• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap prestasi belajar dan berpikir kritis kategori kognitif pada mata pelajaran IPA SDK Ganjuran Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap prestasi belajar dan berpikir kritis kategori kognitif pada mata pelajaran IPA SDK Ganjuran Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
298
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI

TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN

BERPIKIR KRITIS KATEGORI KOGNITIF

PADA MATA PELAJARAN IPA SDK GANJURAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Maria Suci Lestari

NIM: 091134205

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv   

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Janganlah berbuat sesuatu agar tidak terjadi sesuatu pada dirimu tetapi hanya orang bodoh yang tidak berani berbuat sesuatu

dan mengambil resiko”

(Parta)

Tugas akhir ini kupersembahkan pada:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menguatkanku,

Bapak, Ibuku, dan kakakku tercinta,

Yanuarius Parta Sawa,

(5)
(6)
(7)

vii   

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA materi pembentukan tanah akibat pelapukan batuan dapat meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis kategori kognitif siswa kelas V SDK Ganjuran Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011. Yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah metode inkuiri terbimbing, prestasi belajar, dan berpikir kritis kategori kognitif.

Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental design tipe non-equivalent control group design. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VA sebanyak 27 siswa (kelompok eksperimen) dan kelas VB sebanyak 27 siswa (kelompok kontrol). Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random, sehingga semua populasi digunakan sebagai sampel. Instrumen penelitian meliputi data prestasi belajar dan data kemampuan berpikir kritis kategori kognitif dari hasil pemberian pretest dan posttest. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembentukantanah akibat pelapukan batuan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA materi pembentukan tanah akibat pelapukan batuan dapat meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis kategori kognitif siswa kelas V SDK Ganjuran Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011. Peningkatan prestasi belajar ditunjukkan dengan harga Sig. (2-tailed) < 0,05 atau 0,000 < 0,05. Rata-rata (mean) kenaikan skor yang terjadi di kelompok eksperimen tidak lebih tingi dari rata-rata kenaikan skor di kelompok kontrol, yang ditunjukkan dengan harga Sig. (2-tailed) > 0,05 atau 0,815 > 0,05. Rata-rata kenaikan kemampuan berpikir kritis kategori kognitif pada masing-masing unsurnya terdapat perbedaan yang signifikan, ditunjukkan dengan harga Sig. < 0,000 atau 0,000 < 0,05 dan aspek yang mengalami kenaikan tertinggi prestasi belajar mereka pada adalah aspek analisis sedangkan yang terendah aspek eksplanasi. Peningkatan kemampuan berpikir kritis kategori kognitif ditunjukkan denganharga Sig. (2-tailed) < 0,05 atau 0,000 < 0,05. Rata-rata (mean) kenaikan skor yang terjadi di kelompok eksperimen lebih tingi dari rata-rata kenaikan skor di kelompok kontrol, yang ditunjukkan dengan harga Sig. (2-tailed) < 0,05 atau 0,032 < 0,05. Rata-rata kenaikan kemampuan berpikir kritis kategori kognitif pada masing-masing unsurnya terdapat perbedaan yang signifikan, ditunjukkan dengan harga Sig. < 0,000 atau 0,000 < 0,05 dan aspek yang mengalami kenaikan tertinggi adalah aspek analisis sedangkan aspek yang terendah adalah eksplanasi.

(8)

viii   

ABSTRACT

This research is aimed to find out the effect of the inquiry method implementation on the natural science subject focused on the material of the soil formation caused by weathering of rocks could increase learning achievement and ability to think critically in cognitive category of the 5th grade students of Kanisius Ganjuran Elementary School on 2nd semester academic year 2010/2011. The objectives of this research are guided inquiry method, learning achievement, and critical thinking in cognitive category.

This research applied the method of quasi experimental design typed non-equivalent control group design. The subjects of this research are 27 students of class VA (experimental group) and 27 students of class VB (control group). The experimental group and control group are not chosen randomly, so all of the population was used as sample. The research instruments are data of learning achievement and data of critical thinking ability in cognitive category of result of pre test and post test. The materials used in this research are the soil formation caused by weathering of rocks.

Based on the result of this research, the conclusion is that the inquiry method implementation on the natural science subject focused on the material of the soil formation caused by weathering of rocks could increase learning achievement and ability to think critically in cognitive category of the 5th grade students of Kanisius Ganjuran Yogyakarta Elementary School on 2nd semester academic year 2010/2011. The improvement of learning achievement is presented by Sig. value (2-tailed) < 0.05 or 0.000 < 0.05. The mean of score increase happened on the experimental group is not higher than the mean of the score increase happened on the control group shown by Sig. value (2-tailed) > 0.05 or 0.815 > 0.05. There is a significant difference on the mean of the increase of critical thinking ability in cognitive category on each aspect shown by Sig. value < 0.000 or 0.000 < 0.05 and aspect having the highest increase of their learning achievement is analysis aspect, meanwhile the lowest one is explanation aspect. The improvement of critical thinking ability in cognitive category is shown by Sig. value (2–tailed)< 0.05 or 0.000 < 0.05. The mean of score increase happened on experimental group is higher than the mean of score increase happened on control group shown by Sig. value (2–tailed)< 0.05 or 0.032 < 0.05. There is a significant difference on the mean of the increase of critical thinking ability in cognitive category on each aspect shown by Sig. value < 0.000 or 0.000 < 0.05 and aspect having the highest increase is analysis aspect, meanwhile the lowest increase is explanation.

(9)

ix   

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan kasihNya, sehingga skripsi ini dapat selesai pada waktunya.

Skripsi yang berjudul ”Pengaruh Penerapanan Metode Inkuiri Terhadap Prestasi

Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Kognitif Pada Mata Pelajaran

IPA SDK Ganjuran” ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penulis yakin bahwa skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya berkat

dukungan, bimbingan, nasihat, kerjasama, dan bantuan dari beberapa pihak yang

tidak dapat disebutkan semuanya. Dalam kesempatan ini, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar.

3. Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc., selaku dosen pembimbing 1.

4. G. Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST., M.A., selaku dosen pembimbing 2 yang

senantiasa membimbing dan memberikan semangat agar cepat

terselesaikannya skripsi ini.

5. Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si., yang membimbing dan mengarahkan dalam

pengerjaan skripsi.

6. Seluruh karyawan PGSD dan BAK yang memperlancar dalam pelayanan

(10)

x   

7. FX. Sukaryana, A.Ma.Pd., selaku Kepala Sekolah SDK Ganjuran yang telah

mengizinkan penulis melakukan penelitian di SD tersebut.

8. C. Warsirah, A.Ma.Pd., selaku guru mitra yang sangat membantu proses

penelitian selama di SDK Ganjuran.

9. Siswa siswi kelas V SDK Ganjuran yang banyak membantu dalam kelancaran

penelitian.

10.M. Wakijan, Th. Rojinah, dan C. Yuli Astuti, keluargaku yang sangat

membantuku baik secara moril maupun materiil.

11.Yanuarius Parta Sawa yang selalu memberi dukungan untuk terus kuat dan

semangat dalam menjalani hidup yang penuh tantangan.

12.Riadan Rini yang bekerja keras bersamaku dalam mempersiapkan dan

melakukan penelitian ini.

13.Teman-teman satu kelompok payung yang banyak membantuku ketika aku

merasa kebingungan dan putus asa.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini belum sempurna karena masih

banyak kekurangan yang terjadi sebagai seorang yang baru belajar. Namun

penulis berharap, karya ilmiah sederhana ini dapat berguna bagi teman-teman

mahasiswa program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata

Dharma yang akan melakukan penelitan dan menghasilkan karya ilmiah yang

lebih baik.

(11)

xi   

DAFTAR ISI

Judul Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

(12)

xii   

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka ... 7

2.1.1 Teori-teori yang Relevan... 7

2.1.1.1 Metode Inkuiri ... 7

2.1.1.2 Metode Inkuiri Terbimbing ... 18

2.1.1.3 Berpikir Kritis ... 18

2.1.1.4 Prestasi Belajar ... 24

2.1.1.5 Proses Terbentuknya Tanah ... 25

2.1.2 Hasil Penelitian Sebelumnya... 35

2.2 Kerangka Berpikir ... 41

2.3 Hipotesis ... 43

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 44

3.2 Populasi dan Sampel ... 45

3.3 Variabel Penelitian ... 46

3.4 Definisi Operasional... 46

3.5 Instrumen Penelitian ... 47

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 48

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 53

3.8 Teknik Analisis Data ... 53

3.9 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 63

4.1.1 Deskripsi Data ... 63

4.1.1.1 Data untuk Mengetahui Pengaruh Prestasi Belajar dengan Metode Inkuiri Terbimbing ... 64

(13)

xiii   

4.1.2 Analisis Data Penelitian ... 72

4.1.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing Terhadap Prestasi Belajar ... 72

4.1.2.2 Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Kognitif ... 89

4.2 Pembahasan ... 108

4.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing Terhadap Prestasi Belajar... 108

4.2.2 Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Kognitif ... 110

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 113

5.2. Saran ... 114

DAFTAR REFERENSI ... 115

(14)

xiv   

DAFTAR GAMBAR

Judul Halaman

Gambar 1. Batuan yang Retak Karena Pengaruh Perubahan Suhu ... 29

Gambar 2. Pelapukan Batuan yang Disebabkan Lumut ... 31

Gambar 3. Lapisan Tanah ... 33

Gambar 4. Bagan Penelitian-Penelitian Sebelumnya ... 40

Gambar 5. Kerangka Berpikir Dalam Proses Pengambilan Hipotesis ... 42

Gambar 6. Paradigma Ganda dengan Satu Variabel Independen dan Dua Variabel Dependen ... 46

Gambar 7. Teknik Analisis Data ... 58

Gambar 8. Grafik Uji Normalitas Data Pretest Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 72

Gambar 9. Grafik Uji Normalitas Data Posttest Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 73

Gambar 10. Grafik Perbandingan Mean Prestest dan Posttest Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 76

Gambar 11. Grafik Uji Normalitas Data Perbedaan Rata-Rata Selisih Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 77

Gambar 12. Grafik Uji Normalitas Data Perbedaan Rata-Rata Selisih Prestasi Belajar Kelompok Kontrol ... 78

(15)

xv   

Gambar 14. Grafik Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Prestasi Belajar

Aspek Interpretasi Kelompok Eksperimen ... 81

Gambar 15. Grafik Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Prestasi Belajar

Aspek Analisis Kelompok Eksperimen ... 82

Gambar 16. Grafik Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Prestasi Belajar

Aspek Evaluasi Kelompok Eksperimen ... 83

Gambar 17. Grafik Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Prestasi Belajar

Aspek Inferensi Kelompok Eksperimen ... 84

Gambar 18. Grafik Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Prestasi Belajar

Aspek Eksplanasi Kelompok Eksperimen ... 85

Gambar 19. Grafik Selisih Aspek Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 88

Gambar 20. Grafik Selisih Pretest ke Posttest Tiap Aspek Prestasi Belajar

Kelompok Eksperimen ... 88

Gambar 21. Grafik Uji Normalitas Data Pretest Kemampuan Berpikir

Kritis Kategori Kognitif Kelompok Eksperimen ... 89

Gambar 22. Grafik Uji Normalitas Data Posttest Kemampuan Berpikir

Kritis Kategori KognitifKelompok Eksperimen ... 90

Gambar 23. Grafik Perbandingan Mean Pretest dan Posttest Kemampuan

Berpikir Kritis Kategori Kognitif Kelompok Eksperimen ... 93

Gambar 24. Grafik Uji Normalitas Data Perbedaan Rata-Rata Selisih

Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Kognitif Kelompok

(16)

xvi   

Gambar 25. Grafik Uji Normalitas Data Perbedaan Rata-Rata Selisih

Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Kognitif Kelompok

Kontrol ... 95

Gambar 26. Grafik Perbandingan Mean Kemampuan Berpikir Kritis

Kategori Kognitif Kelompok Eksperimen danKelompok

Kontrol ... 98

Gambar 27.Grafik Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Kemampuan

Berpikir Kritis Kategori Kognitif Aspek Interpretasi Kelompok

Eksperimen ... 99

Gambar 28.Grafik Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Kemampuan

Berpikir Kritis Kategori Kognitif Aspek Analisis Kelompok

Eksperimen ... 100

Gambar 29. Grafik Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Kemampuan

Berpikir Kritis Kategori Kognitif Aspek Evaluasi Kelompok

Eksperimen ... 101

Gambar 30. Grafik Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Kemampuan

Berpikir Kritis Kategori Kognitif Aspek Inferensi Kelompok

Eksperimen ... 102

Gambar 31. Grafik Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Kemampuan

Berpikir Kritis Kategori Kognitif Aspek Eksplanasi Kelompok

Eksperimen ... 103

Gambar 32. Grafik Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Kemampuan

Berpikir Kritis Kategori Kognitif Aspek Regulasi Kelompok

(17)

xvii   

Gambar 33. Grafik Selisih Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Kategori

Kognitif ... 107

Gambar 34. Grafik Selisih Pretest ke Posttest Tiap Aspek Kemampuan

(18)

xviii   

DAFTAR TABEL

Judul Halaman

Tabel 1. Batuan Beku ... 26

Tabel 2. Batuan Endapan ... 27

Tabel 3. Batuan Malihan ... 28

Tabel 4. MatriksKisi-Kisi Pengembangan Instrumen ... 48

Tabel 5. Konversi Nomor-Nomor Soal Pilihan Ganda ... 48

Tabel 6. Kriteria Penentuan Skor Pilihan Ganda ... 51

Tabel 7. Kriteria Penentuan Skor Essay ... 52

Tabel 8. Uji Validitas Soal Pilihan Ganda ... 59

Tabel 9. Uji Beda Soal Pilihan Ganda ... 60

Tabel 10. Kriteria Koefisien Reliabilitas... 61

Tabel 11. Uji Reliabilitas Soal Pilihan Ganda ... 61

Tabel 12. Pretest Pilihan Ganda di Kelompok Eksperimen ... 64

Tabel 13. Posttest Pilihan Ganda di Kelompok Eksperimen ... 65

Tabel 14. Pretest Pilihan Ganda di Kelompok Kontrol ... 66

Tabel 15. Posttest Pilihan Ganda di Kelompok Kontrol ... 67

Tabel 16. Pretest Essay di Kelompok Eksperimen ... 68

Tabel 17. Posttest Essay di Kelompok Eksperimen ... 69

Tabel 18. Pretest Essay di Kelompok Kontrol ... 70

(19)

xix   

Tabel 20. Uji Normalitas Data Pretest Prestasi Belajar Kelompok

Eksperimen ... 73

Tabel 21. Uji Normalitas Data Posttest Prestasi Belajar Kelompok

Eksperimen ... 74

Tabel 22. Uji Perbandingan Mean Pretest dan Posttest Prestasi Belajar

Kelompok Eksperimen ... 75

Table 23. Uji Normalitas Data Perbedaan Rata-Rata Selisih Prestasi Belajar

Kelompok Eksperimen ... 77

Tabel 24. Uji Normalitas Data Perbedaan Rata-Rata Selisih Prestasi Belajar

Kelompok Kontrol ... 78

Tabel 25. Uji Perbandingan Mean Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol ... 80

Tabel 26. Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Prestasi Belajar

Aspek Interpretasi Kelompok Eksperimen ... 82

Tabel 27. Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Prestasi Belajar

Aspek Analisis Kelompok Eksperimen ... 83

Tabel 28. Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Prestasi Belajar

Aspek Evaluasi Kelompok Eksperimen ... 84

Tabel 29. Uji NormalitasData Selisih Rata-Rata Prestasi Belajar

Aspek Inferensi Kelompok Eksperimen ... 85

Tabel 30. Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Prestasi Belajar

Aspek Eksplanasi Kelompok Eksperimen ... 86

(20)

xx   

Tabel 32. Rangking Aspek Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 87

Tabel 33. Uji Normalitas Data Pretest Kemampuan Berpikir Kritis

Kategori KognitifKelompok Eksperimen ... 90

Tabel 34. Uji Normalitas Data Posttest Kemampuan Berpikir Kritis

Kategori Kognitif Kelompok Eksperimen ... 91

Tabel 35. Uji Perbandingan Mean Pretest dan Posttest Kemampuan

Berpikir Kritis Kategori Kognitif Kelompok Eksperimen ... 92

Tabel 36. Uji Normalitas Data Perbedaan Rata-Rata Selisih Kemampuan

Berpikir Kritis Kategori Kognitif Kelompok Eksperimen ... 94

Tabel 37. Uji Normalitas Data Perbedaan Rata-Rata Selisih Kemampuan

Berpikir Kritis Kategori Kognitif Kelompok Kontrol ... 95

Tabel 38. Uji Perbandingan Mean Kemampuan Berpikir Kritis Kategori

Kognitif Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 97

Tabel 39. Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Kemampuan Berpikir

Kritis Kategori Kognitif Aspek Interpretasi Kelompok

Eksperimen ... 99

Tabel 40. Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Kemampuan Berpikir

Kritis Kategori Kognitif Aspek Analisis Kelompok Eksperimen .. 101

Tabel 41. Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Kemampuan Berpikir

Kritis Kategori Kognitif Aspek Evaluasi Kelompok Eksperimen . 102

Tabel 42. Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Kemampuan Berpikir

(21)

xxi   

Tabel 43. Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Kemampuan Berpikir

Kritis Kategori Kognitif Aspek Eksplanasi Kelompok

Eksperimen ... 104

Tabel 44. Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Kemampuan Berpikir

Kritis Kategori Kognitif Aspek Regulasi Kelompok Eksperimen . 105

Tabel 45. Uji Rangking Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Kognitif ... 106

(22)

xxii   

DAFTAR LAMPIRAN

Judul Halaman

Lampiran 1: RPP Kelompok Eksperimen ... 118

Lampiran 2: LKS Kelompok Eksperimen ... 137

Lampiran 3: Kunci Jawaban LKS Kelompok Eksperimen ... 151

Lampiran 4: RPP Kelompok Kontrol ... 158

Lampiran 5: LKS Kelompok Kontrol ... 170

Lampiran 6: Kunci Jawaban LKS Kelompok Kontrol ... 179

Lampiran 7: LKS Kelompok Eksperimen yang Sudah Diisi Siswa ... 183

Lampiran 8: LKS Kelompok Kontrol yang Sudah Diisi Siswa ... 197

Lampiran 9: Uji Validitas Soal Pilihan Ganda ... 205

Lampiran 10: Uji Reliabilitas Soal Pilihan Ganda ... 212

Lampiran 11: Uji Beda Soal Pilihan Ganda ... 213

Lampiran 12: Soal untuk Uji Validitas ... 214

Lampiran 13: Lembar Jawaban Uji Validitas yang Sudah Dikoreksi ... 222

Lampiran 14: Soal Pretest dan Posttest beserta Kunci Jawaban ... 223

Lampiran 15: Lembar Jawaban Pretest dan Posttest yang Sudah Dikoreksi .. 233

Lampiran 16: Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest Prestasi Belajar

Kelompok Eksperimen ... 241

Lampiran 17: Uji Normalitas Data Rata-rata Selisih Prestasi Belajar

(23)

xxiii   

Lampiran 18: Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Tiap Aspek Prestasi

Belajar Kelompok Eksperimen ... 243

Lampiran 19: Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest Kemampuan Berpikir

Kritis Kategori Kognitif Kelompok Eksperimen ... 244

Lampiran 20: Uji Normalitas Data Rata-Rata Selisih Kemampuan Berpikir

Kritis Kategori Kognitif Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol ... 245

Lampiran 21: Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Tiap Aspek

Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Kognitif ... 246

Lampiran 22: Uji Perbandingan Mean Pretest dan Posttest Prestasi

Belajar Kelompok Eksperimen ... 247

Lampiran 23: Uji Perbandingan Mean Prestasi BelajarKelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 248

Lampiran 24: Uji Perbandingan Mean Pretest dan Posttest Kemampuan

Berpikir Kritis Kategori Kognitif Kelompok Eksperimen ... 249

Lampiran 25: Uji Perbandingan Mean Kemampuan Berpikir Kritis

Kategori Kognitif Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol ... 250

Lampiran 26: Uji Rangking Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 251

Lampiran 27: Uji Rangking Kemampuan Berpikir Kritis Kategori

Kognitif Kelompok Eksperimen ... 252

(24)

xxiv   

Lampiran 29: Surat Izin Penelitian dari FKIP USD ... 256

Lampiran 30: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 257

(25)

1   

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penyajian.

1.1Latar Belakang

Di Sekolah Dasar seharusnya pembelajaran IPA menjadi pembelajaran

yang sangat menarik. Hal ini dikarenakan pembelajaran IPA merupakan

pembelajaran yang langsung berhubungan dengan alam atau lingkungan

sekitar kita. Pembelajaran IPA membantu siswa memahami makhluk hidup,

gejala alam, dan peristiwa-peristiwa alam yang terjadi di bumi. Siswa dapat

mengetahui lebih jelas mengenai dirinya dan alam sekitar, serta penerapannya

dalam kehidupan sehari-hari melalui pembelajaran IPA.

Pembelajaran IPA idealnya dilaksanakan dengan menggunakan metode

yang dapat mengaktifkan siswa. Siswa tidak hanya sebagai penerima

informasi yang disampaikan oleh guru, melainkan siswa aktif mencari tahu

pengetahuannya sendiri. Pengetahuan itu dapat diperoleh dengan melakukan

percobaan-percobaan dan membandingkan pengetahuan yang telah didapat

siswa dengan sumber yang ada. Berdasarkan penelitian yang telah banyak

dilakukan, pengetahuan seseorang akan bertahan lama jika dia sendiri yang

menemukannya, atau dengan kata lain bukan hanya sekedar menerima

(26)

 

2   

Kondisi itu jauh berbeda dengan kenyaataan yang terjadi di beberapa

sekolah yang ada di sekitar kita. Pembelajaran IPA di sekolah-sekolah hanya

sekedar menyampaikan kumpulan fakta-fakta, konsep-konsep, atau teori-teori

saja. Berdasarkan pengamatan peneliti saat melakukan PPL dan PKM terdapat

kesan bahwa sebagian guru dalam mengajarkan pembelajaran IPA masih

menggunakan metode yang tradisional, yaitu dengan berceramah atau

bercerita. Siswa hanya dapat membanyangkan pengetahuan yang disampaikan

gurunya, bukan mengalami sendiri. Hal itu akan sangat sulit dilakukan siswa

dilihat dari tahap perkembangnya. Menurut Piaget anak usia 7-12 tahun berada

pada tahap operasional konkret, yaitu siswa belajar dari pengalaman nyata

(Tanlain, 2006: 49). Tidak jarang dengan pembelajaran metode tradisional,

siswa kurang paham akan pengetahuan yang telah diperolehnya sehingga tidak

mampu menerapkan pengetahuan yang diperolenya dalam kehidupan

sehari-hari. Hal ini sebagai akibat dari tidak berkembangnya kemampuan berpikir

kritis mereka. Akibat yang lain, prestasi mereka dalam mata pelajaran IPA

kurang dan nilai KKM untuk pelajaran IPA hanya 62.

Berdasarkan paparan di atas terlihat adanya kesenjangan antara kondisi

yang seharusnya dialami anak dalam pembelajaran IPA dengan kenyataan

yang ada. Kondisi itu kemungkinan disebabkan oleh sistem pembelajaran

yang kebanyakan berupa ceramah saja. Anak tidak dikembangkan untuk

memiliki kemampuan belajar sendiri, menemukan pengetahuan sendiri, dan

melatih kemampuan berpikir kritis mereka, melainkan hanya diberi

pengetahuan saja. Hal itu menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi

(27)

3   

Sudah banyak metode pembelajaran yang dirancang untuk dapat

mengaktifkan siswa. Siswa tidak hanya sebagai penerima informasi akan

tetapi pencari dan penemu informasi, sedangkan guru sebagai fasilitator yang

membantu siswa menemukan informasi tersebut. Tujuan kegiatan tersebut

adalah agar anak dapat melatih keterampilan berpikirnya dan pengetahuan

yang mereka peroleh dapat bertahan lama dan lebih bermakna. Jika hal itu

dapat dicapai siswa, prestasi belajar merekapun tentunya akan lebih baik.

Dari paparan di atas yang menjadi masalah utamanya adalah pada

pemilihan metode pembelajaran. Pembelajaran IPA sangatlah tepat jika

menggunakan metode inkuiri. Langkah yang harus ditempuh dalam

menerapkan metode inkuiri yaitu: orientasi, merumuskan masalah,

mengajukan hipotesis, melakukan percobaan, menarik kesimpulan,

mempresentasikan hasil, dan evaluasi. Metode inkuiri akan membantu siswa

belajar mandiri. Siswa akan mendapatkan pengetahuan baru dari pengalaman

mereka sendiri, bukan hanya dari guru. Metode inkuiri yang digunakan adalah

inkuiri terbimbing. Peneliti berharap adanya percobaan-percobaan dalam

langkah yang ditempuh menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran,

pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan akan semakin bermakna.

Penggunaan metode inkuiri diharapkan berpengaruh terhadap peningkatan

prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis kategori kognitif siswa.

Penelitian ini hanya akan dibatasi pada pengaruh penerapan metode

inkuiri terbimbing terhadap prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis

kategori kognitif pada mata pelajaran IPA materi pembentukan tanah akibat

(28)

 

4   

Genap Tahun Ajaran 2010/2011. Prestasi belajar dan kemampuan berpikir

kritis diukur dari hasil pretest dan posttest. Kelas yang dipakai adalah VA

sebanyak 27 siswa sebagai kelompok eksperimen dan VB sebanyak 27 siswa

sebagai kelompok kontrol. Standar Kompetensi yang digunakan adalah 7.

Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan

penggunaan sumber daya alam, sedangkan Kompetensi Dasarnya yaitu 7.1

Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan dan 7.2

Mengidentifikasi jenis-jenis tanah. Metode penelitian yang digunakan adalah

quasi experimental design tipe non-equivalent control group design.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalahnya, masalah

penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh metode inkuiri pada mata pelajaran IPA materi

pembentukan tanah akibat pelapukan batuan terhadap prestasi belajar

siswa kelas V SDK Ganjuran Yogyakarta pada Semester Genap Tahun

Ajaran 2010/2011?

2. Bagaimana pengaruh metode inkuiri pada mata pelajaran IPA materi

pembentukan tanah akibat pelapukan batuan terhadap kemampuan berpikir

kritis pada kategori kognitif siswa kelas V SDK Ganjuran Yogyakarta

(29)

5   

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1. Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA

materi pembentukan tanah akibat pelapukan batuan terhadap prestasi

belajar siswa kelas V SDK Ganjuran Yogyakarta pada Semester Genap

Tahun Ajaran 2010/2011.

2. Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA

materi pembentukan tanah akibat pelapukan batuan terhadap kemampuan

berpikir kritis pada kategori kognitif siswa kelas V SDK Ganjuran

Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011.

1.4Manfaat Penelitian

Bagi Peneliti :

1. Peneliti mendapatkan pengalaman dalam merancang pembelajaran IPA

mengunakan metode inkuiri, sehingga dapat mengembangkan lebih lanjut

untuk pembelajaran lainnya.

2. Peneliti dapat membuktikan kelebihan penggunaan metode inkuiri dengan

metode tradisional dalam pembelajaran.

Bagi Guru :

1. Guru mendapatkan pengalaman dalam menerapkan pembelajaran IPA

mengunakan metode inkuiri, sehingga dapat mengembangkan lebih lanjut

(30)

 

6   

2. Guru memperoleh tambahan wawasan mengenai salah satu cara

meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran IPA materi

pembentukan tanah akibat pelapukan batuan dengan metode inkuiri.

Bagi Sekolah :

Sekolah dapat menggunakannya sebagai sumber bacaan di sekolah.

Bagi Siswa :

1. Siswa mendapatkan pengalaman belajar dengan metode inkuiri

2. Siswa mengalami variasi kegiatan, sehingga meningkatkan minat belajar.

1.5Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian skripsi ini adalah sebagai berikut:

Dalam Bab I dibahas pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan

masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penyajian.

Dalam Bab II dibahas landasan teori, berisi kajian pustaka

(konsep-konsep dasar, teori-teori yang relevan, hasil penelitian sebelumnya), kerangka

berpikir, dan hipotesis.

Dalam Bab III dibahas metode penelitian, berisi jenis penelitian,

populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen

penelitian, uji validitas dan reabilitas instrumen, teknik pengumpulan data,

teknik analisis data, dan hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen.

Dalam Bab IV dibahas hasil penelitian (deskripsi data dan analisis data),

pembahasan, dan keterbatasan penelitian.

(31)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

  Dalam bab ini akan dibahas lebih lanjut mengenai teori-teori yang relevan, hasil penelitian sebelumnya, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

Teori-teori yang relevan meliputi metode inkuiri, metode inkuiri terbimbing, berpikir

kritis kategori kognitif, materi proses pembentukan tanah akibat pelapukan

batuan. Hasil penelitian sebelumnya berisi penelitian-penelitian yang sudah ada

berkaitan dengan metode inkuiri atau berpikir kritis. Kerangka berpikir berisi

landasan berpikir dari umum ke khusus yang dirumuskan dalam hipotesis

penelitan.

2.1Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Relevan

Teori-teori yang relevan yag akan dibahas antara lain metode inkuiri,

metode inkuiri terbimbing, berpikir kritis, berpikir kritis kategori kognitif,

dan materi yang diajarkan dalam penelitian ini.

2.1.1.1 Metode Inkuiri

1. Pengertian Metode Inkuiri

Menurut Gulo (dalam Trianto, 2007:135), metode inkuiri

adalah suatu metode pembelajaran yang melibatkan seluruh

kemampuan yang dimiliki siswa untuk mencari dan melakukan suatu

penyelidikan secara sistematis, kritis, logis, dan analitis guna

mendapatkan jawaban atas rumusan masalah yang telah

(32)

8 merupakan suatu metode pembelajaran yang lebih menekankan pada

suatu proses berpikir secara kritis dan analitis dalam upaya mencari

dan menemukan sendiri jawaban atas suatu masalah yang

dikemukakan.

Berdasarkan pengertian metode inkuiri yang telah di paparkan,

kita dapat menyimpulkan bahwa metode inkuiri adalah suatu metode

pembelajaran yang memberi tekanan pada masalah aktivitas siswa

untuk mencari dan menemukan pengetahuannya sendiri melalui

serangkaian tahapan yang memberdayakan kemampuan berpikirnya.

Menurut Sanjaya (2008: 196-1977), ciri-ciri pembelajaran inkuiri

adalah sebagai berikut:

a. Memberi tekanan pada masalah aktivitas siswa secara maksimal

dalam kegiatan belajar, seperti melakukan percobaan-percobaan

dalam pembelajaran.

b. Mengarahkan seluruh kegiatan belajar siswa pada tujuan

pembelajaran.

c. Mengembangkan kemampuan berpikir secara sitematis, logis,

dan kritis.

Tujuan utama pembelajaran menggunakan metode inkuiri

adalah membantu siswa agar dapat mengembangkan disiplin

intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan yang merangsang kemampuan berpikir kritis

siswa dan mendapatkan jawaban atas rasa ingin tahu mereka. Dalam

(33)

9 pembelajaran sehingga guru hanya sebagai fasilitator yang

membantu siswa agar dapat sampai pada tujuan yang diharapkan

(Sanjaya, 2008: 197-198). Oleh karena itu, strategi pembelajaran

inkuiri ini akan efektif jika:

a. Guru mengaharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban

dari permasalahan yang dipecahkannya. Hal ini berarti

pembelajaran inkuiri lebih mengutamakan proses dalam

memperoleh jawaban dibandingkan penguasaan meteri pelajaran.

b. Materi pelajaran tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah

jadi, melainkan sebuah kesimpulan dari pembuktian yang

dilakukan.

c. Proses pembelajaran berawal dari rasa ingin tahu siswa terhadap

suatu hal.

d. Diterapkan pada sekelompok siswa yang memiliki kemauan dan

kemampuan berpikir yang sama.

e. Jumlah siswa yang belajar jumlahnya tidak terlalu banyak. Hal

ini nantinya akan berpengaruh pada penguasaan kelas.

f. Guru memiliki banyak waktu untuk menggunakan pendekatan

yang berpusat pada siswa.

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Menggunakan Metode Inkuiri

Menurut Sanjaya (2008: 199-201), prinsip-prinsip yang harus

diperhatikan guru dalam pembelajaran menggunakan inkuiri adalah

(34)

10 a. Berorientasi pada Perkembangan Intelektual

Tujuan utama dalam pembelajaran inkuiri adalah

mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Tidak hanya hasil

belajar yang menjadi prioritas utama, tetapi ada hal yang justru

lebih penting yaitu proses belajar. Hal itu dikarenakan proses

belajarlah yang akan menentukan hasil belajar. Kita dapat

mengukur keberhasilan yang dicapai siswa bukan dari

kemampuannya menguasai materi pembelajaran, melainkan dari

sejauh mana aktivitas yang telah dilakukan siswa dalam mencari

dan menemukan jawaban dari suatu permasalahan. Jawaban dari

suatu pemasalahan itulah yang menjadi hasil belajar siswa.

Karena itu, setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah

gagasan yang dapat ditemukan.

b. Prinsip Interaksi

Proses pembelajaran sebenarnya sudah merupakan suatu

interaksi, baik interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan

siswa, bahkan siswa dengan lingkungannya. Pembelajaran

sebagai proses interaksi itu artinya bahwa guru bukan

satu-satunya sumber belajar. Siswa dapat belajar dari siswa lain atau

lingkungan yang ada di sekitarnya. Dalam pembelajaran inkuiri,

guru lebih lebih bertindak sebagai pengatur lingkungan atau

pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan siswa

untuk bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui

(35)

11 c. Prinsip Bertanya

Prinsip bertanya yang dimaksud di sini adalah peran guru sebagai

penanya sangat diperlukan. Jenis dan teknik bertanya yang

sebaiknya dikuasai guru antara lain: bertanya untuk meminta

perhatian siswa, bertanya untuk melacak (sampai seberapa materi

mampu dikuasai siswa), bertanya untuk mengembangkan

kemampuan, atau bertanya untuk menguji. Kemampuan siswa

untuk menjawab setiap pertanyaan yang diberikan guru

merupakan salah satu wujud dari proses berpikir yang akan akan

dikembangkan melalui prinsip ini.

d. Prinsip Belajar untuk Berpikir

Belajar merupakan suatu tahapan perubahan seluruh tingkah laku

individu yang relatif menetap dari hasil pengalaman dan

interaksinya dengan lingkungan yang melibatkan proses berpikir

(Syah, 2003:68). Belajar bukan hanya semata-mata untuk

mengingat sejumlah fakta yang ada. Belajar merupakan suatu

proses berpikir untuk mengembangkan seluruh kemampuan

yang dimiliki oleh otak.

e. Prinsip Keterbukaan

Belajar tidak selalu menghasilkan sesuatu yang sesuai karena

belajar merupakan suatu proses mencoba berbagai kemungkinan.

Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh karena itu, dalam suatu

pembelajaran guru hendaknya menyediakan berbagai

(36)

12 3. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Metode

Inkuiri

Secara umum langkah-langkah pembelajaran menggunakan

metode inkuiri menurut Sanjaya (2008: 201-205) adalah sebagai

berikut:

a. Orientasi

Orientasi yang dimaksud di sini adalah suatu langkah awal yang

harus ditempuh dalam pembelajaran. Guru mencoba mengatur

kelas sebaik mungkin agar siswa siap melakukan proses

pembelajaran.

Beberapa hal yang dapat dilakukan guru dalam tahap ini antara

lain:

1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan

dapat dicapai siswa.

2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan

siswa agar dapat mencapai tujuan. Guru memberikan

penjelasan setiap langkah inkuiri dan menjelaskan tujuan

pentingnya melakukan tahapan tersebut.

3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar agar

semakin memotivasi belajar siswa.

b. Merumuskan Masalah

Guru mengarahkan siswa agar mampu menyusun sendiri masalah

(37)

teka-13 teki dan nantinya siswa dapat menemukan jawaban sendiri atas

rumusan masalah yang telah dibuatnya.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan

masalah antara lain:

1) Siswa sendiri yang merumuskan masalahnya. Siswa akan

memiliki motivasi yang tinggi bila ikut terlibat dalam

merumuskan masalah yang akan dicari kebenarannya. Guru

hanya memberikan topik mengenai materi yang akan dibahas,

selanjutnya siswa sendirilah yang merumuskan maslah

tersebut.

2) Masalah yang ingin dicari jawabannya adalah masalah yang

mengandung teka-teki dengan jawaban pasti. Guru

mendorong siswa merumuskan masalah sendiri walaupun

jawaban sebenarnya sudah ada. Masalah yang dirumuskan

hendaknya berupa pertanyaan yang mengarah ke jawaban

“ya” dan “tidak”.

3) Konsep-konsep dalam rumusan masalah adalah

konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Jika

siswa belum memahami konsep-konsep tersebut, jangan

mengharapkan siswa melakukan tahapan inkuiri selanjutnya.

c. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara mengenai suatu

permasalahan yang perlu dicari kebenarannya. Cara yang dapat

(38)

14 adalah dengan mengajukan pertanyaan yang dapat merangsang

kemampuan berpikir siswa merumuskan jawaban sementara.

Guru perlu memperhatikan agar perumusan hipotesis itu

menghasilkan jawaban yang jelas dan memiliki landasan berpikir

yang kokoh, bukan sembarang perkiraan.

d. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah kegiatan untuk menangkap atau

menjaring informasi yang dibutuhkan. Kegiatan ini merupakan

kegiatan yang terpenting dalam pengembangan kemampuan

intelektual karena memerlukan motivasi belajar, ketekunan dan

kemampuan berpikir yang dimiliki. Tugas dan peran guru adalah

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa

berpikir mencari informasi yang diperlukan.

e. Menguji Hipotesis

Meguji hipotesis adalah proses menguji proses menentukan

jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau

informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang

terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat

keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu,

menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan

berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban bukan hanya

berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data

(39)

15 f. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan

yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara

tepat. Ini merupakan hasil akhir dari seluruh aktivitas yang

dilakukan dalam pembelajaran inkuiri. Oleh karena itu,

sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana saja

yang relevan.

Ada berbagai langkah inkuiri yang dapat diterapkan dalam suatu

pembelajaran. Dalam penelitian ini diambil 7 langkah inkuiri

terbimbing yaitu:

a. Orientasi

Orientasi yaitu langkah awal dalam suatu pembelajaran dengan

mengkondisikan kelas agar dapat melaksanakan pembelajaran

dengan baik. Hal ini dilakukan dengan guru menjelaskan topik,

tujuan, dan hasil belajar yang ingin dicapai, pokok-pokok

kegiatan yang harus dilakukan, serta pentingnya suatu topik

(Sanjaya, 2001: 202) .

b. Merumuskan Masalah

Guru mengarahkan siswa agar mampu menyusun masalah yang

akan diperoleh jawabannya melalui percobaan yang akan

dilakukan. Agar jawaban yang diperoleh itu meyakinkan, maka

rumusan masalah diarahkan pada pertanyaan dengan jawaban

(40)

16 c. Mengajukan Hipotesis

Setelah siswa mampu merumuskan masalah, siswa merumuskan

hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang dapat

diketahui benar atau tidaknya setelah dilakukan percobaan.

d. Melakukan Percobaan

Suatu percobaan dilakukan guna membuktikan hipotesis yang

telah kita rumuskan. Dalam kegiatan percobaan siswa melakukan

pengumpulan data terkait dengan jawaban yang ingin kita

dapatkan. Tugas dan peran guru adalah mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa berpikir mencari informasi

yang diperlukan.

Setelah percobaan kita lakukan siswa kemudian melakukan uji

hipotesis. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah

mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.

Untuk itulah pentingnya rumusan masalah yang diarahkan ke

jawaban “ya” dan “tidak” yaitu agar siswa menjadi yakin dan

pemikiran siswa diarahkan pada kebenaran pendapat itu dapat

dipertanggung-jawabkan dengan adanya suatu data yang

ditemukan (Sugiyono, 2008: 204).

e. Menarik Kesimpulan

Data-data yang telah ditemukan pada kegiatan percobaan

selanjutnya disimpulkan untuk menemukan pemecahan dari

(41)

17 f. Mempresentasikan Hasil

Hasil dari penemuan untuk selanjutnya dipresentasikan atau

dilaporkan agar teman yang lain bisa tahu apa yang telah

ditemukan kelompoknya.

g. Mengevaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan guna mengetahui

kedalaman siswa akan pengetahuan yang telah ditemukannya.

4. Kelebihan Pembelajaran dengan Metode Inkuiri

Kelebihan penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah sebagai

berikut:

a. Memberikan penekanan pada masalah pengembangan

kemampuan otak secara seimbang yang meliputi aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor. Siswa tidak hanya berkembang

pengetahuannya, tetapi juga sikap dan seluruh onggota tubuhnya

sehingga membentuk pribadi yang utuh (Sanjaya, 2008: 208).

b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai

dengan gaya belajar mereka sehingga siswa mudah memahami,

merasa nyaman, bahkan dapat mengembangkan bakat-bakat yang

dimilikinya (Sanjaya, 2008: 208).

c. Memberikan pemahaman akan konsep-konsep dengan lebih baik

melalui sebuah pengalaman belajar (Sanjaya, 2008: 208).

d. Siswa mendapatkan bimbingan dari guru sehingga aktivitas

(42)

18 2.1.1.2 Metode Inkuiri Terbimbing

Berdasarkan tahap perkembangan anak, metode inkuiri yang cocok

digunakan untuk siswa Sekolah Dasar adalah metode inkuiri terbimbing.

Metode inkuiri terbimbing adalah suatu metode pembelajaran yang

memberi penekanan pada masalah aktivitas siswa untuk mencari dan

menemukan pengetahuannya sendirimelalui serangkaian tahapan yang

memberdayakan kemampuan berpikirnya melalui bimbingan atau arahan

guru. Guru yang merancang sedemikian rupa pembelajaran yang akan

dilaksanakan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berserta Lembar

Kerja Siswa dan perangkatnya. Selama pembelajaran berlangsung guru

tidak membiarkan siswa begitu saja, melainkan memberikan arahan

mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan merangsang siswa

untuk merumuskan masalah, hipotesis, dan kesimpulan yang dibuat.

2.1.1.3 Berpikir Kritis Kognitif

1. Pengertian Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang

sangat penting dimiliki seseorang. Kemampuan ini akan sangat

membantu seseorang dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

Masalah akan menjadi semakin sederhana sehingga mudah dicari

solusinya.

Menurut MCC General Education Iniatives (Achmad, 2011),

berpikir kritis ialah sebuah proses yang member penekanan pada

(43)

19 sebuah perbuatan dan pengambilan keputusan yaitu penggunaan

logika yang berdasarkan inkuiri dan pemecahan masalah. Berpikir

kritis menurut Ennis (1985: 54) (Achmad, 2011) adalah cara berpikir

reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang dipusatkan

pada penentuan sikap mengenai yang harus diyakini dan dilakukan.

The APA Consensus Definition (Facione, 1996) memberi

mendefiniskan berpikir kritis sebagai keputusan seseorang secara

pribadi sebagai hasil kegiatan interpretasi, analisis, evaluasi,

inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri yang didasarkan pada bukti,

konsep, metodologi, kriteriologi, dan kontekstual.

Jadi, berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir tingkat

tinggi dengan memberdayakan logika yang memberi penekanan pada

pembentukan sikap sebagai hasil dari keputusan yang telah dibuat.

2. Aspek-aspek dalam Berpikir Kritis

Dalam taksonomi belajar, menurut Bloom, keterampilan

mengevaluasi berada dalam tahap berpikir kritis tingkat tinggi.

Dalam tahap ini siswa diminta menggabungkan pengetahuan yang

ada. Menurut Eider dan Pual (Acmad, 2011), aspek-aspek yang

menjadi indikator dalam kemampuan mengevaluasi meliputi:

a. Clarity (kejelasan)

Jika suatu pernyataan yang dibuat tidak jelas, maka kita tidak

(44)

20 b. Accuracy (keakuratan, ketelitiaan)

Pernyataan dikatakan akurat jika kebenarannya dapat

dipertanggungjawabkan.

c. Precision (ketepatan)

Pernyataan dikatakan tepat jika data-data diuraikan secara

spesifik dan tidak menyimpang.

d. Relevance (keterkaitan)

Adanya hubungan antara pernyataan atau jawaban yang

dikemukakan dengan pertanyaan yang diajukan.

e. Dept (kedalaman)

Kejelasan atas jawaban yang diberikan.

f. Breadth (keluasan)

Pernyataan dikatakan memiliki keluasan jika dirumuskan dengan

melihat berbagai sudut pandang yang ada.

g. Logic (logika)

Pernyataan harus disusun dengan konsep yang benar dan

mempunyai tindak lanjut.

3. Berpikir Kritis Kognitif

Berdasarkan kesepakatan yang diperoleh dari hasil lokakarya

American Philosophical Association (Facione, 1990), kecakapan

dalam berpikir kritis kognitif mencakup 6 hal, yaitu:

a. Interpretasi

Interpretasi merupakan kemampuan untuk memahami dan

(45)

21 kejadian, kepercayaan, aturan, prosedur, atau kriteria (Facione,

1996).

Unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi masalah dan mendeskripsikan ciri-cirinya

2) Membuat pengolongan berdasarkan data-data menggunakan

skema tertentu

3) Menyampaikan kembali gagasan orang lain menggunakan

kata yang disusun sendiri

4) Menginterpretasikan data, grafik, tabel, gambar, simbol yang

digunakan

b. Analisis

Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi

hubungan-hubungan logis dari pernyataan, pertanyaan, konsep,

uraian, atau bentuk ungkapan yang lain (Facione, 1996).

Unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:

1) Menemukan hal yang baru atau berbeda dengan melihat

persamaan dan perbedaan yang ada

2) Memilah-milah permasalahan menjadi lebih sederhana

sehingga mudah diselesaikan

3) Membandingkan gagasan, konsep, atau pernyataan yang

berbeda

4) Mengidentifikasi yang menjadi permasalahan utama dengan

(46)

22 c. Evaluasi

Evaluasi merupakan kemampuan untuk menilai kepercayaan

akan pernyataan atau ungkapan lain dan untuk menimbang bobot

dari suatu penalaran yang berkaitan dengan pernyataan,

deskripsi, pertanyaan, atau bentuk ungkapan yang lain (Facione,

1996).

Unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:

a. Menilai benar tidaknya suatu pemecahan masalah yang

diselesaikan menggunakan cara lain

b. Menilai benar tidaknya suatu pendapat yang dikemukakan

c. Menilai bisa tidaknya suatu prinsip digunakan dalam situasi

tertentu atau penerapannya dalam kehidupan nyata

d. Menilai hubungan suatu argumen, pernyataan, prinsip, atau

aturan

d. Inferensi

Inferensi merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi dan

memilih hal yang diperlukan untuk menyusun alasan yang masuk

akal; untuk merumuskan dugaan dan hipotesis; untuk

mempertimbangkan informasi-informasi yang berkaitan; dan

untuk memperkirakan akibat yang terjadi dari suatu keputusan

(Facione, 1996).

Unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:

1) Menarik kesimpulan secara mandiri sesuai argumen yang

(47)

23 2) Mengemukakan kemungkinan cara lain dalam penyelesaian

masalah

3) Menguji informasi-informasi yang sesuai untuk menarik

kesimpulan

4) Memperkirakan akibat-akibat yang mungkin muncul dari

suatu pilihan yang diambil

e. Eksplanasi

Eksplanasi merupakan kemampuan untuk menjelaskan dan

memberikan alasan-alasan untuk menarik kesimpulan dan untuk

mengemukakan pendapat-pendapat logis yang kuat (Facione,

1996).

Unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:

1) Menjelaskan alasan mengapa menggunakan suatu pilihan

2) Menjelaskan hasil penemuan dari suatu pengamatan

3) Menguraikan langkah-langkah yang digunakan atau ditempuh

untuk memecahkan masalah

4) Menjelaskan data yang disajikan dalam bentuk gambar,

grafik, tabel dsb

f. Regulasi Diri

Regulasi diri merupakan kemampuan untuk mengontrol aktivitas

kognitif dan mentalnya dalam menarik kesimpulan dengan

menganalisis dan mengevaluasi penilaiannya sendiri (Facione,

(48)

24 Unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:

1) Menghargai perbedaan pendapat

2) Menilai apakah ada kelemahan dalam langkah yang sudah

diambil

3) Mengoreksi pendapat sendiri jika tidak sesuai dengan fakta

yang baru

4) Menguji argumen untuk mengetahui bahwa argumen yang

digunakan dapat diterima atau tidak..

2.1.1.4 Prestasi Belajar

1. Definisi Belajar

Setiap orang melakukan kegiatan belajar. Belajar dilakukan

sejak lahir sampai mati. Belajar secara umum merupakan perubahan

tingkah laku oleh seseorang untuk perkembangan dirinya. Dari

latihan, ia berusaha memperoleh hasilnya yaitu berupa tingkah laku

baru (Tanlain, 2006: 20). Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

yaitu:

a. Faktor Internal Siswa

Yang dimaksud faktor internal siswa menurut Syah (1997:

133-136) adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa untuk

memiliki keinginan belajar, meliputi aspek fisiologis (seperti

keadaan jasmaniah dan keadaan organ) dan aspek psikologis

(seperti kecerdasan siswa, sikap siswa, minat siswa, motivasi

(49)

25 b. Faktor Eksternal Siswa

Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa

yang mempengaruhi dalam belajar, meliputi lingkungan sosial

dan lingkungan nonsosial (Syah, 1997: 137-138).

c. Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar merupakan cara atau strategi yang digunakan

untuk memecahkan masalah dalam belajar pengetahuan tertentu

(Syah, 1997: 139).

2. Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa

Indonesia) merupakan penggunaaan pengetahuan, keterampilan

terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes. Tes yang

digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa adalah hasil

pre-test dan post-tes soal pilihan ganda. Hasil tersebut diharapkan dapat

mewakili pengetahuan yang diperoleh siswa (Syah, 1997: 139).

2.1.1.5 Pelapukan Batuan dan Proses Terbentuknya Tanah

Batuan

Jenis-jenis batuan meliputi:

1. Batuan beku

Batuan beku merupakan batuan yang terjadi karena proses

pendinginan magma. Magma itu sendiri merupakan batu cair berpijar

(50)

26 gunung berapi. Magma yang keluar ini disebut dengan lava

(Azmiyawati, 2008 : 125).

Tabel 1. Batuan Beku

Nama Batu Ciri-ciri Proses

Terbentuknya

Manfaat

Batu Granit Butiran kasar,

ada yang di dalam kerak bumi secara

Batu apung Berwarna

coklat

Batu obsidian Berwarna hitam

atau coklat tua, permukaannya

Batu basalt Berwarna hijau

(51)

27

2. Batuan endapan (sedimen)

Batuan endapan adalah batuan yang terbentuk akibat pelapukan

dan pengikisan batuan oleh angin, selanjutnya mengendap keras

karena tekanan dan zat-zat lain yang merekatkan (Azmiyawati, 2008

: 126).

Tabel 2. Batuan Endapan

Nama Batu Ciri-ciri Proses Terbentuknya

Manfaat

Batu Gamping Terdiri atas

(52)

28 Batu Pasir Terdiri atas

butiran-Azmiyawati, 2008 : 127

3. Batuan malihan

Batuan malihan adalah batuan yang terbentuk dari batuan beku

dan batuan endapan yang mengalami perubahan akibat pengaruh

tekanan dan suhu yang tinggi oleh proses alam (Azmiyawati, 2008 :

127).

Tabel 3. Batuan Malihan Nama Batu Ciri-ciri Proses

Terbentuknya

Manfaat

Batu marmer Berwarna putih, hitam, karena panas dan tekanan

Untuk bahan lantai, patung

Batu sabak Berwarna abu-abu tua,

(53)

29 Pelapukan Batuan

Pelapukan batuan adalah proses hancurnya batuan menjadi tanah

dari bentuk semula yang berupa gumpalan menjadi butiran yang lebih

kecil. Pelapukan batuan digolongkan menjadi 3 macam berdasarkan

penyebabnya, yaitu:

1. Pelapukan Fisika

Pelapukan fisika yaitu proses hancurnya batuan yang disebabkan

oleh angin, air, perubahan suhu, dan gelombang laut. Di daerah

gurun, angin yang bertiup sangat kencang menyebabkan terkikisnya

permukaan batuan sedikit demi sedikit. Angin juga dapat

mengakibatkan bergesernya batuan yang mengakibatkan terjadinya

gesekan. Hal itu akan mengakibatkan retaknya batuan. Selain itu,

perubahan suhu yang mencolok antara siang dan malam

mengakibatkan batu mudah retak (Azmiyawati, 2008 : 129-130).

Azmiyawati, 2008 : 129

(54)

30 2. Pelapukan Kimia

Pelapukan kimia yaitu pelapukan yang disebakan oleh reaksi kimia

antara uap air dengan gas-gas lain di udara. Pelapukan kimia bisa

disebabkan karena terjadinya hujan asam. Hujan asam

mengakibatkan terkikisnya batuan terutama batuan yang berada di

tempat terbuka. Selain hujan asam, contoh pelapukan kimia adalah

abu vulkanik yang menempel pada permukaan batuan lama kelamaan

batuan itu akan terkikis. Terkikisnya batuan itu akan dipercepat

dengan adanya air yang mengenai permukaan batuan yang tertempeli

abu vulkanik. Untuk membersihkan itu diperlukan cairan khusus

yaitu dengan soda kue.

3. Pelapukan Biologi

Pelapukan biologi adalah pelapukan yang disebabkan oleh aktivitas

mahkluk hidup, bisa oleh tumbuhan, hewan, atau manusia. Contoh

pelapukan yang disebabkan oleh aktivitas tumbuhan yaitu tumbuhan

lumut yang tumbuh di permukaan batu lama kelamaan akan

menyebabkan batuan tersebut rapuh dan mudah hancur. Hal tersebut

dikarenakan lumut mengeluarkan zat asam. Akar tumbuhan sukun,

pepaya yang berada di dekat bangunan akan menembus dan

menyebabkan hancurnya batuan. Contoh hewan yang membantu

proses pelapukan batuan antara lain cacing tanah, rayap, gangsir,

(55)

31

www.pulaubali.com

Gambar 2. Pelapukan Batuan yang Disebabkan Lumut

Tahap-tahap Pembentukan Tanah (Mussofan, 2009)

1. Tahap pertama, permukaan batuan berinteraksi secara langsung

dengan lingkungan fisik (udara, air) yang memicu terjadinya

pelapukan kimia.

2. Tahap kedua, permukaan batuan yang mengalami pelapukan akan

lapuk dan lebih rapuh. Dengan adanya celah-celah pada batuan

memudahkan air dan udara masuk ke lapisan batuan yang lebih

dalam.

3. Tahap ketiga, batuan ini menjadi lebih lembab sehingga muncullah

tumbuhan perintis (lumut kerak) dan hewan-hewan kecil yang

membantu proses pelapukan biologi.

4. Tahap keempat, dengan munculnya tumbuhan perintis memicu

tumbuhnya tumbuhan lain yang lebih besar sehingga terbentuk

rekahan pada lapisan batuan yang lebih dalam. Hingga akhirnya

(56)

32 Komposisi dan Jenis-jenis Tanah

Suatu daerah memiliki jenis tanah yang berbeda dengan daerah lain.

Perbedaan jenis tanah ini disebabkan oleh jenis batuan pembentuknya

setelah mengalami pelapukan.

Berdasarkan susunan tanahnya, lapisan tanah dibedakan menjadi

(Rositawati, 2008: 119):

1. Tanah Lapisan Atas

Tanah lapisan atas pada umumnya merupakan tanah yang subur.

Tanah lapisan atas berasal dari pembusukan bahan-bahan organik

seperti dedaunan dan mahkluk hidup yang mati dengan bantuan

hewan-hewan yang hidup di tanah, misalnya cacing tanah. Oleh

karena itu, tanah lapisan atas sering disebut tanah humus. Tanah

lapisan atas juga bisa berasal dari pelapukan batuan. Ciri-ciri tanah

lapisan atas antara lain berwarna kehitam-hitaman, gembur karena

kaya akan oksigen, dan kaya akan unsur hara. Berdasarkan ciri-ciri

tersebut, tanah ini cocok untuk lahan pertanian.

2. Tanah Lapisan Bawah

Tanah lapisan bawah pada umumnya merupakan tanah yang kurang

subur untuk lahan pertanian. Secara umum ciri-ciri tanah lapisan

bawah adalah berwarna lebih terang dan lebih padat dibandingkan

tanah lapisan atas. Tanah lapisan ini mengandung tanah liat yang

butiran tanahnya sangat halus, agak lengket, dan elastis sehingga

(57)

33 digunakan untuk membuat kerajinan seperti keramik, batu bata, dan

gerabah.

3. Tanah Lapisan Tengah

Tanah lapisan tengah berasal dari pecahan-pecahan batuan yang

berasal dari lapisan di bawahnya. Ciri tanah lapisan tengah adalah

berwarna kemerah-merahan, tidak subur dan mudah dilalui air

karena berupa tanah berpasir. Tanah berpasir memang tidak subur

untuk pertanian, tetapi ada tanaman yang cocok hidup di tanah

berpasir seperti kaktus dan tanaman buah naga.

4. Tanah Lapisan Induk

Tanah lapisan induk sering disebut sebagai tanah lapisan dasar atau

cadas.Tanah ini sangat keras, dan tidak subur karena berupa

batu-batuan.

http.upload.wikimedia.org Gambar 3. Lapisan Tanah

Keterangan:

O : Tanah Lapisan Atas

A : Tanah Lapisan Bawah

B : Tanah Lapisan Tengah

(58)

34 Berdasarkan butiran-butiran penyusunnya, tanah terdiri atas

(Asmiyawati, 2008: 132):

1. Batu dan kerikil, merupakan butiran tanah dengan ukuran yang

terbesar

2. Pasir, merupakan butiran tanah dengan ukuran yang lebih kecil

daripada butiran kerikil

3. Lumpur, merupakan butiran tanah dengan ukuran yang lebih kecil

daripada pasir dan bercampur dengan air

4. Tanah liat, butiran tanah dengan ukuran yang lebih kecil daripada

butiran lumpur

5. Debu, merupakan butiran tanah yang paling kecil, halus, dan sangat

ringan sehingga mudah diterbangkan oleh angin.

Berdasarkan jenis batuan yang mengalami pelapukan, jenis tanah

dibedakan menjadi (Asmiyawati, 2008: 133):

1. Tanah Berhumus

Tanah berhumus berwarna kehitam-hitaman, gembur karena kaya

akan oksigen, dan kaya akan unsur hara. Oleh karena itu, tanah ini

cocok untuk lahan pertanian.

2. Tanah Berpasir

Tanah berpasir merupakan tanah yang tidak subur dan mudah dilalui

air. Tanah ini tidak cocok untuk pertanian, tetapi ada tanah berpasir

yang cocok untuk pertanian. Ini terjadi di daerah sekitar gunung

berapi. Pasir itu sudah bercampur dengan abu vulkanik yang sangat

(59)

35 3. Tanah Liat

Tanah liat yang butiran tanahnya sangat halus, agak lengket, dan

elastis sehingga sulit dilalui air. Tanah ini mudah dibentuk saat

masih basah, maka tanah ini banyak digunakan untuk membuat

kerajinan seperti keramik, batu bata, dan gerabah.

4. Tanah Berkapur

Tanah berkapur banyak ditemukan di daerah pegunungan. Tanah

berkapur bersal dari pelapukan batu kapur dan mengandung

bebatuan. Tanah berkapur berwarna keputih-putihan dan

mengandung sedikit humus sehingga tanah ini kurang subur untuk

pertanian.

2.1.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

Menurut Ariwigati (2006) dalam penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui perkembangan proses pengetahuan tentang konsep,

pengetahuan yang dibangun tentang konsep, kesulitan belajar, dan terjadi

peningkatan atau tidak pengetahuan siswa mengenai konsep gaya ke atas

dalam zat cair pada prinsip Archimedes yang dibentuk melalui metode

inkuiri. Dalam penelitian tersebut data yang digunakan adalah LKS,

kuesioner, dan hasil belajar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

diperoleh hasil yaitu adanya perkembangan pengetahuan siswa, siswa

mampu mengenal konsep-konsep, dan terjadinya peningkatan pengetahuan

(60)

36 t hitung sebesar 0,05. Akan tetapi dalam pembelajaran ini, siswa masih

mengalami kesulitan dalam pembelajaran.

Menurut Kuntari (2009) dalam penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui efektivitas pembelajaran matematika dan tanggapan siswa dan

guru terhadap pembelajaran di SMA dengan metode inkuiri yang dilihat

dari keaktifan siswa dan prestasi belajar siswa. Dalam penelitian tersebut

data yang digunakan adalah data keterlibatan siswa, data prestasi belajar

siswa, dan data mengenai tanggapan siswa dan guru. Berdasarkan

penelitian yang dailakukan diperoleh hasil yaitu metode inkuiri cukup

efektif mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, ada peningkatan

prestasi belajar siswa sebesar 96,4 % yang ditunjukkan dengan perbedaan

signifikansi pretest-postest.

Menurut Hastuti (2009) dalam penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui pengaruh metode inkuiri terhadap tingkat pemahaman,

keterlibatan siswa, dan kendala-kendala yang dialami siswa dalam

pembelajaran matematika pada pokok bahasan fungsi. Dalam penelitian

tersebut data yang digunakan adalah data pemahaman siswa terhadap

materi pelajaran, data keterlibatan siswa, dan data kendala yang dihadapi

siswa selama mengikuti pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan diperoleh hasil yaitu metode inkuiri cukup dapat membantu

siswa dalam memahami materi pembelajaran yang ditunjukkan dengan

nilai 60,84 dari rata-rata keseluruhan, penggunaan metode inkuiri kurang

(61)

37 matematika, dan masih adanya kendala yang dialami siswa selama

mengikuti pembelajaran matematika.

Menurut Sacrata (2009) dalam penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui ada tidaknya peningkatan prestasi belajar, ada tidaknya

peningkatan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan ada

tidaknya pertumbuhan minat siswa dengan diterapkannya metode inkuiri

pada pokok bahasan gerak relatif. Sampel penelitian ini adalah 20 siswa

kelas VII B SMP BOPKRI 3 Yogyakarta. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan diperoleh hasil yaitu metode inkuiri dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa, meningkatkan keterlibatan siswa sebesar 81,8 %

dalam kegiatan pembelajaran, dan menumbuhkan minat siswa dengan

diterapkannya metode inkuiri pada pokok bahasan gerak relatif.

Menurut Hartini (2010) dalam penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui efektivitas penggunan metode inkuiri dalam pencapaian hasil

belajar pada pokok bahasan penyebab perubahan lingkungan fisik. Data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah skor pretest dan skor posttest.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil yaitu metode

inkuiri efektif dalam pencapaian hasil belajar yang ditunjukkan dengan

terjadinya peningkatan sebesar 93,3 % dengan nilai pretest 4,5 setelah

dilakukan posttest menjadi 7,65.

Menurut Raras (2010) dalam penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui efektivitas pembelajaran IPA pada pokok bahasan

perpindahan dan penghantar panas dalam hal pencapain hasil belajar

(62)

38 skor pretest dan skor posttest. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

diperoleh hasil yaitu metode inkuiri efektif dalam pencapaian hasil belajar

yang ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan pencapaian hasil belajar

dari 15,38 % yang mencapai KKM menjadi 53,84 % yang mencapai

KKM.

Menurut Sugiyarti (2005) dalam penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui efektivitas pembelajaran matematika berbasis masalah dapat

meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar pada siswa

kelas II-C SMP I Tambakromo Kabupaten Pati. Data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data hasil belajar, data keterampilan berpikir

kritis, data proses belajar, dan data refleksi diri. Berdasarkan penelitian

diperoleh terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis (7,82 pada siklus

I dan 17,82 pada siklus II) dan hasil belajar siswa. Hasil siklus I adalah

pre-test 53,51 dengan ketuntasan 28,895% dan post-test 71,78 dengan

ketuntasan 89,13%.

Menurut Rochimah (2007) dalam penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui efektivitas penggunaan metode penemuan dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa

keguruaan. Data yang digunakan adalah data hasil tes kemampuan berpikir

kritis yang berbeda topiknya. Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa

pembelajaran penemuan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis

(63)

39 Menurut Astuti (2010) dalam penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui efektivitas penerapan metode role playing berbasis problem

dalam meningkatkan keaktifan dan kemampuan berpikir kritis siswa pada

mata pelajaran Ekonomi kelas X SMA Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran

2010/2011. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil

observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian

diperoleh bahwa metode role playing meningkatkan keaktifan dan

kemampuan berpikir kritis siswa. Sebelum diterapkan metode tersebut,

rata-rata kelas yaitu 74,76. Keaktifan siswa aspek visual activities dari

52,94% menjadi 88,23%, oral activities dari 14,70% menjadi 79,41%,

listening activities dari 64,71% menjadi 88,23%, dan writing listening dari

52,94% menjadi 67,65% dan peningkatan kemampuan berpikir kritis

Gambar

Gambar 32. Grafik Uji Normalitas Data Selisih Rata-Rata Kemampuan
Gambar 34. Grafik Selisih Pretest ke Posttest Tiap Aspek Kemampuan
Tabel 45. Uji Rangking Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Kognitif .......  106
Tabel 1. Batuan Beku
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ber kenaan dengan hal ter sebut, agar Saudar a dapat membaw a dokumen asli dan menyer ahkan r ekaman/ copy untuk setiap data yang telah dikir im melalui for m isian elektr onik

Memberikan pemahaman melalui penelitian tentang pengaruh struktur modal dengan performa keuangan (yang digambarkan rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan

Syaraf tiruan Algoritma Backpropagation menghasilkan nilai korelasi yang baik antara Debit prediksi dan Debit aktualnya, hal ini juga dipengaruhi oleh Pola data

Pada kasus penyimpangan dana berdasarkan temuan BPKP berjumlah 170 kasus, dengan nilai penyimpangan mencapai 10 Milliar dan yang telah kembali mencapai 8,9 Milliar

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 huruf a, Undang–Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1

Proses penentuan ke cluster mana suatu data akan masuk juga dilakukan juga untuk setiap data yang lain, sehingga setiap data akan tergabung ke dalam suatu cluster

Hal ini memberi konsekuensi bagi upaya pencegahan dan penanganan risiko atau dampak keselamatan dan kesehatan kerja yang harus dipikirkan dan diperhatikan guru

o Kemudian pada Nagori Panombean Baru, SAKSI SAMSUL BAHRI berbicara melalui handphone (HP) kepada temannya yakni SAKSI ALI BASA NASUTION (PEGAWAI KANTOR NAGORI PANOMBEAN