• Tidak ada hasil yang ditemukan

COMPLIANCE AUDIT IN HIGHLY REGULATED INDUSTRIES AUDITOR S PERSPECTIVE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "COMPLIANCE AUDIT IN HIGHLY REGULATED INDUSTRIES AUDITOR S PERSPECTIVE"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

COMPLIANCE AUDIT IN HIGHLY

REGULATED INDUSTRIES

AUDITOR’S PERSPECTIVE

Oleh : Muh. Arief Effendi,SE,MSi,Ak,QIA

(Senior Auditor Operasional PT. Krakatau Steel , Dosen Luar Biasa FE Universitas Trisakti, Trisakti School of Management, FE Universitas Mercu Buana

& Program MAKSI-MM Universitas Budi Luhur Jakarta)

AUDIT TRAINING SEMINAR & VISIT (ATV) 2008

Fakultas Ekonomi U

niversitas Indonesia Jakarta

(2)

PENDAHULUAN

¾ Beberapa Industri yang termasuk kategori Highly Regulated Industries :

ƒ Industri pertambangan (Mining Industry)

ƒ Industri Minyak & Gas Bumi / Migas (Oil & Gas Industry).

ƒ Industri Perbankan (Banking Industry).

¾ Topik khusus yang dibahas dalam seminar : industri pertambangan tinjauan dari Sisi / perspekstif Auditor (Mining Industry – Auditor’s Perspective).

¾ Pembahasan lebih difokuskan pada :

ƒ Regulasi / Peraturan dari pihak otoritas serta prioritas regulasi yang diterapkan.

ƒ Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

ƒ Permasalahan umum dalam industri pertambangan.

ƒ Manfaat (benefit) perusahaan yang comply.

(3)

REGULASI / PERATURAN

BAGI HIGHLY REGULATED INDUSTRIES

-RPP PNBP Migas

RPP Usaha Hulu Migas RPP Usaha Hilir Migas dll

Keppres 75/1996 tentang Ketentuan Pokok Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara. RPP Tambang Dalam. Keppres / PP Menteri Keuangan Menteri BUMN Menteri ESDM Menteri KLH Menteri BUMN Menteri ESDM Menteri KLH Menteri BUMN Kep Menteri / Per Menteri

SE/PBI (Surat Edaran / Peraturan Bank Indonesia) Bapepam-LK BP Migas. Bapepam-LK Bapepam-LK Regulasi Khusus PSAK No. 31 : Akuntansi Perbankan PSAK No. 29 : Akuntansi

Minyak dan Gas Bumi PSAK No. 33 : Akuntansi

Pertambangan Umum PSAK UU No. 7/2002 tentang Perbankan. UU No. 21/2008 tentang Perbankan Syariah. UU No. 22/2001 tentang

Minyak dan Gas Bumi. UU No. 11 /1967

(RUU Minerba Th 2008) UU

Banking Oil & Gas

Mining Regulasi

(4)

REGULASI HIGHLY REGULATED INDUSTRIES KHUSUS BAGI STATE OWNED ENTERPRISES (SOE) /

BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)

V V

V PP No. 43 Tahun 2005 Tgl 25 Oktober 2005 tentang

Penggabungan, Peleburan, pengambilalihandan Perubahan bentuk Badan hukum BUMN.

V V

V PP No. 44 Tahun 2005 Tgl 25 Oktober 2005 tentang Tata

Cara Penyertaan dan penatausahaan Modal Negara pada BUMN & Perseroan Terbatas.

V V

V UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

V V

V PP No. 33 Tahun 2005 Tgl 5 September 2005 tentang Tata

Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan.

V V

V Keputusan Menteri BUMN No. KEP-117/M-BUMN/2002

Tgl 31 Juli 2002 tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance pada BUMN.

V V

V Inpres No. 8 Tahun 2005 Tgl 3 Mei 2005 tantang

Pengangkatan Anggota Direksi dan atau Komisaris / Dewan Pengawas BUMN.

V V

V UU No. 19 Tahun 2003 Tgl 19 Juni 2003 tentang Badan

Usaha Milik Negara (BUMN)

Banking Oil & Gas

Mining Regulasi

(5)

REGULASI HIGHLY REGULATED INDUSTRIES KHUSUS BAGI STATE OWNED ENTERPRISES (SOE) /

BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)

V V

V Keputusan Menteri BUMN No. KEP-102/MBU/2002 Tgl 4

Juni 2002 tentang Penyusunan Rencana Jangka Panjang BUMN.

V V

V Keputusan Menteri BUMN No. KEP-101/MBU/2002 Tgl 4

Juni 2002 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan BUMN.

V V

V Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 Tgl 4

Juni 2002 tentang Tingkat Penilaian Kesehatan BUMN.

V V

V Keputusan Menteri BUMN No. KEP-104/MBU/2002 Tgl 4

Juni 2002 tentang Penilaian Calon Anggota Direksi BUMN.

V V

V Keputusan Menteri BUMN No. KEP-109/MBU/2002 Tgl 4

Juni 2002 tentang Sinergi Antar BUMN.

V V

V Keputusan Menteri BUMN No. KEP-59/MBU/2004 Tgl 15

Juni 2004 tentang Kontrak Manajemen Calon Anggota Direksi BUMN.

Banking Oil & Gas

Mining Regulasi

(6)

REGULASI HIGHLY REGULATED INDUSTRIES KHUSUS BAGI STATE OWNED ENTERPRISES (SOE) /

BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)

V V

V Keputusan Menteri BUMN No. KEP-05/MBU/2008 Tgl 3

September 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa BUMN.

V V

V Peraturan Menteri Negara BUMN No. Per-01/MBU/2006 Tgl

23 Januari 2006 tentang Pedoman Pengangkatan Anggota Direksi dan Anggota Komisaris Anak Perusahaan BUMN.

V V

V Keputusan Menteri BUMN No. KEP-09A/MBU/2005 Tgl 31

Januari 2005 tentang Penilaian Kelayakan dan Kepatutan (FIT and Propre Test) Calon Anggota Direksi BUMN.

Banking Oil & Gas

Mining Regulasi

(7)

REGULASI / PERATURAN

BAGI HIGHLY REGULATED INDUSTRIES

1. Surat Edaran Ketua Bapepam-LK No. SE-02/BL/2008 tanggal 31 Januari 2008 tentang Pedoman dan Pengungkapan Laporan

Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Pertambangan Umum, Minyak & Gas Bumi dan Perbankan.

2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (KLH) No.3 tahun 2000 tentang Jenis Usaha dan/ atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

(8)

REGULASI / PERATURAN

BAGI MINING INDUSTRY

Prioritas Regulasi yang diterapkan pada Mining Industry :

1. Undang-Undang No. 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan

Pokok Pertambangan. (Saat ini DPR sedang melakukan pembahasan

Rancangan Undang-Undang Pertambangan Mineral dan Batubara / RUU Minerba)

2. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 33 tentang

Akuntansi Industri Pertambangan umum.

3. Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Pertambangan Umum.

(9)

DELAPAN (8) BUTIR PENTING

RUU MINERBA

1. Usaha pertambangan dibagi menjadi : mineral radiokatif, mineral

logam dan batubara, mineral bukan logam dan batuan. (Pasal 8 ayat 1)

2. Hanya ada satu jenis Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang dikeluarkan oleh Pemerintah untuk suatu wilayah tertentu (tidak ada lagi kontrak antara perusahaan dan Pemerintah. (Pasal 17 ayat 1).

3. Perizinan dikeluarkan melalui proses lelang dengan perlakuan sama dan prinsip transparansi. (Pasal 15).

4. Pemegang IUP operasi produksi wajib melakukan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri dari hasil penambangan mineral dan batubara. (Pasal 23).

(10)

DELAPAN (8) BUTIR PENTING

RUU MINERBA

5. Sistem perizinan disederhanakan menjadi dua bagian :

¾ Izin eksplorasi meliputi GS, eksplorasi dan FS.

¾ Izin operasi, meliputi konstruksi, penambangan, pengolahan, Transportasi dan penjualan.(Pasal 26)

6. Lebih memperhatikan aspek perlindungan lingkungan (reklamasi dan pasca tambang). (Pasal 34 & 36).

7. Memperhatikan Community Development (CD) terutama untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar tambang.

(Pasal 37,38 dan 39).

8. KP, KK, PKP2B, SIPD, SIPR yang telah dikeluarkan tetap berlaku sampai berkahirnya jangka waktu kontrak / izin.

(11)

POKOK-POKOK PERBEDAAN

UU NO. 11 TH. 1967 VS RUU MINERBA

Penguasaan Mineral & Batubara : Diselenggarakan oleh Pemerintah dan Daerah

„ Penetapan untuk Kepentingan nasional oleh Presiden.

„ Pencadangan mineral dan batubara, pengutamaan kebutuhan dalam negeri.

„ Data dan informasi milik Pemerintah.

„ Pengelolaan dilaksanakan oleh Pemerintah dan daerah.

Penguasaan Bahan Galian : Penguasaan diselenggarakan Pemerintah

Urusan Pengelolaan :

„ Pemerintah Pusat (Kebijakan dan Pengelolaan Nasional).

Kewenangan Pengelolaan : Kebijakan dan pengelolaan secara nasional.

Judul : Pertambangan Mineral dan batubara

Judul : Ketentuan-Ketentuan pokok Pertambangan

RUU MINERBA UU NO. 11 TH. 1967

(12)

POKOK-POKOK PERBEDAAN

UU NO. 11 TH. 1967 VS RUU MINERBA

Perizinan :

„ Penugasan

„ Izin Usaha Pertambangan (IUP)

„ Izin Pertambangan Rakyat (IPR)

„ Kontrak Pertambangan hanya dengan BUMN/BUMD sebagai pemegang IUP.

Perizinan dan Perjanjian :

„ Penugasan

„ Kuasa Pertambangan (KP)

„ Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD)

„ Surat Izin Usaha Pertambangan Rakyat (SIPR)

„Kontrak Karya / Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (KK/PKP2B)

Pengusahaan & Penggolongan usaha :

Mineral Radioaktif- Mineral Logam& Batubara-Mineral Bukan Logam dan Batuan.

Penggolongan Bahan Galian :

„ Strategis

„ Vital

„ Non strategis & Non vital

„ Propinsi ( Kebijakan & Pengelolaan Regional )

„ Kab/Kota ( Kebijakan & Pengelolaan lokal )

RUU MINERBA UU NO. 11 TH. 1967

(13)

POKOK-POKOK PERBEDAAN

UU NO. 11 TH. 1967 VS RUU MINERBA

Pelaku Usaha :

„ Instansi pemerintah (Radioaktif)

„ Badan Usaha (PMA & PMDN, Koperasi)

„ Perorangan.

Pelaku Usaha :

„ Investor domestik (KIP, SIPD,PKP2B)

„ Investor asing (KK, PKP2B)

Jangka Waktu :

„ IUP Eksplorasi (8 tahun) :

¾ Survey Tinjau & Penyelidikan Umum (1 tahun)

Jangka Waktu :

„ KP/KK/PKP2B Penyelidikan Umum (1 + 1 tahun)

Tatacara Perizinan :

„ Lelang (data potensi sudah tersedia).

„ Permohonan Pencadangan Wilayah :

¾ Mineral logam & batubara (data potensi belum tersedia & luas terbatas).

¾ Mineral bukan logam & batuan.

Tatacara Perizinan :

„ Permohonan

RUU MINERBA UU NO. 11 TH. 1967

(14)

POKOK-POKOK PERBEDAAN

UU NO. 11 TH. 1967 VS RUU MINERBA

Pengembangan Wilayah & Masyarakat :

„ Kewajiban Pemerintah / Pemerintah Daerah.

„ Keharusan pemegang IUP.

Pengembangan Wilayah & Masyarakat :

„ Tidak diatur.

Kewajiban Pelaku Usaha :

„ Keuangan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku : Pajak & PNBP.

„ Lingkungan :

Kewajiban Pelaku Usaha :

„ Keuangan :

¾ KP, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

¾ Eksplorasi Umum & Eksplorasi Rinci (5 tahun)

¾ Studi Kelayakan (2 tahun)

„ IUP Operasi Produksi (23 tahun) :

¾ Konstruksi (3 tahun)

¾ Kegiatan penambangan, pengolahan & pemurnian, pengangkutan & penjualan (20 tahun)

„ KP/KK/PKP2B Eksplorasi (3 tahun + 2 X 1 tahun).

„ KK/PKP2B Studi Kelayakan (1 + 1 tahun)

„ KK/PKP2B Konstruksi (3 tahun)

„ KP/KK/PKP2B Operasi Produksi / Eksploitasi termasuk pengolahan dan pemurnian serta pemasaran

(30 tahun + 2 X 10 tahun)

RUU MINERBA UU NO. 11 TH. 1967

(15)

POKOK-POKOK PERBEDAAN

UU NO. 11 TH. 1967 VS RUU MINERBA

Penggunaan Tanah :

„ Pembatasan tanah yang dapat diusahakan.

„ Apabila telah memasuki tahap Operasi Produksi, maka luas WUP operasi produksi tersebut ditetapkan sebagai kawasan

pertambangan.

Penggunaan Lahan :

„ Pembatasan tanah yang dapat diusahakan.

Pembinaan dan Pengawasan :

„ IUP (Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota – sesuai kewenangan)

Pembinaan dan Pengawasan :

„ Terpusat (khususnya KP,KK dan PKP2B)

¾ Syarat perizinan.

¾ Reklamasi / pasca tambang.

„ Kemitraan.

„ Nilai Tambah.

„ Data dan Pelaporan.

„ Kemitraan & bagi hasil.

¾ KK/PKP2B, tetap pada saat kontrak ditandatangani.

„ Lingkungan (sedikit diatur).

„ Kemitraan (sedikit diatur).

„ Nilai Tambah (hanya diatur di kontrak).

„ Data dan Pelaporan (sedikit diatur).

RUU MINERBA UU NO. 11 TH. 1967

(16)

POKOK-POKOK PERBEDAAN

UU NO. 11 TH. 1967 VS RUU MINERBA

Penyidikan :

„ Penyidik POLRI.

„ Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS)

Penyidikan :

„ Tidak diatur (limitatif).

Ketentuan Pidana :

„ IUP (Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota – sesuai kewenangan).

„ Sanksi cukup keras.

„ Apabila pidana dilakukan oleh Badan Hukum, maka sanksi & denda ditambah 1/3.

Ketentuan Pidana :

„ Diatur, tetapi sudah tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi saat ini.

„ Sanksi Pidana / kurungan sangat lunak.

„ IPR (Bupati / Walikota).

RUU MINERBA UU NO. 11 TH. 1967

(17)

PSAK NO. 33 AKUNTANSI

PERTAMBANGAN UMUM

Isi pokok :

1. Karakteristik Akuntansi Industri Pertambangan umum.

2. Jenis Biaya, Penyajian Laporan Keuangan & Pengungkapan : ¾ Eksplorasi.

¾ Pengembangan & Konstruksi.

¾ Produksi.

(18)

PERMASALAHAN UMUM

DALAM INDUSTRI PERTAMBANGAN

¾ Perbedaan pemahaman terhadap Peraturan Pemerintah (PP) No. 144 Th 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

¾ Beberapa perusahaan PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara) oleh Pemerintah dianggap lalai

memenuhi kewajiban membayar royalty batubara.

¾ Royalty : wujud kedaulatan negara atas sumber daya alam, sebaiknya pembayaran royalty dilakukan sebelum batubara diekspor.

¾ Permasalahan tsb sedang ditangani langsung oleh Tim OPN (Optimalisasi Penerimaan Negara).

(19)

PERMASALAHAN UMUM

DALAM INDUSTRI PERTAMBANGAN

¾ Permasalahan Tambang Dalam / Pertambangan Bawah Tanah (Underground Mining) :

ƒ Pasal 30 ayat (5) UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, disebutkan di kawasan hutang lindung dilarang adanya

operasi tambang (openpit).

ƒ Rencana akan dikeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) yang mengatur Tambang Dalam (Underground Mining). ƒ Poin-poin penting Draft Rancangan Perpres Tambang

Dalam :

1. Pertambangan bisa dilakukan di kawasan hutan lindung, asalkan menggunakan teknik Underground Mining

(20)

PERMASALAHAN UMUM

DALAM INDUSTRI PERTAMBANGAN

2. Pertambangan di kawasan hutan lindung tidak boleh merusak permukaan (tidak boleh ada subsidence).

Penjelasan : saat menambang tanah tidak boleh turun yang bisa mengakibatkan retakan-retakan.

3. Diperbolehkan/ diizinkan adanya deforestisasi (pembukaan hutan) untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Misalnya untuk membangun kantor, stock pile, perbengkelan dsb.

4. Jumlah dan kawasan hutan yang di-deforestisasi harus didaftar sesuai keperluan dan dicantumkan dengan jelas dalam

(21)

PERMASALAHAN UMUM

DALAM INDUSTRI PERTAMBANGAN

5. Lahan hutan lindung yang di-deforestisasi dikenakan tarif sesuai PP2 / 2008.

6. Pengawasan dilakukan oleh Departemen ESDM, Departemen Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup.

7. Pengawasan didasarkan pada AMDAL (Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan) dan RKAB (Rencana Kerja & Anggaran Belanja) yang diajukan perusahaan tambang.

(22)

PERMASALAHAN UMUM

DALAM INDUSTRI PERTAMBANGAN

Permasalahan utama industri pertambangan mineral menurut

PriceWaterhouseCoopers (2008) :

1. Konflik antara aturan pertambangan dan kehutanan.

2. Kontradiksi aturan Pemerintah Pusat dan pemerintah Daerah. 3. RUU Mineral dan Batubara, seperti masalah pajak, kedudukan

kontrak karya, ketidakpastian karena belum disyahkan, serta kaitannya dengan UU Penanaman Modal.

4. Masalah dalam kewajiban divestasi. 5. Pertambangan ilegal (Illegal Mining).

(23)

MANFAAT (BENEFIT) BAGI PERUSAHAAN YANG COMPLY

Perusahaan / industri yang comply terhadap berbagai Peraturan / Regulasi yang ditetapkan oleh regulator / Pemerintah akan

Memperoleh manfaat sbb. :

1. Suasana kerja menjadi lebih kondusif dan harmonis.

2. Kinerja perusahaan lebih meningkat, melalui peningkatan produktivitas.

3. Citra perusahaan lebih positif di mata Pemerintah, publik dan stakeholder lainnya.

4. Bagi perusahaan yang go publik, maka akan lebih diminati oleh para investor.

(24)

SARAN

1. Pemerintah bersama dengan DPR agar segera menyelesaikan RUU Minerba menjadi UU, sehingga dapat terjamin kepastian dalam usaha pertambangan mineral dan batubara.

2. Permasalahan royalty batubara yang ditangani oleh Tim

OPN (Optimalisasi Penerimaan Negara) agar dapat dihasilkan keputusan yang win-win solution.

3. Perusahaan agar berusaha mematuhi berbagai regulasi yang telah ditetapkan oleh regulator dengan itikat baik.

Referensi

Dokumen terkait

Optimasi metode UAE untuk ekstraksi zat warna alami kayu secang dilakukan dengan cara melakukan penelitian terhadap variabel rasio bahan baku terhadap pelarut,

Sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang dan diterapkan oleh peneliti serta berdasarkan hasil observasi selama kegiatan pembelajaran di

Nilai batas ambang yang digunakan adalah diatas 500ppm, sehingga apabila konsentrasi gas LPG di udara yang terbaca oleh sensor melebihi 500ppm maka Arduino akan memberikan sinyal

menanggulangi aliran debris akibat Aliran debris melimpah keluar dari alur sungai Aliran debris melimpah keluar dari alur sungai 10 kedua, sabo dam digeser ke arah

Berdasarkan uraian di atas, pohon merentang minimum dapat dibangun dari graf berbobot dengan menggunakan algoritma prim, kruskal, boruvka, dan sollin atau gabungan dari

pendekatan Realistic Mathe- matics Education (RME) dengan media konkret dalam pe- ningkatan pembelajaran tentang bangun datar pada siswa kelas V SDN 1

Gambar 8 menunjukan server aplikasi yang berada pada kondisi hidup ( up ) ditandai dengan warna hijau sedangkan Gambar 9 menunjukan status server aplikasi mati ( down

Putusan hakim berupa rehabilitasi diberikan kepada pecandu yang melakukan tindak pidana pada Pasal 127 ayat (1) tidak menjadi acuan SEMA 4 Tahun 2010 disebutkan surat