• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI DESKRIPTIF TENTANG NEED PADA ANAK TUNGGAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STUDI DESKRIPTIF TENTANG NEED PADA ANAK TUNGGAL"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI DESKRIPTIF TENTANG

NEED

PADA ANAK

TUNGGAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Leonhard Krista Pratama

NIM : 099114033

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Bekerja keraslah dengan pintar,

karena tidak cukup hanya bekerja keras atau

bekerja dengan pintar saja.

Dengan bangga, ku

persembahkan skripsi ini untuk…

Bapak, Ibu, Ardo, Lia

Rinda dan keluarga kos-ku

(5)
(6)

vi

STUDI DESKRIPTIF TENTANGNEEDPADA ANAK TUNGGAL

Leonhard Krista Pratama

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebutuhan atau need yang dimiliki oleh seorang anak tunggal. Data penelitian menggunakan data dokumen laporan praktikum CAT mahasiswa/i Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma tahun 2012. Data yang didapatkan berjumlah 9, yang terdiri dari 1 data subjek laki-laki dan 8 subjek perempuan, berusia antara 6 sampai 10 tahun. Analisis data dilakukan dengan menginterpretasi secara tematik kesepuluh cerita pada tiap-tiap subjek. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki anak tunggal relatif sama seperti yang dimiliki anak-anak pada umumnya. Pada beberapa kebutuhan dapat dijelaskan dengan latar belakang anak tunggal, sehingga menunjukkan ke-khas-an kebutuhan pada anak tunggal. Selain itu, kebutuhan yang muncul berkaitan dengan perihal penerimaan, interaksi dengan orang lain, penghargaan, kenyamanan, dan kesenangan.

(7)

vii

DESCRIPTIVE STUDY IN NEED OF ONLY CHILD

Leonhard Krista Pratama

ABSTRACT

This research aimed to know the need’s description of a only child. The research used document data from CAT Laboratory report of Psychology students in Sanata Dharma University. There were 9 data consists of a man and 8 women between 6-10 years old. From the data gathering, the data analysis was conducted by thematically interpreting the 10thstories of each subject. The result of the research showed that a only child’s needs are relatively same with common children. In several needs, it can be explained by the background of a only child, and it shows the unique needs of a only child. Besides, the needs appeared are dealing with the receiving, the interaction with others, reward, comfort, and enjoyment.

(8)
(9)

ix

KATA PENGANTAR

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus karena telah mencurahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dalam penulisan skripsi ini, banyak pula pihak yang telah membantu dan telah mendukung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Cornelius Siswa Widyatmoko M.Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si., selaku Kaprodi Psikologi.

3. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dalam kelancaran akademik.

4. Ibu Agnes Indar Etikawati, M.Psi., Psi. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dalam pengerjaan skripsi ini.

5. Bapak Victorius Didik Suryo Hartoko, M.Si. dan Ibu P.H. Puji Dwi Astuti Dian Sabbati, M.A selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan pengetahuan guna menjadikan skripsi ini menjadi lebih baik.

(10)

x

7. Kedua orang tua dan adik-adikku atas dukungan, motivasi dan doanya.

8. Kekasih dan teman-teman kos-ku atas dukungan, perhatian, dan motivasi yang tiada henti.

9. Kawan-kawan seperjuangan angkatan 2009 Fakultas Psikologi, terutama kelas A. Terimakasih atas semangat dan kerjasamanya selama ini.

10. Teman-teman bimbingan asistensi tes kognitif, inventori, dan TAT. Terimakasih atas kerjasama dan pengalamannya yang sangat berharga.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua dukungan yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik.

Yogyakarta, 5 November 2013 Penulis,

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

ABSTRAK... vi

ABSTRACT... vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

1. Manfaat Teoritis ... 5

2. Manfaat Praktis ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 7

A. Anak Tunggal... 7

(12)

xii

2. Anak Tunggal...………. 11

B. Need(Kebutuhan)………... 13

1. PengertianNeed...………. 13

2. Ragam Kebutuhan...………. 14

C. Tes Proyektif (CAT) ...………. 18

D. Kebutuhan pada Anak Tunggal...………. 21

E. Pertanyaan Penelitian ...………. 25

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 26

A. Jenis Penelitian...………. 26

B. Fokus Penelitian...………. 27

C. Subjek Penelitian ... 27

D. Metode Pengumpulan Data... 27

1. Data Utama: Respon CAT ... 28

2. Data Pelengkap: Latar Belakang Subjek... 29

E. Metode Analisis Data ...………. 29

1. Tema Deskriptif ... 29

2. Tema Interpretif ... 30

3. Tema Diagnostik ... 30

F. Pemeriksaan Keabsahan Data...………. 30

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 32

A. Pelaksanaan Penelitian ... 32

1. Proses Pengumpulan Data... 32

(13)

xiii

B. Hasil Penelitian ... 33

1. Deskripsi Subjek ... 33

2. Kebutuhan pada Masing-masing Subjek... 34

3. Katergorisasi Kebutuhan Semua Subjek... 40

C. Pembahasan... 44

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran... 50

1. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 50

2. Bagi Orang Tua yang Memiliki Anak Tunggal ... 51

3. Bagi Masyarakat dan Lingkungan Sekitar ... 51

DAFTAR PUSTAKA... 52

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak sedikit keluarga yang hanya memiliki satu orang anak atau yang biasa disebut sebagai anak tunggal. Ada beberapa versi atau pendapat yang berkembang dalam masyarakat mengenai sifat atau karakteristik yang melekat pada anak yang berstatus sebagai anak tunggal. Ada anggapan atau stereotip bahwa anak tunggal berbeda dengan anak dengan saudara, maupun anggapan bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan antara anak tunggal dengan anak pada umumnya yang memiliki saudara.

Banyak stereotip atau pandangan mengenai anak tunggal di masyarakat, seperti misalnya bahwa anak tunggal itu manja, agresif, diktator, dan tidak dewasa (Golda, 2010). Salah satu konsepsi yang popular adalah anak tunggal

merupakan “anak nakal yang manja” dengan karakteristik yang kurang baik, seperti kurang kendali diri, egois dan sangat tergantung (Santrock, 2006). Selain itu, penelitian yang dilakukan Shulan Jiao (1986) di China mengungkapkan bahwa anak tunggal lebih egosentris dibandingkan dengan anak dengan saudara kandung.

(16)

selalu merasa dirinya benar, perasaan diri yang rendah, serta memiliki gaya hidup yang manja. Walaupun ia juga berpendapat bahwa anak tunggal adalah anak yang matang secara sosial.

Namun, pembicaraan mengenai anak tunggal masih dapat dikatakan kontroversial. Ini dibuktikan dari berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan karakteristik kepribadian yang esensial antara seorang anak tunggal dan anak yang memiliki saudara kandung (Mellor dalam Wong, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan Toni Falbo (1977) menyebutkan bahwa konsepsi popular bahwa anak tunggal itu egois, kesepian danmaladjustedtidak didukung oleh penelitian-penelitian yang relevan. Hal ini diperkuat dengan penelitian kembali oleh Toni Falbo (1987), yang melakukan meta-analisis kualitatif dari 115 penelitian mengenai karakteristik anak tunggal, dimana hasilnya gagal untuk mendukung stereotip negatif pada anak tunggal, dikarenakan tidak adanya perbedaan yang signifikan antarkelompok anak tunggal dan anak dengan saudara.

(17)

psikologis anak. Bagi anak-anak, pengalaman mendapatkan label tertentu, terutama negatif, dapat memicu pemikiran bahwa dirinya ditolak. Label negatif yang diberikan pada anak secara berulang-ulang pun akan mengusik kepercayaan diri, harga diri dan konsep diri anak (Gustiana, 2012).

Adanya perbedaan pandangan, baik yang memandang berbeda atau tidak berbeda antara sifat dan karakteristik yang melekat pada anak yang berstatus sebagai anak tunggal dengan anak yang memiliki saudara, membuat wacana atau perbincangan mengenai karakteristik atau kondisi psikologis anak tunggal bisa dikatakan masih membingungkan. Untuk itu, penelitian ini dilakukan guna mengetahui kondisi psikologis anak tunggal.

(18)

anak tunggal yang dianggap berbeda dengan anak pada umumnya, yaitu tergantung dengan orang lain, egosentris, dan lain-lain.

Need atau kebutuhan merupakan suatu konstrak yang abstrak dan hipotesis, berkaitan dengan proses fisiologis yang terjadi di otak. Need dapat muncul karena dorongan dari dalam atau rangsangan dari luar. Menurut Murray (dalam Hartini, 2000), need adalah sebuah konstruk yang mengatur berbagai proses seperti persepsi, pikiran, dan tindakan dengan maksud untuk mengubah kondisi yang ada dan tidak memuaskan. Secara umum, need

merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan dan ingin diwujudkan melalui suatu usaha atau tindakan.

Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menjabarkan need apa saja yang dimiliki oleh seorang anak tunggal. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan analisis interpretif. Tujuan dari pendekatan ini adalah mengungkapkan bagaimana individu memaknai dunia personal dan sosialnya berdasarkan pengalaman, peristiwa, dan status yang dimiliki masing-masing individu tersebut (Smith, 2009).

(19)

CAT memiliki kelebihan dibandingkan alat assessment lain, seperti wawancara, atau observasi, karena dapat menggali atau mengekspresikan ide-ide ataupun gagasan yang terlalu mengancam bagi anak untuk diutarakan secara langsung (Wenar & Kerig, 2000).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka muncul pertanyaan apa sajaneedatau kebutuhan pada anak tunggal?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa sajaneedatau kebutuhan yang dimiliki oleh seorang anak tunggal.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan teoritis di bidang psikologi perkembangan anak dan psikologi kepribadian, khususnya mengenaineedatau kebutuhan yang dimiliki anak tunggal.

2. Manfaat Praktis

(20)
(21)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anak Tunggal

1. Anak

Periode perkembangan anak-anak di masa pertengahan anak-anak (middle childhood) atau masa sekolah berada pada usia 6 hingga 12 tahun (Hurlock, 1990). Pada usia ini, anak menerima suatu peran baru, bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang dan kelompok yang baru, dan mulai mengembangkan standar-standar baru dalam menilai diri mereka sendiri (Santrock, 2006).

Anak-anak memasuki periode operasional konkret (anak usia 7-12 tahun), berdasarkan tahap perkembangan kognitif Piaget. Anak-anak dapat melakukan operasi, dan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam contoh-contoh yang spesifik atau konkret (Santrock, 2006).

(22)

Pada tahap psikososial menurut Erikson, anak-anak masuk di tahap

industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri). Ketika anak-anak memasuki tahun-tahun sekolah dasar, mereka mengerahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual (Santrock, 2006). Anak yang berhasil menyelesaikan tugas perkembangannya dengan baik akan menjadi anak yang memiliki rasa percaya dan rasa aman yang tinggi dan memiliki inisiatif yang tinggi. Anak seperti itu akan lebih mudah untuk mengembangkan perasaan mampu. Sedangkan anak yang pemalu dan penuh rasa bersalah akan mengembangkan perasaan inferior atau kurang berharga.

Pada tahap ini, anak-anak harus menghadapi tugas-tugas perkembangannya, untuk menentukan apakah anak mengalami perkembangan dengan baik. Menurut Gunarsa (1997), tugas-tugas perkembangan anak usia 6 sampai 12 tahun adalah:

1. Belajar kemampuan-kemampuan fisik yang diperlukan agar bisa melaksanakan permainan atau olahraga

2. Membentuk sikap-sikap tertentu terhadap dirinya sebagai pribadi yang sedang tumbuh dan berkembang

3. Belajar bergaul dengan teman-teman seumurannya

4. Mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar dalam mebaca, menulis, dan menghitung

(23)

7. Membentuk sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan institusi

Hurlock (1990), menyusun tugas perkembangan anak berdasarkan teori Havighurst mengenai teori tugas berkembangan, yaitu:

1. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum dilakukan anak-anak

2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai individu yang sedang tumbuh

3. Menyesuaikan diri dengan teman sebaya

4. Mengembangkan peran sosial pria dan wanita secara tepat

5. Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, berhitung

6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari

7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata nilai 8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial di

lingkungan

9. Mencapai kebebasan pribadi

(24)

1. Aspek fisik: meningkatkan kekuatan dan koordinasi otot, yaitu meningkatkan kemampuan beberapa aktivitas dan tugas fisik. 2. Aspek kognisi: pada taraf operasional konkret, berfokus pada

kejadian ‘saat ini’, menambah pengetahuan dan keterampilan baru, mengembangkan perasaan mampu(self efficacy).

3. Aspek sosial: (a) mencapai bentuk relasi yang tepat dengan keluarga, teman, dan lingkungan; (b) mempertahankan harga diri yang sudah dicapai; (c) mampu mengkompromikan antara tuntutan individualitasnya dengan tuntutan konformitas; dan (d) mencapai identitas diri yang memadai atau adekuat.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai tugas-tugas perkembangan anak tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan anak usia 6-12 tahun meliputi:

1. Aspek fisik: yang meliputi meningkatkan kekuatan dan koordinasi otot dalam rangka mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan anak.

(25)

3. Aspek sosial: Menyesuaikan diri dengan teman sebaya, mengembangkan peran sosial pria dan wanita secara tepat, mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial di lingkungan, mengikuti aturan-aturan sosial, hingga mencapai bentuk relasi yang tepat dengan keluarga, teman, dan lingkungan

4. Aspek moral: Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata nilai; anak hendaknya dapat mengontrol tingkah laku sesuai dengan nilai dan moral yang berlaku.

5. Aspek mental: Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai individu yang sedang tumbuh, mencapai kebebasan pribadi

2. Anak Tunggal

Sebuah keluarga dapat dikatakan sebagai keluarga dengan anak tunggal jika didalamnya terdiri dari orang tua (ayah dan ibu) dengan satu orang anak (Landis, 1997). Demikian pula yang dikemukakan oleh Gunarsa (2003), bahwa anak tunggal dalam suatu keluarga diartikan jika dalam suatu keluarga yang terdiri dari suami dan istri hanya memiliki seorang anak saja.

(26)

pada kebudayaan tertentu ada anggapan bahwa memiliki satu anak saja merupakan hal yang sangat baik dan (4) faktor lainnya yang merupakan anggapan dari orang tua bahwa bulan-bulan pertama masa perkembangan bayi mereka merupakan masa yang tidak menyenangkan sehingga mereka tidak ingin mengulanginya lagi (Laybourn dalam Sujata, 2012).

Anak tunggal bisa menikmati kasih sayang dari orang tua secara penuh tanpa harus berbagi dengan saudara kandung yang lain. Orang tua yang memiliki anak tunggal dapat mencurahkan lebih banyak waktu dan memusatkan lebih banyak perhatian padanya. Anak tunggal lebih banyak bercakap-cakap dengan orang tua mereka, serta lebih banyak menghabiskan waktu berdua dengan orang tua mereka (Papalia & Olds 2007). Namun demikian, anak tunggal juga dapat diberi tekanan lebih besar dari orang tua untuk memperoleh pencapaian dan perilaku matang di usia muda (Wong, 2009).

(27)

B. Need(Kebutuhan)

1. PengertianNeed

Kebutuhan manusia dibedakan menjadi dua yaitu kebutuhan biologis dan kebutuhan psikologis. Kebutuhan biologis diperlukan agar manusia dapat bertahan hidup, sedangkan kebutuhan psikologis diperlukan agar orang lebih bahagia hidupnya dan dapat mengaktualiasikan dirinya. (Prihantono, 2003).

Beberapa ahli memiliki beberapa deskripsi mengenaineed. Chaplin (2001) menyebutkan need adalah sembarang kekurangan, ketiadaan, atau ketidaksempurnaan yang dirasakan seseorang sehingga merusak kesejahteraannya. Murray (dalam Hartini, 2000) mendefinisikan kebutuhan sebagai suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan dan ingin diwujudkan melalui suatu usaha atau tindakan. Lebih lanjut, Murray mendefinisikan kebutuhan sebagai kekuatan atau dorongan dari dalam diri individu yang mengatur dan mengorganisasi persepsi, apersepsi, kehendak serta perilaku untuk mencapai tujuan tertentu (Hall&Lindzey, 1993).

(28)

Need bisa terbentuk oleh proses internal, namun lebih sering dirangsang oleh faktor lingkungan (Alwisol, 2009). Ada beberapa faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi need individu. Faktor internal yang berpengaruh terhadap kemunculan need adalah tahap perkembangan usia maupun psikososial individu (Kusumaningtyas, 2008). Faktor yang berasal dari luaar atau lingkungan adalah penerimaan dan perlakuan orang tua, teman, guru, dan orang-orang yang berada di sekitar individu (Widyaningrum, 2010).

Kebutuhan yang tidak dapat terpenuhi akan membuat individu merasa kecewa atau sakit hingga mengalami tekanan. (Hall dan Lindzey, 1993). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Maisyarah (2013), tidak terpenuhinya kebutuhan menyebabkan timbulnya kecemasan dapat menjadi suatu pengalaman yang mengganggu kemampuan kognitif dan motorik individu.

2. Ragam Kebutuhan

(29)

kepuasan atau ketidakpuasan pada hasil akhir, (6) Ungkapan atau laporan subjektif mengenai perasaan, maksud dan tujuan.

Berdasarkan kriteria tersebut, Murray menyimpulkan ada need-need yang penting, dimana semua need tersebut saling berhubungan satu dengan lainnya dengan berbagai cara. Adapun need-need tersebut adalah (Murray, 1998):

1. n. Abasment(Kebutuhan untuk mengalah / menyerah)

Tunduk pada paksaan atau pengekangan untuk menghindari tuduhan, hukuman, dan penderitaan. Rela menanggung tekanan yang tidak mengenakkan tanpa berusaha melawan.

2. n. Achievement(Kebutuhan berprestasi)

Mengerjakan sesuatu yang penting dengan tekun dan bersemangat. Berusaha keras menyelesaikan sesuatu yang berarti.

3. n. Agression(Dorongan Agresif)

• Emosional dan verbal. Membenci, marah, terlibat dalam

pertengkaran verbal

• Fisik, sosial. Berkelahi demi mempertahankan diri atau membela

sesuatu atau seseorang yang dicintai

• Fisik, asocial. Menodong, menyerang, melukai orang lain secara

melanggar hukum. Terlibat dalam suatu pertikaian tanpa alasan yang semestinya.

• Destruksi atau perusakan. Memecah, merusak, membakar, atau

(30)

4. n. Dominance(Pengusaan)

Mencoba mempengaruhi perilaku, perasaan, atau pikiran orang lain. Memimpin, mengelola, memaksa, memerintah.

5. n. Intraggression(Agresi yang ditujukan pada diri sendiri)

Menyelahkan, mengkritik, memarahi, melecehkan diri sendiri karena kesalahan, kebodohan, atau kegagalan yang telah dilakukan.

6. n. Nurturance(Reksa pada sesama)

Mengungkapkan simpati dengan tindakan. Baik hati dan penuh perhatian pada perasaan orang lain. Menolong, melindungi orang lain. 7. n. Passivity(Sikap pasif)

Menikmati keheningan, merasa lelah atau menjadi malas setelah bekerja atau berusaha tak seberapa. Menyerah pada orang lain karena sikap apatis dan inersia atau rasa malas.

8. n. Sex

Mencari dan menyukai kebersamaan dengan lawan jenis 9. n. Succorance(Kebutuhan untuk dilindungi)

Mencari pertolongan, meminta atau menggantungkan diri pada orang lain untuk mendapat dorongan semangat, pengampunan, perlindungan, perhatian.

10.n. Intranurturance

(31)

11.n. Acquisition(Kebutuhan memburu harta benda) 12.n. Affiliation(Kebutuhan menjalin persahabatan)

13.n. Autonomy(Kebutuhan untuk bebas menentukan pilihan)

14.n. Blameavoidance (Kebutuhan menghindari tudingan, kekangan, dan penolakan dari orang lain)

15.n. Cognizance(kebutuhan untuk memuaskan rasa ingin tahu) 16.n. Creation(Kebutuhan untuk berkreasi)

17.n. Deference(Kebutuhan untuk mengikuti/melayani atasan/pemimpin) 18.n. Excitance(Kebutuhan akan rangsangan)

19.n. Exposition(Kebutuhan menjelaskan/menggurui)

20.n. Harmavoidance(Kebutuhan untuk menghindar dari sakit/bahaya)

(32)

C. Tes Proyektif (CAT)

CAT(Children’s Apperception Test)merupakan metode proyeksi untuk mengamati kepribadian dengan mempelajari dinamika dari respon individu dalam mempersepsi stimulus-stimulus gambar. CAT merupakan penurunan langsung dari TAT(Thematic Apperception Test), dimana CAT merupakan alat tes yang digunakan pada anak usia 3-10 tahun.

CAT digunakan untuk memahami hubungan anak dengan figur-figur penting dan dorongan-dorongannya. Gambar-gambar didesain untuk mengamati masalah persaingan dengan saudara, sikap dan hubungan anak terhadap figur orang tua, maupun fantasi anak mengenai orang tua yang buruk. Melalui CAT, diharapkan dapat mengeluarkan fantasi anak tentang agresi, penerimaan terhadap dunia orang dewasa, mempelajari mekanisme pertahanan diri anak dan membantu mengatasi masalah perkembangannya (Bellack, 1997). Secara klinis, CAT digunakan untuk mengamati faktor-faktor dinamis yang terkait dengan tingkah laku anak dan kelompok, sekolah atau di rumah.

Versi yang pertama dari CAT menggunakan gambar-gambar hewan sebagai stimulusnya (CAT-animal). Namun kemudian dikembangkan versi CAT dengan menggunakan figur manusia pada gambar-gambarnya, yang juga dikenal sebagai CAT-H (Children Apperception Test-Human). CAT-animal

(33)

Setiap set CAT terdiri dari 10 kartu yang masing-masing kartunya memiliki tema dan kegunaan masing-masing untuk mengungkap kondisi psikologis anak.

1. Kartu 1 menampilkan gambaranak-anak ayam duduk mengitari meja yang di atasnya terdapat mangkuk berisi makanan. Pada sisi kiri, ada seekor

ayam besar yang tergambar samar; mengungkap persaingan antar saudara, situasi pemberian hadiah atau pemberian hukuman, serta masalah umum yang berkaitan dengan oralitas.

2. Kartu 2 menampilkan gambarseekor beruang menarik tambang pada satu ujung, sementara beruang lain dengan seekor anak beruang menarik

ujung tambang yang lain; mengungkap permainan, ketakutan akan agresi, sikap agresi anak.

3. Kartu 3 menampilkan gambar seekor singa dengan pipa dan tongkat duduk di kursi; di sudut kanan bawah, seekor tikus muncul dari lubang; mengungkap kebingunan akan peran, konflik antara pemenuhan kebutuhan dan otonomi.

4. Kartu 4 menampilkan gambar seekor kangguru memakai topi, membawa keranjang berisi botol susu; di kantongnya ada anak kangguru yang

sedang memegang balon; sedangkan anak kangguru yang lebih besar

(34)

5. Kartu 5 menampilkan gambar sebuah kamar yang gelap dengan tempat tidur besar pada latar belakang; di depan terdapat tempat tidur bayi

dengan 2 bayi beruang di dalamnya; mengungkap keterlibatan emosi pada anak, pengamatan, kebingungan.

6. Kartu 6 menampilkan gambar suatu gua yang gelap dengan gambaran yang samar dari 2 ekor beruang di latar belakang; seekor bayi beruang

sedang berbaring di latar depan; merefleksikan perasaan cemburu.

7. Kartu 7 menampilkan gambar seekor harimau menunjukkan taring dan cakarnya, menerkam seekor kera yang sedang melompat ke udara; mengungkap tingkap kecemasan anak yang berkaitan dengan agresi.

8. Kartu 8 menampilkan gambar dua ekor kera dewasa duduk di sofa, minum dari cangkir teh. Di depan, seekor kera dewasa tengah bicara dengan

anak kera; mengungkap peran anak dalam keluarga, konsep anak mengenai kehidupan sosial orang dewasa.

9. Kartu 9 menampilkan gambar sebuah kamar yang gelap terlihat melalui pintu terbuka dari kamar yang terang. Dalam kamar gelap terdapat

tempat tidur anak-anak yang di dalamnya berdiri seekor kelinci yang

memandang melalui pintu; mengungkap ketakutan akan ditinggal sendiri, dipisahkan oleh orang tua, rasa ingin tahu.

(35)

D. Kebutuhan pada Anak Tunggal

Anak-anak usia sekolah bisa dikatakan merupakan periode kritis yang harus dilalui individu. Setiap anak haruslah dapat menyelesaikan setiap tugas-tugas perkembangannya, agar dapat bertumbuh menjadi remaja yang matang serta memiliki harga diri yang tinggi. Untuk dapat menyelesaikan tugas perkembangan tersebut, tentu saja bukan hanya anak yang berperan, tetapi faktor eksternal, misalnya orang tua, keluarga, maupun masyarakat juga berpengaruh.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan anak usia 6-12 tahun (usia sekolah) dapat meliputi beberapa aspek, yaitu: (1) fisik, meliputi meningkatkan kekuatan dan koordinasi otot; (2) kogitif, meliputi mengembangkan perasaan mampu, keterampilan dasar dalam membaca, menulis, berhitung; (3) sosial, meliputi menyesuaikan diri dengan teman sebaya, mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial di lingkungan, mengikuti aturan-aturan sosial; (4) moral, meliputi mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata nilai; (5) mental, meliputi membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai individu yang sedang tumbuh, serta mencapai kebebasan pribadi.

(36)

dan ditanamkan. Selain itu anak juga memiliki kebutuhan akan aktualisasi diri yang ditunjukkan dengan mengembangkan berbagai aspek kehidupannya.

Seorang anak tunggal merupakan satu-satunya anak dalam sebuah keluarga. Hal ini menimbulkan situasi yang unik dalam kehidupan anak tunggal dibandingkan anak lain yang memiliki saudara. Ia tidak perlu bersaing dengan saudara-saudaranya, namun terhadap ayah atau ibunya (Jess&Gregory Feist, 2010). Segala perhatian dan waktu orang tua pun otomatis akan tertuju dan diberikan padanya (Falbo & Polit, dalam Papalia & Olds 2007). Namun di sisi lain, seorang anak tunggal harus menerima kenyataan bahwa ia tidak memiliki teman untuk bermain serta berbagi di dalam rumah.

(37)

Selain pola asuh, seorang anak tunggal juga harus hidup di masyarakat yang sebagaian besar memiliki pandangan negatif terhadap mereka. Pandangan negatif ini tentu akan mempengaruhi bagaimana secara langsung maupun tidak langsung masyarakat akan memperlakukan mereka. Perbedaan perlakuan anak tunggal dengan anak lain ini tentu akan berdampak pada kondisi psikologis anak. Terlebih jika pandangan atau steriotip yang berkembang itu lebih melekat kearah negatif, tentu akan menghambat anak dalam menjalankan tugas-tugas perkembangan seperti yang seharusnya.

Segala situasi-situasi yang sedang dan harus dihadapi oleh anak tunggal tersebut, memunculkan perilaku atau karakteristik tertentu anak tunggal, yang juga coba dijabarkan oleh Adler. Menurut Adler (dalam Jess&Gregory Feist, 2010), seorang anak tunggal sering membentuk rasa superioritas dan harga diri yang tinggi. Adler menyatakan bahwa anak tunggal bisa saja kurang memiliki sifat kerja sama dan minat sosial, serta berharap orang lain untuk memanjakan dan melindungi mereka. Walaupun demikian, Adler berpendapat bahwa anak tunggal merupakan anak yang matang secara sosial.

Stereotip yang berkembang di masyarakat menyebutkan bahwa anak tunggal adalah anak nakal yang manja. Penelitian yang sudah dilakukan juga mengungkapkan bahwa anak tunggal lebih egosentris dibandingkan dengan anak dengan saudara kandung

(38)
(39)

Skema Kerangka Penelitian: Gambaran Pembentukan Karakteristik Anak Tunggal

E. Pertanyaan Penelitian

Apa sajaneedatau kebutuhan yang dimiliki oleh seorang anak tunggal?

- Tanpa saudara kandung

- Pola asuh orang tua yang memanjakan

- Pandangan / steriotip masyarakat

Kondisi psikologis yaituneed

Apa sajaneedatau kebutuhan yang dimiliki oleh seorang anak tunggal?

Perilaku atau karakteristik anak tunggal:

- rasa superioritas yang tinggi

- egosentris

- mengharapkan orang lain memanjakan dan

melindungi

(40)

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan interpretatif dengan metode proyektif. Jenis penelitian kualitatif memiliki beberapa kelebihan atau keuntungan, diantaranya meneliti manusia dalam latar sewajarnya, penekanan pada interpretasi dan mencari makna, dan mendapatkan pemahaman mendalam tentang dunia responden. Selain itu metode kualitatif juga memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi, serta menggambarkan pandangan dunia yang lebih realistik. (Pramono, 2010).

(41)

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada mengetahui need atau kebutuhan yang dimiliki oleh seorang anak tunggal. Data yang akan diolah merupakan hasil dari analisis tematik CAT. Berdasarkan hasil analisis tematik masing-masing kartu yang diolah, akan ditemukan keberagaman need atau kebutuhan seorang anak tunggal tersebut.

C. Subjek Penelitian

Pemilihan subjek dilakukan dengan berdasarkan pada kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Penentuan kriteria atau karakteristik subjek tersebut didasarkan pada kajian teoritik, serta tujuan dari penelitian. Adapun kriteria subjek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Subjek merupakan anak-anak, dengan kisaran usia antara 6 hingga 11 tahun

b. Subjek merupakan anak tunggal

c. Subjek merupakan anak satu-satunya yang diasuh di dalam rumah

D. Metode Pengumpulan Data

(42)

2012). Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data CAT, yang meliputi respon CAT sebagai data utama dan data latar belakang subjek sebagai data pelengkapnya.

1. Data Utama: Respon CAT

CAT (Children’s Apperception Test) merupakan metode proyeksi untuk mengamati kepribadian dengan mempelajari dinamika dari respon individu dalam mempersepsi stimulus-stimulus gambar. Gambar-gambar dalam CAT didesain untuk memahami hubungan anak dengan figur-figur penting dan dorongan-dorongannya, mengamati masalah persaingan dengan saudara, sikap dan hubungan anak terhadap figur orang tua, maupun fantasi anak mengenai orang tua yang buruk. Melalui CAT, diharapkan dapat mengeluarkan fantasi anak tentang agresi, penerimaan terhadap dunia orang dewasa, mempelajari mekanisme pertahanan diri anak dan membantu mengatasi masalah perkembangannya (Bellack, 1997).

(43)

2. Data Pelengkap: Latar Belakang Subjek

Data pelengkap yang digunakan dalam metode dokumen ini adalah latar belakang subjek. Latar belakang subjek tersedia pada bagian pendahuluan laporan, digali melalui wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan pada subjek sendiri dan pada significant person subjek, misalnya orangtua atau pengasuhnya. Dalam penelitian ini, latar belakang yang relevan dengan tujuan penelitian, yaitu mengetahui gambaran need, berada pada lingkup area keluarga, teman sebaya, konsep diri subjek, serta area vitalitas subjek yang terlihat dari cara subjek belajar atau mengerjakan tugas.

E. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian dengan metode proyektif ini adalah analisis tematik. Analisis tematik dalam CAT terdiri dari 3 tahapan, yaitu analisis tema deksriptif, tema interpretif, dan tema diagnostik (Bellack, 1997).

1. Tema Deskriptif

(44)

bertele-tele. Selain itu fungsi lainnya adalah agar tidak ada bagian cerita yang penting yang terlewat.

2. Tema Interpretif

Tema interpretif merupakan tema yang dinyatakan dalam kalimat yang bersifat hipotesis, dan dinyatakan dengan general meaning dari cerita. Fungsi tema interpretif ini adalah membantu interpreter dalam menangkap atau mengidentifikasi arti dari cerita subjek.

3. Tema Diagnostik

Pada tema diagnosis, sifat hipotesis dalam tema interpretif sebelumnya dihilangkan, dan diungkapkan dengan pernyataan yang bersifat definitif. Tahapan analisis diagnosis ini merupakan tahapan dimana interpreter mulai mendeteksi psychological problem pada diri subjek.

Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditentukan sebelumnya, maka analisis di tema diagnostik pada penelitian ini akan dibatasi pada kebutuhan

(need)yang dimiliki subjek.

F. Pemeriksaan Keabsahan Data

(45)
(46)

32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

1. Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumen. Data diambil dari Laboratorium Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang merupakan data-data dokumen laporan praktikum CAT mahasiswa/i Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma tahun 2012.

Pada penelitian ini, peneliti menentukan bahwa jumlah data yang akan diolah harus lebih dari lima data, agar diharapkan bisa mewakili atau merepresentatifkan subjek anak tunggal. Peneliti mencari dan menyeleksi data dari angkatan mahasiswa 2009 yang berjumlah 105 data. Penyeleksian dilakukan dengan kriteria subjek merupakan anak tunggal yang berusia antara 6 hingga 11 tahun, serta merupakan anak satu-satunya yang diasuh dalam rumah.

(47)

2. Proses Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menginterpretasi secara tematik kesepuluh cerita pada tiap-tiap subjek. Tahap pertama analisis tematik adalah menganalisis tema deskriptif. Analisis tema deskriptif dilakukan dengan meringkas cerita sehingga menghasilkan unsur-unsur cerita yang bertujuan untuk mempermudah peneliti menangkap bagian-bagian cerita yang penting. Tahapan kedua yaitu analisis interpretif, yang berbentuk kalimat hipotesis, bertujuan untuk menangkap dan mengidentifikasi arti dari cerita subjek. Tahapan terakhir dalam analisis tematik adalah analisis tema diagnostik. Tema diaogsitk ini bersifat hipotesis yang merupakan tahapan dimana peneliti mendeteksi psychological problem pada subjek. Dalam hal ini, sesuai dengan tujuan penelitian, analisis tema diagnostik hanya terbatas pada kebutuhan (need) subjek.

B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Subjek

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 9 orang, yang masing-masing memiliki deskripsi sebagai berikut:

Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelitian

No. Nama

Jenis

Kelamin

Usia

Ayah Ibu

Usia Pekerjaan Usia Pekerjaan

1. AN Perempuan 7 th 59 th Wiraswasta 36 th Wiraswasta

(48)

3. FFE Perempuan 10 th 47 th Pegawai swasta 37 th Bidan 4. GIR Permpuan 8 th 45 th Kepala sekolah 34 th Perawat 5. NF Laki-laki 10 th 44 th Wiraswasta 38 th Wiraswasta 6. RAPT Perempuan 6 th 32 th Wiraswasta 31 th Ibu RmhTngga

7. SW Perempuan 7 th 32 th Petani 36 th Petani

8. TEPR Perempuan 10 th 39 th Pegawai swasta 32 th Pegawai swasta

9. ZR Perempuan 7 th 31 th Pegawai swasta 30 th Pegawai swasta

2. Kebutuhan pada Masing-masing Subjek

a. Subjek 1 (AN)

Kebutuhan yang paling banyak muncul pada Subjek 1 (AN) adalah kebutuhan berafiliasi yang meliputi afiliasi dengan ibu, teman, keluarga dan saudara. Selain itu, AN memiliki kebutuhan untuk mendapat pertolongan dan bantuan, serta rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan lain meliputi Kebutuhan-kebutuhan akan keadilan, agresifitas, dan lain-lain.

b. Subjek 2 (DCRZ)

(49)

mengulangi kesalahan. Selain itu, DCRZ memiliki kebutuhan akan prestasi dan persaingan, serta kebutuhan-kebutuhan lain.

c. Subjek 3 (FFE)

Kebutuhan yang dimiliki oleh FFE terkait dengan afiliasi meliputi figur ibu, saudara, teman dan keluarga. Ada beberapa kebutuhan FFE terkait dengan figur ibu yang muncul, seperti kebutuhan tergantung dan dibantu, serta kebutuhan membantu ibu. Kebutuhan untuk menaati atau menjalankan aturan dan kebutuhan akan kepatuhan pada orangtua juga dimiliki FFE. Kebutuhan-kebutuhan lain yang muncul pada diri FFE, seperti kebutuhan untuk dibanggakan atau diakui, kebutuhan untuk otonom, dan lain-lain.

d. Subjek 4 (GIR)

(50)

e. Subjek 5 (NF)

Kebutuhan yang paling banyak muncul pada NF adalah kebutuhan bermain, kebutuhan akan otonomi, serta kebutuhan berafiliasi dengan ibu dan dengan figur saudara. Kebutuhan NF berkaitan dengan figur ayah meliputi kebutuhan untuk tergantung dan dibantu ayah, serta adanya kebutuhan untuk menolak perilaku ayah yang buruk. NF juga memiliki kebutuhan yang berkaitan dengan kepatuhan dan kehadiran orangtua, dan lain-lain.

f. Subjek 6 (RAPT)

Subjek 6 (RAPT) memiliki kebutuhan yang cukup banyak muncul terkait dengan figur orang tua, meliputi kebutuhan akan kasih sayang, kehadiran, dan kebutuhan untuk mematuhi orangtua. RAPT juga memiliki beberapa kebutuhan yang terkait dengan figur ayah, seperti kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian ayah, dan kebutuhan menyenangkan ayah. Selain itu juga ada kebutuhan akan berafiliasi dan kebutuhan memiliki hubungan pertemanan, serta kebutuhan-kebutuhan lain.

g. Subjek 7 (SW)

(51)

dengan ibu, saudara dan keluarga. Walaupun SW memiliki kebutuhan untuk dibantu dan dirawat, SW juga memiliki kebutuhan untuk membantu orang tua. Kebutuhan-kebutuhan lain yang ada pada diri SW seperti kebutuhan untuk bermain, kebutuhan untuk bersaing, dan lain-lain.

h. Subjek 8 (TEPR)

Pada TEPR, kebutuhan yang cukup banyak muncul adalah kebutuhan untuk berafiliasi dengan saudara, orangtua dan teman, serta kebutuhan untuk menaati peraturan dan bermain. Pada diri TEPR juga muncul kebutuhan akan kehadiran ayah dan juga kebutuhan untuk menolak perilaku ayah yang buruk. Selain itu, muncul kebutuhan-kebutuhan terkait dengan keluarga, kebutuhan didengarkan pendapatnya dan kebutuhan-kebutuhan lain.

i. Subjek 9 (ZR)

(52)

Tabel 2. Ringkasan Kebutuhan Tiap Subjek

(Lampiran kebutuhan subjek lengkap ada pada Lampiran.10)

No. Subjek Jenis Kelamin / Usia

Kebutuhan yang muncul

1. AN Perempuan / 7

tahun

- Kebutuhan rasa aman

- Kebutuhan berafiliasi dengan ibu - Kebutuhan berafiliasi dengan saudara - Kebutuhan berafiliasi dengan teman - Kebutuhan berafiliasi dengan keluarga - Kebutuhan untuk ditolong / mendapat

pertolongan

- Kebutuhan akan keadilan - Kebutuhan agresifitas 2. DCRZ Perempuan / 9

tahun

- Kebutuhan akan prestasi

- Kebutuhan berafiliasi dan beraktivitas dengan ibu

- Kebutuhan terpenuhi kebutuhannya oleh ibu

- Kebutuhan mematuhi ibu

- Kebutuhan untuk tidak mengulangi kesalahan

- Kebutuhan persaingan - Kebutuhan merasa bersalah

3. FFE Perempuan /

10 tahun

- Kebutuhan berafiliasi dengan ibu - Kebutuhan berafiliasi dengan saudara - Kebutuhan berafiliasi dengan keluarga - Kebutuhan berafiliasi dengan teman - Kebutuhan tergantung, dibantu oleh ibu - Kebutuhan membantu ibu

- Kebutuhan menjalankan aturan - Kebutuhan menaati peraturan - Kebutuhan akan kepatuhan pada

orangtua

- Kebutuhan untuk dibanggakan / diakui - Kebutuhan untuk otonom

4. GIR Perempuan / 8

tahun

- Kebutuhan berafiliasi dengan ibu - Kebutuhan untuk berafiliasi /

mempunyai teman

- Kebutuhan berafliasi dengan keluarga - Kebutuhan kehadiran orangtua

- Kebutuhan akan perhatian ayah - Kebutuhan untuk tergantung, dibantu

ayah

(53)

orangtua 5. NF Laki-laki / 10

tahun

- Kebutuhan bermain(n. Play)

- Kebutuhan afiliasi dengan ibu

- Kebutuhan berafiliasi dengan saudara - Kebutuhan kehadiran orangtua - Kebutuhan untuk tergantung, dibantu

ayah

- Kebutuhan kepatuhan pada ibu - Kebutuhan kepatuhan pada ayah

- Kebutuhan untuk menolak perilaku ayah yang buruk

- Kebutuhan untuk otonom 6. RAPT Perempuan / 6

tahun

- Kebutuhan berafiliasi dengan teman - Kebutuhan berafiliasi dengan orangtua - Kebutuhan akan kehadiran orangtua - Kebutuhan akan pertemanan / memiliki

teman

- Kebutuhan kasih sayang orang tua - Kebutuhan akan perhatian ayah - Kebutuhan menyenangkan ayah

(memberi kejutan)

- Kebutuhan untuk memiliki barang (mainan)

7. SW Perempuan / 7

tahun

- Kebutuhan bermain

- Kebutuhan berafiliasi dengan ibu Kebutuhan berafiliasi dengan keluarga - Kebutuhan berafiliasi dengan saudara - Kebutuhan untuk dibantu / dirawat

keluarga

- Kebutuhan akan ditolong ibu

- Kebutuhan untuk membantu orang tua/ ibu

- Kebutuhan akan kepatuhan pada orangtua

- Kebutuhan menaati peraturan - Kebutuhan untuk persaingan 8. TEPR Perempuan /

10 tahun

- Kebutuhan berafiliasi dengan orangtua - Kebutuhan berafiliasi dengan teman - Kebutuhan berafiliasi dengan saudara - Kebutuhan akan kehadiran ayah - Kebutuhan mematuhi peraturan - Kebutuhan untuk didengarkan

pendapatnya

- Kebutuhan untuk berperan dalam keluarga

(54)

yang buruk

9. ZR Perempuan / 7

tahun

- Kebutuhan berafiliasi dengan ayah - Kebutuhan berafiliasi dengan ibu - Kebutuhan berafiliasi dengan keluarga - Kebutuhan dibantu ayah

- Kebutuhan akan perhatian ayah - Kebutuhan merasa bersalah - Kebutuhan mematuhi peraturan

3. Kategorisasi Kebutuhan Semua Subjek

Berdasarkan hasil analisis data secara tematik pada 9 subjek anak tunggal, didapatkan berbagai macam kebutuhan-kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut kemudian dikategorisasikan, dan didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 3. Kategori Kebutuhan Anak Tunggal

Ragam Kebutuhan Jumlah

- Kebutuhan berafiliasi dengan ibu 7 1,2,3,4,5,7,9 Kebutuhan berafiliasi dengan orangtua atau keluarga - Kebutuhan berafiliasi dengan

keluarga

6 1,3,4,7,8,9 - Kebutuhan berafilasi dengan

orangtua

2 6,8

- Kebutuhan berafiliasi dengan ayah 1 9 - Kebutuhan akan hubungan

keluarga yang harmonis

1 7

- Kebutuhan menjalin relasi yang baik dengan ayah

1 9

- Kebutuhan berafiliasi dengan teman

5 1,2,4,6,8 Kebutuhan berafiliasi dengan figur sebaya - Kebutuhan memiliki teman

(pertemanan)

3 4,6,8

- Kebutuhan menjalin relasi yang harmonis dengan teman

(55)

- Kebutuhan berafiliasi dengan - Kebutuhan menjalin relasi yang

akrab / harmonis dengan saudara

1 1

- Kebutuhan menjalankan peraturan 6 1,2,3,7,8,9 Kebutuhan akan kepatuhan (deference) - Kebutuhan kepatuhan pada orangtua 5 3,4,6,7,8

- Kebutuhan mematuhi ibu 4 2,3,5,8

- Kebutuhan mentaati / mematuhi ayah 2 2,5 - Kebutuhan untuk memenuhi harapan

dalam hubungan pertemanan (agar berperilaku baik)

1 8

- Kebutuhan makan / oral 8 1,2,3,4,5,7,8

,9

Kebutuhan fisik / fisiologis

- Kebutuhan beristirahat 4 1,3,7,9

- Kebutuhan akan kenyamanan fisik 1 1

- Kebutuhan bermain 8 1,2,3,4,5,6,7

,8

Kebutuhan bermain - Kebutuhan akan hiburan / rekreasi 2 4,6

- Kebutuhan bersenang-senang 1 1

- Kebutuhan akan rasa aman dari bahaya

8 1,2,3,4,5,6 ,8,9

Kebutuhan akan rasa aman

- Kebutuhan rasa aman 2 1,7

- Kebutuhan menghindari bahaya (sakit)

1 8

- Kebutuhan tergantung, dibantu ibu 4 3,6,7,8 Kebutuhan untuk dibantu (succorance) - Kebutuhan tergantung, dibantu ayah 3 4,5,9

- Kebutuhan untuk ditolong / mendapat pertolongan

1 1

- Kebutuhan dibantu / dirawat keluarga 1 7

- Kebutuhan berprestasi (sekolah) 4 1,2,3,9 Kebutuhan prestasi / persaingan - Kebutuhan akan prestasi / menang

(persaingan)

2 6,7

(56)

- Perasaan sedih karena kalah 1 1

- Kebutuhan kehadiran orangtua 6 1,4,5,6,7,8 Kebutuhan akan kehadiran / keberadaan orang lain - Kebutuhan akan kehadiran ayah 1 8

- Kebutuhan kehadiran teman 1 8

- Kebutuhan diperhatikan ayah (perhatihan dari ayah)

3 4,6,9 Kebutuhan

akan perhatian dan kasih sayang

- Kebutuhan kasih sayang ayah 1 6

- Kebutuhan diperhatikan ibu 1 6

- Kebutuhan merasa bersalah 3 2,6,9 Kebutuhan

merasa bersalah (abasement) - Kebutuhan untuk tidak mengulangi

kesalahan

1 2

- Kebutuhan untuk diakui / dihargai atas kepatuhan

1 6 Kebutuhan

akan pengakuan - Kebutuhan untuk didengarkan

pendapatnya

1 8

- Kebutuhan untuk berperan dalam keluarga

1 8

- Kebutuhan untuk dibanggakan / diakui

1 3

- Kebutuhan untuk otonom 2 3,5 Kebutuhan

kemandirian

- Kebutuhan otonom dari ayah 1 1

- Kebutuhan membantu orangtua 2 3,7 Kebutuhan

untuk membantu (nurturance)

- Kebutuhan akan keadilan 2 1,5

(Kebutuhan-kebutuhan lain)

- Kebutuhan agresifitas 2 1,9

- Kebutuhan akan pemenuhan kebutuhan keluarga

2 3,8

- Kebutuhan untuk menolak perilaku ayah yang buruk

(57)

Berdasarkan hasil kategorisasi, didapatkan 13 macam kategori kebutuhan dan satu gabungan dari kebutuhan-kebutuhan yang tidak dapat dikategorikan. Beragam kebutuhan itu antara lain, kebutuhan berafiliasi (figur orang tua / keluarga dan figur sebaya), kebutuhan akan kepatuhan, kebutuhan fisiologis, kebutuhan bermain, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk dibantu, kebutuhan akan prestasi atau persaingan, kebutuhan akan kehadiran / keberadaan orang lain, kebutuhan akan perhatian dan kasih sayang, kebutuhan merasa bersalah, kebutuhan akan pengakuan, kebutuhan akan kemandirian, dan kebutuhan untuk membantu. Adapun kebutuhan lain yang tidak dapat dikategorikan meliputi kebutuhan akan keadilan, kebutuhan agresifitas, kebutuhan akan pemenuhan kebutuhan keluarga, kebutuhan untuk menolak perilaku ayah yang buruk, kebutuhan terpenuhinya kebutuhan oleh ibu dan ayah, kebutuhan berfantasi, kebutuhan mendapat perlakuan baik dari ibu, kebutuhan menyenangkan ayah, dan kebutuhan untuk memiliki barang. - Kebutuhan terpenuhi kebutuhannya

oleh ibu

2 2,5

- Kebutuhan terpenuhi kebutuhannya oleh ayah

1 6

- Kebutuhan berfantasi 1 5

- Kebutuhan mendapat perlakuan baik dari ibu

1 2

- Kebutuhan menyenangkan ayah (memberi kejutan)

1 6

(58)

Dari tabel kategorisasi kebutuhan-kebutuhan yang merupakan hasil analisis pada ke-sembilan subjek anak tunggal, dapat diketahui bahwa kebutuhan yang paling banyak muncul adalah kebutuhan berafiliasi, yang mencakup figur orang tua / keluarga dan figur sebaya. Kebutuhan berikutnya yang cukup banyak muncul adalah kebutuhan akan kepatuhan. Kebutuhan yang paling sedikit muncul adalah kebutuhan kemandirian dan kebutuhan untuk membantu.

C. Pembahasan

Stereotip masyarakat yang berkembang bahwa anak yang berstatus sebagai anak tunggal itu berbeda tidak didukung oleh hasil penelitian ini. Dimananeed-needyang ditemukan tidak menunjukkan sifat-sifat yang menjadi pandangan tersebut, yaitu egosentris, superioritas yang tinggi, maupun mengharapkan orang lain memanjakan dan melindungi. Kebutuhan-kebutuhan seperti agresi, intragresi, maupun mendominasi tidak muncul secara signifikan dalam penelitian ini. Adapun kebutuhan untuk dibantu masih muncul dalam intensitas yang normal. Namun pandangan bahwa anak tunggal itu matang secara sosial bisa didukung oleh hasil penelitian ini, karena ditemukan bahwa kebutuhan akan berafiliasi merupakan kebutuhan yang paling banyak muncul.

(59)

dengan orang tua, keluarga dan teman sebaya, kebutuhan akan kepatuhan, kebutuhan berprestasi, kebutuhan bermain, kebutuhan akan pengakuan maupun kebutuhan kemandirian juga muncul pada subjek-subjek anak tunggal. Hal ini dikarenakan adanya karakteristik dan tugas-tugas perkembangan yang dihadapi memang atau berlaku relatif sama untuk setiap individu pada anak-anak pada umumnya.

Karakteristik dan tugas-tugas perkembangan dijelaskan dalam teori-teori yang sudah ada sebelumnya, salah satunya adalah teori-teori psikososial Erik Erikson. Teori psikososial Erikson berpendapat bahwa tiap individu harus melewati krisis yang ada sesuai dengan tahapan usia perkembangannya (Santrock, 2011). Tahapan pertama yang harus dilalui individu adalah kepercayaan versus ketidakpercayaan. Rasa percaya meliputi rasa nyaman secara fisik dan tidak ada rasa takut atau kecemasan akan masa depan.

(60)

tanggung jawab terhadap tubuh, perilaku, maupun mainan mereka. Mengembangkan rasa tanggung jawab dapat meningkatkan inisiatif. Namun jika anak tidak bertanggung jawab, rasa bersalah bisa muncul.

Kebutuhan yang muncul dalam penelitian ini juga terkait dengan kebutuhan untuk berprestasi maupun belajar. Tahapan psikososial pada usia sekolah dasar (anak usia 6-12 tahun) adalah antara industri dengan perasaan inferior (Alwisol, 2009). Anak usia sekolah belajar bekerja dan bermain untuk kemudian diarahkan memperoleh keterampilan kerja. Jika anak belajar mengerjakan sebaik-baiknya, mereka akan mengembangkan perasaan ketekunan, namun jika pekerjaannya tidak cukup mencapai tujuan, mereka akan mendapat perasaan inferiorita. Dari konflik antara dua hal tersebut, anak mengembangkan kekuatan dasar yang disebut “kemampuan” (competency).

Oleh karenanya, menurut Erikson (dalam Alwisol, 2009), pada usia anak-anak, keingin-tahuan individu menjadi sangat kuat dan hal itu berkaitan dengan perjuangan dasar menjadi berkemampuan (competence) tersebut. Anak yang berkembang normal akan tekun belajar, baik membaca atau menulis, maupun mempelajari keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dalam bermasyarakat. Saat anak-anak memasuki tahun-tahun sekolah dasar, mereka mengerahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual (Santrock, 2006). Hal inilah yang kemudian akan mengembangkan kebutuhan anak untuk berprestasi dan belajar.

(61)

(pleasure principle) dari Freud. Id beroperasi berdasarkan prinsip kesenangan

(pleasure principle), dimana individu berkecenderungan untuk menghindarkan ketidaksenangan dan sebanyak mungkin memperoleh kesenangan (Alwisol, 2009). Kegiatan bermain merupakan kegiatan yang menimbulkan banyak kesenangan bagi anak (Hurlock, 1988). Maka untuk memperoleh kesenangan itu, anak akan selalu berusaha menghabiskan waktunya untuk bermain.

Kebutuhan yang muncul paling banyak dalam penelitian ini adalah kebutuhan untuk berafiliasi dengan orang tua dan sebaya. Pada masa prasekolah, keluarga merupakan agen sosialisasi terpenting. Namun, saat memasuki usia sekolah, hubungan atau pengaruh dengan teman sebaya lebih cenderung lebih besar dibanding dengan orang tua atau guru (Hurlock, 1988). Kelompok teman sebaya merupakan interaksi awal bagi anak-anak pada lingkungan sosial. Mereka mulai bergaul dan berinteraksi dengan orang lain yang bukan anggota keluarganya (Santrock, 2011). Munculnya kebutuhan berafliasi dengan figur orang tua yang masih tinggi dalam penelitian ini, diduga disebabkan karena masih ada kelekatan anak dengan figur orang tua.

(62)

Perkembangan sosial dapat dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok, tradisi dan moral. Jika anak memiliki perkembangan sosial yang matang, ia dapat menyesuaikan diri dengan kelompok teman sebaya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitar (Yusuf,2010). Berdasarkan hal-hal tersebut, maka baik secara disadari ataupun tidak, anak mulai mengikuti peraturan atau norma yang ada di masyarakat sehingga ia bisa diterima di lingkungannya.

Jika dikaitkan dengan kebutuhan anak-anak usia sekolah pada umumnya, diduga hanya ada sedikit kebutuhan yang menunjukkan ke-khas-an subjek sebagai anak tunggal. Secara khusus muncul kebutuhan untuk berafiliasi dengan saudara yang cukup tinggi. Kemunculan kebutuhan ini diduga berkaitan dengan harapan seorang anak tunggal untuk bisa memiliki saudara kandung.

Selain itu, kebutuhan emosional, seperti kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian orang tua tidak menduduki peringkat atas berdasar kuantitas kebutuhan yang muncul. Kebutuhan ini bahkan hanya dimiliki beberapa subjek, terutama subjek 6. Ini disebabkan karena anak tunggal merupakan anak yang mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang berlimpah dari orang sekitarnya, sehingga bisa dikatakan bahwa anak tunggal tidak akan kekurangan perhatian dan kasih sayang (Gunarsa, 2003).

(63)

kemandiriannya. Ini berkaitan dengan teori psikososial Erikson yang sudah dijelaskan diatas, dimana anak harus bisa mengembangkan kemandiriannya. Anak yang terlalu dibatasi ataupun dihukum dengan keras, mereka mungkin memunculkan rasa malu dan ragu-ragu. Hal ini sejalan dengan studi Falbo (dalam Hurlock, 1990), yang menemukan bahwa ketergantungan atau kemandirian anak tunggal tergantung dari perlakuan yang diberikan orang tua.

(64)

50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan kebutuhan-kebutuhan anak tunggal yang beragam. Namun secara keseluruhan, kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki anak tunggal tersebut relatif sama seperti yang dimiliki anak-anak pada umumnya. Ini dikarenakan karakteristik dan tugas-tugas perkembangan yang dihadapi berlaku relatif sama pada anak-anak umumnya.

Beberapa kebutuhan yang muncul dapat dikaitkan dengan ke-khas-an yang dimiliki anak tunggal. Diantaranya adalah munculnya kebutuhan berafiliasi dengan figur saudara, kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian yang tidak menduduki jajaran atas kebutuhan yang sering muncul, serta munculnya kebutuhan kemandiran dan kebutuhan membantu yang dikaitkan dengan pola asuh orang tua.

Semua kebutuhan-kebutuhan anak tunggal yang ditemukan berkaitan dengan perihal penerimaan, interaksi dengan orang lain, penghargaan, kenyamanan, dan perihal kesenangan.

B. Saran

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

(65)

sudah ditentukan. Gambar-gambar tersebut akan cenderung mengarahkan individu dalam bercerita. Oleh karena itu, bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk merancang sendiri gambar-gambar yang sesuai sehingga diharapkan mendapatkan gambaran kepribadian atau kondisi psikologis anak tunggal secara lebih khusus atau spesifik.

2. Bagi Orang Tua yang Memiliki Anak Tunggal

Berdasarkan hasil penelitian ini, ditemukan kebutuhan-kebutuhan anak tunggal meliputi kebutuhan berafliasi, kepatuhan, bermain, kemandirian, kehadiran, kasih sayang, dan lain-lain. Oleh karena itu, bagi orang tua dengan anak tunggal hendaknya untuk memperhatikan dan bisa mendukung anak dalam terpenuhinya setiap kebutuhan tersebut.

3. Bagi Masyarakat dan Lingkungan Sekitar

(66)

52

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2009).Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press

Bellak, L., & Abrams, David M. (1997). The TAT, The CAT, and The SAT in Clinical Use. Boston: Allyn and Bacon

Chaplin, J.P., Kartono, Kartini (penerjemah). (2001). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Desmita. (2009).Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosda

Falbo, Toni. (1977). The only child: A Review.Journal of Individual Psychology,

Vol 33(1), May 1977, 47-61.

Falbo, Toni. (1987).Only Children in the United States and China. Applied Social Psychology Annual, Vol. 7, 159-183

Feist, Jess & Gregory J. Feist. (2010). Teori Kepribadian (Buku 1). Jakarta: Salemba Humanika

Feist, Jess & Gregory J. Feist. (2010). Teori Kepribadian (Buku 2). Jakarta: Salemba Humanika

Goble, F.G. (1994). Mazhab Ketiga: Psikologi humanistic Abraham Maslow. Yogyakarta: Kanisius

Golda. (2010). Anak Tunggal Lebih Cerdas?. Diakses pada 26 April 2013 dari http://female.kompas.com/read/2010/01/14/09562187/anak.tunggal.lebih. cerdas

Gunarsa, Singgih D. (1997). Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: Gunung Mulia

Gunarsa, Singgih D. (2003). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta: Gunung Mulia

Gustiana, Irma. (2012). Labeling, Positf atau Negatif?. Diakses pada 26 April 2013 dari http://www.anakku.net/labeling-positif-atau-negatif.html Hall, C. S. & Lindzey, G. (1993). Psikologi Kepribadian 2: Teori-teori Holistik

(organismik-fenomenologis). Yogyakarta: Kanisius

Hartini, Nurul. (2000). Deskripsi Kebutuhan psikologis Pada Anak panti asuhan.

(67)

Hurlock, E. B. (1990). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.Jakarta: Erlangga

Hurlock, Elizabeth B. (1988). Perkembangan Anak (Jilid I, edisi 6). Jakarta: Erlangga

Jiao, Shulan. (1986).Comparative Study of Behavioral Qualities of Only Children and Sibling Children. Child Development, Vol. 57, No. 2, 357-361

Kusumaningtyas, Inneke Happy (2008). Kebutuhan-Kebutuhan (need) Psikologis dan Tekanan (press) Lansia yang Tinggal di Panti Wredha Pelkris Pengayoman Semarang . Other thesis, Unika Soegijapranata. Diakses pada 19 Oktober 2013 dari http://eprints.unika.ac.id/1693/

Landis, P.H. (1997).Your Marriage And Family Living. New York: McGraw-Hill Book Company.

Maisyarah. (2013). Kecemasan Ditinjau dari Kebutuhan Dasar yang Belum Terpenuhi. Jurnal Online PsikologiVol. 01. No. 01

Murray, Henry A. (1998). Manual TAT (Thematic Apperception Test). Alih bahasa: Aquilina Tanti Arini, S.Psi. Yogyakarta: Pusat Penerbitan dan Pengembangan Sumber Belajar Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Moloeng, Lexy J. (2004).Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Nuryanti, Lusi. (2008).Psikologi Anak. Jakarta: PT. Indeks

Papalia D.E. (2007). Human Development (10th Ed.). New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Poerwandari, Kristi. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia.Jakarta: LP SP3 UI.

Pramono, Wahyu (2010). Kekuatan Dan Kelemahan Penelitian Kualitatif. Jurnal Antropologi, 1 (1). ISSN 1410-8356

Prihartono, A.K. (2003).Kebutuhan Psikologis Mantan penderita Penyakit Kusta di Wireskat. Other thesis, Unika Soegijapranata. Diakses pada 20 Oktober 2013 dari http://eprints.unika.ac.id/5055/

Santrock, John W. (2006).Live-Span Development (Jilid I). Jakarta: Erlangga Santrock, John. W. (2011).Perkembangan Anak (Jilid 1). Jakarta: Erlangga Sarosa, Samiaji. (2012).Penelitian Kualitatif.Jakarta: PT. Indeks

(68)

Sujata. (2012). Pola Asuh Ibu yang Memiliki Anak Tunggal. Diakses pada 20

April 2013 dari

http://repository.gunadarma.ac.id/handle/123456789/1909

Wenar, C. & Kerig, P. (2000). Developmental Psychopathology. USA: McGraw Hill Inc.

Widyaningrum, Renny. (2010). Kebutuhan-Kebutuhan Psikologis Pada Remaja Cerebral Palsy.Other thesis. Unika Soegijapranata.

Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

(69)
(70)

Lampiran 1. Subjek 1 (AN)

1. Identitas Subjek

Inisial : AN

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Sleman, 30 Juni 2005

Usia : 7 tahun

Pendidikan : TK

Pekerjaan : Pelajar

Urutan Kelahiran : Anak tunggal

Agama : Islam

Alamat : Pomahan, Krodan, Maguwoharjo, Depok, Sleman

2. Identitas Orang tua

Keterangan Ayah Ibu

Inisial S A

Usia 59 tahun 36 tahun

Pendidikan S1 SMP

Pekerjaan Wiraswasta Wiraswasta

Status Pernikahan Menikah Menikah

Agama Islam Islam

3. Latar Belakang Subjek

Subjek merupakan anak tunggal. Menurut subjek, subjek merupakan orang yang pintar membaca namun menurut pengasuh, subjek masih kesulitan dalam membaca. Subjek tidak pernah bermusuhan dengan teman-teman subjek. Kegiatan yang disukai subjek, yaitu main boneka, rumah-rumahan, bersepeda bersama teman-teman lingkungan sekitar rumah subjek dan menonton sinetron.

Setiap hari subjek bermain bersama teman-teman di lingkungan rumah subjek. Beberapa kali subjek bertengkar dengan teman subjek karena berebut mainan. Subjek memiliki banyak teman di sekolah, namun subjek menceritakan bahwa teman subjek yang bernama Lupi merupakan anak nakal. Selain itu, beberapa temannya juga sering nakal, menuduh-nuduh teman, menendang teman, menatap sinis kepada teman. Meskipun demikian subjek tidak suka mengikuti kenakalan teman-teman subjek dan tidak mau dihasut karena subjek takut kepada Allah.

(71)

teman-teman subjek yang lain tidak menyukainya. Subjek juga memiliki musuh di sekolah.

Menurut subjek, ayah dan ibu subjek merupakan orang tua yang baik. Hal ini ditunjukan dari perhatiannya kepada subjek saat membangunkan subjek untuk berangkat sekolah supaya tidak terlambat. Namun orang tua subjek juga merupakan orang tua yang galak karena ketika subjek melakukan kesalahan, orang tua subjek akan memarahi subjek. Relasi subjek dengan sepupu subjek cukup baik, subjek menyayangi sepupu subjek sehingga jika subjek main bersama teman-teman, subjek selalu mengajak sepupu tersebut. Subjek sering mengbrol-ngobrol dengan saudara dan orang tua subjek.

Masalah yang sedang dialami subjek saat ini adalah subjek mangalami kesulitan untuk memahami pelajaran yang diberikan di sekolah. Selain itu, subjek juga suka menangis ketika dimusuhi teman-teman dan jika tidak diberi uang jajan atau ketika uang jajan yang diberikan tidak cukup untuk membeli jajanan yang diinginkan subjek.

Level Tematik Tiap Kartu

Kartu 1

Cerita:

Doni dan Doni, Doni dan Danang dan,, Doni sedang makan soto, dia meng.., dia, dia makan soto dirumah, dia mengajak temannya Doni dan Dono. Dulu,, Dulu,, Dulu mau makan, Doni makanlah soto itu, ga papa..

Inquiry : Terus? Terus peristiwa ini menyenangkan, besok lagi kita ayo kita makan lagi sama-sama teman-teman. Oh gitu, terus tadi yang namanya Dono yang mana? Ini (sambil menunjuk anak yang paling kanan) ini Dono. Ini?

(sambil menunjuk anak yang duduk ditengah) da ini apa tuh. Danang? Danang.

Ini?(sambil menunjuk anak yang paling kiri) Dulu.Hmm.. emm..Terus perasaan mereka ginamana? Senang? Senang,, senang.. oh perasaan mereka senang? Hmm terus kenapa mereka makan bareng-bareng disini? Namanya itu,,

kenapa? Kenapa mereka makan bareng-bareng disini? Karena,, karena,, karena tidak,, karena tidak,, karena tidak ada musuh permusuhan. Tidak ada permusuhan? Hmm terus abis emm,,emm sebelum mereka makan, mereka ngapain? Emm berbaca doa. Baca doa,, emm gitu. Nah terus setelah makan mereka gimana? Cuci tangan trus cuci tangan pulang tidur. Oh gitu terus ada yang mau diceritain lagi ga? (menggelengkan kepala) udah? Itu aja?

(72)

utamanya yang mana? Ini (menunjuk anak yang paling kiri). oh iya,, kan ini yang ngajak.Oh gitu,,ini laki-laki semua ya?Hmm?Laki-laki semua?Hm’mh..

Sumber: Dari buku cerita

Tema Deskriptif Tema Interpretif Tema Diagnostik Doni sedang makan soto

di rumah mengajak kedua temannya untuk ikut makan. ini

menyenangkan, besok lagi kita ayo kita makan lagi sama-sama teman-teman. Mereka makan bareng-bareng disini karena tidak ada permusuhan. Sebelum makan membaca doa. Setelah makan, cuci tangan terus pulang tidur

Seorang anak mengajak makan mereka berdoa dan setelah makan mereka cuci tangan kemudian tidur

- Kebutuhan makan / oral Dono ma, Dono mau bales, Dono balesnya pake tangan ba,, ba,, apa itu,, bermain kelereng, siapa yang menang nanti, nanti bisa bebas bermain.

Inquiry : Hmm gitu, terus perasaan ini gimana? Perasaan mereka? Sedih dan senang. Yang sedih yang mana? Ini (sambil menunjuk anak yang sendirian) ini sedih? karena? Kalah. Ohh,, kalau yang ini menang karena? (menunjuk dua orang anak) Karena menang bermain. Hmm,, kenapa,, kenapa mereka main tarik tambang? Karena sebelum bermusuhan dia berteman. Hmm,, jadi mereka ini emm siapa? (menunjuk ketiga anak) temenan, apa sodaraan atau gimana?

Temanan. Temenan,, yang ini emm umur berapa? Ini umur 6 tahun (anak yang sendirian). Ini? (menunjuka anak yang berdua dan lebih besar) 7 tahun.

Gambar

Tabel 3. Kategori Kebutuhan Anak Tunggal..................................................
Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelitian
Tabel 2. Ringkasan Kebutuhan Tiap Subjek
Tabel 3. Kategori Kebutuhan Anak Tunggal
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pengembangan koleksi yang ada di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan Universitas Hasanuddin Makassar telah sesuai dengan

Data microarray pasien leukemia dapat diolah dengan menggunakan Dekomposisi Nilai Singular sedemikian sehingga sampel yang memiliki sifat yang sama dikelompokkan dalam satu

dalam memberikan penyuluhan kepada ibu hamil dan keluarganya mengenai perawatan masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, aktivitas fisik selama kehamilan,

- Anak yeng berada di barisan paling belakang dari kedua kelompok dibisikkan sebuah kalimat oleh pemimpin Games, setelah tanda dibunyikan oleh pemimpin games, maka

Metode demonstrasi dilaksanakan dengan cara melakukan praktik langsung ke tempat berwudhu (dimana dalam pelaksanaannya nanti siswa langsung diajak ke tempat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) semakin sedikit konsentrasi larutan gula yang digunakan maka konsentrasi C-Dots semakin tinggi; (b) Karakteristik optik C-Dots dari bahan

Berdasarkan hasil penelitian, pemeriksaan, dan pengamatan di lapangan dan uji laboratorium dalam pengambilan sampel pada kolam renang Tirta Lontara Makassar yang dilakukan

Yritysten kokemaa tilannetta yrityksen rahoitusasemasta ja vakavaraisuudesta selvi- tettiin kysymällä kykeneväisyyttä maksamaan yrityksen toiminnan velkojen lyhennykset ja korot