• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unjuk kerja kincir angin poros horizontal tiga sudu berbahan komposit, diameter 1 m dengan variasi berat sudu - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Unjuk kerja kincir angin poros horizontal tiga sudu berbahan komposit, diameter 1 m dengan variasi berat sudu - USD Repository"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

UNJUK KERJA KINCIR ANGIN POROS HORIZONTAL

TIGA SUDU BERBAHAN KOMPOSIT, DIAMETER 1 M,

DENGAN VARIASI BERAT SUDU

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T)

DISUSUN OLEH :

BERNADUS HERLAMBANG ARYOPRABU NIM : 145214012

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PERFORMANCE OF THREE BLADE HORIZONTAL AXIS

WINDMILL , DIAMETER 1 M, WITH WEIGHT BLADE

VARIATION

FINAL PROJECT

Presented as partitial fulfilment of the requirement

to obtain Sarjana Teknik degree in Mechanical Engineering

By:

BERNADUS HERLAMBANG ARYOPRABU Student Number: 145214012

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi

INTISARI

Kebutuhan energi di Indonesia pada era modern ini sudah menjadi kebutuhan pokok bagi kelangsungan hidup masyarakat. Salah satu energi yang sangat sering digunakan untuk kehidupan sehari – hari yaitu energi listrik . Namun sumber daya alam lama – kelamaan akan semakin menipis. Maka dari itu perlu adanya kebijakan tentang energi terbarukan. Energi terbarukan yaitu energi yang dapat diperoleh berulang – ulang dan bersifat berkelanjutan. Salah satu energi terbarukan yaitu energi yang diperoleh dari angin. Maka dari itu dibuat penelitian dengan tujuan untuk mengetahui unjuk kerja dari variasi masing – masing kecepatan angin dan variasi berat sudu seperti unjuk kerja rpm, torsi, daya kincir mekanis, daya listrik, serta mengetahui nilai tip speed ratio dan koefisien daya dari kincir angin tersebut.

Model kincir angin yang diteliti adalah kincir angin propeler tiga sudu berbahan komposit, berdiameter 1 m, dengan variasi berat sudu. Kemudian desain sudu yang digunakan adalah desain bilah dari potongan pipa pvc 8 inchi. Sedangkan untuk mekanisme pembebanan (dump load), pada sistem kincir angin yaitu menggunakan beban lampu pijar sebanyak 21 buah, dengan pemasangan generator DC magnet permanen pada poros kincir angin. Sedangkan untuk mendapat variasi kecepatan angin rata – rata 5 m/s dan 7 m/s maka kincir angin diletakan di depan blower 15 HP 1450 rpm. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Konversi Energi Universitas Sanata Dharma.

Dari hasil penelitian ini, kincir angin propeler tiga sudu menghasilkan putaran poros kincir terbesar adalah 414 rpm pada variasi berat sudu 0,24 kg dengan kecepatan angin rata – rata 7 m/s, beban torsi terbesar yang dihasilkan adalah 0,81 N.m pada berat sudu 0,24 kg dengan kecepatan angin 7 m/s, daya kincir mekanis terbesar yang dihasilkan adalah 25,80 watt pada berat sudu 0,24 kg dengan kecepatan angin 7 m/s, daya listrik terbesar yang dihasilkan adalah 18,22 watt pada berat sudu 0,20 kg dengan kecepatan angin 7 m/s, koefisien daya maksimal yang dihasilkan adalah 21,85 % dengan nilai tip speed ratio sebesar 2,45 pada variasi berat sudu 0,20 kg pada kecepatan angin 5 m/s.

(8)

vii

ABSTRACT

The need of energy in Indonesia in this modern era has become a major necessity for people. One of the most used energy in daily life is electricity. However, the resources are getting scarce. As a result, there should be the policy of renewable energy. Renewable energy is the energy that can be repeatedly collected and is sustainable. One of the renewable energy is the energy which is collected from wind. Therefore, the research was conducted in order to assess the performance of each wind speed variation and heavy blade variation as the performances of rpm, torque, mechanical turbine power, electricity power, also knowing tip speed ratio value and coefficient of power of the wind turbine.

The model of wind turbine which is examined in this research is a three – blade propeller wind turbine made of composite, with diameter of 1 m, with weight blade variation. The used blade design is blade design from 8 inch – PVC pipe pieces. As for the dump load of wind turbine system, the researcher used 21 incandescent light bulbs by installing permanent magnet DC generator on the

wind turbine’s axis. As for obtaining average wind speed variation 5 m/s, and 7

m/s then wind turbine is placed in front of the 15 HP 1450 rpm blower. This research was conducted in Laboratorium Konversi Energi in Sanata Dharma University.

From this research, a three – blade propeller wind turbine produces the biggest axis rotation which is 414 rpm on 0,24 kg weight blade with average wind speed 7 m/s. The biggest torque load produced is 0,81 N.m on 0,24 kg weight blade and average wind speed 7 m/s. The biggest mechanic power produced is 25,80 watt on 0,24 kg heavy blade variation and wind speed 7 m/s. The biggest electricity power produced is 18,22 watt on weight blade and wind speed 7 m/s. The maximum coefficient of power produced is 21,85% with tip speed ratio point of 2,45 on 0,20 kg weight blade variation and wind speed 5 m/s.

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan anugerah-Nya yang telah memberi kesempatan bagi penulis untuk dapat

menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul “Unjuk Kerja Kincir Angin Poros Horizontal Tiga Sudu Berbahan Komposit Diameter 1 m Dengan Variasi Berat Sudu”.

Laporan tugas akhir merupakan salah satu persyaratan bagi para mahasiswa/mahasiswi untuk dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1 pada Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam laporan tugas akhir ini membahas mengenai perancangan, pembuatan kincir angin jenis sumbu horizontal.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Sudi Mungkasi,S.Si., M.Math.,Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin.

3. Ir. Rines, M.T selaku Dosen Pembimbing Akademik.

4. Doddy Purwadianto, S.T.,M.T selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir. 5. Seluruh dosen Program Studi Teknik MEsin yang telah mendidik dan

memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Seluruh staff Fakultas Sains dan Teknologi atas kerja sama dan dukungan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan laporan tugas akhir.

7. Petrus Sumedi dan Brigita Ambar Widawati selaku orang tua, yang selalu mendukung secara material dan lain-lain kepada penulis.

8. Danan Pamungkas dan Adi Susanto selaku teman satu tim pembuatan alat penelitian.

9. Sahabat dan rekan – rekan mahasiswa Teknik Mesin, angkatan 2014 khususnya, yang telah memberi saran, kritik dan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian laporan tugas akhir

(10)
(11)

x

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

2.1 Energi angin dan potensi angin di Indonesia ... 6

2.2 Jenis-jenis Angin ... 8

2.3.1 Kincir Angin Poros Horizontal ... 12

2.3.2 Kincir Angin Poros Vertikal ... 14

2.4 Rumus Perhitungan ... 15

2.4.1 Energi Kinetik ... 15

2.4.2 Daya Angin ... 16

2.4.3 Torsi ... 17

(12)

xi

2.4.5 Tip Speed Ratio ... 18

2.4.6 Koefisien Daya ... 18

2.5 Komposit ... 19

2.5.1 Definisi komposit ... 19

2.5.2 Properti Komposit ... 20

2.5.3 Klasifikasi Komposit ... 20

a. Komposit Matrik Polimer (polymer Matrix Composites – PMC) ... 21

b. Komposit Matrik Logam ( Metal Matrix Composites – MMC) ... 22

METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Diagram penelitian ... 34

3.2 Alat dan Bahan ... 35

3.2.1 Sudu kincir angin ... 35

3.2.2 Dudukan sudu ... 36

3.2.3 Fan blower. ... 37

3.2.4 Tachometer. ... 37

3.4.5 Timbangan digital. ... 38

3.2.6 Anemometer. ... 39

3.2.7 Voltmeter. ... 39

3.2.8 Amperemeter. ... 40

3.2.9. Potensio. ... 40

3.2.10. Lampu pijar ... 41

3.2.11. Pembebanan. ... 41

3.3 Desain Sudu ... 42

3.4 Pembuatan sudu atau Blade Kincir Angin ... 42

3.4.1 Alat dan Bahan... 42

3.4.2 Proses Pembuatan Sudu atau Blade ... 43

(13)

xii

BAB IV ... 51

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 51

4.1. Data hasil pengujian ... 51

4.2 Pengolahan data dan perhitungan ... 55

4.2.1 Perhitungan daya angin ... 56

4.2.2 Perhitungan torsi ... 56

4.2.3 Perhitungan daya kincir mekanis ... 56

4.2.5 Perhitungan tip speed ratio (tsr) ... 57

4.2.6 Perhitungan koefisien daya (cp) ... 57

4.3 Data hasil perhitungan ... 58

4.4 Grafik hasil perhitungan ... 64

BAB V ... 72

KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Saran. ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(14)

xiii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4. 1 Grafik hubungan antara putaran poros kincir dengan torsi ... 65

Grafik 4. 2 Grafik hubungan antara daya mekanis (Pout) dengan torsi (T) ... 66

Grafik 4. 3 Grafik hubungan antara daya listrik (Watt) dengan torsi (T) ... 67

Grafik 4. 4 Grafik hubungan antara putaran poros kincir (n) dan torsi (T) ... 68

Grafik 4. 5 Grafik hubungan antara daya mekanis Pout Watt dan torsi (T) ... 69

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1. Penyediaan Energi Listrik di Indonesia ... 3

Tabel 2. 1. Tingkat Kecepatan Angin 10 meter di atas Permukaan Tanah ... 7

Tabel 2. 2 Pengelompokan Titik Angin Menurut Kecepatannya ... 7

Tabel 3. 1 Alat dan Bahan Pembuatan Sudu………..43

Tabel 4. 1 Data pengujian tiga sudu dengan variasi berat 0.20 kg dan kecepatan 5 m/s………..51

Tabel 4. 2 Data pengujian tiga sudu dengan variasi berat 0.24 kg dan kecepatan 5 m/s ... 52

Tabel 4. 3 Data pengujian tiga sudu dengan variasi berat 0.33 kg dan kecepatan 5 m/s ... 52

Tabel 4. 7 Data perhitungan tiga sudu dengan variasi berat 0.20 kg dan kecepatan angin 5 m/s ... 58

Tabel 4. 8 Data perhitungan tiga sudu dengan variasi berat 0.24 kg dan kecepatan angin 5 m/s ... 59

Tabel 4. 9 Data perhitungan tiga sudu dengan variasi berat 0.33kg dan kecepatan angin 5 m/s ... 60

Tabel 4. 10 Data perhitungan tiga sudu dengan variasi berat 0.20 kg dan kecepatan angin 7 m/s ... 61

Tabel 4. 11 Data perhitungan tiga sudu dengan variasi berat 0.24 kg dan kecepatan angin 7 m/s ... 62

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Skema rancangan pembangkit listrik tenaga angin skala rumahan .... 1

Gambar 2. 1 Siklus Angin Darat ... 8

Gambar 2. 2 Siklus Terjadinya Angin Laut ... 9

Gambar 2. 3 Siklus Terjadinya Angin Gunung ... 10

Gambar 2. 4 Sketsa Kincir Angin Pembangkit Listrik Sederhana ... 12

Gambar 2. 5 Kincir Angin Sumbu Horizontal ... 13

Gambar 2. 6 Jenis-Jenis Kincir Angin Sumbu Vertikal ... 14

Gambar 2. 7 Grafik Hubungan Antara Koefisiensi Daya dengan Tip Speed dari berbagai jenis Kincir Angin ... 19

Gambar 2. 8 Klasifikasi Komposit Berdasarkan Matriksnya... 21

Gambar 2. 9 Pembagian komposit berdasarkan penguatnya ... 24

Gambar 2. 10 Ilustrasi komposit berdasarkan penguatnya ... 25

Gambar 2. 11 a. Flat flakes sebagai penguat (flakes composites) b. Fillers sebagai penguat (filler composite) ... 26

Gambar 2. 12 Tipe Serat pada Komposit ... 28

Gambar 2. 13 Tipe Discontinuous Fiber ... 29

Gambar 2. 14 Serat Kaca ... 32

Gambar 2. 15 Jenis-Jenis Serat Alami ... 32

Gambar 2. 16 Jenis Serat Buatan ... 33

Gambar 3. 1 Blade atau Sudu ... 36

Gambar 3. 2 Dudukan Sudu ... 36

Gambar 3. 3 Fan Blower ... 37

Gambar 3. 4 Tachometer ... 38

Gambar 3. 5 Timbangan Digital Gantung ... 38

Gambar 3. 6 Anemometer ... 39

Gambar 3. 7 Voltmeter ... 39

Gambar 3. 8 Amperemeter ... 40

Gambar 3. 9 Potensio ... 40

Gambar 3. 10 Lampu Pijar ... 41

Gambar 3. 11 Skema Pembebanan... 41

Gambar 3. 12 Desain Sudu... 42

Gambar 3. 13 Pemotongan Pipa ... 44

Gambar 3. 14 Pembuatan Mal Cetakan dari Kertas ... 44

Gambar 3. 15 Membentuk Pipa dengan Kertas ... 45

Gambar 3. 16 Pelapisan Cetakan dengan Plester ... 46

Gambar 3. 17 Proses Pencampuran Resin dan Hardener ... 47

(17)

xvi

DAFTAR SIMBOL

Ek : Energi kinetik m : Massa (kg) v : Kecepatan angin

ṁ : Massa udara yang mengalir pada satuan waktu (kg/s)

ρ : Massa jenis udara (kg/s) A : Luas penampang sudu (m2) Vt : Kecepatan ujung sudu ω : Kecepatan sudut (rad/s) r : Jari - jari kincir (m)

n : Putaran poros kincir tiap menit (rpm)

𝑃𝑜𝑢𝑡 : Daya yang dihasilkan oleh kincir angin Cp : Koefisien daya, %

Pin : Daya yang disediakan oleh angin F : Gaya pengimbang

T : torsi (N.m)

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Maasalah

Kebutuhan manusia akan pasokan energi semakin meningkat maka

pasokan bahan bakar yang semakin lama semakin menipis dan ini membuat setiap

negara berlomba-lomba untuk menciptakan energi alternatif untuk menggantikan

energi yang tidak dapat diperbaharui.

Salah satu energi alternatif yang mulai dikembangkan adalah energi angin,

energi angin merupakan salah satu sumber energi yang tidak akan habis. Energi

angin digunakan sebagai alternatif untuk pembangkit listrik, pembangkit listrik

energi angin adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan angin sebagai

sumber energi untuk menghasilkan listrik. Pembangkit ini dapat mengkonversi

energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan kincir angin. Sistem

pembangkit listrik menggunakan angin sebagai sumber energi merupakan sistem

alternatif yang berkembang pesat, karena angin merupakan salah satu energi yang

tidak tidak terbatas di alam.

Gambar 1. 1 Skema rancangan pembangkit listrik tenaga angin skala rumahan

(19)

2

Listrik adalah suatu energi, bahkan energi listrik begitu memegang

peranan penting bagi kehidupan kita. Listrik adalah suatu muatan yang terdiri dari

muatan positif dan muatan negatif. Arus listrik merupakan muatan listrik yang

bergerak dari tempat yang berpotensial tinggi ke tempat berpotensial rendah,

melewati suatu penghantar listrik. Media penghantar listrik salah satunya ialah

media yang terbuat dari bahan logam, yaitu elktron bebas berpindah dari satu

atom ke atom logam berikutnya, seddangkan pada media air elektron dibawa oleh

elektrolit yang terkandung dalam media air tersebut (Kasman, 2014).

Kebutuhan energi listrik tersebut diharapkan dapat dipenuhi oleh

pusat-pusat pembangkit listrik baik dibangun oleh pemerintah maupun non-pemerintah

sebagai ilustrasi pada tahun 1990 kebutuhan energi listrik sebesar 51.919 GWh

telah dipenuhi oleh seluruh pusat pembangkit listrik yang ada dengan kapasitas

daya terpasang sekitar 22.000 MW. Sehingga pada tahun 2010 dari kebutuhan

energi listrik, yang diramalkan mencapai 258.747 GWh per tahun di harapkan

dapat dipenuhi oleh sistem suplai energi listrik dengan kapasitas total sebesar

68.760 MW, yang komposisi sumber daya energinya seperti diperlihatkan dalam

(20)

3

Tabel 1. 1. Penyediaan Energi Listrik di Indonesia

Sumber Energi

Energi alternatif yang dapat diperbaharui, yaitu mataharri, angin dan air

sumber energi tersebut adalah sumber energi yang dapat diperbaharui untuk itu

penulis ingin mengembangkan energi terbarukan dan konversi energi khususnya

pada energi angin dengan mengembangkan design kincir yang sudah ada saat ini

yang sesuai dengan kondisi angin yang berada di Indonesia. Penulis akan

melakukan penelitian pada kincir angin horizontal dengan tiga variasi berat yang

(21)

4

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1. Angin merupakan sumber energi yang tidak akan habis, hingga saat ini

angin belum dimanfaakan secara maksimal meski memiliki potensi

yang baik.

2. Dalam pengembangan kincir angin ini tentunya diperlukan penilitian.

3. Dalam pembuatan kincir angin penulis menggunakan bahan komposit

untuk pembuatan sudu.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Membuat sudu kincir angin poros horizontal tiga sudu berbahan

komposit dengan diameter 1 meter, dengan tiga variasi berat sudu.

2. Mengetahui unjuk kerja dari kincir angin poros horizontal meliputi :

torsi, putaran kincir dan daya mekanis

3. Mengetahui nilai coefisien performance (Cp) dan tip speed ratio (tsr)

dari kincir angin poros horizontal dua sudu bahan komposit

1.4 Batasan Masalah

1. Kincir angin poros horizontal dibuat dengan bahan komposit dengan

diameter 1 m, lebar maksimum 16 cm dengan jarak 20 cm dari pusat

poros, dengan desain kelengkungan sudu menggunakan pipa pvc 8

inch

2. Kincir angin menggunakan tiga sudu.

(22)

5

4. Penelitian dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Universitas

Sanata Dharma.

5. Penelitian kincir angin menggunakan dua variasi kecepatan angin 5m/s

dan 7m/s.

6. Penelitian menggunakan fan blower, tachometer, timbangan digital,

anemometer, voltmeter, amperemeter.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Kincir angin merupakan salah satu energi alternatif yang dapat

dimanfaatkan untuk pemanfaatan energi terbarukan.

2. Pengembangan kincir angin ini dapat memenuhi kebutuhan listrik

masyarakat dan sangat mudah untuk diproduksi.

3. Dapat mengetahui berat ideal sudu pada kincir angin poros horizontal

(23)

6

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Energi angin dan potensi angin di Indonesia

Angin merupakan udara yang berhembus dari suhu tinggi ke suhu rendah

akibat adanya perbedaan temperature atmosfer. Perbedaan temperature pada

lokasi yang berbeda (garis lintang) dari bumi yang disebabkan penyinaran

matahari yang tidak merata. Faktanya, atmosfer merupakan suatu mesin

termodinamika yang besar dimana bagian dari energi yang datang dirubah

menjadi energi kinetis secara mekanis dari masa udara yang bergerak. sekitar 2%

dari sinar matahari yang mengalir ke bumi diubah menjadi tenaga angin, yang

mana hasil akhirnya berubah menjadi panas dikarenakan gesekan dengan lapisan

batas atmosfer (Baafai, 2011).

Proses pemanfaatan energi angin dilakukan melalui dua tahapan konversi

energi, pertama aliran angin akan menggerakkan rotor (baling-baling) yang

menyebabkan rotor berputar selaras dengan angin yang bertiup, kemudian putaran

dari rotordihubungkan kegenerator, dari generator inilah dihasilkan arus listrik.

Jadi proses tahapan konversi energi bermula dari energi kinetik angin menjadi

energi mekanik kemudian menjadi energi listrik besar-kecilnya energi listrik

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu rotor, kecepatan angin dan jenis generator.

Syarat dan kondisi angin yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi

listrik dengan kincir angin berdiameter 1 m dapat dilihat pada tingkatan keceptan

(24)

7

Tabel 2. 1. Tingkat Kecepatan Angin 10 meter di atas Permukaan Tanah

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyau potensi angin

yang cukup baik, banyak daerah di Indonesia yang mempunyai kecepatan angin

yang cukup tinggi dan bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga angin

Tabel 2. 2

Pengelompokan Titik Angin Menurut Kecepatannya

(sumber : www.energy-indonesia.com)

Dari tabel diatas merupakan pengelompokan titik angin menurut

kecepatannya, yang cocok untuk mendirikan kincir angin pembangkit listrik

(25)

8 2.2 Jenis-jenis Angin

Jenis-jenis angin dibedakan menjadi 4 :

2.2.1 Angin Darat

Angin Darat adalah angin yang terjadi pada malam hari ditepian laut dan

disepanjang garis pantai diseluruh dunia. Hal ini terjadi disebabkan karena udara

diatas daaratan mengalami pendinginan lebih cepat dibandingkan dengan udara

diatas permukaan laut, sehingga tekanan udara diatas permukaan laut lebih

rrendah dibandingkan diatas daratan. Udara yang lebih dingin dan bertekanan

lebih tinggi akan berhembus dari daratan ke perairan di malam hari dan inilah

yang menyebabkan munculnya angin darat. Contoh gambar siklus angin darat.

Gambar 2. 1 Siklus Angin Darat

(Sumber : www.cuacajateng.com)

2.2.2 Angin Laut

Angin laut adalah angin yanng terjadi pada waktu siang hari di sepanjang

(26)

9

dari laut atau danau menuju daratan. Hal ini dikarenakan udara diatas daratan

mengalami pemanasan lebih cepat dibandingkan udara dipermukaan laut.

Sehingga tekanan diatas daratan lebih rendah dibandingkan dengan dengan

permukaan laut. Selama udara hangat diatas daratan bergerak naik keatas, udara

yang lebih dingin dari permukaan laut yang bertekanan lebih tinggi akan

berhembus ke daratan yang tekanannya lebih rendah dan hembusan angin tersebut

dikenal sebagai angin laut.

Gambar 2. 2 Siklus Terjadinya Angin Laut

(Sumber : www.cuacajateng.com)

2.2.3 Angin Gunung

Angin gunung adalah angin yang terjadi pada waktu malam hari di area

pegunungan di seluruh dunia. Angin ini bergerak dari gunung menuju lembah.

Hal ini terjadi karena udara diatas gunung mengalami pendinginan lebih cepat

dibandingkan diatas permukaan lembah, sehingga tekanan udara diatas permukaan

(27)

10

Gambar 2. 3 Siklus Terjadinya Angin Gunung

(Sumber : http://www.konsepgeografi.net/2016/01/angin-gunung-dan-angin-lembah.html)

2.2.4 Angin Lembah

Angin lembah adalah angin yang terjadi pada waktu siang hari di kawasan

pegunungan diseluruh dunia. Angin ini berhembus dari lembah menuju gunung.

Hal ini terjadi dikarenakan udara diatas gunung mengalami pemanasan lebih cepat

dibandingkan lembah, sehingga tekanan udara diatas permukaan gunung lebih

rendah dibandingkan diatas permukaan lembah. Gambar siklus terjadinya angin

lembah pada Gambar 2.3 diatas.

2.3 Kincir Angin

Kincir angin adalah kincir angin yang digunakan untuk membangkitakan

tenaga listrik. Kincir angin ini pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi

kebutuhan para petani untuk menggiling padi, keperluan irigasi dll. Kincir angin

terlebih dahulu banyak digunakan di Denmark, Belanda, dan negara-negara Eropa

(28)

11

Kini kincir angin lebih banyak digunakan untuk mengakomodasi

kebutuhan listrik masyarakat, dengan menggunakan prinsip konversi energi dan

mengunakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui yaitu angin. Walaupun

sampai saat ini pengunaan kincir angin masih belum dapat menyaingi pembangkit

listrik konvensional (Contoh; PLTD, PLTU, dll), kincir angin masih dapat

dikembangkan oleh para ilmuwan karena dalam waktu dekat manusia akan

dihadapkan dengan masalah kekurangan sumber daya alam yang tidak dapat

diperbaharui (Contoh; batubara dan minyak bumi) sebagai bahan dasar untuk

membangkitkan listrik.

Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam, Pembangkit

Listrik Tenaga Angin (PLTA) mengkonversi energi angin menjadi energi listrik

dengan mengunakan kincir angin. Cara kerjanya cukup sederhana, energi angin

memutar kincir angin, diteruskan untuk memutar rotor pada generator dibelakang

bagian kincir angin, sehingga akan menghasilkan energi listrik. Energi listrik ini

biasanya akan disimpan kedalam baterai sebelum dimanfaatkan (Maharwan,

(29)

12

Gambar 2. 4 Sketsa Kincir Angin Pembangkit Listrik Sederhana

Beradasarkan arah porosnya,kincir angin dibedakan menjadi dua macam

yaitu kincir angin poros horizontal dan kincir angin poros vertical:

2.3.1 Kincir Angin Poros Horizontal

Kincir angin poros horizontal atau Horizontal axis wind Turbin (HAWT)

adalah kincir angin yang mempunyai poros yang sejajarr dengan tanah dan arah

poros utama sesuai dengan arah datangnya angin. Kincir ini terdiri dari sebuah

menara dan kincir yang berada pada puncak menara tersebut. Poros kincir dapat

berputar 360o terhadap sumbu vertikal untuk menyesuaikan arah datangnya angin. Kincir angin sumbu horizontal terdapat beberapa jenis diantaranya ditunjukkan

(30)

13

Gambar 2. 5 Kincir Angin Sumbu Horizontal

(Sumber : http://mit.ilearning.me/kincir-angin-pembangkit-listrik/)

Kelebihan kincir angin sumbu horizintal adalah :

1. Menara penyangga yang tinggi memungkinkan untuk mendapatkan angin

dengan kekuatan yang lebih besar .

2. Efisiensi lebih tinggi, karena sudu selalu berputar tegak lurus dengan arah

datangnya angin.

3. Dapat dibuat dengan kemampuan pitch control untuk sudu-sudunya,

sehingga dapat menghindari kerusakan bila terkena badai.

Kelemahan kincir angin sumbu horizintal adalah :

1. Dibutuhkan konstruksi menara penyangga yang kuat untuk menopang

beban sudu, gear box, dan generator.

2. Komponen-komponen dari kincir angin seperti pada poin pertama, harus

(31)

14

3. Membutuhkan yaw control sebagai mekanisme untuk mengarahkan sudu

ke arah angin.

4. Kincir angin sulit dioperasikan dekat dengan permukaan tanah karena

adanya angin turbulen.

2.3.2 Kincir Angin Poros Vertikal

Kincir Angin Poros Vertikal atau Vertical axis wind turbine (VAWT)

adalah kincir angin yang memiliki poros tegak lurus permukaan tanah atau arah

datangnya angin. Terdapat beberapa jenis kincir angin sumbu vertikal diantaranya

ditunjukkan pada Gambar 2.6.

Gambar 2. 6 Jenis-Jenis Kincir Angin Sumbu Vertikal

(Sumber: http://benergi.com/jenis-turbin-angin-lengkap- dengan-kekurangan-dan-kelebihannya)

Kelebihan kincir angin sumbu vertikal :

1. Kincir angin ini mudah dirawat karena letaknya yang dekat dengan

(32)

15

2. Memiliki kecepatan pengawalan angin yang rendah dibanding dengan

kincir angin sumbu horizontal.

3. Kincir angin ini dapat menerima hembusan angin dari segala arah.

4. Tidak memerlukan menara yang tinggi sehingga lebih mudah dan lebih

kuat.

Kelemahan kincir angin sumbu vertical :

1. Memiliki kecepatan putaran kincir angin yang rendah,karena letaknya

dekat dengan tanah.

2. Pada umumnya dipasang dekat dengan permukaan tanah maka kualitas

angin yang diperoleh kurang baik sehingga kincir angin mudah rusak.

2.4 Rumus Perhitungan

Rumus-rumus yang digunakan dalam penelitian mencari unjuk kerja kincir

angin;

2.4.1 Energi Kinetik

Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda yang bergerak.

Energi yang terdapat pada angin adalah energi kinetik, sehingga dapat dirumuskan

sebagai berikut :

Ek = 1 2 m . v

2 (1)

dengan :

(33)

16 m : Massa (kg).

v : Kecepatan angin.

Daya adalah energi persatuan waktu, sehingga dapat dituliskan dengan rumus

sebagai berikut :

Pin = 1 2𝑚̇ v

2 (2)

dengan :

P : Daya angin (watt).

ṁ : Massa udara yang mengalir pada satuan waktu (kg/s)

dimana :

ṁ= ρ A v (3)

dengan :

ρ : Massa jenis udara (kg/s).

A : Luas penampang sudu (m2)

2.4.2 Daya Angin

Daya angin (

𝑃

𝑖𝑛

) adalah daya yang dihasilkan oleh sudu kincir angin yang

diakibatkan oleh hembusan angin. Dengan menggunakan persamaan (3) daya

(34)

17

𝑃

𝑖𝑛

=

1

2𝜌. 𝐴 . 𝑣3

(4)

dengan 𝜌 adalah massa jenis udara, 𝐴 adalah luas penampang sudu.

2.4.3 Torsi

Torsi adalah gaya yang bekerja pada poros yang dihasilkan oleh gaya

dorong pada sudu – sudu kincir angin. Perhitungan nilai torsi dapat dirumuskan

sebagai berikut :

𝑇 = 𝐹 .ℓ (5)

dengan 𝐹 adalah gaya pembebanan, dan ℓ adalah panjang lengan torsi ke poros

kincir angin.

2.4.4 Daya Kincir Angin

Daya kincir angin (𝑃𝑜𝑢𝑡) adalah daya yang dihasilkan oleh kincir angin

karena putaran sudu kincir , putaran kincir angin tersebut menghasilkan energi

kinetik yang kemudian dikonversikan menjadi energi listrik. Perhitungan nilai

daya kincir angin dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝑃𝑜𝑢𝑡 = 𝑇 . 𝜔 (6)

dengan 𝑃𝑜𝑢𝑡 adalah daya yang dihasilkan oleh kincir angin dan 𝜔 adalah

(35)

18 2.4.5 Tip Speed Ratio

Tip speed ratio adalah perbandingan antara kecepatan linear lingkaran

terluar kincir dengan kecepatan angin. Perhitungan nilai tip speed ratio dapat

dirumuskan sebagai berikut :

𝑡𝑠𝑟 = 𝜔 . 𝑟

𝑣

(7)

dengan 𝑟 adalah jari – jari kincir angin dan 𝑣 adalah kecepatan angin.

2.4.6 Koefisien Daya

Koefisien daya adalah perbandingan antara daya yang dihasilkan oleh

kincir angin

(

𝑃

𝑜𝑢𝑡

)

dengan daya yang disediakan oleh angin

(

𝑃

𝑖𝑛

). Perhitungan

nilai koefisien daya dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝐶𝑝 = 𝑃𝑃𝑜𝑢𝑡

𝑖𝑛

. 100%

(8)

Menurut ilmuwan asal Jerman, Albert Betz, efisiensi atau koefisien daya

maksimal sebuah kincir angin adalah sebesar 59 %. Teori tersebut kemudian

(36)

19

Gambar 2. 7 Grafik Hubungan Antara Koefisiensi Daya dengan Tip Speed dari berbagai jenis Kincir Angin

(Sumber : http://slideplayer.com/slide/10169610/)

2.5 Komposit

Komposit adalah suatu jenis bahan baru hasil rekayasa yang terdiri dari

dua atau lebih bahan dimana sifat masing-masing bahan berbeda satu sama

lainnya baik itu sifat kimia maupun fisiknya dan tetap terpisah dalam hasil akhir

bahan tersebut (bahan komopist).

2.5.1 Definisi komposit

Definisi komposit menurut strukturnya dibagi menjadi dua.

1. Mikrostruktur : pada kristal, phase dan senyawa, bila material disusun

dari dua phase atau senyawa atau lebih disebut komposit (CO paduan

(37)

20

2. Makrostructur : material yang disusun dari campuran dua atau lebih

penyusun makro yang berbeda dalam bentuk komposisi dan tidak larut

satu dengan yang lainnya disebut komposit (definisi secara makro ini

yang biasa dipakai).

2.5.2 Properti Komposit

Karakteristik dari komposit ditentukan oleh :

1. Material yang menjadi penyusun komposit

Karakteristik komposit ditentukan berdasarkan karakteristik material

penyusun menurut rule of mixure sehingga akan berbanding secara

proporsional

2. Bentuk dan penyusunan strukturaldari penyusun.

Bentuk dan cara penyusunan komposit akan mempengaruhi karakteristik

komposit

3. Interaksi antar penyusun

Bila terjasi interaksi antar penyusun akan meningkatkan sifat dari

komposit

2.5.3 Klasifikasi Komposit

Berdasarkan matrik, komposit dapat diklasifikasikan kedalam tiga

(38)

21

Gambar 2. 8 Klasifikasi Komposit Berdasarkan Matriksnya

a. Komposit Matrik Polimer (polymer Matrix Composites – PMC)

Komposit ini memiliki sifat seperti: ketangguhan yang baik, tahan simpan,

kemampuan mengikuti bentuk, lebih ringan dan lain sebagainya.

Keuntungan dari PMC:

1) Ringan

2) Specific strength tinggi

3) Specific stiffness ringan

4) Anisotropy

Jenis polimer yang banyak digunakan:

1) Thermoplastic

Thermoplastic adalah plastic yang dapat dilunakkan berulang kali

(39)

22

akan menjadi keras apabila didinginkan. Thermoplastic meleleh pada suhu

tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan mempunyai sifat dapat balik

(reversible) kepada sifat aslinya, yaitu kembali mengeras bila didinginkan. Contoh

dari thermoplastic yaitu Poliester, Nylon 66, PP, PTFE, PET, Polieter sulfon, PES,

dan Polieter eterketon (PEEK).

2) Thermoset

Thermoset tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversible). Bila

sekali pengerasan telah terjadi makan bahan tidak dapat dilunakkan kembali.

Pemanasan yang tinggi tidak akan melunakkan thermoset melainkan akan

membentuk arang dan terurai kerena sifatnya yang demikian sering digunakkan

sebagai tutup ketel, seperti jenis-jenis melamin. Plastic jenis thermoset tidak

begitu menarik dalam proses daur ulang karena selain sulit penangannya juga

volumenya jauh lebih sedikit (sekitar 10%) dari volume jenis plastic yang bersifat

termoplastik.

b. Komposit Matrik Logam ( Metal Matrix Composites – MMC)

Metal Matrix Composites adalah salah satu jenis komposit yang memiliki

matrik logam. Material MMC mulai dikembangkan sejak tahun 1996. Pada

mulanya yang diteliti adalah Continous Filamen MMC yang digunakan dalam

aplikasi aerospace.

Kelebihan MMC dibandingkan dengan PMC:

1) Transfer tegangan dan regangan baik.

(40)

23 3) Tidak menyerap kelembapan.

4) Tidak mudah terbakar.

5) Kekuatan tekan dan geser yang baik.

6) Ketahanan aus dan muai ternal yang lebih baik.

Kekurangan MMC:

1) Biayanya mahal.

2) Standarisasi material dan proses yang sedikit.

Proses pembuatan MMC:

1) Powder metallurgy.

2) Casting/liquid ilfiltration.

3) Compocasting.

4) Squeeze casting.

c. Komposit Matrik Keramik ( Ceramic Matrix Composites – CMC )

CMC merupakan material 2 fasa dengan 1 fasa berfungsi sebagai

reinforcement dan 1 fasa sebagai matriks, dimana matriknya terbuat dari keramik.

Reinforcement yang umum digunakkan pada CMC adalah oksida, carbide, dan

nitrid. Salah satu proses pembuatan dari CMC yaitu dengan proses DIMOX, yaitu

proses pembentukan komposit dengan reaksi oksidasi leburan logam untuk

pertumbuhan matriks keramik disekeliling daerah filler (penguat). Matrik yang

sering digunakan pada CMC adalah:

1) Gelas anorganic

(41)

24 3) Alumina.

4) Silicon Nitrida.

Keuntungan dari CMC :

1) Dimensinya stabil bahkan lebih stabil daripada logam.

2) Sangat tangguh bahkan hamper sama dengan ketangguhan dari cast iron.

3) Mempunyai karakteristik permukaan yang tahan aus.

4) Unsur kimianya stabil pada temperature tinggi.

5) Tahan pada temperature tinggi (creep).

Kerugian dari CMC :

1) Sulit untuk diproduksi dalam jumlah besar.

2) Relative mahal dan non-cot effective.

3) Hanya untuk aplikasi tertentu.

Adapun pembagian komposit berdasarkan penguatnya dapat dilihat dari Gambar

2.9

Gambar 2. 9 Pembagian komposit berdasarkan penguatnya

Dari gambar 2.9 komposit berdasarkan jenis penguatnya dapat dijelaskan sebagai

(42)

25

a. Particulate composite, penguatnya berbentuk partikel.

b. Fibre composite, penguatnya berbentuk serat.

c. Structural composite, cara penggabungan material komposit.

Adapun Ilustrasi dari komposit berdasarkan penguatnya dapat dilihat pada gambar

2.10 illustrasi komposit berdasarkan penguatnya.

Gambar 2. 10 Ilustrasi komposit berdasarkan penguatnya

a. Partikel sebagai penguat ( Particulate composite)

Keuntungan komposit yang disusun oleh reinforcement berbentuk partikel.

1) Kekuatan lebih seragam pada berbagai arah.

2) Dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan meningkatkan

kekerasan material.

3) Cara penguatan dan pengerasan oleh patikulat adalah dengan

menghalangi pergerakan dislokasi.

Proses produksi pada komposit yang disusun oleh reinforcement berbentuk

partikel:

1) Metalurgi Serbuk

2) Infiltration Process

(43)

26 4) Stir Casting

5) Spray Deposition

Panjang partikel dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

1) Large particle

Komposit yang disusun oleh reinforcement berbentuk pertikel, dimana

interaksi Antara partikel dan matrik terjadi tidak dalam skala atomic atau

molecular. Partikel seharusnya berukuran kecil dan terdistribusi merata. Contoh

dari large particle composite adalah cemet dengan sand atau gravel, cemet

sebagai matriks dan sand sebagai atau gravel, cemet sebagai matriks dan sand

sebagai partikel, Sphereodite steel ( cementite sebagai partikulat ), Tire (carbon

sebagai partikulat), Oxide- Base Cermet (Oksida logam sebagai partikulat).

Gambar 2.11

Gambar 2. 11 a. Flat flakes sebagai penguat (flakes composites) b. Fillers sebagai penguat (filler composite)

2) Dispersion strengthenend particle

a) Fraksi partikulat sangat kecil, jarang lebih dari 3%.

(44)

27 b. Fiber sebagai penguat ( Fiber composites)

Fungsi utama dari serat adalah sebagai penopang kekuatan dari komposit,

sehingga tinggi rendahnya kekuatan komposit sangat tergantung dari serat yang

digunakan, karena tegangan yang dikenakan pada komposit mulanya diterima

oleh matrik akan diteruskan kepada serat, sehingga serat akan menahan beban

sampai beban maksimum. Oleh karena itu serat harus mempunyai tegangan Tarik

dan modulus elastisitas yang lebih tinggi daripada matrik penyusun komposit.

Fiber yang digunakan harus memiliki syarat sebagai berikut:

a) Mempunyai diameter lebih kecil dari diameter bulknya (matriksnya)

namun harus lebih dari bulknya.

b) Harus mempunyai tensile strength yang tinggi.

Parameter fiber dalam pembuatan komposit, yaitu sebagai berikut:

a) Distribusi c) Orientasi d) Bentuk

b) Konsentrasi e) Ukuran

(45)

28

Gambar 2. 12 Tipe Serat pada Komposit

a) Continuous Fiber Composite.

Contiuous atau uni-directional, mempunyai susunan serat panjang dan

lurus, membentuk lamina diantara matriksnya. Jenis komposit ini paling

banyak digunakan. Kekurangan tipe ini adalah lemahnya antar lapisan. Hal ini

dikarenakan kekuatan antar lapisan dipengaruhi oleh matriksnya.

b) Women Fiber Composite (bi-directional).

Komposit ini tidak mudah terpengaruh pemisahan antar lapisan karena

susunan seratnya juga mengikat antar lapisan. Akan tetapi susunan serat

memanjangnya yang tidak begitu lurus mengakibatkan kekuatan dan kekakuan

tidak sebaik tipe continuous fiber.

c) Discontinuous Fiber Composite (chopped fiber composite).

Komposit dengan tipe serat pendek dibedakan menjadi 3, seperti yang

(46)

29

Gambar 2. 13 Tipe Discontinuous Fiber

1) Aligned discontinuous fiber

2) Off-axis aligned discontinuous fiber

3) Randomly oriented discontinuous fiber.

Randomly oriented discontinuous fiber merupakan komposit dengan serat

pendek yang tersebar secara acak diantaranya matriknya. Tipe acak sering

digunakan pada produksi dengan volume besar karena factor biaya manufakturnya

yang lebih murah. Kekurangan dari jenis serat acak adalah sifat mekanik yang

masih dibawah dari penguatan dengan serat lurus pada jenis serat yang sama.

d) Hybrid fiber composite

Hybrid fiber composite merupakan komposit gabungan Antara tipe serat

lurus dengan serat acak. Pertimbangan supaya dapat mengeliminir kekurangan

sifat dari kedua tipe dan dapat menggabungkan kelebihannya.

2.6 Serat

Serat adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan komponen yang

membentuk jaringan memanjang yang utuh. Serat dibagi menjadi dua kategori,

(47)

30

serat yang langsung diperoleh di alam. Sedangkan serat buatan menurut jumaeri

(1977:35), yaitu “ serat yang molekulnya disusun secara sengaja oleh manusia,

sifat-sifat umum dari serat buatan yaituu kuat dan tahan terhadap gesekan.

2.6.1 Serat Alami

Serat alami meliputi serat yang diproduksi oleh tumbuh-tumbuhan, hewan,

dan proses geologis seperti pada Gambar 2.13 serat jenis ini bersifat dapat

mengalami pelapukan. Serat alami dapat digolongkan ke dalam :

1. Serat tumbuhan/serat pangan biasanya tersusun atas selulosa hemiselulosa,

dan kadang-kadang mengandung lignin. Contoh dari serat jenis ini yaitu

katun dan kain ramie. Serat tumbuhan digunakan sebagai bahan pembuat

kertas dan tekstil. Serat tumbuhan juga penting bagi nutrisi manusia.

2. Serat kayu berasal dari tumbuhan berkayu.

3. Serat hewan, umumnya tersusun atas protein tertentu. Conoh dari serat hewan

yang dimanfaatkan oleh manusia adalah sutra da bulu domba (wol)

2.6.2 Serat Sintetis

Serat sintetis atau serat buatan manusia umumnya berasal dari bahan

petrokimia. Namun demikian ada pula serat sintetis yang dibuat dari selulosa

alami seperti rayon pada Gambar 2.14 menampilkan jenis-jenis serat sintesis

2.6.3 Serat kaca

Serat kaca (fiberglass) atau sering disebut dengan serat gelas adalah kaca

cair yang ditarik menjadi serat tipis dengan garis tengah sekitar 0,005-0,01 mm.

serat ini dapat dipintal menjadi benang atau ditenun menjadi kain yang kemudian

(48)

31

Gambar 2.14 menunjukkan gambar dari serat kaca. Sifat-sifat fiber-glass sebagai

berikut :

a. Density cukup rendah (sekitar 2,55 g/cc)

b. Tensile strenghtnya cukup tinggi (sekitar 1,8 GPa).

c. Biasanya stiffnessnya rendah (70GPa).

d. Stabilitas dimensinya baik.

e. Tahan terhadap korosi.

Keuntungan dari penggunaan fiber-glass.

a. Biaya yang relative murah.

b. Tahan terhadap korosi.

c. Biaya lebih relative rendah dari komposit lainnya.

Kerugian dari penggunaan fiber-glass yaitu sebagai berikut :

a. Kekuatannya relative lebih rendah.

b. Elongasinya tinggi

c. Kekuatan dan beratnya sedang ( moderate )

Jenis-jenisnya Antara lain :

a. E-glass

b. C-glass

(49)

32

Gambar 2. 14 Serat Kaca

(50)

33

(51)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Diagram penelitian

Langkah kerja penelitian

Mulai

Pembelian alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan kincir angin

Menentukan variabel penelitian Perancangan desain kincir angin

Uji coba sudu

Pembuatan sudu bahan komposit

TIDAK

Penngambilan data

Hasil penelitian, perhitungan, pengolahan data dan pembahasan

Kesimpulan dan saran

(52)

35

Ada tiga jenis perlakuan metode untuk melakukan penelitian ini, yaitu :

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian keputakaan dilakukan dengan membaca literature – literature

yang berhubungan dengan penulisan tugas akhir ini serta dapat dipertanggung

jawabkan kebenarannya.

2. Pembuatan Alat

Pembuatan alat uji kincir angin dilakukan di Laboratorium Konversi

Energi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Kincir angin yang sudah jadi

dipasang pada wind tunnel dan motor listrik sebagai suber tenaga untuk emutar

fan blower yang menghasilkan tenaga angin untuk memutar kincir.

3. Pengamatan Secara langsung (Observasi)

Metode obsevasi ini dilakukan dengan mengamati secara langsung

terhadap objek yang diteliti yaitu kincir angin jenis propeller pada wind tunel.

3.2 Alat dan Bahan

Model kincir angin propeler dengan bahan komposit. Kincir ini dibuat

dengan diameter 1 meter.

3.2.1 Sudu kincir angin

Ukuran panjang sudu kincir menentukan daerah sapuan angin yang

menerima energy angin sehingga dapat membuat dudukan sudu atau turbin

berputar. Semua sudu memiliki bentuk dan ukuran yang sama, sudu kincir angin

(53)

36

Gambar 3. 1 Blade atau Sudu

3.2.2 Dudukan sudu

Dudukan sudu yang merupakan bagian komponen yang berfungsi untuk

pemasangan sudu dan juga untuk mengatur kemiringan sudu. Dudukan sudu ini

memiliki dua belas buah lubang untuk pemasangan sudu, untuk mengatur sudu

kemiringan cukup memutar kemiringan plat dudukan sudu. Posisi plat dudukan

dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan. Dudukan sudu dapat dilihat

pada Gambar 3.2.

(54)

37 3.2.3 Fan blower.

Fan blower berfungsi untuk menghisap udara memutar kincir angin, fan

blower dengan power sebesar15 Hp. Gambar 3.3 akan menunjukkan bentuk dari

fan blower.

Gambar 3. 3 Fan Blower

3.2.4 Tachometer.

Tachometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan putaran

poros kincir angin yang dinyatakan dalamsatuan rpm (rotation per minute). Jenis

tachometer yang digunakan adalah digital light tachometer, cara kerjanya cukup

sedherhana meliputi 3 bagian, yaitu : Sensor, pengolah data dan penampil.

(55)

38

Gambar 3. 4 Tachometer

3.4.5 Timbangan digital.

Timbangan digital digunakan untuk mengetahui beban generator pada saat

kincir angin berputar. Gambar 3.6 menunjukkan bentuk dari Timbangan Digital

yang digunakan dalam penelitian. Timbangan digital ini diletakkan pada bagian

lengan generator.

(56)

39 3.2.6 Anemometer.

Anemometer berfungsi untuk mengukur kecepatan angin, Gambar 3.6

menunjukkan bentuk dari anemometer.

Gambar 3. 6 Anemometer

3.2.7 Voltmeter.

Voltmeter digunakan untuk mengukur tegangan yang dihailkan kincir

angin oleh setiap variasinya. Gambar Voltmeter seperti ditujukkan pada Gambar

3.7.

(57)

40 3.2.8 Amperemeter.

Amperemeter digunakan untuk mengukur arus yang dihasilkan oleh kincir

angin dengan setiap variasinya. Gambar amperemeter seperti ditunjukkan pada

Gambar 3.8.

Gambar 3. 8 Amperemeter

3.2.9. Potensio.

Potensio bersfungsi untuk mengatur peningkatan atau pengurangan arus

yang masuk pada lampu pembeban yang ditunjukkan pada Gambar 3.9

(58)

41 3.2.10.Lampu pijar

Lampu pijar ini berfungsi sebagai beban atau pengereman putaran kincir, dimana

jika lampu semakin teranng maka putaran kincir akan semakin rendah. Gambar

lampu pijar ditunjukkan pada Gambar 3.10

Gambar 3. 10 Lampu Pijar

3.2.11.Pembebanan.

Pembebanan yang dilakukan dengan menggunakan lampu bermaksud

untuk mengetahui performa kincir angin. Variasi voltase lampu yang diberikan

bermaksud supaya data yang dihasilkan lebih bervariasi. Lampu yang digunakan

adalah lampu 60 watt sebanyak 5 buah, lampu 40 watt sebanyak 5 buah. Gambar

pembebanan lampu seperti ditunjukkan pada Gambar 3.11

SUMBER

V

Beban A

Beban

(59)

42 3.3 Desain Sudu

Desain kincir angin yang dibuat seperti yang ditunjukkan pada Gambar

3.10. Gambar tersebut menunjukkan bahwa kincir angin yang dibuat panjang

diameternya berukuran 1 m dengan lebar maksimum sudu 16 cm. Gambar 3.12

menunjukkan desain dari sudu kincir angin. Dengan kelengkungan pipa pvc 8

inch dari tampak depan

Gambar 3. 12 Desain Sudu

3.4 Pembuatan sudu atau Blade Kincir Angin

Pada pembuatan sudu ini ada beberapa tahapan :

3.4.1 Alat dan Bahan

Pembuatan sebuah sudu / blade merupakan proses yang dilakukan secara

bertahap serta membutuhkan alat dan bahan, seperti yang ditunjukkan oleh Tabel

(60)

43

Tabel 3. 1 Alat dan Bahan Pembuatan Sudu

ALAT BAHAN

Bor Tepumg

Kuas Resin

penjepit Harderner

Gerinda Serat gelas

Amplas Isolasi

Timbangan Pipa 8 inchi

Kertas karton Plat besi

Gunting

3.4.2 Proses Pembuatan Sudu atau Blade

Dalam proses pembuatan sudu atau blade dilakukan dengan beberapa

tahapan.

Tahapan - tahapan pembuatan sudu seperti berikut :

A. Pembuatan Cetakan Pipa :

1. Memotong pipa 8 inchi dengan panjang 50 cm.

Pipa 8 inchi berfungsi sebagai mal atau cetakan dari proses pembuatan sudu

kincir angin yang berbahan dari komposit. Proses memotong menggunakan

gerinda dengan panjang pipa yang diinginkan adalah 50 cm. setelah pipa

(61)

44

pembentukan pipa dengan mal kertas agar lebih mudah dilakukan. Pipa yang

digunakan adalah Pipa Wavin D 8 inchi ditunjukkan pada Gambar 3.13

Gambar 3. 13 Pemotongan Pipa

2. Membentuk Mal atau cetakan kertas

Mal atau cetakan kertas mempermudah pembentukan pipa menjadisebuah

sudu / blade. Mal ditempelkan pada pipa kemudian pipa ditandai sesuai mal

menggunakan spidol. Ditunjukkan pada Gambar 3.14

(62)

45 3. Membentuk pipa dengan mal kertas.

Pipa yang telah ditandai oleh mal kertas, kemudian dipotong menggunakan

gerinda. Proses pembentukan ini dilakukan secara bertahap, pemotongan di mulai

dari garis mal yang mudah dipotong ditunjukkan pada Gambar 3.15

Gambar 3. 15 Membentuk Pipa dengan Kertas

4. Menghaluskan pipa.

Setelah pipa yang telah dibentuk sesuai dengan bentuk dari mal kertas,

kemudiantepi - tepi pipa dihaluskan menggunakan amplas. Hal ini bertujuan

untuk mencapai sebuah presisi ukuran dan estetika dari pipa.

B. Proses pencetakan sudu :

1. Pelapisan cetakan pipa.

Setelah cetakan dari pipa telah siap, kemudian dilanjutkan pada tahap dua

yaitu pembuatan sudu atau blade. Sebelum perpaduan dari resin dan hardener

(63)

46

bertujuan agar sudu yang sudah jadi tidak menempel pada cetakan dan

mempermudah untuk melepas sudu dari cetakan ditunjukkan pada gambar 3.16

Gambar 3. 16 Pelapisan Cetakan dengan Plester

2. Pencampuran Resin dan Harderner.

Pencampuran resin dan harderner dilakukan dengan perbandingan 5 : 1. Resin

berfungsi untuk mengeraskan campuran, hardener adalah bahan yang dikeraskan.

(64)

47

Gambar 3. 17 Proses Pencampuran Resin dan Hardener 3. Pembuatan Sudu atau Blade.

Dalam membuat sudu dengan bahan komposit yang terdiri dari Resin,

Hardener dan Serat Glass. Proses pembuatan sudu atau blade dilakukan secara

berulang dan cepat. Karena saya mengharapkan sebuah sudu yang jadi nantinya

terdiri dari beberapa lapis glass sesuasi variasi yang ditentukan. Diantara lapisan

kedua dan ketiga serat glass diberikan sebuah plat besi pada pangkal sudu yang

berukuran 2 cm x 10 cm. Pemberian sebuah plat pada lapisan serat glass bertujuan

untuk menambah ketahanan pangkal sudu terhadap gaya tekan yang diberikan

oleh baut.

Langkah - langkah pembuatan sudu sebagai berikut :

a. Mengoleskan campuran resin dan harderner pada permukaan pipa yang

telah dilapisi isolasi menggunakan kuas.

b. Menempelkan lapisan pertama serat gelas pada cetakan yang telah

(65)

48

c. Mengoleskan campuran resin dan harderner pada lapisan serat glass

pertama

d. Menempelkan serat glass untuk lapisan kedua.

e. Mengoleskan campuran resin dan harderner pada lapisan serat glass kedua.

f. Menempelkan plat besi diantara lapisan kedua dan ketiga serat glass.

g. Menempelkan lapisan ketiga serat glass.

h. Mengoleskan campuran resin dan harderner pada lapisan ketiga serat glass.

i. Menempelkan cetakan setelah dioles lapisan ketiga

j. Setelah itu cetakan dijepit dengan penjepit. Penjepitan dilakukan agar tidak

ada gelembung udara pada proses pencetakan.

4. Pengeringan Sudu atau Blade.

Setelah proses pembuatan sudu selesai dilakukan, kemudian sudu atau blade

dikeringkan dengan cara dijemur dibawah matahari. Proses pengeringan yang

dilakukan dibawah matahari memerlukan waktu 2 – 3 hari.

5. Finishing Sudu atau Blade.

Proses finishing sudu atau blade meliputi : pemotongan, penghalusan,

pengurangan berat sudu. Yang dimaksud pengurangan berat sudu adalah

menyamakan berat sudu menjadi 200 gram menggunakan timbangan duduk

(66)

49 6. Pembuatan Lubang Baut.

Pembuatan lubang pada sudu dilakukan menggunakan bor dengan diameter

lubang baut 10mm.

3.5 Langkah Penelitian

Gambar 3. 18 Skema Penelitian

Langkah yang dilakukan sebelum pengembilan data penelitian adalah

pemasangan kincir angin di depan fan blower, pemasangan komponen poros

penhubung kincir angin dengan sistem pembebanan lampu yang berada dibagian

belakang kincir angin. Proses pengambilan data Kecepatan Angin, Putaran Poros

(rpm), tegangan, arus listrik dan pembebanan kincir angin, penelitian mengunakan

3 sudu ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu :

1. Poros kincir dihubungkan dengan ekanisme pembebanan lampu.

2. Memasang Blade / Sudu pada dudukan sudu.

(67)

50 kecepatan angin.

4. Memasang timbangan digital gantung pada lengan generator.

5. Memasang generator pada poros kincir angin.

6. Merngkai pembebanan lampu pada generator.

7. Jika sudah siap, fan blower dihidupkan untuk memutar kincir angin.

8. Percobaan pertama kincir angin dua sudu dengan kecepatan angin 5 m/s,

percobaan kedua kincir angin dengan kecepatan 7 m/s.

9. Untuk mengatur kecepatan angin dalam terowongan angin dengan cara

memundurkan jarak gawang kincir angin terhadap fan blower agar dapat

menentukan variasi kecepatan angin.

10. Bila kecepatan angin dan variasi beban telah sesuai dengan yang

diinginkan, maka pengukuran dapat dilakukan dengan membaca massa

pengimbang yang terukur pada timbangan digital.

11. Mengukur kecepatan angin dengan menggunakan anemometer dan

kecepatan kincir angin dengan menggunakan tachometer.

(68)

51

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1.

Data hasil pengujian

Dari hasil pengujian sudu ditunjukkan pada tabel 4.1, tabel 4.2, tabel 4.3, tabel 4.4, tabel 4.5, dan tabel 4.6

Tabel 4. 1 Data pengujian tiga sudu dengan massa 0.20 kg dan kecepatan 5 m/s

(69)

52

Tabel 4. 2 Data pengujian tiga sudu dengan massa 0.24 kg dan kecepatan 5 m/s

NO Kec.Angin Putaran Gaya Tegangan Arus

Tabel 4. 3 Data pengujian tiga sudu dengan massa 0.33 kg dan kecepatan 5 m/s

(70)

53

(71)

54

(72)

55

Tabel 4. 6 Data pengujian tiga sudu dengan massa 0.33 kg dan kecepatan angin 7 m/s

NO Kec.Angin rerata

Putaran kincir Gaya pengimbang Tegangan Arus

m/s n (rpm) F (gram) Volt Ampere

4.2Pengolahan data dan perhitungan

Dalam pengolahan data yang digunakan beberapa asumsi untuk

mempermudah pengolahan dan perhitungan data sebagai berikut :

a. Percepatan gravitasi bumi (ɡ) = 9,81 m/s2

b. Massa jenis udara (ρ) = 1,18 kg/m3

(73)

56 4.2.1 Perhitungan daya angin

Sebagai contoh perhitungan di bawah ini menggunakan data pengujian kincir angin dua sudu variasi berat 0,20 kg dan kecepatan angin 5 m/s. maka diketahui

bahwa massa jenis udara (ρ) = 1,18 kg / m3, luas penampang (Α) = 0,785 m2 dan

kecepatan angin (v) = 5 m/s. Sehingga dapat dihitung angin sebesar: Pin = ½ ρ A v3

Pin = ½ × 1,18 × 0,785 × 53 Pin = 58 Watt

Jadi daya angin yang dihasilkan sebesar 58 Watt.

4.2.2 Perhitungan torsi

Sebagai contoh perhitungan diambil dari pengujian yang dilkukan besar torsi dapat kita hitung. Diambil dari tabel 4.7 pada pengujian kesebelas. Dari data yang diperoleh besaran gaya (F) = 1,86 N dan jarak lengan torsi ke poros sebesar 0,27 m, maka torsi dapat dihitung :

T = F × l T = 1,86 × 0,27 T = 0,50 N.m

Jadi torsi yang dihasilkan sebesar 0,50 N.m.

4.2.3 Perhitungan daya kincir mekanis

Sebagai contoh perhitungan diambil dari Tabel 4.7 pada pengujian kesebelas diperoleh putaran poros (n) sebesar 238 rpm, dan torsi yang telah diperhitungkan pada sub bab 4.2.2 sebesar (T) = 0,33 N.m, maka besarnya daya kincir dapat dihitung:

(74)

57 4.2.4 Perhitungan daya listrik

Sebagai contoh perhitungan daya listrik diambil dari Tabel 4.7 pada pengujian kesebelas. Diperoleh tegangan sebesar 15,5 volt dan arus sebesar 0,46 ampere, maka daya listrik dapat dihitung :

Plistrik = V × I Plistrik = 15,5 × 0,46 Plistrik = 7,13 Watt

Jadi daya listrik yang dihasilkan sebesar 7,13Watt

4.2.5 Perhitungan tip speed ratio (tsr)

Sebagai contoh perhitungan diambil dari Tabel 4.7 pad pengujian kesebelas diperoleh putaran poros kincir angin sebesar 238 rpm, jari – jari kincir angin sebesar (r) = 0,5 m, dan kecepatan angin sebesar 5 m/s, maka tip speed ratio dapat dihitung :

Jadi tip speed ratio yang diperoleh sebesar 2,45

4.2.6 Perhitungan koefisien daya (cp)

Sebagai contoh pehitungan diambil dari perhitungan diatas yakni, daya

angin pada sub bab 4.2.1 sebesar 50 Watt dan daya yang dihasilkan kincir angin

pada sub bab 4.2.3 sebesar 12,54 watt, maka koefisien dapat dihitung :

Cp = 𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑃𝑖𝑛

Cp = 12,5450 × 100 %

(75)

58 4.3 Data hasil perhitungan

Parameter telah didapat dari penelitian diolah dengan software Microsoft

Excel untuk menampilkan tabel dan grafik hubungan antara beban torsi (F) dan

putaran poros kincir (n), grafik hubungan antara torsi (F) dan daya kincir mekanis

(Pout), grafik hubungan antara torsi (F) dan daya listrik (Plistrik), dan grafik

hubungan antara tip speed ratio (tsr) dan koefisien daya (Cp). Ditunjukkan pada

Tabel 4.7

(76)

59

(77)

60

(78)

61

(79)

62

(80)

63

(81)

64 4.4 Grafik hasil perhitungan

pengolahan data pada sub Bab 4.1, 4.2 dan 4..3 mendapatkan hasil

grafik-grafik hubungan Antara grafik-grafik hubungan dengan putaran poros kincir (n) dan torsi

(F), grafik hubungan antara daya kincir mekanis (Pout) dan torsi (F), grafik

hubungan antara daya listrik (Plistrik) dengan torsi (F) dan grafik hubungan antara

koefisien daya (Cp) dengan tip speed ratio (tsr). Penjelasan untuk grafik diatas

lebih lengkapnya dapat dilihat pada grafik berikut

4.4.1 Grafik hubungan Antara putaran kincir (n) dan torsi (T) pada

tiga variasi berat sudu dengan kecepatan 5 m/s.

Grafik dari data tabel 4.7, 4.8 dan 4.9 yang sudah diperoleh pada

perhitungan sebelunya, dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan Antara

putaran poros kincir (n) dan torsi (T) pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa nilai

putaran poros kincir (n) yang dihasilkan dengan variasi berat sudu 0.20 kg sebesar

318 rpm pada torsi (T) sebesar 0,21 N.m sedangkan nilai putaran poros kincir (n)

yang dihasilkan pada berat sudu 0,24 sebesar 283 rpm pada torsi (T) sebesar 0,23

N.m dan nilai puncak putaran poros kincir (n) yang dihasilkan dengan variasi

berat 0,33 kg sebesar 262 pada torsi (T) sebesar 0,21 N.m. ditunjukkan pada

(82)

65

Grafik 4. 1 Grafik hubungan antara putaran poros kincir dengan torsi pada kecepatan angin 5 m/s

4.4.2 Grafik Hubungan antara Daya Mekanis Pout (watt) dan Torsi (T) pada

Tiga Variasi Berat Sudu dengan kecepatan 5 m/s

Data dari tabel 4.7, 4.8 dan tabel 4.9 yang sudah diperoleh pada

perhitungan sebelumnya dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan Antara

daya mekanis (Pout) dan torsi (T). pada gambar 4.2 menunjukkan bahwa nilai

puncak daya mekanis (Pout) yang dihasilkan dengan variasi berat sudu 0,20 kg

adalah 12,66 watt pada torsi (F) sebesar 0,52 N.m sedangkan nilai puncak daya

mekanis (Pout) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,24 kg adalah 10,02 watt

pada torsi (T) sebesar 0,44 N.m dan nilai puncak daya mekanis (Pout) yang

dihasilkan dengan variasi berat 0,33 kg adalah 7,86 watt pada torsi (T) sebesar

0,36 N.m ditunjukkan pada Gambar grafik 4.2 0

100 200 300 400

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60

(83)

66

Grafik 4. 2 Grafik hubungan antara daya mekanis (Pout) dengan torsi (T) pada

kecepatan angin 5 m/s

4.4.3 Grafik Hubungan antara Daya Listrik (Watt) dan Torsi (T) pada Tiga

Variasi Berat Sudu dengan Kecepatan 5 m/s.

Data dari tabel 4.7 4.8 dan tabel 4.9 yang sudah diperoleh pada

perhitungan sebelumnya, dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan

Antara daya listrik (Watt) dan torsi (T) pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa nilai

puncak daya listrik (Watt) yang dihasilkan dengan variasi berat sudu 0,20 kg

adalah 7,50 watt pada torsi (T) sebesar 0,52 N.m sedangkan nilai puncak daya

listrik (watt) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,24 kg adalah 5,59 watt pada

torsi (T) sebesar 0,44 N.m dan nilai puncak daya listrik (Watt) yang dihasilkan

dengan variasi berat 0,33 kg adalah 2,65 Watt pada torsi (T) sebesar 0,36 N.m.

ditunjukkan pada Gambar grafik 4.3. 0

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60

(84)

67

Grafik 4. 3 Grafik hubungan antara daya listrik (Watt) dengan torsi (T) pada kecepatan angin 5 m/s

4.4.4 Grafik hubungan Antara putaran poros kincir (n) dan torsi (T) pada

Tiga variasi berat sudu dengan kecepatan 7 m/s.

Grafik dari data tabel 4.10, 4.11 dan 4.12 yang sudah diperoleh pada

perhitungan sebelunya, dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan Antara

putaran poros kincir (n) dan torsi (T) pada gambar 4.4 menunjukkan bahwa nilai

putaran poros kincir (n) yang dihasilkan dengan variasi berat sudu 0.20 kg sebesar

412 rpm pada torsi (T) sebesar 0,24 N.m sedangkan nilai putaran poros kincir (n)

yang dihasilkan pada berat sudu 0,24 sebesar 414 rpm pada torsi (T) sebesar 0,21

(85)

68

Grafik 4. 4 Grafik hubungan antara putaran poros kincir (n) dan torsi (T) pada kecepatan angin 7m/s

4.4.5 Grafik hubungan Antara daya mekanis Pout dan torsi (T) pada tiga

variasi

berat sudu dengan kecepatan angin 7 m/s.

Data dari tabel 4.10, 4.11 dan tabel 4.12 yang sudah diperoleh pada

perhitungan sebelumnya dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan Antara

daya mekanis (Pout) dan torsi (T). pada gambar 4.5 menunjukkan bahwa nilai

puncak daya mekanis (Pout) yang dihasilkan dengan variasi berat sudu 0,20 kg

adalah 25,05 watt pada torsi (T) sebesar 0,79 N.m sedangkan nilai puncak daya

mekanis (Pout) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,24 kg adalah 25,80 watt

pada torsi (T) sebesar 0,0,81 N.m dan nilai puncak daya mekanis (Pout) yang

dihasilkan dengan variasi berat 0,33 kg adalah 18,97 watt pada torsi (F) sebesar

0,75 N.m ditunjukkan pada Gambar grafik 4.5. 0

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90

(86)

69

Grafik 4. 5 Grafik hubungan antara daya mekanis Pout Watt dan torsi (T) pada

kecepatan angin 7 m/s

4.4.6 Grafik hubungan Antara daya listrik (Watt) dan torsi (T) pada tiga

Variasi berat sudu dengan kecepatan 7 m/s.

Data dari tabel 4.10 4.11 dan tabel 4.12 yang sudah diperoleh pada

perhitungan sebelumnya, dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan

Antara daya listrik (Watt) dan torsi (T) pada gambar 4.6 menunjukkan bahwa nilai

puncak daya listrik (Watt) yang dihasilkan dengan variasi berat sudu 0,20 kg

adalah 18,22 watt pada torsi (T) sebesar 0,79 N.m sedangkan nilai puncak daya

listrik (watt) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,24 kg adalah 24,41 watt pada

torsi (T) sebesar 0,81 N.m dan nilai puncak daya listrik (Watt) yang dihasilkan

dengan variasi berat 0,33 kg adalah 16,07 Watt pada torsi (T) sebesar 0,75 N.m.

ditunjukkan pada Gambar grafik 4.6. 0

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00

Gambar

Grafik hasil perhitungan ........................................................................
Grafik 4. 1 Grafik hubungan antara putaran poros kincir dengan torsi ................ 65 Grafik 4
tabel dibawah
Tabel 1. 1. Penyediaan Energi Listrik di Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan diterapkanya manajemen pendidikan kecakapan hidup vokasional ( life skill vocational ) agar pesantren Baitul Hidayah Bandung mampu memberikan bekal dasar dan

Berdasarkan Tabel 6, dengan nilai signifikansi 0,001 < 0,05 ditambah dengan nilai F hitung (111,526) yang jauh lebih besar dari F tabel (2,71), maka dapat

Pedoman Pelayanan Kesehatan Bayi Berat LahirRendah (BBLR) dengan Perawatan Metode Kanguru di Rumah Sakit dan Jejaringnya.. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat

8 Sedangkan untuk analisis hubungan faktor risiko terhadap luaran perinatal didapatkan hasil terdapat hubungan antara usia ibu terhadap kematian perinatal, jumlah paritas

Tujuan penelitian ini adalah melakukan pengukuran volume ginjal janin pada usia 36 minggu yang merupakan waktu akhir dari nefrogenesis pada janin PJT dibandingkan dengan janin

Kariadi dan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas kombinasi nifedipin dan metildopa sebagai terapi pilihan dalam penanganan preeklampsia berat

Tujuan penelitian adalah mengangkat cerita rakyat, serta budaya Jawa seperti wayang dan batik sebagai elemen desain, dalam pembuatan suatu jenis dek Tarot yang baru..

“Analisis Pengaruh profitabilitas Likuiditas, Leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan pembagian Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI