PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI
TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN
BERPIKIR KRITIS KATEGORI KOGNITIF
PADA MATA PELAJARAN IPA SDK GANJURAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Maria Suci Lestari
NIM: 091134205
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Janganlah berbuat sesuatu agar tidak terjadi sesuatu pada dirimu tetapi hanya orang bodoh yang tidak berani berbuat sesuatu
dan mengambil resiko”
(Parta)
Tugas akhir ini kupersembahkan pada:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menguatkanku,
Bapak, Ibuku, dan kakakku tercinta,
Yanuarius Parta Sawa,
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA materi pembentukan tanah akibat pelapukan batuan dapat meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis kategori kognitif siswa kelas V SDK Ganjuran Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011. Yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah metode inkuiri terbimbing, prestasi belajar, dan berpikir kritis kategori kognitif.
Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental design tipe non-equivalent control group design. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VA sebanyak 27 siswa (kelompok eksperimen) dan kelas VB sebanyak 27 siswa (kelompok kontrol). Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random, sehingga semua populasi digunakan sebagai sampel. Instrumen penelitian meliputi data prestasi belajar dan data kemampuan berpikir kritis kategori kognitif dari hasil pemberian pretest dan posttest. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembentukantanah akibat pelapukan batuan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA materi pembentukan tanah akibat pelapukan batuan dapat meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis kategori kognitif siswa kelas V SDK Ganjuran Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011. Peningkatan prestasi belajar ditunjukkan dengan harga Sig. (2-tailed) < 0,05 atau 0,000 < 0,05. Rata-rata (mean) kenaikan skor yang terjadi di kelompok eksperimen tidak lebih tingi dari rata-rata kenaikan skor di kelompok kontrol, yang ditunjukkan dengan harga Sig. (2-tailed) > 0,05 atau 0,815 > 0,05. Rata-rata kenaikan kemampuan berpikir kritis kategori kognitif pada masing-masing unsurnya terdapat perbedaan yang signifikan, ditunjukkan dengan harga Sig. < 0,000 atau 0,000 < 0,05 dan aspek yang mengalami kenaikan tertinggi prestasi belajar mereka pada adalah aspek analisis sedangkan yang terendah aspek eksplanasi. Peningkatan kemampuan berpikir kritis kategori kognitif ditunjukkan denganharga Sig. (2-tailed) < 0,05 atau 0,000 < 0,05. Rata-rata (mean) kenaikan skor yang terjadi di kelompok eksperimen lebih tingi dari rata-rata kenaikan skor di kelompok kontrol, yang ditunjukkan dengan harga Sig. (2-tailed) < 0,05 atau 0,032 < 0,05. Rata-rata kenaikan kemampuan berpikir kritis kategori kognitif pada masing-masing unsurnya terdapat perbedaan yang signifikan, ditunjukkan dengan harga Sig. < 0,000 atau 0,000 < 0,05 dan aspek yang mengalami kenaikan tertinggi adalah aspek analisis sedangkan aspek yang terendah adalah eksplanasi.
viii
ABSTRACT
This research is aimed to find out the effect of the inquiry method implementation on the natural science subject focused on the material of the soil formation caused by weathering of rocks could increase learning achievement and ability to think critically in cognitive category of the 5th grade students of Kanisius Ganjuran Elementary School on 2nd semester academic year 2010/2011. The objectives of this research are guided inquiry method, learning achievement, and critical thinking in cognitive category.
This research applied the method of quasi experimental design typed non-equivalent control group design. The subjects of this research are 27 students of class VA (experimental group) and 27 students of class VB (control group). The experimental group and control group are not chosen randomly, so all of the population was used as sample. The research instruments are data of learning achievement and data of critical thinking ability in cognitive category of result of pre test and post test. The materials used in this research are the soil formation caused by weathering of rocks.
Based on the result of this research, the conclusion is that the inquiry method implementation on the natural science subject focused on the material of the soil formation caused by weathering of rocks could increase learning achievement and ability to think critically in cognitive category of the 5th grade students of Kanisius Ganjuran Yogyakarta Elementary School on 2nd semester academic year 2010/2011. The improvement of learning achievement is presented by Sig. value (2-tailed) < 0.05 or 0.000 < 0.05. The mean of score increase happened on the experimental group is not higher than the mean of the score increase happened on the control group shown by Sig. value (2-tailed) > 0.05 or 0.815 > 0.05. There is a significant difference on the mean of the increase of critical thinking ability in cognitive category on each aspect shown by Sig. value < 0.000 or 0.000 < 0.05 and aspect having the highest increase of their learning achievement is analysis aspect, meanwhile the lowest one is explanation aspect. The improvement of critical thinking ability in cognitive category is shown by Sig. value (2–tailed)< 0.05 or 0.000 < 0.05. The mean of score increase happened on experimental group is higher than the mean of score increase happened on control group shown by Sig. value (2–tailed)< 0.05 or 0.032 < 0.05. There is a significant difference on the mean of the increase of critical thinking ability in cognitive category on each aspect shown by Sig. value < 0.000 or 0.000 < 0.05 and aspect having the highest increase is analysis aspect, meanwhile the lowest increase is explanation.
ix
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan kasihNya, sehingga skripsi ini dapat selesai pada waktunya.
Skripsi yang berjudul ”Pengaruh Penerapanan Metode Inkuiri Terhadap Prestasi
Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Kognitif Pada Mata Pelajaran
IPA SDK Ganjuran” ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Penulis yakin bahwa skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya berkat
dukungan, bimbingan, nasihat, kerjasama, dan bantuan dari beberapa pihak yang
tidak dapat disebutkan semuanya. Dalam kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar.
3. Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc., selaku dosen pembimbing 1.
4. G. Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST., M.A., selaku dosen pembimbing 2 yang
senantiasa membimbing dan memberikan semangat agar cepat
terselesaikannya skripsi ini.
5. Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si., yang membimbing dan mengarahkan dalam
pengerjaan skripsi.
6. Seluruh karyawan PGSD dan BAK yang memperlancar dalam pelayanan
x
7. FX. Sukaryana, A.Ma.Pd., selaku Kepala Sekolah SDK Ganjuran yang telah
mengizinkan penulis melakukan penelitian di SD tersebut.
8. C. Warsirah, A.Ma.Pd., selaku guru mitra yang sangat membantu proses
penelitian selama di SDK Ganjuran.
9. Siswa siswi kelas V SDK Ganjuran yang banyak membantu dalam kelancaran
penelitian.
10.M. Wakijan, Th. Rojinah, dan C. Yuli Astuti, keluargaku yang sangat
membantuku baik secara moril maupun materiil.
11.Yanuarius Parta Sawa yang selalu memberi dukungan untuk terus kuat dan
semangat dalam menjalani hidup yang penuh tantangan.
12.Riadan Rini yang bekerja keras bersamaku dalam mempersiapkan dan
melakukan penelitian ini.
13.Teman-teman satu kelompok payung yang banyak membantuku ketika aku
merasa kebingungan dan putus asa.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini belum sempurna karena masih
banyak kekurangan yang terjadi sebagai seorang yang baru belajar. Namun
penulis berharap, karya ilmiah sederhana ini dapat berguna bagi teman-teman
mahasiswa program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata
Dharma yang akan melakukan penelitan dan menghasilkan karya ilmiah yang
lebih baik.
xi
DAFTAR ISI
Judul Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
xii
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka ... 7
2.1.1 Teori-teori yang Relevan... 7
2.1.1.1 Metode Inkuiri ... 7
2.1.1.2 Metode Inkuiri Terbimbing ... 18
2.1.1.3 Berpikir Kritis ... 18
2.1.1.4 Prestasi Belajar ... 24
2.1.1.5 Proses Terbentuknya Tanah ... 25
2.1.2 Hasil Penelitian Sebelumnya... 35
2.2 Kerangka Berpikir ... 41
2.3 Hipotesis ... 43
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 44
3.2 Populasi dan Sampel ... 45
3.3 Variabel Penelitian ... 46
3.4 Definisi Operasional... 46
3.5 Instrumen Penelitian ... 47
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 48
3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 53
3.8 Teknik Analisis Data ... 53
3.9 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 63
4.1.1 Deskripsi Data ... 63
4.1.1.1 Data untuk Mengetahui Pengaruh Prestasi Belajar dengan Metode Inkuiri Terbimbing ... 64
xiii
4.1.2 Analisis Data Penelitian ... 72
4.1.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing Terhadap Prestasi Belajar ... 72
4.1.2.2 Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Kognitif ... 89
4.2 Pembahasan ... 108
4.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing Terhadap Prestasi Belajar... 108
4.2.2 Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Kognitif ... 110
4.3 Keterbatasan Penelitian ... 112
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 113
5.2. Saran ... 114
DAFTAR REFERENSI ... 115
xiv
DAFTAR GAMBAR
Judul Halaman
Gambar 1. Batuan yang Retak Karena Pengaruh Perubahan Suhu ... 29
Gambar 2. Pelapukan Batuan yang Disebabkan Lumut ... 31
Gambar 3. Lapisan Tanah ... 33
Gambar 4. Bagan Penelitian-Penelitian Sebelumnya ... 40
Gambar 5. Kerangka Berpikir Dalam Proses Pengambilan Hipotesis ... 42
Gambar 6. Paradigma Ganda dengan Satu Variabel Independen dan Dua Variabel Dependen ... 46
Gambar 7. Teknik Analisis Data ... 58
Gambar 8. Grafik Uji Normalitas Data Pretest Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 72
Gambar 9. Grafik Uji Normalitas Data Posttest Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 73
Gambar 10. Grafik Perbandingan Mean Prestest dan Posttest Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 76
Gambar 11. Grafik Uji Normalitas Data Perbedaan Rata-Rata Selisih Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 77
Gambar 12. Grafik Uji Normalitas Data Perbedaan Rata-Rata Selisih Prestasi Belajar Kelompok Kontrol ... 78
xv
Gambar 14. Grafik Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Prestasi Belajar
Aspek Interpretasi Kelompok Eksperimen ... 81
Gambar 15. Grafik Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Prestasi Belajar
Aspek Analisis Kelompok Eksperimen ... 82
Gambar 16. Grafik Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Prestasi Belajar
Aspek Evaluasi Kelompok Eksperimen ... 83
Gambar 17. Grafik Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Prestasi Belajar
Aspek Inferensi Kelompok Eksperimen ... 84
Gambar 18. Grafik Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Prestasi Belajar
Aspek Eksplanasi Kelompok Eksperimen ... 85
Gambar 19. Grafik Selisih Aspek Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 88
Gambar 20. Grafik Selisih Pretest ke Posttest Tiap Aspek Prestasi Belajar
Kelompok Eksperimen ... 88
Gambar 21. Grafik Uji Normalitas Data Pretest Kemampuan Berpikir
Kritis Kategori Kognitif Kelompok Eksperimen ... 89
Gambar 22. Grafik Uji Normalitas Data Posttest Kemampuan Berpikir
Kritis Kategori KognitifKelompok Eksperimen ... 90
Gambar 23. Grafik Perbandingan Mean Pretest dan Posttest Kemampuan
Berpikir Kritis Kategori Kognitif Kelompok Eksperimen ... 93
Gambar 24. Grafik Uji Normalitas Data Perbedaan Rata-Rata Selisih
Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Kognitif Kelompok
xvi
Gambar 25. Grafik Uji Normalitas Data Perbedaan Rata-Rata Selisih
Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Kognitif Kelompok
Kontrol ... 95
Gambar 26. Grafik Perbandingan Mean Kemampuan Berpikir Kritis
Kategori Kognitif Kelompok Eksperimen danKelompok
Kontrol ... 98
Gambar 27.Grafik Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Kemampuan
Berpikir Kritis Kategori Kognitif Aspek Interpretasi Kelompok
Eksperimen ... 99
Gambar 28.Grafik Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Kemampuan
Berpikir Kritis Kategori Kognitif Aspek Analisis Kelompok
Eksperimen ... 100
Gambar 29. Grafik Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Kemampuan
Berpikir Kritis Kategori Kognitif Aspek Evaluasi Kelompok
Eksperimen ... 101
Gambar 30. Grafik Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Kemampuan
Berpikir Kritis Kategori Kognitif Aspek Inferensi Kelompok
Eksperimen ... 102
Gambar 31. Grafik Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Kemampuan
Berpikir Kritis Kategori Kognitif Aspek Eksplanasi Kelompok
Eksperimen ... 103
Gambar 32. Grafik Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Kemampuan
Berpikir Kritis Kategori Kognitif Aspek Regulasi Kelompok
xvii
Gambar 33. Grafik Selisih Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Kategori
Kognitif ... 107
Gambar 34. Grafik Selisih Pretest ke Posttest Tiap Aspek Kemampuan
xviii
DAFTAR TABEL
Judul Halaman
Tabel 1. Batuan Beku ... 26
Tabel 2. Batuan Endapan ... 27
Tabel 3. Batuan Malihan ... 28
Tabel 4. MatriksKisi-Kisi Pengembangan Instrumen ... 48
Tabel 5. Konversi Nomor-Nomor Soal Pilihan Ganda ... 48
Tabel 6. Kriteria Penentuan Skor Pilihan Ganda ... 51
Tabel 7. Kriteria Penentuan Skor Essay ... 52
Tabel 8. Uji Validitas Soal Pilihan Ganda ... 59
Tabel 9. Uji Beda Soal Pilihan Ganda ... 60
Tabel 10. Kriteria Koefisien Reliabilitas... 61
Tabel 11. Uji Reliabilitas Soal Pilihan Ganda ... 61
Tabel 12. Pretest Pilihan Ganda di Kelompok Eksperimen ... 64
Tabel 13. Posttest Pilihan Ganda di Kelompok Eksperimen ... 65
Tabel 14. Pretest Pilihan Ganda di Kelompok Kontrol ... 66
Tabel 15. Posttest Pilihan Ganda di Kelompok Kontrol ... 67
Tabel 16. Pretest Essay di Kelompok Eksperimen ... 68
Tabel 17. Posttest Essay di Kelompok Eksperimen ... 69
Tabel 18. Pretest Essay di Kelompok Kontrol ... 70
xix
Tabel 20. Uji Normalitas Data Pretest Prestasi Belajar Kelompok
Eksperimen ... 73
Tabel 21. Uji Normalitas Data Posttest Prestasi Belajar Kelompok
Eksperimen ... 74
Tabel 22. Uji Perbandingan Mean Pretest dan Posttest Prestasi Belajar
Kelompok Eksperimen ... 75
Table 23. Uji Normalitas Data Perbedaan Rata-Rata Selisih Prestasi Belajar
Kelompok Eksperimen ... 77
Tabel 24. Uji Normalitas Data Perbedaan Rata-Rata Selisih Prestasi Belajar
Kelompok Kontrol ... 78
Tabel 25. Uji Perbandingan Mean Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol ... 80
Tabel 26. Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Prestasi Belajar
Aspek Interpretasi Kelompok Eksperimen ... 82
Tabel 27. Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Prestasi Belajar
Aspek Analisis Kelompok Eksperimen ... 83
Tabel 28. Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Prestasi Belajar
Aspek Evaluasi Kelompok Eksperimen ... 84
Tabel 29. Uji NormalitasData Selisih Rata-Rata Prestasi Belajar
Aspek Inferensi Kelompok Eksperimen ... 85
Tabel 30. Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Prestasi Belajar
Aspek Eksplanasi Kelompok Eksperimen ... 86
xx
Tabel 32. Rangking Aspek Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 87
Tabel 33. Uji Normalitas Data Pretest Kemampuan Berpikir Kritis
Kategori KognitifKelompok Eksperimen ... 90
Tabel 34. Uji Normalitas Data Posttest Kemampuan Berpikir Kritis
Kategori Kognitif Kelompok Eksperimen ... 91
Tabel 35. Uji Perbandingan Mean Pretest dan Posttest Kemampuan
Berpikir Kritis Kategori Kognitif Kelompok Eksperimen ... 92
Tabel 36. Uji Normalitas Data Perbedaan Rata-Rata Selisih Kemampuan
Berpikir Kritis Kategori Kognitif Kelompok Eksperimen ... 94
Tabel 37. Uji Normalitas Data Perbedaan Rata-Rata Selisih Kemampuan
Berpikir Kritis Kategori Kognitif Kelompok Kontrol ... 95
Tabel 38. Uji Perbandingan Mean Kemampuan Berpikir Kritis Kategori
Kognitif Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 97
Tabel 39. Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Kemampuan Berpikir
Kritis Kategori Kognitif Aspek Interpretasi Kelompok
Eksperimen ... 99
Tabel 40. Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Kemampuan Berpikir
Kritis Kategori Kognitif Aspek Analisis Kelompok Eksperimen .. 101
Tabel 41. Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Kemampuan Berpikir
Kritis Kategori Kognitif Aspek Evaluasi Kelompok Eksperimen . 102
Tabel 42. Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Kemampuan Berpikir
xxi
Tabel 43. Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Kemampuan Berpikir
Kritis Kategori Kognitif Aspek Eksplanasi Kelompok
Eksperimen ... 104
Tabel 44. Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Kemampuan Berpikir
Kritis Kategori Kognitif Aspek Regulasi Kelompok Eksperimen . 105
Tabel 45. Uji Rangking Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Kognitif ... 106
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Judul Halaman
Lampiran 1: RPP Kelompok Eksperimen ... 118
Lampiran 2: LKS Kelompok Eksperimen ... 137
Lampiran 3: Kunci Jawaban LKS Kelompok Eksperimen ... 151
Lampiran 4: RPP Kelompok Kontrol ... 158
Lampiran 5: LKS Kelompok Kontrol ... 170
Lampiran 6: Kunci Jawaban LKS Kelompok Kontrol ... 179
Lampiran 7: LKS Kelompok Eksperimen yang Sudah Diisi Siswa ... 183
Lampiran 8: LKS Kelompok Kontrol yang Sudah Diisi Siswa ... 197
Lampiran 9: Uji Validitas Soal Pilihan Ganda ... 205
Lampiran 10: Uji Reliabilitas Soal Pilihan Ganda ... 212
Lampiran 11: Uji Beda Soal Pilihan Ganda ... 213
Lampiran 12: Soal untuk Uji Validitas ... 214
Lampiran 13: Lembar Jawaban Uji Validitas yang Sudah Dikoreksi ... 222
Lampiran 14: Soal Pretest dan Posttest beserta Kunci Jawaban ... 223
Lampiran 15: Lembar Jawaban Pretest dan Posttest yang Sudah Dikoreksi .. 233
Lampiran 16: Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest Prestasi Belajar
Kelompok Eksperimen ... 241
Lampiran 17: Uji Normalitas Data Rata-rata Selisih Prestasi Belajar
xxiii
Lampiran 18: Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Tiap Aspek Prestasi
Belajar Kelompok Eksperimen ... 243
Lampiran 19: Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest Kemampuan Berpikir
Kritis Kategori Kognitif Kelompok Eksperimen ... 244
Lampiran 20: Uji Normalitas Data Rata-Rata Selisih Kemampuan Berpikir
Kritis Kategori Kognitif Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ... 245
Lampiran 21: Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Tiap Aspek
Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Kognitif ... 246
Lampiran 22: Uji Perbandingan Mean Pretest dan Posttest Prestasi
Belajar Kelompok Eksperimen ... 247
Lampiran 23: Uji Perbandingan Mean Prestasi BelajarKelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 248
Lampiran 24: Uji Perbandingan Mean Pretest dan Posttest Kemampuan
Berpikir Kritis Kategori Kognitif Kelompok Eksperimen ... 249
Lampiran 25: Uji Perbandingan Mean Kemampuan Berpikir Kritis
Kategori Kognitif Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol ... 250
Lampiran 26: Uji Rangking Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 251
Lampiran 27: Uji Rangking Kemampuan Berpikir Kritis Kategori
Kognitif Kelompok Eksperimen ... 252
xxiv
Lampiran 29: Surat Izin Penelitian dari FKIP USD ... 256
Lampiran 30: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 257
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penyajian.
1.1Latar Belakang
Di Sekolah Dasar seharusnya pembelajaran IPA menjadi pembelajaran
yang sangat menarik. Hal ini dikarenakan pembelajaran IPA merupakan
pembelajaran yang langsung berhubungan dengan alam atau lingkungan
sekitar kita. Pembelajaran IPA membantu siswa memahami makhluk hidup,
gejala alam, dan peristiwa-peristiwa alam yang terjadi di bumi. Siswa dapat
mengetahui lebih jelas mengenai dirinya dan alam sekitar, serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari melalui pembelajaran IPA.
Pembelajaran IPA idealnya dilaksanakan dengan menggunakan metode
yang dapat mengaktifkan siswa. Siswa tidak hanya sebagai penerima
informasi yang disampaikan oleh guru, melainkan siswa aktif mencari tahu
pengetahuannya sendiri. Pengetahuan itu dapat diperoleh dengan melakukan
percobaan-percobaan dan membandingkan pengetahuan yang telah didapat
siswa dengan sumber yang ada. Berdasarkan penelitian yang telah banyak
dilakukan, pengetahuan seseorang akan bertahan lama jika dia sendiri yang
menemukannya, atau dengan kata lain bukan hanya sekedar menerima
2
Kondisi itu jauh berbeda dengan kenyaataan yang terjadi di beberapa
sekolah yang ada di sekitar kita. Pembelajaran IPA di sekolah-sekolah hanya
sekedar menyampaikan kumpulan fakta-fakta, konsep-konsep, atau teori-teori
saja. Berdasarkan pengamatan peneliti saat melakukan PPL dan PKM terdapat
kesan bahwa sebagian guru dalam mengajarkan pembelajaran IPA masih
menggunakan metode yang tradisional, yaitu dengan berceramah atau
bercerita. Siswa hanya dapat membanyangkan pengetahuan yang disampaikan
gurunya, bukan mengalami sendiri. Hal itu akan sangat sulit dilakukan siswa
dilihat dari tahap perkembangnya. Menurut Piaget anak usia 7-12 tahun berada
pada tahap operasional konkret, yaitu siswa belajar dari pengalaman nyata
(Tanlain, 2006: 49). Tidak jarang dengan pembelajaran metode tradisional,
siswa kurang paham akan pengetahuan yang telah diperolehnya sehingga tidak
mampu menerapkan pengetahuan yang diperolenya dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini sebagai akibat dari tidak berkembangnya kemampuan berpikir
kritis mereka. Akibat yang lain, prestasi mereka dalam mata pelajaran IPA
kurang dan nilai KKM untuk pelajaran IPA hanya 62.
Berdasarkan paparan di atas terlihat adanya kesenjangan antara kondisi
yang seharusnya dialami anak dalam pembelajaran IPA dengan kenyataan
yang ada. Kondisi itu kemungkinan disebabkan oleh sistem pembelajaran
yang kebanyakan berupa ceramah saja. Anak tidak dikembangkan untuk
memiliki kemampuan belajar sendiri, menemukan pengetahuan sendiri, dan
melatih kemampuan berpikir kritis mereka, melainkan hanya diberi
pengetahuan saja. Hal itu menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi
3
Sudah banyak metode pembelajaran yang dirancang untuk dapat
mengaktifkan siswa. Siswa tidak hanya sebagai penerima informasi akan
tetapi pencari dan penemu informasi, sedangkan guru sebagai fasilitator yang
membantu siswa menemukan informasi tersebut. Tujuan kegiatan tersebut
adalah agar anak dapat melatih keterampilan berpikirnya dan pengetahuan
yang mereka peroleh dapat bertahan lama dan lebih bermakna. Jika hal itu
dapat dicapai siswa, prestasi belajar merekapun tentunya akan lebih baik.
Dari paparan di atas yang menjadi masalah utamanya adalah pada
pemilihan metode pembelajaran. Pembelajaran IPA sangatlah tepat jika
menggunakan metode inkuiri. Langkah yang harus ditempuh dalam
menerapkan metode inkuiri yaitu: orientasi, merumuskan masalah,
mengajukan hipotesis, melakukan percobaan, menarik kesimpulan,
mempresentasikan hasil, dan evaluasi. Metode inkuiri akan membantu siswa
belajar mandiri. Siswa akan mendapatkan pengetahuan baru dari pengalaman
mereka sendiri, bukan hanya dari guru. Metode inkuiri yang digunakan adalah
inkuiri terbimbing. Peneliti berharap adanya percobaan-percobaan dalam
langkah yang ditempuh menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran,
pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan akan semakin bermakna.
Penggunaan metode inkuiri diharapkan berpengaruh terhadap peningkatan
prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis kategori kognitif siswa.
Penelitian ini hanya akan dibatasi pada pengaruh penerapan metode
inkuiri terbimbing terhadap prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis
kategori kognitif pada mata pelajaran IPA materi pembentukan tanah akibat
4
Genap Tahun Ajaran 2010/2011. Prestasi belajar dan kemampuan berpikir
kritis diukur dari hasil pretest dan posttest. Kelas yang dipakai adalah VA
sebanyak 27 siswa sebagai kelompok eksperimen dan VB sebanyak 27 siswa
sebagai kelompok kontrol. Standar Kompetensi yang digunakan adalah 7.
Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan
penggunaan sumber daya alam, sedangkan Kompetensi Dasarnya yaitu 7.1
Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan dan 7.2
Mengidentifikasi jenis-jenis tanah. Metode penelitian yang digunakan adalah
quasi experimental design tipe non-equivalent control group design.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalahnya, masalah
penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh metode inkuiri pada mata pelajaran IPA materi
pembentukan tanah akibat pelapukan batuan terhadap prestasi belajar
siswa kelas V SDK Ganjuran Yogyakarta pada Semester Genap Tahun
Ajaran 2010/2011?
2. Bagaimana pengaruh metode inkuiri pada mata pelajaran IPA materi
pembentukan tanah akibat pelapukan batuan terhadap kemampuan berpikir
kritis pada kategori kognitif siswa kelas V SDK Ganjuran Yogyakarta
5
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1. Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA
materi pembentukan tanah akibat pelapukan batuan terhadap prestasi
belajar siswa kelas V SDK Ganjuran Yogyakarta pada Semester Genap
Tahun Ajaran 2010/2011.
2. Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA
materi pembentukan tanah akibat pelapukan batuan terhadap kemampuan
berpikir kritis pada kategori kognitif siswa kelas V SDK Ganjuran
Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011.
1.4Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti :
1. Peneliti mendapatkan pengalaman dalam merancang pembelajaran IPA
mengunakan metode inkuiri, sehingga dapat mengembangkan lebih lanjut
untuk pembelajaran lainnya.
2. Peneliti dapat membuktikan kelebihan penggunaan metode inkuiri dengan
metode tradisional dalam pembelajaran.
Bagi Guru :
1. Guru mendapatkan pengalaman dalam menerapkan pembelajaran IPA
mengunakan metode inkuiri, sehingga dapat mengembangkan lebih lanjut
6
2. Guru memperoleh tambahan wawasan mengenai salah satu cara
meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran IPA materi
pembentukan tanah akibat pelapukan batuan dengan metode inkuiri.
Bagi Sekolah :
Sekolah dapat menggunakannya sebagai sumber bacaan di sekolah.
Bagi Siswa :
1. Siswa mendapatkan pengalaman belajar dengan metode inkuiri
2. Siswa mengalami variasi kegiatan, sehingga meningkatkan minat belajar.
1.5Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian skripsi ini adalah sebagai berikut:
Dalam Bab I dibahas pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penyajian.
Dalam Bab II dibahas landasan teori, berisi kajian pustaka
(konsep-konsep dasar, teori-teori yang relevan, hasil penelitian sebelumnya), kerangka
berpikir, dan hipotesis.
Dalam Bab III dibahas metode penelitian, berisi jenis penelitian,
populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen
penelitian, uji validitas dan reabilitas instrumen, teknik pengumpulan data,
teknik analisis data, dan hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen.
Dalam Bab IV dibahas hasil penelitian (deskripsi data dan analisis data),
pembahasan, dan keterbatasan penelitian.
7 BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan dibahas lebih lanjut mengenai teori-teori yang relevan, hasil penelitian sebelumnya, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
Teori-teori yang relevan meliputi metode inkuiri, metode inkuiri terbimbing, berpikir
kritis kategori kognitif, materi proses pembentukan tanah akibat pelapukan
batuan. Hasil penelitian sebelumnya berisi penelitian-penelitian yang sudah ada
berkaitan dengan metode inkuiri atau berpikir kritis. Kerangka berpikir berisi
landasan berpikir dari umum ke khusus yang dirumuskan dalam hipotesis
penelitan.
2.1Kajian Pustaka
2.1.1 Teori-teori yang Relevan
Teori-teori yang relevan yag akan dibahas antara lain metode inkuiri,
metode inkuiri terbimbing, berpikir kritis, berpikir kritis kategori kognitif,
dan materi yang diajarkan dalam penelitian ini.
2.1.1.1 Metode Inkuiri
1. Pengertian Metode Inkuiri
Menurut Gulo (dalam Trianto, 2007:135), metode inkuiri
adalah suatu metode pembelajaran yang melibatkan seluruh
kemampuan yang dimiliki siswa untuk mencari dan melakukan suatu
penyelidikan secara sistematis, kritis, logis, dan analitis guna
mendapatkan jawaban atas rumusan masalah yang telah
8 merupakan suatu metode pembelajaran yang lebih menekankan pada
suatu proses berpikir secara kritis dan analitis dalam upaya mencari
dan menemukan sendiri jawaban atas suatu masalah yang
dikemukakan.
Berdasarkan pengertian metode inkuiri yang telah di paparkan,
kita dapat menyimpulkan bahwa metode inkuiri adalah suatu metode
pembelajaran yang memberi tekanan pada masalah aktivitas siswa
untuk mencari dan menemukan pengetahuannya sendiri melalui
serangkaian tahapan yang memberdayakan kemampuan berpikirnya.
Menurut Sanjaya (2008: 196-1977), ciri-ciri pembelajaran inkuiri
adalah sebagai berikut:
a. Memberi tekanan pada masalah aktivitas siswa secara maksimal
dalam kegiatan belajar, seperti melakukan percobaan-percobaan
dalam pembelajaran.
b. Mengarahkan seluruh kegiatan belajar siswa pada tujuan
pembelajaran.
c. Mengembangkan kemampuan berpikir secara sitematis, logis,
dan kritis.
Tujuan utama pembelajaran menggunakan metode inkuiri
adalah membantu siswa agar dapat mengembangkan disiplin
intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang merangsang kemampuan berpikir kritis
siswa dan mendapatkan jawaban atas rasa ingin tahu mereka. Dalam
9 pembelajaran sehingga guru hanya sebagai fasilitator yang
membantu siswa agar dapat sampai pada tujuan yang diharapkan
(Sanjaya, 2008: 197-198). Oleh karena itu, strategi pembelajaran
inkuiri ini akan efektif jika:
a. Guru mengaharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban
dari permasalahan yang dipecahkannya. Hal ini berarti
pembelajaran inkuiri lebih mengutamakan proses dalam
memperoleh jawaban dibandingkan penguasaan meteri pelajaran.
b. Materi pelajaran tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah
jadi, melainkan sebuah kesimpulan dari pembuktian yang
dilakukan.
c. Proses pembelajaran berawal dari rasa ingin tahu siswa terhadap
suatu hal.
d. Diterapkan pada sekelompok siswa yang memiliki kemauan dan
kemampuan berpikir yang sama.
e. Jumlah siswa yang belajar jumlahnya tidak terlalu banyak. Hal
ini nantinya akan berpengaruh pada penguasaan kelas.
f. Guru memiliki banyak waktu untuk menggunakan pendekatan
yang berpusat pada siswa.
2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Menggunakan Metode Inkuiri
Menurut Sanjaya (2008: 199-201), prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan guru dalam pembelajaran menggunakan inkuiri adalah
10 a. Berorientasi pada Perkembangan Intelektual
Tujuan utama dalam pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Tidak hanya hasil
belajar yang menjadi prioritas utama, tetapi ada hal yang justru
lebih penting yaitu proses belajar. Hal itu dikarenakan proses
belajarlah yang akan menentukan hasil belajar. Kita dapat
mengukur keberhasilan yang dicapai siswa bukan dari
kemampuannya menguasai materi pembelajaran, melainkan dari
sejauh mana aktivitas yang telah dilakukan siswa dalam mencari
dan menemukan jawaban dari suatu permasalahan. Jawaban dari
suatu pemasalahan itulah yang menjadi hasil belajar siswa.
Karena itu, setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah
gagasan yang dapat ditemukan.
b. Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran sebenarnya sudah merupakan suatu
interaksi, baik interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan
siswa, bahkan siswa dengan lingkungannya. Pembelajaran
sebagai proses interaksi itu artinya bahwa guru bukan
satu-satunya sumber belajar. Siswa dapat belajar dari siswa lain atau
lingkungan yang ada di sekitarnya. Dalam pembelajaran inkuiri,
guru lebih lebih bertindak sebagai pengatur lingkungan atau
pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan siswa
untuk bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui
11 c. Prinsip Bertanya
Prinsip bertanya yang dimaksud di sini adalah peran guru sebagai
penanya sangat diperlukan. Jenis dan teknik bertanya yang
sebaiknya dikuasai guru antara lain: bertanya untuk meminta
perhatian siswa, bertanya untuk melacak (sampai seberapa materi
mampu dikuasai siswa), bertanya untuk mengembangkan
kemampuan, atau bertanya untuk menguji. Kemampuan siswa
untuk menjawab setiap pertanyaan yang diberikan guru
merupakan salah satu wujud dari proses berpikir yang akan akan
dikembangkan melalui prinsip ini.
d. Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar merupakan suatu tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap dari hasil pengalaman dan
interaksinya dengan lingkungan yang melibatkan proses berpikir
(Syah, 2003:68). Belajar bukan hanya semata-mata untuk
mengingat sejumlah fakta yang ada. Belajar merupakan suatu
proses berpikir untuk mengembangkan seluruh kemampuan
yang dimiliki oleh otak.
e. Prinsip Keterbukaan
Belajar tidak selalu menghasilkan sesuatu yang sesuai karena
belajar merupakan suatu proses mencoba berbagai kemungkinan.
Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh karena itu, dalam suatu
pembelajaran guru hendaknya menyediakan berbagai
12 3. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Metode
Inkuiri
Secara umum langkah-langkah pembelajaran menggunakan
metode inkuiri menurut Sanjaya (2008: 201-205) adalah sebagai
berikut:
a. Orientasi
Orientasi yang dimaksud di sini adalah suatu langkah awal yang
harus ditempuh dalam pembelajaran. Guru mencoba mengatur
kelas sebaik mungkin agar siswa siap melakukan proses
pembelajaran.
Beberapa hal yang dapat dilakukan guru dalam tahap ini antara
lain:
1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan
dapat dicapai siswa.
2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan
siswa agar dapat mencapai tujuan. Guru memberikan
penjelasan setiap langkah inkuiri dan menjelaskan tujuan
pentingnya melakukan tahapan tersebut.
3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar agar
semakin memotivasi belajar siswa.
b. Merumuskan Masalah
Guru mengarahkan siswa agar mampu menyusun sendiri masalah
teka-13 teki dan nantinya siswa dapat menemukan jawaban sendiri atas
rumusan masalah yang telah dibuatnya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan
masalah antara lain:
1) Siswa sendiri yang merumuskan masalahnya. Siswa akan
memiliki motivasi yang tinggi bila ikut terlibat dalam
merumuskan masalah yang akan dicari kebenarannya. Guru
hanya memberikan topik mengenai materi yang akan dibahas,
selanjutnya siswa sendirilah yang merumuskan maslah
tersebut.
2) Masalah yang ingin dicari jawabannya adalah masalah yang
mengandung teka-teki dengan jawaban pasti. Guru
mendorong siswa merumuskan masalah sendiri walaupun
jawaban sebenarnya sudah ada. Masalah yang dirumuskan
hendaknya berupa pertanyaan yang mengarah ke jawaban
“ya” dan “tidak”.
3) Konsep-konsep dalam rumusan masalah adalah
konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Jika
siswa belum memahami konsep-konsep tersebut, jangan
mengharapkan siswa melakukan tahapan inkuiri selanjutnya.
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara mengenai suatu
permasalahan yang perlu dicari kebenarannya. Cara yang dapat
14 adalah dengan mengajukan pertanyaan yang dapat merangsang
kemampuan berpikir siswa merumuskan jawaban sementara.
Guru perlu memperhatikan agar perumusan hipotesis itu
menghasilkan jawaban yang jelas dan memiliki landasan berpikir
yang kokoh, bukan sembarang perkiraan.
d. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah kegiatan untuk menangkap atau
menjaring informasi yang dibutuhkan. Kegiatan ini merupakan
kegiatan yang terpenting dalam pengembangan kemampuan
intelektual karena memerlukan motivasi belajar, ketekunan dan
kemampuan berpikir yang dimiliki. Tugas dan peran guru adalah
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa
berpikir mencari informasi yang diperlukan.
e. Menguji Hipotesis
Meguji hipotesis adalah proses menguji proses menentukan
jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau
informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang
terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat
keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu,
menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan
berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban bukan hanya
berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data
15 f. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan
yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara
tepat. Ini merupakan hasil akhir dari seluruh aktivitas yang
dilakukan dalam pembelajaran inkuiri. Oleh karena itu,
sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana saja
yang relevan.
Ada berbagai langkah inkuiri yang dapat diterapkan dalam suatu
pembelajaran. Dalam penelitian ini diambil 7 langkah inkuiri
terbimbing yaitu:
a. Orientasi
Orientasi yaitu langkah awal dalam suatu pembelajaran dengan
mengkondisikan kelas agar dapat melaksanakan pembelajaran
dengan baik. Hal ini dilakukan dengan guru menjelaskan topik,
tujuan, dan hasil belajar yang ingin dicapai, pokok-pokok
kegiatan yang harus dilakukan, serta pentingnya suatu topik
(Sanjaya, 2001: 202) .
b. Merumuskan Masalah
Guru mengarahkan siswa agar mampu menyusun masalah yang
akan diperoleh jawabannya melalui percobaan yang akan
dilakukan. Agar jawaban yang diperoleh itu meyakinkan, maka
rumusan masalah diarahkan pada pertanyaan dengan jawaban
16 c. Mengajukan Hipotesis
Setelah siswa mampu merumuskan masalah, siswa merumuskan
hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang dapat
diketahui benar atau tidaknya setelah dilakukan percobaan.
d. Melakukan Percobaan
Suatu percobaan dilakukan guna membuktikan hipotesis yang
telah kita rumuskan. Dalam kegiatan percobaan siswa melakukan
pengumpulan data terkait dengan jawaban yang ingin kita
dapatkan. Tugas dan peran guru adalah mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa berpikir mencari informasi
yang diperlukan.
Setelah percobaan kita lakukan siswa kemudian melakukan uji
hipotesis. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah
mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.
Untuk itulah pentingnya rumusan masalah yang diarahkan ke
jawaban “ya” dan “tidak” yaitu agar siswa menjadi yakin dan
pemikiran siswa diarahkan pada kebenaran pendapat itu dapat
dipertanggung-jawabkan dengan adanya suatu data yang
ditemukan (Sugiyono, 2008: 204).
e. Menarik Kesimpulan
Data-data yang telah ditemukan pada kegiatan percobaan
selanjutnya disimpulkan untuk menemukan pemecahan dari
17 f. Mempresentasikan Hasil
Hasil dari penemuan untuk selanjutnya dipresentasikan atau
dilaporkan agar teman yang lain bisa tahu apa yang telah
ditemukan kelompoknya.
g. Mengevaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan guna mengetahui
kedalaman siswa akan pengetahuan yang telah ditemukannya.
4. Kelebihan Pembelajaran dengan Metode Inkuiri
Kelebihan penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah sebagai
berikut:
a. Memberikan penekanan pada masalah pengembangan
kemampuan otak secara seimbang yang meliputi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor. Siswa tidak hanya berkembang
pengetahuannya, tetapi juga sikap dan seluruh onggota tubuhnya
sehingga membentuk pribadi yang utuh (Sanjaya, 2008: 208).
b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar mereka sehingga siswa mudah memahami,
merasa nyaman, bahkan dapat mengembangkan bakat-bakat yang
dimilikinya (Sanjaya, 2008: 208).
c. Memberikan pemahaman akan konsep-konsep dengan lebih baik
melalui sebuah pengalaman belajar (Sanjaya, 2008: 208).
d. Siswa mendapatkan bimbingan dari guru sehingga aktivitas
18 2.1.1.2 Metode Inkuiri Terbimbing
Berdasarkan tahap perkembangan anak, metode inkuiri yang cocok
digunakan untuk siswa Sekolah Dasar adalah metode inkuiri terbimbing.
Metode inkuiri terbimbing adalah suatu metode pembelajaran yang
memberi penekanan pada masalah aktivitas siswa untuk mencari dan
menemukan pengetahuannya sendirimelalui serangkaian tahapan yang
memberdayakan kemampuan berpikirnya melalui bimbingan atau arahan
guru. Guru yang merancang sedemikian rupa pembelajaran yang akan
dilaksanakan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berserta Lembar
Kerja Siswa dan perangkatnya. Selama pembelajaran berlangsung guru
tidak membiarkan siswa begitu saja, melainkan memberikan arahan
mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan merangsang siswa
untuk merumuskan masalah, hipotesis, dan kesimpulan yang dibuat.
2.1.1.3 Berpikir Kritis Kognitif
1. Pengertian Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang
sangat penting dimiliki seseorang. Kemampuan ini akan sangat
membantu seseorang dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
Masalah akan menjadi semakin sederhana sehingga mudah dicari
solusinya.
Menurut MCC General Education Iniatives (Achmad, 2011),
berpikir kritis ialah sebuah proses yang member penekanan pada
19 sebuah perbuatan dan pengambilan keputusan yaitu penggunaan
logika yang berdasarkan inkuiri dan pemecahan masalah. Berpikir
kritis menurut Ennis (1985: 54) (Achmad, 2011) adalah cara berpikir
reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang dipusatkan
pada penentuan sikap mengenai yang harus diyakini dan dilakukan.
The APA Consensus Definition (Facione, 1996) memberi
mendefiniskan berpikir kritis sebagai keputusan seseorang secara
pribadi sebagai hasil kegiatan interpretasi, analisis, evaluasi,
inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri yang didasarkan pada bukti,
konsep, metodologi, kriteriologi, dan kontekstual.
Jadi, berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir tingkat
tinggi dengan memberdayakan logika yang memberi penekanan pada
pembentukan sikap sebagai hasil dari keputusan yang telah dibuat.
2. Aspek-aspek dalam Berpikir Kritis
Dalam taksonomi belajar, menurut Bloom, keterampilan
mengevaluasi berada dalam tahap berpikir kritis tingkat tinggi.
Dalam tahap ini siswa diminta menggabungkan pengetahuan yang
ada. Menurut Eider dan Pual (Acmad, 2011), aspek-aspek yang
menjadi indikator dalam kemampuan mengevaluasi meliputi:
a. Clarity (kejelasan)
Jika suatu pernyataan yang dibuat tidak jelas, maka kita tidak
20 b. Accuracy (keakuratan, ketelitiaan)
Pernyataan dikatakan akurat jika kebenarannya dapat
dipertanggungjawabkan.
c. Precision (ketepatan)
Pernyataan dikatakan tepat jika data-data diuraikan secara
spesifik dan tidak menyimpang.
d. Relevance (keterkaitan)
Adanya hubungan antara pernyataan atau jawaban yang
dikemukakan dengan pertanyaan yang diajukan.
e. Dept (kedalaman)
Kejelasan atas jawaban yang diberikan.
f. Breadth (keluasan)
Pernyataan dikatakan memiliki keluasan jika dirumuskan dengan
melihat berbagai sudut pandang yang ada.
g. Logic (logika)
Pernyataan harus disusun dengan konsep yang benar dan
mempunyai tindak lanjut.
3. Berpikir Kritis Kognitif
Berdasarkan kesepakatan yang diperoleh dari hasil lokakarya
American Philosophical Association (Facione, 1990), kecakapan
dalam berpikir kritis kognitif mencakup 6 hal, yaitu:
a. Interpretasi
Interpretasi merupakan kemampuan untuk memahami dan
21 kejadian, kepercayaan, aturan, prosedur, atau kriteria (Facione,
1996).
Unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi masalah dan mendeskripsikan ciri-cirinya
2) Membuat pengolongan berdasarkan data-data menggunakan
skema tertentu
3) Menyampaikan kembali gagasan orang lain menggunakan
kata yang disusun sendiri
4) Menginterpretasikan data, grafik, tabel, gambar, simbol yang
digunakan
b. Analisis
Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi
hubungan-hubungan logis dari pernyataan, pertanyaan, konsep,
uraian, atau bentuk ungkapan yang lain (Facione, 1996).
Unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:
1) Menemukan hal yang baru atau berbeda dengan melihat
persamaan dan perbedaan yang ada
2) Memilah-milah permasalahan menjadi lebih sederhana
sehingga mudah diselesaikan
3) Membandingkan gagasan, konsep, atau pernyataan yang
berbeda
4) Mengidentifikasi yang menjadi permasalahan utama dengan
22 c. Evaluasi
Evaluasi merupakan kemampuan untuk menilai kepercayaan
akan pernyataan atau ungkapan lain dan untuk menimbang bobot
dari suatu penalaran yang berkaitan dengan pernyataan,
deskripsi, pertanyaan, atau bentuk ungkapan yang lain (Facione,
1996).
Unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:
a. Menilai benar tidaknya suatu pemecahan masalah yang
diselesaikan menggunakan cara lain
b. Menilai benar tidaknya suatu pendapat yang dikemukakan
c. Menilai bisa tidaknya suatu prinsip digunakan dalam situasi
tertentu atau penerapannya dalam kehidupan nyata
d. Menilai hubungan suatu argumen, pernyataan, prinsip, atau
aturan
d. Inferensi
Inferensi merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi dan
memilih hal yang diperlukan untuk menyusun alasan yang masuk
akal; untuk merumuskan dugaan dan hipotesis; untuk
mempertimbangkan informasi-informasi yang berkaitan; dan
untuk memperkirakan akibat yang terjadi dari suatu keputusan
(Facione, 1996).
Unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:
1) Menarik kesimpulan secara mandiri sesuai argumen yang
23 2) Mengemukakan kemungkinan cara lain dalam penyelesaian
masalah
3) Menguji informasi-informasi yang sesuai untuk menarik
kesimpulan
4) Memperkirakan akibat-akibat yang mungkin muncul dari
suatu pilihan yang diambil
e. Eksplanasi
Eksplanasi merupakan kemampuan untuk menjelaskan dan
memberikan alasan-alasan untuk menarik kesimpulan dan untuk
mengemukakan pendapat-pendapat logis yang kuat (Facione,
1996).
Unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:
1) Menjelaskan alasan mengapa menggunakan suatu pilihan
2) Menjelaskan hasil penemuan dari suatu pengamatan
3) Menguraikan langkah-langkah yang digunakan atau ditempuh
untuk memecahkan masalah
4) Menjelaskan data yang disajikan dalam bentuk gambar,
grafik, tabel dsb
f. Regulasi Diri
Regulasi diri merupakan kemampuan untuk mengontrol aktivitas
kognitif dan mentalnya dalam menarik kesimpulan dengan
menganalisis dan mengevaluasi penilaiannya sendiri (Facione,
24 Unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:
1) Menghargai perbedaan pendapat
2) Menilai apakah ada kelemahan dalam langkah yang sudah
diambil
3) Mengoreksi pendapat sendiri jika tidak sesuai dengan fakta
yang baru
4) Menguji argumen untuk mengetahui bahwa argumen yang
digunakan dapat diterima atau tidak..
2.1.1.4 Prestasi Belajar
1. Definisi Belajar
Setiap orang melakukan kegiatan belajar. Belajar dilakukan
sejak lahir sampai mati. Belajar secara umum merupakan perubahan
tingkah laku oleh seseorang untuk perkembangan dirinya. Dari
latihan, ia berusaha memperoleh hasilnya yaitu berupa tingkah laku
baru (Tanlain, 2006: 20). Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
yaitu:
a. Faktor Internal Siswa
Yang dimaksud faktor internal siswa menurut Syah (1997:
133-136) adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa untuk
memiliki keinginan belajar, meliputi aspek fisiologis (seperti
keadaan jasmaniah dan keadaan organ) dan aspek psikologis
(seperti kecerdasan siswa, sikap siswa, minat siswa, motivasi
25 b. Faktor Eksternal Siswa
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa
yang mempengaruhi dalam belajar, meliputi lingkungan sosial
dan lingkungan nonsosial (Syah, 1997: 137-138).
c. Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar merupakan cara atau strategi yang digunakan
untuk memecahkan masalah dalam belajar pengetahuan tertentu
(Syah, 1997: 139).
2. Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) merupakan penggunaaan pengetahuan, keterampilan
terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes. Tes yang
digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa adalah hasil
pre-test dan post-tes soal pilihan ganda. Hasil tersebut diharapkan dapat
mewakili pengetahuan yang diperoleh siswa (Syah, 1997: 139).
2.1.1.5 Pelapukan Batuan dan Proses Terbentuknya Tanah
Batuan
Jenis-jenis batuan meliputi:
1. Batuan beku
Batuan beku merupakan batuan yang terjadi karena proses
pendinginan magma. Magma itu sendiri merupakan batu cair berpijar
26 gunung berapi. Magma yang keluar ini disebut dengan lava
(Azmiyawati, 2008 : 125).
Tabel 1. Batuan Beku
Nama Batu Ciri-ciri Proses
Terbentuknya
Manfaat
Batu Granit Butiran kasar,
ada yang di dalam kerak bumi secara
Batu apung Berwarna
coklat
Batu obsidian Berwarna hitam
atau coklat tua, permukaannya
Batu basalt Berwarna hijau
27
2. Batuan endapan (sedimen)
Batuan endapan adalah batuan yang terbentuk akibat pelapukan
dan pengikisan batuan oleh angin, selanjutnya mengendap keras
karena tekanan dan zat-zat lain yang merekatkan (Azmiyawati, 2008
: 126).
Tabel 2. Batuan Endapan
Nama Batu Ciri-ciri Proses Terbentuknya
Manfaat
Batu Gamping Terdiri atas
28 Batu Pasir Terdiri atas
butiran-Azmiyawati, 2008 : 127
3. Batuan malihan
Batuan malihan adalah batuan yang terbentuk dari batuan beku
dan batuan endapan yang mengalami perubahan akibat pengaruh
tekanan dan suhu yang tinggi oleh proses alam (Azmiyawati, 2008 :
127).
Tabel 3. Batuan Malihan Nama Batu Ciri-ciri Proses
Terbentuknya
Manfaat
Batu marmer Berwarna putih, hitam, karena panas dan tekanan
Untuk bahan lantai, patung
Batu sabak Berwarna abu-abu tua,
29 Pelapukan Batuan
Pelapukan batuan adalah proses hancurnya batuan menjadi tanah
dari bentuk semula yang berupa gumpalan menjadi butiran yang lebih
kecil. Pelapukan batuan digolongkan menjadi 3 macam berdasarkan
penyebabnya, yaitu:
1. Pelapukan Fisika
Pelapukan fisika yaitu proses hancurnya batuan yang disebabkan
oleh angin, air, perubahan suhu, dan gelombang laut. Di daerah
gurun, angin yang bertiup sangat kencang menyebabkan terkikisnya
permukaan batuan sedikit demi sedikit. Angin juga dapat
mengakibatkan bergesernya batuan yang mengakibatkan terjadinya
gesekan. Hal itu akan mengakibatkan retaknya batuan. Selain itu,
perubahan suhu yang mencolok antara siang dan malam
mengakibatkan batu mudah retak (Azmiyawati, 2008 : 129-130).
Azmiyawati, 2008 : 129
30 2. Pelapukan Kimia
Pelapukan kimia yaitu pelapukan yang disebakan oleh reaksi kimia
antara uap air dengan gas-gas lain di udara. Pelapukan kimia bisa
disebabkan karena terjadinya hujan asam. Hujan asam
mengakibatkan terkikisnya batuan terutama batuan yang berada di
tempat terbuka. Selain hujan asam, contoh pelapukan kimia adalah
abu vulkanik yang menempel pada permukaan batuan lama kelamaan
batuan itu akan terkikis. Terkikisnya batuan itu akan dipercepat
dengan adanya air yang mengenai permukaan batuan yang tertempeli
abu vulkanik. Untuk membersihkan itu diperlukan cairan khusus
yaitu dengan soda kue.
3. Pelapukan Biologi
Pelapukan biologi adalah pelapukan yang disebabkan oleh aktivitas
mahkluk hidup, bisa oleh tumbuhan, hewan, atau manusia. Contoh
pelapukan yang disebabkan oleh aktivitas tumbuhan yaitu tumbuhan
lumut yang tumbuh di permukaan batu lama kelamaan akan
menyebabkan batuan tersebut rapuh dan mudah hancur. Hal tersebut
dikarenakan lumut mengeluarkan zat asam. Akar tumbuhan sukun,
pepaya yang berada di dekat bangunan akan menembus dan
menyebabkan hancurnya batuan. Contoh hewan yang membantu
proses pelapukan batuan antara lain cacing tanah, rayap, gangsir,
31
www.pulaubali.com
Gambar 2. Pelapukan Batuan yang Disebabkan Lumut
Tahap-tahap Pembentukan Tanah (Mussofan, 2009)
1. Tahap pertama, permukaan batuan berinteraksi secara langsung
dengan lingkungan fisik (udara, air) yang memicu terjadinya
pelapukan kimia.
2. Tahap kedua, permukaan batuan yang mengalami pelapukan akan
lapuk dan lebih rapuh. Dengan adanya celah-celah pada batuan
memudahkan air dan udara masuk ke lapisan batuan yang lebih
dalam.
3. Tahap ketiga, batuan ini menjadi lebih lembab sehingga muncullah
tumbuhan perintis (lumut kerak) dan hewan-hewan kecil yang
membantu proses pelapukan biologi.
4. Tahap keempat, dengan munculnya tumbuhan perintis memicu
tumbuhnya tumbuhan lain yang lebih besar sehingga terbentuk
rekahan pada lapisan batuan yang lebih dalam. Hingga akhirnya
32 Komposisi dan Jenis-jenis Tanah
Suatu daerah memiliki jenis tanah yang berbeda dengan daerah lain.
Perbedaan jenis tanah ini disebabkan oleh jenis batuan pembentuknya
setelah mengalami pelapukan.
Berdasarkan susunan tanahnya, lapisan tanah dibedakan menjadi
(Rositawati, 2008: 119):
1. Tanah Lapisan Atas
Tanah lapisan atas pada umumnya merupakan tanah yang subur.
Tanah lapisan atas berasal dari pembusukan bahan-bahan organik
seperti dedaunan dan mahkluk hidup yang mati dengan bantuan
hewan-hewan yang hidup di tanah, misalnya cacing tanah. Oleh
karena itu, tanah lapisan atas sering disebut tanah humus. Tanah
lapisan atas juga bisa berasal dari pelapukan batuan. Ciri-ciri tanah
lapisan atas antara lain berwarna kehitam-hitaman, gembur karena
kaya akan oksigen, dan kaya akan unsur hara. Berdasarkan ciri-ciri
tersebut, tanah ini cocok untuk lahan pertanian.
2. Tanah Lapisan Bawah
Tanah lapisan bawah pada umumnya merupakan tanah yang kurang
subur untuk lahan pertanian. Secara umum ciri-ciri tanah lapisan
bawah adalah berwarna lebih terang dan lebih padat dibandingkan
tanah lapisan atas. Tanah lapisan ini mengandung tanah liat yang
butiran tanahnya sangat halus, agak lengket, dan elastis sehingga
33 digunakan untuk membuat kerajinan seperti keramik, batu bata, dan
gerabah.
3. Tanah Lapisan Tengah
Tanah lapisan tengah berasal dari pecahan-pecahan batuan yang
berasal dari lapisan di bawahnya. Ciri tanah lapisan tengah adalah
berwarna kemerah-merahan, tidak subur dan mudah dilalui air
karena berupa tanah berpasir. Tanah berpasir memang tidak subur
untuk pertanian, tetapi ada tanaman yang cocok hidup di tanah
berpasir seperti kaktus dan tanaman buah naga.
4. Tanah Lapisan Induk
Tanah lapisan induk sering disebut sebagai tanah lapisan dasar atau
cadas.Tanah ini sangat keras, dan tidak subur karena berupa
batu-batuan.
http.upload.wikimedia.org Gambar 3. Lapisan Tanah
Keterangan:
O : Tanah Lapisan Atas
A : Tanah Lapisan Bawah
B : Tanah Lapisan Tengah
34 Berdasarkan butiran-butiran penyusunnya, tanah terdiri atas
(Asmiyawati, 2008: 132):
1. Batu dan kerikil, merupakan butiran tanah dengan ukuran yang
terbesar
2. Pasir, merupakan butiran tanah dengan ukuran yang lebih kecil
daripada butiran kerikil
3. Lumpur, merupakan butiran tanah dengan ukuran yang lebih kecil
daripada pasir dan bercampur dengan air
4. Tanah liat, butiran tanah dengan ukuran yang lebih kecil daripada
butiran lumpur
5. Debu, merupakan butiran tanah yang paling kecil, halus, dan sangat
ringan sehingga mudah diterbangkan oleh angin.
Berdasarkan jenis batuan yang mengalami pelapukan, jenis tanah
dibedakan menjadi (Asmiyawati, 2008: 133):
1. Tanah Berhumus
Tanah berhumus berwarna kehitam-hitaman, gembur karena kaya
akan oksigen, dan kaya akan unsur hara. Oleh karena itu, tanah ini
cocok untuk lahan pertanian.
2. Tanah Berpasir
Tanah berpasir merupakan tanah yang tidak subur dan mudah dilalui
air. Tanah ini tidak cocok untuk pertanian, tetapi ada tanah berpasir
yang cocok untuk pertanian. Ini terjadi di daerah sekitar gunung
berapi. Pasir itu sudah bercampur dengan abu vulkanik yang sangat
35 3. Tanah Liat
Tanah liat yang butiran tanahnya sangat halus, agak lengket, dan
elastis sehingga sulit dilalui air. Tanah ini mudah dibentuk saat
masih basah, maka tanah ini banyak digunakan untuk membuat
kerajinan seperti keramik, batu bata, dan gerabah.
4. Tanah Berkapur
Tanah berkapur banyak ditemukan di daerah pegunungan. Tanah
berkapur bersal dari pelapukan batu kapur dan mengandung
bebatuan. Tanah berkapur berwarna keputih-putihan dan
mengandung sedikit humus sehingga tanah ini kurang subur untuk
pertanian.
2.1.2 Hasil Penelitian Sebelumnya
Menurut Ariwigati (2006) dalam penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui perkembangan proses pengetahuan tentang konsep,
pengetahuan yang dibangun tentang konsep, kesulitan belajar, dan terjadi
peningkatan atau tidak pengetahuan siswa mengenai konsep gaya ke atas
dalam zat cair pada prinsip Archimedes yang dibentuk melalui metode
inkuiri. Dalam penelitian tersebut data yang digunakan adalah LKS,
kuesioner, dan hasil belajar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
diperoleh hasil yaitu adanya perkembangan pengetahuan siswa, siswa
mampu mengenal konsep-konsep, dan terjadinya peningkatan pengetahuan
36 t hitung sebesar 0,05. Akan tetapi dalam pembelajaran ini, siswa masih
mengalami kesulitan dalam pembelajaran.
Menurut Kuntari (2009) dalam penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui efektivitas pembelajaran matematika dan tanggapan siswa dan
guru terhadap pembelajaran di SMA dengan metode inkuiri yang dilihat
dari keaktifan siswa dan prestasi belajar siswa. Dalam penelitian tersebut
data yang digunakan adalah data keterlibatan siswa, data prestasi belajar
siswa, dan data mengenai tanggapan siswa dan guru. Berdasarkan
penelitian yang dailakukan diperoleh hasil yaitu metode inkuiri cukup
efektif mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, ada peningkatan
prestasi belajar siswa sebesar 96,4 % yang ditunjukkan dengan perbedaan
signifikansi pretest-postest.
Menurut Hastuti (2009) dalam penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui pengaruh metode inkuiri terhadap tingkat pemahaman,
keterlibatan siswa, dan kendala-kendala yang dialami siswa dalam
pembelajaran matematika pada pokok bahasan fungsi. Dalam penelitian
tersebut data yang digunakan adalah data pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran, data keterlibatan siswa, dan data kendala yang dihadapi
siswa selama mengikuti pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan diperoleh hasil yaitu metode inkuiri cukup dapat membantu
siswa dalam memahami materi pembelajaran yang ditunjukkan dengan
nilai 60,84 dari rata-rata keseluruhan, penggunaan metode inkuiri kurang
37 matematika, dan masih adanya kendala yang dialami siswa selama
mengikuti pembelajaran matematika.
Menurut Sacrata (2009) dalam penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya peningkatan prestasi belajar, ada tidaknya
peningkatan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan ada
tidaknya pertumbuhan minat siswa dengan diterapkannya metode inkuiri
pada pokok bahasan gerak relatif. Sampel penelitian ini adalah 20 siswa
kelas VII B SMP BOPKRI 3 Yogyakarta. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan diperoleh hasil yaitu metode inkuiri dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa, meningkatkan keterlibatan siswa sebesar 81,8 %
dalam kegiatan pembelajaran, dan menumbuhkan minat siswa dengan
diterapkannya metode inkuiri pada pokok bahasan gerak relatif.
Menurut Hartini (2010) dalam penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui efektivitas penggunan metode inkuiri dalam pencapaian hasil
belajar pada pokok bahasan penyebab perubahan lingkungan fisik. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah skor pretest dan skor posttest.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil yaitu metode
inkuiri efektif dalam pencapaian hasil belajar yang ditunjukkan dengan
terjadinya peningkatan sebesar 93,3 % dengan nilai pretest 4,5 setelah
dilakukan posttest menjadi 7,65.
Menurut Raras (2010) dalam penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui efektivitas pembelajaran IPA pada pokok bahasan
perpindahan dan penghantar panas dalam hal pencapain hasil belajar
38 skor pretest dan skor posttest. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
diperoleh hasil yaitu metode inkuiri efektif dalam pencapaian hasil belajar
yang ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan pencapaian hasil belajar
dari 15,38 % yang mencapai KKM menjadi 53,84 % yang mencapai
KKM.
Menurut Sugiyarti (2005) dalam penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui efektivitas pembelajaran matematika berbasis masalah dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar pada siswa
kelas II-C SMP I Tambakromo Kabupaten Pati. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data hasil belajar, data keterampilan berpikir
kritis, data proses belajar, dan data refleksi diri. Berdasarkan penelitian
diperoleh terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis (7,82 pada siklus
I dan 17,82 pada siklus II) dan hasil belajar siswa. Hasil siklus I adalah
pre-test 53,51 dengan ketuntasan 28,895% dan post-test 71,78 dengan
ketuntasan 89,13%.
Menurut Rochimah (2007) dalam penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui efektivitas penggunaan metode penemuan dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa
keguruaan. Data yang digunakan adalah data hasil tes kemampuan berpikir
kritis yang berbeda topiknya. Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa
pembelajaran penemuan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis
39 Menurut Astuti (2010) dalam penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui efektivitas penerapan metode role playing berbasis problem
dalam meningkatkan keaktifan dan kemampuan berpikir kritis siswa pada
mata pelajaran Ekonomi kelas X SMA Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran
2010/2011. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil
observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian
diperoleh bahwa metode role playing meningkatkan keaktifan dan
kemampuan berpikir kritis siswa. Sebelum diterapkan metode tersebut,
rata-rata kelas yaitu 74,76. Keaktifan siswa aspek visual activities dari
52,94% menjadi 88,23%, oral activities dari 14,70% menjadi 79,41%,
listening activities dari 64,71% menjadi 88,23%, dan writing listening dari
52,94% menjadi 67,65% dan peningkatan kemampuan berpikir kritis