• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab VII - DOCRPIJM c2e3713976 BAB VII9. B 7 Keterpaduan Berdasarkan Entitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Bab VII - DOCRPIJM c2e3713976 BAB VII9. B 7 Keterpaduan Berdasarkan Entitas"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | VII - 1

Bab VII

KETERPADUAN PROGRAM

BERDASARKAN ENTITAS

Keterpaduan berarti ada unsur-unsur yang dipadukan. Setiap unsur tentu memiliki

keunikan, akan tetapi terdapat bagian yang disamakan atau disetarakan dengan unsur

lainnya. Disebut keterpaduan entitas karena terdapat komponen kegiatan yang mempunyai

kesamaan teritori/lokasi yang diperlukan dalamrangka mendukung upaya pengembangan

wilayah pada entitas yang sama. Selain dari itu, setiap program/kegiatan pembangunan

akan berlokasi dalam wadah ruang. Dalam konteks ruang inilah, lokasi pembangunan

dideliniasi berdasarkan karakternya dengan pendekatan homogenitas regional. Deliniasi

wilayah dengan pendekatan homogenitas regional dalam persfektif administrasi wilayah

inilah yang secara generik dimaknai dengan Entitas, yaitu: Entitas Regional; Kab./Kota;

Kawasan dan Entitas Lingkungan. Konsep enitas ini dikembangkan dalam rangka

menyusun keterpaduan seluruh program pembangunan bidang Cipta Karya yang

terintegrasi dengan berbagai kebijakan. Dalam konteks inilah Direktorat Jenderal Cipta

Karya merumuskan Design Program Keterpaduan yang manipestasinya diwujudkan dalam

bentuk usulan program/kegiatan yang dikelompokan menurut 4 (empat) skala entitas yaitu

entitas regional, entitas kabupaten/kota, entitas kawasan, dan entitas

lingkungan/komunitas. Pelaksanaan pembangunan dengan pendekatan enitas ini menjadi

penting karena, terkait dengan kewenangan pemerintah menurut tingkatannya.

7.1 Konsep Keterpaduan Program Berdasarkan Entitas

Mengingat pembangunan infrastruktur tidaklah berdirisendiri, akan tetapi diperlukan

dalamrangka mendukung upaya pengembangan wilayah maka, perlu diselaraskan antara

upaya pengembangan wilayah dengan pelaksanaan pembangunan infrastruktur. Dalam

kaitannya dengan upaya pengembangan infrastruktur Bidang Cipta Karya di Wilayah

Kabupaten Bengkulu Selatan, perlu diidentifikasi tingkat kebutuhan infrastruktur

dalamrangka mendukung upaya pengembangan kegiatan sosial-ekonomi, khusunya

aspek-aspek strategis yang berpengaruh terhadap arah perkembangan, serta

kemungkinan-kemungkinan pengembangannya. Atas dasar itu maka, pada bagian Keterpaduan Program

(2)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | VII - 2

7.1.1 Keterpaduan Persfektif Pengembangan Wilayah

Terdapat banyak faktor mempengaruhi perkembangan suatu daerah, yang salah satunya

adalah keberadaaan infrastruktur yang tersedia. Karena itu dalam penyediaannya

disesuaikan dengan kebutuhan daerah. Dalam konteks ini pendekatan dalam melihat

keterkaitan antara kebutuhan infrastruktur adalah pendekatan sistem perwilayahan.

Secara konsepsional, pendekatan sistem perwilayahan yang diterapkan di negara kita adalah melalui “pengembngan wilayah berdasarkan klaster-klaster pengembangan” yang dideliniasi berdasarkan sektor andalan yang bersifat strategis pada masing-masing klaster.

Pendekatan perwilayahan ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain adalah:

1. Pengenalan wilayah dapat dilakukan secara lebih baik karena didasarkan atas tipologi

masing-masing kawasan, sehingga memudahkan melaksanakan pembangunan daerah

yang sesuai dengan potensi, kapasitas serta problem khusus masing-masing daerah.

2. Dimungkinkan dapat memperbaiki keseimbangan sosial ekonomi antar wilayah yang

lebih baik, sehingga disparitas perkembangan dapat diupayakan tidak terlalu tajam.

3. Alokasi program dan kegiatan pembangunan dapat lebih terarah. Dengan sendirinya

akan memudahkan dalam pengendalian serta evaluasi terhadap isu-isu strategis yang

dihadapi.

4. Keseluruhan kegiatan pembangunan, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun

masyarakat dan dunia usaha, akan lebih terkoordinasi dan terkendali.

7.1.2 Entitas Sebagai Suatu Pendekatan

Rumusan keterpaduan antar sektor dapat diwujudkan melalui integrasi antar kebijakan,

baik antar kegiatan sktoral maupun antar berbagai tingkatan/hirarki pemerintahan.

Instrumen yang digunakan dalam mengintegrasikan yang dimaksud adalah RTRW. Dalam

kaitan ini, terdapat beberapa upaya yang perlu dilakukan antara lain:

a. Menciptakan kesetaraan untuk memperoleh peluang dan akses bagi pembangunan

wilayah dalam satu kesatuan entitas secara adil dan demokratis bagi semua pihak.

b. Orientasi pelaksanaan pembangunan yang diselenggarakan oleh seluruh stakeholders

harus ditujukan dalam konteks pengembangan wilayah secara terpadu dan

berkelanjutan.

c. Pola penyelengaraan pemerintahan yang menitikberatkan bentuk dekonsentrasi,

pembantuan atau desentralisasi, perlu dirancang melalui proses perencanaan yang

(3)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | VII - 3 d. Pelaksanaan pembangunan tidak hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi

semata, tetapi juga harus mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan alam dan

lingkungan sosial. Karena itu harus diupayakan agar mengintegrasikan kebutuhan

pembangunan secara serasi dengan pertimbangan kondisi ekonomi, sosial, politik,

pertahanan keamanan dan daya dukung lingkungan bagi terselenggaranya

pembangunan berwawasan lingkungan yang didasarkan atas arahan RTRW.

e. Penyediaan prasarana dan sarana wilayah, baik diperkotaan maupun diperdesaan,

harus menunjang kebutuhan dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan peningkatan

kualitas hunian masyarakat.

Dalam rangka mengintegrasikan berbagai kebijakan sektoral, terdapat beberapa aspek yang

dirumuskan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bengkulu Selatan

yang harus menjadi rujukan. Rumusan RTRW tersebut dapat diperlihatkan seperti pada

Tabel 7.1. Berdasarkan substansi pengaturan dalam RTRW tersebut, dapat diidentifikasi

beberapa lokasi prioritas dengan berbagai fungsinya yaitu (lihat Tabel 7.2).

7.2 Program dan Kegiatan Kabupaten Bengkulu Selatan Berdasarkan Entitas

Sebagai wujud konsistensi antar kebijakan dengan pelaksanaan pembangunan, penyediaan

infrastruktur harus selaras dengan kebijakan menurut potensi sumberdaya yang akan

dimanfaatkan. Selain dari itu juga, pendekatan penyelenggaraan pembangunan yang

diterapkan adalah sistem perwilayahan melalui pengembngan wilayah berdasarkan

klaster-klaster pengembangan yang dideliniasi berdasarkan sektor andalan yang bersifat

strategis pada masing-masing klaster. Dalam konteks ini, pendekatan penyediaan

infrastruktur berdasarkan entitas yang dimaksud didasarkan pada Kawasan Strategis

Kabupaten Bengkulu Selatan sebagaimana yang diperlihatkan seperti pada Tabel 7.3.

7.2.1 Entitas Regional

Entitas regional didefinisikan sebagai suatu wilayah lintas batas administratif yang

memiliki kesamaan fungsi, antara lain fungsi ekonomi, sosial, dan lingkungan, yang

mendorong terjadinya kerjasama antar daerah. Pengembangan infrastruktur Bidang Cipta

Karya entitas regional yang didesign dalam rangka pemanfatan sumberdaya secara

bersama-sama, yang melibatkan Kabupaten Bengkulu Selatan belum teridentifikasi. Dalam

artian tidak terdapat komponen kegiatan yang pemanfaatan sumberdayanya dapat

(4)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | VII - 4 Tabel 7.1

Arahan RTRW Kabupaten Bengkulu Selatan untuk Bidang Cipta Karya

Arahan Pola Ruang Arahan Struktur ruang Kawasan Lindung Rencana Sistem Perkotaan

A. Kawasan hutan lindung A. Kawasan Permukiman Perkotaan (Ibukota Kecamatan)

1. HL Bukit Sanggul 1. Kayu Kunyit

2. HL Bukit Rajamandara 2. Kota Manna

3. HL Bukit Riki 3. Pasar Manna

B. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahnya B. Kawasan Permukiman Perdesaan (Ibukota Kecamatan)

1. Kawasan Resapan Air 1. Simpang Pino

2. Kawasan Perlindungan setempat 2. Tanjung Negara

a. Sempadan Pantai 3. Suka Negeri

b. Sempadan Sungai 4. Pasar Baru - Seginim

C. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, Cagar Budaya 5. Masat

1. Taman Wisata Alam 6. Pasar Pino

Taman Wisata Alam Lubuk Tapi – Kayu Ajaran 7. Gindo Suli D. Kawasan Rawan Bencana Alam 8. Lubuk Ladung

1. Rawan Gempa Bumi Rencana Sistem Jaringan Prasarana

Bagian Timur Laut Bengkulu Selatan A. Rencana Sistem Jaringan Transportasi 2. Kawasan Rawan Banjir 1. Jalan Lokal Primer

Sekitar Air Manna, yang daerah bantarannya telah berkembang permukiman

a. Kota Manna (PKW) – Manna (PKW) – Bunga Mas (PPL) (Kurawan – Pusat

Pemerintahan – Gn. Ayu – Jeranglah – Tumbuk Tebing)

E. Rawan Erosi dan Tanah Longsor b. Masat (PKL) – Pasar Baru (PPL) Kecamatan Pino Raya, Ulu Manna dan Kecamatan Kedurang Ilir c. Pasar Baru (PPL) – Tanjung Negara (PPL)

Kawasan Budidaya d. Masat (PKL) – Pasar Pino (PPL)

A. Hutan Produksi e. Pasar Pino (PPL) – Simpang Pino (PPK) 1. Hutan Produksi Terbatas (HPT) f. Kurawan (PKL) – Pusat Pemerintahan – Gn. Ayu (PKW) – Tb. Tebing (PKL) HPT Bukit Rabang, HPT Peraduan Tinggi dan HPT Air Kedurang 2. Jalan Lingkungan Primer

2. Hutan Produksi Tetap Pasar Baru (PPL) – Sukanegeri (PPL) HP Air Bengkenang Reg 80 Luas kurang lebih : 1.579 H B. Rencana Pengembangan Terminal

Kawasan Peruntukan Pertanian 1. Terminal Tipe B (Gunung Ayu) di Kota Manna (PKW) ; bersifat pengembangan

A. Pertanian Lahan Basah 2. Terminal Tipe C di Masat (PKL) ; bersifat pembangunan

Tersebar di 11 Kecamatan tang ada di Kab. Bengkulu Selatan 3. Terminal Tipe C di Tanjung Negara (PPK) dan Pasar Baru (PPL) ; bersifat pembangunan B. Kawasan Pertanian Lahan Kering C. Rencana Pengembangan Pelabuhan Nelayan Kecamatan Pino, Ulu Manna, Pino Raya dan Kedurang Pelabuhan Nelanan Di Pasar Bawah Kec. Manna

Kawasan Peruntukan Perkebunan Rencana Pengembangan Sumberdaya Air

Tersebar di 11 Kecamatan tang ada di Kab. Bengkulu Selatan A. Jaringan Air Minum

Kawasan Peruntukan Perikanan 1. SPAM Manna; debit air 70 liter/detik, melayani

2.712 sambungan

A. Budidaya Perikanan Psisir 2. SPAM Seginim; debit air 10 liter/detik, melayani 425 sambungan

bentangan pantai sepanjang 70 km 3. SPAM Kedurang, debit air 5 liter/detik, melayani 420 sambungan B. Budidaya Perikanan Tangkap Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lainnya Kawasan Peruntukan Pertambangan A. Sampah

Intensifikasi Pengelolaan

Kawan Peruntukan Industri Revitalisasi TPA Pasar Bawah Industri Pengolahan Ikan: di Pino dan Pino Raya serta Manna

Kawasan Pariwisata

A. Pariwisata Budaya

Meriam Anak Jina di Desa Palak Bengkerung di Kec. Air Nipis, Meriam Honey Sweet Horizon di Kel. Belakang gedung Pasar Manna, Bunker Kel. Belakang gedung Pasar Bawah Kec. Pasar Manna, Batu Golmen di Kec. Pino, Batu Tapak Kaki Kambing Hutan di Desa Batu Aji Kec. Ulu Manna, Patilasan Pertapaan Gajah Mada di Dusun Tingi, Kec. Air Nipis

B. Pariwisata Alam

Wisata Alam Bahari: Pantai Wisata Pasar Bawah di Kec. Kota Manna Wisata Air Terjun:Air Terjun Geluguran di Desa Batu Aji, Kecamatan Ulu

Manna dan Air Terjun Tiga Tingkat di Batu Aji, Kecamatan Ulu Manna

Kawasan Peruntukan Permukiman

A. Permukiman Perkotaan

Kecamatan Manna, Kota Manna dan Kecamatan Pasar Manna dan di

ibukota kecamatan lain yang ada di Kabupaten Bengkulu Selatan

(5)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | VII - 5

TABEL 7.2

IDENTIFIKASI LOKASI PRIORITAS BIDANG CIPTA KARYA BERDASARKAN RTRW KABUPATEN BENGKULU SELATAN

No Lokasi Prioritas Kecamatan Kelurahan Luas

1 2 3 4 5

II. Arahan Kawasan Strategis Kab/Kota (KSK)

1. Kawasan strategis perkotaan meliputi

Kecamatan Kota Manna, Kecamatan Pasar Manna dan Kecamatan Manna

2. Kegiatan pengembangan agroindustri Kecamatan Pino dan

Kecamatan Pino Raya

3. Kegiatan pengembangan agropolitan dan minapolitan

IV Arahan Lokasi Prioritas Bidang Cipta Karya (Kumuh, Rawan Air, dsb..)

A Kawasan Kumuh Berdasarkan SK

Kumuh

1 Pasar Ampera Pasar Manna Pasar Ampera 7,4

2 Pasar Kutau Kota Manna Pasar Kutau 5,4

3 Pasar Bawah Pasar Manna Pasar Bawah 5,04

4 Pagar dewa Kota Manna Pagar dewa 2,63

B. Kawasan Kumuh Berdasarkan Buku Putih

(6)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | VII - 6

Tabel 7.3.

IDENTIFIKASI KAWASAN STRATEGIS KOTA (KSK) BERDASARKAN RTRW

No Kawasan Strategis Kabupaten Sudut

Kepentingan Lokasi/Batas Kawasan

1 Kawasan Strategis Perkotaan kecamatan Kota Manna, Kecamatan Pasar Manna dan Kecamatan Manna

2 Kawasan Strategis Perdesaan

Kecamatan Pino Raya dan Kecamatan Pino

Kecamatan Seginim, Air Nipis, Kedurang dan Kedurang Ilir

7.2 Entitas Kabupaten/Kota

Pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya entitas kabupaten/kota merupakan

infrastruktur yang memiliki tingkat pelayanan skala kabupaten/kota. Usulan kegiatan

Tahun 2015 – 2019 dengan skala pelayanan Kabupaten Bengkulu Selatan meliputi:  Penyusunan Masterplan Persampahan Skala Kabupaten

 Penyusunan Masterplan Air Limbah Skala Kabupaten

 Penyusunan Masterplan (Rencana Induk) Sistem Penyediaan Air Minum

 Pengelolaan TPA Skala Kabupaten Bengkulu Selatan

 Pembangunan IPLT Kota Manna

 Masterplan Kota Hijau

 Masterplan Kota Pusaka

Keterpaduan program berdasarkan entitas kabupaten/kota di Kabupaten Bengkulu Selatan periode tahun 2015 – 2019 dapat dilihat pada Tabel 7.4.

7.3 Entitas Kawasan

Seperti telah disampaikan pada bab sebelumnya bahwa pada RTRW Kabupaten/Kota telah

ditetapkan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota(KSK) yang pembangunannya diprioritaskan

karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap

ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Terkait dengan hal tersebut, pembangunan

infrastruktur entitas kawasan yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya

(7)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | VII - 7 Sesuai dengan kebijakan Dirjen Cipta Karya tentang keterpaduan program, diarahkan pada

penuntasan kawasan kumuh maka prioritas kegiatan diarahkan pada kawasan kumuh yang

terletak di dalam kawasan strategis kota. Sesuai dengan Surat Keputusan Wali Kota

Bengkulu tentang penetapan kawasan kumuh di Kota Bengkulu terdapat 15 kelurahan.

Keterpaduan program berdasarkan lokasi prioritas di Kota bengkulu Tahun 2015 – 2019 dapat dilihat pada Tabel 7.4.

7.4 Entitas Lingkungan/Komunitas

Pengembangan infrastruktur menurut entitas lingkungan atau komunitas adalah penyediaan

infrastruktur yang cakupan wilayah pelayanannya hanya meliputi desa/kelurahan atau

bagian dari unit desa/kelurahan. Penegasan terhadap entitas ini perlu dilakukan terkait

dengan isu-isu strategis yang bersifat spesifik. Usulan kegiatan berdasarkan entitas

(8)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | VII - 8

TABEL 7.4

KETERPADUAN PROGRAM BERDASARKAN LOKASI PRIORITAS RENCANA TATA RUANG WILAYAH BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN BENGKULU SELATAN TAHUN 2015-2019

No

Lokasi Prioritas

RTRW

Entitas Rincian Kegiatan Sektor Tahun

APBN (000,-) APBD (000,-) Kawasan Penyusunan Outline plane dan DED

Kws.Pasar Kutau PLP 2015 200.000 Kawasan Penyusunan Outline plane dan DED

Kws.Pasar PLP 2016 200.000 Kawasan Penyusunan Outline plane dan DED

Kws.Pasar Bawah PLP 2017 200.000

Kawasan Pembangunan IPAL Kws.Pasar Bawah PLP 2018 800.000 Kawasan Pembangunan drainase primer

(9)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | VII - 9 4

Pagar Dewa Kec,Kota Manna

Lingkungan

Permukiman Kawasan Kumuh PKP 2019 1.500.000 Kawasan Optimalisasi

Pembangunan/Peningkatan SPAM PAM 2019 3.000.000 Kawasan Penyusunan Outline plane dan DED

Kws.Pagar Dewa PLP 2018 200.000

Lingkungan Pembangunan IPAL Kws.Pagar Dewa PLP 2019 800.000 Kawasan Pembangunan drainase primer

Gambar

Tabel 7.1
TABEL 7.2
Tabel 7.3.
TABEL 7.4  KETERPADUAN PROGRAM BERDASARKAN LOKASI PRIORITAS RENCANA TATA RUANG WILAYAH

Referensi

Dokumen terkait

Realibilitas & Validitas Skala Konsep Diri pada kaum Gay di Surabaya (Putaran II).. Case

budaya khas dari masyarakat Pesisir Barat yang harus di lestarikan, dan ia juga mngatakan sangat mempercayai sosok Matu karna baginya Matu adalah sebuah

Yang juga menjadi pertimbangan peneliti menggunakan produk ini dalam penelitian adalah karena produk ini dijual dengan harga yang sama (Hidayat, 2003, Adu Jos

Laporan tugas akhir ini merupakan salah satu laporan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Ahli Madya Teknologi Hasil Pertanian di Fakultas

Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 pasal 1, dalam Susyanti (2015:1) pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penambahan serat daun pandan pantai pada adukan beton terhadap kuat lentur beton dan

Hasil ini sesuai dengan harapan hipotesis H2 yang berarti bahwa kredibilitas, daya tarik, kecocokan antara citra dan nilai-nilai, dukungan tulus dan keistimewaan

Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pembelajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik,