• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEPTEMBER TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEPTEMBER TAHUN 2016"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung periode bulan September 2016 sebesar 71,07 ribu orang (5,04%). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2016 yang berjumlah 72,76 ribu orang (5,22%), berarti jumlah penduduk miskin turun sebanyak 1,69 ribu orang atau persentasenya turun sebesar 0,18 poin persen jika dibandingkan periode Maret 2016.

 Selama periode Maret 2016 – September 2016, jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan turun sebanyak 1,43 ribu orang, sementara di daerah perkotaan mengalami penurunan sebanyak 0,26 ribu orang.

 Selama Maret 2016 – September 2016 Garis Kemiskinan naik sebesar 5,65 persen dari Rp. 534.229,- per kapita per bulan pada bulan Maret 2016 menjadi Rp. 564.391,- per kapita per bulan pada September 2016.

 Pada bulan September 2016 di daerah perkotaan peranan Garis Kemiskinan Makanan sebesar 70,00 persen atau sebesar Rp. 387.559,- per kapita per bulan dan daerah perdesaan sebesar 74,48 persen atau sebesar Rp. 427.177,- per kapita per bulan. Secara keseluruhan peranan Garis Kemiskinan Makanan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 72,27 persen atau sebesar Rp. 407.858,- per kapita per bulan.

 Pada periode Maret 2016 – September 2016 Indeks Kedalaman Kemiskinan menunjukkan adanya peningkatan. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 0,674 pada Maret 2016 menjadi 0,753 pada September 2016. Peningkatan nilai indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin pada September 2016 cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan jika dibandingkan periode Maret 2016. Sama halnya dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan, Indeks Keparahan Kemiskinan Maret 2016 juga mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan periode Maret 2016 yaitu dari 0,150 menjadi 0,158 pada periode September 2016. Angka Ini menunjukkan bahwa ketimpangan rata-rata pengeluaran penduduk miskin sedikit meningkat sejak Maret 2016 hingga September 2016.

No. 6/01/19/Th.X 3 Januari 2017

TINGKAT

KEMISKINAN DI

PROVINSI

KEPULAUAN

BANGKA

BELITUNG

(2)

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung jumlah penduduk yang hidup di bawah Garis Kemiskinan yang kemudian dinyatakan sebagai penduduk miskin atau persentase penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan.

Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan (GK) terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Sumber data utama yang digunakan dalam penghitungan indikator kemiskinan adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Modul Konsumsi. Mulai tahun 2015 pelaksanaan SUSENAS dilakukan 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu pada bulan Maret dan September. Indikator kemiskinan yang direlease ini menggunakan sumber data SUSENAS bulan September 2016. Di samping itu, digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan.

1.

Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tahun 2006 – 2016

Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 2006 sampai dengan 2016 berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada periode 2006 sampai dengan Maret 2016 jumlah penduduk miskin menurun sebanyak 44,64 ribu orang, yaitu dari 117,4 ribu orang pada tahun 2006 menjadi 71,07 ribu orang pada September 2016. Tingkat kemiskinan menurun secara signifikan dari 10,91 persen pada tahun 2006 menjadi 5,04 persen pada September 2016.

Gambar 1

Persentase dan Jumlah Penduduk Miskin (000) Kepulauan Bangka Belitung, 2006-2016

117.4 95.1 86.7 76.6 67.75 72.06 71.36 69.41 67.23 74.09 66.62 72.76 71.07 10.91 9.54 8.58 7.46 6.51 5.75 5.53 5.25 4.97 5.4 4.83 5.22 5.04 2 6 10 14 0 20 40 60 80 100 120 140 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Maret 2015 Sept 2015 Maret 2016 Sept 2016 Penduduk Miskin Persentase (P0)

(3)

Pada kurun waktu sepuluh tahun terakhir jumlah penduduk miskin tertinggi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berada pada tahun 2006 yaitu mencapai 117,4 ribu orang dan menunjukkan penurunan yang cukup signifikan hingga tahun 2010 (67,75 ribu orang) yaitu turun sebanyak 49,65 ribu orang dari tahun 2006 hingga tahun 2010. Persentase kemiskinan terus menurun mulai dai 10,91 persen pada 2006 menjadi 4,97 persen pada 2014. Dari Maret 2015 hingga September 2016 jumlah penduduk miskin dan persentase kemiskinan sedikit mengalami fluktuasi tetapi menunjukkan tren yang menurun. Pada Maret 2015 jumlah penduduk miskin meningkat menjadi 74,09 ribu orang (5,4 persen), namun turun kembali pada September 2015 menjadi 66,62 ribu orang (4,83 persen). Jumlah penduduk miskin kembali naik pada Maret 2016 menjadi 72,76 ribu orang (5,22 persen) dan turun kembali pada September 2016 menjadi 71,07 ribu orang (5,04).

Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,

Maret 2016 – September 2016.

Dalam kurun waktu enam bulan terakhir jumlah penduduk miskin di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami penurunan, yaitu sebesar 72,76 ribu orang pada Maret 2016, turun menjadi 71,07 ribu orang pada September 2016. Terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 1,69 ribu orang. Tingkat kemiskinan turun dari 5,22 persen menjadi 5,04 persen selama periode Maret 2016 – September 2016, atau persentase penduduk miskin turun sebesar 0,18 poin persen. Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami penurunan yaitu dari 19,63 ribu orang menjadi 19,37 ribu orang, atau berkurang sebanyak 0,26 ribu orang. Persentase penduduk miskin di perkotaan turun sebesar 0,11 poin persen, yaitu dari 2,78 persen menjadi 2,67 persen. Demikian pula di daerah perdesaan, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan yaitu dari 53,13 ribu orang menjadi 51,70 ribu orang atau turun sebanyak 1,43 ribu orang. Persentasenya turun dari 7,72 persen menjadi 7,57 persen atau turun sebesar 0,15 poin persen.

Tabel 1

Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Maret 2016 – September 2016

Daerah Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Jumlah Penduduk Miskin Penduduk Miskin Persentase (ribuan) (1) (2) (3) (4) Perkotaan Maret 2016 521.773 19,63 2,78 September 2016 553.681 19,37 2,67 Perdesaan Maret 2016 546.998 53,13 7,72 September 2016 573.582 51,70 7,57 Kota+Desa Maret 2016 534.229 72,76 5,22 September 2016 564.391 71,07 5,04

(4)

2.

Garis Kemiskinan (GK) Maret 2016 – September 2016

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita di bawah Garis Kemiskinan.

Selama kurun Maret 2016 – September 2016 Garis Kemiskinan naik 5,65 persen yaitu dari Rp. 534.229,- per kapita per bulan pada Maret 2016 menjadi Rp. 564.391,- per kapita per bulan pada September 2016. Garis Kemiskinan daerah perkotaan juga mengalami kenaikan dari Rp. 521.773,- per kapita per bulan pada Maret 2016 menjadi Rp. 553.681,- per kapita per bulan pada September 2016 atau naik 6,12 persen. Demikian halnya daerah perdesaan Garis Kemiskinan pada Maret 2016 sebesar Rp. 546.998,- per kapita per bulan naik menjadi Rp. 573.582,- per kapita per bulan atau meningkat sebesar 4,86 persen pada September 2016.

Komponen Garis Kemiskinan tediri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Peranan Garis Kemiskinan Makanan dalam menentukan besaran Garis Kemiskinan lebih besar dibanding peranan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan September 2016 kontribusi Garis Kemiskinan Makanan daerah perkotaan sebesar 70,00 persen atau sebesar Rp. 387.559,- per kapita per bulan dan daerah perdesaan sebesar 74,48 persen atau sebesar Rp. 427.177,- per kapita per bulan.

Tabel 2

Garis Kemiskinan Menurut Daerah dan Komponen Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, September 2016

(rupiah per kapita per bulan)

Daerah Makanan Bukan Makanan Total

(1) (2) (3) (4)

Perkotaan 387.559 166.122 553.681 Perdesaan 427.177 146.405 573.582 Kota+Desa 407.858 156.533 564.391

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional September 2016

3.

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Maret 2016 – September 2016

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan terkait kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.

(5)

Pada periode Maret 2016 – September 2016 Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan menunjukkan adanya peningkatan. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 0,674 pada Maret 2016 menjadi 0,753 pada September 2016. Kenaikan nilai indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin menjauhi garis kemiskinan. Tidak berbeda dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan, Indeks Keparahan Kemiskinan September 2016 juga mengalami peningkatan (meskipun tidak terlalu signifikan) dibanding dengan periode Maret 2016 yaitu dari 0,150 pada Maret 2016 menjadi 0,158 pada September 2016. Ini menunjukkan bahwa ketimpangan rata-rata pengeluaran penduduk miskin mengalami sedikit peningkatan sejak Maret 2016 sampai September 2016.

Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) di daerah perdesaan lebih tinggi dari perkotaan. Hal ini

menunjukkan bahwa pengeluaran penduduk miskin di daerah perdesaan lebih menjauhi/lebih dalam jika diukur dari Garis Kemiskinan dibandingkan dengan daerah perkotaan. Ini dapat dilihat pada bulan September 2016 di mana nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan hanya 0,286, sementara di daerah perdesaan

1,248. Kecenderungan yang sama juga terjadi pada nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada September

2016, di mana Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk daerah perdesaan lebih tinggi jika dibandingkan

dengan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) daerah perkotaan, yaitu sebesar 0,044 untuk daerah perkotaan dan

0,280 untuk daerah perdesaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat keparahan kemiskinan di daerah perdesaan lebih tinggi ketimpangannya dibandingkan dengan daerah perkotaan.

Tabel 3

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Maret 2016 – September 2016

Daerah Kota Desa Kota + Desa

(1) (2) (3) (4)

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Maret 2016 0,380 0,977 0,674 September 2016 0,286 1,248 0,753

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Maret 2016 0,081 0,221 0,150 September 2016 0,044 0,280 0,158 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional Maret dan September 2016

(6)

BPS PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Informasi lebih lanjut hubungi: Darwis Sitorus, M.Si

Kepala BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Telepon: 0717-439422 Fax: 0717-439425

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan Karya Tulis

Waktu yang sangat terbatas dengan jumlah yang cukup banyak yaitu 20 UKM masih kurang sehingga Pendampingan yang kami lakukan ke masing – masing UKM untuk lebih mengerti dalam

Secara keseluruhan untuk jumlah siswa dalam kategori baik telah mencapai indikator keberhasilan yaitu  15 siswa, dengan demikian kemampuan berpikir kritis matematis

Yang bukan termasuk kemampuan yang harus dimiliki supervisor dalam menjalankan tugasnya adalah.... Gabungan beberapa orang yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan

Dinamika penerimaan diri pada subjek dengan umur yang paling tua dapat narpidana wanita bergantung pada faktor yang menerima keadaan subjek dengan cepat, bahkan menjadi

Maka dapat dikatakan latihan ini sangat baik sekali digunakan dalam latihan dalam permainan bola voli guna untuk meningkatkan lompat yaitu daya ledak otot tungkai dari

Namun proses dari metode latihan yang dapat memberikan stimulus lebih baik pada sistem saraf pusat, saraf sensorik hingga respon saraf motorik yang akan mengaktifkan

Salah satu hikayat yang berbentuk cerita lisan terdapat dalam tradisi mauluik dikia pada masyarakat penganut Tarekat Syatariyah di kota Padang.. Melihat kedudukan hikayat