1 ASPEK REPRODUKSI IKAN BADUT
(Amphiprion ocellaris, Pomancentridae)DI PERAIRAN MENTAWAI Paraditya Nurkusuma Ayu1, Mas Eriza2 danAzrita3
1)
Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Padang 25133 2)
Dosen Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Padang 25133 3)
Dosen Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Padang 25133
Program Studi Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Bung Hatta Email: Paraditya20@gmail.com
ABSTRACK
Clown fish (Amphiprion ocellaris) is a hermaphrodite protandri who undergo sex change from male into a female. The purpose of this study was to determine the sex change based on the size of the fish body length clown with morphological and histological observations of the gonads and know aspects of clown fish reproduction includes TKG, IKG, fecundity, and egg diameter based on body size. Intake of fish samples were taken and carried out in January to February 2015 in which sampling in bungus originating from waters Mentawai islands. From the results of the sampling taken 50 fish clown making random. The results showed that the length of the clown fish measuring 3.02 cm to 4.50 cm male sex, size of 4.60 cm to 5.40 cm manifold hermaphrodite which has begun to change sex, and size of 5.50 cm to 8, 00 cm had a female is perfectly in histology TKG I was still filled with granules of sperm, TKG II oocytes begin to develop cytoplasm grew at TKG III follicular development and oocyte cells swell and the TKG IV euvitelin core has grown and is located around the membrane core. Based on the results of the IKG ranging from 0.01612% to 0.0526% with an average of 0.0360%. Fecundity 10-386 grains with egg size 206-500μm with the type of spawning multiple times (multi spawner).
Keyword; Clown fish, Reproductive.
PENDAHULUAN
Ikan badut atau clownfish merupakan salah satu jenis ikan yang digemari oleh penggemar ikan hias. Ikan ini hidup pada
daerah perairan tropis dangkal dan
bersimbiosis dengan anemone sebagai habitatnya. Ikan ini masuk dalam kelompok Pomancentridae dan beberapa genus yang sering ditemui ialah Amphiprion dan
Premnas. Ikan badut merupakan ikan
omnivore, ikan ini memakan larva crustacea,
parasit dan anemon alga. Ikan ini dikenal ikan agresif dalam menjaga teritorinya. Ikan ini tersebar luas di ekosistem terumbu karang di wilayah tropis dan subtropis mulai dari Indo-Barat Pasifik: Archipelago Australia Indo termasuk India, Burma, Thailand, Malaysia, Indonesia, Filipina, Nugini, New Britain, Kepulauan Solomon, Vanuatu dan Australia (Madhu, 2012).
Para anemon milik keluarga Pomacen-tridae terdiri dari 27 spesies genus
Am-2
phiprion dan satu spesies dalam genus
Premnas, dan merupakan spesies yang
paling popular dalam perdagangan akuarium laut karena memiliki warna yang menarik mereka, serta harga bernilai ekonomis tinggi setiap ekornya berkisar hingga Rp.10.000 s/d Rp.80.000. Ikan badut mempunyai karakteristik khusus terutama untuk studi vertebrata (Langelandand Kimmel, 1997; Falk-Petersen, 2005).
Ikan badut ini termasuk dalam jenis ikan yang hermaprodit protandri, Herma-prodit protandri merupakan keadaan dimana proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase jantan ke fase betina. Ikan ini memulai siklus reproduksinya sebagai ikanjantan yang berfungsi kemudian berubah menjadi ikan betina yang berfungsi perubahan kelamin ini dipengaruhi ukuran umur dan jenisnya.
Tingkat kematangan gonad dapat
dipergunakan sebagai penduga status
reproduksi ikan, ukuran dan umur pada saat pertama kali matang gonad, proporsi jumlah stok yang secara produktif matang dengan pemahaman tentang siklus reproduksi bagi suatu populasi atau spesies.
Biologi reproduksi ikan adalah aspek mendasar dari ikhtiologi yang penting untuk keperluan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perikanan.Pengkajian jenis
kelamin dan tingkat kematangan gonad
dalam aplikasinya dapat merupakan
pengetahuan dasar dari biologi reproduksi
suatu sediaan dan potensi
reproduksinya.Sumber daya perikanan
termasuk sumber daya yang dapat pulih kembali, namun tetap diperlukan upaya untuk penjagaan kelestariannya.Salah satu upaya pengelolaan dan pengembangandan pelestarian ikan badut ini yaitu dengan
mengetahui perubahan jenis kelamin
berdasarkan ukuran panjang tubuh dengan pengamatan histologis dan morfologi gonad,
mengetahui aspek biologi reproduksi
meliputi tingkat kematangan gonad dan
fekunditas ikan badut (Amphiprion
ocellaris).
Mengetahui perubahan jenis kelamin berdasarkan ukuran panjang tubuh ikan badut dengan pengamatan morfologi dan histologist gonad dan Mengetahui aspek reproduksi ikan badut meliputi TKG
(Tingkat Kematangan Gonad), Indeks
Kematangan Gonad (IKG), fekunditas dan diameter telur berdasarkan ukuran tubuh
Memberikan informasi ilmiah bagi dunia ilmu pengetahuan terkait pengelolaan dan pengembangan sumberdaya ikan badut untuk kegiatan pengelolaan penangkapan, budidaya dan konservasi
3
Pengambilan ikan sampel diambil pada bulan November sampai Desember 2014, dimana sampel yang di koleksi berasal dari hasil tangkapan nelayan di alam yang berasal dari perairan Kepulauan Mentawai, kab.Mentawai.Lokasi pengambilan sampel ikan Badut (Amphiprion ocellaris) di
bungus yang berasal dari perairan
Kepulauan Mentawai.
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ikan badut, formalin 5%, dan larutan Gilson. Alat yang digunakan adalah penggaris, mikroskop kamera, botol sampel, timbangan, alat sexio, dan hand counter.
Proseduk kerja pada penelitian ini yaitu Penentuan jenis kelamindilakukan secara morfologi dan juga dilakukan berdasarkan preparat histologinya.Contoh ikan dibedah dan diambil gonadnya, gonad tersebut dimasukkan ke dalam larutan gilson, sedangkan gonad yang akan dibuat preparat histologi direndam dalam larutan formalin 5%. Sebelum diawetkan gonad-gonad ini terlebih dahulu di ukur beratnya dan secara visual di tentukan jenis kelamin dan tingkat kematangan gonadnya.dan sampel gonad untuk diuji kematangannya dilakukan di Balai Veteriner Bukittinggi.
Berdasarkan metode penelitian
memiliki 2 tahap penelitian yang tahap pertama mengetahui perubahan jenis
kelamin ikan badut.Penentuan jenis
kelamin juga dilakukan berdasarkan
morfologi dan histologinya. Gonad
tersebut dimasukkan ke dalam formalin 5% yang akan dibuat preparat histologi dan sebelum dimasukkan ke dalam larutan formalin gonad ini sebelum diawetkan terlebih dahulu diukur beratnya dan secara visual ditentukan jenis kelamin dan tingkat kematangan gonadnya secara morfologi.
Pada penelitian ini dilakukan juga penghitungan pada indeks kematangan gonadnya (IKG), penghitungan fekunditas pada ikan badut betina yang ada pada stadia tingkat kematangan gonad (TKG) II dan IV dengan metoda penghitungan langsung dan fekunditas juga dilakukan pengukuran diameter telur yang diambil berdasarkan ukuran dari bagian anterior, tengah dan bagian posterior dengan menggunakan mikroskop yang dilengkapi dengan micrometer yang telah ditera.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan
selama penelitian dengan jumlah sampel 50 ekor diperoleh nisbah kelamin ikan yang berjenis kelamin jantan sebanyak 16 ekor, hermaphrodite 12 ekor dan betina 22 ekor. Deskripsi rataan panjang dan rataan bobot sampel ikan badut (A.ocellaris) dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.
4 Tabel 1.Deskripsi nilai minimum dan maksimum serta rataan panjang tubuh ikan Badut (cm)
Jenis Kelamin N
(Jumlah Sampel)
Panjang tubuh (cm)
min max Rataan ± SD
Jantan 16 3,02 4,50 3,95 ± 0,38
Hermaprodit 12 4,60 5,40 4,96 ± 0,23
Betina 22 5,50 8,00 6,36 ± 0,85
Tabel 1 menunjukkan bahwa
sampel ikan Badut yang berjenis kelamin jantan memiliki kisaran panjang tubuh 3,02 sampai dengan 4,50 cm dengan rataan panjang 3,95±0,38 cm, jenis kelamin betina memiliki panjang tubuh berkisar antara 4,60sampai dengan 5,40 cm dengan rataan panjang 4,96 ± 0,23 cm. Sedangkan untuk ikan Badut yang sudah mengalami
perubahan dari jantan ke betina
(hermaprodit) memiliki kisaran panjang tubuh 4,60 sampai dengan 5,40 cm dengan rataan panjang 4,96 ± 0,23 cm. Dari rataan panjang ikan Badut terdapat perbedaan yang jelas antara jenis kelamin jantan, betina dan ikan Badut yang sudah mengalami perubahan dari jantan ke betina
(hermaprodit).Untuk deskripsi bobot
sampel ikan Badut tercantum pada Tabel 2 berikut ini.
Menurut Lokman, 2011 ikan jantan
ukuran sampel berkisar 5,3 sampai dengan 6,9 cm total panjang dan mereka berat dari 2.1 sampai dengan 5,95 gr ovotestis campuran terletak di bagian ekor dari rongga tubuh yang ditemukan di ikan jantan adalah ovotestis jika dibandingkan dengan ovotestis jantan lebih besar dalam berbagai ukuran. Pada ovotestis terhubung dari A.ocellaris jantan berwarna putih susu, datar dan memiliki bentuk oval mirip dengan testis yang dapat ditemukan di banyak jenis ikan lainnya.
Tabel 2. Deskripsi nilai minimum dan maksimum serta rataan bobot tubuh ikan badut (gr)
Jenis Kelamin N
(Jumlah Sampel)
Bobot tubuh (g)
Min max Rataan ± SD
Jantan 16 0,51 1,51 1,44 ± 0,49
Hermaprodit 12 1,75 2,06 2,32 ± 0,66
Betina 22 5,91 8,00 4,91 ± 2,02
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa sampel ikan Badut yang berjenis kelamin jantan memiliki kisaran bobot tubuh 0,51 sampai dengan 1,51 g dengan rataan bobot 1,44 ± 0,49 g, ikan betina
memiliki bobot tubuh berkisar antara 5,91 sampai dengan 8,00 g dengan rataan bobot
tubuh 4,91 ± 2,02g. Sedangkan
berdasarkan bobot tubuh untuk ikan Badut yang sudah mengalami perubahan dari
5
jantan ke betina (hermaprodit) memiliki kisaran bobot tubuh 1,75 sampai dengan 2,06 g dengan rataan bobot 2,32 ± 0,66 g.
Ikan betina diteliti dalam penelitian ini berkisar 6,0 cm sampai dengan 9,2 cm total panjang dan berat sekitar 5,5 gr sampai dengan 13,5 gr. ovarium terdiri dari dua kantung terhubung diisi dengan telur berwarna oranye. masing-masing ovarium diposisikan dalam cara yang mirip dengan ovotestis di non-peternak dan ikan jantan. Pengamatan inintial
menunjukkan bahwa ovarium betina
dewasa (7,5 cm sampai dengan 9,2 cm ukuran tubuh) dan betina yang belum dewasa (6,0 cm sampai dengan 7,2 cm ukuran tubuh) yang sama baik dalam bentuk dan warna (Lokman, 2011).
Induk ikan betina ikan Klon Hitam
(Amphiprion percula)yang memijah
berkisar pada panjang total 6,8 sampai dengan 9,5 cm, bahkan induk dengan ukuran 9,5 cm tersebut masih dapat aktif memijah dengan frekuensi 3 kali/bulan dan dapat menghasilkan jumlah telur di atas 700 telur/pemijahan (Setiawati et al, 2012).
Tingkat kematangan gonad secara morfologi dan histologi
Pada tingkat kematangan gonad secara morfologi sampel yang diamati menunjukan bahwa ikan badut awal perkembangan gonadnya pertama kali terjadi pada fase jantan.
Tabel 3. Perkembangan gonad ikan badut secara morfologi
No Deskripsi Morfologi Keterangan
I
- Organ reproduksi berbentuk menyerupai testis seperti sepasang benang kasar yang memanjang
- Terdapat cairan berwarna putih
Jantan
II - Terdapat butiran kuning yang disertai cairan putih. Hermaprodit
III - Gonad membesar, seluruh gonad di penuhi oleh butiran-butiran telur
berwarna kuning Betina
Dilihat pada tabel 3 perkembangan gonad ikan badut di mulai pada fase jantan dimana masih terdapat cairan putih dan organ reproduksi berbentuk menyerupai testis seperti pada ikan yang tergolong heteroseksual seperti sepasang benang
kasar yang memanjang, pada fase
selanjutnya terjadi perubahan kelamin dari
jenis kelamin jantan kearah perkembangan gonad betina yang menandakan bahwa pada fase ini gonad ikan badut sedang mengalami masa transisi intersex yaitu proses hermaprodit dimana pada organ reproduksi ikan badut ditandai dengan mulai terdapatnya butiran-butiran kuning yang menyebar disertai cairan putih.
6
Butiran-butiran kuning yang menyerupai butiran telur ini akan bertambah seiring dengan bertambahnya ukuran panjang dan obot tubuh ikan badut sampai terjadinya
kondisi jenis kelamin betina yang ditandai dengan gonad yang membesar, seluruh gonad dipenuhi olah butiran butiran telur berwarna kuning dilihat pada tabel 4
Tabel 4. Tingkat kematangan gonad ikan Badut betina
TKG Deskripsi Morfologi Gambar
I Ovari seperti benang sampai ke rongga tubuh warna jernih dan permukaan kecil
II Ukuran ovari lebih besar, bewarna kekuningan telur belum dapat terlihat oleh mata
III Ovari berwarna kuning secara morfologi telur mulai kelihatan butirnya oleh mata
IV Ovari semakin besar telur berwarna kuning dan mudah dipisahkan, butir minyak tidak tampak
Tingkat kematanga secara histologi
Pada pengamatan secara histologi gonad ikan badut di dapati bulatan berupa
oogenia sekaligus butiran-butiran
merupakan sperma dalam satu gonad padafase ini terlihat oogenia mulai berkembang menjadi oosit dan sel sperma mulai berkurang digantikan oleh oogenia yang mulai berkembang. Pada preparat di
temukan sel betina pada tingkat
kematangan gonad I yaitu oogonia dikelilingi satu lapis yang besar ditengah dan ciri-ciri pada tingkat kematangan
gonad II yaitu dimana oositberkembang ukurannya, sitoplasma bertambah besar, inti biru terang dengan pewarnaan dan terletak di tengah sel, oosit dilapisi oleh satu lapis epitel.
Fase akhir perkembangan gonad ikan badut dijumpai ukuran panjang rataan 3,95 ± 0,38 cm dan ukuran bobot rataan 1,44 ± 0,49 gr ditemukan gonad yang dipenuhi oleh butiran-butiran telur ini
membuktikan bahwa ikan badut
merupakan ikan hermaphrodite protoandri
7
dimulai dari jantan dan pada saat dewasa berubah menjadi betina, dari hasil pengamatan histology pada ukuran ini gonad ikan badut terdapat oogenia yang
makin berkembang pesat dan pada ukuran ini tidak lagi terdapat sel sperma dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Pengamatan secara histogis ikan Badut (gonad jantan - intersex gonad (hermaprodit) - gonad betina)
Deskripsi Histologis Gambar
- Gonad ikan dipenuhi butiran butiran sperma gonad jantan ditandai dengan warna kebiru-biruan
- Oosit mulai berkembang ukurannya, sitoplasma bertambah besar, inti ungu terang dengan pewarnaan, dan terletak di tengah sel, oosit dilapisi oleh satu lapis epitel
- Berkembangnya sel folikel dan osit membesar, provitelin(pv) nukleoli mengelilingi epitel
- Euvitelin inti telah berkembang dan berada di sekitar selaput inti.
- Pada ukuran ini gonad ikan betina sudah mengalami perubahan menjadi betina secara sempurna.
Ikan badut betina ditemukan pada ukuran panjang 6,36 ± 0,85 cm dan bobot tubuh 4,91 ± 2,02 gr ditandai tidak dijumpai lagi sel sperma dalam kantong gonad, semua telah tergantikan oleh oogenia yang terus berkembang, pada stadium ini berkembangnya sel folikel dan oosit membesar, provitelin nucleoli mengelilingi epitel, dan pada TKG IV terdapat ciri-ciri dimana euvitelin inti telah
berkembang dan berada di sekitar selaput inti.
Berdasarkan preparat histologi dapat dilhat perkembangan sel telur tidak sama ini menandakan ikan badut bersifat
asyuhnchronous Artinya dalam satu
gonad terdapat beberapa tingkatan sehingga dapat memijah beberapa kali
(multiple spawner) dalam satu kali
pemijahan dan peningkatan frekuensi Sp TKG II TKG 1 TKG IV TKG III TKG II TKG I TKG IV
8
pemijahan terjadi selama bulan musim panas dibandingkan dengan bulan lainnya (Fernando et al., 2006). Peningkatan pemjahan terjadi selama musim panas dan semi (2,67 kali/bulan), sedangkan pada
musim dingin 2 kali/bulan. Suhu
berpengaruh terhadap kesinambungan
pemijahan induk ikan klon (Hoff, 1996; Madhu and Madhu, 2007; Dhaneesh, et al., 2011)
Menurut Suwarso dan
Sadhotomo, (1995), dari tingkat kematangan gonad ikan dapat digunakan
untuk mengetahui ikan yang akan
bereproduksi atau belum. Dari setiap pengambilan pada TKG IV dan V diduga ikan-ikan wader tersebut telah atau sedang
mengalami pemijahan. Menurut Effendie, (1979), tingkat kematangan gonad juga bisa digunakan untuk perbandingan ikan yang masak dan yang belum masak gonadnya, ukuran dan umur ikan pertama kali masak, waktu pemijahan, serta intensitas pemijahan ikan wader dalam satu tahun.
INDEKS KEMATANGAN GONAD
Indeks kematangan gonad (IKG) adalah nilai dalam persen sebagai hasil perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan.Indeks kematangan gonad pada ikan badut dapat dilihat pada tabel 6. Dari hasil pengamatan pada penelitian ini berkisar dari 0,01612% sampai 0,0526% dengan rata-rata 0,0360%.
Tabel. 6 kisaran IKG pada ikan badut
No Bobot Tubuh (gr) Bobot Gonad (gr) IKG (%) 1 6,2 0,1 0,0161 2 3,2 0,2 0,0625 3 2,6 0,1 0,0384 4 1,9 0,1 0,0526 5 8,2 0,3 0,0365 6 7 0,2 0,0285 7 4,7 0,2 0,0425 8 6,6 0,2 0,0303 9 4,6 0,2 0,0434 10 2,2 0,1 0,0454 Jumlah 47,2 1,7 0,3966 rata-rata 4,72 0,17 0,03601
Berdasarkan pada tabel diatas dilihat dari bobot tubuh dan gonad memiliki kisaran IKG tertinggi pada bobot
tubuh 1,9 gr dan IKG terendah pada bobot tubuh 6,2 gr.
9 FEKUNDITAS DAN DIAMETER
TELUR
hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa fekunditas pada ikan badut yang
diamati cukup rendah yakni 10 sampai
386. Rendahnya fekunditas tersebut
disebabkan ikan badut mempunyai
kebiasaan menjaga telurnya hal ini sesuai dengan pendapat (Riani, 2004).
Tabel 8. Kisaran fekunditas, diameter telur dan tingkat kematangan gonad ikan Badut berdasarkan ukuran.
No Ukuran (cm) Fekunditas (Butir) Diameter Telur (µm) TKG
1 3,0 s/d 4,5 - - -
2 4,5 s/d 6,0 10 s/d 82 206 s/d 304 I s/d III
3 6,0 s/d 8,0 82 s/d 386 304 s/d 500 IV
Tabel 8 menunjukkan bahwa
fekunditas ikan badut yang diamati cukup rendah yakni 10 sampai dengan 386 butir. Rendahnya fekunditas ini menyebabkan
bahwa ikan badut ini mempunyai
kebiasaan memijah pada malam hari dan mempunyai kebiasaan menjaga telurnya. Pada ukuran tertentu terdapat beberapa ukuran dapat dilihat perkembangan sel telur di dalam gonad relatif tidak sama
sehingga sel telur tersebut tidak
dikeluarkan secara bersama-sama. Pada ukuran 4,5 sampai dengan 6,0 cm tidak ditemukan gonad yang mempunyai TKG IV, ukuran 4,6 sampai dengan 6,0 cm sudah siap untuk memijahkan telur bahkan pada gonad yang sudah siap memijah
sekalipun (TKG IV)
memperlihatkanbahwa sebaran diameter telurnya lebih dari satu puncak.
Menurut Madhu, (2012), Pasangan ikan Clown Amphiprion ocellarisyang baru berbentuk dapat memproduksi 300-350 telur diawal pemijahan dan kemudian
setelah mengalami beberapa kali
pemijahan menunjukkan peningkatan pada jumlah selanjutnya dan memproduksi lebih telur banyak.
KESIMPULAN DAN SARAN
Perkembangan gonadnya pertama kali terjadi pada fase jantan yaitu pada ukuran panjang rataan 3,95±0.38 cm dan ukuran bobot rataan 1,44 ± 0,49 g, kondisi intersex (hermaprodit) terjadi pada ukuran panjang tubuh 4,96 ± 0,23 cm dan bobot tubuh 2,32 ± 0,66 g, sedangkan ukuran ikan betina ditemukan pada panjang tubuh 6,36 ± 0,85 cm dan bobot tubuh 4,91 ±
10
morfologi dan histologis dari gonad jantan - intersex gonad (hermaprodit) - gonad betina dengan tipe pemijahan beberapa kali (multie spawner) dalam satu kali pemijahan dan peningkatan frekuensi
pemijahan dan berdasarkan indeks
kematangan gonad pada ikan badut ikan ini memiliki rata-rata 0,0360% dan Pada ukuran ikan 6,0 s/d 8,0 fekunditas sebanyak 82 - 386 butir dengan ukuran diameter 304-500µm
Untuk memperoleh informasi yang lebih sempurna dalam rangka pengelolaan sumberdaya ikan badut, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada ikan badut, selain itu perlu juga dilakukan penelitian mengenai pemijahan buatan ikan badut, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk kegiatan pembudidayaan dan pelestarian ikan badut dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor: YayasanDewi Sri.
Falk-Petersen, I. B. 2005. Comparative organ differentiation during early life stages of marine fish. Fish Shellfish Immun., 19, 397 – 412.
Langeland, J. A and C. B. Kimmel. 1997. Fishes In: S.F. Gilbert and A. M.Raunion (Eds.), Embryology
Constructing the organism.
Sunderland and M. A. Sinauer Associates Inc. p 383-407.
Madhu. 2012. Life History Pathways in False Clown Amphiprionocellaris Cuvier, 1830: A Journey from egg to adult under captive condition.
Available Online at:
www.mbai.org.in.
Mariskha,P.R, 2012. Aspek Reproduksi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus sex fasciatus) di Perairan glondo nggede Tuban, Jurusan Biologi, Fakultas matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut
teknologi Sepuluh Nopember
(ITS).
Munafi, A.B., Lokman, N.H., Asma, N.A., Sarmiza, S., dan Abduh, M.Y. 2011.Histological Sudy on the gonad of the Protandrus Anemofish (Amphiprion ocellaris). 1 (10):3031-3036.
Setiawati, K.M, Gunawan, dan Hutapea, J.H. 2012. Biologi Reproduksi Induk Ikan Klon Hitam (Amphiprion percula) di Hatchery. 1 (4) : 182-190.
Suwarso dan B. Sadhotomo. 1995.
“Perkembangan Kematangan
Gonad Ikan Bentong,
Selarcrumenophthalmus
(Carangidae) di LautJawa”.: 77-87.