• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI POTENSI MATA AIR POLAMAN DAN KALI BIRU UNTUK SUPLAI AIR BERSIH PENDUDUK DI KECAMATAN LAWANG BAGIAN UTARA KABUPATEN MALANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI POTENSI MATA AIR POLAMAN DAN KALI BIRU UNTUK SUPLAI AIR BERSIH PENDUDUK DI KECAMATAN LAWANG BAGIAN UTARA KABUPATEN MALANG."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

EVALUASI POTENSI MATA AIR POLAMAN DAN KALI BIRU UNTUK SUPLAI AIR BERSIH PENDUDUK DI KECAMATAN LAWANG BAGIAN UTARA

KABUPATEN MALANG

Maulida Aslamia

Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang

Abstrak: Permasalahan ketersediaan air bersih dialami oleh penduduk Kecamatan Lawang. Desa yang mengalami permasalahn ketersediaan air yaitu Desa Mulyoarjo dan Desa Sumber Porong yaitu air mengalir kurang lancar antara pukul 04.00 - 09.00 dan pukul 16.00 – 18.00. Ketika musim kemarau penduduk setempat memperoleh air pada malam hari, karena air hanya mengalir pada pukul 19.00 – 04.00, kondisi tersebut berlangsung selama 1-2 minggu. Kekurangan akan ketersediaan air ini dirasakan setelah kecamatan ini dijadikan sebagai kawasan industri dengan jumlah industri sebanyak 15 industri dan 394 usaha niaga serta diikuti dengan pertumbuhan jumlah penduduk, akibatnya kebutuhan akan air untuk penduduk, industri juga semakin meningkat. Dalam memperoleh air bersih penduduk kedua desa tersebut sebelumnya memperoleh air bersih dari mata air Polaman dengan debit 70 liter/ detik. Saat ini juga memperoleh tambahan suplai air dari mata air Kali Biru dengan debit 12 liter/ detik. Air yang berasal dari kedua sumber mata air ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk,industri sebesar 12.994.560 liter/hari dan irigasi dengan luas 53 hektar sebesar 4.924.800 liter/hari.Penelitian ini bertujuan: (1) Menganalisis supply

kebutuhan air bersih penduduk Kecamatan Lawang bagian Utara, (2) Membandingkan kesesuaian kualitas mata air Polaman dan Kali Biru dengan peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/2010, (3) Mengetahui model pendistibusian air dari sumber mata air Polaman dan Kali Biru supaya seluruh penduduk Kecamatan Lawang bagian Utara terlayani.Penelitian ini merupakan penelitian survey. Pengumpulan data kebutuhan air bersih dilakukan dengan teknik wawancara dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel penduduk dan sampel air menggunakan metode Random Sampling. Teknik analisis data yaitu dengan membandingkan antara besarnya debit mata air Polaman dan Kali Biru dengan besarnya kebutuhan air bersih seluruh penduduk. Pengukuran debit mata air Polaman dan Kali Biru dengan metode WEIR, apung dan volumetrik.Debit mata air rata-rata mata air Polaman dan Kali Biru yaitu sebesar 24.558.336 liter/hari. Kebutuhan air bersih suatu penduduk Kecamatan Lawang bagian utara sebesar 944.825,37 liter/hari. Secara kuantitas perbandingan debit mata air dan kebutuhan air bersih yaitu 7:1.Hasil uji laboratorim kualitas air yang disalurakan kepada penduduk layak digunakan dengan pengelolahan terlebih dahulu. Perencanaan distribusi air mata air Polaman dan Kali Biru dengan menggunakan sistem pembagian pengaliran untuk penduduk, industri, dan irigasi serta waktu pengaliran air dari PDAM untuk penduduk dari pukul 05.30-23.00.

(2)

2 PENDAHULUAN

Kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Air termasuk dalam salah satu kebutuhan primer, karena manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa adanya air dan hampir semua kegiatan memerlukan air. Menurut Suripin (2002) Kebutuhan air yang paling utama bagi manusia adalah air minum, karena manusia tidak dapat

bertahan 2-3 hari tanpa air minum. Dalam memenuhi kebutuhan akan air, setiap manusia memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut karena adanya faktor- faktor yang mempengaruhi yaitu karakteristik

penduduk, kepadatan penduduk, letak daerah, penggunaan lahan serta keadaan iklim.

Karakteristik penduduk tergantung pada tingkat kebudayaan, sikap hidup dan tingkat kehidupan atau status kehidupan. Masyarakat yang berada pada daerah perkotaan dengan tingkat kehidupan yang lebih tinggi maka kebutuhan akan air juga semakin tinggi. Masyarakat yang berada pada kota kecil dengan status sosial ekonomi yang lebih rendah maka dalam memenuhi kebutuhan air juga rendah. Status sosial ekonomi mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengkonsumsi

air bersih, karena merupakan unsur mutlak dalam kehidupan modern sebagai sarana dan prasarana industri ( Kusuma, dkk, 2001:2).

Letak daerah , penggunaan lahan dan kepadatan penduduk juga

mempengaruhi perbedaan dalam memenuhi air. Masyarakat cenderung bertempat tinggal pada kawasan

pemukiman dan industri dibanding pada daerah pertanian dan perkebunan. Masyarakat memilih bertempat tinggal pada kawasan pemukiman dan industri karena banyaknya fasilitas yang

mendukung seperti sarana pendidikan dan kesehatan. Banyaknya fasilitas pada kawasan industri tersebut juga

mempengaruhi tingginya kebutuhan akan air. Raharjo (2002), jumlah fasilitas sosial seperti sarana pendidikan, kesehatan dan tempat peribadatan mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat konsumsi air bersih PDAM, semakin banyak jumlah fasilitas sosial maka tingkat konsumsi air bersih PDAM semakin meningkat. Selain itu iklim juga mempengaruhi perbedaan akan kebutuhan air. Musim kemarau kebutuhan akan air semakin meningkat, sedangkan jumlah air pada musim

(3)

3 kemarau berkurang dan pada musim hujan jumlah air melimpah. Samekto (2010) permasalahan air terjadi karena adanya variasi musim, sehingga pada musim hujan terjadi surplus air dan pada musim

kemarau kekurangan air.

Masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air menurut Warsono dan Sumanka (Asdak, 2002:26) cenderung menggunakan air yang bersumber dari air tanah karena air tanah dinilai masih relatif bersih, kemungkinan tercemarnya relatif kecil, dan suhunya relatif rendah.

Masyarakat dalam menggunakan air harus sesuai dengan kebutuhan, serta mampu menjaga potensi air dengan melakukan pengelolaan air. Pengelolaan air dilakukan karena persediaan air dari mata air atau air tanah sangat terbatas.

Pengelolaan air yang baik dan didukung oleh partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk menjaga potensi air dari sumber mata air. Pengelolaan mata air yang baik yaitu dengan melakukan perencanaan, pemantauan dan evaluasi sumber mata air.Pengelolaan air tersebut harus sesuai dengan standar yang

ditetapkan agar air yang dikonsumsi oleh penduduk layak digunakan untuk

memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Menurut Sunaryo,dkk (2005:51)

Pengelolaan mata air dengan cara

konservasi sumber mata air yaitu melalui upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantias tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang.

Air yang layak dikonsumsi bagi manusia merupakan air yang bersih tanpa ada kandungan bahan kimia ataupun organik yang dapat mempengaruhi

kesehatan manusia. Berdasarkan DEPKES RI (2002:1) air bersih tidak hanya air yang tidak berwarna, tidak berbau dan jernih tetapi air bersih adalah air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari yang kualitasnya memenuhi syarat

kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak terlabih dahulu. Kuantitas air bersih juga harus diperhatikan, karena semakin meningkat kuantitas air bersih maka semakin terpenuhi kebutuhan masyarakat akan kebutuhan air bersih. Ditinjau dari jumlah atau kuantitas air yang dibutuhkan manusia, kebutuhan dasar air bersih adalah jumlah air bersih minimal yang perlu disediakan agar manusia dapat hidup secara layak yaitu dapat memperoleh air yang perlu

(4)

4 disediakan untuk melakukan aktivitas

dasar sehari-hari Sunjaya (Karsidi, 1999: 18). Oleh karena itu dalam penggunaan air untuk kebutuhan sehari- hari oleh

masyarakat harus sesuai dengan potensi air dari mata air. Masyarakat yang tidak dapat menjaga potensi air mata air maka akan mengalami kekurangan air.

Kekurangan air atau krisis air akan terus terjadi seiring bertambahnya jumlah penduduk. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk dunia diperkirakan lebih dari 3,3 juta penduduk tinggal di 50 negara dengan ketersediaan air yang berada pada tingkat water stress/water scarcity ( kekurangan air ). Jumlah itu akan terus meningkat sampai tahun 2025 dimana jumlah negara yang berada pada tingkat ketersediaan air water stress/water scarcity menjadi 54 negara dengan jumlah penduduk sebesar 4 juta jiwa (renewable resources journal,1999 dalam Prihastuti 2001:47). Isnugroho (2000) mengutip R. Pangesti (2000) menjelaskan bahwa Kondisi akan potensi kelangkaan dan ketersediaan air di Pulau Jawa sangat besar. Jika dilihat ketersediaan air perkapita pertahun, di Pulau Jawa hanya tersedia 1.750 meter kubik perkapita pertahun masih dibawah standar kecukupan yaitu 2000 meter kubik

perkapita pertahun. Jumlah tersebut akan terus menurun, sehingga pada tahun 2020 diperkirakan hanya akan tersedia sebesar 1.200 meter kubik.

Permasalahan mengenai kuantitas air juga terjadi di Kota Malang. Persediaan air di Kota Malang hanya dapat mencukupi sebagian kebutuhan air penduduk Malang. Sari (2004: 33) menyatakan bahwa jumlah air bersih yang tersedia di Kota Malang hanya dapat menyediakan penggunaan air bersih PDAM sebesar 45% dari penduduk Kota Malang. Menurut prediksi yang sudah diperhitungkan, kebutuhan air bersih penduduk Kota Malang tahun 2011 sebesar 17.423.791 liter/hari dengan debit 2.016 liter/detik, sedangkan potensi yang ada hanya sebesar 1.283,2 liter/detik.

Permasalahan akan ketersediaan air bersih juga dialami oleh penduduk Kecamatan Lawang bagian Utara.

Kecamatan Lawang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Malang yang terletak di sebelah utara Kabupaten

Malang. Kecamatan Lawang terdiri dari 12 desa antara lain Kelurahan Lawang,

Kalirejo, Bedali, Turirejo, Ketindan, Sidodadi, Wonorejo, Sidoluhur, Sumber

(5)

5 Porong, Mulyoarjo, Srigading, dan

Sumber Porong. Desa yang mengalami permasalahn ketersediaan air yaitu Desa Mulyoarjo dan Desa Sumber Porong. Kekurangan akan ketersediaan air ini dirasakan setelah Kecamatan Lawang bagian Utara dijadikan sebagai kawasan industri dengan jumlah industri yang berada di Kecamatan Lawang bagian Utara sebanyak 15 industri dan 394 usaha niaga. Sejalan dengan perkembangan Kecamatan Lawang menjadi kawasan industri juga diikuti dengan pertumbuhan jumlah penduduk dari 72.256 jiwa tahun 2000 menjadi 93.638 jiwa tahun 2010, akibatnya kebutuhan akan air untuk penduduk dan industri juga meningkat.

Dalam memperoleh air bersih penduduk desa Mulyoarjo dan desa Sumber Porong sebelumnya hanya memperoleh air bersih dari mata air Polaman dengan debit 70 liter/ detik. Saat ini kedua desa tersebut memperoleh tambahan suplai air dari mata air Kali Biru dengan debit 12 liter/ detik, Kedua mata air tersebut dikelola oleh PDAM unit Lawang dengan kondisi kedua mata air tersebut sudah tertutup dengan bangunan atau intake yang bertujuan agar sumber air tersebut terhindar dari pencemaran. Air yang berasal dari kedua sumber mata air

tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk, untuk industri sebesar 150,4 liter/detik atau 12.994.560 liter/hari (Data inventaris PDAM) dan untuk irigasi dengan luas 53 hektar lahan persawahan membutuhkan pasokan air sebesar 57 liter/detik atau 4.924.800 liter/hari (Dinas Pengairan Kabupaten Malang,2012).

Penduduk di desa Mulyoarjo dan Sumber Porong walaupun memperoleh suplai air dari mata air Polaman dan Kali Biru, namun sering mengalami aliran air yang relatif kecil bahkan tersendat-sendat hingga tidak mengalir pada waktu pagi dan sore hari antara pukul 04.00 - 09.00 dan pada pukul 16.00 – 18.00. Ketika musim kemarau penduduk setempat memperoleh air pada malam hari, karena air hanya mengalir pada pukul 19.00 – 04.00, sehingga penduduk setempat dalam memenuhi kebutuhan air untuk memasak harus mengambil air dari salah satu rumah warga yang menggunakan sumur,

sedangkan untuk mencuci dan mandi menggunakan air sungai yang tidak layak digunakan karena tercemar oleh limbah industri. Kondisi tersebut berlangsung selama 1 sampai 2 minggu berturut- turut. Menurut Wisnuwardhani 2008 ( dalam Devi, 2011: 37 ) menyatakan bahwa

(6)

6 pelanggan sangat membutuhkan air

dengan harapan minimal air mengalir selama 12 jam/hari, dan pengaliran dikatakan baik apabila standar minimal pengaliran 8 jam sehari. Permasalahan tersebut disebabkan karena pengelolaan kedua sumber mata air masih belum optimal . Air yang berpotensi di kedua mata air ini masih banyak yang terbuang untuk irigasi.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian evaluasi mengenai potensi mata air, sehingga penelitian ini berjudul Evaluasi Potensi mata air Polaman dan Kali Biru untuk suplai air bersih penduduk Kecamatan Lawang bagian Utara Kabupaten Malang

METODE PENELITIAN A. OBJEK DAN SAMPEL 1. Objek Penelitian

Objek fisik dan objek sosial. Objek fisik berupa air dari mata air Polaman dan Kali Biru . Objek sosial adalah penduduk yang kebutuhan air bersihnya disuplai PDAM yang bersumber dari kedua mata air tersebut.

2. Sampel Penelitian a. Sampel Air

Pengambilan sampel air di beberapa titik yaitu pada mata air Polaman dan Kali Biru, saluran pipa besar dan, kran penduduk dengan metode Purposive Sampling.

b. Sampel Responden

Populasi penduduk di Kecamtan Lawang bagian Utara sebanyak 11.426 jiwa. Dalam penelitian ini pengambilan sampel responden menggunakan metode Simple Random Sampling karena sampel yang

digunakan adalah jumlah penduduk desa Mulyoarjo dan Sumber Porong yang

semuanya menggunakan suplai air perpipaan (jasa PDAM).

B.ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Pelampung 2. Pembendung air 3. Bak ( ember) 4. Jurigen 5. Stopwatch 6. Meteran 7. Kalkulator 8. Alat tulis 9. Buku catatan

C.TEKNIK PENGUMPULAN DATA 1. Observasi

Teknik ini dilakukan ketika awal penelitian sehingga dengan melihat keadaan yang sebenarnya di lapangan .

(7)

7 2. Pengukuran di lapangan

Teknik pengumpulan data secara langsung di lapangan dengan

menggunakan alat tertentu. Pengukuran di lapangan digunakan untuk menentukan besarnya debit air mata air Polaman dan Kali Biru yang belum dioptimalkan dengan menggunkan metode Weir, Volumetrik dan apung

3. Wawancara

Dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara berstruktur dengan menggunakan pedoman wawancara yang ditujukan kepada penduduk yang bertujuan untuk memperoleh data kebutuhan air bersih penduduk.

4. Dokumentasi

Untuk memperoleh data sekunder yang berasal dari instansi atau lembaga yang terkait dengan penelitian maka dokumentasi

merupakan cara yang tepat digunakan dalam teknik pengumpulan data. Data- data

tersebut antara lain jumlah penduduk, data curah hujan, data penggunaan lahan, peta administrasi, jenis tanah , dan peta geologi untuk mengetahui struktur batuan pada mata air Polaman dan Kali biru.

D.ANALISIS DATA

1. Mengetahui Potensi Air dari Mata Air Polaman dan Kali Biru

Potensi air mata air Polaman dan Kali Biru merupakan besarnya kuantitas air dari mata air Polaman dan Kali Biru. Debit mata air Polaman dan Kali Biru dapat diketahui dengan melakukan pengukuran air

menggunakan metode Apung, Weir dan Volumetrik.

2. Menghitung Jumlah Kebutuhan Air Bersih

Untuk menghitung jumlah kebutuhan air penduduk dengan cara mengambil sampel penduduk , kemudian mengadakan wawancara dengan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan jumlah kebutuhan air bersih penduduk perhari , kemudian

menghitung jumlah besarnya kebutuhan air seluruh penduduk daerah pemukiman setiap harinya dengan rumus :

∑ Ka = ∑ p x Kbr

3. Evaluasi Persediaan Debit Air

Untuk mengetahui apakah debit air dari mata air Polaman dan Kali Biru mencukupi

(8)

8 dengan cara membandingkan antara debit air dari mata air Polaman dan Kali Biru dengan kebutuhan penduduk dengan rumus:

Q = ∑ Ka

4. Analisis Kualitas Mata Air Polaman dan Kali Biru

Untuk mengetahui bagaimana kualitas air di sumber mata air Polaman, Kali Biru, saluran pipa besar dan rumah penduduk sesuai dengan standar baku mutu air bersih dianalisa dengan cara membandingkan hasil uji

laboratorium dengan Peraturan Menteri

Kesehatan RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih. Adapun parameter yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

E.MODEL PENDISTRIBUSIAN AIR Model pendistribusian air dalam penelitian ini yaitu sistem perencanaan distribusi dengan menggunakan sistem pembagian pendistribusian air untuk industri, irigasi dan kebutuhan air bersih penduduk serta waktu pengaliran air dari PDAM yang

didistribusikan kepada penduduk Kecamatan Lawang bagian Utara.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Kuantitas Mata air

Tabel 5.1 Hasil pengukuran Debit Mata Air Polaman dan Kali Biru yang belum

dioptimalkan

N0 Sumber

Mata Air

Metode Pengukuran Hasil Pengukuran

1 Polaman Weir 46,99 liter/detik

Volumetrik 1,4 liter/detik

2 Kali Biru Apung 201 liter/detik

Total 249,39 liter/detik

Sumber: Data Primer Tahun 2012

Tabel 5.2 Debit Mata Air Polaman dan Kali Biru yang sudah dioptimalkan

N0 Sumber Mata Air Debit mata air

1 Polaman 70 liter/detik

2 Kali Biru 12 liter/detik

Total 82 liter/detik

Sumber : Data Inventaris PDAM 2011 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa besarnya debit air yang belum

dioptimalkan berasal dari mata air Polaman dengan metode Weir sebesar 46,99 liter/detik, dengan metode Volumetrik sebesar 1,4

(9)

9 air Kali Biru yaitu 201 liter/detik . Jumlah

debit kedua mata air yang belum dioptimalkan sebesar 249,39 liter/detik atau 21.547.296 liter/hari, sedangkan debit mata air yang sudah dioptimalkan sebesar 82 liter/detik atau

7.084.800 liter/hari. Total keseluruhan debit mata air yang belum dioptimalkan dan yang sudah dioptimalkan sebesar 331,39 liter/detik atau 28.632.096 liter/hari.

Berdasarkan besarnya debit air tersebut maka dapat ditentukan bahwa mata air

Polaman dan mata air Kali Biru termasuk mata air kelas IV dengan debit rata-rata 10-100 liter/detik dan merupakan tipe mata air

perennial springs, karena kedua mata air ini mempunyai debit yang konsisten sepanjang tahun.

2. Kualitas Air

Tabel 5.3 Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air

No Parameter Satuan Stan dar Baku Hasil Mata Air Polam an Mata Air Kali Biru Saluran Pipa Besar Rumah penduduk Rumah Penduduk 1 Bau - Tidak berba u Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau 2 Rasa - Tidak beras a Tidak berasa Tidak berasa Tidak berasa Tidak berasa Tidak berasa 3 Kekeruhan NTU 25 0,30 0,34 0,22 0.700 4,09 4 warna Pt.CO Tt Tt Tt Tt Tt Tt 5 pH - 6,5-8,5 6,5 6,5 6,2 6,0 6,3 6 Kesadahan mg/L 500 149 138 149 144 138 7 8 Besi mg/L 0,3 Tt Tt <0,0205 Tt Tt 8 Nitrat mg/L 50 0,699 0,429 0,680 0,700 0,497 9 E.Coli MPN/1 00 ml 0 < 2 < 2 < 2 < 2 < 2 10 Total Coliform MN/10 0 ml 0 < 2 < 2 < 2 < 2 < 2

Berdasarkan tabel 5.3 diatas hasil uji laboratorium kualitas air dapat diketahui bahwa sifat fisik air dari kedua mata air, saluran pipa besar dan rumah penduduk tidak berbau, tidak

berasa dan tidak berwarna. Tingkat kekeruhan antara air yang berasal dari kedua mata air sampai ke rumah penduduk terdapat perbedaan. Nilai kekeruhan pada kedua mata air yaitu 0,30 NTU dan 0,34 NTU sedangkan nilai kekeruhan

(10)

10 pada air saluran pipa besar sebesar 0,22 NTU dan nilai kekeruhan pada kran rumah penduduk juga mengalami perbedaan, nilai kekeruhan pada kran rumah penduduk pertama sebesar 0,20 NTU, dan kran rumah penduduk ke dua sebesar 4,09 NTU, namun tingkat kekeruhan air pada kedua mata air, saluran pipa besar dan rumah penduduk berada dibawah standar mutu air yang ditetapkan hal ini menunjukkan bahwa air tersebut layak untuk dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari.

Kandungan kimia air yang bersumber dari kedua mata air, saluran pipa besar dan rumah penduduk masih dibawah rentangan standar baku yang telah ditetapkan seperti, kandungan besi, kesadahan total dan kandungan Nitrat. pH air yang merupakan parameter kimia yang mengalami perbedaan kadarnya antara pH air yang terkandung pada kedua mata air sampai ke rumah penduduk. pH yang terkandung pada kedua mata air sebesar 6,5 hal ini menunjukkan bahwa kandungan pH air sesuai dengan standar yang ditetapkan, namun pH pada saluran pipa besar dan air rumah penduduk mengalami penurunan pada saluran pipa besar sebesar 6,2 sedangkan pada air rumah penduduk sebesar 6,0 dan 6,3 hal tersebut dapat mempengaruhi

kualitas air untuk dikonsumsi.

Sifar Bakteriologi yang terkandung pada air sumber mata air, saluran pipa besar dan rumah penduduk terdeteksi mengandung bakteri

E.Coli kurang dari 2 MPN/100 ml diatas standar baku mutu air yang ditetapkan yaitu 0 MPN/100 ml. Air tersebut juga terdeteksi mengandung Total Coliform kurang dari 2 MN/100 ml diatas standar baku yang telah ditetapkan yaitu 0 MN/100 ml.

3. Kebutuhan Air Bersih penduduk kebutuhan air bersih penduduk

Kecamatan Lawang bagian utara berdasarkan hasil wawancara terhadap 100 responden yang terbagi pada dua desa yaitu 51 responden di desa Mulyoarjo dan 49 responden di desa Sumber Porong yaitu kebutuhan air bersih penduduk per kapita perhari.

a. Kebutuhan Air Bersih Penduduk per Kapita per Hari

Jumlah rata-rata kebutuhan air bersih penduduk desa Mulyoarjo untuk memasak, mandi, mencuci pakaian dan kendaraan, menyiram tanaman dan minum ternak sebesar 76,38 liter/detik. Rata-rata kebutuhan air bersih penduduk desa Mulyoarjo sesuai dengan nilai konsumsi orang Indonesia sebesar 90-140

liter/jiwa/hari (Priyono:28) dan sesuai kebutuhan air bersih rata-rata penduduk desa Sumber Porong sebesar 89,37

liter/hari lebih besar dibandingkan dengan rata-rata kebutuhan air bersih penduduk desa Mulyoarjo, hal ini dikarenakan penduduk di desa Sumber Porong pola

(11)

11 hidupnya mengalami perubahan seperti masyarakat perkotaan seiring dengan perkembangan desa Sumber Porong dan jumlah pendatang yang semakin

meningkat.

4. Jumlah kebutuhan Air Bersih Seluruh Penduduk di Desa Mulyoarjo dan Sumber Porong

Jumlah air bersih yang dibutuhkan oleh seluruh penduduk di Desa Mulyoarjo, dapat diperoleh dari perhitungan dibawah ini:

∑Ka = ∑P x Kbr = 5.875 x 76,38 = 448.732, 5 liter/hari

Jumlah air bersih yang dibutuhkan oleh seluruh penduduk di desa Sumber Porong yaitu:

∑Ka = ∑P x Kbr = 5.551 x 89,37 = 496.092,87 liter/hari

Total kebutuhan air bersih penduduk Kecamatan Lawang bagian utara yang memperoleh suplai air dari mata air Polaman dan Kali Biru adalah 944.825,37 liter/hari.

Air yang berasal dari kedua mata air ini tidak hanya di distribusikan untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk saja tetapai juga untuk industri dan irigasi. Berikut disajikan tabel pemanfaatan air mata air Polaman dan Kali Biru

Tabel 5.7 Pemanfaatan air mata air Polaman dan Kali Biru

Pemafaatan Air Air Bersih

penduduk

Industri Irigasi Total

944.825,37 liter/hari 12.994.560 liter/hari 4.924.800 liter/hari 18.864.185,37 liter/hari

Tabel diatas menunjukkan bahwa air dari kedua mata air tersebut dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk sebesar 944.825,37 liter/hari. Air yang didistribusikan untuk industri sebesar

12.994.560 liter/hari. Air yang disalurkan untuk irigasi sawah sebesar 53 hektar yaitu 4.924.800 liter/hari. Total keseluruhan air yang

didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk, industri dan irigasi sebesar 18.864.185,37 liter/hari.

B. Pembahasan

1. Evaluasi Kuantitas Mata Air Polaman dan Kali Biru dengan Kebutuhan Air Bersih Penduduk Kecamatan Lawang bagian Utara

Evaluasi kuantitas mata air Polaman dan Kali Biru dengan kebutuhan air bersih

dilakukan untuk membandingkan besar persediaan air yang diproduksi oleh mata air Polaman dan Kali Biru dengan kebutuhan air bersih penduduk Kecamatan Lawang bagian Utara, dengan harapakan dapat memenuhi kebutuhan air bersih penduduk di desa

(12)

12 tanpa ada perbedaan pendistribusian.

Pengukuran debit mata air Polaman dan Kali Biru dilakukan pada musim kemarau, tepatnya pada bulan Juli tahun 2012 yang dilaksanakan pada pukul 10.00 WIB dengan menggunakan metode WEIR dengan bentuk persegi panjang dan metode Volumetrik pada mata air Polaman, sedangkan pada mata air Kali Biru dengan metode Apung. Besarnya debit mata air Polaman dan Kali Biru yang sudah

dioptimalkan sebesar 82 liter/detik sedangkan yang belum dioptimalkan sebesar 249,39 liter/detik. Total debit air mata air Polaman dan Kali Biru yaitu sebesar 331,39 liter/detik atau 28.632.096 liter/hari.

Hasil perhitungan debit mata air Polaman dan Kali Biru yang sudah dioptimalkan dan yang belum dioptimalkan pada musim kemarau menunjukkan bahwa mata air tersebut memiliki debit air yang besar yaitu lebih dari 100

liter/detik baik pada musim kemarau ataupun pada musim penghujan. Rahrdjo dkk (2008) menjelaskan bahwa karakteristik mata air dengan debit air berkisar antara 100-500 liter/detik dinyatakan mata air dengan debit yang besar. Kedua mata air tersebut termasuk tipe mata air perennial springs karena kedua mata air ini mempunyai debit yang konsisten sepanjang tahun dan tidak dipengaruhi oleh musim, sehingga dapat dimanfaatkan pada waktu sekarang dan yang akan datang.

Kuantitas air yang dihasilkan oleh mata air cukup banyak dan tidak terpengaruh oleh musim maka air tersebut dapat digunkan untuk kepentingan umum dalam jangka waktu yang panjang (Alamsyah,2006)

Evaluasi kuantitas air mata air Polaman dan Kali Biru dengan kebutuhan air bersih penduduk desa Mulyoarjo dan Sumber Porong dilakukan dengan membandingkan total air yang diproduksi kedua mata air tersebut tiap harinya dengan besarnya kebutuhan air bersih tiap hari dari seluruh penduduk di desa

Mulyoarjo dan sumber Porong. Dari hasil perhitungan total keseluruhan debit mata air Polaman dan Kali Biru yang sudah

dioptimalkan dan yang belum dioptimalkan sebesar 331,39 liter/detik atau 28.632.096 liter/hari yang digunakan untuk industri sebesar 12.994.560 liter/hari dan irigasi sebesar

4.924.800 liter/hari sehingga air bersih yang dapat didistribusikan kepada penduduk sebesar 10.712.736 liter/hari. Debit air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk di desa Mulyoarjo dan desa Sumber Porong yaitu 944.825,37 liter/hari. Angka perbandingan kebutuhan air bersih seluruh penduduk

Kecamatan Lawang bagian Utara dengan debit mata air yaitu 11:1. Angka perbandingan menunjukkan bahwa debit air pada mata air Polaman dan Kali biru dapat memenuhi

(13)

13 dan Sumber Porong jika pihak pengelola yaitu PDAM mampu memanfaatkan air yang belum dioptimalkan untuk menambah suplai air bersih penduduk, agar penduduk dapat memperoleh air bersih dengan lancar tanpa ada gangguan. Ketidak lancaran air yang didistribusikan kepada penduduk, disebabkan masih banyak air yang belum dimanfaatkan secara optimal hal ini terbukti air yang disalurkan saat ini hanya 82 liter/detik atau 7.084.800 liter/hari dengan total kebutuhan untuk industri, irigasi dan air bersih penduduk sebesar 18.864.185,37, maka angka perbandingannya diperoleh 3:1 sehingga air dari kedua mata air tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan air bersih penduduk Kecamatan Lawang bagian Utara.

2. Evaluasi Kualitas Mata Air Polaman dan Kali Biru dengan Kebutuhan Air Bersih Penduduk Kecamatan lawang bagian Utara

Evaluasi kualitas mata air Polaman dan kali Biru dalam memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari dilakukan dengan mlakukan uji kualitas air dari mata air Polaman dan Kali Biru serta air yang berasal dari saluran pipa penduduk dan kran rumah penduduk, kemudian dibandingkan dengan standar baku mutu air PERMENKES No.

492.MENKES/PER/1V/2010 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum parameter wajib.

Berdasarkan hasil uji kualitas air terhadap mata air Polaman, Kali Biru, air berasal dari saluran pipa besar, dan air dari kran rumah penduduk dapat diketahui bahwa sifat fisik yang terdiri dari parameter bau, rasa, warna dan kekeruhan berada dibawah standar baku mutu air. Parameter bau, rasa, dan warna tidak memiliki variasi antara air yang berasal dari sumber mata air dan saluran pipa besar serta kran rumah penduduk. Hal ini

dikarenakan hasil pada parameter bau, rasa dan warna memiliki nilai yang sama, yaitu tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Parameter kekeruhan tiap sampel berbeda antara air yang berasal dari sumber mata air, saluran pipa besar, dan kran rumah penduduk. Semakin jauh dari sumber mata air tingkat kekeruhannya semakin tinggi, hal tersebut disebabkan karena semakin jauh dari sumber mata air semakin besar faktor yang

mempengaruhi kualitas air, salah satunya yaitu kebocoran pipa yang menyebabkan masuknya butiran-butiran koloid dari tanah pada air.

Sifat Kimia yang terkandung dalam sampel air pada mata air Polaman, kali Biru, saluran pipa besar dan kran rumah penduduk terdiri dari Nitrat dan Kesadahan total yang berada di bawah standar baku mutu air yang ditetapkan yaitu untuk parameter Nitrat kurang dari 10 mg/L dan parameter Kesadahan total kurang dari 500 mg/L. Nitrat, dan kesadahan

(14)

14 merupakan parameter lain yang digunakan

dalam uji kualitas air, hal ini dikarenakan parameter tersebut sangat mempengaruhi kesehatan konsumen jika berada diatas standar baku mutu air. Berdasarkan hasil uji

laboratorium air yang berasal dari kedua mata air dan kran rumah penduduk tidak terdeteksi adanya kandungan besi, tetapi pada sampel air yang berasal dari saluran pipa besar

mengandung <0,0205 mg/L namun masih berada dibawah standar baku mutu air. Parameter yang lain yaitu pH, kandungan pH pada kedua mata air sudah sesuai dengan standar baku mutu air namun pada air yang berasal dari saluran pipa besar dan kran penduduk kurang dari 6,5 hal ini dapat

membahayakan kesehatan penduduk pengguna air, sesuai dengan pendapat Denis (2010) yang menyatakan bahwa pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari penyimpangan standar kualitas air minun dalam hal pH yang lebih kecil 6,5 dan lebih besar dari 9,2 dapat

menyebabkan senyawa kimia berubah menjadi racun yang sangat mengganggu kesehatan.

Parameter bakteriologi yang digunakan pada uji kualitas mata air Polaman, kali Biru, saluran pipa besar, serta kran rumah penduduk yaitu Total Coliform dan kandungan E. Coli. Nilai Total Coliform dan E.Coli yang

terkandung pada sampel air rata-rata sebesar <2 MPN/100 ml, hal ini menunjukkan bahwa air

yang berasal dari kedua mata air dan yang berada pada saluran pipa besar serta kran rumah penduduk mengandung bakteri diatas standar baku yang ditetapkan yaitu 0 MPN/100 ml. Jika digunakan untuk air minum harus dimasak terlebih dahulu, hal ini sesuai dengan pendapat Soewarno (2002) yang menjelaskan bahwa khusus air minum, disyaratkan bahwa tidak mengandung bakteri pathogen misalnya bakteri golongan E.Coli, karena kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air dan harus dimasak atau diolah terlebih dahulu jika dijadikan sebagai air minum.

Penjelasan tentang sifat fisik, kimia dan bakteriologi pada kedua mata air, air dari saluran pipa besar , dan kran rumah

penduduk dapat dinyatakan bahwa air yang disalurankan ke penduduk layak digunakan dalam memenuhi kebutuhan air bersih penduduk Kecamatan Lawang bagian Utara. Kualitas air tersebut termasuk golonga B yaitu air sebagai bahan baku yang harus diolah terlebih dahulu menjadi air minum dan keperluan rumah tangga lainnya ( Handoyo, 2003).

3. Perencanaan Distribusi Air Bersih Dari Mata Air Polaman dan Kali Biru Kepada seluruh Penduduk Kecamatan Lawang bagian Utara

Perencanaan distribusi air bersih dari mata air Polaman dan Kali Biru kepada

(15)

15 seluruh penduduk Kecamatan Lawang bagian Utara dibuat dengan menggunakan siatem pembagian pendistribusian air dan waktu pengaliran air dari PDAM untuk penduduk desa Mulyoarjo dan Sumber porong . Debit air yang didistribusikan kepada seluruh penduduk sebesar 123,99 liter/detik atau 10.712.736 liter/hari dan model pendistribusian air yaitu dengan simulasi pola pendistribusian air tiap desa di Kecamatan Lawang bagian Utara. Tabel 5.8 Simulasi Pola Pendistribusian Tiap Desa di Kecamatan Lawang bagian Utara.

Daerah Penelitian Desa

Mulyoarjo Desa Sumber Porong Total ∑ Kebutuhan air ( liter/hari) 448.732,5 liter/hari 496.092,87 liter/hari 944.825,37 liter/hari

Berdasarkan tabel simulasi pola pendistribusian tiap desa di Kecamatan Lawang bagian utara yang terdiri dari desa Mulyoarjo dan desar Sumber Porong dengan kebutuhan air bersih pada desa Mulyoarjo sebesar 448.732,5 liter/hari dan desa Sumber Porong sebesar 496.092,87 liter/hari

sehingga total kebutuhan air bersih kedua desa tersebut sebesar 944.825,37 liter/hari. Kebutuhan air bersih kedua desa ini dapat terpenuhi jika air yang didistribusikan lancar selama 24 jam, sehingga pendistribusian dilakukan mulai pukul 23.00- 05.30 karena aktifitas penduduk desa Mulyoarjo rata-rata

bekerja sebagai petani, buruh pabrik dan pelajar. Pendistribusian air bersih ke desa Sumber Porong dimulai pukul 05.30 sampai pukul 09.00 karena penduduk desa Sumber Porong mayoritas bekerja sebagai PNS dan pelajar. Untuk lebih jelasnya pembagian waktu pendistribusian air bersih dapat dilihat pada

Pada jam 23.00-05.30, 09.00-13.00, 15.00-16.30 dan 19.00-21.00 pendistribusian dilakukan di desa Mulyoarjo dengan jumlah penduduk 5.875 jiwa. Desa Sumber Porong memperoleh distribusi air bersih pada jam 05.30-09.00, 13.00-15.00, 16.30-19.00 dan 21.00-23.00 dengan jumlah penduduk 5.551 jiwa. Jam distribusi air antara desa satu dengan desa yang lain berbeda, hal ini bertujuan untuk mencukupi kebutuhan air bersih semua penduduk di Kecamatan

Lawang bagian Utara . Pembagian jam untuk tiap desa didasarkan pada besarnya jumlah penduduk, karena setiap desa besar jumlah penduduknya berbeda. Data diatas

menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbesar yaitu desa Mulyoarjo dan desa tersebut lebih dekat jaraknya dengan sumber mata air dibanding desa Sumber Porong, sehingga yang memperoleh air terlebih dahulu yaitu desa Mulyoarjo pada pukul 23.00-05.30. Jenis pekerjaan dalam suatu desa juga berpengaruh terhadap

(16)

16 pendistribusian air bersih. Desa Mulyoarjo lebih banyak bekerja sebagai petani, buruh pabrik dan pelajar. Aktifitas penduduk untuk memasak, minum, dan mandi dilakukan menjelang pagi hari, sehingga air

didistribusikan dari malam hingga pagi dan air mengalir kembali pada pukul 09.00- 13.00, karena air dibutuhkan oleh penduduk untuk mencuci pakaian dan minuman ternak sedangkan aktifitas mencuci kendaraan dan mandi dilakukan pada sore hari pada pukul 15.00-16.30 . Penduduk desa Sumber Porong lebih banyak bekerja sebagai pegawai negeri dan pelajar, sehingga pendistribusian

dilakukan pada jam 05.30-09.00 untuk melakukan aktifitas mandi, masak dan mencuci pakaian. Air mengalir kembali pada pukul 13.00-15.00 dan pukul 16.30-19.00 digunkan untuk mandi sore, dan mencuci kendaraan.

Model pendistribusian dengan sistem pembagian pengaliran untuk industri, irigasi dan penduduk serta waktu pendistribusian air pada tiap desa di harapkan dapat memenuhi

kebutuhan air bersih baik untuk industri, irigasi dan yang utama adalah penduduk Kecamatan Lawang bagian Utara. Model pendistribusian tersebut dapat dilakukan secara optimal dengan metode kombinasi gravitasi dan pompa. Metode kombinasi gravitasi dan pompa dilakukan pada pagi hingga menjelang malam antara pukul 04.00 sampai pukul 21.00 ketika penduduk melakukan banyak aktifitas. Dalam metode kombinasi gravitasi dan pompa kelebihan air yang dipompa selama periode konsumsi air tinggi, air yang tertampung dialirkan untuk menambah air yang didistribusikan (Koentjoro, 2009)

DAFTAR RUJUKAN

Anjani, Kurnia Dewi. 2011. Evaluasi Potensi Mata Air Kali Brugon untuk Suplai Air Bersih bagi Penduduk di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang. Skripsi tidak

diterbitkan. Malang: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rhineka Cipta. Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Budi. 2011. Potensi Air Tanah Kota Malang Menipis, (Online),

(17)

http://databerita.com/potensi-air-17 tanah-kota-malang-menipis/,

diakses 23 Januari 2012. Denis, R. 2010. Kualitas dan Kuantitas Air

Bersih untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih untuk Pemenuhan Kebutuhan Manusia. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang.

Devi, Puspita. 2011. Evaluasi Potensi Sumber Air PDAM sebagai Persediaan Air Bersih Penduduk Kota Balikpapan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang.

Kodoatie, R.J. 1996. Pengantar Hidrologi. Yogyakarta: ANDI.

Mustika, Bayu Adiwena. 2010. Pengelolaan Sumber Mata Air Wiwit dan Bambang untuk Suplai Air Bersih Penduduk di Kecamatan Wajak Kabupaten Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang. Rahardjo, N., Purnama, S. & Sulaswono, B.

2008. Pemetaan Potensi Mata Air di Pulau Bali.Jurnal Teknik Lingkungan, (Online), 4 (2) :

105-118, ( http:

//m.Tek.Ling.com/pemetaan potensi mata air di pualu Bali/, diakses 16 Desember 2011. Samekto, C dan Winata, E.S. 2010. Potensi

Sumber Daya Air di Indonesia. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Penyediaan Air Bersih untuk Kabupaten/Kota di Indonesia, Jakarta, 16 Juni 2010, (Online),

(http://www.Bappenas.co.id/pote nsi Sumber Daya Air

Indonesia.pdf), diakses 23 Februari 2012.

Sari, D. C. 2010. Air Bersih: Understanding Infrastructure, George Rainer, (Online), (http: chapter-1-water-supply-Diah_cahyani.pdf), diakses 23 Februari 2012. Sholekhah, Mar’atus. 2011. Evaluasi

Potensi Mata Air Song Bajul untuk Suplai Air Bersih

Penduduk di Desa Pucanglaban dan Desa Sumberdadap

Kecamatan Pucunglaban Kabupaten Tulungagung Tahun 2010-2050. Skripsi tidak

(18)

18 Ilmu Sosial Universitas Negeri

Malang.

Sunaryo, T dan Walujo, T. 2004.

Pengelolaan Sumber Daya Air Konsep dan Penerapannya. Malang: Bayumedia Publishing Tim Penyusun. 2010. Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang.

Gambar

Tabel 5.3 Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air

Referensi

Dokumen terkait

Schubungan dengan hal tersebut saya mohon sudi kiranya Bapak/lbu bcrkenan memberi ijin bagi mahasiswa yang bersangkutan untuk mcngambil data di tempat yang Bapa,k!Ibu

[r]

12 Menurut Bapak/Ibu nilai-nilai kultur apa saja yang tampak dalam keseharian di sekolah yang mendorong prestasi kerja guru dan siswa. □ Ikhlas dalam bekerja dalam

Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengidentifikasi tingkat kepuasan pasien di wilayah pelayanan Puskesmas Jakarta Utara terhadap sikap caring perawat pelaksana tahun

Pada penelitian kali ini, peneliti akan melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara lama menderita penyakit diabetes mellitus tipe II dengan waktu reaksi pada

Bab ini meliputi Hasil Penelitian dan Pembahasan tentang riwayat atau awal mula terbentuknya dan cara penyajian Kesenian Genjring Rudat Grup Kandaga

habisnya, terus terang saja, aku nggak percaya sama kamu Tak usah marah. Aku tahu kamu orangnya sederhana cuman, karena kamu merasa asing saja makanya kamu selalu bilang

1) Identifikasi potensial kecelakaan dan kejadian darurat. 2) Identifikasi personel yang melakukan penanggulangan selama kejadian darurat. 3) Tanggung jawab, wewenang