I Wayan Suana Saleh Amin Hilman Ahyadi Lalu Achmad Tan Tilar Wangsajati Sukmaring Kalih Gito Hadiprayitno
BIRDWATCHING
di Taman Wisata Alam Kerandangan
UU No 19 Tahun 2002, Tentang Hak Cipta
Fungsi dan Sifat hak Cipta Pasal 2
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hak Terkait Pasal 49
1. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya.
Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Birdwatching di Taman W isata Alam Kerandangan
Copyright © 2016
Penulis : I Wayan Suana, Saleh Amin, Hilman Ahyadi, Lalu Achmad Tan Tilar W.S.K, Gito Hadiprayit no Desain buku : Saleh Amin
Gambar sampul : Celepuk Rinjani (Ot us jolandae) oleh Saleh Amin
KONTRIBUTOR FOTO
Lan Sunarta : Uncal Buau (halaman 23)
Wahyudi Amin : Gosong Kaki-merah (halaman 14) Kehicap Ranting (halaman 54) Saleh Amin : Semua foto lainnya
FopyrigOP © 2016 Ny PenerNiP K-MediM All rigOP reserved
Hsi diluMr PMnggung jMRMN percePMkMn
HMk FipPM dilindungi UndMng-UndMng No 1E TMOun 2002B GilMrMng memperNMnyMkCmenyeNMrluMskMn dMlMm NenPuk MpMpun
PMnpM izin PerPulis dMri PenerNiP K-MediMB
FePMkMn PerPMmM: GesemNer 2016
PenerNiP K-MediM AnggoPM HKAPH
Perum Pondok HndMO BMngunPMpMn, Blok B-1D PoPorono, BMngunPMpMn, BMnPulB DD1E6B KogyMkMrPM
e-mMil: kmediMBcv@ gmMilBcom
SUANA, H JMyMn, eP MlB
BirdRMPcOing; di TMmMn JisMPM AlMm KerMndMngMn, H JMyMn SuMnM, dkkB -- KogyMkMrPM: PenerNiP K-MediM, 2016B
72 OlmB ; 23 cmB
HSBN: E78-602-6D70-00-0
DAFTAR ISI
B ubut A lang-alang C elepuk Rinjani W alet Sarang-putih W alet SapiKapinis Rumah
PENGANTAR
Ekowisata birdw atching banyak diminati wisatawan dalam satu dekade terakhir.
B anyak agen-agen wisata yang menawarkan paket-paket wisata birdw atching
bermunculan. Lombok yang merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia belum mengandalkan ekowisata birdw atching sebagai salah satu
objek daya tarik wisata, padahal Lombok mempunyai potensi yang besar untuk itu. Taman W isata A lam (TW A ) Kerandangan merupakan salah satu kawasan yang sangat potensial untuk menjadi kawasan ekowisata birdw atching. U ntuk
mendukung pengembangan ekowisata birdw atching di TW A Kerandangan maka
diperlukan panduan agar memudahkan wisatawan dalam berwisata.
B uku ini disusun dengan tujuan untuk menyediakan panduan bagi wisatawan yang berminat melakukan wisata birdw atching di TW A Kerandangan. Deskripsi
mengenai ciri khas burung, habitat, serta perilakunya, disajikan secara ringkas namun padat, sehingga memudahkan wisatawan untuk mengindentifikasi burung di lapang. Gambar-gambar burung juga ditampilkan untuk mendukung deskripsi yang telah disajikan. Selain itu disajikan pula peta jalur-jalur pengamatan yang dapat dipilih oleh wisatawan sesuai dengan minatnya.
M elalui serangkaian penelitian yang panjang, kami berharap dapat menyajikan yang terbaik di dalam buku ini. Tetapi kami menyadari bahwa buku ini tidaklah sempurna. Saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan, agar dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada. Tak lupa juga kami sampaikan terimakasih kepada KEM RISTEKDIKTI atas hibah P enelitian P rioritas Nasional M P 3EI, B KSDA NTB atas ijin penelitian, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian buku ini. Kami berharap buku ini dapat memenuhi harapan pihak-pihak yang memerlukan, terutama wisatawan yang berminat melakukan wisata birdw atching di TW A Kerandangan.
M ataram, A gustus 2016
H
utan Kerandangan merupakan kawasan konservasi yang berada di bawah pengelolaan B alai Konservasi Sumberdaya Daya A lam Nusa Tenggara B arat (B KSDA NTB ). B erdasarkan Surat Keputusan (SK) M enteri Kehutanan No. 494/ Kpts-II/92, tanggal 1 Juni 1992, status hutan Kerandangan adalah sebagai Taman W isata A lam (TW A ) dengan luas 396,10 ha. Tipe vegetasi hutan Kerandangan adalah hutan musim dataran rendah. Tipe iklim menurut klasifi kasi Schmidt-Ferguson adalah tipe iklim D yang sangat dipengaruhi oleh angin muson.S
ecara administrasi pemerintahan,wilayah Desa Senggigi, Kecamatan B atu Layar, TW A Kerandangan termasuk ke dalam Kabupaten Lombok B arat. Secara astronomis terletak pada 8º20´13´´ – 8º20´15´´ LS dan 116º04´00´´ – 116º04´03´´ B T.K
eberadaan dua air terjObyek Daya Tarik W isata (un,ODTW ) yaitu: Goa W alet dan P utri Kembar merupakan yang menjadi favorit bagi wisatawan lokal di TW A Kerandangan. Keanekaragaman fl ora dan fauna juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai ODTW baru, sehingga dapat meningkatkan jumlah wisatawan ke TW A Kerandangan.S
pesies tumbuhan yang terdapat di TW A Kerandangan,(Dyospiros malabarica), terep (A rthocarpus elastica), antara lain: sentul (Aglaia kelicung sp.),beringin (Ficus benjamina), goak (Ficus sp.), klokos udang (Dracontomellon mangiferum) dan jukut (Eugenia sp.).
D
i TW A Kerandangan terdapat 56 spesies burung yang termasuk ke dalam 31 famili. Diantara spesies-spesies tersebut, terdapat satu spesies yang menurut IU C N statusnya tergolong Kritis (C ritically Endangered) yaitu Elang Flores (Nisaet usfl oris). Terdapat juga tiga spesies burung yang statusnya H ampir Terancam (Near Threatened). Ketiga spesies burung tersebut adalah C elepuk Rinjani (Ot us jolandae), C ekakak Kalung-cokelat (Todiramphus aust ralasia), dan Sikatan
Dada-merah (Ficedula dumetoria). Satwa lain seperti biawak (Varanus salvator), kera
ekor panjang (M acaca fascicularis) dan lutung (Tracypit hecus aurat us) juga dapat
dijumpai di TW A Kerandangan.
PENDAHULUAN
S
umberdaya ekowisata terdiri dari sumberdaya alam dan sumberdaya manusiayang dapat diintegrasikan menjadi komponen terpadu bagi pemanfaatan wisata. B erdasarkan konsep pemanfaatan, wisata dapat diklasifi kasikan menjadi: wisata alam (nat ure tourism), wisata budaya (cult ural tourism), dan ekowisata(ecotourism, green tourism atau alternative tourism).
W
isata alam merupakan aktivitas wisata yang ditujterhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.ukan pada pengalaman W isata budaya menjadikan kekayaan budaya sebagai obyek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan. Ekowisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan.E
kowisata merupakan perjalanan ke daerah alami serta bertanggung jawab untuk melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Ekowisata dimulai ketika dirasakan adanya dampak negatif pada kegiatan pariwisata massal oleh ahli lingkungan, budayawan, tokoh masyarakat dan pelaku bisnis pariwisata. Setelah itu paradigma pariwisata bergeser dari wisata massal ke wisata minat khusus. W isatawan minat khusus menginginkan perjalanan yang lebih bermakna, berkualitas dan menambah pengalaman hidupnya serta memperoleh pengetahuan baru.E
kowisata memaksimalkan dan sekaligus melestarikan potensi sumber daya alam dan budaya masyarakat setempat untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan. Ekowisata menyatukan konservasi, masyarakat, dan perjalanan yang berkelanjutan. Ini berarti bahwa mereka yang melaksanakan dan berpartisipasi dalam kegiatan ekowisata harus mengikuti prinsip - prinsip ekowisata, yaitu: 1) mencegah dan menanggulangi dampak aktivitas wisata terhadap alam dan budaya dengan cara yang sesuai dengan karakter sosial budaya setempat; 2) memberikan pendidikan konservasi lingkungan kepada pelaku wisata dan masyarakat; 3) alokasi retribusi dan pajak untuk pengelolaan kawasan konservasi; 4) memotivasi dan meningkatkan peran masyarakat dalam proses pengelolaan kawasan; 5) masyarakat mendapat nilai ekonomi dari kegiatan wisata sehingga termotivasi untuk menjaga kawasan; 6) pembangunan fasilitas wisata tetap menjaga keharmonisan dan keaslian alam; dan 7) daya dukung sebagai pembatas pembangunan fasilitas dan jumlah.BIOEKOLOGI
Sering berdiri di tepi perairan menunggu mangsa berupa ikan, katak dan serangga air. Sarangnya diletakkan pada semak-semak yang tidak terlalu tinggi, kadang-kadang dekat permukaan air.
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Tercatat hanya sekali. Ditemukan di daerah aliran sungai dekat pos jaga. Kemungkinan erat kaitannya dengan jarak pantai yang cukup dekat dengan Kawasan TW A Kerandangan.
Kokokan Laut
Butorides striata
Striated Heron
KARAKTER M ORFOLOGI
Sikepmadu Asia
Pernis ptilorhynchus
Crested Honey Buzzard
BIOEKOLOGI
M erupakan burung predator diurnal. B erbiak di A sia dari Siberia tengah ke timur sampai Jepang. M ereka bermigrasi ketika musim dingin ke A sia Tenggara. M ereka merupakan burung spesialis pemakan larva lebah dan tawon, sarang lebah serta madu. Kadang-kadang juga memakan serangga-seranga kecil.
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
P opulasinya bertambah ketika memasuki musim migrasi antara bulan Oktober -November. Dari catatan yang ada, TW A Kerandangan merupakan jalur migrasi burung-burung pemangsa setiap tahun.
KARAKTER M ORFOLOGI
Elang Bondol
Haliastur indus
Brahminy Kite
BIOEKOLOGI
M erupakan predator diurnal. Daerah penyebaran meliputi India, A sia Tenggara dan A ustralia. A da empat subspesies, yaitu:H. i. indus (B oddaert, 1783) ditemukan di A sia
Selatan; H . i. fl avirostris C ondon & A madon, 1954 ditemukan di Kepulauan Solomon;H. i. girrenera (V ieillot, 1822) ditemukan di P apua New Guinea, Kepulauan B ismarck, dan
A ustralia;H. i. intermedius B lyth, 1865 ditemukan di Semenanjung M alaya, Sumatra, Jawa,
Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Filipina. B urung ini menyukai wilayah pesisir dan lahan basah, mencari makanan berupa ikan-ikan yang sudah mati.
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Tergolong sebagai pengunjung tetap di TW A Kerandangan, namun dalam waktu yang tidak menentu.
KARAKTER M ORFOLOGI
ACCIPITRIDAE
Elangalap Cina
Accipiter soloensis
Chinese Sparrowhawk
BIOEKOLOGI
M erupakan predator diurnal. B erbiak di C hina Tenggara, Taiwan, Korea dan Siberia. Ketika di daerah berbiak mengalami musim dingin, burung ini bermigrasi ke Indonesia dan Filipina. B urung ini menyukai daerah berhutan, dan kadang-kadang di pinggiran hutan. M akanannya umumnya katak, tetapi juga memakan kadal. H abitat umumnya di hutan, tetapi kadang-kadang juga dijumpai di pinggiran hutan.
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Tergolong sebagai burung migran, meskipun dapat ditemukan di luar musim migrasi. P opulasinya bertambah sekitar bulan Oktober - November. Kemungkinan hanya menggunakan TW A Kerandangan sebagai tempat peristirahatan sejenak sebelum meneruskan perjalanan. B urung-burung yang beristirahat di kawasan ini kemungkinan burung-burung yang sampai di Lombok pada waktu petang.
KARAKTER M ORFOLOGI
Elang Flores
Nisaetus fl oris
Flores Hawk-eagle
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Tercatat pertama kali pada bulan M ei 2015. Ketika itu, sepasang Elang Flores dijumpai sedang melakukan ritual perkawinan. C atatan kedua pada bulan September 2015. Sepasang Elang Flores dijumpai sedang bertengger pada pohon tinggi yang ada di lereng utara TW A Kerandangan. P ada bulan A pril dan M ei 2016, kembali teramati soaring di atas
kawasan. Keberadaan sarang di kawasan ini belum ditemukan dan memerlukan kajian lebih mendalam mengingat seringnya terlihat bertengger di TW A Kerandangan.
BIOEKOLOGI
Sebelumnya dimasukkan sebagai Elang B rontok Spizaetus cirrhatus fl oris hingga kemudian menjadi Nisaetus fl oris. Sering terlihat sendirian atau berpasangan. Sebagian besar diamati terbang di atas tajuk pohon, sepanjang lereng pegunungan. Terbang melayang (soaring)
di atas hutan saat tengah hari. M akanan umumnya sama dengan kelompok elang lainnya, yaitu mamalia kecil, burung, dan kadal. M asa kawin terjadi sekitar permulaan musim kemarau.
KARAKTER M ORFOLOGI
Gosong Kaki-merah
Megapodius reinwardt
Orange-footed Scrubfowl
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
B erdasarkan catatan yang ada di TW A Kerandangan, jenis ini dapat dikatakan memiliki perkembangan yang sangat baik. Tahun 2011, burung ini hanya tercatat 3 ekor dan hanya dijumpai di sekitar air terjun Goa W alet. Tahun 2014-2016, jumlah perjumpaan mengalami peningkatan yang signifi kan. B anyak sarang ditemukan di kawasan ini terutama di sekitar pos jaga TW A Kerandangan. Selain itu, lokasi sarang juga banyak ditemukan di daerah lereng kawasan, baik bagian utara maupun selatan. B egitu juga dengan bagian dalam kawasan, jenis ini sering ditemukan dan terdengar suaranya.
BIOEKOLOGI
M emiliki lima sub spesies yang ditemukan di pulau-pulau di kawasan W allacea serta P apua New Guinea bagian selatan sampai A ustralia bagian utara. B urung ini menyukai habitat hutan dan semak, mencari makan berupa biji-bijian, buah-buahan yang jatuh, serta invertebrata tanah. Sarangnya berupa gundukan pasir dan serasah yang akan menghasilkan panas akibat proses dekomposisi. P anas ini dipakai untuk menginkubasi telur-telurnya. Gundukan pasir dan serasah bisa mencapai tinggi 4,5 m dan diameter 9 m.
KARAKTER M ORFOLOGI
Ayamhutan Merah
Gallus gallus
Red Junglefowl
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Sangat sensitif dengan kehadiran manusia. B iasanya segera berlari ketika melihat manusia. Lebih mudah mendengar suaranya. P erjumpaan langsung dengan burung ini tercatat di punggung bukit selatan sekitar daerah B unut Ngengkang.
BIOEKOLOGI
Dianggap nenek moyang ayam peliharaan. P ertama kali didomestikasi sekitar lima ribu tahun yang lalu di A sia, kemudian dibawa ke seluruh dunia, yang dimanfaatkan daging dan telurnya sebagai sumber makanan. Daerah sebarannya mulai dari Tamil Nadu, India Selatan ke arah timur di C ina selatan ke M alaysia, Singapura, Filipina, dan Indonesia. Juga terdapat di Kepulauan H awaii, termasuk Kauai. M ereka juga dapat ditemukan di P ulau C hristmas, V anuatu, dan Kepulauan M ariana. M asing-masing daerah memiliki subspesies, yaitu:G. g. gallus (Indochina);G. g. bankiva (Jawa);G. g. jabouille (V ietnam);G. g. murghi
(India);G. g. spadiceus (B urma); G. g. domesticus (ayam peliharaan). B ersifat omnivora,
memakan serangga, biji-bijian, buah-buahan, dan umbi-umbian.
KARAKTER M ORFOLOGI
Ayamhutan Hijau
Gallus varius
Green Junglefowl
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Lebih sensitif dibandingkan dengan A yamhutan M erah karena hingga buku ini diterbitkan, jenis ini tidak pernah dilihat langsung, hanya terdengar suaranya saja. Kokokannya berbeda dengan A yamhutan M erah sehingga mudah untuk diidentifikasi. B iasanya terdengar berkokok dari lereng-lereng bukit kawasan TW A Kerandangan.
BIOEKOLOGI
A yamhutan H ijau endemik di Jawa, B ali, Lombok, Komodo, Flores, Rinca dan pulau-pulau kecil yang menghubungkan Jawa dengan Flores. M ereka ditemukan dari ketinggian 0 -2000 m di hutan hujan tropis dataran rendah, semak dan tanah yang subur. M ereka hidup dalam kelompok 2 - 5 ekor di alam liar yang dipimpin oleh seekor jantan dominan.
KARAKTER M ORFOLOGI
Gemak Loreng
Turnix suscitator
Barred Buttonquail
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Jenis ini sulit ditemukan karena sangat sensitif. B iasanya ditemukan pada jalur tengah kawasan terutama pada semak-semak. Selain itu, jenis ini juga ditemukan menghuni punggung perbukitan.
BIOEKOLOGI
H idup soliter atau berpasangan pada habitat rumput terbuka, semak atau sawah. Saat merasa terancam, biasanya melompat atau terbang pendek ke rerimbunan rumput atau semak di dekatnya untuk bersembunyi. M akanan berupa biji-bijian, daun muda, dan serangga. Diperkirakan musim kawin terjadi dua kali dalam setahun. Lebih menyukai hutan bambu sebagai lokasi bersarang.
KARAKTER M ORFOLOGI
Kareo Padi
Amaurornis phoenicurus
White-breasted Waterhen
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Tergolong sebagai jenis yang tidak umum. Jenis ini tercatat pada bagian aliran sungai sekitar pertengahan jalur antara Goa W alet dan P utri Kembar. Tahun 2015, sebuah sarang dengan 5 butir telur ditemukan pada semak di pinggiran sungai sekitar areal kemping.
BIOEKOLOGI
B urung ini tersebar di India, C hina selatan, A sia Tenggara, Filipina, Sulawesi, Kalimantan, Sumatra, Jawa dan Nusa Tenggara. B urung ini dapat ditemukan di rerumputan rawa, sawah, hutan bakau, parit-parit di tepi jalan, dan tentunya di lahan-lahan basah serta berair. M akanannya berupa biji-bijian, cacing, serangga, dan siput kecil. M ereka suka mengendap-ngendap dalam semak-semak, dan sering bersuara uwok-uwok dan sangat ribut. B eberapa ekor bersuara bersama-sama yang berbunyi turr-kruwak atau per-per- a-wak-wak-wak, juga dengan suara lain yang berlangsung sampai 15 menit pada siang dan malam hari.
KARAKTER M ORFOLOGI
Walik Kembang
Ptilinopus melanospila
Black-naped Fruit Dove
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Dari catatan yang ada di TW A Kerandangan, jenis ini tergolong umum baik di bagian tengah hingga daerah punggung perbukitan. Namun, peluang melihat jenis ini sangat kecil dan lebih mudah didengar suaranya karena memiliki suara yang khas.
BIOEKOLOGI
M ereka terdistribusi di Indonesia, M alaysia dan Filipina. Di Indonesia dijumpai di Jawa,
Lesser Sunda dan Sulawesi. M ereka terdapat di hutan pegunungan dan dataran rendah,
memakan buah-buahan.
KARAKTER M ORFOLOGI
Pergam Hijau
Ducula aenea
Green Imperial Pigeon
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Jenis ini tergolong lebih pemalu dan lebih susah ditemukan dibandingkan dengan W alik Kembang. U mumnya terdengar bersuara dari lereng perbukitan TW A Kerandangan.
BIOEKOLOGI
M ereka tersebar di hutan tropis di A sia selatan mulai dari India ke timur sampai Indonesia. M ereka memakan buahan-buahan di kanopi pohon.
KARAKTER M ORFOLOGI
Merpatihutan Metalik
Columba vitiensis
Metallic Pigeon
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Diantara jenis-jenis dari famili C olumbidae yang ada di TW A Keradangan, jenis ini yang paling susah untuk ditemukan. Selain karena jarang terdengar, juga karena prilakunya yang soliter. P erjumpaan dengan jenis ini terjadi hanya sekali pada tahun 2015 di daerah sekitar areal kemping.
BIOEKOLOGI
M ereka terdistribusi di hutan tropis di bagian timur Indonesia, Filipina,New Guinea,
Kepulauan Solomon, Fiji, Kaledonia B aru, Samoa dan daerah sekitar barat daya Kepulauan P asifi k. M akanannya berupa buah-buahan dan biji-bijian.
KARAKTER M ORFOLOGI
KARAKTER M ORFOLOGI
B erukuran sekitar 30-37 cm. Tubuh dominan merah bata dengan kombinasi corak kehitaman. Leher belakang jantan mengkilap merah jambu kehijauan. A nakan mirip individu betina dewasa namun lebih banyak palang hitam pada tubuh. P aruh cokelat keabuan dengan ujung hitam, kaki merah.
Uncal Buau
Macropygia emiliana
Ruddy Cuckoo Dove
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Jenis ini juga susah ditemukan di TW A Kerandangan, karena sangat pemalu serta kebiasaan hidupnya pada daerah semak belukar di bagian kawasan yang jarang dikunjungi manusia.
BIOEKOLOGI
Delimukan Zamrud
Chalcophaps indica
Common Emerald Dove
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Tergolong umum namun pemalu. Dapat ditemukan dari daerah kaki hingga punggung perbukitan kawasan TW A Kerandangan. Kebiasaan terbang cepat secara tiba-tiba menjadikan jenis ini susah untuk didokumentasikan.
BIOEKOLOGI
B ersifat umum, namun sangat pemalu dan agak susah ditemui. B iasanya memakan biji dan butiran tanaman yang jatuh di tanah, juga memakan rayap. Tidak seperti jenis dari familinya, makan dilakukan dengan merusak biji dan diperkirakan tidak berperan banyak pada siklus penyebaran biji. B iasanya soliter atau berpasangan mencari makanan.
KARAKTER M ORFOLOGI
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
B iasanya menghuni daerah pinggiran kawasan TW A Kerandangan, baik di daerah kaki maupun punggung perbukitan. Dari catatan yang ada, jenis ini dapat dijumpai di sekitar pos jaga TW A Kerandangan dan di pinggiran punggung perbukitan kawasan terutama yang berbatasan dengan lahan perkebunan masyarakat.
BIOEKOLOGI
B erbiak dari H imalaya ke timur sampai C hina dan Taiwan. B urung bermigrasi ke A sia Tenggara bila di daerah berbiak mengalami musim dingin. Terdapat beberapa sub spesies dan kebanyakan dijumpai di A sia. Tahun 2005 telah dipisahkan menjadi tiga spesies yang berkerabat dekat, yaitu: ‘H imalayan cuckoo’
Cuculus (sat urat us) sat urat us; ‘Oriental
cuckoo’Cuculus (sat urat us) optat us; ‘Sunda
cuckoo’Cuculus (sat urat us) lepidus.
KARAKTER M ORFOLOGI
B erukuran 26-34 cm. Tubuh atas abu gelap kebiruan, tungging kuning kecokelatan, perut abu keputihan bergaris melintang hitam. Kepala, leher dan dada abu. Ekor abu kehitaman. A nakan dan betina hepatik dengan tubuh atas cokelat kemerahan, tubuh bawah putih, seluruh tubuh bergaris hitam.
Kangkok Ranting
Cuculus saturatus
Kedasi Emas
Chrysococcyx lucidus
Shining Bronze Cuckoo
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Jenis ini memiliki kebiasaan yang hampir sama dengan Kangkok Ranting. Namun, umumnya mendiami kawasan TW A Kerandangan yang lebih dalam. Dari catatan yang
BIOEKOLOGI
M akanannya berupa serangga-serangga yang dihindari oleh burung-burung pemakan serangga lainnya, seperti: ulat dan kumbang. B urung ini meletakkan telurnya di sarang burung lain sebagai inang, dan menghilangkan telur inang dari sarangnya (
brood-parasitic). Inangnya terutama dari genus Gerygone. B urung ini sangat sulit untuk dilihat,
tetapi mudah didengarkan suaranya.
KARAKTER M ORFOLOGI
Bubut Alang-alang
Centropus bengalensis
Lesser Coucal
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Tergolong sebagai jenis umum yang sering ditemukan menghuni bagian semak dari TW A Kerandangan, baik pada daerah kaki maupun punggung perbukitan.
BIOEKOLOGI
B urung ini menyukai habitat padang rumput atau semak dekat hutan di dataran rendah. Tersebar sangat luas mulai dari India sampai A sia Tenggara. Terdapat beberapa sub spesies:C.b. lignator Swinhoe, 1861 (C hina dan Taiwan);C.b. javanensis Dumont,
1818 (Indonesia bagian barat, M alaysia, Filipina);C.b. sarasinorum Stresemann, 1912
(Sulawesi, P ulau Sula, Lesser Sunda dan Timor);C.b. medius B onaparte, 1850 (M aluku); C.b. philppinensis (Filipina); dan C.b. chamnongi (Thailand). Tidak seperti famili C uculidae
lainnya yang telurnya dierami oleh burung lain (brood-parasitic), burung ini mengerami sendiri telurnya.
KARAKTER M ORFOLOGI
Celepuk Rinjani
Otus jolandae
Rinjani Scops owl
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Sangat umum dan mudah dijumpai ketika malam di TW A Kerandangan, baik di kaki maupun punggung perbukitan. B iasanya terlihat pada bagian kawasan yang agak terbuka dengan tipikal pepohonan dengan percabangan atau ranting yang tidak rapat. P aling sering dan mudah terlihat pada daerah pinggiran kawasan terutama yang berbatasan dengan lahan budidaya atau pemukiman. Keberadaan sarang hingga saat ini belum ditemukan.
BIOEKOLOGI
B ersifat teritorial seperti jenis burung hantu lainnya. B iasanya burung akan mendekati penyusup yang memasuki teritorinya. Ditemukan sering mengunjungi daerah hutan yang agak terbuka dengan pepohonan bercabang terbuka, pinggiran hutan, daerah kebun kelapa dekat pemukiman yang berbatasan dengan hutan. M akanan diperkirakan berupa serangga berukuran kecil dan besar. Sumber data masih sangat kurang sehingga dibutuhkan kajian lebih lanjut terutama prilaku dan genetik. A ncaman serius berupa degradasi habitat untuk pembukaan lahan budidaya, penebangan liar dan perubahan iklim.
KARAKTER M ORFOLOGI
Walet Sarang-putih
Aerodramus fuciphagus
Edible-nest Swiftlet
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
U mum dan mudah dijumpai, sering terbang di sela-sela atau di atas kanopi. Tersebar di
BIOEKOLOGI
Suaranya keras yang digunakan untuk ekolokasi di gua yang gelap. A da enam subspecies, yaitu:A. f. fuciphagus (Jawa, B ali dan Lesser Sunda bagian barat);A. f. inexpectat us
(P ulau A ndaman dan P ulau Nicobar, jarang di B urma);A. f. dammermani (Flores);A. f. micans (Sumba,Sawu dan Timor); A . f. vestitus (Sumatra dan Kalimantan), kadang-kadang
digolongkan sebagai spesies yang berbeda, A erodramus vestitus (Lesson, 1843);A. f. perplexus (Kepulauan M aratua di sebelah timur Kalimantan). M ereka mencari makan di
daerah pesisir sampai pegunungan pada ketinggian 2800 m. M ereka berburu serangga-serangga yang terbang di udara. M ereka sering mencari makan bersama kumpulan burung walet lain. M ereka berbiak secara berkoloni di gua-gua, celah-celah tebing atau bangunan. Sarangnya berwarna putih bening yang terbuat dari kelenjar ludah.
KARAKTER M ORFOLOGI
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
U mum dan mudah dijumpai, sering terbang di sela-sela atau di atas kanopi. Tersebar di seluruh bagian kawasan TW A Kerandangan.
Walet Linci
Collocalia linchi
Cave Swiftlet
BIOEKOLOGI
Terdapat empat subspecies, yaitu: C. l. dedii Somadikarta, 1986 (B ali dan Lombok);C. l. dodgei Richmond, 1905 (Sabah);C. l. linchi H orsfi eld & F. M oore, 1854 (M adura, B awean,
Nusa P enida dan Jawa);C. l. ripleyi Somadikarta, 1986 (B ukit B arisan, Sumatra). H abitatnya
adalah hutan dataran rendah dan dataran tinggi, serta daerah terbuka. M ereka sering terbang bersama kumpulan walet lain. M embuat sarang di gua, dengan serat tumbuhan yang ditempelkan di bebatuan dan direkatkan dengan kelenjar ludah.
KARAKTER M ORFOLOGI
Kapinis Rumah
House Swift
Apus nipalensis
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Jenis ini memiliki suara yang jelas dan berbeda dari jenis burung dari famili A podidae yang ada di TW A Kerandangan. Tunggir yang putih terang sangat jelas ketika terbang. Jenis ini lebih mudah diamati dari puncak bukit karena biasanya terbang sangat tinggi, jarang terbang rendah seperti W alet Linchi.
BIOEKOLOGI
Lebih sering ditemukan pada habitat terbuka dan memiliki adaptasi yang baik dengan daerah pemukiman. M angsa berupa serangga terbang seperti rayap, semut, tawon dan kumbang, terkadang juga menyambar laba-laba.
KARAKTER M ORFOLOGI
Udang Punggung-merah
Ceyx rufi dorsa
Rufous backed Kingfi sher
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Jenis ini dikonfirmasi pertama kali pada tahun 2015. Ditemukan pertama kali pada daerah Nangkok, setelah Goa W alet. Setelah penelitian lebih lanjut, jenis ini diketahui terdapat di sepanjang sungai sekitar Goa W alet.
BIOEKOLOGI
Ditemukan di B runei, India, Indonesia, M alaysia, Filipina dan Thailand di hutan tropis dataran rendah, dekat danau atau aliran air. B urung kecil ini bersifat soliter dan berburu dari tempat bertengger yang rendah di dekat permukaan air. M angsanya berupa serangga dan katak. Kadang-kadang mereka disebut sebagai subspecies dari Oriental
Dwarf Kingfi sher.
KARAKTER M ORFOLOGI
Cekakak Kalung-coklat
Todiramphus australasia
Cinnamon-banded Kingfi sher
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Tercatat pertama kali pada tahun 2015. P ada tahun 2016, jenis ini berhasil ditemukan dan didokumendasikan dengan baik. Dari data yang ada, jenis ini lebih memilih untuk tinggal di dalam hutan yang jauh dari gangguan manusia. Jumlahnya pun tidak banyak, sejauh ini yang terdata hanya 3 ekor. P enelitian lebih lanjut sangat dibutuhkan untuk kepentingan
BIOEKOLOGI
M enyukai vegetasi dengan tutupan rapat pada habitat hutan primer dan sekunder, kadang-kadang pada daerah terbuka, pinggiran hutan, semak belukar rindang di pemukiman. M akanan berupa serangga dan larvanya. Informasi mengenai jenis ini masih sangat kurang namun diduga juga memakan reptil kecil seperti kadal dan cicak.
KARAKTER M ORFOLOGI
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Jenis yang umum dan mudah dijumpai di TW A Kerandangan. Suaranya sangat keras dan nyaring, warnanya kontras dengan alam menyebabkan jenis ini mudah terlihat dan diketahui posisi bertenggernya. P enyebaran di TW A Kerandangan pun tergolong umum karena dapat dijumpai pada daerah kaki bukit (lembah) maupun di puncak perbukitan. Lokasi terbaik untuk pengamatan jenis ini yaitu lokasi shelter ke-3.
Cekakak Sungai
Todiramphus chloris
Collared Kingfi sher
BIOEKOLOGI
U mum dijumpai di pantai, terutama di hutan mangrove. Sering juga dijumpai di daerah pertanian, daerah terbuka, padang rumput dan taman. Sering hinggap di kabel, bebatuan atau cabang pohon. M akanannya berupa kepiting kecil, serangga, cacing, siput, udang, katak, kadal, ikan kecil, dan kadang-kadang juga memangsa burung kecil. M ereka mengintai mangsa dari tempat bertengger dengan berdiam diri nyaris tanpa gerakan dalam waktu yang cukup lama. Jika menemukan mangsa, burung meluncur ke bawah untuk menangkapnya dan kembali ke tempat semula.
KARAKTER M ORFOLOGI
Cekakak Tunggir-putih
Caridonax fulgidus
Glittering Kingfi sher
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Keberadaan jenis ini masih menjadi tanda tanya karena tidak ada catatan perjumpaan secara langsung. Namun sekitar A gustus 2015, satu ekor ditemukan mati di jalur sekitar
BIOEKOLOGI
M enyukai daerah hutan pedalaman baik hutan hujan, hutan gugur maupun hutan sekunder. M akanan berupa serangga beserta larvanya.
KARAKTER M ORFOLOGI
Kirikkirik Laut
Merops philippinus
Blue-tailed Bee-eater
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Tergolong sebagai jenis pendatang dan biasanya terlihat terbang di atas kawasan TW A Kerandangan. Suaranya yang khas menjadikan jenis ini mudah untuk diketahui keberadaannya.
BIOEKOLOGI
M erupakan burung migran dari tempatnya berbiak di A sia Selatan. M ereka memakan serangga, khususnya lebah dan tawon, yang ditangkap di udara lalu dibawa ke tempat bertengger.
KARAKTER M ORFOLOGI
Tionglampu Biasa
Eurystomus orientalis
Oriental Dollarbird
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Keberadaan jenis ini di TW A Kerandangan diperkirakan sebagai jenis lepasan. P erjumpaan terjadi hanya sekali pada M ei 2015. Jumlah individu yang tercatat pada waktu itu hanya 1 ekor. Tidak ada catatan perjumpaan lagi hingga buku ini diterbitkan.
BIOEKOLOGI
M angsa berupa serangga dan hewan lain yang berukuran kecil seperti kadal. Kegiatan berburu biasanya dilakukan secara soliter atau berpasangan. B iasanya bertengger pada pucuk pohon mati ketika hari sangat panas, dan aktif berburu ketika udara mulai sejuk.
KARAKTER M ORFOLOGI
Caladi Tilik
Dendrocopos moluccensis
Sunda Pygmy Woodpecker
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Tergolong sebagai pengunjung tetap. B iasanya muncul ketika awal musim kemarau hingga mendekati musim hujan. Dari catatan yang ada, jenis ini ditemukan di areal kemping, jalur di lereng, dan punggung perbukitan.
BIOEKOLOGI
H abitatnya adalah hutan mangrove, hutan hujan dataran rendah atau hutan hujan pegunungan di daerah subtropis atau tropis.
KARAKTER M ORFOLOGI
Paok Laus
Pitta elegans
Elegant Pitta
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Jenis penetap yang bersifat teritorial. H al tersebut terlihat dari tingkah lakunya yang selalu tertarik oleh rekaman suara. Ketertarikannya tersebut sebagai bentuk perlindungan terhadap teritori yang mereka miliki. B erdasarkan catatan yang ada, lokasi perjumpaan jenis ini tergolong tidak tetap. Diperkirakan dipengaruhi oleh kondisi lokasi. B iasanya ketika musim penghujan, jenis ini lebih banyak ditemukan pada kaki bukit (lembah), namun ketika musim kemarau, umumnya ditemukan pada bagian kawasan yang lebih dalam. Keberadaannya dapat diketahui dengan mudah dari suara khasnya yang dapat terdengar dari kejauhan. Namun, meski terdengar dari jarak 5 meter, untuk melihat jenis ini membutuhkan waktu yang agak lama terutama ketika berada di dalam semak dikarenakan warna bulunya yang tersamar dengan lingkungannya.
BIOEKOLOGI
H abitatnya adalah hutan tropis kering atau hutan hujan tropis dataran rendah. M emakan cacing tanah serta serangga-serangga kecil di tanah. B ila terganggu, biasanya mengeluarkan suara pendek kemudian diam tak bergerak atau pergi dengan melompat-lompat pendek di tanah.
KARAKTER M ORFOLOGI
B urung endemik di Lesser Sunda (Indonesia) dan
Layanglayang Loreng
Hirundo striolata
Striated Swallow
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
U ntuk menemukan dan melihat jenis burung ini dengan lebih seksama, pengamatan dari ketinggian atau punggung perbukitan menjadi pilihan terbaik.
BIOEKOLOGI
Dijumpai pada habitat terbuka dan umumnya daerah yang berdekatan dengan badan air. M angsa berupa serangga yang ditangkap ketika terbang. Terbang lebih lambat dan lebih berat dibanding dengan Layanglayang lainnya.
KARAKTER M ORFOLOGI
Kapasan Sayap-putih
Lalage sueurii
White-shouldered Triller
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Jenis ini tergolong tidak umum. B iasanya dapat ditemukan pada daerah pinggiran kawasan. Suara yang khas menjadikannya mudah untuk diketahui keberadaannya.
BIOEKOLOGI
M ereka tersebar di Jawa bagian timur, Sulawesi bagian selatan, B ali dan Lesser Sunda.
U mum dijumpai di habitat terbuka, padang rumput dan lahan pertanian di dataran rendah. Sering menukik turun dari tempat bertengger untuk menangkap serangga di permukaan tanah.
KARAKTER M ORFOLOGI
Sepah Hutan
Pericrocotus fl ammeus
Scarlet Minivet
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Tercatat pertama kali pada bulan A pril 2016 di sekitar perbukitan utara. P ada saat itu yang terlihat hanya seekor pejantan. Sebulan kemudian, yaitu bulan M ei 2016, jenis ini tercatat kembali di perbukitan tengah TW A Kerandangan. Sepasang individu, jantan dan betina
BIOEKOLOGI
U mumnya dijumpai pada daerah pingggiran hutan atau di sekitar jalan setapak di dalam hutan. B iasanya berkoloni atau berpasangan. M encari makan berupa serangga dan larvanya.
KARAKTER M ORFOLOGI
Merbah Cerukcuk
Pycnonotus goiavier
Yellow-vented Bulbul
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Jenis yang sangat umum menghuni pinggiran kawasan TW A Kerandangan, terutama pada kawasan yang berbatasan dengan perkebunan atau pemukiman masyarakat.
BIOEKOLOGI
M erupakan burung residen yang berkembangbiak di A sia Tenggara dari Thailand dan Kamboja bagian selatan sampai Kalimantan dan Filipina. M ereka ditemukan pada habitat terbuka, dan merupakan burung yang umum ditemukan pada daerah pertanian. Sarangnya diletakkan di semak-semak rendah hingga pohon tinggi, yang terbuat dari rerumputan, daun-daunan, akar dan ranting. M ereka sangat beradaptasi dengan manusia dan sarangnya sering ditemukan di taman-taman. M akanannya berupa buah-buahan, nektar dan serangga.
KARAKTER M ORFOLOGI
Bentet Kelabu
Lanius schach
Long-tailed Shrike
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
U mum pada daerah pinggiran kawasan yang berbatasan dengan lahan
perkebunan masyarakat.
BIOEKOLOGI
M ereka menyukai habitat terbuka dan terdapat tempat untuk bertengger, seperti cabang pohon atau kabel. P rilaku khas burung ini adalah ketika hinggap, selalu menggerak-gerakkan ekornya. M ereka menunggu mangsa dari tempat bertengger,
lalu menukik turun untuk menangkap kadal dan serangga di tanah. B urung ini tersebar luas di
A sia, dan memiliki beberapa sub spesies, yaitu:
L. s. longicaudat us (Thailand dan B urma),L. s. fucat us (C hina dan Taiwan),L. s. nasut us
(Filipina dan Kalimantan bagian utara),L. s. suluensis (P ulau Sulu),L. s. bentet (Sumatra,
Jawa dan Sunda Kecil),L. s. st resemanni
(P apua New Guinea).
KARAKTER M ORFOLOGI
M emiliki topeng gelap di mata dan meluas serta menutupi bagian muka. Ekornya panjang berwarna merah karat pada bulu-bulu terluar.
Cincoang Coklat
Brachypteryx leucophrys
Lesser Short wing
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Jenis yang tergolong tidak umum dijumpai di TW A Kerandangan. Tercatat pertama kali pada bulan A pril 2016 di sekitar lereng timur TW A Kerandangan.
BIOEKOLOGI
Lebih mudah didengar suaranya daripada di lihat karena sangat aktif bergerak pada strata bawah kanopi, diantara semak dan rerimbunan pohon rendah. Ditemukan dari ketinggian sekitar 900-2000 m. Diperkirakan memangsa artropoda tanah. U mumnya soliter atau kadang-kadang berpasangan. M emiliki suara yang keras dan berirama yang diperkirakan sebagai penanda teritori.
KARAKTER M ORFOLOGI
Anis Hutan
Zoothera andromedae
Sunda Thrush
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Sangat pemalu dan sulit ditemukan karena jarang bersuara. Dari data yang ada, jenis ini tercatat pertama kali tahun 2014 di sekitar lereng selatan bagian tengah TW A Kerandangan.
BIOEKOLOGI
Dijumpai pada hutan dataran rendah dan pegunungan lembab. M encari makanan di permukaan tanah berupa cacing dan serangga tanah, kadang memakan buah dan bulir tanaman.
KARAKTER M ORFOLOGI
Cicakopi Melayu
Pomatorhinus montanus
Chestnut-backed Scimitar-Babbler
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Keberadaan jenis ini tercatat pertama kali pada bulan A pril 2016 di sekitar areal B unut Ngengkang, bukit selatan. Jenis ini tergolong sebagai jenis lepasan di P ulau Lombok. P ersebaran asli jenis ini berada di kawasan Sunda B esar. Suaranya khas menjadikannya mudah diidentifikasi dan diketahui keberadaannya.
BIOEKOLOGI
M enghuni hutan basah dataran rendah dan tinggi. Kadang dijumpai pada hutan sekunder atau hutan yang terganggu. M akanan berupa cacing, laba-laba, serangga, biji-bijian dan buah-buah kecil. H idup soliter, berpasangan atau dalam koloni kecil.
KARAKTER M ORFOLOGI
Cici Merah
Cisticola exilis
Golden-headed Cisticola
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
B erdasarkan data yang ada, jenis ini dijumpai pertama kali pada tahun 2015, menghuni areal kebun kelapa dan padang ilalang di perbatasan kawasan bukit utara TW A Kerandangan. Suaranya khas dan nyaring sehingga mudah diketahui keberadaannya. P ada tahun 2016, jenis ini kembali dijumpai pada perbatasan bukit selatan, pada habitat
BIOEKOLOGI
B urung ini menyebar mulai dari India, Tiongkok, Filipina, A sia Tenggara (kecuali Semenanjung M alaya), Kepulauan Nusantara hingga ke Kepulauan B ismarck, A ustralia dan Tasmania. Di Indonesia menyebar di Sumatra, Kalimantan, Jawa, B ali, Nusa Tenggara, Sulawesi, M aluku hingga P apua. Di Jawa dan B ali umum sampai ketinggian 1500 m. Di P apua, di dataran rendah dan lembah-lembah pegunungan sampai 1400 m. M enghuni padang rumput, alang-alang dan persawahan. M encari aneka serangga dan ulat sebagai makanannya di antara rerumputan tinggi dan tersembunyi. Sesekali burung jantan keluar dan bertengger sambil berkicau di atas batang rumput yang tinggi, semak atau pagar. C ici M erah dikenal sebagai burung penjahit yang membuat sarangnya dari rumput-rumput dan serat tumbuhan lainnya, yang dijahit di bagian luarnya dengan jaring laba-laba.
KARAKTER M ORFOLOGI
Cinenen Jawa
Orthotomus sepium
Olive-backed Tailorbird
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Sangat umum dan hampir dapat ditemukan di setiap bentuk habitat TW A Kerandangan. M udah dilihat dan ditemukan karena aktif bergerak di pepohonan dan bersuara nyaring.
BIOEKOLOGI
B urung ini merupakan endemik di Indonesia yang tersebar di Jawa dan B ali. M akanannya berupa ulat, laba-laba, serangga kecil dan memiliki habitat di hutan terbuka, tepi hutan, vegetasi sekunder, rumpun bambu. Tersebar sampai ketinggian 1500 m.
KARAKTER M ORFOLOGI
Cikrak Kutub
Phylloscopus borealis
Arctic Warbler
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Jenis pengunjung rutin di TW A Kerandangan. Dari data yang ada, peningkatan peluang perjumpaan terjadi ketika di akhir musim penghujan dan mulai berkurang seiring kedatangan musim kemarau. Jenis ini umumnya dijumpai pada habitat berpohon yang agak terbuka, baik pada lembah maupun di punggung perbukitan kawasan.
BIOEKOLOGI
U mumnya dijumpai pada hutan pegunungan hingga ketinggian 2600 m. B iasanya hidup dalam koloni kecil, kadang soliter atau berpasangan dan berbaur dengan jenis lain. M akanan berupa serangga beserta larvanya.
KARAKTER M ORFOLOGI
Sikatan Dada-merah
Ficedula dumetoria
Rufous-chested Flycatcher
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Jenis penetap namun memiliki peluang perjumpaan yang kecil. Dari catatan yang ada, jenis ini ditemukan pada jalur di lereng selatan atau jalur di atas pos jaga TW A Kerandangan. Selain itu, lokasi perjumpaan juga pada daerah sekitar shelter ketiga, pada
semak berpohon yang rindang.
BIOEKOLOGI
M enyukai hutan basah dataran rendah dan pegunungan. M angsa berupa serangga, cacing dan buah lunak. Sering terlihat soliter namun pasangan biasanya berada tidak jauh.
KARAKTER M ORFOLOGI
Kehicap Ranting
Hypothymis azurea
Black-naped Monarch
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
M endiami hampir seluruh bentuk habitat di TW A Kerandangan. W arnanya yang kontras dengan alam disertai suaranya yang khas menjadikan jenis ini mudah untuk diketahui lokasinya. A real kemping dapat dijadikan lokasi yang bagus untuk menunggu dan melihat jenis burung ini. Tercatat berbiak sekitar pertengahan Februari hingga awal M aret.
BIOEKOLOGI
M ereka menyukai habitat hutan yang lebat. M ereka berburu serangga-serangga yang terbang di udara. B eberapa sub spesies terdapat di A sia Tenggara, seperti:H. a. oberholseri
Stresemann, 1913 (Taiwan);H. a. montana Riley, 1929 & H. a. galerita (Deignan, 1956)
(Thailand); H . a. forrestia Oberholser, 1911 (Kepulauan M ergui);H. a. prophata Oberholser,
1911 (Semenanjung M alaysia, Sumatra dan Kalimantan);H. a. consobrina Richmond,
1902 (P ulau Simeulue); H . a. abbotti Richmond, 1902 (P ulau Reusam dan P ulau B abi);H. a. leucophila Oberholser, 1911 (P ulau Siberut);H. a. richmondi Oberholser, 1911 (P ulau
Enggano);H. a. opist hocyanea Oberholser, 1911 (P ulau A namba);H. a. gigantoptera
Oberholser, 1911 (B unguran);H. a. karimatensis C hasen & Kloss, 1932 (P ulau Karimata); H. a. javana C hasen & Kloss, 1929 (Jawa dan B ali);H. a. penidae M eise, 1941 (Nusa
P enida);H. a. symmixta Stresemann, 1913 (Sunda Kecil);H. a. aeria B angs & J. L. P eters,
1927 (P ulau M aratua);H. a. blasii (P ulau B anggai),H. a. catarmanensis (M indanao) dan H. a. puella (Sulawesi).
KARAKTER M ORFOLOGI
Kancilan Bakau
Pachycephala grisola
Mangrove Whistler
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
M emiliki kicauan yang sangat indah sehingga mudah diketahui keberadaannya. Dari catatan yang ada, jenis ini hampir ditemukan di seluruh kawasan TW A Kerandangan, mulai dari lembah, lereng hingga punggung perbukitan kawasan.
BIOEKOLOGI
Ditemukan di B angladesh, B runei, Kamboja, India, Indonesia, Laos, M alaysia, M yanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan V ietnam.
KARAKTER M ORFOLOGI
Gelatikbatu Kelabu
Parus major
Great Tit
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
P ada tahun 2011 hingga 2012, jenis ini banyak dan mudah ditemukan di sekitar pos jaga TW A Kerandangan hingga areal kemping. Namun, beberapa tahun terakhir, jenis ini agak jarang dan untuk hal tersebut, perlu dilakukan penelitian lebih mendalam untuk
BIOEKOLOGI
Tersebar luas dan umum di seluruh Eropa, Timur Tengah, A sia Tengah dan A sia U tara, dan bagian dari A frika U tara. M akanan utamanya adalah serangga. M embuat sarang di pohon-pohon yang berlubang. M ereka telah beradaptasi dengan baik terhadap manusia dan perubahan lingkungan, sehingga sering terlihat di taman kota.
KARAKTER M ORFOLOGI
Cabai Lombok
Dicaeum maugei
Blue-cheeked Flowerpecker
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
U kuran yang kecil dan gerakan yang cepat menjadikan jenis ini sulit untuk dilihat. B urung sering bertengger pada ujung kanopi sambil bersuara pendek dan nyaring. Jenis ini dapat ditemukan di sekitar pos jaga TW A Kerandangan, namun sebenarnya jenis ini hampir dapat ditemukan di semua bentuk habitat di TW A Kerandangan.
BIOEKOLOGI
Ditemukan di Kepulauan Sunda Kecil di Indonesia dan Timor. H abitatnya hutan hujan dataran rendah atau hutan hujan pegunungan.
KARAKTER M ORFOLOGI
Burungmadu Kelapa
Anthreptes malacensis
Brown-throated Sunbird
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Jenis burung ini tergolong tidak umum di TW A Kerandangan. P erjumpaan dengan burung ini
KARAKTER M ORFOLOGI
P aruhnya tebal, ukuran tubuh sekitar 14 cm. Jantan rata-rata sedikit lebih besar dan warna bulunya lebih menarik dibandingkan betina. Jantan memiliki warna bulu hijau dan ungu warna-warni di bagian atas tubuh, dengan bulu penutup sayap berwarna cokelat. Tubuh bagian bawah umumnya berwarna kuning. B etina memiliki bulu hijau zaitun di bagian atas tubuh dan kekuningan di bagian bawah.
BIOEKOLOGI
Burungmadu Sriganti
Cinnyris jugularis
Olive-backed Sunbird
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
B ersifat umum dan dapat ditemukan pada daerah lembah, lereng hingga punggung perbukitan TW A Kerandangan terutama di areal kemping ketika vegetasi mulai berbunga.
KARAKTER M ORFOLOGI
U kuran tubuh sekitar 12 cm. Dalam kebanyakan subspesies, bagian bawah tubuh baik pada jantan maupun betina berwarna kuning cerah, sedangkan punggung cokelat kusam. Dahi, leher dan dada bagian atas pada jantan dewasa berwarna biru-hitam metalik.
BIOEKOLOGI
Kacamata Laut
Zosterops chloris
Lemon-bellied White-eye
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Jenis ini bersifat umum. B iasanya berkelompok dan ribut sehingga mudah diketahui kehadirannya. Jenis ini menghuni hampir semua bagian kawasan dan juga
KARAKTER M ORFOLOGI
B erukuran sekitar 11-12 cm. Tubuh atas hijau zaitun kekuningan lebih gelap dibandingkan dengan tubuh bawah, tunggir seragam dengan tubuh atas. M ata dikelilingi oleh lingkaran putih.
BIOEKOLOGI
Isapmadu Topi-sisik
Lichmera lombokia
Scaly-crowned Honeyeater
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
P eluang terbaik untuk menemukan dan melihat jenis ini yaitu mulai dari daerah sekitar pos jaga TW A Kerandangan hingga shelter kedua. Suaranya pendek dan tidak terlalu jelas.
Kebiasaan hampir sama dengan B urungmadu Sriganti.
BIOEKOLOGI
B urung endemik di Indonesia, yang terdapat di Sunda Kecil. H abitat alaminya adalah di hutan hujan dataran rendah serta hutan hujan pegunungan.
KARAKTER M ORFOLOGI
Cikukua Tanduk
Philemon buceroides
Helmeted Friarbird
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
B eberapa tahun terakhir, sekitar 2014 hingga 2016, populasi burung ini mengalami penurunan di TW A Kerandangan. B elum diketahui penyebab dari hal tersebut. Tingkat perjumpaan tergolong rendah namun beberapa individu masih dapat ditemukan terutama ketika pagi dan sore hari. Lokasi di sekitar jalur lereng selatan menjadi tempat terbaik untuk melihat jenis ini. Selain itu, areal kemping juga dapat dijadikan alternatif untuk melihat jenis ini.
KARAKTER M ORFOLOGI
Ditemukan di Indonesia dan A ustralia bagian utara. H abitat alaminya adalah hutan kering, hutan hujan dataran rendah, serta hutan mangrove.
BIOEKOLOGI
Bondol Peking
Lonchura punctulata
Scaly-breasted Munia
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Jenis ini tergolong tidak umum di TW A Kerandangan. P eluang perjumpaan biasanya ada di sekitar perbatasan kawasan dekat daerah pemukiman dan perkebunan masyarakat.
BIOEKOLOGI
Ditemukan di daerah padang rumput, semak, lahan budidaya seperti sawah, daerah pemukiman, sampai ketinggian sekitar 2200 m.
KARAKTER M ORFOLOGI
Kepudang Kuduk-hitam
Oriolus chinensis
Black-naped Oriole
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Tergolong sebagai penghuni tetap dan lebih sering terlihat terbang di lereng-lereng lembah kawasan TW A Kerandangan. Di jalur utama kawasan, jenis ini biasanya terlihat dari shelter ke tiga. P opulasi jenis ini tidak terlalu banyak namun keberadaannya dapat
diketahui dengan mudah dari suaranya yang dapat terdengar dari kejauhan.
KARAKTER M ORFOLOGI
Secara umum bulu berwarna kuning terang dengan paruh merah muda. M uka dengan topeng hitam serta bulu pada sayap hitam.
BIOEKOLOGI
M enyukai habitat hutan dan daerah perkebunan. M akanannya buah dan serangga di kanopi. A da beberapa sub spesies, yaitu: O. c. suluensis (P ulau Sulu), O. c. melanisticus
(Kepulauan Talaut),O. c. formosus (Sangihe),O. c. frontalis (P ulau Sula),O. c. sangirensis
(Kepulauan Sangi),O. c. saani (M aluku),O. c. mundus (P ulalu Simalur),O. c. sipora (P ulau
Sipora),O. c. richmondi (Siberut dan P agi),O. c. insularis (Kangean),O. c. broderipii
(Lombok, Sumba, Sumbawa, Flores, dan A lor),O. c. lampochryseus (M asalembo
dan Kepulauan Keramian),O. c. oscillans (Kepulauan Tukang B esi),O. c. boneratensis
(Kepulauan B onerate , Djampea dan Kalao),O. c. maculat us (Singapura, Sumatera,
B elitung, B angka, Nias, Jawa, B ali dan Kalimantan),O. c. yamamurae (Sulawesi bagian
Srigunting Kelabu
Dicrurus leucophaeus
Ashy Drongo
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Dari catatan yang ada di TW A Kerandangan, jenis ini terdata pertama kali pada A pril 2016. M enghuni punggung perbukitan dan terlihat bertengger pada pohon kering. P opulasinya sejauh ini sekitar 2 ekor.
KARAKTER M ORFOLOGI
B erukuran sekitar 28 cm. Seluruh tubuh abu gelap namun bagian bawah sedikit lebih terang. M ata merah pada dewasa dan cokelat ketika muda. Kaki dan paruh hitam. Jantan dan betina serupa namun jantan cenderung lebih besar dari betina. Ketika muda, tubuh lebih kecokelatan dari dewasa dan ekor bawah putih. Ekor bercagak dengan kedua ujung agak menajam, tidak seperti Srigunting W allacea yang menumpul.
BIOEKOLOGI
Srigunting Wallacea
Dicrurus densus
Wallacean Drongo
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
B urung ini merupakan jenis penetap yang umumnya mudah ditemukan ketika pagi-pagi sekali. Suaranya khas dan biasanya berpasangan saat pagi hari. C atatan berbiak terjadi pada bulan-bulan menjelang musim penghujan yaitu September-November. P ada
bulan-BIOEKOLOGI
Ditemukan berbiak di Indonesia dan Timor dan endemik di sana. H abitatnya adalah hutan hujan dataran rendah, hutan mangrove, dan hutan hujan pegunungan. Terdapat enam sub spesies, yakni: ‘W allacean Drongo’D. densus densus (B onaparte, 1850) terdapat di
P ulau Roti, Timor, W etar, dan Sermata; ‘Lesser Sunda drongo’D. densus vicinus (Rensch,
1928) di Lombok dan Sunda Kecil; ‘B ima drongo’D. densus bimaensis (W allace, 1864) di
Sumbawa, Komodo, Rinca, Flores, P antar, A lor, dan Gunungapi; ‘Sumba drongo’D. densus sumbae (Rensch, 1931) di Sumba; ‘Tanimbar drongo’D. densus kuehni (E. J. O. H artert,
1901) di P ulau Tanimbar; ‘M oluccan drongo’D. densus megalornis (G. R. Gray, 1858) di
Gorong, P ulau W atubela dan P ulau Kai, di barat daya M aluku.
KARAKTER M ORFOLOGI
Kekep Babi
Artamus leucoryn
White-breasted Woodswallow
BIOEKOLOGI
Sayapnya besar dan kuat sehingga sangat gesit meluncur di udara untuk berburu serangga-serangga yang sedang terbang. M ereka sering hinggap berdesak-desakan dalam kelompok kecil atau besar di kabel atau cabang pohon.
KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN
Jenis ini tergolong penghuni tetap namun biasanya mudah ditemukan pada daerah pinggiran atau perbatasan kawasan TW A Kerandangan terutama di punggung perbukitan.
KARAKTER M ORFOLOGI
P ertama kali dideskripsikan oleh Linnaeus tahun 1771, yang berasal dari Yunani leucos
‘putih’ dan rhynchos ‘paruh’. W arna bulu hitam
C oates, B .J. & K.D. B ishop. 2000.Panduan Lapangan Burung-burung di Kaw asan Wallacea.
B irdLife International-Indonesia P rogramme & Dove P ubl. P ty. Ltd. B ogor. Ferguson-Lees, J., D.A . C hristie, K. Franklin, P. B urton & D. M ead. 2001.Raptors of t he H istory P ublications (B orneo). Kinabalu.
M acKinnon, J. & K. P hillipps. 1993.A Field Guide to t he Birds of Borneo, Sumat ra, Java and Bali. Oxford U niversity P ress. Oxford.
M acKinnon, J. 1988.Panduan Lapangan Burung-burung di Kaw asan Sumatera Kalimantan Jaw a Bali. Gajah M ada U niversity P r. Yogyakarta.
M acKinnon, J. 1993.Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di Jaw a dan Bali.
Gadjah M ada U niversity P ress. Yogyakarta.
M acKinnon, J., K. P hillipps & B . van B alen. 2000.Burung-burung di Sumatera, Jaw a, Bali dan Kalimantan. LIP I dan B irdLife IP. B ogor.
Raharjaningtrah, W ., P.F Nurwatha & M .S. Yusuf. 2007.Burung-burung di Bat u Hijau. P T.
Newmont Nusa Tenggara. Sumbawa.
Rasmussen, P.C . & J.C . A nderton. 2005.Birds of Sout h Asia: The Ripley Guide. V olume 2.
Smithsonian Institution and Lynx Edicions.
Robson, C . & R. A llen. 2005. New H olland fi eld guide to the birds of South-East A sia. New H olland P ublishers.
Strange, M . 2001.A Photographic Guide to t he Birds of Indonesia. P eriplus.
Singapore.
Sukmantoro W ., M . Irham, W . Novarino, F. H asudungan, N. Kemp & M . M uchtar. 2007. Daft ar B urung Indonesia no. 2. Indonesian Ornithologists’ U nion, B ogor.
W inasis, S., Sutadi., A . Toha, & R. Noske. B irds of B aluran National P ark. B alai Taman Nasional B aluran. B aluran.
Adaptasi: cara mahluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana mereka
tinggal.
Angin muson: angin yang berhembus setiap enam bulan sekali yang disebabkan oleh
perbedaan temperatur di belahan bumi utara dan selatan.
Bioekologi: kajian hubungan antara mahluk hidup dengan lingkungan hidupnya. Birdwatching: sebuah kegiatan pengamatan burung baik dengan mata telanjang maupun
dengan alat bantuan berupa teropong binokular atau monokular.
Burung predator: kelompok burung yang makanan utamanya berupa daging seperti
tikus, ikan, kadal, ayam, burung lain, dan sebagainya.
Karnivora: hewan pemakan daging.
Daya dukung lingkungan: kemampuan lingkungan dan sumber daya alam dalam
mendukung kehidupan manusia yang berkaitan dengan kapasitas penyediaan dan kapasitas menampung limbah.
Dekomposisi: proses pengubahan menjadi bentuk yang lebih sederhana atau disebut
juga penguraian.
Dimorfi sme: suatu karakteristik mahluk hidup dimana terdapat perbedaan fi sik dan tingkah laku yang berhubungan dengan jenis kelamin, umumnya merujuk pada perbedaan sistematik pada ukuran, bentuk, warna dan lain-lain.
Diurnal: Sifat mahluk hidup yang aktif pada siang hari sedangkan malam hari digunakan
untuk tidur.
Domestikasi: proses penjinakan hewan liar atau hewan buas dan sebagaianya.
Ekowisata: kegiatan pariwisata yang dilakukan pada tempat-tempat yang masih alami,
untuk menikmati keindahan alam, fl ora, fauna, serta adat istiadat masyarakat setempat.
Endemik: organisme yang hanya ditemukan pada satu daerah saja dan tidak ditemukan
pada tempat lainnya.
Hampir Terancam (Near Threatened): status konservasi yang diberikan kepada spesies
yang kemungkinan berada dekat dengan keadaan terancam kepunahan.
Hutan hujan tropis: tipe hutan di kawasan tropis yang selalu diguyur hujan sepanjang
tahun.
Hutan musim: hutan yang sifat-sifatnya dipengaruhi oleh perubahan musim, biasanya
ditandai dengan adanya tumbuhan yang menggugurkan daunnya ketika musim kemarau.
Iris: bagian berwarna dari mata yang dapat meluas atau menyempit untuk mengatur
jumlah cahaya yang masuk ke mata
Kawasan konservasi: kawasan hutan yang ditunjuk pemerintah untuk dimanfaatkan
secara lestari sebagai langkah untuk melestarikan segala aspek yang ada dalam kawasan tersebut.
Koloni: kawanan organisme yang tinggal di suatu daerah, hidup sangat berdekatan dan
saling berhubungan satu dengan lainnya.
Kritis (C ritically Endangered): status yang diberikan kepada suatu spesies yang terbukti
menghadapi risiko kepunahan dalam waktu dekat.
M igrasi: perpindahan yang dilakukan oleh burung dari satu tempat ke tempat lain yang
disebabkan oleh pergantian musim.
M orfologi: ilmu pengetahuan tentang bentuk luar dan susunan mahluk hidup.
Nokturnal: burung yang aktifitasnya dilakukan pada malam hari, seperti Kowak M alam,
C abak dan C elepuk Rinjani.
Obyek Daya Tarik W isata (ODTW ): tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber
daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.
Omnivora: mahluk pemakan tumbuhan dan pemakan daging atau disebut juga hewan
pemakan segala
Subspesies: bagian dari spesies yang terdiri atas mahluk hidup yang berbeda dari spesies,
tapi masih memiliki hubungan dekat dengan spesies tersebut.
Taman W isata Alam: kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan
bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam.
Territorial: hewan yang memiliki sifat sebagai penguasa terhadap daerah tertentu yang
ditandai dengan adanya satu individu yang mendominasi di daerah tersebut.
Tipe iklim D: tipe iklim yang memiliki ciri rata-rata bulan terpanas lebih dari 10 derajat
celcius, sedangkan suhu rata-rata bulan terdingin kurang dari -3 derajat celsius.
Tungkai: bagian kaki yang memanjang dari bagian atas paha hingga telapak kaki.
A nis H utan, 47 C ikukua Tanduk, 62 C inenen Jawa, 50 Elangalap C ina, 12 Gelatikbatu Kelabu, 56 Gemak Loreng, 17 Gosong Kaki-merah, 14 Isapmadu Topi-sisik, 61 Kacamata Laut, 60
Kancilan B akau, 55 Kangkok Ranting, 24 Kapasan Sayap-putih, 42 Kapinis Rumah, 31 Kareo P adi, 18 Kedasi Emas, 25 Kehicap Ranting, 54 Kekep B abi, 67
Kepudang Kuduk-hitam, 64 Kirikkirik Laut, 36
Kokokan Laut, 9
Layanglayang Loreng, 41 M erbah C erukcuk, 44 M erpatihutan M etalik, 21 P aok Laus, 39 Sikepmadu A sia, 10 Srigunting,
Accipiter soloensis, 12
C acomantis sepulcralis, 24
Caridonax fulgidus, 35
C entropus bengalensis, 26 C eyx rufidorsa, 32 C hrysococcyx lucidus, 25
Cinnyris jugularis, 59
C isticola exilis, 50
Collocalia,
esculenta, 30 fuciphagus, 29 C olumba vitiensis, 21 C uculus saturatus, 23
Dendrocopos moluccensis, 38
M acropygia emiliana, 22
M egapodius reinw ardt , 14 M erops philippinus, 36
P ericrocotus fl ammeus, 44 P ernis ptilorhynchus, 10 P hilemon buceroides, 62
Phylloscopus borealis, 51
P itta elegans, 39
Pomatorhinus montanus, 49
P tilinopus melanospila, 19
Pycnonot us goiavier, 45
Spizaetus fl oris, 13
Turnix suscitator, 17 Zoot hera andromedae, 48
Zosterops chloris, 60
B ee-eater, B lue-tailed, 36 B uttonquail, B arred, 17 C isticola, Golden-headed, 50 C oucal, Lesser, 26
C uckoo Dove, Ruddy, 22 C uckoo,
Oriental, 24 Shining B ronze, 25 Dollarbird, Oriental, 37 Dove, C omon Emerald, 23 Drongo,
A shy, 65 W allacean, 66
Flowerpecker, B lue-cheeked, 57 Flycatcher,
Rufous-chested, 53 Snowy-browed, 52 Friarbird, H elmeted, 62 Fruit Dove, B lack-naped, 19 H awk-Eagle, Flores, 13 H eron, Striated, 9
H oney B uzzard, C rested, 10 H oneyeater, Scaly-crowned, 61 Junglefowl,
Green, 16 Red, 15 Kingfi sher,
C innamon-banded, 33 C ollared, 34
Scimitar-B abbler, C hestnut-backed, 49 Scops owl, Rinjani, 27
Scrubfowl, Orange-footed, 14 Shortwing, Lesser, 47 Shrike, Long-tailed, 46 Sparowhawk, C hinese, 12 Sunbird,
B rown-throated, 58 Olive-backed, 59 Swallow, Striated, 41 Swift , H ouse, 31
Triller, W hite-shouldered, 43 W agtail, W estern Yellow, 42 W arbler, A rctic, 51
W aterhen, W hite-breasted, 18 W histler, M angrove, 55 W hite-eye, Lemon-bellied, 60 W oodpecker Sunda P ygmy, 38 W oodswallow W hite-breasted, 67 Yellow-vented B ulbul, 45