• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat implementasi pembelajaran tematik oleh guru Sekolah dasar pengampu kelas bawah:survei bagi guru-guru Sekolah Dasar Afiliasi Katolik Kristen dan nasional di Kota Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Tingkat implementasi pembelajaran tematik oleh guru Sekolah dasar pengampu kelas bawah:survei bagi guru-guru Sekolah Dasar Afiliasi Katolik Kristen dan nasional di Kota Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
315
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK OLEH GURU SEKOLAH DASAR PENGAMPU KELAS BAWAH: SURVEI BAGI

GURU-GURU SEKOLAH DASAR AFILIASI KATOLIK KRISTEN DAN NASIONAL DI KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Dimas Prasetyo Aji NIM :101134039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

TINGKAT IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK OLEH GURU SEKOLAH DASAR PENGAMPU KELAS BAWAH: SURVEI BAGI

GURU-GURU SEKOLAH DASAR AFILIASI KATOLIK KRISTEN DAN NASIONAL DI KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Dimas Prasetyo Aji NIM :101134039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas curahan berkat, rahmat, dan kerahiman-Nya.

2. Bundaku tercinta, Almarhum Ibu Anastasia Sugiyanti yang tak pernah lelah menghaturkan doa sederhana untuk perjalanan hidupku dan pendidikanku hingga saat ini, selama hidupnya membimbingku, mendoakanku, memberi teladan yang baik buatku, dan aku akan selalu merindukanmu, Ayahku tercinta, Yohanes Kuswanhadi yang tak pernah lelah menghaturkan doa sederhana untuk perjalanan hidupku dan pendidikanku hingga saat ini, suri tauladan bagi hidupku, kekuatan dan dukungan untukku yang tak pernah lelah.

(6)

v

HALAMAN MOTTO

“Think big, and act now”

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

TINGKAT IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK OLEH GURU SEKOLAH DASAR PENGAMPU KELAS BAWAH: SURVEI BAGI GURU-GURU SEKOLAH DASAR AFILIASI KATOLIK KRISTEN

DAN NASIONAL DI KOTA YOGYAKARTA

Oleh

Dimas Prasetyo Aji NIM 101134039

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keingintahuan peneliti tentang tingkat pelaksanaan pembelajaran tematik oleh guru pengampu kelas bawah SD Katolik, Kristen dan Nasional di kota Yogyakarta. Peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan perbedaan implementasi pembelajaran tematik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pelaksanaan pembelajaran tematik serta perbedaan pelaksanaan implementasi penggunaan pembelajaran tematik yang ditinjau dari faktor demografi jumlah siswa dan jumlah rekan guru yang menggunakan pembelajaran tematik oleh para guru pengampu kelas bawah di Kota Yogyakarta. Desain penelitian ini non eksperimental cross sectional dengan metode survey. Sampel penelitian ini 54 guru pengampu kelas bawah SD Katolik, Kristen dan Nasional di Kota Yogyakarta. Teknik pengumpulan data berupa kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan Strurges dan analisis statistik Independent – Sample T Test

Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan pembelajaran tematik oleh guru SD pengampu kelas bawah di kota Yogyakarta masuk kriteria cukup (Frekuensi=13Presentase=24,08%).Independent-Sampel T Test menghasilkan nilai t = - 1,234, df = 42.106 dan 𝜌> 0,05 dengan ρ = 0,224. Berarti Ho gagal ditolak dan Ha ditolak, artinya tidak ada perbedaan pelaksanaan implementasi penggunaan pembelajaran tematik oleh guru pengampu kelas bawah sekolah dasar di kota Yogyakarta ditinjau dari jumlah siswa. Hasil taraf signifikansi yang didapat sebesar t = - 2,947, df = 26.499 dan ρ<0,05 dengan ρ = 0,007. Hasil

tersebut menjelaskan bahwa taraf signifikansi lebih kecil ρ = 0,05 dan r = -0,413. Ho ditolak dan Ha gagal ditolak. Artinya ada perbedaan tingkat implementasi pembelajaran tematik dari jumlah rekan guru menggunakan pembelajaran tematik.

(10)

ix ABSTRACT

IMPLEMENTATION LEVEL OF THEMATIC INSTRUCTION BY LOWER GRADE TEACHERS: SURVEY TO CHATOLICS CHRISTIAN

AND NATIONAL PRIVATE ELEMENTARY SCHOOL TEACHERS IN YOGYAKARTA

By:

Dimas Prasetyo Aji NIM. 101134039

This research was conducted based on the researcher’s curiousity on the implementation of thematic learning by Chatolics Christian and National Private elementary schools in Yogyakarta. The researcher wants to observe the differentiate factor in doing the implementation

The purposes of the research were to know the implementation level of thematic instruction by middle-low class teachers of Chatolics Christian and National Private elementary schools in Yogyakarta, know the differences of the implementation level of thematic learning by middle-low class teachers of Chatolics Christian and National Private elementary schools in Yogyakarta seen from number of students and know the differences of the implementation level of thematic learning by middle-low class teachers of Chatolics Christian and National Private elementary schools in Yogyakarta seen from number of teachers who used thematic instruction. This non-experimental research used cross sectional design in survey method. The population included 111 middle-low class teachers of elementary schools in Yogyakarta and the sample used was 54 teachers. The data collection used was questionnaire.The data analysis used Strurges and anlysis statics used Independent – Sample T Test.

The results of the research showed that the implementation level of thematic learning by middle-low class teachers of Chatolics Christian and National Private elementary schools in Yogyakarta elementary schools in Yogyakarta was moderate (Frequence=13, percentage=24,08%). The result score, t= -1,234, df = 42.106 dan 𝜌> 0,05 with ρ = 0,224, showed the implementation level of the thematic instructional not difference according the number of students. The results of the research t = - 2,947, df = 26.499 dan ρ<0,05 with ρ = 0,007, showed the implementation level of the thematic instructional differed according the number of teachers who used thematic instruction.

(11)
(12)
(13)
(14)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Definisi Operasional ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 12

A. Tinjauan Teoritik ... 12

1. Reformasi Pendidikan Secara Global ... 12

(15)

xiv

3. Reformasi Kurikulum di Indonesia Sejak Tahun 1947-2013 ... 16

4. Kurikulum 2013 Dan Kurikulum 2006 ... 20

5. Pembelajaran Terpadu ... 28

5. Pembelajaran Tematik ... 31

B. Penelitian Relevan ... 40

C. Kerangka Berpikir ... 44

D. Hipotesis Penelitian………..45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 46

A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian ... 46

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 47

1. Waktu Penelitian ... 47

2. Tempat Penelitian ... 47

1) Variabel Independen... 48

2) Variabel Dependen ... 48

C. Populasi dan Sampel ... 48

D. Teknik Pengumpulan Data ... 49

E. Instrumen Penelitian ... 50

F.Validitas Instrumen dan Reliabilitas Instrumen ... 55

H. Prosedur Analisis Data ... 47

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 93

A. Deskripsi Penelitian ... 93

B. Tingkat Pengembalian Kuesioner ... 94

C. Hasil Penelitian ... 95

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 120

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 127

A. Kesimpulan ... 127

(16)

xv

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.0 Reformasi Kurikulum di Indonesia Sejak Tahun 1947-2013 ... 19

Tabel 2.1 Kondisi Kompetensi Lulusan ... 24

Tabel 2.2 Penyempurnaan Pola pikir Kurikulum ... 25

Tabel 2.3 Bagan Elemen Perubahan ... 27

Tabel 2.4 Ragam Model Pembelajaran Terpadu ... 29

Tabel 2.5 Landasan Pembelajaran Tematik ... 32

Tabel 3.1 Penjabaran skor item positif dan negatif ... 50

Tabel 3. 2 Sebaran item positif dan item negatif ... 51

Tabel 3.3 Indikator Instrumen ... 53

Tabel 3.4 Kriteria Revisi ... 56

Tabel 3.5 Hasil Expert Judgement Indikator Kegiatan Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa ... 56

Tabel 3.6 Hasil Expert Judgement Indikator Siswa Mengalami Pengalaman Langsung dalam Belajar ... 58

Tabel 3.7Hasil Expert Judgement Indikator Pemisahan pada Setiap Materi Pelajaran tidak Begitu Jelas... 59

Tabel 3.8 Hasil Expert Judgement Indikator Hasil Pembelajaran yang menyajikan konsep dari satu mata pelajaran ... 60

Tabel 3.9 Hasil Expert Judgement Indikator Pembelajaran Bersifat Fleksibel .... 61

Tabel 3.10 Hasil Expert Judgement Indikator Hasil Pembelajaran yang sesuai dengan Minat dan Kebutuhan Siswa ... 63

Tabel 3.11 Hasil Expert Judgement Indikator Prinsip Belajar Sambil Bermain yang Menyenangkan bagi Siswa ... 64

Tabel 3.12 Tabel validitas muka ... 65

Tabel 3.13 Hasil validitas implementasi pembelajaran tematik ... 68

Tabel 3.14 Koefisien korelasi reliabiltas ... 71

Tabel 3.15 Hasil reliabilitas data implikasi pembelajaran tematik ... 71

(18)

xvii

Tabel 3.17 Jadwal Penelitian ... 91

Tabel 4.1 Panjang Kelas Interval ... 96

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Daftar Distribusi ... 96

Tabel 4.3 Hasil Uji normalitas jumlah siswa kelompok banyak ... 99

Tabel 4.4 Hasil uji normalitas data implementasi pembelajaran tematik dengan faktor demografi jumlah siswa kelompok sedikit ... 102

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Implementasi Pembelajaran Tematik oleh Guru Pegnampu Kelas Bawah SD Katolik, Kristen, dan Nasional di Kota Yogyakarta Ditinjau dari Faktor Jumlah Siswa ... 106

Tabel 4.6 Hasi uji Independent- Sample T Test Jumlah siswa ... 107

Tabel 4.7 Uji normalitas Implementasi pembelajaran tematik ditinjau dari jumlah rekan guru banyak yang menggunakan pembelajaran tematik. ... 110

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data Implementasi Pembelajaran Tematik dengan Faktor Demografi Jumlah Rekan Guru Kelompok Sedikit ... 114

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Implementasi Pembelajaran Tematik oleh Guru Pengampu Kelas Bawah SD Katolik, Kristen, dan Nasional di Kota Yogyakarta Ditinjau dari Faktor Jumlah Rekan Guru yang Menggunakan Pembelajaran Tematik ... 117

Tabel 4.10 Hasi Uji Independent- Sample T Test Jumlah Rekan Guru ... 119

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Penelitian yang Relevan ... 43

Gambar 3.1 Diagram Hubungan Antar Variabel ... 47

Gambar 3.2 Rumus Product Moment ... 68

Gambar 3.8 Rumus Panjang Kelas Interval ... 87

Gambar 3.9 Rumus Uji t-Dua Sampel ... 88

Gambar 3.10 Rumus Independent Sample T-test ... 88

Gambar 3.11 Rumus Mann Whitney ... 89

Gambar 3.12 Rumus Effect size data normal ... 90

Gambar 3.13 Rumus Effect size data tidak normal ... 91

Gambar 3.14 Rumus Koefisien Determinasi ... 91

Gambar 4.1 P-P Plot Normalitas Data Implementasi Pembelajaran tematik ditinjau dari Faktor Demografi jumlah siswa banyak ... 100

Gambar 4. 2 Histogram Normalitas Data Implementasi Pembelajaran Tematik ditinjau dari faktor demografi Jumlah Siswa Banyak ... 101

Gambar 4.3 P-P Plot Normalitas Data Implementasi Pembelajaran Tematik Faktor Demografi Jumlah Siswa Kelompok Sedikit ... 103

Gambar 4. 4 Histogram Normalitas Data Implementasi Pembelajaran Tematik Faktor Demografi Jumlah Siswa Kelompok sedikit ... 104

Gambar 4.5 P-P Plot Normalitas Data Implementasi Pembelajaran tematik ditinjau dari Faktor Demografi jumlah rekan guru Banyak ... 111

Gambar 4. 6 Histogram Normalitas Data Implementasi Pembelajaran Tematik ditinjau dari faktor demografi Jumlah Rekan guru Banyak ... 112

Gambar 4.7 P-P Plot Normalitas Data Implementasi Pembelajaran tematik ditinjau dari Faktor Demografi jumlah rekan guru Sedikit ... 114

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1Surat Ijin Penelitian ... 132

Lampiran 2 Surat Ijin Telah Melakukan Penelitian ... 142

Lampiran 3 Expert Judgement ... 154

Lampiran 4 Validitas Muka ... 241

Lampiran 5 Data Validitas ... 253

Lampiran 6 Hasil Validitas ... 254

Lampiran 7 Data Reliabilitas ... 255

Lampiran 8 Hasil Reliabilitas ... 256

Lampiran 9 Data Asli ... 261

Lampiran 10 Hasil Perhitungan Distribusi Frekuensi Implementasi Pembelajaran Tematik ... 262

Lampiran 11 Hasil Uji Normalitas Jumlah Siswa Banyak ... 264

Lampiran 12 Uji Normalitas Faktor Demografi Jumlah siswa sedikit ... 268

Lampiran 13 Uji Independent-Sampel T Test Faktor demografi Jumlah Siswa . 272 Lampiran 14 Hasil Uji Normalitas Demografi Jumlah Rekan Guru Banyak ... 273

Lampiran 15 Hasil Uji Normalitas Demografi Jumlah Rekan Guru Sedikit... 277

Lampiran 16 Uji Independent-Sampel T Test Faktor demografi Jumlah Rekan Guru ... 281

Lampiran 17 Tabel Krejcie ... 282

Lampiran 18 Kuesioner Penelitian ... 283

Lampiran 19 Contoh Kuesioner yang Sudah diisi ... 289

Lampiran 20 Data Coding ... 294

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I ini membahas latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup manusia. Manusia membutuhkan pendidikan dari sejak ia dalam kandungan, lahir dan selama hidup di dunia ini (long life education). Pendidikan abad ke-21 menuntut masyarakat untuk sadar akan perkembangan zaman yang cepat dalam hal ilmu dan teknologi. Kondisi ini menuntut seseorang untuk terus-menerus belajar agar memperoleh dasar pendidikan yang kuat (Tilaar,1997: 153).

(22)

Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan menghadapi tantangan yang komplek untuk mempersiapkan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing dalam era global ini. Pendidikan adalah kunci utama solusi untuk menyiapkan sumber daya manusia yang bermutu tinggi (Trianto, 2009: 3). Berbagai sumber tersebut menunjukkan bahwa kemajuan pendidikan merupakan hal yang penting pada abad ke 21. Kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dalam perubahan zaman yang semakin modern membuat manusia benar-benar membutuhkan pendidikan sebagai bekal kehidupan.

(23)

71 persen (Mulyasa, 2013: 61). Hasil survei selain dalam studi internasional TIMSS, juga dilakukan survei dari The Political and Economic Risk Consultancy (PERC). Hasil survei PERC yang dipublikasikan dalam The Jakarta Post terbitan 3 September 2001 menunjukkan bahwa kualitas pendidikan Indonesia berada pada peringkat ke-12 negara Asia di bawah Vietnam, Malaysia, dan Thailand (Suyanto, 2006: 3) . Hasil prestasi belajar siswa yang kurang begitu memuaskan, maka perlu pembelajaran yang baik dan efektif agar siswa Indonesia mulai meningkatkan kualitas pendidikan.

Hasil studi TIMSS dan hasil survei yang dilakukan oleh PERC menjadi pertimbangan perlunya perubahan dan pengembangan kurikulum pembelajaran di Indonesia. Reformasi pendidikan adalah langkah yang perlu dilakukan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan yang ada di Indonesia. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan ini perlu dilakukan sejak dini karena pendidikan dasar masa depan adalah sebuah paspor untuk hidup (Depdiknas, 2007: 3). Delors (dalam Dediknas, 2007: 3) menyatakan bahwa pendidikan dasar adalah paspor yang sangat diperlukan individu untuk hidup dan mampu memilih apa yang mereka lakukan, mengambil bagian dalam pembangunan masyarakat masa depan secara kolektif, dan terus menerus belajar.

(24)

reformasi pendidikan khususnya dalam praktek pengajaran di tingkat sekolah dasar. Standar Pendidikan Nasional khususnya Standar Proses dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No 41/200, Standar Isi dalam Keputusan Menteri Pendidikan No 22 / 2006 dan Standar Kompetensi Lulusan dalam Keputusan Menteri Pendidikan No 23/2006 yang dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Indonesia dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan dan munculnya program untuk mereformasi kurikulum pendidikan Indonesia yang baru. Keputusan Menteri Pendidikan ini mendukung adanya Kurikulum 2006 atau KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau Kurikulum Tingkat Sekolah) serta yang terbaru Kurikulum 2013. Kurikulum 2006 dan kurikulum 2013 sudah mulai menggunakan pembelajaran tematik terintegrasi. Pembelajarannya mulai saling berkaitan dan yang terakhir yaitu Kurikulum 2006 (KTSP) dan Kurikulum 2013 mulai tematik terintegrasi dalam semua pelajaran yang mampu membangun karakter peserta didik. Tematik terintegrasi adalah salah satu pendekatan pembelajaran dimana kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap ) dari berbagai mapel digabungkan menjadi satu untuk merumuskan pemahaman yang lebih bermakna tentang yang dikuasai siswa (Kemendikbud: 2013)

(25)

pelajaran dalam tema yang sama. Pemahaman materi pelajaran lebih mendalam dan lebih merasakan manfaat serta makna belajar yang disajikan dalam konteks tema. Siswa merasakan gairah belajar yang lebih, karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata dan guru dapat menghemat waktu (Depdiknas, 2006 : 5).

(26)

Pembelajaran tematik di kelas dapat berjalan dengan efektif apabila guru dapat menyusun rencana atau rancangan pembelajaran yang baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional di Indonesia, yaitu terdapat 13% guru yang mampu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan baik (Depdiknas, 2008: 5). Peran guru sebagai pendidik diharapkan mampu menyajikan pembelajaran yang baik dan efektif.

Pembelajaran yang baik dan efektif tidak terlepas dari peran guru yang berkompeten. Departemen Pendidikan Nasional (2008: 5) menyebutkan bahwa guru mengalami kesulitan dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), selain itu guru masih kesulitan dalam menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru juga masih mengalami dalam proses penilaian. Kemampuan guru dalam mengembangan silabus dari kompetensi dasar ke indikator juga belum baik. Cara untuk mengatasi hambatan tersebut, pemerintah perlu menentukan langkah perbaikan agar guru mampu menyusun perangkat pembelajaran yang baik sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru sebaiknya perlu diperhatikan dalam dukungan guru melaksanakan pembelajaran seperti usia, status kepegawaian, dukungan kepala sekolah, pengalaman mengajar, pengalaman menggunakan pembelajaran terpadu, jumlah jam training pembelajaran terpadu, jumlah siswa, dan jumlah rekan guru yang menggunakan tematik.

(27)

memimpin dan merencanakan segala sesuatu yang harus mereka berikan kepada siswa (Rusman, 2013: 20). Mulai dari perencanaan pembelajaran, mengalokasikan waktu pembelajaran, menentukan sumber-sumber yang diperlukan dan berpikir kreatif serta inovatif. Guru membimbing, mendorong, dan mengawasi siswa dalam proses pembelajaran. Guru mengusahakan peristiwa-peristiwa yang sesuai dengan rencana yang telah disusun dalam pembelajaran dan tujuan pembelajaran.

(28)

melaksanakan pembelajaran tematik dan jumlah rekan guru yang menggunakan tematik.

B. Batasan Masalah

Penelitian tentang implementasi pembelajaran tematik ini hanya difokuskan pada guru kelas bawah. Guru kelas bawah yang diteliti adalah guru yang disyaratkan melaksanakan pembelajaran tematik sejak diberlakukannya kurikulum 2006 dan memiliki faktor demografi khusus. Faktor demografi yang dimaksud adalah jumlah siswa yang diampu setiap kelas (dalam hal ini kelas bawah) dan jumlah rekan guru yang melaksanakan pembelajaran tematik di kelas bawah Sekolah Dasar Swasta Afiliasi Katolik Kristen dan Nasional di Kota Yogyakarta.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasannya, rumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat implementasi pembelajaran tematik oleh guru pengampu kelas bawah sekolah dasar katolik kristen dan nasional di kota Yogyakarta? 2. Apakah terdapat perbedaan tingkat implementasi pembelajaran tematik oleh

guru kelas pengampu bawah Sekolah Dasar Katolik Kristen dan Nasional di Kota Yogyakarta ditinjau dari faktor demografi jumlah siswa ?

(29)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui pelaksanaan tingkat implementasi pembelajaran tematik oleh guru pengampu kelas bawah sekolah dasar katolik kristen dan nasional di kota Yogyakarta.

2. Mengetahui perbedaan implementasi pembelajaran tematik oleh guru pengampu kelas bawah sekolah dasar katolik kristen dan nasional di kota Yogyakarta ditinjau dari faktor demografi jumlah siswa.

3. Mengetahui perbedaan implementasi pembelajaran tematik oleh guru pengampu kelas bawah sekolah dasar katolik kristen dan nasional di kota Yogyakarta ditinjau dari faktor demografi jumlah rekan guru yang menggunakan pembelajaran tematik.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi institusi,guru, dan mahasiswa. 1. Bagi Institusi

(30)

2. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan memberikan bantuan guru dalam memahami dan lebih mengerti mengenai pendekatan tematik, karena tanpa pemahaman yang mendalam mengenai pembelajaran tematik guru pastilah tidak akan bisa melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran tematik. Proses pembelajaran akan berjalan secara konvensional dan mutu atau kualitas pendidikan di Indonesia tidak akan berkembang.

3. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan memberi informasi bagi mahasiswa mengenai tingkat implementasi pembelajaran tematik oleh guru-guru pengampu kelas bawah. Selain itu dengan adanya penelitian ini diharapkan mahasiswa akan lebih mengerti tentang pembelajaran tematik sehingga dapat mempersiapkan diri kelak saat menjadi seorang guru.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Pembelajaran tematik adalah salah satu model pembelajaran terpadu yang memadukan beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan dengan menggunakan tema-tema tertentu dan saling berkaitan satu sama lain(disebut juga pembelajaran tematik integratif).

2. Kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan sekaligus menjadi pedoman dalam pelaksanaan pendidikan.

(31)

pembelajaran terpadu, jumlah jam training pembelajaran tematik, jumlah siswa, jumlah rekan yang menerapkan pembelajaran tematik, status kepegawaian, dan latar belakang pendidikan terakhir.

4. Reformasi adalah sebuah perubahan yang drastis sebagai bentuk perbaikan sesuatu yang telah ada sebelumnya.

5. Guru kelas bawah adalah seorang pendidik yang memiliki kemampuan untuk mengampu siswa di kelas 1, 2, dan 3.

6. Survei adalah teknik riset atau penelitian dalam memperoleh informasi melalui peninjauan data yang jelas di lapangan.

7. Implementasi adalah melaksanakan sesuatu teknik yang diterapkan secara nyata dan jelas di lapangan.

(32)

12 BAB II KAJIAN TEORI

Bab II membahas empat bagian inti yaitu tinjauan teoritik, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Tinjauan teoritik dibagi dalam sub bab reformasi pendidikan secara global, reformasi pendidikan di Indonesia, reformasi kurikulum di Indonesia, kurikulum 2013 dan kurikulum 2006, pembelajaran tematik, implikasi pembelajaran tematik, karakteristik pembelajaran tematik, pembelajaran terpadu dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kurikulum.

A. Tinjauan Teoritik

Sub bab ini akan dipaparkan mengenai reformasi pendidikan secara global, reformasi pendidikan di Indonesia, reformasi kurikulum di Indonesia sejak tahun 1947-2013, kurikulum 2013 dan kurikulum 2006, pembelajaran tematik, faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi pelaksanaan reformasi, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

1. Reformasi Pendidikan Secara Global

(33)

yang diratifikasi WTO serta dilanjutkan dengan kesepakatan APEC di Bogor tahun 1994 dan di Osaka tahun 1995. Perkembangan teknologi informasi juga merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh masyarakat yang akan memenangkan persaingan di kompetisi global. Globalisasi tidak hanya terjadi di bidang ekonomi dan IPTEK, namun juga terjadi pada segala aspek kehidupan manusia seperti bidang sosial, pendidikan, hankam dan budaya. Kondisi ini menuntut sumber daya manusia yang memiliki keunggulan komperatif dan keunggulan kompetetif. Salah satu wahana yang sangat krusial dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang unggul adalah melalui pendidikan. John Dewey mengatakan bahwa :

“Education is fundamental method of social progress and reform. All reform which rest simply upon changes in mechanical or outward arrangements, are transitory and futile. Education is regulation of the process of coming to share in the social consciousness; and that the adjustment of individual activity on the basic of this social consciousness is the only sure method of social reconstruction”( Tilaar, 1999: 6).

(34)

diantaranya pendidikan harus diletakkan pada empat pilar yaitu belajar mengetahui, belajar melakukan, belajar hidup dalam kebersamaan, belajar menjadi diri sendiri dan belajar seumur hidup (Mulyasa, 2013: 2). Perkembangan jaman dan segala pengaruh globalisasi diharapkan dapat merubah dan memperbaiki pendidikan secara global.

2. Reformasi Pendidikan di Indonesia

(35)

yang didapat mengenai angkatan kerja tersebut semakin memperjelas bahwa Indonesia kurang mempunyai tenaga kerja yang memadai.

Era reformasi memiliki tujuan mengembalikan pendidikan pada fungsinya. Fungsi dari tujuan era reformasai yaitu memberdayakan masyarakat untuk menjadi lebih maju dan mapan. Begitu pula dengan pendidikan nasional perlu direformasi untuk mewujudkan visi baru masyarakat Indonesia yaitu masyarakat madani Indonesia (Tilaar dalam Sanaky, 2009: 2). Masyarakat madani sendiri berarti masyarakat yang menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku di masyarakat.

(36)

diadakan berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan. Tujuan lain dari reformasi pendidikan adalah menciptakan manusia yang lebih baik dan menciptakan manusia yang memiliki kualitas yang lebih tinggi.

3. Reformasi Kurikulum di Indonesia Sejak Tahun 1947-2013 a) Kurikulum SD di Masa Orde Lama

Rencana Pembelajaran 1947 bersifat politis, yang berorientasi dari pendidikan Belanda kepada kepentingan nasional (Hidayat, 2013: 2). Kurikulum 1947 dilandasi oleh semangat merebut kemerdekaan Indonesia, maka pendidikan .Pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani merupakan hal yang diutamakan dalam rencana pembelajaran 1947 (Muzamiroh, 2013: 41).

b) Kurikulum SD di Masa Orde Baru (Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984 dan Kurikulum 1994)

(37)

pokok saja. Muatan materi pelajarannya sendiri hanya teoritis, dan tidak mengaitkannya dengan permasalahan faktual di lingkungan sekitar (Hidayat, 2013: 4).

Kurikulum 1975 mempunyai konsep, pendidikan ditentukan dari pusat, para pengajar tidak perlu berpikir membuat konsep sendiri bagaimana pola pengajaran yang baik harus dilaksanakan dalam kelas (Yamin, 2012:125). Metode, materi dan tujuan pengajaran dalam kurikulum 1975 tertuang secara gamblang dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Melalui PPSI kemudian lahir satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan bahasan memiliki unsur-unsur : petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 didasari konsep SAS (struktural, analisis, sintesis).

(38)

Pendidikan dasar pada kurikulum 1994 dipatok menjadi sembilan tahun (SD dan SMP). Struktur kurikulum pada kurikulum 1994 berusaha menyatukan kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1975 dengan pendekatan tujuan dan kurikulum 1984 dengan tujuan pendekatan proses. Kurikulum ini pun dimasukkan muatan lokal, yang berfungsi mengembangkan kemampuan siswa yang dianggap perlu oleh daerahnya. Trianto (2012) berpendapat bahwa pada kurikulum ini beban belajar siswa dinilai terlalu berat, karena ada muatan nasional dan lokal pada kurikulum sekolah dasar di Masa Orde Reformasi (Kurikulum 2004 dan Kurikulum 2006)

Kurikulum 2004 atau sering disebut dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya (Mulyasa, 2003: 38). Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan kepada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu (Trianto, 2011: 131).

(39)

pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran tematik dan model pendekatan mata pelajaran. Model pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik (Trianto, 2011: 139).

Tabel 2.0

Reformasi Kurikulum di Indonesia Sejak Tahun 1947-2006 No Kurikulum Ciri-ciri kurikulum

1 Kurikulum 1947 1.Sifat kurikulum Separated Subject Curriculum ( 1946-1947 )

2.Menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di sekolah 3.Jumlah mata pelajaran : Sekolah Rakyat (SR)-16 bidang studi, Sekolah Menengah Pertam ( SMP )-17 bidang studi, Penjurusan di SMA dilakukan di kelas II, dan disederhanakan menjadi 2 jurusan Sastra Sosial Budaya dan Ilmu Pasti Pengetahuan Alam

5. Kurikulum masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang

6.Pendidikan sebagai development conformism, bertujuan untuk membentuk karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi

7.Menggunakan kurikulum 1950. Pendidikan yang diutamakan adalah pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat

8.Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani

2 Kurikulum 1968 1.Dilakukannya pendekatan pengorganisasian materi pelajaran dengan

pengelompokan suatu pelajaran yang berbeda, yang dilakukan secara korelasional (correlated subject curriculum).

2.Mata pelajaran yang satu dikorelasikan dengan mata pelajaran yang lain walaupun batas demarkasi antar mata pelajaran masih terlihat jelas.

3.Muatan materi masih teoritis belum mengaitkan dengan keadaan nyata dalam lingkungan sekitar.

4.Kurikulum yang berbasis jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.

5.Kurikulum ini adalah perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

6.Kurikulum bertujuan pada upaya untuk membentuk manusia pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama

3 Kurikulum 1975 1.Kurikulum ini menganut pendekatan yang berorientasi tujuan,

pendekatan integrative keseluruhan sistem pengajaran terpadu, dan pendekatan sistem pendidikan merupakan suatu sistem. Pendekatan sistem pendidikan merupakan suatu sistem, artinya merupakan suatu totalitas yang komponennya saling berkaitan dan mempengaruhi 2.Kurikulum ini menggunakan metode PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional), satuan pelajaran yang berupa rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Kurikulum ini bersifat Integrated Curriculum Organization

4 Kurikulum 1984 1. Kurikulum 1984 merupakan penyempurnaan kurikulum 1975.

(40)

No Kurikulum Ciri-ciri kurikulum

5 Kurikulum 1994 Ciri-ciri kurikulum 1994 adalah sebagai berikut : (a) sifat kurikulum Objective Based Curriculum

(b) nama SMP dan SLTP Kejuruan diganti menjadi SLTP

(c) mata pelajaran PSBP dan ketrampilan ditiadakan, program pengajaran SD dan SLTP disusun dalam 13 mata pelajaran, nama SMA menjadi SMU

(d) SMU ada 10 Mata pelajaran

(e) penjurusan SMU dilakukan di kelas II

(f) penjurusan dibagi atas 3, yaitu jurusan IPA,IPS, dan Bahasa (g) SMK memperkenalkan program Pendidikan Sistem Ganda (PSG)

6 Kurikulum 2004 1.Kurikulum ini dikenal dengan nama Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK). Kurikulum ini memiliki cirri-ciri : (a) sifatnya Competency Based Curriculum, (b) penyebutan SLTP menjadi SMP, (c) SMU menjadi SMA, (d) ada 7 mata pelajaran di SD, 11 mapel di SMP, 17 mapel di SMA, (e) penjurusan SMU dilakukan di kelas II, (f) penjurusan dibagi atas 3, yaitu jurusan IPA,IPS, dan Bahasa

2.Kurikulum KBK memfokuskan aspek kompetensi siswa sehingga pembelajarannya berpusat pada siswa dengan menggunakan pendekatan menyeluruh dan mengutamakan pembelajaran kontekstual

7 Kurikulum 2006

(KTSP)

1.KTSP merupakan penyempurnaan kurikulum 2004(KBK) dalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan sekolah. Pada KTSP kewenangan tingkat satuan pendidikan (sekolah) untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum lebih diperbesar.

Tabel 2.0 tersebut berisi mengenai perubahan-perubahan kurikulum di Indonesia beserta ide pokok pada setiap kurikulum yang digunakan. Perubahan-perubahan kurikulum tersebut dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia sejak tahun 1947 sampai tahun 2006.

4. Kurikulum 2013 dan Kurikulum 2006

(41)

pendidikan nasional dengan kurikulum yang sudah mengalami perubahan dan pengembangan tersebut. Hidayat (2013: 2) menyatakan bahwa kurikulum merupakan salah satu instrumental input dalam mencapai tujuan pendidikan nasional yang dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Semua kurikulum nasional yang dikembangkan harus mengacu pada landasan yuridis Pancasila dan UUD 45. Kurikulum yang bersifat dinamis tidak serta merta asal berubah. Perubahan dan pengembangannya harus dilakukan secara sistematis, memiliki visi dan arah yang jelas (Mulyasa, 2013: 59).

(42)

secara utuh sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional, kompetensi yang dikembangkan di dominasi olehaspek pengetahuan. Kompetensi yang sesuai dengan perkembangan masyarakat seperti karakter, kesadaran lingkungan, pendekatan dan metode pembelajaran kontruktifistik, keseimbangan antara soft dan hard skill. Jiwa wirausaha belum terakomodasi, kurikulum belum peka terhadap berbagai perubahan sosial, proses pendidikan belum menggambarkan urutan pembelajaran yang terperinci, penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasisi kompetensi.

(43)

tertentu yang lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi terutama yang berkaitan dengan keterampilan. Ketiga keunggulan Kurikulum 2013 tersebut mengembangkan kemampuan siswa tidak hanya dalam bidang akademik namun juga dalam bersosialisasi dengan masyarakat.

(44)

Majid (2014: 28) menjelaskan bahwa kurikulum 2013 yang akan diberlakukan ini sejalan dengan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Pengembangan kurikulum sesuai dengan ketentuan yuridis yang mewajibkan adanya perubahan kurikulum baru, landasan filosofis dan landasan empiris (Majid, 2014: 29). Landasan yuridis atau yang menjadi dasar untuk mengembangkan kurikulum yaitu Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi. Landasan filosofis pada pengembangan kurikulum 2013 yakni pancasila. Pancasila digunakan sebagai falsafah bangsa dan negara yang menjadi sumber utama dan penentu arah yang akan dicapai dalam kurikulum.

Selain beberapa kelemahan yang telah dikemukakan di atas, perubahan dan pengembangan kurikulum diperlukan karena adanya beberapa kesenjangan kurikulum yang terdapat pada Kurikulum 2006. Adapun beberapa kesenjangan sebagai berikut pada tabel 2.1 :

Tabel 2.1

Kondisi Kompetensi Lulusan

KONDISI SAAT INI KONSEP IDEAL

A. KOMPETENSI LULUSAN A. KOMPETENSI LULUSAN

1.Belum sepenuhnya menekankan pendidikan karakter

(45)

.

B. MATERI PEMBELAJARAN B. MATERI PEMBELAJARAN

1. Belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan

1. Relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan

2. Beban belajar terlalu berat 2. Materi esensial

3. Terlalu luas, kurang mendalam 3. Sesuai dengan tingkat perkembangan siswa

C. PROSES PEMBELAJARAN C. PROSES PEMBELAJARAN

1. Berpusat pada guru 1. Berpusat pada peserta didik 2. Proses pembelajaran berorientasi pada buku

teks

2. Sifat pembelajaran yang kontekstual

3. Buku teks hanya memuat materi bahasan 3. Buku teks memuat materi dan proses pembelajaran, sistem penilaian sertakompetensi yang diharapkan

D. PENILAIAN D. PENILAIAN

1. Menekankan aspek kognitif 1. Menekankan aspek kogniif, psikomotor, afektif secara proporsional

2. Tes menjadi cara penilaian yang dominan 2. Penilaian tes pada portofolio saling melengkapi

E. PENDIDIK DAN TENAGA

KEPENDIDIKAN

E. PENDIDIK DAN TENAGA

KEPENDIDIKAN 1. Memenuhi kompetensi profesi saja 1. Memenuhi kompetensi profesi, pedagogi,

social, dan personal 2. Focus pada ukuran kinerja PTK 2. Motivasi mengajar

F. PENGELOLAAN KURIKULUM F. PENGELOLAAN KURIKULUM

1. Satuan pendidikan mempunyai pembebasan dalam pengelolaan kurikulum

1. Pemerinyah pusat dan derah memiliki kendali kualitas dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan

2. Masih terdapat kecenderungan satuan pendidikan menyusun kurikulum tanpa mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah

2. Satuan pendidikan mampu menyusun kurikulum dengan mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah

3. Pemerintah hanya menyiapkan sampai standar isi mata pelajaran

3. Pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman Sumber: Materi Uji Publik Kurikulum 2013

Kondisi yang telah disebutkan di tabel 2.1, maka dilakukan beberapa penyempurnaan pola pikir dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel 2.2

Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum

No. Kurikulum

Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan

2. Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

(46)

Sumber: Materi Uji Publik Kurikulum 2013

Pengembangan kurikulum 2013 perlu dilakukan dalam kerangka ini karena untuk menghadapi berbagai masalah dan tantangan masa depan yang semakin rumit dan kompleks. Tantangan masa depan tersebut berkaitan dengan globalisasi, masalah lingkungan, pesatnya kemajuan teknologi dan informasi, ekonomi berbasis ilmu pengetahuan, bangkitnya industri kreatif dan budaya, dan pergeseran kekuatan ekonomi dunia (Permendikbud, 2013: 2). Untuk menghadapi tantangan tersebut, kurikulum hendaknya mampu membekali peserta didik dengan berbagai kompetensi. Pengaplikasian kurikulum 2013 ini diharapkan mampu mempersiapkan peserta didik untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan masa depan.

a. Karakteristik Kurikulum 2013

Permendikbud (2013: 3) memaparkan bahwa kurikulum 2013 dirancang supaya menyeimbangkan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan intelektual dan psikomotorik. Sekolah juga dituntut untuk menjadi bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk diterapkan dalam berbagai situasi di masyarakat dan sekolah. Kompetensi disajikan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam

3. Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, pembentuk pengetahuan

Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

4. Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran

Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai

5. Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah

(47)

kompetensi dasar mata pelajaran, dan kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian kompetensi dasar untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti. Kompetensi dasar juga dikembangkan yang didasari oleh prinsip akumulatif, saling memperkuat (Reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (orgaisasi horizontal dan vertikal). b. Elemen Perubahan Kurikulum SD ( Sekolah Dasar ) 2013

Penataan terhadap Standar Nasional Pendidikan diperlukan dalam pengembangan kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. Penataan tersebut terutama dilakukan pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi, Standar Proses dan Standar Penilaian. Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013. Elemen perubahan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.3

Tabel 2.3

Bagan Elemen Perubahan

ELEMEN DESKRIPSI ELEMEN PERUBAHAN DI SEKOLAH

DASAR

Kompetensi Lulusan Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard

skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan

Kedudukan Mata Pelajaran (Isi)

Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi

Pendekatan (Isi) Kompetensi dikembangkan melalui tematik integratif dalam

semua mata pelajaran Struktur Kurikulum (mata

pelajaran dan alokasi

waktu) Isi

-Holistik dan integratif berfokus pada alam, sosial dan budaya

-Pembelajaran dilakukan dengan pendekatan sains

-Jumlah mata pelajaran 6 dari semula 10 mata pelajaran

-Jumlah jam pelajaran bertambah 4 jam pelajaran per

minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran

Proses pembelajaran -Standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi,

elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, meyimpulkan, dan mencipta

-Belajar terjadi di lingkungan sekolah dan masyarakat, tidak hanya di dalam kelas

-Guru bukan satu-satunya sumber belajar

-Sikap diajarkan melalui sikap dan teladan, tidak hanya secara verbal

(48)

ELEMEN DESKRIPSI ELEMEN PERUBAHAN DI SEKOLAH DASAR

terpadu

Penilaian -Penilaian berbasis kompetensi

-Pergeseran dari penilaian melalui tes mengukur kompetensi

pengetahuan berdasar hasil saja) menuju penilaian otentik( mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil)

-Memperkuat Penilaian Acuan Patokan, yaitu pencapaian

hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal)

-Penilaian tidak hanya pada level KD, namun juga pada Kompetensi Inti dan SKL

-Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa

sebagai instrumen utama penilaian

Ekstrakurikuler -Pramuka (wajib)

-UKS -PMR -B. Inggris 5. Pembelajaran Terpadu

(49)

Fogarty mendeskripsikan sepuluh level integrasi kurikulum (1991). Integrasi kesepuluh tersebut yaitu :

Tabel. 2.4

Ragam Model Pembelajaran Terpadu

No Nama Model Deskripsi Kelebihan Kelemahan

1 Terpisah

(50)

No Nama Model Deskripsi Kelebihan Kelemahan

mata pelajaran dengan kontent

7 Dalam satu alur

9 Immerced Pelajar memadukan apa yang dipelajari

Sumber : Indrawati (2009 : 21-22)

(51)

6. PEMBELAJARAN TEMATIK

Kurikulum tematik diartikan sebagai kurikulum yang memuat konsep pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik (Hajar, 2013 : 21). Trianto (2011 : 147) pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Pendapat lain dikemukakan oleh Depdiknas (dalam Trianto, 2011: 147) pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Departemen Pendidikan Nasional (2009: 6), pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai sarana menggabungkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa ketika belajar.

Peneliti menyimpulkan dari pandangan para ahli tersebut bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran menggunakan tema menjadi pokok bahasan, sehingga siswa memperoleh pengetahuannya dari pengalaman yang bermakna dalam proses belajar. Siswa dalam proses belajar dituntut untuk menjadi aktif dalam menggali informasi dari suatu materi agar ia mampu mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang didapat akan lebih lama.

(52)

psikologis, dan landasan yuridis. Penjelasan mengenai ketiga landasan tersebut ada pada tabel 2.5.

Tabel 2.5

Landasan Pembelajaran Tematik

Landasan Filosofis Landasan Psikologis Landasan Yuridis

a. Progresivisme, aliran

bab V pasal 1-b tentang Sistem Pendidikan

(53)
(54)

menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan, pembelajaran tematik dapat dilaksanakan dengan berbagai macam cara diantaranya melalui permainan, diskusi, dll. Konsep pembelajaran yang telah dirancang bertujuan agar anak merasa senang ketika belajar.Karakter-karakteristik ini yang dijadikan pedoman dalam pembuatan indikator kuesioner dalam implementasi pembelajaran tematik di penelitian ini.

(55)

memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya didisain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization), (3) pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak, (4) penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi.

(56)

Panduan KTSP (2007: 253) menyatakan bahwa pembelajaran tematik yang merupakan bagian dari pembelajaran terpadu memiliki keuntungan yang dapat dicapai, antara lain: memudahkan pemusatan perhatian pada satu tema tertentu. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi antara isi mata pelajaran dalam tema yang sama. Pemahaman materi mata pelajaran lebih mendalam dan berkesan. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa. Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.

Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu mata pelajaran dan sekaligus dapat mempelajari mata pelajaran lain. Guru dapat menghemat waktu sebab mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan remedial, pemantapan atau pengayaan materi.

(57)

pendidikan, dan sebagainya. Setiap anggota masyarakat memiliki status yang berbeda-beda apabila dilihat berdasarkan penggolongan di atas.

Chairunniza (2012: 10) menyebutkan bahwa karakteristik demografi pegawai yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pernikahan, status kepegawaian, masa kerja, dan pelatihan yang diikuti. Faktor-faktor demografi yang mempengaruhi proses pelaksaan pembelajaran di kelas bawah oleh guru sekolah dasar kelas bawah antara lain :(1) Dukungan kepala sekolah. Kepala sekolah yang menjadi pengawas dan sekaligus manajerial dalam sekolah harus dapat memberikan dukungan penuh supaya iklim kerja yang dilakukan guru dapat memberikan motivasi dalam pelaksanaan pembelajaran (Supratiningrum,2013: 293) . Supervisi pengajaran sama dengan segala usaha yang dilakukan oleh administrator pendidikan maupun administrator sekolah dalam upaya menolong dan memperbaiki serta meningkatkan keahlian guru dalam melakukan tugasnya. Menstimulasi pertumbuhan dan pengembangan profesi guru, pemilihan revisi tujuan-tujuan pendidikan, materi pengajaran, metode pengajaran, metode mengajar, serta evaluasi.

(58)

pengalaman mengajar ini akan mendapatkan sesuatu yang baru tenang pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional, dan okupasional dalam rentang waktu tertentu.

(3)Bidang ketenagaan di sekolah merupakan upaya dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan guru yang diharapkan dapat memperoleh keunggulan kompetitif dan dapat memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya (Suprihatiningrum, 2013: 220). Kegiatan pelatihan (training) adalah bagian yang integral dari manajemen sekolah. Salah satunya adalah bidang ketenagaan. Jumlah jam terbang ataupun dalam kepelatihan yaitu kerangka dalam meningkatkan serta mengembangkan kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik.

(4) Faktor demografi yang keempat adalah tingkat pendidikan. Sihombing dalam Chaerunniza (2012: 12) mengartikan tingkat pendidikan merupakan suatu proses jangka panjang yang menggunakan aturan yang sistematis dimana pekerja mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan umum. Latar belakang pendidikan dapat dipenuhi dengan membandingkan kemampuan dapat atau tidaknya seorang menempuh pendidikan yang tinggi.

(59)

(6) Holloway (2002) mengungkapkan bahwa guru-guru yang mengajar kelas kecil (kelas dengan jumlah siswa yang sedikit) ternyata kurang menerapkan disiplin dan lebih meluangkan waktu untuk belajar dan bekerjasama dengan para individu dan kelompok kecil (Cruickshank, Jenkins, & Metcalf, 2014: 14). Finn, dkk (2003) berpendapat bahwa siswa-siswa dalam kelas kecil pada pendidikan dasar cenderung terlibat dalam proses belajar dan kurang menunjukkan perilaku mengganggu. Mereka menjadi dekat dengan guru dan memiliki tingkat toleransi yang tinggi terhadap perilaku mereka (Cruickshank, dkk, 2014: 13). Penelitian yang dilakukan oleh Holloway dan Finn menjelaskan bahwa perbedaan jumlah siswa dalam kelas tidak mengarah kepada perbedaan signifikan dalam cara pengajaran

(60)

Guru menjadi pribadi yang profesional (Rusman, 2013: 19). Profesionalisme guru merupakan faktor penentu proses pendidikan yang berkualitas. Guru yang berkualitas akan dapat melaksanakan tugas sebagai pendidik, dan pengembang kurikulum sehingga dapat melaksanakan pembelajaran tematik dengan baik. Guru juga diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Guru yang profesional harus memiliki beberapa aspek kompetensi (Rusman, 2013: 23). Kompetensi yang dimaksud ialah kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi personal, dan kompetensi sosial. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki setiap guru tersebut dapat memberikan pengaruh yang lebih. Pengaruh akan terlihat apabila guru-guru saling berkolaborasi terutama dalam menggunakan pembelajaran tematik.. Penelitian ini akan mencari ada perbedaan atau tidaknya jumlah rekan guru yang menggunakan pembelajaran tematik.

B. PENELITIAN RELEVAN

Sub bab ini akan dipaparkan beberapa penelitian dari Ibrahim (2012), Zulfitharani,Marzuki,Asran (2013), Hayama (2012), dan Dursun Dilek (2002).

(61)

Penelitian ini mengembangkan perangkat pembelajaran dengan menggunakan model pengembangan 4-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan, Semmel dan Semmel yang telah dimodifikasi sehingga hanya memuat tahap Define, Design, dan Develop. Penelitian ini menghasilkan perangkat pembelajaran tematik khususnya pada mata pelajaran matematika materi pokok keliling dan luas persegi dan persegi panjang. Perangkat yang dihasilkan adalah perangkat pembelajaran seperti Rencana Perencanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa ( LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB). Hasil kesimpulan penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran tematik yang dikembangkan berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa dan layak digunakan sebagai sumber belajar. Zulfitharani, Marzuki, Asran(2013) dalam penelitian yang berkaitan dengan Peningkatan Aktivitas Belajar Melalui Pembelajaran Tematik ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas belajar melalui pembelajaran tematik di kelas 1 Sekolah Dasar Negeri 4 Kecamatan Terentang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan bentuk penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan pada dua siklus dan setiap siklus dilakukan 2 kali pertemuan untuk mendeskripsikan rancangan RPP Tematik (IPKG I), mendeskripsikan aktivitas fisik, mental dan emosional peserta didik melalui pembelajaran Tematik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan pembelajaran tematik dapat meningkatkan aktivitas dan kebermaknaan belajar peserta didik kelas 1 Sekolah Dasar Negeri 4 Kecamatan.

(62)

menginvestigasi guru ilmu kependudukan yang dapat memperkenalkan kegiatan yang berpusat pada siswa dalam situasi kelas yang ramai. Teknik penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Penelitian ini dilakukan dilakukan di program studi Pendidikan Guru Ilmu Kependudukan dan Sejarah Fakultas Pendidikan Ataturk Universitas Marmara dan SD Kartal Gurbuz Istanbul. Penelitian ini didasarkan pada bagaimana siswa menggunakan antusiasme, minat, dan keterampilan dalam belajar subjek-subjek ilmu kependudukan dan sejarah.

(63)

mengalami peningkatan yaitu pada siklus 1 rata-rata indikator 60% dan pada siklus 2 rata-rata indikator 88%.

Berdasarkan studi literatur tentang penelitian-penelitian sebelumnya bahwa diharapkan dengan cara metode atau pembelajaran yang baru yaitu pembelajaran tematik mampu mengubah proses pembelajaran yang baik. Pembelajaran tematik sebagai metode atau prosesnya dapat dilakukan pembelajaran yang inovatif dan kreatif dalam proses memperoleh pengetahuan siswa yang dapat dialami secara nyata dan konkret. Pembelajran yang inovatif ini juga dapat meningkatkan kinerja guru yang profesional dan memperbaiki mutu aktivitas peserta didik dengan implementasi pembelajaran tematik.

Gambar 2.1 dipaparkan skema penelitian yang relevevan dengan penelitian ini. Selanjutnya dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Diagram Penelitian yang Relevan

(64)

C. Kerangka Berpikir

Reformasi pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia merupakan suatu upaya perbaikan sistem pendidikan di Indonesia. Pembelajaran dengan gaya bank siswa pasif hanya mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru tanpa melakukan kegiatan belajar penemuan dirasa tidak efektif dalam proses pemerolehan informasi dan pengalaman bagi siswa. Hal tersebut dikarenakan siswa tidak mengalami sendiri proses pemerolehan informasi sehingga informasi yang didapat hanya bersifat statis atau tidak mampu mengendap dalam jangka waktu yang lama. Pemerintah Indonesia memperbarui sistem pendidikan serupa dengan memperbaharui kurikulum yang digunakan.

Kurikulum di Indonesia terus mengalami pembaruan kurikulum. Pembaruan kurikulum dilakukan bertujuan untuk menciptakan generasi penerus dan membangun manusia yang berkualitas sehingga mutu pendidikan di Indonesia juga sedikit demi sedikit mulai meningkat. Indonesia belum mengimbangi dengan adanya perbaikan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa masih terdapat di bawah Standar Kompetensi Lulusan (SKL), hanya sedikit siswa yang mampu mencapai nilai di atas SKL.

(65)

Selain itu, pembelajaran tematik juga memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan pembelajaran lainnya.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan permasalahan yang telah diuraikan di dalam penelitian ini, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Tingginya pelaksanaan implementasi penggunaan pembelajaran tematik oleh guru pengampu kelas bawah SD Afiliasi Katolik, Kristen dan nasional di Kota Yogyakarta.

2. Ada perbedaan pelaksanaan implementasi penggunaan tematik oleh guru pengampu kelas bawah SD Afiliasi Katolik, Kristen dan nasional di Kota Yogyakarta ditinjau dari jumlah siswa.

(66)

46 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III berisi delapan bagian, yaitu jenis penelitian, seting penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas instrumen, dan prosedur analisis data.

A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah non experimental cross sectional dengan metode survey. Christensen (Rismiati, 2014: 21) menyebutkan bahwa dalam penelitian non eksperimental desain, variabel independen tidak bisa dimanipulasi dan tidak ada “random assignment” yang dilakukan oleh peneliti.

(67)

Gambar 3.1 Diagram Hubungan Antar Variabel Keterangan:

X1 : Jumlah siswa

X2 : Jumlah rekan guru yang menggunakan pembelajaran tematik

Y : Implementasi pembelajaran tematik

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 11 bulan dimulai bulan September 2013 sampai dengan bulan Juli 2014.

2. Tempat Penelitian

Penelitian mengambil tempat SD Afiliasi Katolik Kristen dan nasional di Kota Yogyakarta sejumlah 24 sekolah.

C. Variabel Penelitian

Sugiyono (2011: 38) menyatakan bahwa, variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel penelitian adalah data objek dari penelitian yang

X1

X2

(68)

nantinya akan dipakai sebagai pedoman dalam penelitian tersebut. Ada 2 jenis variabel dalam penelitian ini, yaitu:

1) Variabel Independen

Variabel independen pada penelitian ini adalah faktor demografi guru. Faktor demografi gurunya adalah jumlah siswa dan jumlah rekan guru yang menggunakan tematik. Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau terikat (Sugiyono, 2011: 39).

2) Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen (Sugiyono, 2011: 39). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat implementasi pembelajaran tematik oleh guru pengampu kelas bawah di SD Afiliasi Katolik Kristen dan nasional di Kota Yogyakarta.

D. Populasi dan Sampel

(69)

kuesioner, namun hanya 57,29% yang bersedia menerima dan mengembalikan kuesioner yang disebarkan. Purposive random sampling adalah gabungan purposive sampling dan random sampling. Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:297). Sampel adalah sebagian dari populasi itu (Sugiyono, 2011:297). Purpossive sampling ialah metode pengambilan sampel dengan mempertimbangkan apa yang dianggap relevan. Random sampling adalah teknik penentuan sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan tingkatan yang ada dalam populasi tersebut. Sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan menggunakan pertimbangan atau tujuan tertentu (Sugiyono, 2009:85). Arikunto (2006: 131) juga menjelaskan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah populasi yang diteliti. Penentuan sampel pada penelitian ini dibantu dengan menggunakan table Krajcie yang dapat dilihat pada lampiran 17.

E. Teknik Pengumpulan Data

(70)

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2011: 136).

F. Instrumen Penelitian

Alat ukur pada penelitian ini menggunakan lembar kuesioner implementasi pembelajaran tematik. Penelitian ini menggunakan lembar kuisioner yang telah dikembangkan oleh Rismiati (2012). Kuesioner tersebut tersusun atas 43 item yang terdiri dari 28 item penyataan tertutup tentang tingkat implementasi pembelajaran tematik, 6 item pernyataan tertutup tentang dukungan kepala sekolah pada pembelajaran tematik, dan 9 pertanyaan terbuka tentang faktor demografi guru. Kuisioner implementasi pembelajaran dalam penelitian ini terdiri dari 7 indikator dimana pada setiap indikatornya terdiri dari item positif dan juga item negatif. Kuisioner ini tidak hanya mengukur tingkat implementasi pembelajaran tematik , tetapi juga melihat perbedaan implementasi pembelajaran tematik ditinjau dari faktor demografi. Pernyataan untuk faktor demografi berjumlah 15 item. Keseluruhan pernyataan berjumlah 43 item yang terdiri dari 37 item positif dan 6 item negatif. Kuesioner ini disusun dengan “summate rating

scale (skala Likert)” (Sugiyono, 2011: 136). Skala ini diubah dengan lima pilihan jawaban yaitu pilihan skor 1-5. Berikut akan dijabarkan skor untuk item positif dan skor untuk item negatif pada tabel 3.1

Tabel 3.1

Penjabaran Skor Item Positif dan Negatif

No Kategori Skor Keterangan

(71)

No Kategori Skor Keterangan

3 Ragu-ragu

4 Tidak Setuju

5 Sangat Tidak Setuju

Tabel 3.1 menjelaskan bahwa pengukuran kuesioner ini dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu untuk item positif dan juga untuk item negatif. Item positif diberi skor yang bergerak dari kategori “Sangat Tidak Setuju” ke “Sangat

Setuju” dengan pilihan skor 1-5. Item negatif diberi skor yang bergerak dari kategori “Sangat Setuju” ke “Sangat Tidak Setuju” dengan pilihan skor 5-1

Tabel 3.2 menunjukkan item positif dan item negatif yang terdapat dalam kuesioner implementasi pembelajaran tematik.

Tabel 3.2

Sebaran item positif dan item negatif Indikator No

- Saya memberi pilihan kepada siswa untuk menentukan cara mereka belajar.

(72)

Indikator No

- Saya menyatukan paling sedikit dua atau lebih mata pelajaran secara rutin.

Indikator No Item Item Positif No Item Item Negatif

Pembelajaran dalam suatu tema sentral untuk membantu siswa belajar berbagai

16 -Jadwal mengajar saya adalah jadwal per mata

- Saya mengaitkan tema dan materi pelajaran dengan lingkungan sekitar seperti kerumahtanggaan, kota dan lingkungan alam.

-Saya memberitahu siswa tentang hal-hal yang saat ini sedang menjadi perdebatan di masyarakat

- Saya menggunakan materi atau alat penilaian yang sesuai dengan kebutuhan setiap siswa.

- Saya menggunakan penilaian unjuk kerja untuk menilai hasil belajar siswa.

-Saya menggunakan portofolio kerja untuk menilai hasil belajar siswa.

22. -Saya menggunakan tes tertulis (misalnya esai, pilihan ganda, benar salah) sebagai metode utama dalam menilai hasil belajar siswa.

Indikator No Item Item Positif No Item Item Negatif

(73)

Indikator No

Tabel 3.2 menjelaskan terdapat item negatif pada nomor item 1, 9, dan 22. Item positif tersebar pada nomor item 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 28. Jumlah item terdapat 28 item yang terdiri dari 3 item negatif dan 25 item positif.

Berdasarkan karakteristik pembelajaran tematik dan faktor demografi yang telah dibahas pada bab II, maka disusunlah kisi-kisi indikator instrumen pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Indikator Instrumen

Variabel Indikator No. Item Jenis Variabel

(74)

Variabel Indikator No. Item Jenis Variabel

Faktor Demografi Dukungan dari kepala

sekolah

29, 30, 31, 32, 33, 34

Variabel Bebas

Pengalaman mengajar 35, 36

Lama mengajar tematik 37

Pengalaman training

Pendidikan terakhir guru 40

Status kepegawaian guru 41

Jumlah rekan guru yang secara bersama-sama mengajar tematik

42,43

Gambar

Tabel 2.0 Reformasi Kurikulum di Indonesia Sejak Tahun 1947-2006
Tabel 2.0 tersebut berisi mengenai perubahan-perubahan kurikulum di
Tabel 2.1 Kondisi Kompetensi Lulusan
Tabel 2.2 Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kalus embriogenik jahe berumur 10 minggu yang dikulturkan di dalam medium selektif MS + 3% manitol dengan penambahan berbagai taraf konsentrasi filtrat (0 –

KLTP dapat dilakukan jika massa fraksi sangat sedikit. Elusi dilakukan dengan menggunakan eluen n -heksana : etil asetat. Pola noda pemisahan dilihat di bawah lampu

Pembuatan Game Edukasi Belajar Tajwid Ini menggunakan metode Prototype yang mana metode ini tidak akan selesai sebelum sesuai dengan harapan pemakai maka di lakukan (feedback)

H1: Ada hubungan yang positif dan significant pemberian bantuan dana sosial Bagian Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabupaten Jember terhadap peningkatan

Implementasi Kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 Implementasi Kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan di Provinsi

(1) Objek Retribusi Terminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf d adalah pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bis umum,

Tujuan melakukan uji t dalam peneltian ini adalah untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh dari variabel-variabel bebas (independent variabel) yaitu variabel X 1

Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia; dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang