kelas X menunjukkan dua kategori sesuai kurikulum 2013 yaitu baik dan sangat baik. Dengan jumlah persentase yang ditunjukkan yaitu 20.3% untuk kategori sangat baik dengan jumlah siswa sebanyak 13 siswa, dan 79.7% untuk kategori baik sebanyak 51 siswa. Uji hipotesis menunjukkan adanya hubungan yang positif antara penerapan reward dan

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN a. Latar Belakang ... 1

b. Rumusan Masalah ... 5

c. Tujuan Penelitian ... 5

d. Hipotesis Penelitian ... 6

e. Kegunaan Penelitian ... 6

f. Definisi Operasional ... 8

g. Metodologi Penelitian ... 10

1. Pendekatan Penelitian ... 10

(12)

3. Populasi dan Sample ... 11

4. Metode Pengumpulan Data ... 11

5. Analisis Data ... 13

h. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reward dan Punishment. 7. Pengertian Reward dan Punishment ... 15

8. Unsur-unsur dalam Pemberian Reward dan Punishment ... 19

9. Tujuan Reward dan Punishment. ... 21

10. Indikator Reward dan Punishment ... 24

B. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar ... 28

b. Bentuk-bentuk Hasil Belajar ... 28

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 30

d. Teori-teori Belajar ... 31

C. Mata Pelajaran Fiqih a. Pengertian Mata Pelajaran Fiqih ... 33

b. Tujuan Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah ... 34

c. Ruang Lingkup Pelajaran Fiqih SMA/MA ... 35

d. Reward dan Punishment dan Hasil Belajar Fiqih ... 36

BAB III HASIL PENELITIAN

a. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purworejo

(13)

Purworejo ... 41

2. Visi dan Misi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purworejo ... 43

3. Reward dan punishment ... 45

4. Hasil belajar Fiqih ... 55

BAB IV ANALISIS DATA 1. Analisis Pendahuluan ... 60

2. Pengujian Hipotesis ... 62

3. Pembahasan ... 65

BAB V PENUTUP a. Kesimpulan ... 67

b. Saran-saran ... 67

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Responden

Lampiran 2 Angket Reward dan Punishment

Lampiran 3 Raport siswa kelas X MAN Purworejo

Lampiran 4 Surat Ijin Meneliti

Lampiran 5 Surat Keterangan Meneliti dari MAN Purworejo

Lampiran 6 Nota Pembimbing

Lampiran 7 Lembar Konsultasi

Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 9 Lampiran permendikbud

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kunci untuk semua kemajuan dan

perkembangan pendidikan yang berkualitas, dengan pendidikan manusia

dapat mewujudkan semua potensi dirinya, baik sebagai pribadi maupun

sebagai warga masyarakat. Oleh sebab itu peranan pendidikan sangat

penting bagi setiap individu dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan negara. Untuk

mewujudkan potensi diri menjadi multiple kompetensi, maka harus

melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses

pembelajaran.

Belajar adalah proses mendapatkan ilmu, pengetahuan, dan

pengalaman. Menurut Sriyanti, dkk (2013:14) belajar merupakan suatu

perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku atau potensi perilaku

yang diperoleh seseorang dari pengalamannya. Kekayaan atau harta yang

dimilki seseorang tanpa adanya ketiga unsur tersebut (ilmu, pengetahuan,

dan pengalaman) akan terasa kurang lengkap dan hidup seseorang akan

terasa gersang. Untuk mendapatkan ketiga hal tersebut tentunya juga harus

diimbangi dengan adanya do’a sebagai wujud tawakal kepada Allah setelah

(16)

Dalam konsep Islam, pendidikan tidak hanya mengajarkan teori

saja, tapi juga penerapan sikap (afektif) sebagai wujud hasil belajar yang

berlandaskan konsep ketuhanan dan akhlakul karimah. Ilmu tanpa adanya penerapan dan sentuhan akhlakul karimah akan terasa kurang sempurna. Hal

tersebut, sesuai dengan kurikulum yang sekarang diterapkan di Indonesia

walaupun hanya beberapa sekolah atau kelas yang telah menerapkannya.

Yaitu pembelajaran dengan berbasis kurikulum 2013. Merupakan suatu

kurikulum yang tidak hanya mengedepankan nilai kognitif semata namun

juga nilai afektif. Dengan tujuan, siswa tidak hanya menerima materi yang

disampaikan oleh pendidik, namun juga mampu menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan adanya landasan akhlakul karimah tersebut,

diharapkan suatu proses belajar mampu menghasilkan out put yang tidak

hanya pandai dalam materi tapi juga berkarakter. Sebab tujuan pendidikan

nasional adalah mengembangkan manusia Indonesia sesuai dengan fitrahnya

untuk menjadi pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, demokratis, menjunjung tinggi hak asasi manusia,

menguasai ilmu teknologi dan seni, memiliki kesehatan jasmani dan rohani,

memiliki ketrampilan hidup yang berharkat dan bermanfaat, memiliki

kepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan agar mampu mewujudkan kehidupan

bangsa yang cerdas.

Hal ini merupakan salah satu tugas seorang guru (pendidik) untuk

(17)

merupakan orang tua kedua di sekolah. Kurikulum 2013 disusun untuk

menyempurnakan kurikulum sebelumnya dengan pendekatan belajar aktif

berdasarkan nilai-nilai agama dan budaya bangsa (Syam, 2014:1). Tidak

terkecuali dengan pelajaran Fiqih. Dalam penelitian ini peneliti lebih fokus

pada mata pelajaran Fiqih untuk siswa kelas X di Madrasah Aliyah Negeri

(MAN) Purworejo. Dengan beberapa pertimbangan, diantaranya yaitu

karena Fiqih merupakan salah satu ilmu agama yang membahas tentang

dasar-dasar hukum islam yang menjadi panduan seseorang khususnya kaum

muslim dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

Belajar Fiqih merupakan hal yang sangat penting dimana dalam

kehidupan ini semua manusia tidak akan terhindar dari problematika

kehidupan, baik itu kerusakan moral ataupun persoalan hidup lain yang

mengharuskan seseorang tersebut menggunakan dasar hukum dalam Islam.

Sebab ilmu Fiqih mengatur segala hukum Allah atau syari’at islam yang

berhubungan dengan segala pekerjaan atau aktivitas mukalaf, yang mana

hukum ini diambil dari Al-Qur’an dan as-Sunnah dengan jalan ijtihad. Oleh

sebab itu, sangat penting bagi individu muslim untuk mempelajari ilmu

Fiqih agar bisa memahami adanya suatu hukum dalam islam sebagai rujukan

yang diambil dari beberapa sumber hukum islam.

Hasil belajar sangat beragam bentuknya, diantaranya adalah

nilai/angka, sikap atau tingkah laku, prestasi dan masih banyak lagi.

Biasanya dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu dalam ranah kognitif,

(18)

merupakan penunjang berlangsungnya pembelajaran kurikulum 2013.

Menurut Sukanti (2011:2-3) hal tersebut mencakup beberapa unsur

diantaranya ialah penerimaan, tanggapan, menilai, pengorganisasian dan

menghayati nilai. Termasuk belajar ilmu Fiqih. Dalam skripsi ini penulis

akan memfokuskan pada satu mata pelajaran agama untuk dijadikan fokus

penelitian yaitu ilmu Fiqih. Pelajaran Fiqih cenderung dianggap mudah oleh

sebagian besar siswa. Akan tetapi banyak siswa yang meremehkan pelajaran

ini dan siswa cenderung bosan pada waktu pelajaran Fiqih, terlebih guru

mata pelajaran tersebut selalu menggunakan metode ceramah dalam

pembelajaran. Selain bosan dengan metode mengajar yang monoton, siswa

juga kurang termotivasi untuk menerapkan nilai-nilai yang terkandung

dalam mata pelajaran Fiqih kedalam kehidupan sehari-hari mereka.

Seseorang akan berhasil dalam belajar, apabila pada diri seseorang tersebut

ada keinginan untuk belajar.

Salah satu cara yang dapat dilakukan ialah menerapkan

pemahaman tentang reward dan punishment dalam pembelajaran sebagai

alat pendamping metode pembelajaran untuk memicu semangat belajar agar

siswa mendapatkan hasil belajar yang optimal. Reward dan punishment ini

merupakan salah satu bentuk peduli atau usaha guru dalam membangkitkan

semangat belajar siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.

Reward dan Punishment sebenarnya dapat dijadikan alat yang efektif dalam

pencapaian tujuan pendidikan atau boomerang (serangan baik) bagi anak.

(19)

Hal ini dalam pendidikan Islam sudah begitu dikenal namun dibeberapa dekade belakangan ini alat pendaming tersebut kurang populer lagi karena banyak pendidik Islam yang lebih menyukai konsep Barat yang cenderung menyampingkan aspek afektif, yang mana dapat menghilangkan kemurnian tujuan pendidikan sendiri yaitu membentuk manusia bukan saja pandai dalam keintelektualannya, tapi juga aspek spiritulnya perlu di bangun secara serempak.

Namun juga perlu diperhatikan, ketika pemberian reward dan punishment

harus sesuai dengan dosis atau ukuran agar berdampak positif terhadap hasil

belajar siswa di sekolah.

Berawal dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji

lebih lanjut melalui skripsi yang berjudul “Hubungan Penerapan Reward dan

Punishment dengan Hasil Belajar Fiqih pada Siswa Kelas X Madrasah

Aliyah Negeri (MAN) Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan penjelasan di atas, penulis dalam

penelitian ini mengambil pokok-pokok masalah sebagai berikut:

11. Bagaimana penerapan reward dan punishment dalam pembelajaran fiqih

di kelas X MAN Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015?

12. Bagaimana hasil belajar Fiqih pada siswa kelas X di MAN Purworejo

Tahun Pelajaran 2014/2015?

13. Adakah hubungan reward dan punishment dengan hasil belajar fiqih

siswa kelas X di MAN Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

(20)

pembelajaran fiqih di kelas X MAN Purworejo Tahun Pelajaran

2014/2015.

6. Untuk mengetahui hasil belajar mata pelajaran fiqih pada siswa kelas X

di MAN Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015.

7. Untuk mengetahui adakah hubungan reward dan punishment dengan

hasil belajar mata pelajaran fiqih siswa kelas X di MAN Purworejo

Tahun Pelajaran 2014/2015.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang artinya di bawah dan

thesa” artinya kebenaran (Arikunto, 1990:68). Suatu teori sementara yang

kebenarannya masih diuji (di bawah kebenaran). Hipotesis penelitian ialah

rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoretis yang diperoleh dari kajian

pustaka (STAIN Salatiga, 2008:16). Hipotesis tersebut sebagai tuntutan

sementara dalam penelitian untuk mencari jawaban yang benar. Berdasarkan

rumusan masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan sebuah hipotesis

penelitian yaitu reward dan punishment yang diterapkan berhasil, hasil

belajar Fiqih yang cukup baik, dan ada hubungan yang positif antara reward

dan punishment dengan hasil belajar Fiqih pada siswa kelas X di MAN

Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keguaan, baik kegunaan teoritis

maupun kegunaan praktis.

(21)

Dengan diadakan penelitian tentang hubungan reward dan

punishment dengan hasil belajar akan menambah wawasan dan

pengetahuan tentang adanya hubungan antara reward dan punishment

terhadap hasil belajar.

2. Kegunaan praktis

e. Bagi guru

Memberi sumbangan ide bagi guru tentang alat pendamping

pembelajaran yang aktif, kreatif, dan interaktif untuk meningkatkan

semangat siswa dalam rangka mengoptimalkan hasil belajar dan

kreatifitas dalam proses pembelajaran.

b. Bagi siswa

Dengan adanya penelitian ini, siswa akan lebih tertarik dalam

proses pembelajaran dan lebih bersemangat dalam meraih hasil

belajar yang optimal, serta melatih siswa untuk lebih kreatif dan

interaktif baik terhadap materi maupun terhadap guru.

c. Bagi sekolah

Dengan adanya penelitian ini, sekolah dapat melihat

perkembangan hasil belajar siswa melalui kekreatifan pembelajaran

yang dilakukan oleh guru, selain itu dengan meningkatnya hasil

belajar siswa dengan menggunakan reward dan punishment ini dapat

meningkatkan mutu pembelajaran yang baik bagi sekolah tersebut.

d. Bagi peneliti

(22)

yang mendidik bagi peneliti serta menambah motivasi untuk melatih

diri agar mampu menjadi guru yang tidak sekedar mentransfer ilmu

kepada peserta didik, namun juga menjadi pendidik yang mampu

membimbing siswa agar memilki karakter yang baik yang

berlandaskan akhlakul karimah.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap skripsi ini

serta untuk menjaga sebagai wujud antisipasi timbulnya kesalahpahaman

serta pengaburan pemahaman makna, maka sebelum membahas lebih lanjut

tentang skripsi ini terlebih dahulu ditegaskan istilah-istilah yang terdapat

dalam judul skripsi ini:

6. Reward dan Punishment

Dalam kamus bahasa Inggris Reward yaitu ganjaran, hadiah atau

memberi penghargaan (Echols, 2006: 485). Sedangkan Punishment

merupakan suatu perbuatan, dimana kita secara sadar dan sengaja

menjatuhkan hukuman kepada orang lain (Rasimin, 2011:5).

Beberapa indikator reward yang sesuai dengan jenjang SMA

diantaranya yaitu:

a. Guru memberikan motivasi saat pembelajaran.

b. Guru memberikan pandangan dan senyuman kepada siswa yang

menyapa.

c. Tepukan punggung (apresiasi).

(23)

yang berhasil melakukan sesuatu yang positif.

e. Guru memberikan pujian atau sanjungan kepada siswa yang bisa

menjawab pertanyaan.

f. Imbalan berupa tambahan nilai kepada siswa yang aktif.

g. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang mampu

menjawab pertanyaan.

h. Guru memberikan acungan jempol kepada siswa yang bisa

menjawab pertanyaan dengan benar.

i. Guru berlaku baik kepada siswa.

Berikut bentuk-bentuk punishment yang sesuai atau masih pantas

diberikan pada siswa tingkat SMA ialah:

i. Guru memberi peringatan atau teguran kepada siswa yang

melanggar peraturan.

j. Guru menberi sanksi kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas.

k. Hukuman fisik misalnya memukul atau menjewer, melempar

sesuatu seperti penghapus.

l. Guru memberi ancaman kepada siswa yang sulit diatur.

m. Guru memberi sindiran kepada siswa yang tidak memperhatikan

pelajaran.

n. Pemberian alfa atau tanda khusus bagi yang tidak masuk tanpa

keterangan dan terlambat masuk kelas.

o. Guru memberikan nasihat kepada siswa yang mendapatkan nilai

(24)

7. Hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Universitas Sumatera

Utara: 13). Bentuk-bentuk hasil belajar dapat dibagi menjadi tiga ranah

yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

8. Fiqih

Fiqih merupakan salah satu mata pelajaran dari rumpun

Pendidikan Agama Islam yang terdapat di sekolah terutama sekolah yang

berlatar belakang Islami, baik tingkat menengah maupun tingkat atas.

Secara substansial, Fiqih memiliki kontribusi dalam memberikan

motivasi kepada pesrta didik untuk mempraktikan dan menerapkan

hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari (Kementrian Agama, 2014:2).

G. Metodologi Penelitian 1.Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan

korelasional. Penelitian korelasional ialah suatu penelitian yang

melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada

hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih.

Penelitian ini dilakukan ketika ingin mengetahui tentang ada tidaknya

dan kuat lemahnya hubungan variabel yang terkait dalam suatu objek

atau subjek yang diteliti.

2.Lokasi dan Waktu Penelitian

(25)

yaitu di Jl. Kartini No. 17 Purworejo. Kampus yang terletak di Jl. Kartini

tersebut merupakan kampus satu yang digunakan untuk belajar siswa

kelas X. Sedangkan kelas XI dan XII berada di kampus dua yang terletak

di Jl. Brigjen Katamso, Pangen Juru Tengah, Purworejo. Penelitian ini

peneliti lakukan pada Tahun Pelajaran 2014/2015 tepatnya pada

pertengahan semester genap, satu bulan sebelum pengumpulan data

peneliti melakukan observasi dan 3 hari mulai hari Kamis, 27 Februari

2015 sampai 02 Maret 2015 merupakan pengumpulan data.

3.Populasi dan Sampel c. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Menurut

Wasito (1993: 49) populasi adalah keseluruahan objek penelitian

yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, nilai tes, atau

peristiwa sebagai sumber data yang memilki karakteritik tertentu

dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh

siswa kelas X yang mendapat mata pelajaran Fiqih, yaitu berjumlah

kurang lebih 320 siswa.

d. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili

populasi yang ada. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 64 siswa.

4.Metode Pengumpulan Data b. Metode Angket

(26)

menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan

oleh orang yang menjadi objek penelitian. Angket atau kuesioner

dapat juga diartikan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab

sebagai data untuk memperoleh informasi dari responden (Arikunto,

2010: 194). Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan data

yang berkaitan dengan reward dan punishment.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu suatu metode yang digunakan

untuk mendapatkan data yang dipakai untuk mengetahui data yang

dapat dilihat secara langsung. Dokumentasi, berasal dari kata

dokumen, yang artinya barang-barang tertulis (Arikunto, 2010).

Metode ini digunakan untuk menghimpun data yang

berkaitan dengan hasil belajar Fiqih, gambaran umum situasi dan

kondisi sekolah MAN Purworejo kelas X Tahun Ajaran 2014/2015

yang meliputi letak geografis, keadaan guru dan siswa, administrasi

sekolah dan berbagai hal yang bersifat dokumentatif berupa catatan,

buku, arsip, dan lainnya sebagai data pelengkap.

d. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara

pengamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti. Dalam

teknik pengamatan, peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan

(27)

5.Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang mana

berkaitan dengan angka-angka. Penelitian ini menggunakan rumus

statistik Product Moment.

Berikut adalah rumus dari Product Moment:

{

å

å

}{

å

å

}

N = banyaknya subjek pemilik nilai

å

= sigma (jumlah)

H. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini disusun berdasarkan sistematika penulisan

sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan, dalam halaman ini dikemukakan: Latar

Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis,

Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Metodologi Penelitian, dan

Sistematika Penulisan.

BAB II: Kajian Pustaka, dalam bab ini berisi: Pengertian Reward dan

Punishment dan Perkembangan Hasil Belajar Siswa. Dengan uraian sebagai

berikut: Pengertian Reward dan Punishment, Macam-macam Reward dan

Punishment, Fungsi Reward dan Punishment, dan Teori-teori Pembelajaran.

(28)

Klasifikasi Hasil Belajar, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar,

dan Membahas sedikit mengenai mata pelajaran Fiqih. Serta Hubungan

Reward dan Punishment dengan hasil Fiqih belajar siswa.

BAB III: Hasil Penelitian, dalam bab ini menguraikan tentang Hasil

Penelitian. Halaman ini berisi: Gambaran umum MAN Purworejo, yang

terdiri dari Visi dan Misi, Sejarah singkat MAN Purworejo, dan Penyajian

Data.

BAB IV: Analisis Data, pada bab ini berisi tentang analisis data yang

terkumpul dari penelitian, meliputi: Deskripsi Data Hasil Penelitian,

Pembahasan Hasil Penelitian.

BAB V: Kesimpulan dan Saran-saran, halaman ini terdiri dari

(29)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. Reward dan Punishment

4. Pengertian Reward dan Punishment

Proses belajar mengajar merupakan salah satu aspek untuk

meningkatkan mutu pendidikan, yaitu dengan guru dan peserta didik

yang sama-sama berperan aktif di dalamnya. Untuk mendukung hal

tersebut dan demi meningkatkan pengetahuan siswa, guru dituntut untuk

mampu menggunakan berbagai macam ketrampilan, strategi, dan metode

pembelajaran yang interaktif. Sebab dengan meningkatnya kefahaman

dan pengetahuan siswa, akan berpengaruh pada hasil belajar.

Dalam jaringan rekayasa paedagogis, harus memuat sebuah upaya

untuk membuat anak mau dan dapat belajar atas dorongan sendiri untuk

mengembangkan bakat, pribadi, dan potensi secara optimal. Hal tersebut

berkaitan dengan reward (hadiah) dan punishment (hukuman) sebagai

salah satu alat pendamping metode pembelajaran yang sering

dipergunakan. Selain mendidik, guru juga mempunyai hak mengarahkan

pribadi siswa agar tidak hanya pandai dalam prestasinya namun juga

pandai dalam mengaplikasikan hasil belajarnya dalam kehidupan

sehari-hari.

Berikut akan dijelaskan mengenai ragam pengertian reward

(30)

meningkatnya hasil belajar siswa.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, hadiah merupakan

suatu pemberian, ganjaran (untuk pemenang diperlombaan, sayembara

atau pertandingan) (Poerwadarminta, 1982:337). Seseorang berhak

mendapat sebuah hadiah atau pemberian, setelah ia melakukan sesuatu

yang baik dan sesuai dengan harapan.

Sedangkan menurut Hamid dalam Husen (2012:3) menyatakan

bahwa reward adalah suatu alat pendidikan yang bersifat menyenangkan

dan membangkitkan atau mendorong anak untuk berbuat sesuatu yang

lebih baik. Selain itu, reward juga berfungsi sebagai sarana untuk

mempertahankan sesuatu yang baik. Suatu cara yang digunakan untuk

memberikan penghargaan kepada seseorang karena sudah mengerjakan

suatu hal yang benar, sehingga menimbulkan rasa semangat lagi untuk

mengulangi atau mengerjakan hal yang sama, juga disebut reward

(Jannah, 2013:15).

Dalam teori-teori pembelajaran dikenal efek yang dirasakan oleh

seseorang sebagai sesuatu yang menyenangkan, maka efek tersebut

disebut sebagai Reward atau hadiah (Sriyanti, dkk., 2009:72). Dalam

Islam pendidikan yang berkaitan dengan pemberian reward adalah

adanya ganjaran yang diberikan kepada pemeluknya untuk senantiasa

menjadi seorang yang taat. Rosululloh menyebutnya dengan Targhib.

Seperti yang diungkapkan oleh Munawar berikut:

(31)

akhirat yang pasti dan baik demi mendapat ridho Allah (Munawar, 1990:4).

Bahkan banyak ayat yang menerangkan balasan yang diberikan

kepada orang-orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada Allah

SWT. Sebagaimana dalam surat Al-Zalzalah ayat 7-8:

ر َذ َل ﺎَﻘْﺜِﻣ ْﻞَﻤْﻌَﯾ ْﻦَﻤَﻓ

Artinya : barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya(7). Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula (8) (Menara Kudus:599).

Dari beberapa pengertian diatas, dapat diambil satu kesimpulan

bahwa pemberian hadiah atau reward merupakan salah satu alat

pendamping dalam proses pembelajaran yang diberikan guru kepada

anak didik sebagai suatu pendorong, penyemangat dan motivasi agar

peserta didik lebih termotivasi untuk meningkatkan dan

mempertahankan hasil belajarnya sesuai yang diharapkan, baik secara

kognitif, afektif, maupun secara psikomotorik. Dan diharapkan dengan

adanya pemberian hadiah tersebut muncul adanya keinginan dari anak

untuk lebih membangkitkan minat belajar dan meningkatkan hasil

belajar yang tumbuh dari dalam diri siswa tersebut tanpa adanya

paksaan.

Selanjutnya akan dipaparkan juga mengenai beberapa definisi

punishment atau hukuman yang juga sebagai salah satu alat pendidikan

sekaligus sebagai bentuk konsekuensi tingkah laku yang sudah dilakukan,

(32)

Punishment merupakan siksaan atas perilaku yang telah diperbuat

(Echols, 1992:456). Bila seseorang melakukan perbuatan yang tidak

sesuai dengan harapan atau aturan, maka ia akan mendapatkan hukuman

atau punishment.

Menurut Rasimin (2011:06), hukuman dapat diartikan sebagai

pemberian sesuatu yang tidak menyenangkan, karena seseorang tidak

melakukan apa yang diharapkan. Dalam proses pembelajaran,

punishment harus mampu memberi efek mendidik atau penguat bagi

anak agar tidak mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan.

Dalam konteks Islam, hukuman dikenal dengan istilah tarhib.

Membahas mengenai tarhib atau hukuman, Munawar (1990:4)

mengungkapkan tentang pengertian tarhib, yaitu ancaman dari Allah

yang dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa takut pada hamba Nya dan

memperlihatkan sifat-sifat kebesaran Tuhan agar mereka selalu

berhati-hati dalam bertindak serta melakukan kesalahan. Konsekwensi

atau hukuman bagi seseorang yang melanggar syari’at Allah bisa berupa

teguran, ujian atau cobaan yang bertujuan agar orang tersebut bisa

mengoreksi diri sendiri dan mengambil hikmahnya untuk tidak

mengulangi kesalahan yang sama.

Berkaitan dengan hal ini, dalam memberikan hukuman

hendaknya memperhatikan kondisi anak atau peserta didik, sebab

hukuman yang diberikan kepada anak atau siswa supaya dapat mengena

(33)

Dari beberapa pemaparan mengenai definisi hukuman di atas,

dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian hukuman ialah pemberian

penderitaan atau sesuatu yang tidak menyenangkan kepada seseorang

(anak atau peserta didik) karena anak tersebut melanggar atau berbuat

sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan atau aturan, dan dengan tujuan

memberikan efek jera kepada anak agar tidak mengulangi kesalahannya

kembali. Karena pada dasarnya sebuah hukuman akan memberikan efek

jera berupa perilaku.

5. Unsur-unsur dalam Pemberian Reward dan Punishment

Reward dan punishment merupakan salah satu metode pendidikan

yang sering digunakan pendidik sebagai pemacu semangat belajar siswa

untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal. Pemberian reward dan

punishment hendaknya disesuaikan dengan kaidah atau nilai-nilai yang

sesuai dan mendidik.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian reward

atau hadiah menurut Brophy dalam buku Arikunto (1980:165-166),

diantaranya sebagai berikut:

a. Hadiah hendaknya diberikan secara spontan, artinya jangan sampai ditangguhkan terlalu lama.

b. Hadiah hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan sifat dari aspek yang menunjukkan keistimewaan prestasi.

c. Hadiah hendaknya disesuaikan dengan prestasi yang dicapai anak.

d. Jangan memberikan hadiah atau penghargaan sebelum siswa berbuat.

(34)

Pemberian hadiah atau penghargaan tidak selamanya bersifat baik,

namun tidak menutup kemungkinan bahwa pemberian reward

merupakan salah satu hal yang bersifat positif. Adakalanya pemberian

reward yang tidak sesuai dengan kaidah atau dosis yang sesuai akan

menimbulkan salah arti bagi penerima hadiah. Menurut Armai Arif

dalam jurnal Rasimin berpendapat mengenai implikasi pemberian

penghargaan akan bersifat negatif apabila pelaksanaan pemberian

penghargaan digunakan sebagai pembanding antara kemampuan si

penerima hadiah dengan teman-temannya atau temannya dianggap lebih

rendah(Rasimin, 2011:4).

Selain reward, punishment atau hukuman juga mempunyai

beberapa unsur atau hal penting yang harus diperhatikan dalam

penerapannya, terutama dalam ranah pendidikan. Selain itu pendidik

(guru) dalam memberikan punishment harus menjelaskan kesalahan apa

yang dilakukan oleh anak agar hukuman tersebut bisa diterima dan

berhasil dalam tugas edukatifnya.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian suatu

punishment atau hukuman ialah sebagai berikut:

1. Punishment harus disesuaikan dengan permasalahan dan kondisi anak.

2. Besar kecilnya pelanggaran serta perbedaan individual mempengaruhi bentuk punishment yang diberikan.

3. Hukuman yang diberikan bersifat konsisten.

(35)

6. Tujuan Reward dan Punishment

Secara substansi Reward dan Punishment memiliki tujuan yang

sama, yaitu sebagai reinforcement (penguatan) demi tercapainya

kemandirian belajar anak. Tujuan pemberian penghargaan sama dengan

pemberian hukuman, yaitu sama-sama membangkitkan perasaan dan

tanggung jawab.

a. Reward (hadiah)

Penghargaan atau hadiah bertujuan agar anak lebih

bersemangat dalam memperbaiki atau mempertahankan sesuatu

yang sudah dianggap baik, misalnya seperti hasil belajar. Hasil

belajar bisa berupa prestasi (dalam bentuk angka/nilai), sikap atau

tingkah laku. Reward merupakan salah satu teknik yang dianggap

berguna sebagai penguatan akan perilaku positif yang dilakukan

oleh peserta didik.

Pemberian hadiah adalah bentuk reinforcement atau

penguatan yang positif. Berkaitan dengan ini Marno dalam Musfiroh

(2012:26-27) berpendapat mengenai beberapa tujuan pemberian

Reward yang disertai reinforcement atau penguatan diantaranya

yaitu:

1) Meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar mengajar di

kelas.

2) Membangkitkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi

(36)

3) Mengendalikan serta membenahi tingkah laku siswa yang

kurang positif.

4) Mendorong munculnya sikap atau tingkah laku yang positif dan

produktif.

Kesimpulan dari keempat poin tersebut ialah bahwa tujuan

pemberian reward kepada peserta didik yang disertai reinforcement

atau penguat ialah sebagai pendorong, langkah untuk

mempertahankan atau meningkatkan tingkah laku atau sesuatu yang

positif dan lebih baik.

Jadi reward merupakan alat, bukan merupakan suatu tujuan,

oleh sebab itu perlu diperhatikan oleh para pemberi hadiah bahwa

jangan sampai hadiah/reward tersebut menjadi suatu tujuan atau

salah arti bagi anak atau calon penerima hadiah.

Tujuan pemberian reward menurut Hamalik dalam sistem

pembelajaran sebagaimana dikutip oleh Rasimin dalam jurnalnya

ialah bahwa setelah seseorang menerima reward atau penghargaan

karena telah melakukan kegiatan belajar dengan baik, dan kemudian

ia akan terus melakukan kegiatan belajarnya secara mandiri di luar

kelas atau sekolah (Rasimin, 2011:7). Kegiatan belajar tidak

semuanya harus berbau akademik, namun semua hal yang dilakukan

untuk mendapatkan tambahan pengetahuan atau pengalaman juga

disebut belajar, termasuk belajar memperbaiki atau mempertahankan

(37)

b. Punishment (hukuman)

Hukuman merupakan suatu konsekwensi yang harus diterima

seseorang karena melakukan suatu tindakan yang tidak sesuai

dengan yang diharapkan atau suatu kesalahan. Tujuan pemberian

suatu hukuman adalah agar seseorang tersebut merasa jera dan

diharapkan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Bukti

menunjukkan, bahwa memberi hukuman atas kelakuan siswa yang

tak pantas lebih efektif dari pada tidak menghukum (Psikologi

Belajar, 2013:221). Tidak hanya dalam dunia kriminal suatu

hukuman itu diterapkan, namun dalam ranah pendidikan atau

pembelajaran suatu hukuman juga diberlakukan bagi siswa yang

tidak mematuhi peraturan.

Menurut Ahmadi dalam jurnal Rasimin, memaparkan bahwa

dalam proses pembelajaran, hukuman merupakan salah satu metode

untuk mencapai tujuan pendidikan, sehingga pemberian hukuman

harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, yaitu:

1) Hukuman diadakan karena pelanggaran, dan kesalahan yang diperbuat oleh anak didik.

2) Hukuman diadakan dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran yang telah dilakukan oleh siswa.

Meskipun hukuman diartikan sebagai pemberian beban atau

nestapa kepada seseorang yang telah melakukan suatu pelanggaran,

namun disisi lain hukuman memiliki maksud atau tujuan positif bagi

peneriman hukuman tersebut agar tidak mengulangi kesalahan yang

(38)

Merujuk dari beberapa pemaparan mengenai tujuan suatu

hukuman dapat disimpulkan bahwa hukuman yang diberikan kepada

penerima hukuman harus mampu membangkitkan kesadaran yang

timbul dari dalam diri anak terhadap kesalahan yang diperbuat oleh

anak. Sebab hukuman dapat mengatasi tingkah laku yang tidak

diinginkan dalam waktu singkat, namun harus disertai dengan

reinforcement, selain itu, hukuman juga menunjukkan apa yang

tidak boleh dilakukan oleh siswa (Psikologi Belajar, 2013:221).

7. Indikator Reward dan Punishment

Seorang pendidik/guru dalam pemberian hadiah (reward) dan

hukuman (punishment) harus memiliki kekreatifan dan daya inovatif

yang mumpuni. Sebab dalam proses pembelajaran, kondisi psikis tiap

peserta didik berbeda-beda, selain itu pemberian hadiah dan hukuman

juga harus disesuaikan dengan hal yang dilakukan oleh anak. Oleh sebab

itu, dibawah ini akan dipaparkan mengenai beberapa bentuk dari reward

dan punishment dalam konteks pendidikan. Secara umum ada berbagai

macam bentuk reward dan punishment dalam ranah pendidikan baik

dalam bentuk materi ataupun non materi, diantaranya yaitu:

Indikator Reward menurut Rasimin (2011:8) ialah Pemberian

kepercayaan, senyuman, pandangan, tepukan punggung. Selain itu

beberapa bentuk reward lainnya dalam pembelajaran adalah pujian,

imbalan materi/hadiah, memandang dan tersenyum, menulis namanya di

(39)

mereka (murid), dan motivasi.

Sedangkan Arikunto menjelaskan bahwa bentuk reward dalam

konteks pendidikan ialah peringkat dan simbul-simbul lain, penghargaan,

hadiah berupa kegiatan dan hadiah berupa benda (Arikunto,

1980:161-164). Meskipun secara umum bentuk reward terdapat berbagai

macam bentuk, namun dalam pemberian hadiah akan berbeda antara

tingkat sekolah dasar, menengah, dan tingkat atas. Karena akan

ditentukan sesuai tingkat usia calon penerima hadiah.

Berhubung peneliti melakukan penelitian pada tingkat menengah

atas (SMA), maka dari beberapa pendapat tersebut, reward dapat

disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa tersebut. Beberapa bentuk

reward yang sesuai dengan jenjang SMA diantaranya yaitu:

a. Guru memberikan motivasi saat pembelajaran.

b. Guru memberikan pandangan dan senyuman kepada siswa yang

menyapa.

c. Tepukan punggung (apresiasi).

d. Guru memberikan hadiah berupa benda atau materi kepada siswa

yang berhasil melakukan sesuatu yang positif.

e. Guru memberikan pujian atau sanjungan kepada siswa yang bisa

menjawab pertanyaan.

Hadiah berupa pujian ini mempunyai arti adanya sebuah

perhatian (Arikunto, 1980:161). Tidak hanya anak kecil, namun

(40)

diperhatikan atau mendapat perhatian, seseorang tersebut akan

merasa lebih dihargai dan cenderung akan bertindak positif.

f. Imbalan berupa tambahan nilai kepada siswa yang aktif.

g. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang mampu

menjawab pertanyaan.

h. Guru memberikan acungan jempol kepada siswa yang bisa

menjawab pertanyaan dengan benar.

i. Guru berlaku baik kepada siswa.

Sedangkan punishment atau hukuman ialah suatu beban nestapa

yang diberikan kepada seseorang karena telah melakukan suatu

kesalahan atau melanggar hal yang tidak sesuai dengan kehendak.

Dibawah ini akan disebutkan beberapa macam bentuk punishment dari

berbagai rujukan, diantaranya yaitu:

Berkaitan dengan hal tersebut Arikunto dalam bukunya

menyebutkan beberapa bentuk hukuman dalam ranah pendidikan,

diantaranya adalah: pengurangan skor atau penurunan peringkat,

pengurangan hak, hukuman berupa denda, pemberian celaan, penahanan

sesudah sekolah, penyekoresan, dan referal atau menunjuk (Arikunto,

1980:174-176).

Selain itu menurut Rasimin (2011:14) mengenai pemberian

hukuman sesuai karakter guru, yaitu:

(41)

hal ini penyampaian materi dalam KBM menjadi titik fokus, sehingga guru menafikkan kondisi psikis dan jasmani anak. b. Pendidik atau guru yang memiliki karakter hangat, biasanya

cenderung memakai semua bentuk punishment sesuai dengan perbedaan individual anak, selain itu dengan melihat latar belakang permasalahan yang kemudian digunakan untuk menentukan jenis hukuman dari hukuman ringan seperti peringatan sampai hukuman berat.

c. Pendidik atau guru yang berkarkter dingin, biasanya sikap kurang sabar dan tidak bersahabat melekat pada guru tersebut yang menjadikan guru tersebut lebih cenderung memilih hukuman yang bersifat praktis, seperti: melempar penghapus, memukul, bahkan menjewer (Rasimin, 2011:14).

Merujuk pada beberapa hal yang telah disebutkan tersebut maka

dapat diambil beberapa bentuk punishment yang sesuai untuk jenjang

menengah atas. Berikut bentuk-bentuk punishment yang sesuai atau

masih pantas diberikan pada siswa tingkat SMA ialah:

a. Guru memberi peringatan atau teguran kepada siswa yang

melanggar peraturan.

b. Guru menberi sanksi kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas.

c. Hukuman fisik misalnya memukul atau menjewer, melempar

sesuatu seperti penghapus.

d. Guru memberi ancaman kepada siswa yang sulit diatur.

e. Guru memberi sindiran kepada siswa yang tidak memperhatikan

pelajaran.

f. Pemberian alfa atau tanda khusus bagi yang tidak masuk tanpa

keterangan dan terlambat masuk kelas.

g. Guru memberikan nasihat kepada siswa yang mendapatkan nilai

(42)

J. HasilBelajar

1. Pengertian hasil belajar

Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan untuk

memperoleh pengetahuan atau suatu hal baru yang dirasa belum

diketahui. Menurut Santrock yang tercantum dalam skripsi di

Universitas Sumatra Utara (2010:1) menjelaskan pengerian belajar ialah

perubahan yang relatif permanen pada perilaku, pengetahuan dan

kemampuan berfikir yang diperoleh karena pengalaman. Belajar tidak

hanya sebatas dalam bidang akademik saja, melainkan non akademik

juga. Berkaitan dengan hal tersebut, dapat dijelaskan bahwa hasil belajar

ialah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya (Universitas Sumatera Utara, 2010:13).

Merujuk dari beberapa pendapat tentang pengertian hasil belajar

tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar ialah suatu wujud

kemampuan yang dimiliki siswa setelah mendapat pengalaman dan

pengetahuan dalam belajarnya, baik hasil secara kognitif, afektif ataupun

psikomotorik. Dalam hal ini peneliti akan lebih fokus dalam meneliti

hasil belajar dalam ranah afektif (cenderung pada sikap/tingkah laku

2. Bentuk-bentuk Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu wujud kemampuan yang dimiliki

seseorang setelah mendapat pengetahuan dalam belajarnya. Hasil belajar

meliputi beberapa macam diantaranya berupa nilai/angka, sikap atau

(43)

penulis dari berbagai rujukan, hasil belajar dapat dikelompokkan dalam

tiga ranah, yaitu: ranah kognitif, afektif, dan psikomotik. Berikut

penjelasan dari ketiga bentuk hasil belajar tersebut:

p. Ranah kognitif

Ialah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala

upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah

kognitif.

Ranah kognitif meliputi:

1) Pengetahuan

2) Pemahaman

3) Aplikasi

4) Analisis

5) Sintesia

6) Evaluasi

q. Ranah afektif

Ranah afektif ini berkaitan dengan sikap dan nilai. Tipe

hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam bentuk tingkah laku

dan nilai.

Tingkah laku tersebut misalnya seperti:

1) Perhatian terhadap pelajaran

2) Disiplin

3) Motivasi belajar

(44)

5) Kebiasaan belajar

6) Hubungan sosial

r. Ranah psikomotorik

Hasil belajar dalam ranah psikomotorik merupakan ranah

yang berkaitan dengan ketrampilan (skill) atau kemampuan bertindak

setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

Dari ketiga ranah hasil belajar tersebut, penulis akan

mengkaji lebih dalam mengenai hasil belajar dalam ranah afektif

yaitu yang berkaitan dengan sikap atau tingkah laku.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar dipengaruhi oleh

dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor

dari luar individu. Belajar akan menghasilkan hasil belajar yang optimal

ketika siswa dan guru mampu memahami faktor apa saja yang

berpengaruh. Dalam hal ini Sriyanti (2013:20-21) menjelaskan beberapa

faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu:

a. Faktor eksternal (faktor dari luar individu), meliputi dua hal yaitu:

1) Faktor non sosial, ialah faktor-faktor di luar individu yang

berupa kondisi fisik, terutama yang ada di lingkungan belajar.

Misalnya: cuaca, gedung, dan sejenisnya.

2) Faktor sosial, yaitu beberapa faktor yang ada di luar individu

yang berupa manusia, seperti keluarga, lingkungan sekolah, dan

(45)

belajar, kedekatan hubungan antara anak dengan orang lain,

keharmonisan/pertengkaran dalam keluarga.

b. Faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri individu/siswa).

Faktor internal terdiri dari dua faktor, yaitu faktor fisiologis dan

faktor psikologis.

j. Faktor fisiologis (kondisi fisik), misalnya tingkat kesehatan dan

kebugaran fisik siswa.

k. Faktor psikologis (faktor psikis), misalnya seperti tingkat

kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, dan kepribadian.

Faktor eksternal dan internal tersebut berpengaruh pada tingkat

keberhasilan belajar, pengaruhnya bisa bersifat positif-mendukung

atau bisa juga negative- menghambat.

4. Teori-teori Belajar

Menurut Sriyanti, dkk., teori-teori belajar dibagi menjadi

beberapa bagian, diantaranya ialah sebagai berikut:

e. Teori Kondisioning Klasik (Ivan P Pavlov)

Ialah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya

stimulus atau rangsangan yang kemudian menimbulkan reaksi atau

respon (Sriyanti, dkk., 2013:33). Yang terpenting dalam teori ini

adalah adanya latihan secara terus menerus. Penerapan teori

responden ini dalam konteks belajar hendaknya digunakan untuk

menjelaskan proses belajar secara umum, yaitu pengaruh kondisi

(46)

belajar (Mulyati, 2005:34).

f. Teori Koneksionisme (Edward Lee Thorndike)

Dari hasil eksperimennya, Thorndike menyimpulkan bahwa

hadiah dan hukuman tidak berlawanan secara lurus (Mulyati,

2005:43). Dengan kata lain, akibat dari pemberian hadiah dan

hukuman tidak selalu berbanding sebanding. Sebab menurut

Mulyati dalam bukunya menyatakan bahwa ternyata hadiah lebih

kuat pengaruhnya dari pada hukuman. Perbuatan yang menimbulkan

adanya penghargaan atau hadiah cenderung diikuti dengan

pengulangan, sedangkan hukuman tidak selalu diikuti dengan

pengulangan perbuatan (2005:44). Bagi Thorndike mengajar bukan

mengharap siswa tahu apa yang diajarkan, tetapi mengajar ialah

tahu apa yang akan diajarkan, respon apa yang diharapkan, apa

tujuan pendidikan, kapan harus memberi hadiah, dll (Sriyanti, dkk.,

2013:41).

g. Teori Operan Kondisioning (B.F Skinner)

Teori ini menjelaskan bahwa lingkungan memiliki pengaruh

luar biasa pada proses belajar dan perilaku (Sriyanti, dkk., 2013).

Oprerant conditioning berbeda dengan conditioning klasik. Jika

dalam contitioning klasik reinforcement dilakukan berulang-ulang

sehingga menghasilkan tingkah laku, sedangkan dalam operant

conditioning terjadi sebaliknya, yaitu jawaban atau tingkah lakulah

(47)

sesuatu.

Berkaitan dengan hal ini Dahar dalam Mulyati (2005:46)

menyatakan bahwa operant conditioning ialah penggunaan

konsekuensi-konsekuensi menyenangkan dan tidak menyenengkan

untuk mengubah perilaku. Sebagai contoh ialah: Bila perilaku

seseorang segera diikuti konskuensi menyenangkan, ia akan lebih

sering terlihat dalam perilkau tersebut (Mulyati, 2005).

K. Mata Pelajaran Fiqih

1. Pengertian Mata Pelajaran Fiqih

Fiqih ialah suatu ilmu yang mempelajari dasar hukum atau

syari’at agama islam yang mengatur tentang hukum dalam islam yang

berkaitan dengan kehidupan mukalaf dalam sehari-hari.

Fiqih merupakan salah satu mata pelajaran dari rumpun agama

yang terdapat di sekolah terutama sekolah yangberlatar belakang islami,

baik tingkat menengah maupun tingkat atas seperti SMP/MTs dan

SMA/MA. Mata pelajaran fiqih di Madraah Aliyah adalah salah satu

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan

dari fiqih yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah

Tsanawiyah/SMP (Kemenag, 2014:12). Peningkatan tersebut dilakukan

dengan cara mempelajari, dan memperdalam kajian fiqih baik yang

menyangkut aspek ibadah ataupun muamalah, untuk menggali tujuan

dan hikmahnya, serta sebagai persiapan untuk melanjutkan ke jenjang

(48)

Berkaitan dengan hal tersebut, Kementrian Agama memaparkan

dalam buku pedoman bagi guru fiqih bahwa secara substansial, mata

pelajaran fiqih memilki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada

peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam

kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan

keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT., dengan diri

manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun

lingkungannya (2014:12).

2. Tujuan Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah

Secara substansial pelajaran fiqih memiliki beberapa tujuan

pokok, sesuai yang tercantum dalam buku panduan guru mata pelajaran

fiqih sebagai berikut:

a. Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip, kaidah-kaidah, dan

tatacara pelaksanaan hukum Islam baik yang berkaitan dengan

ibadah maupun muamalah, sebagai pedoman hidup dalam khidupan

pribadi dan sosial.

b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan

benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam

menjalankan ajaran agama Islam (Kemenag, 2014:2).

Sebab dengan mempelajari dan memahami ilmu fiqih juga,

seorang muslim/siswa akan tahu bagaimana cara membedakan antara

(49)

3. Ruang Lingkup Pelajaran Fiqih SMA/MA

Pengemasan ajaran Islam dalam bentuk mata pelajaran di

lingkungan Madrasah dikelompokkan sebagai berikut, yang diajarkan

mulai jenjang Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan

Madrasah Aliyah (Kemenag, 2014:iv). Selain di ranah pondok pesantren,

pelajaran fiqih juga diajarkan di sekolah, terutama sekolah yang berbasis

Islam, baik tingkat dasar (Ibtidaiyah/Tsanawiyah) maupun jenjang

Aliyah. Pelajaran fiqih banyak membahas tentang dasar-dasar hukum

Islam (syari’at) beserta hikmah dan tatacara penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari, sebagai acuan kaum muslim dalam menjalani

kehidupan sehari-hari. Barikut ruang lingkup pelajaran fiqih jenjang

Aliyah kelas X yang dikemas oleh Kementrian Agama:

a. Kajian tentang prinsip-prinsip ibadah dan syari’at dalam Islam.

b. Hukum Islam dan perundang-undangan tentang zakat dan haji,

beserta hikmah dan cara pengelolaannya.

c. Hikmah kurban dan akikah.

d. Ketentuan hukum Islam tentang pengurusan jenazah.

e. Hukum Islam tentang kepemilikan.

f. Konsep perekonomian dalam Islam dan hikmahnya.

g. Hukum Islam tentang pelepasan dan perubahan harta beserta

hikmahnya.

h. Hukum Islam tentang wakalah dan sulhu, besrta hikmahnya.

(50)

j. Riba, bank, dan asuransi.

L. Reward dan Punishment dan Hasil Belajar Fiqih

Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh

pengetahuan atau hal baru yang dirasa belum diketahui. Suatu pembelajaran

akan menghasilkan hasil belajar yang optimal apabila proses pembelajarnya

berjalan dengan efektif dan produktif. Proses pembelajaran yang efektif dan

produktif yaitu apabila pihak guru dan siswa mampu saling berinteraksi

dengan baik, sebab dengan adanya interaksi antara guru dan murid dapat

menguntungkan kedua belah pihak, terutama pada saat proses pembelajaran

dan pemahaman materi. Proses belajar dapat dikatakan efektif bila pesrta

didik aktif (intelektual, emosional, sosial) mengikuti kegiatan belajar, berani

mengemukakan pendapat, bersemangat, kritis dan kooperatif

(Arifin,2009:303). Selain itu guru harus memiliki kekreatifan dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran yang komunikatif, agar proses

pembelajaran tidak membosankan dan tidak hanya sekedar mentransfer ilmu

kepada siswa saja, melainkan melibatkan siswa untuk aktif atau terlibat

dalam kegiatan belajar mengajar tersebut. Selain itu perilaku positif dan

perilaku negatif yang diperlihatkan oleh guru-guru juga ikut menentukan

sebagian besar efektivitas diri mereka dalam proses belajar mengajar dan

pada akhirnya menentukan dampak yang mereka berikan pada hasil belajar

siswa (baik prestasi maupun tingkah laku) (Stronge, 2007:145).

Dengan demikian, siswa akan lebih mudah dalam memahami mata

(51)

termasuk bagi guru fiqih. Dalam proses pembelajaran tentu ada hal positif

yang diharapkan baik oleh guru, siswa ataupun wali murid, diantaranya ialah

hasil belajar yang optimal. Hasil belajar meliputi tiga aspek, diantaranya

yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Begitu juga dengan jenis atau

bentuk hasil belajar, bisa berupa nilai atau tingkah laku. Berkaitan dengan hal

tersebut, guru memiliki wewenang untuk tidak sekedar mengajar namun juga

mendidik dan mengarahkan siswanya untuk menerapkan hasil belajarnya

dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam proses pembelajaran tentu ada kegagalan dan keberhasilannya.

Kegagalan belajar siswa tidak sepenuhnya menjadi kesalahan siswa itu

sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut, sebagai seorang guru selain digugu

dan ditiru, guru juga dituntut adanya pemahaman karakter terhadap peserta

didik untuk mempermudah guru dalam penilaian dan pengamatan baik

berupa angka atau bentuk respon. Hal tersebut berlaku untuk semua guru

mata pelajaran, termasuk guru mata pelajaran fiqih. Pelajaran agama

termasuk mata pelajaran fiqih cenderung dianggap mudah oleh sebagian

besar siswa. Akan tetapi banyak siswa yang meremehkan pelajaran ini dan

siswa cenderung bosan pada waktu pelajaran fiqih, terlebih guru mata

pelajaran yang masih menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran.

Untuk mengurangi kejenuhan atau sikap menganganggap mudah terhadap

mata pelajran tertentu, guru dituntut agar memiliki alternatif untuk

memancing atau menarik perhatian siswa agar lebih fokus lagi dalam

(52)

siswa dalam mnegikuti suatu mata pelajaran bisa lebih optimal.

Untuk mengoptimalkan proses dan hasil belajar, hendaknya seorang

guru berpijak pada hasil identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan

faktor-faktor pendukung keberhasilan (Arifin, 2009). Upaya optimalisasi

proses dan hasil belajar dapat dilakukan dengan merancang dan mengajukan

berbagai alternatif solusi sesuai hasil identifikasi faktor-faktor penyebab

kegagalan dan pendukung keberhasulan. Upaya tersebut dapat berupa

perbaikan untuk menghilangkan kegagalan dan bisa juga berupa pemantapan

atau reinforcement (penguat) atas keberhasilan yang telah dicapai (Arifin,

2009). Dengan kata lain, yaitu dengan memberikan respon positif untuk hal

yang benar. Sebab dengan adanya suatu stimulus dan respon, diharapkan

siswa mampu lebih terbuka dalam kegiatan belajar mengajar atau adanya

perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. Untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran yang komunikatif, guru harus memiliki beberapa strategi yang

bisa membuat siswa tidak jenuh dan dapat mengikuti pembelajaran dengan

baik/aktif, untuk meraih hasil belajar yang optimal. Salah satu diantaranya

yaitu dengan menerapkan strategi pembelajaran reward dan punishment.

Dalam proses pembelajaran dikenal dengan istilah reward dan

punishment. Yaitu suatu strategi pembelajaran yang menggunakan konsep

pemberian hadiah (penghargaan) dan hukuman. Pemberian hadiah tidak

semata-mata memberikan sesuatu kepada siswa, namun atas dasar alasan dan

tujuan tertentu, misalnya karena siswa tersebut melakukan suatu perbuatan

(53)

dengan tujuan agar siswa mengulangi hal positif tersebut. Sebab dengan

adanya reward seseorang akan cenderung mengulangi perilaku positifnya.

Sebab pada dasarnya setiap manusia diciptakan dengan sifat positif

masing-masing yang melekat dalam pribadinya (Turner, 2008:29). Ketika

guru menghadapi siswa yang berkelakuan kurang sesuai dengan aturan,

jangan langsung diberi komentar negatif terlebih dahulu, sebab akan

berakibat pada kondisi psikis siswa tersebut, terlebih lagi kondisi psikis

antara satu siswa dengan siswa lainnya berbeda-beda. Ketika ditegur dengan

halus namun tidak menunjukkan perubahan, maka guru berhak mengambil

satu langkah tindakan lebih lanjt, dengan memberinya hukuman. Misalkan

dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran fiqih, selalu ada anak yang

telat masuk karena menganggap enteng guru dan pelajaran tersebut, dalam

hal ini siswa perlu ditegur. Namun ketika dengan teguran tetap saja tidak

berhasil, guru bisa menindak lanjuti dengan memberinya hukuman tidak

boleh masuk atau mengikuti pelajaran tersebut selama pembelajaran

berlangsung. Hal tersebutdengan tujuan agar siswa tersebut jera dengan

sikapnya yang seenaknya dan tidak mengulangi kesalahannya tersebut. Sebab

bukti menunjukkan, bahwa menberi hukuman atas perilaku siswa yang tak

pantas lebih efektif dari pada tidak menghukum (Psikologi Belajar,

2013:221).

Jadi melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui adanya

hubungan antara alat pendamping pembelajaran reward dan punishment

(54)

Fiqih merupakan salah satu pelajaran agama yang dibutuhkan sebagai acuan

mukalaf dalam kehidupan sehari-hari untuk memperbaiki atau

mempertahankan perilaku yang positif yang mana tidak lepas dari berbagai

(55)

BAB III

HASIL PENELITIAN 8. Gambaran Umum MAN Purworejo

5. Sejarah Singkat Berdirinya

Mengingat kebutuhan rakyat di daerah Kedu, khususnya

Kabupaten Purworejo untuk menuntut Ilmu Pengetahuan Agama Islam

pada Perguruan Tinggi Agama, maka perlu dibuka Sekolah Persiapan

Institut Agama Islam Negeri Al Jami’ah Al-Islamiyah Al-hukumiyah

(SPIAIN Al-Islamiyah Al-hukumiyah) di Purworejo.

Untuk menyalurkan hasrat dan minat belajar agama Islam

masyarakat di Kabupaten Purworejo, pemuka-pemuka agama

masyarakat menyampaikan kepada Presiden (sekarang Rektor) Institut

Agama Islam Negeri Al Jamia’ah Al Islamiyah Al Hukumiyah Sunan

Kalijaga Yogyakarta, untuk membuka Sekolah Persiapan IAIN Al

Jamia’ah Al Islamiyah Al Hukumiyah di Purworejo. Selanjutnya oleh

Presiden/Rektor IAIN Al Jamia’ah Al Islamiyah Al Hukumiyah Sunan

Kalijaga di Yogyakarta, mengusulkan kepada Menteri Agama RI. Usulan

tersebut disetujui dengan diterbitkannya Surat Keputusan Menteri

Agama RI Nomor 90 Tahun 1962 pada tanggal 30 September 1962

tentang Pembentukan Panitia Pendiri Sekolah Persiapan IAIN Al

Jamia’ah Al Islamiyah Al Hukumiyah di Purworejo, dengan Brigjen

Sarbini (Pangdam VII Diponegoro) sebagai pelindung, Mr. Moh. Soleh

(56)

Daerah Tk. II Purworejo) sebagai penasehat, sedangkan pimpinan/ketua

panitia adalah KH. Damanhuri.

Berdasarkan laporan Panitia Pendiri SPIAIN Al Jami’ah Al

Islamiyah Al Hukumiyah Sunan Kalijaga Purworejo kepada Menteri

Agama RI tentang pelaksanaan tugas panitia, maka Menteri Agama RI

mengeluarkan Surat Keputusan tanggal 5 Desember 1962 Nomor 98

Tahun 1962 tentang pembukaan Sekolah Persiapan IAIN (SPIAIN) Al

Jami’ah Al Islamiyah Al Hukumiyah di Purworejo yang kemudian

diresmikan pada tanggal 27 Desember 1962 oleh Menteri Agama

Republik Indonesia.

Dalam proses kegiatan belajar mengajar, kurikulumnya mengacu

kepada IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, karena siswa-siswanya

dipersiapkan untuk melanjutkan ke Fakultas-fakultas Perguruan Tinggi

IAIN Al Jamiah, dan masa belajarnya dibatasi selama 2 tahun. Karena

mengingat perkembangan pendidikan masa depan, maka sebagaimana

diatur dalam Peraturan Menteri Agama RI tanggal 27 Desember 1967

Nomor 4 Tahun 1967 masa belajar siswa ditambah dari 2 tahun menjadi

3 tahun. Dalam rangka usaha pencapaian tujuan Nasional pada umumnya

dan mencerdaskan kehidupan bangsa pada khususnya, serta memberikan

kesempatan yang sama kepada tiap-tiap warga Negara Indonesia untuk

memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan,

perlu diambil langkah-langkah untuk meningkatkan mutu pendidikan

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.3 (Interval Data Reward dan Punishment)
Tabel 3.5
Tabel 3.7
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tugas kepala bagian humas yakni sebagai berikut: menyusun program kerja dan anggaran bagian hubungan masyarakat; mengendalikan pelaksanaan program kerja bagian humas; meneliti

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk mencari apa yang menjadi motif masyarakat Surabaya untuk menonton acara berita kriminal Kecrek MHTV, maka kesimpulan

1) Menjumlahkan skor seluruh siswa pada setiap tugas dalam LKS.. Untuk menyatakan kriteria jawaban siswa terhadap tugas-tugas dalam LKS praktikum berbasis inkuiri yang

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengetahuan dan sikap remaja putri tentang sindrom pra menstruasi di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda tahun 2015 yang

makanan dalam volume besar. Jumlahnya tidak terlalu banyak tetapi.. kaya gizi dan sangat baik bagi bayi. Kolostrum mengandung karoten. dan vitamin A yang sangat

 Penurunan arus ( I a ) yang terjadi dalam percobaan Franck – Hertz dikarenakan adanya electron yang melepaskan energinya setelah bertumbukan dengan atom neon

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RJPMD) 2016-2021 kemudian memuat perencanaan pembangunan Samrt City yang disepakati dengan istilah Smart Regency Kutai

dakwaan alternatif kesatu dimana larangan melakukan perbuatan cabul ditentukan dalam pasal 76 E Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 dengan ketentuan pidana diatur dalam pasal