BAB VI
KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN
PENDAPATAN
6.1. Umum
Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota, maka Pemerintah Kabupaten mempunyai kewajiban untuk
menyelenggarakan dan melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi
kewenangannya. Urusan pemerintahan daerah dimaksud meliputi: Urusan Wajib dan
Urusan Pilihan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Birokrasi dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah tersebut secara umum berperan
menjalankan 3 (tiga) fungsi utama, yaitu: fungsi pelayanan, fungsi pembangunan dan
fungsi pemerintahan umum. Fungsi pelayanan berhubungan dengan unit organisasi
pemerintahan yang pada hakikatnya merupakan bagian atau berhubungan dengan
masyarakat. Fungsi utamanya adalah pelayanan publik (public service) langsung kepada
masyarakat. Fungsi pembangunan berhubungan dengan organisasi pemerintah yang
menjalankan salah satu urusan pemerintahan daerah guna mencapai tujuan pembangunan.
Fungsi pokoknya adalah Development function atau adaptive function. Fungsi ketiga
adalah pemerintah umum yang berhubungan dengan rangkaian organisasi pemerintahan
yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum termasuk memelihara ketertiban dan
keamanan. Fungsinya lebih kepada fungsi pengaturan (regulative function).
Guna melaksanakan ketiga fungsi utama tersebut secara optimal diperlukan dukungan
anggaran yang memadai yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) untuk melaksanakan semua urusan pemerintahan daerah yang menjadi
kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang. Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang
menggambarkan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan Daerah dalam kurun waktu satu tahun. APBD selain itu juga merupakan
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bengkayang
masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut maka pengalokasian anggaran belanja yang
secara rutin merupakan kebutuhan dalam rangka pelaksanaan setiap urusan pemerintahan
daerah menjadi tolok ukur bagi tercapainya kesinambungan serta konsistensi pembangunan
daerah secara keseluruhan menuju tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama.
Bertitik tolak dari target kinerja pembangunan daerah yang akan dicapai dan dengan
memperhatikan keterbatasan sumber daya yang ada, maka dalam rangka pencapaian tujuan
pembangunan daerah perlu mengarahkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara
berdaya guna dan berhasil guna dengan disertai pengawasan dan pengendalian yang ketat
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar target
kinerja pembangunan daerah yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Mengacu pada Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah, maka penyusunan APBD Kabupaten Bengkayang didasarkan pada Kebijakan
Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) yang telah disepakati
bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD. Kebijakan Umum APBD (KUA)
dimaksudkan sebagai pijakan dan dasar bagi Pemerintah Daerah dan DPRD dalam
membahas dan menyepakati PPA yang selanjutnya menjadi bahan utama penyusunan
RAPBD, oleh karena itu KUA tersebut juga memberikan landasan dan pedoman bagi
setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun program dan kegiatan
yang akan dilaksanakan pada tahun datang dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan
daerah yang menjadi kewenangannya. Rencana program dan kegiatan beserta anggarannya
dimaksud dituangkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah (RKA-SKPD) serta rencana pelaksanaannya sesuai tugas pokok dan fungsinya
masing-masing.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakikatnya merupakan
perwujudan amanat rakyat kepada eksekutif dan legislatif untuk meningkatkan
kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat dalam batas otonomi daerah yang
dimiliki. Bertitik tolak pada hal tersebut, maka setiap penyusunan APBD Kabupaten
Bengkayang disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip:
1. Partisipasi Masyarakat
Hal ini mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam proses penyusunan dan
penetapan APBD sedapat mungkin melibatkan partisipasi masyarakat sehingga masyarakat
mengetahui akan hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan APBD.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang disusun harus dapat menyajikan
informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat yang meliputi: tujuan,
sasaran, sumber pendanaan pada setiap jenis/obyek belanja serta korelasi antara besaran
anggaran dengan manfaat dan hasil yang dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan.
Oleh karena itu, setiap pengguna anggaran harus bertanggung jawab terhadap penggunaan
sumber daya yang dikelola untuk mencapai hasil yang ditetapkan.
Transparansi dan akuntabilitas anggaran, baik dalam perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan, maupun akuntansinya merupakan wujud
pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dan DPRD kepada rakyat.
3. Disiplin Anggaran
Anggaran daerah disusun berdasarkan kebutuhan riil dan prioritas masyarakat di daerah
sesuai dengan target dan sasaran pembangunan daerah. Dengan demikian, dapat dihindari
adanya kebiasaan alokasi anggaran pembangunan ke seluruh sektor yang kurang efisien
dan efektif.
Anggaran yang tersedia pada setiap pos/rekening merupakan batas tertinggi
belanja/pengeluaran. Oleh karena itu, tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan melampaui
batas kredit anggaran yang ditetapkan.
4. Keadilan Anggaran
Pajak daerah, retribusi daerah dan pungutan daerah lainnya yang dibebankan kepada
masyarakat harus mempertimbangkan kemampuan untuk membayar, masyarakat yang
memiliki kemampuan pendapatan rendah secara proporsional diberi beban yang sama,
sedangkan masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk membayar tinggi diberikan
beban yang tinggi pula. Untuk menyeimbangkan kedua kebijakan tersebut pemerintah
daerah dapat melakukan diskriminasi tarif secara rasional guna menghilangkan rasa
ketidakadilan. Selain daripada itu dalam mengalokasikan belanja daerah, harus
mempertimbangkan keadilan dan pemerataan agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat tanpa diskriminasi pemberian pelayanan.
Pemerintah Daerah di dalam menetapkan besaran pajak dan retribusi harus mampu
menggambarkan nilai-nilai rasional dan transparan terkait dengan penentuan hak-hak dan
tingkat pelayanan yang diterima oleh masyarakat di daerah. Mengingat, adanya beban
pembiayaan yang dipikul langsung maupun tidak langsung oleh kelompok masyarakat
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bengkayang
yang lebih menguntungkan bagi kepentingan masyarakat dan mampu merangsang
pertumbuhan ekonomi daerah sesuai mekanisme pasar.
5. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran
Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat.
Oleh karena itu, untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran,
maka dalam perencanaan anggaran perlu diperhatikan:
a. Penetapan secara jelas tujuan dan sasaran, hasil dan manfaat, serta indikator kinerja
yang ingin dicapai;
b. Penetapan prioritas kegiatan dan penghitungan beban kerja serta penetapan harga
satuan yang rasional.
6. Taat Azas
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai kebijakan daerah yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah di dalam penyusunannya tidak boleh bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum dan peraturan
daerah lainnya.
6.2. Profil Keuangan Kabupaten Bengkayang
6.2.1. Komponen Penerimaan Pendapatan
Pendapatan daerah merupakan penerimaan uang melalui kas rekening kas umum daerah
yang menambah ekuitas dana lancar sebagai hak pemerintah daerah dalam satu tahun
anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah Kabupaten
Bengkayang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan lain-lain
PAD. Kondisi umum masing-masing sumber pendapatan daerah Kabupaten Bengkayang
adalah sebagai berikut:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bengkayang terdiri dari:
1) Pajak daerah;
2) Retribusi daerah;
3) Hasil pengelolaan PERUSDA dan kekayaan daerah yang dipisahkan;
4) Lain-lain PAD.
b. Dana Perimbangan
1) Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak;
2) Dana Alokasi Umum (DAU);
3) Dana Alokasi Khusus (DAK);
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Dana lain-lain pendapatan daerah yang sah terdiri dari:
1) Pendapatan Hibah;
2) Dana Darurat;
3) Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya;
4) Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus;
5) Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya.
Perkembangan pendapatan asli daerah Kabupaten Bengkayang disajikan pada tabel berikut
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bengkayang
Tabel 6.1. Perkembangan realisasi pendapatan dalam lima tahun (2000 – 2004)
No Uraian Tahun
2000 2001 2002 2003 2004
1 Pendapatan Asli Daerah 1.079.917.439 6.527.130.846 4.403.170.603 3.954.425.723 33.189.961.793 Pajak Daerah 350.760.082 4.395.115.475 315.613.363 186.615.669 Retribusi Daerah 591.928.282 856.484.724 307.429.300 369.462.915 Bagian Laba Usaha Daerah - - - - 384.419.262 Lain-lain PAD yang Sah 137.229.075 1.275.530.647 4.403.170.603 3.331.383.060 32.249.463.947 2 Dana Perimbangan 47.857.452.115 114.617.260.593 113.353.361.085 144.166.110.289 163.173.935.674 Bagi Hasil Pajak - 4.657.862.266 8.516.066.365 10.480.962.834 13.388.614.649 Bagi Hasil Bukan Pajak/SDA 3.037.277.063 50.439.453 596.586.976 500.557.457 - Dana Rutin Daerah 44.820.175.052 - - 123.745.684.998 129.277.484.371 Dana Alokasi Umum (DAU) - 106.421.333.874 102.640.000.000 9.438.905.000 15.497.520.783 Dana Alokasi Khusus (DAK) - 2.387.825.000 2.387.825.000 - - Dana Pembangunan Daerah - - - - 5.010.315.871 Dana Perimbangan dari Provinsi - - - - - Dana Darurat (Bencana Alam/Abrasi) - 1.099.800.000 1.099.800.000 9.706.840.647 1.195.000.000 3 Lain-lain Pendapatan yang Sah - 9.879.925.000 12.310.147.527 -
Bantuan Dari Pemerintah Pusat (Kontijensi) - 4.777.425.000 - 4.379.838.300 - Bantuan dari Pemerintah Provinsi - 5.102.500.000 2.150.000.000 5.327.002.347 - Bantuan Lain-lain (Tanpa Dianggarkan) - - 10.160.147.527
Jumlah 48.937.369.554 131.024.316.439 130.066.679.215 157.827.376.659 197.558.897.467
6.2.2. Komponen Pengeluaran Belanja
Belanja Daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun
anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah. Belanja Daerah
dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang menjadi
kewenangan kabupaten yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Belanja dalam
rangka pelaksanaan urusan wajib digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar,
pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta
mengembangkan sistem jaminan sosial.
Sedangkan pelaksanaan urusan yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang
secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai
dengan kondisi, kekhasan dan potensi keunggulan daerah, seperti: perikanan, pertanian,
perkebunan, kehutanan dan pariwisata.
Belanja menurut kelompok belanja terdiri dari Belanja Langsung dan Belanja Tidak
Langsung. Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, seperti:
a. Belanja Pegawai;
Sedangkan Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan, seperti:
a. Belanja Pegawai;
b. Belanja Barang dan Jasa;
c. Belanja Modal.
Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Bengkayang dapat dilihat dalam tabel berikut
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bengkayang
Tabel 6.2. Perkembangan Realisasi Belanja Kabupaten Bengkayang Antara Tahun 2000 – 2004
No Uraian Tahun
2000 2001 2002 2003 2004
1 Belanja Rutin 33.294.605.654 90.354.108.112 73.589.694.630 81.344.246.298 97.008.207.758 2 Belanja Pegawai 29.687.718.523 67.562.077.197 51.521.420.269 46.508.582.306 59.121.227.585 3 Belanja Barang 2.922.285.406 10.864.904.954 13.383.345.761 23.302.503.874 6.081.468.337 4 Belanja Pemeliharaan 145.422.225 947.279.927 1.181.659.698 1.856.719.355 1.964.044.255 5 Belanja Perjalanan Dinas 539.179.500 1.642.873.997 3.782.671.767 4.227.221.464 4.683.381.220 6 Belanja Lain-lain - 9.336.972.037 3.720.597.135 5.449.219.299 - 7 BOP Aparatur - - - - 10.135.701.731 8 BOP Publik - - - - 15.022.384.630 9 Belanja Pembangunan 13.127.609.248 23.380.949.623 38.030.912.209 63.214.034.038 61.366.314.520 10 Bantuan Keuangan - 1.418.140.000 1.541.602.000 1.566.040.000 9.906.681.436 11 Pengeluaran tdk termasuk bagian lain 1.763.856.961 940.972.000 2.390.329.500 4.145.036.375 - 12 Pengeluaran Tidak Tersangka 203.719.750 494.290.650 1.561.314.550 2.675.538.142 8.723.408.735
Jumlah 48.389.791.613 116.588.460.385 117.113.852.889 152.944.894.853 177.004.612.449
6.3. Permasalahan dan Analisis Keuangan
6.3.1. Kondisi Keuangan Pemerintah Kabupaten Bengkayang
Permasalahan utama pada kondisi keuangan Pemerintah Kabupaten Bengkayang adalah
pada upaya optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD), permasalahan yang masih
dijumpai adalah:
a. Kecilnya potensi PAD, yang menyebabkan ketergantungan Pemerintah Daerah
kepada Dana Perimbangan;
b. Secara teknis penentuan target PAD oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
belum didasarkan pada potensi pendapatan yang ada;
c. Keterlambatan informasi dan penyaluran Dana Perimbangan dan Bagi Hasil sehingga
belum dapat ditepatinya pencairan Dana Perimbangan dan Bagi Hasil;
d. Beberapa target PAD utamanya pada lain-lain PAD tidak dapat terealisasi karena
terkait dengan permasalahan yang melingkupinya dan memerlukan langkah-langkah
pemecahan masalah secara komprehensif;
e. Beberapa perusahaan daerah masih memerlukan peningkatan manajemen
pengelolaan sehingga dapat memberikan kontribusi kepada PAD;
f. Perlu upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah dengan
memperhatikan keseimbangan dengan potensi yang ada;
g. Perlu adanya upaya penggalian sumber-sumber pendapatan daerah yang baru dengan
tetap memperhatikan kemampuan masyarakat dan potensi yang ada serta tidak
memberatkan dunia usaha dan masyarakat;
h. Dalam hal pelayanan perlu ditempuh melalui penyederhanaan sistem dan prosedur
administrasi pajak dan retribusi daerah serta meningkatkan ketaatan wajib pajak dan
pembayar retribusi daerah.
Permasalahan lain adalah di dalam perencanaan maupun pelaksanaan Belanja Daerah.
Pada tahap perencanaan masih dijumpai beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
dalam menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD belum sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi SKPD dan perencanaan strategis daerah serta masih ditemukan adanya
ketidaksesuaian antara target kinerja yang akan dicapai dengan perincian kegiatan dan
anggaran yang akan dilaksanakan. Demikian juga dalam hal penetapan target kinerja
keluaran (output) dan hasil (output) tidak jelas indikator capaian kinerjanya. Sedangkan
pada tahap pelaksanaan, umumnya terkendala pada ketersediaan waktu pelaksanaan
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bengkayang
6.3.2. Proyeksi Kemampuan Keuangan Kabupaten Bengkayang
Proyeksi Penerimaan dan Belanja Daerah Kabupaten Bengkayang dapat dilihat dalam tabel
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bengkayang
Tabel 6.4. Proyeksi Belanja Kabupaten Bengkayang Sampai Dengan Tahun 2010
No Uraian Tahun
2006 2007 2008 2009 2010
I BELANJA OPERASI
1 Belanja Pegawai 126.194.897.498 157.743.621.872 205.066.708.433 256.333.385.542 328.106.733.494 2 Belanja Barang 14.290.412.500 18.577.536.250 26.008.550.750 33.811.115.975 45.645.006.566 3 Belanja Perjalanan Dinas 8.179.469.025 10.633.309.733 15.418.299.112 20.814.703.801 28.099.850.132 4 Belanja Pemeliharaan 5.191.502.550 8.565.979.208 14.133.865.692 19.787.411.969 28.691.747.356 5 Hibah - - - - -
6 Bantuan Sosial - - - - -
Jumlah Belanja Operasi 153.856.281.573 195.520.447.063 260.627.423.987 330.746.617.287 430.543.337.547
II BELANJA MODAL 111.244.957.657 133.493.949.188 152.183.102.075 179.576.060.448 219.082.793.747 1 Belanja Tanah - - - - -
2 Belanja Peralatan dan Mesin - - - - - 3 Belanja Gedung dan Bangunan - - - - - 4 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan - - - - - 5 Belanja Aset Tetap Lainnya - - - - - 6 Belanja Aset Lainnya - - - - -
Jumlah Belanja Modal 111.244.957.657 133.493.949.188 152.183.102.075 179.576.060.448 219.082.793.747
III BELANJA BAGI HASIL DAN BANTUAN KEUANGAN
1 Belanja Tak Terduga 17.933.383.000 23.313.397.900 30.307.417.270 47.582.645.114 61.857.438.648 Jumlah Belanja Tak Terduga 17.933.383.000 23.313.397.900 30.307.417.270 47.582.645.114 61.857.438.648
IV BELANJA TAK TERDUGA
1 Belanja Tak Terduga 4.600.000.000 5.290.000.000 6.083.500.000 9.733.600.000 10.317.696.420
Jumlah Belanja Tak Terduga 4.600.000.000 5.290.000.000 6.083.500.000 9.733.600.000 10.317.696.420 JUMLAH BELANJA 287.634.622.230 357.617.794.151 449.201.443.332 567.638.922.849 721.801.266.362
6.4. Analisis Tingkat Ketersediaan Dana
6.4.1. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah
Kemampuan keuangan daerah Kabupaten Bengkayang untuk mendukung pembangunan
didasarkan pada skala prioritas pembangunan yang mendesak untuk meningkatkan
kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Dukungan dana melalui berbagai sumber
pendanaan, seperti: DAU dan DAK masih sangat dibutuhkan Kabupaten Bengkayang.
Selain itu peningkatan PAD perlu ditingkatkan melalui optimalisasi pendapatan yang ada
selama ini dan pengawasan, seperti: retribusi parkir, kebersihan dan lainya, serta
peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
Untuk mendukung kemampuan keuangan daerah, setiap kegiatan pembangunan dapat
melibatkan partisipasi dan swadaya masyarakat, swasta. Para investor yang akan masuk ke
Kabupaten Bengkayang perlu didukung dengan memberikan insentif seperti kemudahan
perizinan yang tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada.
Penggunaan tabungan masyarakat (public saving) juga dapat digunakan untuk mendukung
peningkatan kemampuan keuangan daerah Kabupaten Bengkayang atau bahkan melalui
pinjaman bila mendesak perlu dilakukan.
6.4.2. Aspek Keuangan Perusahaan
Salah satu dukungan keuangan perusahaan yang ada antara lain dari PDAM Kabupaten
Bengkayang. Pelayanan PDAM ini sangat mendukung penyediaan prasarana dan sarana air
minum di Kabupaten Bengkayang yang sangat dibutuhkan karena sebagian dari penduduk
belum terlayani air minum dengan baik.
6.5. Rencana Pembiayaan Program
6.5.1. Rencana Pembiayaan
Sumber-sumber pembiayaan pembangunan di Kabupaten Bengkayang didukung oleh
banyak sumber baik dari Pemerintah Pusat, Provinsi Kalimantan Barat dan Pemerintah
Kabupaten Bengkayang melalui APBD, selain itu swadaya masyarakat dan swasta turut
mendukung peningkatan perekonomian dan pembangunan. Dukungan Pemerintah Pusat
dan Provinsi masih sangat dibutuhkan terutama program/ kegiatan strategis pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan bantuan teknis (Bantek) serta bimbingan
teknis (Bintek). Diharapkan dengan dukungan ini, pembangunan di Kabupaten
Bengkayang menjadi terpacu dan mampu meningkatkan masyarakatnya menjadi lebih baik
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bengkayang
6.5.2. Pelaksanaan Pembiayaan RPIJM
Pelaksanaan pembiayaan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Bengkayang Tahun 2013
– 2017 direncanakan didukung oleh banyak sumber, baik dari Pemerintah Pusat, Provinsi,
Pemerintah Kabupaten Bengkayang, perusahaan daerah serta partisipasi masyarakat/pihak
swasta dan investor.
Pola pemberdayaan masyarakat juga diterapkan dalam pembangunan di Kabupaten
Bengkayang sehingga kepedulian dan rasa memiliki setiap kegiatan pembangunan
dirasakan karena masyarakat sebagai pelaku pembangunan.
Diharapkan dengan adanya kesepakatan pelaksanaan program (project memorandum) di
dalam pelaksanaan RPIJM Bidang Cipta Karya di Kabupaten Bengkayang,
program/kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dan mendapat dukungan dari
semua pihak. Dukungan ini selain dukungan pembiayaan, juga dalam pelaksanaan dan
pengawasan di lapangan sehingga setiap program/kegiatan tetap sesuai dengan
perencanaan awal.
6.6. Peningkatan Kemampuan Pendanaan
Peningkatan kemampuan pendanaan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Bengkayang
Tahun 2013 – 2017 dengan mengoptimalkan pendapatan APBD Kabupaten Bengkayang
yang telah ada dan didukung oleh semua komponen masyarakat.
Partisipasi masyarakat/swasta, transparansi dalam perencanaan dan akuntabilitas anggaran
serta disiplin anggaran sangat dibutuhkan sehingga pembangunan menjadi lebih efisien dan
efektif. Diharapkan dengan keterlibatan semua komponen masyarakat dan dukungan dalam
pembiayaan akan meningkatkan kemampuan pendanaan pelaksanaan RPIJM Bidang Cipta
Karya di lapangan.
6.7. Peningkatan Kapasitas Pembiayaan
Untuk meningkatkan kapasitas pembiayaan ini, Pemerintah Kabupaten Bengkayang
mencari alternatif sumber-sumber pembiayaan yang dapat digunakan untuk menutup
anggaran defisit. Alternatif sumber pembiayaan antara lain dari Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran Tahun Lalu (SiLPA) tahun sebelumnya, penerimaan dana cadangan, penerimaan
pinjaman dan obligasi, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan dan penerimaan
Beberapa upaya yang dapat meningkatkan sumber-sumber penerimaan daerah (potensi
penerimaan daerah) adalah meliputi :
1. Meningkatkan sumber penerimaan daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi
Pendapatan Asli Daerah, Bagi Hasil Pajak dan mengoptimalkan perolehan Dana
Perimbangan yang lebih adil dan proporsional, melalui penyederhanaan proses
administrasi pemungutan dan penyempurnaan sistem palayanan, optimalisasi
pelaksanaan landasan hukum yang berkaitan dengan penerimaan daerah, sosialisasi
dan penyuluhan kepada masyarakat baik secara langsung maupun melalui media
massa mengenai ketentuan pajak daerah dan retribusi daerah, peningkatan
pengawasan terhadap pelaksanaan pemungutan penerimaan daerah, peningkatan
koordinasi dan kerja sama dengan unit SKPD yang terkait agar penerimaan yang
bersumber dari PAD dan Dana Perimbangan dapat diiperoleh secara optimal.
2. Upaya peningkatan potensi dan realisasi PAD (khususnya dari pajak daerah)
merupakan konsep dinamis atau berkesinambungan. Sifat dinamis ini menyangkut
aspek intensifikasi dan ekstensifikasi. Pada satu sisi, tahap perencanaan dan
pengendalian operasional harus mampu meningkatkan kualitas sistem dan prosedur
yang ada sehingga total biaya administratif dapat diminimalisir. Pada sisi yang lain,
tahap perencanaan dan pengendalian operasional harus mampu pula mengidentifikasi
jenis-jenis pajak baru untuk ekstensifikasi selaras dengan perkembangan dinamis
perekonomian.
3. Meningkatkan kinerja dan efektifitas SKPD yang bertanggungjawab menangani
penerimaan daerah melalui pelayanan birokrasi secara profesional dan transparan
serta menciptakan kondisi yang kondusif bagi kegiatan usaha dan investasi. Dalam
upaya meningkatkan pendapatan asli daerah, pemerintah daerah dilarang menetapkan
perda tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan yang
menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah, dan
kegiatan impor/ekspor.
4. Sumber-sumber pendanaan pelaksanaan Pemerintah Daerah terdiri atas Pendapatan
Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan Lain-lain Pendapatan Yang
Sah.
5. Pendapatan Daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak
daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bengkayang
keleluasaan kepada daerah untuk menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi
daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.
6. Dana Perimbangan merupakan pendanaan daerah yang bersumber dari APBN yang
terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi
Khusus (DAK). Dana perimbangan selain dimaksud untuk membantu daerah dalam
mendanai kewenangan, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber
pendanaan pemerintah antara Pusat dan Daerah serta untuk mengurangi kesenjangan
pendanaan pemerintah antar daerah. Ketiga komponen Dana Perimbangan ini
merupakan tranfer dana dari pemerintah serta merupakan satu kesatuan yang utuh.
7. DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dibagihasilkan
kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu. Pengaturan DBH dalam
Undang-undang ini merupakan penyelarasan dengan Undang-undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan UU No. 17 Tahun 2000. Dalam Undang-undang ini dimuat
pengaturan mengenai Bagi Hasil Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 25 dan
psl 29 Wajib Pajak Dalam Negeri dan PPh pasal 21 serta sektor pertambangan panas
bumi sebagaimana dimaksud dalam UU No. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi.
Selain itu, dana reboisasi yang semula termasuk bagian dari DAK, dialihkan menjadi
DBH.
8. DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah yang
dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antar daerah
melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah.
DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu
daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah dan potensi daerah. Daerah
yang potensi fiscalnya besal tetapi kebutuhan kecil akan memperoleh alokasi DAU
kecil dan sebaliknya, terkandung maksud sebagai pemerataan kapasitas fiscal.
9. DAK dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus di daerah
tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional,
khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar
masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan
pembangunan daerah.
10. Pinjaman Daerah merupakan salah satu sumber pembiayaan yang bertujuan untuk
masyarakat. Pembiayaan yang bersumber dari pinjaman harus dikelola secara benar
agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi keuangan daerah sendiri serta stabilitas
ekonomi dan moneter secara nasional. Oleh karena itu, pinjaman daerah perlu
mengikuti kriteria, persyaratan, mekanisme, dan sanksi pinjaman daerah yang diatur
dalam undang-undang termasuk larangan melakukan pinjaman langsung ke luar
negeri. Pinjaman yang bersumber dari luar negeri hanya dapat dilakukan melalui
Pemerintah dengan mekanisme penerusan pinjaman. Pengaturan ini dimaksudkan
agar terdapat prinsip kehati-hatian dan kesinambungan fiskal dalam kebijakan fiskal
dan moneter oleh Pemerintah. Di lain pihak, pinjaman daerah tidak hanya dibatasi
untuk membiayai prasarana dan sarana yang menghasilkan penerimaan, tetapi juga
dapat untuk membiayai proyek pembangunan prasarana dasar masyarakat walaupun
tidak menghasilkan penerimaan. Selain itu, dilakukan pembatasan pinjaman dalam
rangka pengendalian defisit APBD dan batas kumulatif pinjaman pemerintah daerah.
11. Selain itu daerah juga dimungkinkan untuk menerbitkan Obligasi Daerah dengan
persyaratan tertentu, serta mengikuti peraturan perundang-undangan di bidang pasar
modal dan memenuhi ketentuan nilai bersih maksimal Obligasi Daerah yang
mendapatkan persetujuan Pemerintah. Segala bentuk akibat atau risiko yang timbul
dari penerbitan Obligasi Daerah menjadi tanggung jawab daerah sepenuhnya.
12. Dalam lain-lain pendapatan yang sah termasuk dana hibah yang berasal dari
pemerintah negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional,
Pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau perseorangan, baik dalam bentuk
devisa, rupiah, maupun dalam bentuk barang dan/atau jasa termasuk tenaga ahli, dan
pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali.
13. Selain dana hibah, dalam lain-lain pendapatan yang sah memungkinkan
pencantuman pemberian dana darurat kepada daerah karena bencana nasional
dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi dengan dana APBD. Di
samping itu, Pemerintah juga dapat memberikan dana darurat pada daerah yang
mengalami krisis solvabilitas, yaitu daerah yang mengalami krisis keuangan
berkepanjangan. Untuk menghindari menurunnya pelayanan kepada masyarakat
setempat, Pemerintah dapat memberikan Dana Darurat kepada daerah tersebut
setelah dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Dewan Perwakilan Rakyat.
14. Meningkatkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam rangka peningkatan Dana
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bengkayang
dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan atas Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan
mengoptimal potensi Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, Pasal 25 dan Pasal 29,
sehingga akan diperoleh secara maksimal sesuai dengan potensi daerah yang ada
berupa 64,8% dari 90% dan 65% dari 10% total penerimaan PBB, 64% dari 80% dan
pemerataan dari 20% Total seluruh penerimaan BPHT, 60% dari 20% total
penerimaan PPh Pasal 21, Pasal 25 dan Pasal 29.
15. Melakukan kerjasama dengan pihak terkait dalam rangka peningkatan Iuran Hak
Pengusahaan Hutan (IHPH) dan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dan dana
Reboisasi, sehingga 64% dari 80% IHPH dan 32% dari 80% penerimaan PSDH serta
pemerataan 32% dari pemerataan PSDH dengan Kabupaten dalam Provinsi, dana
Reboisasi yaitu sebesar 40% dari keseluruhan dana Reboisasi dapat diperoleh secara
maksimal sesuai dengan potensi daerah yang ada, demikian pula dengan pendapatan
dari sumber sumber pertambangan umum yang ada di Kabupaten Bengkayang.
16. Menghitung secara cermat Celah Fiskal berupa kebutuhan fiskal dikurangi dengan
kapasitas fiskal daerah berupa kebutuhan pendanaan daerah untuk melaksanakan
fungsi layanan dasar umum yang diukur secara berturut-turut dengan jumlah
penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan Kontruksi, PDRB Per Kapita dan Indek
Pembangunan Manusia (IPM), demikian pula dengan Alokasi Dasar yang dihitung
berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah untuk memperoleh Dana
Alokasi Umum (DAU) secara optimal dan tepat.
17. Secara Maksimal memperjuangkan Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan
mempertimbangkan kriteria umum, kriteria khusus dan kriteria teknis yang sesuai
dengan kemampuan keuangan daerah dan standar kualitas dan kuantitas konstruksi